Peningkatan Hasil Belajar Perawatan Sistem Pendingin Dengan Metode Diskusi Kelompok Pada Siswa Supriyadi (10320009 ST) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang Abstrak Keberhasilan proses pembelajaran diantaranya dapat ditunjukkan dari seberapa besar hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar merupakan variabel yang kompleks, artinya upaya peningkatan hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa factor,salah satunya adalah keberhasilan guru dalam memilih dan menentukan strategi mengajar yang mampu membawa siswa pada situasi yang aktif, sehingga siswa dapat mengembangkan segala kemampuan belajar. Rendahnya prestasi belajar siswa,khususnya dalam penguasaan mata pelajaran teori produktif otomotif juga disebabkan karena penggunaan metode pembelajaran yang bersifat konvensional. Maka dari itu diperlukan suatu upaya pembelajaran yang tidak lagi bersifat konvensioanal untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa,sehingga diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran untuk mengatasi kelemahan metode pembelajaran konvensional adalah dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah cara pembelajaran dengan metode diskusi kelompok pada materi pokok perawatan sistem pendingin dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TKR 6 SMK Islam Pemalang?; (2) Apakah aktivitas belajar siswa kelas XI TKR 6 SMK Islam Pemalang pada materi pokok perawatan sistem pendingin dapat ditingkatkan melalui metode diskusi kelompok?. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode diskusi kelompok hasil belajar siswa kelas XI TKR 6 SMK Islam Pemalang mata pelajaran perawatan sistem pendingin dapat ditingkatkan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMK Islam Pemalang,dengan subyek adalah kelas XI TKR 6 SMK Islam Pemalang tahun pelajaran 2011 / 2012 dengan jumlah siswa 32 orang, penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan(observasi), dan refleksi. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melalui angket, observasi dan tes (dalam bentuk post test). Hasil dari penelitian dengan metode diskusi kelompok,menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata prestasi belajar pada setiap siklusnya. Hasil penelitian siklus I menunjukkan rata-rata nilainya 72,84 dengan ketuntasan belajar 68,75% meningkat menjadi 79,90 dengan ketuntasan belajar mencapai 87,5% pada siklus II atau meningkat 18,5%. Berdasarkan lembar observasi tiap kelompok, menunjukan adanya peningkatan dalam aspek keaktifan, kerja sama serta keterampilan siswa menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil angket yang dibagikan pada siswa, ada 11 pertanyaan sesuai (lampiran 9),pada siklus I siswa yang menjawab sangat tidak setuju rata-rata 2,85%, siswa yang menjawab tidak setuju rata-rata 19,32%, siswa yang menjawab setuju rata-rata 55,11% dan siswa yang menjawab sangat setuju rata-rata 22,72%. Pada siklus II siswa yang menjawab sangat tidak setuju mengalami penurunan yaitu rata-rata 0,85%, siswa yang menjawab tidak setuju rata-rata 9,66%, siswa yang menjawab setuju rata-rata 60,79% dan siswa yang menjawab sangat setuju rata-rata 28,70%. Dari prosentase jawaban siswa yang tidak setuju terjadi penurunan sebesar 9,66%,sedangkan siswa yang setuju mengalami peningkatan sebesar 11,66%. Kata Kunci : Metode diskusi, Prestasi belajar PENDAHULUAN Dalam upaya meningkatkan keberhasilan proses belajar dituntut keberhasilan guru dalam memilih dan menentukan strategi mengajar yang mampu membawa siswa pada situasi yang aktif, sehingga siswa dapat mengembangkan segala kemampuan belajar. Proses belajar mengajar dapat bermakna dan berguna bila dapat menciptakan suasana belajar yang merangsang aktivitas belajar, menginformasikan hasil-hasil yang dicapai oleh peserta didik dan memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai. Maka dari itu perlu adanya suatu sistem pembelajaran yang mampu menjadikan situasi proses belajar mengajar di sekolah sebagai kegiatan yang lebih mengaktifkan siswa untuk membaca dan memecahkan masalah sendiri di bawah pengawasan dan bimbingan guru yang selalu siap mendorong dan menolong siswa yang mempunyai kesulitan. Pada dasarnya peserta didik mempunyai kemampuan dan kecepatan belajar yang berbeda satu sama lain dalam waktu yang berbeda pula sehingga mampu mengubah keadaan tersebut untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar mengajar. Peneliti berpendapat bahwa pembelajaran konvensional belum sesuai dengan tuntutan jaman, karena pembelajaran yang dilakukan siswa belum diberi kesempatan seluas-luasnya untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Pembelajaran konvensional menimbulkan sifat dan tingkah laku yang pasif dalam menghadapi tantangan jaman, karena siswa kurang mendapat perhatian untuk belajar secara mandiri, kreatif dan bertanggung jawab. Pengalaman penulis pada pembelajaran teori produktif pokok bahasan “Perawatan Sistem Pendingin” menggambarkan masih rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa kelas XI TKR SMK Islam Pemalang pada tahun pelajaran 2011/2012. Hasil ulangan siswa yang didapat pada kelas XI TKR 6 menunjukan bahwa,dari jumlah siswa 32 anak yang mendapat nilai 74 keatas atau yang mengalami belajar tuntas hanya 11 siswa (34%),sementara sisanya masih dibawah 74 sebanyak 21 siswa (66%). Melihat permasalahan diatas,maka diperlukan suatu upaya pembelajaran yang tidak lagi bersifat konvensional untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa,sehingga diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran untuk mengatasi kelemahan metode pembelajaran konvensional adalah dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Peneliti berpendapat bahwa model diskusi kelompok tampaknya akan dapat melatih para siswa untuk memahami materi yang ada, mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Perawatan Sistem Pendingin Dengan Metode Diskusi Kelompok Pada Siswa Kelas XI TKR6 SMK Islam Pemalang Tahun Pelajaran 2011/2012 ’’. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Belajar Dari berbagai pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli, pada umumnya belajar adalah suatu kegiatan atau proses yang dialami oleh individu sebagai hasil dari pengalaman dan latihan untuk memperoleh suatu perubahan baik pada pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai sikap, maupun motivasi. Ciri-Ciri Belajar Beberapa ciri-ciri belajar yang menjadi karakteristik penting adanya perilaku belajar adalah : a) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan-tujuan dipakai sebagai arah kegiatan dan sekaligus sebagai tolak ukur keberhasilan belajar. b) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan pada orang lain. Jadi, belajar bersifat individual. c) Belajar merupakan proses interaksi antar individu dan lingkungan berarti individu harus aktif bila dihadapkan pada suatu lingkungan tertentu. Seseorang dikatakan telah belajar apabila seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memiliki pengalaman baru. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Metode Mengajar Metode mengajar adalah cara yang digunakan dalam mengadakan hubungan antara siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu, peranan mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan sesuatu pada saat berlangsungnya pembelajaran. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari suatu metode dapat ditutupi oleh metode lainnya. Oleh karena itu, tidak ada metode mengajar yang paling baik. Dengan demikian, guru tidak hanya menggunakan satu metode dalam proses mengajarnya, tetapi tidak dapat menggunakan beberapa metode. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Supaya hasil belajar dapat meningkat khususnya pada aktivitas siswa serta kerjasama dalam kelompok pada pembelajaran perawatan/pemeliharaan sistem pendingin, maka pendekatan dalam penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode diskusi kelompok. Penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Siklus II dilakukan apabila pada siklus I belum terjadi peningkatan hasil belajar khususnya pada aktivitas serta kerjasama dalam kelompok pada siswa kelas XI TKR6 semester 2 SMK Islam Pemalang. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil tes siswa, sementara aktivitas siswa dapat dilihat dari hasil tes siswa, dan kerjasama siswa dalam kelompok selama kegiatan belajar mengajar dapat dilihat dari lembar observasi. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI TKR6 semester-2 SMK Islam Pemalang Tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 32 siswa yang seluruhnya merupakan siswa putra sebagai subyek yang akan diteliti. HASIL PENELITIAN Siklus I Pada penelitian siklus I tersebut dilakukan tahapan sebagai berikut: a. Perencanaan 1) Menyiapkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan pembelajaran. a) Siswa diharapkan lebih mudah dalam memahami materi perawatan sistem pendingin. b) Diharapkan mempermudah siswa dalam menyelesaikan permasalahan sistem pendingin. c) Siswa diharapkan mampu memahami dan melaksanakan pemeliharaan/perawatan sistem pendingin dengan baik. 2) Menyiapkan garis besar materi pelajaran Perawatan sistem pendingin a) Menyusun rencana pembelajaran siklus I. b) Menyusun uraian materi tentang sistem pendingin. c) Menyiapkan permasalahan siklus I untuk dikerjakan tiap kelompok. d) Menyiapkan lembar observasi siklus I untuk mengamati keaktifan, kerjasama dan keterampilan siswa pada tiap kelompok saat pembelajaran berlangsung. e) Merancang perangkat test siklus I yaitu berupa soal evaluasi beserta kunci jawaban (lampiran 16 dan 18). f) Menyiapkan angket untuk mengetahui sikap siswa pada pembelajaran sistem pendingin (lampiran 8). g) Menyiapkan lembar observasi guru untuk mengamati perkembangan situasi dan kondisi belajar mengajar. Observasi ini dilakukan oleh kepala program TKR untuk mengamati jalannya proses belajar mengajar dengan peneliti. b. Pelaksanaan tindakan 1) Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran serta memotivasi siswa supaya belajar dengan baik,aktif dan kreatif. 2) Guru melakukan apersepsi: mengingat kembali tentang materi yang lampau yaitu tentang sistem pendingin. 3) Guru menjelaskan materi tentang perawatan/pemeliharaan sistem pendingin. 4) Guru memberi contoh permasalahan yang ada pada sistem pendingin,kemudian bersama siswa membahas permasalahan tersebut. 5) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya. 6) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar dengan membagi siswa menjadi 4 kelompok,dimana masing-masing beranggotakan 8 orang siswa. 7) Memberi permasalahan/soal yang berbeda pada tiap kelompok,kemudian tiap kelompok berdiskusi mengerjakan soal masing-masing. 8) Guru membimbing siswa dalam bekerja dan belajar, yaitu mencari informasi sebanyakbanyaknya melalui modul sesuai dengan permasalahan yang didapat tiap kelompok dan belajar berdiskusi mengerjakan permasalahan yang didapat. 9) Guru meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk menulis hasil pekerjaannya dan mempresentasikannya. 10) Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk menyanggah atau bertanya kepada masingmasing kelompok yang memprentasikannya. 11) Tiap kelompok menyimpulkan hasil presentasinya masing-masing. 12) Guru membahas hasil presentasi tiap kelompok dan mengarahkan serta meluruskan di mana letak kesalahan mereka. 13) Siswa menyelesaikan soal evaluasi I dalam waktu 60 menit, dilanjutkan pengisian angket. c. Pengamatan (observasi) Pengamatan dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung dengan rincian sebagai berikut: 1) Pengamatan terhadap aktifitas siswa a. Sejumlah dari 32 siswa tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori mempunyai aktivitas kurang, yang termasuk kategori mempunyai aktivitas cukup adalah 21 siswa, yang termasuk kategori mempunyai aktivitas baik adalah 11 siswa. b. Dari 4 kelompok belajar, aktivitas tiap kelompok tidak ada yang masuk kategori kurang, aktivitas tiap kelompok rata-rata semuanya cukup, meskipun dari tiap kelompok ada siswa yang kurang aktif dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan. 2) Pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam kelompok a. Sejumlah dari 32 siswa tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori kurang, yang termasuk kategori mempunyai kerjasama cukup adalah 22 siswa dan yang termasuk kategori mempunyai kerjasama baik dalam kelompok adalah 10 siswa. b. Dari 4 kelompok belajar, kerjasama tiap kelompok tidak ada yang kurang, kerjasama tiap kelompok rata-rata semuanya cukup, meskipun dari tiap kelompok ada siswa yang belum bekerja mencari sumber materi, mengumpulkan informasi berupa materi untuk bahan mengerjakan soal diskusi, kurang aktif dalam diskusi, belum mampu membantu temannya dalam menjawab pertanyaan, kurang berpartisipasi dalam kelompoknya dan menyimpulkan materi. 3) Pengamatan terhadap keterampilan siswa a. Sejumlah dari 32 siswa yang termasuk kategori mempunyai keterampilan kurang adalah 4 siswa, yang termasuk kategori mempunyai keterampilan cukup adalah 19 siswa dan yang termasuk kategori mempunyai keterampilan baik adalah 9 siswa. b. Dari 4 kelompok belajar, keterampilan tiap kelompok tidak ada yang kurang, keterampilan tiap kelompok rata-rata semuanya cukup. Meskipun dari tiap kelompok ada siswa yang belum terampil dalam mengerjakan soal, mempresentasikan di depan kelas dan belum terampil menyampaikan materi dalam presentasi. 4) Pengamatan terhadap nilai rata-rata siswa pada siklus I Dari jumlah seluruh nilai yang di dapatkan siswa berdasarkan evaluasi I,diperoleh rata-rata nilai: jumlah seluruh nilai Jumlah siswa X = 2331 = 72,84 32 Maka nilai rata-rata siswa pada siklus I sebesar 72,84 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 22 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 10 siswa.sehingga prosentase ketuntasan pada siklus I sebesar 68,75 (lampiran 24) 5) Pengamatan terhadap sikap siswa melalui angket. Berdasarkan hasil angket siswa, siswa yang menjawab sangat tidak setuju rata-rata 2,85%, siswa yang menjawab tidak setuju rata-tata 19,32%, siswa yang menjawab setuju rata-rata 55,11% dan siswa yang menjawab sangat setuju rata-rata 22,72%. Karena siswa yang menjawab setuju dan sangat setuju jika dijumlahkan lebih dari 77%, maka 23% lagi siswa tidak sangat setuju dan tidak setuju, sehingga guru perlu meningkatkan kualitas pembelajaran, agar siswa setuju kalau pembelajaran dengan metode diskusi kelompok ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik baik sehingga akan meningkat pula hasil belajar mereka. 6) Observai terhadap guru Analisis kinerja guru pada siklus I diperoleh %= jumlah skor x 100% skor total = 27 x 100% 52 = 51,92 % Jadi pada siklus I ini proses mengajar yang dilakukan oleh guru sudah cukup baik. d. Refleksi Berdasarkan atas tindakan pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah dilaksanakan. Dalam kegiatan pada siklus I didapatkan hasil refleksi sebagai berikut: 1. Selama proses pembelajaran a) Supaya siswa lebih paham dengan materi yang diajarkan, maka guru sebaiknya pelan-pelan saja dalam menerangkan materi. b) Guru sebaiknya mengatur waktu dengan sebaik-baiknya,supaya waktu yang dipergunakan dalam diskusi kelas tidak melebihi waktu yang ditentukan. c) Agar siswa berani mengajukan pertanyaan di dalam proses pembelajaran, maka sebaiknya guru memberi pertanyaan dan memotivasi siswa agar lebih berani bertanya. d) Guru dianjurkan untuk menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh siswa,supaya siswa memahami penjelasan dari guru pada waktu membahas materi ajar, dan siswa memberikan respon, hal ini mengingat daya tangkap siswa yang beragam. e) Agar siswa dengan kemampuan tinggi tidak mendominasi kelompoknya, maka sebaiknya guru membagi peran untuk masing-masing anggota kelompoknya. f) Perlu adanya dorongan dan motivasi guru agar aktivitas, kerjasama dan keterampilan siswa lebih baik dan semangat. 2. Keaktifan siswa dalam berdiskusi Keaktifan siswa dalam berinteraksi satu sama lain, berani berkomunikasi dengan guru dan melakukan diskusi masih tergolong cukup dengan rata-rata skala penilaian 51% ,sehingga dikatakan belum optimal. 3. Kerjasama siswa dalam kelompoknya juga masih tergolong cukup, karena 22 siswa termasuk kategori cukup, 10 siswa kategori baik dan tidak ada siswa yang termasuk ketegori kurang. 4. Keterampilan siswa dalam diskusi Keterampilan siswa dalam diskusi tergolong cukup,dengan 19 jumlah siswa dalam katergori cukup,9 siswa dalam kategori baik meskipun masih ada 4 siswa kategori kurang. 5. Dari daftar nilai (lampiran 22) terdapat 22 siswa yang tuntas belajar dengan rata-rata nilai 72,84 dan prosentase ketuntasan 68,75%. Hal ini berarti pembelajaran yang dilaksanakan belum berhasil atau masih kurang. 6. Secara garis besar, pelaksanaan siklus I kurang berhasil. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi I yang menunjukkan ketuntasan belajar siswa 68,75% kurang dari 85% yang merupakan tolok ukur keberhasilan. Oleh karena itu kegiatan pada siklus I perlu diulang supaya kemampuan siswa bisa ditingkatkan. Siklus II Pada siklus II langkah yang dilakukan peneliti hampir sama pada siklus I,dimana kegiatan yang dilakukan pada siklusII berupa perbaikan tindakan yang didasarkan pada kekurangan atau temuan pada siklus I,sedangkan kelebihan pada siklus I tetap dipertahankan. Siklus II dilaksanakan pada hari kamis,tanggal 17 Mei 2012 dan hari jumat tanggal 18 Mei 2012. a. Perencanaan Atas dasar refleksi pada siklus I, maka pembelajaran diidentifikasi dan masalah dirumuskan. Selanjutnya guru dan peneliti kembali untuk menyampaikan materi pemeliharaan/perawatan sistem pendingin dengan menggunakan metode diskusi kelompok dengan tindak lanjut sebagai berikut: a) Menentukan kembali pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu perawatan sistem pendingin. b) Menyusun rencana pembelajaran materi perawatan sistem pendingin. c) Menyusun uraian materi yang akan digunakan pada proses pembelajaran. d) Menyiapkan lembar observasi siklus II untuk mengamati tingkat keaktifan, kerjasama dan keterampilan siswa ketika berdiskusi membahas permasalahan. e) Merancang perangkat test siklus II berupa: soal evaluasi,kisi-kisi dan kunci jawaban. f) Menyiapkan kembali angket untuk mengetahui sikap siswa pada pembelajaran sistem pendingin. g) Menyiapkan lembar observasi guru untuk mengamati perkembangan situasi dan kondisi belajar mengajar. b. Pelaksanaan a) Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran. b) Guru melakukan apersepsi: mengingat kembali tentang materi yang kurang paham pada siklus I. c) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar dengan membagi siswa menjadi 4 kelompok masing-masing beranggotakan 8 orang siswa. d) Guru memberi permasalahan yang berbeda pada tiap kelompok dan tiap kelompok berdiskusi mengerjakan soal masing-masing. e) Guru membimbing siswa dalam bekerja dan belajar, yaitu mencari informasi sebanyakbanyaknya sesuai dengan permasalahan yang didapat tiap kelompok dan belajar berdiskusi mengerjakan permasalahan yang didapat. f) Guru meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk menuliskan hasil pekerjaannya dan mempresentasikannya. g) Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk menyanggah atau bertanya kepada masingmasing kelompok yang mempresentasikannya. h) Tiap kelompok menyimpulkan hasil presentasinya masing-masing. i) Guru membahas hasil presentasi tiap kelompok dan membetulkan atau meluruskan di mana letak kesalahan mereka. j) Siswa menyelesaikan soal evaluasi II dalam waktu 60 menit, dilanjutkan pengisian angket. c. Pengamatan (observasi) Pengamatan dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung dengan rincian sebagai berikut: a) Pengamatan terhadap aktifitas siswa a. Sejumlah dari 32 siswa tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori mempunyai aktivitas kurang dan cukup,yang termasuk kategori mempunyai aktivitas baik adalah 21 siswa dan baik sekali ada 11 siswa. b. Dari 4 kelompok belajar, aktivitas tiap kelompok tidak ada yang masuk kategori kurang dan cukup, aktivitas tiap kelompok rata-rata semuanya baik, meskipun dari tiap kelompok ada siswa yang dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan dalam kategori cukup. b) Pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam kelompok a. Sejumlah dari 32 siswa tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori kurang, yang termasuk kategori mempunyai kerjasama cukup ada 6 siswa dan yang termasuk kategori mempunyai kerjasama baik dalam kelompok adalah 26 siswa. b. Dari 4 kelompok belajar, kerjasama tiap kelompok tidak ada yang kurang dan cukup, kerjasama tiap kelompok rata-rata semuanya baik, meskipun dari tiap kelompok ada siswa yang belum bekerja mencari sumber materi, mengumpulkan informasi berupa materi untuk bahan mengerjakan soal diskusi, kurang aktif dalam diskusi, belum mampu membantu temannya dalam menjawab pertanyaan, kurang berpartisipasi dalam kelompoknya dan menyimpulkan materi. c) Pengamatan terhadap keterampilan siswa a. Sejumlah dari 32 siswa tidak ada siswa yang termasuk kategori mempunyai keterampilan kurang, yang termasuk kategori mempunyai keterampilan cukup adalah 11 siswa dan yang termasuk kategori mempunyai keterampilan baik adalah 21 siswa. b. Dari 4 kelompok belajar, keterampilan tiap kelompok tidak ada yang kurang dan cukup, keterampilan tiap kelompok rata-rata semuanya baik. Meskipun dari tiap kelompok ada siswa yang presentasi di depan kelas dan menyampaikan materi termasuk dalam kategori kurang. d) Pengamatan terhadap nilai rata-rata siswa pada siklus II Dari jumlah seluruh nilai yang di dapatkan siswa berdasarkan evaluasi II,diperoleh rata-rata nilai: X jumlah seluruh nilai Jumlah siswa = 2557 = 79,90 32 Maka nilai rata-rata siswa pada siklus II sebesar 79,90 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 28 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 4 siswa.sehingga prosentase ketuntasan pada siklus II sebesar 87,5%. e) Pengamatan terhadap sikap siswa melalui angket Berdasarkan hasil angket siswa, siswa yang menjawab sangat tidak setuju rata-rata 0,85%, siswa yang menjawab tidak setuju rata-tata 9,66%, siswa yang menjawab setuju rata-rata 60,79% dan siswa yang menjawab sangat setuju rata-rata 28,70%. Terdapat peningkatan persetujuan dari siswa yaitu 89,5% menjawab setuju bahwa pembelajaran dengan metode diskusi kelompok ini dapat meningkatkan prestasi mereka dalam mengerjakan soal perawatan sistem pendingin . f) Observai terhadap guru Analisis kinerja guru pada siklus II diperoleh %= jumlah skor x 100% skor total = 39 x 100% 52 = 75% Jadi pada siklus II ini proses mengajar yang dilakukan oleh guru sudah baik d. Refleksi Berdasarkan atas tindakan pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah dilaksanakan. Dalam kegiatan pada siklus II didapatkan hasil refleksi sebagai berikut: 1. Selama proses pembelajaran a) Guru sudah melakukan apersepsi dengan baik sehingga siswa dengan baik pula merespon dan merasa semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. b) Guru sudah memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan memotivasi siswa agar lebih berani bertanya. c) Guru sudah menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh siswa sehingga siswa mendalami pelajaran dengan lancar dan baik. d) Guru sudah memperingatkan tiap kelompok untuk membagi tugas masing-masing anggota kelompoknya agar tidak ada lagi yang bergantung pada siswa lain. e) Guru sudah memotivasi, membimbing dan memperhatikan tiap kelompok sehingga aktivitas, kerja sama dan keterampilan siswa lebih baik dan meningkat. 2. Keaktifan siswa dalam berdiskusi. Keaktifan siswa dalam berinteraksi satu sama lain, berani berkomunikasi dengan guru dan melakukan diskusi sudah tergolong baik dengan rata-rata skala penilaian 68%. 3. Kerjasama siswa dalam kelompoknya sudah tergolong baik, karena 6 siswa termasuk kategori cukup, 26 siswa kategori baik dan tidak ada siswa yang termasuk ketegori kurang. 4. Keterampilan siswa dalam diskusi. Keterampilan siswa dalam diskusi tergolong baik,dengan 11 jumlah siswa dalam katergori cukup,21siswa dalam kategori baik dan tidak ada siswa kategori kurang. 5. Dari daftar nilai (lampiran 23) terdapat 28 siswa yang tuntas belajar dengan rata-rata nilai 79,90 dan prosentase ketuntasan 87,5%. Hal ini berarti pembelajaran yang dilaksanakan sudah berhasil. 6. Secara garis besar, pelaksanaan siklus II sudah berhasil. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi II yang menunjukkan ketuntasan belajar siswa telah mencapai 87,5%,yang mana sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Pembahasa Hasil Penelitian Berdasarkan hasil refleksi siklus I, dihasilkan antara lain: siswa kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru, waktu yang digunakan dalam diskusi kelompok kurang efisien, sehingga guru sebaiknya mengatur waktu dengan sebaik-baiknya. Siswa belum berani mengajukan pertanyaan, maka sebaiknya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memotivasi siswa agar lebih berani bertanya. Guru menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh siswa sehingga siswa lebih mudah memahami penjelasan guru. Siswa yang kemampuan tinggi agar tidak mendominasi kelompoknya. Maka guru sebaiknya membagi peran untuk masing-masing anggota kelompoknya. Guru harus banyak memotivasi tiap kelompok agar aktivitas, kerja sama dan keterampilan siswa pada tiap kelompok lebih baik dan meningkat. Dari hasil angket, masih banyak siswa yang tidak setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menumbuhkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik mereka. Sehingga guru harus lebih berusaha memperbaiki proses belajar mengajar agar siswa setuju dengan pembelajaran ini. Terdapat 22 siswa yang tuntas belajar dengan rata-rata nilai 72,84 dan prosentase ketuntasan 68,75%, sehingga pembelajaran belum berhasil, selain itu aktivitas, kerja sama dan keterampilan siswa masih kurang. Berdasarkan hasil refleksi siklus II, dihasilkan antara lain: guru sudah melakukan apersepsi dengan baik sehingga siswa dapat merespon dan merasa semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa sudah memahami materi yang diajarkan oleh guru. Guru sudah memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memotivasi siswa agar lebih berani bertanya. Guru sudah menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh siswa sehingga siswa memahami pelajaran dengan baik dan lancar. Guru sudah memperingatkan tiap kelompok untuk membagi tugas masing-masing anggota kelompoknya agar tidak ada lagi siswa yang tergantung pada siswa lain. Guru sudah memotivasi membimbing dan memperhatikan tiap kelompok sehingga aktivitas, kerjasama dan keterampilan siswa lebih baik dan meningkat. Dari hasil angket, siswa yang menjawab setuju dan sangat setuju dengan prosentase rata-rata 60,79% dan 28,70% bahwa pembelajaran dengan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran sistem pendingin dan menumbuhkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik mereka. Terdapat 28 siswa yang tuntas belajar dengan rata-rata nilai 79,90 dan prosentase ketuntasan 87,50% sehingga pembelajaran sudah dikatakan berhasil karena memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Selain itu aktivitas, kerja sama dan keterampilan siswa mengalami peningkatan menjadi lebih baik. KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah diperoleh ,maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Melalui penggunaan metode diskusi kelompok dalam mata pelajaran perawatan sistem pendingin pada kelas XI TKR 6 SMK Islam pemalang, maka aktivitas, kerja sama, keterampilan dan hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat. 2. Dari hasil pembelajaran dengan metode diskusi kelompok,menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata prestasi belajar pada setiap siklusnya. Hasil penelitian siklus I menunjukkan rata-rata nilainya 72,84 dengan ketuntasan belajar 68,75% meningkat menjadi 79,90 dengan ketuntasan belajar mencapai 87,5% pada siklus II atau meningkat 18,5%. Berdasarkan lembar observasi tiap kelompok, menunjukan adanya peningkatan dalam aspek keaktifan, kerja sama serta keterampilan siswa menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil angket yang dibagikan pada siswa, ada 11 pertanyaan sesuai (lampiran 9),pada siklus I siswa yang menjawab sangat tidak setuju rata-rata 2,85%, siswa yang menjawab tidak setuju rata-rata 19,32%, siswa yang menjawab setuju rata-rata 55,11% dan siswa yang menjawab sangat setuju rata-rata 22,72%. Pada siklus II siswa yang menjawab sangat tidak setuju mengalami penurunan yaitu rata-rata 0,85%, siswa yang menjawab tidak setuju ratarata 9,66%, siswa yang menjawab setuju rata-rata 60,79% dan siswa yang menjawab sangat setuju rata-rata 28,70%. Dari prosentase jawaban siswa yang tidak setuju terjadi penurunan sebesar 9,66%,sedangkan siswa yang setuju mengalami peningkatan sebesar 11,66%. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Astra Daihatsu Motor.1997. Pemeliharaan Kendaraan Daihatsu. PT Astra Daihatsu Motor,Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka. Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah,SB. Dan Zain,Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hamalik,oemar. 1994. Psikologi Belajar. Bandung: Sinar Baru . 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Bumi Aksara. Haris,Abdul dan Jihat,Asep. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo. Muharto,Fathun dan Mahdi. 2008. Pemeliharaan Sistem Pendingin dan Komponen-komponennya. Depok: Arya Duta. Nasution,S. 2004. Didaktik Azas-azas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Samsudi.2006. Disain Penelitian Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Slavin, Robert, E. 1995. Cooperatif Learning,Theory research and Practice. Boston: Allyn and Bacon. Sugito, Sukewi. 1994. Perencanaan Pengajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suharyono, dkk. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press. Winkel,W.S.2003.Psikologi pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.