evaluasi pelaksanaan pelatihan instruktur di

advertisement
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
EVALUASI PELAKSANAAN PELATIHAN INSTRUKTUR
DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR
GANESHA OPERATION
Nyoman Nova Satriawan, I Wayan Bagia, Gede Putu Agus Jana Susila
Jurusan Manajemen
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) reaksi peserta pelatihan terhadap
materi pelatihan, metode pelatihan, instruktur pelatihan dan fasilitas pelatihan, (2)
pembelajaran peserta pelatihan selama pelaksanaan pelatihan, (3) perilaku peserta
pelatihan selama pelaksanaan pelatihan, dan (4) hasil pelaksanaan pelatihan. Lokasi
penelitian dilaksanakan di Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation Rayon
Singaraja, dengan jumlah populasi sebanyak 23 orang. Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan (1) pencatatan dokumentasi, (2) wawancara dan
(3) observasi. Data dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif
dengan model evaluasi empat level Kirkpatrick. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa (1) reaksi peserta terhadap materi pelatihan, metode pelatihan, instruktur
pelatihan dan fasilitas pelatihan menunjukkan reaksi yang baik. (2) Pembelajaran
peserta pelatihan selama mengikuti pelatihan menunjukkan adanya peningkatan
pembelajaran. (3) Perilaku peserta pelatihan selama pelaksanaan pelatihan
menunjukkan perilaku yang baik, dan (4) Hasil dari keseluruhan peserta pelatihan
berdasarkan hasil micro teaching menunjukkan kinerja mengajar yang baik.
Kata kunci: evaluasi pelaksanaan, pelatihan
Abstract
This studi aims to describe (1) trainee Reaction to training material, the training
method, instructors training and training facility, (2) Learning trainee during the
training, (3) Behavior trainee during the training, and (4) implementation Results
training. The location study was conducted in Tutoring Institutions Ganesha
Operation Area Singaraja, the number of populations as many as 23 people. Data
collection method in this research using (1) recording, documentation (2) interviews
and (3) observation. Data analyzed used technique descriptive analysis quantitative
with model evaluation kirkpatrick four level. The results showed that (1) trainee
Reaction to training material, the training method, instructors training and training
facility good show reaction, (2) Learning trainee during training show an increase of
Learning, (3) Behavior trainee during the training show good behavior, and (4) The
result of a whole trainee based on the micro teaching perform teaching good.
Keywords : evaluation implementation, training
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
PENDAHULUAN
Pelatihan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia menjadi suatu
keniscayaan bagi organisasi, karena
penempatan karyawan secara langsung
dalam pekerjaan tidak menjamin mereka
akan berhasil. Karyawan baru sering
merasa tidak pasti tentang peranan dan
tanggung jawab mereka. Permintaan
pekerjaan dan kapasitas karyawan
haruslah seimbang melalui program
orietasi dan pelatihan, keduanya sangat
dibutuhkan. Hal ini dapat diasumsikan
bahwa pelatihan dan pengembangan
sangat penting bagi tenaga kerja untuk
bekerja lebih menguasai dan lebih baik
terhadap pekerjaan yang dijabat atau akan
dijabat ke depan. Meskipun para
karyawan
telah
dilatih
dan
telah
menguasai
pekerjaannya,
mereka
membutuhkan pengembangan lebih jauh
untuk menyiapkan tanggung jawab
mereka di masa depan. Salah satu fungsi
manajemen surmber daya manusia adalah
pelatihan dan pengembangan (training
and development) artinya bahwa untuk
mendapatkan tenaga kerja pendidikan
yang bersumber daya manusia yang baik
dan tepat sangat perlu pelatihan dan
pengembangan. Hal ini sebagai upaya
untuk mempersiapkan para tenaga kerja
pendidikan untuk menghadapi tugas
pekerjaan jabatan yang dianggap belum
menguasainya. Melalui pelatihan dan
pengembangan, tenaga kerja akan
mampu
mengerjakan,
meningkatkan,
mengembangkan pekerjaannya.
Di tengah-tengah persaingan yang
tajam dalam industri bimbingan belajar,
pada tanggal 1 Mei 1984 Ganesha
Operation pertama didirikan di Kota
Bandung. Seiring dengan perjalanan
waktu, berkat keuletan dan konsistensinya
dalam menjaga kualitas, kini Ganesha
Operation telah tumbuh bagai remaja
tambun dengan 96 rayon yang tersebar di
40 kota besar se-Indonesia. Meskipun
pada awalnya hingga tahun 1992
Ganesha Operation hanya ada di
Bandung, pada tahun 1993 dibuka cabang
pertama di Denpasar. Pengembangan
secara serius dilakukan mulai tahun 1995.
Sejak itu pertumbuhan cabang-cabang
Ganesha Operation benar-benar tidak
terbendung. Citra Ganesha Operation
yang sangat kuat telah merambah ke
seluruh Nusantara sehingga setiap
cabang baru dibuka langsung diserbu oleh
para siswa. Kalau pada saat pertama kali
berdiri siswa Ganesha Operation masih
sedikit dan hanya mencakup program
kelas 3 SMU, kemudian dari tahun ke
tahun jumlah siswanya terus bertambah.
Saat ini untuk satu tahun pelajaran jumlah
seluruh siswa Ganesha Operation dapat
mencapai sekitar 60.000 siswa, suatu
jumlah yang sangat besar. Khusus untuk
kelas 3 SMU, Ganesha Operation
berhasil meluluskan lebih dari 6.000
siswanya setiap tahun di berbagai PTN
terkemuka di Indonesia melalui SPMB.
Kesuksesan yang diraih oleh
Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha
Operation tidak lepas dari pelatihan dan
pengembangan
SDM
yang
sering
dilakukan untuk semakin meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang
dimilikinya.
Pelatihan
tersebut
diselenggarakan pada tanggal 17, 18, dan
19 Desember 2015. Ganesha Operation
Rayon Singaraja bekerja sama dengan tim
penilai evaluasi independen baik itu dosen
atau pengajar senior yang didatangkan
dari universitas terkemuka dan juga
pengajar senior yang didatangkan dari luar
Ganesha Operation Rayon Singaraja.
Pelatihan
ini
dilakukan
untuk
mematangkan
pemahaman
tenaga
pengajar mengenai konsep dan materi
ajar yang akan dibawakan. Pelatihan
sebagai suatu kegiatan dari perusahaan
yang bermaksud untuk dapat memperbaiki
dan mengembangkan sikap, tingkah laku,
keterampilan, dan pengetahuan dari para
karyawan
sesuai
kegiatan
dari
perusahaan
yang
bersangkutan
(Nitisemito,
2002).
Evaluasi
pada
pelatihan di Lembaga Bimbingan Ganesha
Operation belum pernah dilaksanakan.
Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha
Operation hanya telah melaksanakan
evaluasi terhadap peserta pelatihannya
saja. Evaluasi pelatihan menjadi sangat
penting untuk dipelajari karena evalusi
akan mengukur tingkat ketercapaian dari
program
pelatihan
yang
dilakukan
sehingga akan memberikan feed back
untuk kelangsungan program pelatihan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
selanjutnya. Peserta merupakan objek dari
pelatihan dan akan merasakan hasil dari
pelatihan sehinga evaluasi peserta
menjadi
sangat
menentukan
keberlangsungan pelatihan selajutnya.
Selain peserta yang menjadi ujung tombak
keberhasilan atau ketercapaian program
pelatihan
adalah
instruktur
yang
memberikan materi pelatihan. Maka,
evaluasi pelaksanaan pelatihan sangat
perlu dilaksanakan untuk mengetahui
tingkat
ketercapaian
dari
program
pelatihan yang diselenggarakan.
Berdasarkan latar belakang di atas
maka dapat dirumuskan masalah yaitu: (1)
Bagaimana reaksi (reaction) peserta
pelatihan terhadap materi pelatihan,
metode pelatihan, instruktur pelatihan, dan
fasilitas pelatihan selama mengikuti
pelatihan di Lembaga Bimbingan Belajar
Ganesha Operation Rayon Singaraja?, (2)
Bagaimana hasil pembelajaran (learning)
peserta pelatihan selama mengikuti
pelatihan di Lembaga Bimbingan Belajar
Ganesha Operation Rayon Singaraja?, (3)
Bagaimana perilaku (behavior) peserta
pelatihan selama mengikuti pelatihan di
Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha
Operation Rayon Singaraja?, dan (4)
Bagaimana hasil (result) dari pelatihan
yang dilakukan di Lembaga Bimbingan
Belajar
Ganesha Operation Rayon
Singaraja?
Adapun
tujuan
dilakukannya
evaluasi
pelatihan
adalah
untuk
memperoleh temuan deskriptif mengenai
hal-hal sebagai berikut, (1) Reaksi
(reaction) peserta pelatihan terhadap
materi pelatihan, metode pelatihan,
instruktur pelatihan, dan fasilitas pelatihan
selama mengikuti pelatihan di Lembaga
Bimbingan Belajar Ganesha Operation
Rayon Singaraja, (2) Hasil pembelajaran
(learning) peserta pelatihan selama
mengikuti
pelatihan
di
Lembaga
Bimbingan Belajar Ganesha Operation
Rayon Singaraja, (3) Perilaku (behavior)
peserta pelatihan selama mengikuti
pelatihan di Lembaga Bimbingan Belajar
Ganesha Operation Rayon Singaraja, dan
(4) Hasil (result) dari pelatihan yang
dilakukan di Lembaga Bimbingan Belajar
Ganesha Operation Rayon Singaraja.
7
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi instruktur dan
bagi perusahaan, manfaat bagi instruktur
sebagai bahan pertimbangan untuk
memperbaiki kinerja melalui pelatihan dan
pengembangan Sumber Daya Manusia
yang
diberikan
sehingga
mampu
memperbaiki faktor penghambat dalam
memberikan bimbingan belajar yang
optimal kepada para siswa, dan manfaat
bagi perusahaan Hasil dari penelitian ini
diharapkan
memberikan
sumbangan
pemikiran yang bermanfaat yang dapat
dijadikan landasan bagi instansi terkait
untuk menentukan langkah mengenai
evaluasi
proses
pelatihan
dan
pengembangan Sumber Daya Manusia
yang telah dilaksanakan.
Pelatihan
digunakan
untuk
memperoleh keunggulan bersaing yang
kalau dikaji secara lebih luas untuk
menciptakan modal intelektual, yang
meliputi
keterampilan
dasar
yaitu
keterampilan yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan oleh seseorang,
keterampilan lanjutan (advance skill) yaitu
keterampilan menggunakan teknologi
untuk
berbagai
informasi
dengan
karyawan lain, keterampilan memahami
pelanggan atau sistem manufaktur dan
keterampilan kreatifitas memotivasi diri
sendiri
(self
motivared
creativity).
Pelatihan sebagai suatu kegiatan dari
perusahaan yang bermaksud untuk dapat
memperbaiki dan mengembangkan sikap,
tingkah
laku,
keterampilan,
dan
pengetahuan dari para karyawan sesuai
kegiatan
dari
perusahaan
yang
bersangkutan (Nitisemito, 2002). Pelatihan
adalah proses yang sistematis dalam
mengubah tingkah laku karyawan untuk
mencapai tujuan organisasi (Rivai, 2004).
Pelatihan
merupakan
suatu
usaha
meningkatkan
knowledge
dan
skill
seseorang karyawan untuk menerapkan
aktivitas kerja tertentu (Flippo dalam
Suwanto dan Priansa, 2011). Dengan
pelatihan
perusahaan
memperoleh
masukan yang baik dalam menghadapi
tantangan-tantangan manajemen yang
terus berkembang dengan memiliki
karyawan
yang
dapat
memenuhi
penyelesaian masalah-masalah yang ada.
Pelatihan merupakan salah satu faktor
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
yang penting dalam pengembangan SDM
dimana pelatihan tidak hanya menambah
pengetahuan,
akan
tetapi
juga
meningkatkan
keterampilan
bekerja
maupun meningkatkan prestasi kerja
(Sumarsono,2009). Pelatihan merupakan
pembelajaran yang dipersiapkan agar
pelaksanaan
pekerjaan
sekarang
meningkat
(prestasi
kerjanya)
(Atmodiwirio, 2002).
Jadi dapat disimpulkan bahwa
pelatihan adalah proses pendidikan jangka
pendek yang mengajarkan pengetahuan
dan keahlian tertentu serta sikap agar
karyawan semakin terampil dan mampu
melaksanakan tanggung jawab dengan
semakin baik dan pada akhirnya pelatihan
tersebut dapat menunjuang tercapainya
tujuan perusahaan.
Evaluasi merupakan suatu proses
menyediakan informasi yang dapat
dijadikan sebagai pertimbangan untuk
menentukan harga dan jasa (the worth
and merit) dari tujuan yang dicapai,
desain, implementasi dan dampak untuk
membantu
membuat
keputusan,
membantu pertanggung jawaban dan
meningkatkan
pemahaman
terhadap
fenomena (Stufflebeam & Shinkfield,
1985:159). Menurut rumusan tersebut, inti
dari evaluasi adalah penyediaan informasi
yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan
dalam
mengambil
keputusan.
Evaluasi merupakan suatu proses
atau kegiatan pemilihan, pengumpulan,
analisis dan penyajian informasi yang
dapat
digunakan
sebagai
dasar
pengambilan keputusan serta penyusunan
program selanjutnya (Stark & Thomas,
1994:12). Pengukuran, penilaian dan
evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului
dengan
penilaian
(assessment),
sedangkan penilaian didahului dengan
pengukuran.
Pengukuran
diartikan
sebagai kegiatan membandingkan hasil
pengamatan dengan kriteria, penilaian
(assessment)
merupakan
kegiatan
menafsirkan dan mendeskripsikan hasil
pengukuran,
sedangkan
evaluasi
merupakan penetapan nilai atau implikasi
perilaku (Griffin & Nix, 1991:3).
Sementara itu Edratna (2013)
mengemukakan
beberapa
tujuan
dilaksanakannya evaluasi pelatihan yaitu:
(1) Untuk mendapatkan informasi tentang
bagaimana meningkatkan program di
masa yang akan datang, (2) Untuk
memutuskan atau menentukan apakah
program
pelatihan
tersebut
dapat
dilanjutkan atau tidak, dan (3) Untuk
menilai
keberadaan
departemen
penyelenggara pelatihan, yakni dengan
menunjukkan bagaimana ia memberikan
kontribusi terhadap sasaran dan tujuan
dari organisasi.
Berdasarkan pendapat di atas
dapat
disimpulkan
bahwa
evaluasi
merupakan proses yang sistematis dan
berkelanjutan
untuk
mengumpulkan,
mendeskripsikan, mengintepretasikan dan
menyajikan
informasi
untuk
dapat
digunakan sebagai dasar membuat
keputusan, menyusun kebijakan maupun
penyusunan program selanjutnya. Adapun
tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh
informasi yang akurat dan objektif tentang
suatu program. Informasi tersebut dapat
berupa proses pelaksanaan program,
dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta
pemanfaatan
hasil
evaluasi
yang
difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu
untuk mengambil keputusan apakah
dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan.
Selain itu, juga dipergunakan untuk
kepentingan
penyusunan
program
berikutnya maupun penyusunan kebijakan
yang terkait dengan program.
Bagi
perusahaan,
program
pelatihan merupakan suatu investasi.
Perusahaan meyakini bahwa dengan
pemberian
program
pelatihan
bagi
anggota yang membutuhkan, mereka
dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya. Pada akhirnya juga
menigkatkan kinerja organisasi secara
keseluruhan. Namun disisi lain, program
pelatihan biasanya menghabiskan banyak
dana yang tidak kecil jumlahnya. Pelatihan
juga mengeluarkan biaya-biaya yang sifat
nya tidak langsung seperti gaji yang tetap
dibayarkan pada karyawan ketika mereka
tidak bekerja karena mengikuti satu
pelatihan dan waktu kerja yang tidak
digunakan untuk bekerja ketika mereka
menghadiri pelatihan. Untuk sementara
waktu produktivitas kerja pun menjadi
hilang
karena
pelatihan.
Untuk
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
meyakinkan bahwa program pelatihan
yang diselenggarakan tidak sia-sia, maka
perlu
dilakukan
evaluasi
program
pelatihan (Noe, 2010).
Secara khusus, (Kirkpatrick, 1998)
mengemukakan alasan mengapa suatu
pelatihan perlu dievaluasi. Pertama,
evaluasi dilakukan untuk mengetahui
apakah pelatihan dapat memberikan
kontribusi pada pencapaian tujuan-tujuan
organisasi atau tidak. Tidak hanya itu,
pelatihan juga perlu dievaluasi untuk
memutuskan apakah program pelatihan
tersebut perlu dilanjutkan atau tidak, yang
terakhir
adalah
evaluasi
pelatihan
dilakukan untuk mendapatkan informasi
mengenai bagaimana meningkatkan dan
mengembangkan program pelatihan yang
akan datang.
Jadi
evaluasi
pelatihan
memberikan suatu cara untuk memahami
investasi yang dihasilkan dari pelatihan
dan
memberikan
informasi
yang
diperlukan untuk meningkatkan pelatihan.
Jika perusahaan tidak mendapatkan
tingkat pengambilan yang cukup dari
investasi
itu,
maka
perusahaan
berkemungkinan
akan
mengurangi
investasi program pelatihan itu atau
mencari cara-cara untuk memperbaiki
program pelatihan tersebut. Dengan
demikian, penyelenggaraan pelatihan
tidak hanya sekedar penyelenggaraan
saja tetapi dengan jutaan dana yang telah
dikeluarkan pelatihan dapat memberikan
manfaat bagi individu yang mengikutinya
juga bagi kinerja perusahaan.
Model evaluasi yang sering dipakai
adalah model 4 Level Evaluasi Pelatihan
yang dikembangkan oleh Kirkpatrick
(1988) yang sering dikenal dengan
Evaluating Training Programs: The Four
Levels atau Kirkpatrick’s evaluation model.
Dalam model ini, evaluasi terhadap
program training dibedakan dalam empat
level evaluasi, yaitu: reaction, learning,
behavior, dan result. Setiap level evaluasi
memiliki alatnya masing-masing, dan juga
memiliki level kesulitan yang berbeda
dalam pelaksanakan. Keempat level
tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
(1) Reaksi (reaction)
Evaluasi terhadap reaksi peserta
pelatihan ditujukan untuk mengukur
tingkat reaksi peserta terhadap
pelaksanaan pelatihan. Pelatihan
dianggap
berkualitas
apabila
pelatihan dapat memuaskan dan
memenuhi harapan peserta peserta
sehingga
mereka
mempunyai
motivasi dan merasa nyaman untuk
belajar. Indikator Reaksi (reaction)
menurut Kirkpatrick (1998) yaitu
sebagai berikut.
a. Materi Pelatihan
Materi pelatihan meliputi
elemen yaitu, kesesuaian
materi pelatihan terhadap
kebutuhan kerja, kesesuaian
materi
pelatihan
dengan
tujuan pelatihan, dan dampak
materi pelatihan terhadap
praktik kerja.
b. Metode Pelatihan
Metode pelatihan meliputi
elemen yaitu, kesesuaian
pelaksanaan
pelatihan
dengan jadwal yang telah
ditetapkan, ketepatan waktu
dalam
pelaksanaan
pelatihan, dan kesigapan
panitia dalam membantu
peserta pelatihan
c. Instruktur Pelatihan
Instruktur pelatihan meliputi
elemen yaitu, kemampuan
instruktur dalam penguasaan
materi,
dan kemampuan
instruktur
dalam
teknik
penyampaian
materi
pelatihan
d. Fasilitas Pelatihan
Fasilitas pelatihan meliputi
elemen yaitu, kelengkapan
sarana dan prasarana yang
dibutuhkan
pada
saat
pelaksanaan pelatihan, dan
kenyamanan
ruangan
pelatihan
pada
saat
pelaksanaan pelatihan.
(2) Pembelajaran (learning)
Konsep
pembelajaran
dapat
didefinisikan sebagai peningkatan
pengetahuan, kenaikan ketrampilan
dan perubahan sikap peserta setelah
selesai mengikuti program pelatihan
(Kirkpatrick, 1998). Peserta pelatihan
dikatakan telah belajar apabila pada
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
dirinya telah mengalami perubahan
sikap,
perbaikan
pengetahuan
maupun peningkatan ketrampilan.
Salah satu cara yang sering
dilakukan
adalah
dengan
membandingkan
hasil
pre-test
dengan post test, yang dapat berupa
tes tertulis maupun tes praktikum
(performance test), sehingga jelas
hasilnya (Cox J, 2012).
Jika kemampuan peserta setelah
mengikuti
pelatihan
meningkat
secara signifikan, artinya program
secara
aktual
menyebabkan
terjadinya perbedaan kemampuan
dan dikatakan proses pembelajaran
yang dilakukan dapat mencapai
tujuan pembelajaran.
(3) Perilaku (behavior)
Penilaian perilaku difokuskan pada
perilaku peserta pelatihan yang
terjadi pada saat pelaksanaan
pelatihan. Pada dimensi Perilaku
(behavior)
terdapat
instrumen
penilaian perilaku yang terdiri dari,
(1) Rasa hormat peserta pelatihan
kepada
instruktur,
panitia
pelaksanaan, dan sesama peserta
pelatihan, (2) Ketepat waktu peserta
pelatihan
selama
mengikuti
pelatihan, (3) Kesopanan peserta
pelatihan dalam berpakaian selama
pelaksanaan
pelatihan,
(4)
Kepedulian peserta pelatihan dalam
menjaga
kebersihan
dan
kenyamanan selama pelaksanaan
pelatihan, dan (5) Keseriusan
peserta pelatihan dalam menerima
penjelasan materi dari instruktur.
Evaluasi perilaku dilakukan dengan
menggunakan formulir penilaian
untuk menilai perilaku peserta
pelatihan pada saat pelasanaan
pelatihan (Jonatan S, 2012).
(4) Hasil (result)
Evaluasi hasil dalam level 4 ini
difokuskan
pada
kinerja
atau
kemampuan
peserta
pelatihan.
Peserta pelatihan merupakan tenaga
pengajar maka yang dinilai adalah
Micro
Teaching
yaitu
praktik
mengajar peserta pelatihan sebelum
terjun ke lapangan. Indikator Micro
Teaching terdiri dari elemen yaitu:
(1) Awal Pembelajaran, dimana pada
elemen ini terdapat instrumen
mengenai
kemampuan
dalam
membuka
pelajaran,
(2)
Inti
Pembelajaran, dimana pada elemen
ini
terdapat
instrumen
yaitu,
kemampuan dalam penguasaan
materi pembelajaran, kemampuan
dalam pemanfaatan media/sumber
pembelajaran, kemampuan dalam
interaksi terhadap siswa, dan
kemampuan dalam penampilan di
depan kelas, dan (3) Akhir
Pembelajaran, dimana pada elemen
ini terdapat instrumen mengenai
kemampuan
dalam
menutup
pelajaran.
METODE
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian
deskriptif,
yaitu
desain
penelitian
yang
bertujuan
untuk
menggambarkan serta mendeskripsikan
bagaimana proses evaluasi pelaksanaan
pelatihan yang dilakukan di Lembaga
Bimbingan Belajar Ganesha Operation
Rayon Singaraja. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder yang diperoleh
dari Kepala Lembaga Bimbingan Belajar
Ganesha Operation Rayon Singaraja.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh peserta pelatihan dengan jumlah
23 orang. Dalam penelitian ini semua
populasi
diteli
agar
mendapatkan
informasi yang akurat tentang evaluasi
pelaksanaan pelatihan instruktur di
Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha
Operation Rayon Singaraja. Metode
pengumpulan
data
menggunakan
pencatatan dokumentasi, wawancara, dan
observasi.
Metode
analisis
yang
digunakan dalam penelitian adalah
analisis deskriptif kuantitatif dengan model
evaluasi empat level Kirkpatrick.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil pengumpulan
data berupa kuesioner dan penilaian
langsung terhadap peserta pelatihan
mengenai Reaksi (reaction) peserta
pelatihan terhadap materi pelatihan,
metode pelatihan, instruktur pelatihan, dan
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
fasilitas pelatihan,
(learning) peserta
mengikuti pelatihan,
peserta pelatihan
hasil Pembelajaran
pelatihan selama
Perilaku (behavior)
selama mengikuti
pelatihan, dan Hasil (result) dari
pelaksanaan pelatihan dapat ditampilkan
pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1 Hasil Keseluruhan Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan
Ganesha Operation Rayon Singaraja
Dimensi
Reaksi (reaction)
Pembelajaran (learning)
Perilaku (behavior)
Hasil (result)
Hasil
Rata-rata Jumlah
Kriteria
Rata-rata Selisih
Kriteria
Jumlah total
Kriteria
Rata-rata
Kriteria
Berdasarkan Tabel 1 keseluruhan
tingkat reaksi peserta pelatihan terhadap
pelaksanaan pelatihan instruktur di
Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha
Operation Rayon Singaraja menunjukkan
bahwa, rata-rata tingkat reaksi peserta
pelatihan terhadap terhadap pelaksanaan
pelatihan sebesar 74,3 dengan kriteria
tingkat reaksi “Baik”. Hal ini berarti, bahwa
pelaksanaan
pelatihan
yang
telah
diselenggarakan oleh Lembaga Bimbingan
Belajar
Ganesha Operation Rayon
Singaraja telah berjalan dengan baik dan
efektif. Hasil ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Kirkpatrik (1998) bahwa
program pelatihan dianggap efektif apabila
proses pelatihan dirasa menyenangkan
dan memuaskan bagi peserta pelatihan
sehingga mereka tertarik termotivasi untuk
belajar dan berlatih. Dengan kata lain
peserta pelatihan akan termotivasi apabila
proses
pelatihan
berjalan
secara
memuaskan bagi peserta yang pada
akhirnya akan memunculkan reaksi dari
peserta yang menyenangkan.
Hasil Pre-Test dan Post-Test
peserta pelatihan Ganesha Operation
dapat dilihat dari perbandingan antara
rata-rata hasil pre-test dan rata-rata hasil
post-test yaitu 6,5 berbanding 8,6 dengan
selisih rata-rata 2,1. Jadi, dengan hasil
post-test lebih besar dari hasil pre-test
maka, keseluruh peserta pelatihan telah
mengalami perubahan yaitu peningkatan
Kategori Pelatihan
74,3
Baik
2,1
Meningkat
410
Baik
80
Baik
Efektif
dalam pengetahuan materi ajar sesuai
dengan bidang studi yang diampu. Hal ini
berarti, pelaksanaan pelatihan dalam
program penyetaraan materi ajar yang
dilakukan oleh Lembaga Bimbingan
Belajar
Ganesha
Operation
dapat
dikatakan berhasil. Hasil ini didukung
dengan teori yang dikemukakan oleh
Kirkpatrik (1998) bahwa peserta pelatihan
dikatakan telah belajar apabila pada
dirinya telah mengalami perubahan sikap,
peningkatan
pengetahuan
maupun
perbaikan keterampilan. Tanpa adanya
perubahan
sikap,
peningkatan
pengetahuan
maupun
perbaikan
keterampilan pada peserta pelatihan maka
program dapat dikatakan gagal.
Hasil
keseluruhan
penilaian
perilaku
peserta
pelatihan
selama
mengikuti pelatihan instruktur di Lembaga
Bimbingan Blajar Ganesha Operation
Rayon Singaraja menunjukkan jumlah
penilaian perilaku sebesar 410 dengan
kriteria perilaku “Baik”. Hal ini berarti,
keseluruhan peserta pelatihan telah
mengikuti proses pelaksanaan pelatihan
dengan baik. Hasil ini sesuai dengan
temuan
penelitian
terdahulu
yang
dilakukan oleh Haris Pranowo (2011)
bahwa keberhasilan proses kegiatan
pelatihan tidak terlepas dari minat,
perhatian, dan motivasi peserta pelatihan
dalam mengikuti jalannya kegiatan
pelatihan. Orang akan belajar lebih baik
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
manakala mereka menunjukkan perilaku
positif terhadap lingkungan belajar.
Hasil penilaian micro teaching
keseluruhan peserta pelatihan dapat
disimpulkan
bahwa,
rata-rata
hasil
penilaian micro teaching keseluruhan
peserta pelatihan sebesar 1842 dan ratarata jumlah sebesar 80 dengan kriteria
“Baik”. Hasil ini dapat dikatakan bahwa,
program micro teaching atau simulasi
mengajar terbimbing dalam pelaksanaan
pelatihan instruktur di Lembaga Bimbingan
Belajar
Ganesha Operation Rayon
Singaraja telah berhasil menghasilkan
kemampuan kinerja pengajar yang baik,
dengan kesiapan pengetahuan atau
penguasaan materi ajar yang meningkat
sebagai modal kerja ketika kembali
mengajar nantinya. Hal ini sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Atmodiwirio
(2002) bahwa Pelatihan merupakan
pembelajaran yang dipersiapkan agar
pelaksanaan
pekerjaan
sekarang
meningkat (prestasi kerjanya).
Pembahasan
Lembaga
Bimbingan
Belajar
Ganesha Operation Rayon Singaraja
dalam menciptakan tenaga pengajar yang
berkualitas, maka diperlukan peningkatan
kinerja yang maksimal. Hal ini mendorong
perusahaan memberikan pelatihan untuk
memperbaiki dan mengembangkan sikap,
tingkah
laku,
keterampilan,
dan
pengetahuan dari tenaga pengajarnya.
Dalam pelaksanaan pelatihan, perlu
adanya dilakukan evaluasi terhadap
peserta pelatihan untuk mengetahui
seberapa efektif program pelaksanaan
pelatihan tersebut berjalan.
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa,
pelaksanaan
pelatihan yang telah diselenggarakan oleh
Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha
Operation Rayon Singaraja telah berjalan
dengan baik dan efektif. Hasil ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh
Kirkpatrik (1998) bahwa program pelatihan
dianggap efektif apabila proses pelatihan
dirasa menyenangkan dan memuaskan
bagi peserta pelatihan sehingga mereka
tertarik termotivasi untuk belajar dan
berlatih. Dengan kata lain peserta
pelatihan akan termotivasi apabila proses
pelatihan berjalan secara memuaskan
bagi peserta yang pada akhirnya akan
memunculkan reaksi dari peserta yang
menyenangkan.
Berdasarkan perbandingan hasil
pre-test dan post-test keseluruh peserta
pelatihan telah mengalami perubahan
yaitu peningkatan dalam pengetahuan
materi ajar sesuai dengan bidang studi
yang diampu. Hal ini berarti, pelaksanaan
pelatihan dalam program penyetaraan
materi ajar yang dilakukan oleh Lembaga
Bimbingan Belajar Ganesha Operation
dapat dikatakan berhasil. Hasil ini
didukung dengan teori yang dikemukakan
oleh Kirkpatrik (1998) bahwa peserta
pelatihan dikatakan telah belajar apabila
pada dirinya telah mengalami perubahan
sikap, peningkatan pengetahuan maupun
perbaikan keterampilan. Tanpa adanya
perubahan
sikap,
peningkatan
pengetahuan
maupun
perbaikan
keterampilan pada peserta pelatihan maka
program dapat dikatakan gagal.
Berdasarkan
hasil
penilaian
perilaku, keseluruhan peserta pelatihan
telah mengikuti proses pelaksanaan
pelatihan dengan baik. Hasil ini sesuai
dengan temuan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Haris Pranowo (2011)
bahwa keberhasilan proses kegiatan
pelatihan tidak terlepas dari minat,
perhatian, dan motivasi peserta pelatihan
dalam mengikuti jalannya kegiatan
pelatihan. Orang akan belajar lebih baik
manakala mereka menunjukkan perilaku
positif terhadap lingkungan belajar.
Hasil
penilaian
pada
micro
teaching menunjukkan bahwa, program
simulasi mengajar terbimbing dalam
pelaksanaan pelatihan instruktur di
Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha
Operation Rayon Singaraja telah berhasil
menghasilkan
kemampuan
kinerja
pengajar yang baik, dengan kesiapan
pengetahuan atau penguasaan materi ajar
yang meningkat sebagai modal kerja
ketika kembali mengajar nantinya. Hal ini
sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Atmodiwirio (2002) bahwa Pelatihan
merupakan
pembelajaran
yang
dipersiapkan agar pelaksanaan pekerjaan
sekarang meningkat (prestasi kerjanya).
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
Dalam penelitian ini, tentunya ada
beberapa keterbatasan atau kelemahan
dari hasil penelitian ini di antaranya adalah
(1) hasil penelitian ini hanya dapat
digunakan pada satu periode pelaksanaan
pelatihan, diharapkan pada peneliti
berikutnya untuk mengevaluasi lebih dari
satu periode pelaksanaan pelatihan, (2)
jumlah variabel operasional terbatas, yaitu
hanya evaluasi pelaksanaan pelatihan,
dan (3) populasi penelitian masih sedikit
sehingga
diharapkan
menggunakan
sampel penelitian yang lebih banyak lagi.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan maka dapat ditarik beberapa
simpulan yaitu (1) Hasil keseluruhan
tingkat reaksi peserta pelatihan terhadap
pelaksanaan pelatihan instruktur di
Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha
Operation Rayon Singaraja menunjukkan
bahwa, rata-rata tingkat reaksi peserta
pelatihan terhadap terhadap pelaksanaan
pelatihan sebesar 74,3 dengan kriteria
tingkat reaksi “Baik”. Hal ini berarti, bahwa
pelaksanaan
pelatihan
yang
telah
diselenggarakan oleh Lembaga Bimbingan
Belajar
Ganesha Operation Rayon
Singaraja telah berjalan dengan baik dan
efektif., (2) Hasil Pre-Test dan Post-Test
peserta pelatihan Ganesha Operation
dapat dilihat dari perbandingan antara
rata-rata hasil pre-test dan rata-rata hasil
post-test yaitu 6,5 berbanding 8,6 dengan
selisih rata-rata 2,1. Jadi, dengan hasil
post-test lebih besar dari hasil pre-test
maka, keseluruh peserta pelatihan telah
mengalami perubahan yaitu peningkatan
dalam pengetahuan materi ajar sesuai
dengan bidang studi yang diampu, (3)
Hasil keseluruhan penilaian perilaku
peserta pelatihan selama mengikuti
pelatihan instruktur di Lembaga Bimbingan
Belajar
Ganesha Operation Rayon
Singaraja menunjukkan jumlah penilaian
perilaku sebesar 410 dengan kriteria
perilaku “Baik”. Hal ini berarti, keseluruhan
peserta pelatihan telah mengikuti proses
pelaksanaan pelatihan dengan baik. dan
(4) Hasil penilaian micro teaching
keseluruhan peserta pelatihan dapat
disimpulkan
bahwa,
rata-rata
hasil
penilaian micro teaching keseluruhan
peserta pelatihan sebesar 1842 dan ratarata jumlah sebesar 80 dengan kriteria
“Baik”. Hasil ini dapat dikatakan bahwa,
program micro teaching atau simulasi
mengajar terbimbing dalam pelaksanaan
pelatihan instruktur di Lembaga Bimbingan
Belajar
Ganesha Operation Rayon
Singaraja telah berhasil menghasilkan
kemampuan kinerja pengajar yang baik,
dengan kesiapan pengetahuan atau
penguasaan materi ajar yang meningkat
sebagai modal kerja ketika kembali
mengajar nantinya.
Berdasarkan simpulan yang telah
dikemukakan, maka dapat diajukan saran
yaitu sebagai berikut. (1) Bagi Lembaga
Bimbingan Belajar Ganesha Operation
Rayon Singaraja, pelaksanaan pelatihan
hendaknya tetap dilakukan, agar tetap
bisa
mempertahankan kualitas dan
kompetensi kinerja tenaga pengajar.
Dalam proses penyampaian materi dan
konsep pembelajaran yang digunakan
lebih dikembangkan lagi, agar tidak
mengurangi pengaruh ketertarikan peserta
pelatihan untuk mengikuti dan memahami
materi yang diberikan. Dan (2) Bagi para
peneliti, khususnya yang tertarik dan
berminat untuk mendalami tentang
pelatihan maupun evaluasi pelaksanaan
diharapkan
untuk
mengembangkan
penelitian ini dengan mengevaluasi
pelatihan lebih dari satu kali periode
pelatihan untuk mendapatkan hasil
evaluasi yang lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Atmodiwirio,
S.
2002.
Manajemen
Pendidikan Indonesia. Jakarta:
Ardadizya Jaya.
Cox, J. 2012. The Quality of An
Instructional Program. Alaska:
National Education Association.
Edratna,
Putri.
2013.
Evaluasi
Pengembangan SDM dari hasil
pelatihan. Jakarta.
Griffin, P. & Nix, P. 1991. Educational
Assessment
and
Reporting.
Sydney:
Harcout
Brace
Javanovich, Publisher.
Kirkpatrick, D. L. 1998. Evaluating Training
Programs: The Four Levels. San
Fransisco:
Berret-Khoehler
Publisher, Inc.
e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Manajemen (Volume 4 Tahun 2016)
Nitisemito, Alex, S. 2002. Manajemen
Personalia (Manajemen Sumber
Daya Manusia). Edisi Revisi
Cetakan
Kedelapan.
Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Noe, Raymond A. 2010. Employee
Training and Development. New
York: McGraw-Hill, Inc.
Pranowo,
Haris.
2011.
Evaluasi
Pendidikan
dan
Pelatihan
Prajabatan
Golongan
III
di
Kemdiknas.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Jakarta: Universitas
Indonesia
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber
Daya Manusia untuk Perusahaan.
Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Stark, J. S. & Thomas, A. 1994.
Assessment
and
Program
Evaluation. Needham Heights:
Simon
&
Schuster
Custom
Publishing.
Stufflebeam, D.L. & Shinkfield, A.J. 1985.
Systematic Evaluation. Boston:
Kluwer Nijhof Publishing.
Sumarsono, Sonny. 2009. Ekonomi
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia Dan Ketanagakerjaan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suwanto dan Priansa. 2011. Manajemen
SDM Dalam Organisasi Publik dan
Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Download