Peran Elit Lokal Partai Golkar dalam Pemenangan Pileg 2014

advertisement
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.1|Januari 2016
Amoy Sri Irmayani Surbakti
ISSN: 0216-9290
Peran Elit Lokal Partai Golkar dalam Pemenangan Pileg 2014 Kabupaten Langkat
Peran Elit Lokal Partai Golkar
dalam Pemenangan Pileg 2014
Kabupaten Langkat
AMOY SRI IRMAYANI SURBAKTI
Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Medan, Jl. Dr. Sofyan No.1 Medan, 20155, Telepon: 061-8220760,
Email: [email protected]
Diterima tanggal 28 Juli 2015/Disetujui tanggal 17 September 2015
Golkar Party is the influential party in electoral politics in Indonesia and the region (province
and districts). Including Kabupaten Langkat in the Province of Sumatera Utara. This is because
the Golkar Party has a lot of famous political elite in society. This studytried to describe about
the role of local elite in the winning legislative elections in 2014.The focus discusses how political elites influence the Golkar party victory in election specifically in Kabupaten Langkat. This
study concluded that local elites Golkar party has acted as a complement in the Golkar Party
victory in election in Kabupaten Langkat. Besides that some people already believe to Golkar
Elite because it is a public figure. The role is very significant because it is associated with the
culture, organization, structure and dynamics of politics it self. The research method is used
qualitative method. The data collection techniques is interviews. The analysis techniques using
qualitative description techniques.
Keywords: Local elite, Election, Political parties.
Pendahuluan
Penelitian ini membahas Peran Elit Lokal
Dalam Pemenangan Pemilu Legislatif 2014
(Studi Deskriptif Elit Partai Golkar Di Kabupaten Langkat). Dengan mengambil setting
studi ilmu politik, penelitian ini secara spesifik menjelaskan bagaimana elit lokal
kabupaten langkat mempengaruhi pilihan
masyarakat dalam pemilihan umum di
kabupaten langkat
Kaum elit merupakan suatu istilah yang sering kita dengar, tidak hanya dalam aktivitas
politik namun juga dalam aktivitas sosial.
Awal kemunculannya ialah karena kritik keras terhadap politik sosialisme (sosialisme
marxis). Dalam menganalisa kedudukan elit
dalam masyarakat, elemen yang perlu di per-
hatikan adalah konsep kekuasaan. Hal ini
disadari bahwa elit dan kekuasaan merupakan dua variabel yang tidak dapat dipisahkan, karena elit adalah merupakan sekelompok orang yang memiliki sumber-sumber kekuasaan dan sebaliknya. Kekuasaan merupakan salah satu unsur terbentuknya elit. Elit
politik adalah sekelompok orang yang memiliki kekuasaan politik.1
Peranan kaum elit di negara berkembang seperti Indonesia ialah, sebagai pemegang
sumber-sumber kekuasaan seperti sumber
ekonomi, sosial budaya dan lain-lain, sehingga secara otomatis mereka dikenal oleh
1
Robert Michels, Partai politik: Kecenderungan
Oligarkis dalam Birokrasi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984), hal.78.
25
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.1|Januari 2016
Amoy Sri Irmayani Surbakti
masyarakat sebagai salah satu orang yang
memiliki pengaruh di dalam masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Isu
kepemimpinan nasional menjadi penting guna mengukur posisi elit partai yang akan maju atau elit di luar partai politik yang dijagokan oleh partai. Walau demikian, elit di luar
partai juga termasuk elit dalam tingkatan kelas sosial dalam strata masyarakat. Elit dalam
pengaruhnya dapat memotori suatu partai
ataupun perilaku masyarakat untuk menetapkan pilihannya, untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan dalam suatu pemilihan
umum.
Adapun yang mendorong elite politik atau
kelompok-kelompok elite untuk memainkan
peranan aktif dalam politik adalah karena
menurut para teoritisi politik ada dorongan
kemanusiaan yang tak dapat dihindarkan atau
diabaikan untuk meraih kekuasaan. Politik,
menurut mereka merupakan permainan kekuasaan dan karenanya para individu menerima keharusan untuk melakukan sosialisasi
serta penanaman nilai-nilai guna menemukan
ekspresi bagi pencapaian kekuasaan tersebut.
Keinginan berebut kuasa dan berusaha memperbesar kekuasaan itulah yang menyebabkan terjadinya pergumulan politik antar elite
di dunia politik.
Seperti yang ditulis oleh Jaap Timmer dalam
Politik lokal di Indonesia mengenai pemusatan atau pergerakan massa yang dilakukan
oleh pemusatan kekuatan oleh elit-elit politik
yang mempunyai kepentingan terhadap daerah tersebut. Dalam kasus ini elit mencoba
untuk memberikan strategi yang sangat menguntungkan dari otonomi daerah dan menjaga kepercayaan masyarakat yang sudah terlanjur tidak percaya pada negara, bagi mereka yang terbukti gagal dalam banyak hal.2
Partai Golkar berhasil memperoleh suara terbanyak pada Pemilihan Umum Legislatif
2014 tingkat Kabupaten Langkat, dengan perolehan suara 101.936 dari total 498.361 suara sah. Rincian perolehan Partai Golkar, yakni pada tahun 2014 Dapil Langkat I yang terdiri dari Stabat, Wampu, Secanggang dan batang Serangan, Golkar memperoleh suara se2
Henk Schulte nordholt dan Gerry van klinken.
2014. Politik Lokal di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia), hal. 595.
26
ISSN: 0216-9290
Peran Elit Lokal Partai Golkar dalam Pemenangan Pileg 2014 Kabupaten Langkat
banyak 29.213 suara, PDI P memperoleh suara sebanyak 7.970 suara, dan Demokrat
memperoleh suara sebanyak 14.466 suara.
Dapil Langkat II yang terdiri dari Babalan,
Sei Lepan, Berandan Barat, Pangkalan Susu,
Besitang dan Pematang Jaya, Golkar memperoleh suara sebanyak 9.547 suara, PDI P
memperoleh suara sebanyak 10.409 suara,
dan Demokrat memperoleh suara sebanyak
17.220 suara. Dapil Langkat III yang terdiri
dari Hinai, Padang Tualang, Sawit Seberang,
Tanjung Pura dan Gebang, Golkar memperoleh suara sebanyak 16.559 suara, PDI P
memperoleh suara sebanyak 16.170 suara,
dan Demokrat memperoleh suara sebanyak
16.324 suara. Dapil Langkat IV yang terdiri
dari Binjai, Selesai dan Serapit, Golkar
memperoleh suara sebanyak 19.147 suara,
PDI P memperoleh suara sebanyak 7.039 suara, dan Demokrat memperoleh suara sebanyak 10.364 suara.
Dapil Langkat V yang terdiri dari Bahorok,
Kutambaru, Salapian, Kuala dan Sei Bingai,
Golkar memperoleh suara sebanyak 27.470
suara, PDI P memperoleh suara sebanyak
12.702 suara, dan Demokrat memperoleh suara sebanyak 17.663 suara. Sedangkan pada
tahun 2009 Dapil Langkat I yang terdiri dari
Stabat, Wampu, Secanggang dan batang Serangan, Golkar memperoleh suara sebanyak
12.371 suara, PDI P memperoleh suara sebanyak 18.499 suara, dan Demokrat memperoleh suara sebanyak 29.584 suara. Dapil
Langkat II yang terdiri dari Babalan, Sei Lepan, Berandan Barat, Pangkalan Susu, Besitang dan Pematang Jaya, Golkar memperoleh
suara sebanyak 5.738 suara, PDI P memperoleh suara sebanyak 6.704 suara, dan Demokrat memperoleh suara sebanyak 24.245 suara. Dapil Langkat III yang terdiri dari Hinai,
Padang Tualang, Sawit Seberang, Tanjung
Pura dan Gebang, Golkar memperoleh suara
sebanyak6.318 suara, PDI P memperoleh suara sebanyak 11.871 suara, dan Demokrat
memperoleh suara sebanyak 23.650 suara.
Dapil Langkat IV yang terdiri dari Binjai, Selesai dan Serapit, Golkar memperoleh suara
sebanyak 19.017 suara, PDI P memperoleh
suara sebanyak 13.329 suara, dan Demokrat
memperoleh suara sebanyak 26.159 suara.
Dapil Langkat V yang terdiri dari Bahorok,
Kutambaru, Salapian, Kuala dan Sei Bingai
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.1|Januari 2016
Amoy Sri Irmayani Surbakti
pada saat itu belum terbentuk.3 Berdasarkan
latar belakang tersebut tulisan ini membahas
tentang bagaimana elit mempengaruhi
kemenangan partai Golkar dalam pemilihan
legislatif tahun 2014 di kabupaten Langkat.
Metode
Studi ini dilakukan dengan pendekatan
perilaku politik. Fokusnya membahas tentang
bagaimana elit mempengaruhi kemenangan
partai Golkar dalam pemilihan legislatif
tahun 2014 di kabupaten Langkat. Penelitian
ini bersifat diskriptif-kualitatif. Pengumpulan
data dengan teknik penelitian lapangan
(wawancara). Analisis data menggunakan
analisis kualitatif.
DPD Partai Golkar Kabupaten Langkat
Perolehan suara dalam pemilu ialah patokan
untuk seorang calon anggota legislatif ataupun partainya menang atau tidak dari ajang
perebutan kursi wakil rakyat. Perilaku pemilih masyarakat adalah aspek yang sangat
penting dalam rangka menunjang suatu pelaksanaan pemilu. Perilaku pemilih yang menentukan seorang elit mampu berkuasa atau
tidak di daerah tempat pemilihannya. Dengan
kata lain ada koherensi antara perolehan suara yang di dapat dengan perilaku pemilih masyarakat di dalam wadah pemilu.
Menurut teori rasional, faktor-faktor situasional berupa isu-isu dari sebuah partai politik dan kandidat yang dicalonkan memiliki
peranan yang penting dalam menentukan dan
merubah referensi pilihan politik seorang
pemilih karena melalui penilaian terhadap
isu-isu politik dan kandidat dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang rasional, seorang pemilih akan dibimbing untuk menentukan pilihan politiknya. Orientasi
isu berpusat pada pertanyaan apa yang seharusnya dilakukan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang sedang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara. Sementara orientasi kandidat mengacu pada persepsi dan sikap
seorang pemilih terhadap kepribadian kandidat.
3
ISSN: 0216-9290
Peran Elit Lokal Partai Golkar dalam Pemenangan Pileg 2014 Kabupaten Langkat
Diolah dari Rekapitulasi Jumlah Perolehan Suara Sah Partai Politik dalam Pemilu Anggota
DPRD Kab Langkat tahun 2014. KPUD Kab.
Langkat.
Pengaruh isu yang ditawarkan bersifat situasional (tidak permanent atau berubah-ubah)
terkait erat dengan peristiwa-peristiwa sosial,
ekonomi, politik, hukum, dan keamanan khususnya yang kontekstual dan dramatis. Terdapat dua variabel yang harus dimiliki oleh
seorang kandidat. Variabel pertama adalah
kualitas instrumental yaitu tindakan yang diyakini pemilih akan direalisasikan oleh kandidat apabila ia kelak menang dalan pemilu.
Variabel kedua adalah kualitas simbolis yaitu
kualitas keperbadian kandidat yang berkaitan
dengan integrasi diri, ketegasan, kejujuran,
kewibawaan, kepedulian, ketaatan pada norma dan aturan dan sebagainya.
Menurut Saiful Mujani4, seorang pemilih
akan cenderung memilih parpol atau kandidat yang berkuasa di pemerintahan dalam
pemilu apabila merasa keadaan ekonomi rumah tangga pemilih tersebut atau ekonomi
nasional pada saat itu lebih baik dibandingkan dari tahun sebelumnya, sebaliknya pemilih akan menghukumnya dengan tidak memilih jika keadaan ekonomi rumah tangga dan
nasional tidak lebih baik atau menjadi lebih
buruk. Pertimbangan ini tidak hanya terbatas
pada kehidupan ekonomi, melainkan juga
kehidupan politik, sosial, hukum dan keamanan. Menurutnya dalam mengevaluasi kinerja pemerintah, media massa terutama yang
massif seperti televisi memiliki peranan yang
sangat menentukan. Melalui informasi yang
berasal dari media massa, seorang pemilih
dapat menilai apakah kinerja pemerintah sudah maksimal atau malah jalan ditempat.
Tidak semua pilihan menggunakan prinsipprinsip rasionalitas didalam menentukan pilihannya.Pemilih yang berprinsip rasional lebih banyak ditemukan pada orang-orang
yang bermukim didaerah urban. Tingkat
pendidikan yang membawa serta pemahaman
akan politik mempunyai korelasi positif terhadap perilaku pemilih yang semakin rasional.
Melalui data yang diperoleh dari masyarakat
di Kab.Langkat diatas dapat kita katakan
bahwa masyarakat memberikan pilihan suara
4
Saiful Mujani, Penjelasan Aliran dan Kelas
sudah tidak Memadai, tersedia pada situs:
http://islamlib.com?page.php?page=article&id=7
03, diunduh pada tanggal 15 Juni 2014.
27
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.1|Januari 2016
Amoy Sri Irmayani Surbakti
kepada caleg yang mereka anggap mampu
mengatasi masalah dan caleg yang benarbenar memberikan dampaknyata ke dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat.Oleh karena caleg yang mereka anggap tadi berada di
dalam suatu tubuh partai yang mengususngnya, maka secara sadar ataupun tidak
mereka juga telah membantu untuk mendongkrak perolehan suara partai mereka, dalam hal ini adalah partai Golkar.
Hal ini didukung dengan perolehan suara
partai Golkar yang mendapatkan perolehan
suara yang signifikan di daerah Kab. Langkat
dan membuat partai mereka sebagai partai
pemenang di daerah tersebut pada pemilu legislatif tahun 2014 yang baru saja berlangsung. Adapun data yang diperoleh dari
KPUD Langkat, pada tahun 2014 untuk Dapil Langkat I yang terdiri dari Stabat, Wampu, Secanggang dan batang Serangan, Golkar
memperoleh suara sebanyak 29.213 suara.
Dapil Langkat II yang terdiri dari Babalan,
Sei Lepan, Berandan Barat, Pangkalan Susu,
Besitang dan Pematang Jaya, Golkar memperoleh suara sebanyak 9.547 suara. Dapil
Langkat III yang terdiri dari Hinai, Padang
Tualang, Sawit Seberang, Tanjung Pura dan
Gebang, Golkar memperoleh suara sebanyak
16.559 suara. Dapil Langkat IV yang terdiri
dari Binjai, Selesai dan Serapit, Golkar
memperoleh suara sebanyak 19.147 suara.
Dapil Langkat V yang terdiri dari Bahorok,
Kutambaru, Salapian, Kuala dan Sei Bingai,
Golkar memperoleh suara sebanyak 27.470
suara.
Data ini menunjukkan bagaimana tingkat
partisipasi masyarakat dalam memberikan
dukungan kepada caleg yang diusung oleh
partai Golkar memperoleh perolehan suara
yang dapat memberikan kemenangan agar
nantinya caleg tersebut duduk di kursi perlemen di Kab. Langkat oleh karena caleg tersebut datang dari partai Golkar, maka suara
partai Golkar pun menjadi sangat besar di
daerah Kab.Langkat pada pemilu tahun 2014.
DPD Golkar Langkat lahir pada tanggal 20
Oktober 1967 yang pada waktu itu diketuai
oleh Sutikno yang berlatar belakang Militer
yang juga merupakan Dan Dim 0202 Langkat. Sutikno juga menjadi Bupati di kabupaten Langkat pada tahun 1967. Golkar Langkat menjalin hubungan baik di Birokrasi Ka-
28
ISSN: 0216-9290
Peran Elit Lokal Partai Golkar dalam Pemenangan Pileg 2014 Kabupaten Langkat
bupaten Langkat dimana visi dan misi utama
memenangkan Pemilu 1971 atau pemilu pertama di jaman Orde Baru. Golkar langkat
tercatat meraih 42% di Pemilu 1971.5
Ketua DPD Golkar Kabupaten Langkat
2009-2015 adalah Ngogesa Sitepu. Selain itu
terdapat pula tokoh partai golkar lain seperti
H. Hasanuddin Nano, Ir. Munhasyar, Surialam, Terbit Kencana. Ngogesa Sitepu (lahir
di Padang Brahrang, Kabupaten Langkat,
Sumatera Utara, 30 September 1962; umur
52 tahun) merupakan anak dari Alm. H.
Ngaring Sitepu dan Almh. Hj. Anggapen Br.
Bangun adalah seorang pengusaha dan bupati
Kabupaten Langkat yang telah menjabat pada priode 2009-2014 dan 2014-2019.Ia bersama wakilnya Sulistiyanto berhasil memenangkan pilkada Langkat pada akhir tahun
2013 dengan perolehan 182.347 suara atau
62 persen, mengalahkan pasangan Budiono
dan Abdul Khair yang memperoleh 79.065
suar. Beliau menikah dengan ibu Hj. Nuraida
dan dikaruniai 3 orang anak yaitu Delia Pratiwi. Br Sitepu, Rizky Younanda Sitepu dan
Wendy Isman Sitepu dan sampai saat ini telah memiliki satu cucu dari Delia Pratiwi. Br
Sitepu.
Ngogesa Sitepu memulai pendidikan di SD.
Negeri Tahun 1974 di Padang Brahrang kemudian melanjutkan SMP Negeri II Tahun
1979 di Binjai dan SMA Negeri II Tahun
1982 di binjai, Ngogesa Sitepu kemudian kuliah di Fakultas Hukum Universitas Medan
Area dan menyelesaikan kuliah pada tahun
2011. Ngogesa Sitepu sangat berpengalaman
dalam organisasi tercatat Ngogesa Sitepu
pernah menjabat Bendahara Pemuda Pancasila Tahun 1996-1999, Ketua PK Golkar Kec.
Selesai Tahun 1992, Ketua Dewan Penasehat
AMPI Kec. Selesai Tahun 1992-2007, Wakil
Ketua DPD Golkar Kab. Langkat Tahun
2007-2009, Dewan Penasehat Merga Silema
Kab. Lkt Tahun 1992 s/d sekarang, Ketua
Dewan Penasehat KNPI Kab. LktTahun 1998
s/d sekarang dan Ketua DPD II Golkar Kab.
LangkatTahun 20 s/d sekarang serta sampai
sekarang Bupati Kab. Langkat periode 2014
– 2019.
5
Data sejarah Golkar Langkat yang diperoleh dari
DPD Kabupaten Langkat.
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.1|Januari 2016
Amoy Sri Irmayani Surbakti
ISSN: 0216-9290
Peran Elit Lokal Partai Golkar dalam Pemenangan Pileg 2014 Kabupaten Langkat
H. Hasanuddin Nano. SE merupakan Sekretaris DPP Partai Golkar Kab Langkat dari tahun 2002 s/d sekarang Lahir di Sei Semayang, 19 Mei 1956 anak dari (Alm) H.
Saimin dan (Almh) Khalifah dan memulai
pendidikan di SD NEGERI 1 Sei Semayang
kemudian melanjutkannya ke SLTP NEGERI
2 Binjai dan SMA NEGERI 7 Medan, lalu
menyelesaikan pendidikan di STIE ALHIKMAH Medan. Beliau menikah dengan
Ibu HJ. Hetti Siregar dan dikaruniai 3 orang
anak yaitu Vika Septanti Hasan. SH, Ayu
Mustika Hasan. Spd dan Cici Puspita Hasan.
SE. Beliau telah Aktif di partai Golkar sejak
tahun1977 sampai sekarang.
Ir. Munhasyar. Spd merupakan anggota
DPRD Kabupaten Langkat periode 20142019 beliau lahir di Sawit Seberang, 30 juni
1973. Anak dari Bapak Syekh. H. khasyim
Al- Syarwani dan Ibu Hj. Siti Rahmah. Bapak Munhasar memulai pendidikan di SD
Negeri 050688 Sawit Seberang (1985) kemudian Yapeksi Sawit Seberang (1988) dan
SMA Negeri 1 Medan (1991), Bapak Munhasar Pendidikan Terakhir merupakan lulusan S-1 matematika Pelita Bangsa. Bapak
Munhasar menikah dengan ibu Indrayana
Am. Kep dan dikaruniai 3 orang anak yaitu
Zabda Ladzza, Syazin Syabla dan Ulin Nuha.
Bapak Munhasar juga sangat berpengalaman
di berbagai organisasi yitu Ketua PK Partai
Golkar Kec. Sawit Seberang, Wakil Ketua I
DPP AMPI Kab. Langkat dan Wakil Ketua
DPP KMPI Kab. Langkat.
Bapak Surialam merupakan anggota DPRD
Kabupaten Langkat periode 2014-2019. Lahir di Padang Brahrang, 12 Mei 1957 anak
dari pasangan bapak (Alm) H. Ulung Syamsuddin dan ibu (Almh) Sitihawa bertepat
tinggal di Jln. Binjai(Bukit Lawang) Simp.
H. Ngaring Desa Padang Brahrang Kec. Selesai. Bapak Surialam menikah dengan ibu
Yusleliana dikaruniai 3 orang anak yaitu Suci
Ramadhani, Wulandari dan Rahmad Agung
Wijaya. Bapak Surialam memulai pendidikan
di SD Negeri Padang Brahrang, SLTP Negeri 2 Binjai dan SMA Negeri 1 Binjai. Tercatat Bapak Surialam sudah tiga periode di
Kabupaten Langkat sejak periode 2004-2009,
2009-2014 dan 2014-2019. Beliau merupakan Ketua Pujakusuma Langkat. Bapak Surialam juga merupakan Pengurus Partai Golkar Kec. Selesai Tahun 1980 – 2003 dan
Pengurus Partai Golkar Kab. Langkat 2004
s/d Sekarang.
Bapak Terbit Kencana PA, SE merupakan
Ketua DPRD Kabupaten Langkat Periode
2014-2019, Lahir di Nangka Limapada tanggal 2 Juni 1955 dan tinggal di Desa Raja
Tengah, Kec Kuala. Beliau menikah dengan
Tiorika Br. Surbakti dan dikarunia 2 orang
anak. Bapak Terbit Kencana memulai pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1962, Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun
1965 dan SMA pada tahun 1968. Bapak Terbit kencana juga berpengalaman di Organisasi dan memimpin MPC Pemuda Pancasila
(PP) Kabupaten Langkat. Beliau juga salah
satu tokoh berpengaruh di Kabupaten Langkat.
Penyebab Kemenangan Partai Golkar
Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014 Di
Kabupaten Langkat
Elit politik lokal merujuk pada individuindividu yang menduduki posisi jabatan politik di ranah lokal. Seorang individu dapat
meraih dan menduduki posisi jabatan tersebut apabila yang bersangkutan mempunyai
sumber daya sebagai basis dan mampu mengoptimalkannya sehingga pada gilirannya
mengantarkannya sebagai elit politik lokal.
Berkaitan dengan sumber daya. Sebagai basis
untuk meraih kekuasaan; ditengarai bahwa di
tengah masyarakat yang sedang berkembang,
seperti Indonesia, sumber daya yang berkaitan dengan nilai primordial relatif menonjol.
Adapun maknanya, sumber daya ini relatif
signifikan sebagai basis untuk meraih kekuasaan.Pada umumnya sumber daya yang berkaitan dengan nilai primordial sulit untuk lepas dari isu etnisitas terutama di masyarakat
sedang berkembang yang memiliki keberagaman etnis. Apabila pengertian etnis merujuk pada kumpulan orang, dan pemaknaan
etnisitas mengacu pada konsep relasional
yang mendasarkan pada pengkategorian
kumpulan orang yang membentuk dan dibentuk kolektivitas; maka sumber daya yang
berwujud etnisitas terejawantahkan dalam
bentuk jalinan relasional antar kelompok
orang yang didasarkan pada persamaan di antara mereka. Kelompok-kelompok tersebut
mempunyai kepentingan yang sama dan solidaritas yang kuat karena dilandasi asal usul
dan keturunan yang sama. Atau dengan per-
29
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.1|Januari 2016
Amoy Sri Irmayani Surbakti
ISSN: 0216-9290
Peran Elit Lokal Partai Golkar dalam Pemenangan Pileg 2014 Kabupaten Langkat
kataan lain mereka disatukan dalam ikatan
primodial.6
Setelah merumuskan pertanyaan yang dapat
mewakili kegiatan yang dilakukan oleh elit
ditengah-tengah masyarakat dalam rangka
memenangkan partai Golkar pada pemilihan
umum legislative tahun 2014 di Kab. Langkat, maka pertanyaan ini dihadapkan kepada
para elit yang sebelumnya sudah ditentukan
tadi, yakni Pak Ngongesa Sitepu, Pak
Surialam, Pak Munhasar, dan Pak Terbit
Kencana.
Elit lokal Surialam, mengemukakan bahwa
beliau adalah kader partai Golkar yang sudah
sangat lama menjadi bagian dari dalam tubuh
partai Golkar untuk daerah Kab. Langkat
yang berkisar dari tahun 1977 hingga sekarang sudah menjadi bagian atau kader partai
Golkar untuk daerah di Kab. Langkat.
“iya, saya menjadi kader Partai Golkar sudah sejak
tahun 1977. karna saya sudah sejak lama menjadi
kader Partai Golkar, kemudian saya juga sebagai
Pengurus di Partai Golkar, dan pada pemilihan legislative 2014 kemarin saya adalah caleg dari Partai
Golkar, jadi otomatis saya berupaya sebisa mungkin ingin memenangkan partai Golkar”.7
Seperti yang diakatakan oleh Pareto bahwa
adanya perbedaan indeks prestasi di tengah
tengah masyarakat membuat terjadinya suatu
kelompok yang minoritas yang mempunyai
kemampuan yang lebih tinggi daripada
kelompok
mayoritas
dan
akhirnya
dikategorikan sebagai elit di dalam kelompok
masyarakat tersebut. Kelompok kecil disebut
dengan elit, yang mampu menjangkau pusat
kekuasaan. Elit adalah orang-orang berhasil
yang mampu menduduki jabatan tinggi
dalam lapisan masyarakat.8
karena pemilih tidak hanya mempertimbangkan ongkos memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan, tetapi juga perbedaan dari alternatifalternatif berupa pilihan yang ada. Pemilih di
dalam pendekatan ini diasumsikan memiliki
motivasi, prinsip, pendidikan, pengetahuan,
dan informasi yang cukup. Pilihan politik
yang mereka ambil dalam pemilu bukanlah
karena faktor kebetulan atau kebiasan melainkan menurut pemikiran dan pertimbangan
yang logis. Berdasarkan informasi, pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki pemilih
memutuskan harus menentukan pilihannya
dengan pertimbangan untung dan ruginya untuk menetapkan pilihan atas alternatifalternatif yang ada kepada pilihan yang terbaik dan yang paling menguntungkan baik
untuk kepentingan sendiri (self-interest)
maupun untuk kepentingan umum.
Di masyarakat yang memiliki keberagaman
etnis tinggi, ikatan primordial etnisitas dapat
dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber
daya oleh seseorang yang berupaya merebut
posisi jabatan sebagai elit politik di ranah
lokal. Hal ini karena dalam masyarakat tersebut tingkat kompetisi untuk meraih kekuasaan juga tinggi. Pengoptimalan ikatan primordial etnisitas tersebut dapat dilakukan,
antara lain, melalui upaya memobilisasi kelompok etnis. Mobilisasi etnis dapat dijadikan salah satu strategi meraih dukungan massa yang dapat menghantarkan kekuasaan dalam genggamannya. Mobilisasi etnis sebagai
strategi dapat dilakukan melalui berbagai cara atau teknik kampanye oleh elit Politik di
Kabupaten Langkat. Hal ini sejalan dengan
wawancara dengan bapak Surialam yang
juga ketua Pujakesuma Kabupaten Langkat
yang mengatakan:10
Ramlan Surbakti dan Dennis Kavanagh9 menyatakan bahwa pilihan rasional melihat kegiatan perilaku memilih sebagai produk kalkulasi antara untung dan rugi. Ini disebabkan
“Pengaruh kesukuan dan etnisistas saya pikir sangat berpengaruh, saya berpendapat ketokohan seperti menggiring opini untuk memilih Calon Legislatif di Pemilihan umum. Misalnya suku jawa akan
memilih jawa, meski terlihat sangat tradisional ini
memang sangat menentukan dalam setiap pemilihan di kabupaten langkat yang mayoritas bersuku
Jawa”
6
Haryanto, Kekuasaan Elite, (Yogyakarta: Polgov UGM, 2005), hal. 12.
7
Hasil Wawancara dengan Pak surialam yang
bertempat dikantor DPR-D Langkat pada tanggal
16 Maret 2015.
8
Op.cit. hal. 34.
9
FS Swartono, dan Ramlan Surbakti, Memahami
Ilmu Politik, PT Gramedia Widiasarana, (Jakarta,1992), hal.146.
30
10
Hasil Wawancara dengan Pak surialam yang
bertempat dikantor DPR-D Langkat pada tanggal
16 Maret 2015.
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.1|Januari 2016
Amoy Sri Irmayani Surbakti
ISSN: 0216-9290
Peran Elit Lokal Partai Golkar dalam Pemenangan Pileg 2014 Kabupaten Langkat
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan
oleh Mosca dimana dalam pemilihan umum
elit politik selalu menggunakan pendekatan
mobilisasi. Diartikan sebagai ikatan-ikatan
dalam masyarakat yang bersifat keaslian.
Sifat keaslian ini misalnya berdasarkan
kesukuan, kekerabatan dan kelompokkelompok tertentu yang bersifat tradisional.
Premordialisme
dapat
diartikan
pula
keterikatan terhadap daerah asal. Seseorang
yang menjadi anggota kelompok menyebut
dirinya sebagai ”in group’ dan orang lain di
luar kelompoknya sebagai ”out group”. Dan
keterikatan terhadap kelompoknya atau
ingroup feeling ditunjukkan dengan adanya
saling membantu dan saling menghormati.
Hal tersebut menimbulkan solidaritas dan
kesetiaan terhadap kelompok.11
Opini publik adalah pendapat sekelompok
masyarakat atau sintesa dari pendapat
seseorang dan diperoleh dari suatu diskusi
sosial dari pihak-pihak yang memiliki kaitan
kepentingan. Agregat dari sikap dan
kepercayaan ini biasanya dianut oleh
populasi orang dewasa. Dalam menentukan
opini publik, yang dihitung bukanlah jumlah
mayoritasnya (numerical majority) namun
mayoritas yang efektif (effective majority).
Subyek opini publik dikabupaten Langkat
adalah bahwa permasalahan Langkat hanya
dapat diselesaikan oleh orang-orang yang
berada dalam kekuasaan saja dan kader-kader
Golkar Langkat memamfaatkan hal ini
dengan sangat nyata.
Pendekatan prinsip terhadap kajian opini
publik elit dikabupaten Langkat melalui
metode Elit Politik di Kabupaten langkat
melakukan pengukuran kuantitatif terhadap
distribusi opini elit dan popularitas terhadap
hubungan internal antara opini individu yang
membentuk opini publik pada suatu
permasalahan deskripsi tentang atau analisis
terhadap peran publik dari opini publik
kajian baik terhadap media komunikasi yang
memunculkan gagasan yang menjadi dasar
opini maupun terhadap penggunaan media
oleh pelaku propaganda di kabupaten
Langkat.
Secara otomatis hal itu berpengaruh terhadap
perolehan suara partai Golkar dimana partai
tersebutlah yang mengusung nama mereka
sebagai perwakilan partai Golkar untuk daerah Kab. Langkat. Hal ini sejalan dengan
Wawancara dengan pak Surialam yang
mengatakan :12
“Saya pikir sangat berpengaruh bahwa saya berpendapat ketokohan seperti menggiring opini untuk
memilih Calon Legislatif di Pemilihan umum. Misalnya suku jawa akan memilih jawa, meski terlihat
sangat tradisional ini memang sangat menentukan
dalam setiap pemilihan di kabupaten langkat”
Oleh karena itu perolehan suara yang didapatkan partai Golkar sebagai partai pemenang di daerah Kab.Langkat pada pemilihan
umum legislatif tahun 2014, dapat dipastikan
karena peran elit yang sudah sangat dikenal
di tengah-tengah masyarakat, dalam hal ini
elit lokal yang bertindak sebagai caleg yang
juga ingin mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat agar mereka dapat dipilih pada
saat dilaksanakannya pemilihan umum legislatif tahun 2014 di Kab. Langkat. Dengan kata lain, sebagai partai yang menjadi pemenang di Kab. Langkat, kemenangan partai
Golkar ini sangat berkaitan erat atau tidak
terlepas dari peran elit lokal yang menjadi
kader partai Golkar dan ikut serta berkompetisi dalam perebutan kursi dewan perwkilan
rakyat daerah untuk Kab. Langkat.
Penutup
Berbagai kegiatan yang dilakukan elit lokal,
yang notabene adalah kader partai Golkar
dan juga sebagai caleg yang ikut bertarung di
pemilihan umum legislatif tahun 2014 di
Kab.Langkat, baik itu kegiatan bersifat kolektif atau masal dan kegiatan yang bersifat
individual mempunyai implikasi nyata yang
sangat besar kepada masyarakat baik secara
langsung ataupun tidak. Hal itu yang membuat nama partai Golkar mempunyai tempat
di hati masyarakat.
Partisipasi politik elit politik masyarakat di
kabupaten Langkat berdasarkan intensitasnya
ditunjukkan dalam bentuk pemberian suara.
12
11
http://luwesagustina.blogspot.com/2010/11/mat
eri-struktur-sosial-dan-mobilitas.html
diunduh
pada tanggal 10 Maret 2015, Pukul 18.09 Wib.
Hasil Wawancara dengan Pak surialam yang
bertempat dikantor DPR-D Langkat pada tanggal
16 Maret 2015.
31
Jurnal POLITEIA|Vol.8|No.1|Januari 2016
Amoy Sri Irmayani Surbakti
Sedangkan elit politik masyarakat sebagai
partisipan ditunjukkan dalam bentuk menjadi
peserta kampanye, juru kampanye, saksi dalam pemilu, mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, dan terlibat dalam diskusidiskusi informal. Dan elit politik masyarakat
sebagai aktivis yaitu menjadi panitia penyelenggara pemilu dan menjadi pengurus partai
politik tidak hanya itu pengaruh latar
belakang organisasi kepemudaan dan
organisasi masyarakat sangat menentukan
kemenangan Caleg di kabupaten langkat.
Elit lokal yang notabene ialah masyarakat
yang sudah tinggal di daerah itu. Masyarakat
menganggap telah ada kedekatan emosional
dengan elit lokal yang menjadi caleg dari
partai Golkar yang terbangun selama elit lokal tinggal di daerah tersebut. Dengan diketahuinya sosok elit lokal yang menjadi caleg
partai Golkar, tentu saja hal ini memudahkan
langkah partai Golkar untuk mendapatkan
perolehan suara yang signifikan dari masyarakat di sekitar daerah Kab. Langkat pada
saat diadakannya pemilu legislatif tahun
2014.
Daftar Pustaka
Andrain, Charles F, Kehidupan Politik Dan Perubahan Sosial, 2002, Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Data sejarah Golkar Langkat yang diperoleh dari
DPD Kabupaten Langkat.
Haryanto, Kekuasaan Elite, 2005, Yogyakarta:
Polgov UGM.
Kavanagh, Dennis, Political Science and Political
Behavior, dalam FS Swartono, dan Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, PT
Gramedia Widiasarana, Jakarta,1992.
Michels, Robert, Partai politik : Kecenderungan
Oligarkis dalam Birokrasi. Terj. Jakarta:
CV. Rajawali, 1984.
Mujani, Saiful. Penjelasan Aliran dan Kelas
sudah tidak Memadai, tersedia pada situs:
http://islamlib.com?page.php?page=article
&id=703, diunduh pada tanggal 15 Juni
2014.
Rekapitulasi Jumlah Perolehan Suara Sah Partai
Politik dalam Pemilu Anggota DPRD Kab
Langkat tahun 2014. KPUD Kab. Langkat.
Schulte, Henk nordholt dan Gerry van klinken.
2014. Politik Lokal di Indonesia. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
S. P. Varma, Teori Politik Modren, (1987. Jakarta: Rajawali Pers), Maurice Duverger, So-
32
ISSN: 0216-9290
Peran Elit Lokal Partai Golkar dalam Pemenangan Pileg 2014 Kabupaten Langkat
siologi Politik, (1982. Jakarta: Rajawali
Pers).
Wawancara dengan Pak Hasanuddin Nano yang
bertempat dikantor DPRD Kab Langkat
pada tanggal 03 Maret 2015.
Wawancara dengan Pak surialam yang bertempat
dikantor DPRD Kab. Langkat pada tanggal
16 Maret 2015.
Wawancara dengan Pak Munhasar yang bertempat di kantor DPRD Kab Langkat pada
tanggal 05 Maret 2015.
Wawancara dengan Pak Kencana yang bertempat
di kantor DPRD Kab Langkat pada tanggal
10 Maret 2015.
Download