Teori terjemahan ialah satu cabang linguistik yang menghuraikan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Bahasa merupakan alat untuk menuangkan ide atau gagasan tentang fakta dan
realitas lewat simbol bunyi secara empiris dan dapat dikaji maknanya yang sifatnya
nonempiris (Alwasilah;2008). Simbol bunyi yang bersifat empiris tertuang dalam
bentuk bunyi yang dirangkaikan membentuk sebuah kata, kemudian membentuk
kalimat, sedangkan makna yang sifatnya nonempiris memberikan suatu pemahaman
bahwa kajian makna sangatlah luas, tidak hanya mengacu pada yang tersurat, tetapi
juga yang tersirat. Makna tersebut dapat diibaratkan seperti permainan catur, setiap
bagian memiliki fungsi dan kegunaannya tersendiri, begitu pula dengan sebuah
makna yang disesuaikan dengan penggunaan dan situasi.
Dalam penerjemahan film (subtitling), makna juga mencakup kajian yang luas
dan tidak hanya mengacu pada hal-hal yang tersurat, tetapi juga yang tersirat. Makna
yang tersurat dapat dikaji langsung dengan bahasa verbal, yaitu dialog yang
merupakan ujaran dari para aktor dan aktris film, serta dalam bentuk teks alih bahasa
(subtitle) yang muncul di bawah layar televisi. Makna yang tersirat dapat dikaji
melalui bentuk bahasa nonverbal yang terdapat pada gambar dan juga musik.
Delabasita (1989:199) menyatakan bahwa dunia audiovisual merupakan kombinasi
dari musik (audio) dan gambar (visual), menyangkut komunikasi verbal dan
2
nonverbal yang membentuk empat aspek semiotik, seperti (1) akustik-verbal yaitu:
dialog, monolog, lagu-lagu, dan pengisi suara; (2) akustik-nonverbal yaitu: musik,
efek suara, dan bentuk suara lainnya; (3) visual-nonverbal yaitu: lambang, foto atau
gambar, dan gerak tubuh; (4) visual-verbal yaitu: penyisipan kata, tulisan pada sebuah
media promosi, surat-surat, dan pesan pada layar komputer, topik utama sebuah surat
kabar. Hal tersebut juga didukung oleh Baker (1998:245) yang menyatakan bahwa
film adalah komposisi semiotik dari empat aspek, seperti dialog, musik, teks alih
bahasa, dan gambar. Hal inilah yang menyebabkan analisis makna dalam
penerjemahan film mencakup kajian yang luas, baik secara verbal (tersurat) maupun
nonverbal (tersirat) yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Keempat aspek semiotik di atas tidak bisa dipisahkan yang satu dengan
lainnya. Sebuah hasil analisis yang berbeda ditemukan ketika dilakukan perbandingan
analisis makna pada teks alih bahasa saja tanpa memperhatikan aspek semiotik
lainnya dengan analisis makna pada teks alih bahasa dengan memperhatikan aspek
semiotik lainnya. Kalimat I can’t find…the stationary dan kalimat Will you come and
help me look? diterjemahkan menjadi Aku tak bisa menemukan…alat-alat tulis dan
Maukah kau membantuku mencarinya? Kedua kalimat tersebut hanya membawa
makna bahwa seseorang tidak bisa menemukan alat-alat tulis sehingga meminta
orang lain untuk membantu mencarikannya. Namun, ketika kedua kalimat tersebut
adalah bagian dari teks alih bahasa film James Bond-Quantum of Solace, dan
ditonton secara utuh sebagai sebuah film lengkap dengan gambar, musik, dan dialog,
3
kedua kalimat tersebut bukanlah sekadar kalimat biasa, tetapi kalimat yang memiliki
makna yang lain. Perhatikan beberapa gambar adegan berikut!
Film Quantum of Solace
Gambar 1. James Bond seolah-olah
bingung
Gambar 2. James Bond mencari alat tulis
Gambar 3. James Bond mengajak
Ms. Fields masuk
Gambar 4. James Bond dan Ms. Fields
bercinta
Setelah diperhatikan keempat gambar di atas maka makna sesungguhnya dari
kalimat James Bond I can’t find…the stationary dan Will you come and help me
look? adalah sebuah kode kepada Ms. Fields untuk mengajaknya masuk ke dalam
sebuah kamar hotel untuk bercinta. Saat itu, Ms. Fields sedang berada di ruang tamu
sebuah kamar hotel yang baru saja mereka sewa, sebelum besoknya Ms. Fields
memaksa James Bond terbang pulang ke London, Inggris. Hal tersebut diperkuat
4
dengan respons yang diberikan agen Fields terhadap kedua kalimat James Bond
tersebut, yaitu tersenyum malu-malu dan di tayangan berikutnya jelas terlihat adegan
James Bond dan Ms. Fields mesra di atas ranjang dengan pakaian yang terbuka.
Analisis makna teks alih bahasa film di atas telah memberikan gambaran sangat
pentingnya peranan sebuah gambar dalam penyampaian makna pada sebuah teks alih
bahasa film. Teks alih bahasa yang didukung aspek semiotik lainnya, seperti dialog,
musik, dan gambar pada sebuah film dapat memberikan kesatuan dan keutuhan
makna dalam sebuah film.
Selain aspek semiotik gambar, musik juga memiliki peranan penting dalam
sebuah film. Musik tidak hanya sekadar memberikan nilai seni pada sebuah film,
tetapi juga dapat memperkuat makna dan juga sebagai identitas. Musik dapat
memperkuat makna ketika musik disesuaikan dengan jenis filmnya dan dapat
memperkuat makna secara emosional kepada penonton, misalnya film komedi
memiliki jenis musik dengan irama yang cenderung unik dan lucu, film horor
memiliki jenis musik dengan irama yang pelan dan menyeramkan, dan film laga
memiliki jenis musik dengan irama yang cepat dan bersemangat. Peranan musik
untuk memperkuat makna dapat didukung pula dengan efek suara, keduanya
memiliki peranan yang sama, yaitu membawa emosi penonton masuk ke dalam alur
cerita pada sebuah film. Saat adegan mesra antara aktor dan aktris, musik yang
digunakan lebih romantis yang diiringi dengan akustik atau saxophone. Adegan
tegang dan mencekam dalam suasana horor, jenis musik yang digunakan akan seram,
dengan efek suara, seperti pintu yang terbuka pelan-pelan, suara detak jantung, suara
5
jarum jam, suara hembusan nafas, bahkan suara binatang seperti serigala, burung
hantu, dan lain-lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marleau (1982:271-285)
yang menyatakan bahwa penerjemahan film (subtitling) menyangkut empat kategori
yang meliputi: teknologi, psikologi, artistik-estetika, dan linguistik. Dari segi
psikologi inilah yang dimaksud seorang aktor ataupun aktris film harus dapat
membawakan perannya dengan baik, sehingga dapat membawa emosi atau perasaan
penontonnya sesuai dengan alur cerita film tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa
musik atau efek suara dapat memiliki kekuatan untuk memengaruhi emosi penonton.
Penonton yang ikut menangis ketika terjadi adegan yang menyedihkan, penonton
menjadi tegang ketika ada adegan yang tidak terduga atau terkejut, dan penonton
merasa takut dan mencekam ketika terjadi adegan yang mengerikan, merupakan salah
satu contoh efek yang didapat tidak hanya dari sekadar gambar dan teks alih bahasa
pada sebuah film, tetapi merupakan efek dari musik yang secara tidak langsung
membuat penonton merasa betul-betul terbawa suasana yang sengaja dibuat, seperti
keinginan seorang sutradara. Musik sebagai identitas adalah musik atau lagu
soundtrack yang menjadi identitas resmi sebuah film. Setiap film kadang-kadang
mengambil sebuah lagu untuk dijadikan soundtrack atau sekedar lantunan musik
yang mengiringi, misalnya dari sekian film James Bond yaitu: Casino Royale,
Quantum of Solace dan Skyfall memiliki lantunan musik yang berbeda-beda.
Dengan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa keempat aspek semiotik
tersebut memegang peranan yang penting dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya dalam penerjemahan sebuah film. Namun, selain keempat aspek semiotik
6
tersebut, ada beberapa hal lain yang juga harus diperhatikan untuk menjaga kualitas
teks alih bahasa pada sebuah film, sehingga film dikatakan memiliki kualitas yang
baik. Ivarsson dan Caroll (2008:33) menyatakan bahwa kualitas sebuah terjemahan
film bergantung pada dua aspek yaitu: aspek legibilitas dan aspek keterbacaan atau
kehematan. Aspek legibilitas menyangkut kaidah-kaidah teknis teks alih bahasa yang
meliputi: posisi, jumlah baris, jumlah karakter, tipe huruf, warna dan latar, durasi
untuk kemunculan tiap baris serta dua barisnya, jeda antara satu dan yang lainnya,
serta kesesuaian teks dengan gambar. Aspek keterbacaan atau kehematan
menyangkut penggunaan tanda baca serta strategi yang digunakan dalam
menerjemahkan. Selain dua aspek di atas yang harus dipahami dan diterapkan oleh
penerjemah, Karamitroglou (1997) juga menambahkan kaidah-kaidah yang harus
diterapkan pada saat pengeditan teks target alih bahasa untuk menyempurnakan aspek
legibilitas dan aspek keterbacaan atau kehematan tersebut. Adapun standar kaidahkaidah teks alih bahasa di Eropa, meliputi pemenggalan teks alih bahasa, segmentasi
panjang baris, penyederhanaan aspek sintaksis, penghapusan informasi, kesesuaian
ujaran dengan teks alih bahasa, penggunaan akronim, penggunaan apostrof atau tanda
penyingkat, penggunaan angka, penggunaan simbol, dan penggunaan bahasa tabu.
Selain penggunaan bahasa tabu, dalam film James Bond juga ditemukan bahasa slang
dan juga istilah atau terminologi permainan poker sehingga penggunaan tersebut
perlu dibahas dalam penelitian ini.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penerjemahan film tidak hanya
mencakup masalah mengalihkan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, tetapi
7
juga terfokus pada keempat aspek semiotik yang terdapat pada sebuah film. Keempat
aspek semiotik tersebut terikat kaidah-kaidah yang menekankan aspek kehematan,
baik dari segi tampilan maupun waktu. Hal ini yang menyebabkan penerjemahan film
memiliki jangkauan yang cukup luas dan kompleks, tetapi menarik untuk dianalisis.
Film James Bond dipilih menjadi data penelitian penerjemahan film ini karena dalam
film James Bond terdapat banyak aspek semiotik yang menarik untuk dianalisis,
misalnya: adanya teks alih bahasa yang mengandung banyak bentuk, fungsi, dan
warna; ekspresi wajah dan bahasa tubuh dari aktor dan aktris yang memiliki makna
yang dalam serta aspek-aspek lainnya. Selain itu, dalam film James Bond terdapat
banyak penggunaan bahasa tabu, bahasa slang, dan terminologi atau istilah permainan
poker yang juga menarik untuk dianalisis. Film James Bond merupakan film yang
memiliki seri terpanjang dalam sejarah, yaitu dari tahun 1962 dan memiliki banyak
penggemar di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Berikut adalah beberapa film
James Bond yang pernah ditayangkan dan sekaligus pemeran utamanya yaitu: Sean
Connery dalam film Dr. No (1962), George Lazenby dalam film On Her Majesty’s
Secret Service (1969), Sean Connery dalam film Diamonds Are Forever (1971),
Roger Moore dalam film Live and Let Die (1973), Roger Moore dalam film A View to
a Kill (1985), Timothy Dalton dalam film The Living Daylights (1987), Timothy
Dalton dalam film Licence to Kill (1989), Pierce Brosnan dalam film Golden Eye
(1995), Pierce Brosnan dalam film Die Another Day (2002), Daniel Craig dalam film
Casino Royale (2006), Quantum of Solace (2008), dan Skyfall (2012). Dari sekian
film James Bond tersebut, hanya diambil tiga film sebagai data penelitian, yaitu tiga
8
film terbaru James Bond yang dibintangi oleh Daniel Craig; Casino Royale (2006),
Quantum of Solace (2008), dan Skyfall (2012). Dari ketiga film James Bond tersebut,
film Casino Royale yang hanya memiliki teks alih bahasa Indonesia saja dan tidak
terdapat teks alih bahasa Inggris sehingga dilakukan proses transkripsi terlebih
dahulu, sedangkan film Quantum of Solace dan Skyfall sudah terdapat teks alih
bahasa Indonesia dan Inggris secara sekaligus.
Data penelitian film James Bond menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
sumbernya
dan
menggunakan
beberapa
pilihan
bahasa
lainnya
sebagai
terjemahannya, seperti bahasa Indonesia, bahasa Potugis, bahasa Spanyol, bahasa
Korea, bahasa Mandarin, bahasa Thailand, bahasa Malaysia, bahasa Kanton, dan
bahasa Vietnam. Dari sekian pilihan terjemahan teks alih bahasa tersebut, yang
dijadikan data penelitian ini adalah teks alih bahasa Inggris sebagai bahasa sumber
dan teks alih bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran. Dengan penelitian ini
diharapkan segala fenomena atau permasalahan tentang penerjemahan film yang
ditemukan pada data penelitian dapat diselesaikan. Permasalahan atau fenomena
tersebut dianalisis dengan menggunakan teori penerjemahan film (subtitling) yang
menekankan aspek legibilitas dan keterbacaan atau kehematan, didukung dengan
kaidah pengeditan teks target, serta analisis tentang penggunaan bahasa nonverbal.
Hal ini menjadi penting karena penelitian ini bertujuan membuat teks alih bahasa
sebuah film menjadi berkualitas. Kualitas teks alih bahasa juga secara otomatis
memengaruhi kualitas sebuah film secara keseluruhan. Beberapa teori linguistik
lainnya juga digunakan untuk mempertajam dan memperdalam analisis penelitian,
9
sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi terobosan baru dalam dunia
penerjemahan film, baik secara teoretis maupun secara praktis, dan tentunya menjadi
pedoman bagi penelitian-penelitian teks alih bahasa film selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, ada empat masalah pokok yang
dibahas dan menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Keempat masalah tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Bagaimanakah aspek legibilitas teks alih bahasa Inggris-Indonesia film James
Bond 007?
2) Bagaimanakah aspek keterbacaan atau kehematan teks alih bahasa InggrisIndonesia film James Bond 007?
3) Bagaimanakah pengeditan teks target alih bahasa Inggris-Indonesia film
James Bond 007?
4) Bagaimanakah penyampaian makna bahasa nonverbal dalam film James Bond
007?
10
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua tujuan, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan umum menyangkut beberapa tujuan penelitian untuk bidang
penerjemahan film secara luas. Tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
1) Untuk mengembangkan penelitian-penelitian penerjemahan film sebelumnya
yang
hanya
membahas
masalah
strategi
penerjemahan,
persentase
kemunculan, dan kualitas terjemahan saja. Penelitian ini menggunakan teori
penerjemahan film yang mencakup berbagai aspek linguistik, yaitu analisis
bahasa verbal dan bahasa nonverbal. Bagaimana kombinasi kedua bahasa
tersebut dapat menyampaikan makna pada sebuah film secara berimbang dan
terkait satu sama lainnya. Pengembangan analisisnya mencakup aspek
legibilitas, aspek keterbacaan atau kehematan, pengeditan teks alih bahasa
target, dan analisis bahasa nonverbal.
2) Untuk menganalisis terjemahan teks alih bahasa film James Bond dengan cara
membedah data penelitian secara linguistik. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh manakah makna dapat tersampaikan melalui dialog, teks
alih bahasa, gambar, dan musik sehingga dapat memenuhi kaidah dalam teori
penerjemahan film yang menekankan aspek kehematan karena makna dalam
film dapat disampaikan dari bahasa verbal dan bahasa nonverbal.
11
3) Untuk menemukan standar yang tepat dalam menerjemahkan film, baik dari
aspek legibilitas maupun dari aspek keterbacaan atau kehematan sebuah film
laga sehingga kualitas terjemahan teks alih bahasa yang dihasilkan memiliki
kualitas yang baik. Kualitas terjemahan yang baik nantinya juga menentukan
kualitas film karena kesesuaian dan ketepatan antara dialog, musik, teks alih
bahasa, dan gambar menjadi tolok ukur yang cukup penting untuk
menentukannya.
1.3.2
Tujuan Khusus
Tujuan
khusus
penelitian
ini
adalah
untuk
mengembangkan
ilmu
penerjemahan film khususnya. Tujuan khusus tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.
1) Untuk mengetahui aspek legibilitas dari teks alih bahasa yang meliputi: posisi,
jumlah baris, jumlah karakter, tipe huruf, warna dan latar, durasi maksimum
per kata, durasi tiap baris dan dua barisnya, durasi kemunculan, durasi
menghilangnya, dan kesesuaian teks alih bahasa dengan gambar yang muncul.
Semua aspek teknis ini harus diperhatikan karena tampilan dari teks alih
bahasa sangatlah penting, tampilan sebuah film yang baik adalah ketika
kombinasi dari bahasa verbal dan nonverbal didukung dengan aspek-aspek
teknis yang memadai.
12
2) Untuk menganalisis aspek keterbacaan atau kehematan dari segi linguistik
dilakukan dengan cara menganalisis bagaimana penggunaan tanda baca pada
setiap teks alih bahasa yang muncul di film James Bond dan strategi
penerjemahan yang digunakan. Dalam hal ini, sejauh mana tanda baca dan
strategi penerjemahan tersebut dapat mendukung teks alih bahasa film
menjadi sebuah terjemahan yang memiliki kualitas yang baik. Aspek
legibilitas dan aspek keterbacaan atau kehematan harus sinkron satu sama lain
agar keempat aspek semiotik dalam sebuah film menjadi berfungsi secara
maksimal.
3) Untuk mengetahui bagaimana cara dan proses pengeditan teks alih bahasa
sebuah film yang harus dilakukan sebelum film tersebut ditayangkan dan
beredar di pasaran. Pengeditan teks alih bahasa ini penting dilakukan karena
sebagai proses akhir dan evaluasi dari kualitas sebuah teks alih bahasa film
beserta terjemahannya.
4) Untuk mengetahui bagaimana sebuah makna dapat tersampaikan kepada
penonton dengan bahasa verbal melalui dialog dan teks alih bahasa serta
bahasa nonverbal melalui gambar dan musik. Dalam sebuah film penggunaan
bahasa verbal dan bahasa nonverbal digunakan secara bersamaan untuk
menyampaikan sebuah makna.
13
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian alih bahasa ini juga dapat memberikan manfaat secara teoretis dan
praktis. Kedua manfaat tersebut dapat diformulakan sebagai berikut.
1.4.1
Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis meliputi beberapa manfaat yang dapat disumbangkan terkait
hasil penelitian nanti demi perkembangan teori penerjemahan film. Fokus teoretis
dalam penelitian ini adalah mencakup aspek legibilitas dan keterbacaan atau
kehematan dengan pendekatan teori penerjemahan, sintaksis, dan semiotik.
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya, terutama dalam aspek legibilitas. Film laga cenderung memiliki
jumlah karakter yang tidak sama dengan film lainnya, seperti komedi, horor,
drama, dan lain-lainnya, sehingga hasil penelitian penerjemahan film ini dapat
memberikan batasan rata-rata jumlah karakter dan juga durasi waktu yang
berbeda dengan teori-teori yang sudah ada sebelumnya. Hal ini menjadi
semakin menarik karena peneliti juga mengaitkan penyampaian makna dari
bahasa verbal dan juga bahasa nonverbal dengan menggunakan kombinasi
teori-teori linguistik, seperti: terjemahan, sintaksis, dan semiotik. Dengan
demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
terhadap teori penerjemahan film dengan cakupan kajian yang lebih luas.
2) Penelitian ini dapat memperkaya teori-teori penerjemahan film sebelumnya
yang lebih terfokus pada terjemahan. Penelitian ini berusaha untuk
memperkaya teori-teori terjemahan dengan mengaitkan hubungan antara teori
14
penerjemahan film dan teori sintaksis, dan teori penerjemahan film dan teori
semiotik. Sinkronisasi ini merupakan salah satu upaya demi kemajuan teori
terjemahan khususnya terjemahan film.
3) Penelitian ini juga diharapkan dapat menunjukkan bahwa dalam sebuah
komunikasi lisan ataupun tertulis, makna dapat tersampaikan, baik secara
tersurat maupun tersirat. Tersurat, yaitu dapat dilihat dan dibaca, sedangkan
tersirat tidak dapat dibaca, tetapi harus dipahami. Makna tersurat dan tersirat
inilah dikaji melalui teks alih bahasa, dialog, gambar, dan juga musik.
Sinkronisasi makna verbal dan nonverbal ini dapat memberikan sumbangsih
teori alih bahasa.
4) Penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjelaskan secara deskriptif yang
menjadi keunggulan dan kekurangan teori alih bahasa sebelumnya, sehingga
hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai referensi atau pedoman
dalam menganalisis data penelitian selanjutnya mengenai penerjemahan film.
Referensi atau pedoman tersebut nantinya diharapkan dapat berupa kombinasi
teori linguistik dan rekonstruksi teori dalam terjemahan sebagai solusi untuk
memecahkan fenomena atau permasalahan dalam penerjemahan film. Selain
itu, penelitian ini diharapkan dapat juga memberikan inspirasi bagi para
peneliti film dalam mengembangkan teori alih bahasa.
5) Penelitian ini juga diharapkan dapat menyediakan kebutuhan data bagi
peneliti lainnya yang ingin melanjutkan analisis terjemahan film laga dengan
teori dan analisis yang berbeda. Data penelitian ini diambil dari tiga film
15
James Bond yang berbeda sehingga dapat memberikan variasi dan pilihan
yang beragam untuk dianalisis sesuai dengan kebutuhan.
1.4.2
Manfaat Praktis
Manfaat praktis adalah manfaat yang dapat dirasakan secara langsung oleh
para penerjemah film dalam peranannya untuk mentransfer makna dari bahasa
sumber ke bahasa sasaran dengan teori penerjemahan film. Berikut adalah beberapa
manfaat praktis yang dimaksud.
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan para penerjemah
film bahwa dalam menerjemahkan tidak hanya diperlukan pemahaman
mengenai terjemahan saja, tetapi juga pemahaman terhadap bidang linguistik
lainnya, seperti sintaksis dan juga semiotik untuk menghasilkan terjemahan
film yang berkualitas.
2) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan, referensi, dan
juga bahan latihan untuk para penerjemah film sebelum menekuni profesinya
sebagai seorang penerjemah film di masyarakat.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian alih bahasa pada film ini mencakup dua aspek utama, yaitu aspek
legibilitas dan aspek keterbacaan atau kehematan yang diambil dari teori Ivarsson dan
Carol (2009), dengan data film James Bond: Casino Royale (2006), Quantum of
Solace (2008), dan Skyfall (2012). Selain dua aspek tersebut, ada pula aspek-aspek
16
pendukung lainnya yang dianalisis, yaitu kaidah pengeditan teks target film James
Bond dan aspek nonverbal film James Bond, yaitu gambar dan musik.
Aspek legibilitas berupa kaidah-kaidah teks alih bahasa yang harus digunakan
dan dipahami yang berupa: posisi, jumlah baris, jumlah karakter, tipe huruf, warna
dan latar, durasi maksimum per kata, durasi tiap baris dan dua barisnya, durasi
kemunculan, durasi menghilangnya, serta kesesuaian teks alih bahasa dengan gambar.
Aspek ini lebih terfokus pada aspek teknis dalam penerjemahan film, yang dikaji
menggunakan teori Karamitroglou (1997) yang merinci secara lengkap kaidah-kaidah
tersebut. Aspek keterbacaan atau kehematan meliputi: strategi penerjemahan yang
digunakan dalam menerjemahkan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran
dengan teori Tomaszkiewicz (1993) serta penggunaan tanda baca yang digunakan
dalam film dengan teori Karamitroglou (1997). Untuk pengeditan teks target
digunakan teori Karamitroglou (1997) yang mencakup: pemenggalan teks alih
bahasa, segmentasi panjang baris, penyederhanaan aspek sintaksis, penghapusan
informasi, kesesuaian ujaran dengan teks alih bahasa, penggunaan akronim,
penggunaan apostrof atau tanda penyingkat, penggunaan angka, penggunaan simbol,
penggunaan bahasa tabu, penggunaan bahasa slang, dan penggunaan istilah atau
terminologi permainan poker. Semua proses pengeditan teks alih bahasa target
tersebut penting untuk diterapkan oleh penerjemah, sebelum nantinya sebuah teks alih
bahasa ditonton sebagai hasil dari sebuah produk terjemahan. Dalam proses
pengeditan teks alih bahasa di atas, ada dua teori linguistik yang digunakan untuk
membedah data penelitian tersebut, yaitu teori sintaksis untuk pemenggalan teks alih
17
bahasa, segmentasi panjangnya baris, penyederhanaan unsur sintaksis, dan perubahan
strukturnya.
Bahasa nonverbal yang terdapat dalam penelitian teks alih bahasa film James
Bond ini adalah gambar, musik, serta efek suara. Gambar lebih dominan dibahas
dalam penelitian ini dibandingkan musik atau juga efek suara. Analisis gambar
menggunakan teori semiotik pada tubuh dari Winfried (2006) yang didukung dengan
penjelasan deskriptif dari kamus bahasa nonverbal (Givens;2002). Untuk melihat
hubungan antara bahasa nonverbal dan konteks makna film James Bond tersebut
digunakan teori semiotik dari Peirce (1878) tentang ikon, indeks, dan simbol. Dari
sekian analisis makna bahasa nonverbal, dalam penelitian ini hanya dibahas bahasa
nonverbal pada tubuh seperti: ekspresi wajah, gerakan tangan, dan bahasa tubuh
secara keseluruhan dari para aktor ataupun aktris saat berdialog. Hal ini dikarenakan
tiga bahasa nonverbal tersebut yang paling banyak ditemukan dalam film James
Bond: Casino Royale, Quantum of Solace, dan Skyfall. Bahasa nonverbal tersebut
menunjukkan korelasinya terhadap makna dari teks alih bahasa film; mendukung
makna, menambahkan makna, memperkuat makna atau justru bertentangan dengan
makna. Musik dan efek suara dianalisis dalam penelitian ini untuk menunjang sebuah
kajian atau analisis. Musik dan efek suara digunakan hanya sebagai sarana untuk
membuat penonton ikut terpengaruh secara emosional terhadap situasi dan kondisi
pada sebuah film, ingin membuat penonton menjadi marah, kesal, sedih, bahagia,
gembira, takut atau cemas.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang dilakukan memiliki beberapa kontribusi terhadap
penelitian ini. Kontribusi tersebut seperti: memperkaya kerangka pemikiran
penelitian, peningkatan metodologi penelitian, dan juga memiliki relevansi terhadap
kemajuan penelitian-penelitian alih bahasa sebelumnya.
Paramarta (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerjemahan Istilah
Budaya Spesifik dalam Subtitling Film Memoirs of a Geisha (MOG)” membahas
penggunaan istilah-istilah budaya Jepang dalam terjemahan film dari bahasa Inggris
ke bahasa Indonesia. Penelitiannya tergolong penelitian deskriptif kualitatif yang
mengkaji beberapa aspek, yaitu istilah-istilah budaya spesifik dalam film MOG,
strategi penerjemahan, dan juga tingkat akurasinya. Ditemukan lima belas istilah
budaya spesifik dalam film MOG, yaitu geisha, okea, kimono, danna, maiko, sake,
sumo, hataki-comi, ekubo, sakura tree, tatsumura silk, misuage, hanamachi, onesan,
dan okasan. Strategi penerjemahan yang digunakan adalah: 1) menerjemahkan
dengan menggunakan kata pinjaman, 2) kata pinjaman dengan penjelasan, 3)
substitusi budaya, dan 4) ilustrasi. Akurasi terjemahan lima belas istilah budaya
tersebut secara umum adalah tinggi, hal itu ditunjukkan dengan keberhasilan
penyampaian makna bahasa sumber ke dalam bahasa target dengan memanfaatkan
19
film sebagai komposisi semiotik, yaitu perpaduan antara dialog (Verbal Auditory
Channel (VAC)), musik (Nonverbal Auditory Channel (NAC)), subtitling (Verbal
Visual Channel (VVC)), dan gambar (Nonverbal Visual Channel (NVC)).
Penelitian di atas hanya mencakup analisis strategi penerjemahan terhadap
penggunaan istilah budaya Jepang saja, tanpa ada kajian linguistik lainnya yang lebih
mendalam. Selain itu, peneliti masih menggunakan teknik simak dan catat dalam
pengumpulan data penelitian, yang tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama
dibandingkan dengan menggunakan software. Dari teori yang digunakan, peneliti hanya
menggunakan teori terjemahan dan belum menyentuh penggunaan teori terjemahan film
yang sudah ada, sehingga tidak ada pembahasan mengenai aspek legibilitas, aspek
keterbacaan atau kehematan, pengeditan teks alih bahasa, serta analisis bahasa nonverbal.
Tidak ada kombinasi teori linguistik lainnya yang memiliki relevansi untuk memecahkan
masalah terjemahan yang ditemukan karena film memiliki empat komposisi semiotik
yang berkaitan satu sama lainnya. Dalam penerjemahan film masih banyak aspek
linguistik yang dapat dikaji dengan menggabungkan teori makrolinguistik dengan teori
mikrolinguistik. Hal yang bisa digunakan dari hasil penelitian ini untuk kepentingan
penelitian selanjutnya adalah memperhatikan bagaimana analisis data dengan strategi
penerjemahan film serta bagaimana penjelasan deskriptifnya. Hal ini sangat penting
untuk diperhatikan karena bisa menjadi perbandingan untuk analisis penelitian
selanjutnya yang salah satunya juga membahas strategi penerjemahan film.
20
Khoirun (2011) pada penelitiannya yang berjudul “Analisis Teknik
Penerjemahan Subtitle Film Beckham Unwrapped dan Dampaknya pada Kualitas
Terjemahan” mengidentifikasi teknik, metode, ideology, dan kualitas terjemahan film
Beckham Unwrapped. Jenis penelitian ini juga tergolong penelitian kualitatif
deskriptif dengan menggunakan sumber data yang berupa dokumen (teks alih bahasa
film Beckham Unwrapped beserta terjemahannya) dan juga informan (responden).
Sumber data yang berupa dokumen adalah satuan lingual, kata, frasa, klausa, dan
kalimat dalam bentuk narasi yang mengandung teknik penerjemahan dalam teks alih
bahasa film Beckham Unwrapped beserta terjemahannya. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan metode etnografi yang diusulkan oleh Spradley. Hasil
analisis 178 data, ditemukan 12 macam teknik penerjemahan dengan frekuensi
penggunaan total sebanyak 621 kali. Teknik-teknik tersebut antara lain: (1)
transposisi sebanyak 136 kali (21,90%), (2) reduksi sebanyak 104 kali (17,04%), (3)
peminjaman alamiah sebanyak 72 kali (11,59%), (4) amplifikasi sebanyak 71 kali
(11,43%), (5) peminjaman murni sebanyak 59 kali (9,50%), (6) kalke sebanyak 56
kali (9,02%), (7) padanan lazim sebanyak 46 kali (7,41%), (8) penerjemahan harfiah
sebanyak 37 kali (5,96%), (9) modulasi sebanyak 14 kali (2,25%), (10) generalisasi
sebanyak 13 kali (2,09%), (11) partikularisasi sebanyak 7 kali (1,13%), dan (12)
kreasi diskursif sebanyak 6 kali (0,97%). Metode dan ideologi yang diterapkan adalah
metode penerjemahan komunikatif dengan ideologi domestikasi. Tingkat keakuratan
dari 178 data, terdapat 106 data atau 59,55% yang diterjemahkan secara akurat, 70
data atau 39,33% yang diterjemahkan dengan kurang akurat, dan 2 data atau 1,12%
21
yang tidak akurat. Untuk aspek keberterimaan dari 178 data, terdapat 100 data atau
56,18% terjemahannya berterima, 76 data atau 42,96% terjemahannya kurang
berterima, dan sebanyak 2 data atau 1,12% tidak berterima. Tingkat keterbacaan teks
subtitle film Beckham Unwrapped tergolong tinggi dan dari 178 data, 175 data atau
97,19% memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi dan 5 data atau 2,81% memiliki
tingkat keterbacaan yang sedang. Berdasarkan ketiga aspek penentu kualitas
terjemahan didapatkan hasil bahwa tingkat keakuratan, keberterimaan, dan
keterbacaan teks alih bahasa film Beckham Unwrapped tinggi. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa kualitas terjemahan teks alih bahasa film Beckham Unwrapped
adalah akurat, berterima, dan mudah dipahami. Secara keseluruhan terjemahan teks
alih bahasa film Beckham Unwrapped memiliki kualitas yang baik.
Penelitian dari Khoirun tersebut memiliki kontribusi yang banyak untuk
penelitian selanjutnya karena dalam analisisnya tidak hanya membahas strategi
penerjemahan film dan tingkat keterbacaannya saja, tetapi sudah mulai mengarah
pada ideologi yang terkandung di dalamnya. Selain itu, adanya informan atau
responden yang juga memiliki peranan yang penting dalam menentukan kualitas
terjemahan melalui tingkat keterbacaannya membuat penelitian ini memiliki nilai
lebih. Namun, teori yang digunakan belum dikombinasikan atau direkonstruksi
dengan teori linguistik lainnya seperti sintaksis dan semiotik untuk menemukan
sebuah temuan yang nantinya bermanfaat pada perkembangan teori penerjemahan
film. Hal yang dapat digunakan dari penelitiannya adalah adanya analisis ideologi
dan adanya responden yang membuat analisis penelitian menjadi lebih mendalam.
22
Ideologi merupakan salah satu faktor yang menentukan bagaimana kualitas
terjemahan tersebut.
Lidya (2013) pada penelitiannya yang berjudul “Analisis Semiotika Pada Film
Laskar Pelangi” mengatakan bahwa sangatlah penting untuk mengetahui tanda-tanda
(makna) dari film Laskar Pelangi agar masyarakat mengetahui film-film yang
mendidik dan berkualitas. Kajian semiotik pada film Laskar Pelangi menemukan
tanda-tanda yang memiliki arti serta sistem tanda, seperti bahasa, gerak, musik, dan
gambar. Penelitiannya menggunakan metode penelitian kualitatif yang menjelaskan
analisis semiotika serta menganalisis data berdasarkan kamus, ideologi, framework
budaya dan interpretasi dari sebuah kelompok. Setelah data dianalisis yang didukung
dengan hasil wawancara dengan informan maka dapat diketahui bahwa film Laskar
Pelangi memiliki makna pesan yang positif mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.
Dalam film terdapat makna semangat dan tekad yang kuat untuk belajar di tengah
keterbatasan serta menceritakan tentang pengabdian guru yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Dengan memiliki semangat, tekad yang kuat serta dididik oleh guru yang
benar-benar ingin mengabdi, siswa-siswa SD Muhamadiah bisa mencapai impian
mereka. Lewat makna pesan dalam film Laskar Pelangi kita bisa mengetahui bahwa
sebagai generasi penerus bangsa kita harus terus belajar, jangan pernah menyerah dan
kalah dengan kesulitan dan sebagai pendidik haruslah memiliki karakter yang mau
mengabdi untuk bangsa Indonesia. Pengabdian jangan diukur dari materi saja dan
masyarakat Indonesia harus bisa memilih film yang pantas dan tidak untuk ditonton.
23
Penelitian di atas telah memberikan kontribusi pada penelitian film James
Bond karena dalam penelitian tersebut terdapat analisis semiotik. Kajian semiotik
pada film Laskar Pelangi tersebut bertujuan untuk menemukan tanda-tanda yang
memiliki arti serta mengetahui sistem tanda, seperti bahasa, gerak, musik, dan
gambar. Walaupun penelitian film James Bond juga menganalisis aspek semiotik,
masih banyak hal yang dapat dikaji dan dianalisis daripada penelitian sebelumnya,
misalnya analisis aspek-aspek pendukung suksesnya kualitas teks alih bahasa, seperti
legibilitas, keterbacaan atau kehematan, serta pengeditan teks target alih bahasa.
Selain itu juga terdapat kombinasi teori mikrolinguistik dan teori makrolinguistik
dalam penelitian alih bahasa film James Bond yaitu: teori terjemahan, teori sintaksis,
dan teori semiotik. Penelitiannya juga menggabungkan analisis verbal dan analisis
nonverbal yang ditemukan pada tiga film James Bond, yaitu Casino royale, Quantum
of Solace, dan Skyfall. Banyaknya kombinasi teori membuat penelitian film James
Bond serta penggabungan analisis bahasa verbal dan bahasa nonverbal yang
ditemukan membuat analisis penelitiannya menjadi semakin mendalam dan
diharapkan dapat memberikan sumbangsih temuan untuk perkembangan teori
penerjemahan film, khususnya subtitling.
24
2.2. Konsep
Konsep
mencakup
penggunaan
terminologi-terminologi
teknis
yang
merupakan komponen-komponen dari landasan teori. Berikut adalah beberapa konsep
yang digunakan dalam penelitian alih bahasa film James Bond 007 sebagai sebuah
kajian linguistik terjemahan Inggris-Indonesia.
2.2.1 Alih Bahasa (Subtitling)
Diaz Cintas (2009:5) mendefinisikan alih bahasa (subtitling) sebagai sebuah
penerjemahan film yang berupa teks tertulis yang terletak di bawah layar televisi
yang mengacu pada pergantian dialog dari para pemain dengan memperhatikan aspek
linguistik seperti kesan visual dan kesan suara. Definisi alih bahasa tersebut sangat
sesuai dengan penelitian yang dilakukan ini karena di dalamnya terdapat analisis
visual (gambar) dan juga suara (dialog) yang mengacu pada teks alih bahasa.
Ivarsson dan Carol (2008:30) menjelaskan ada dua jenis alih bahasa, yaitu
intralingual (alih bahasa menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa sumber) dan
interlingual (alih bahasa menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa sumber).
Dari data penelitian yang digunakan, yaitu tiga film James Bond: Casino Royale,
Quantum of Solace dan Skyfall, maka yang dibahas adalah jenis alih bahasa
interlingual, yaitu dari dua bahasa yang berbeda dengan bahasa sumber. Pada ketiga
film di atas, bahasa Inggris sebagai bahasa sumber dan bahasa Indonesia sebagai
bahasa sasaran.
25
2.2.2 Teks Alih Bahasa (Subtitle)
Sesuai dengan penjelasan di atas yang terangkum dalam definisi alih bahasa
(subtitling) dari Diaz Cintas (2009:5), yaitu teks tertulis yang terletak di bawah layar
televisi yang mengacu pada pergantian dialog dari para pemain dengan
memperhatikan aspek linguitik seperti kesan visual dan kesan suara, maka dapat
ditarik simpulan bahwa teks alih bahasa (subtitle) dalam penelitian ini adalah teks
tertulis yang terletak di bawah layar televisi. Teks tersebut menggunakan bahasa
Inggris sebagai bahasa sumber dan bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran. Teks
tertulis inilah yang merupakan rangkuman dari dialog para aktor dan aktris yang
diteliti secara mendalam dengan kajian linguistik, sehingga nantinya diharapkan
mampu merekonstruksi sebuah teori baru dalam bidang penerjemahan film
khususnya alih bahasa.
2.2.3 Kajian Linguistik
Kajian linguistik dalam terjemahan adalah kajian yang menganalisis
penerjemahan makna dari teori mikrolinguistik (sintaksis dan semiotik) dan
makrolinguistik (terjemahan). Tiga teori linguistik tersebut memiliki masing-masing
fokus penelitian yaitu: alih bahasa (penerjemahan film), struktur kalimat dan
perubahannya (sintaksis), dan bahasa tubuh (semiotik). Kajian linguistik ini saling
memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya untuk menganalisis sebuah data
penelitian yang berupa teks alih bahasa film James Bond yang menggunakan
terjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.
26
Terjemahan adalah kajian makrolinguistik yang terfokus pada penerjemahan
film (subtitling), yaitu terjemahan teks alih bahasa film James Bond dari bahasa
Inggris ke bahasa Indonesia. Beberapa aspek yang ditekankan adalah aspek
legibilitas, aspek keterbacaan atau kehematan, serta pengeditan teks alih bahasa
target. Teori yang digunakan adalah teori penerjemahan film yang dikombinasikan
dengan teori linguistik lainnya.
Sintaksis adalah cabang linguistik yang mencakup susunan kata-kata di dalam
kalimat (Verhaar;2010). Kajian sintaksis dalam penelitian ini adalah kajian
mikrolinguistik yang membedah data penelitian teks alih bahasa berupa:
pemenggalan teks alih bahasa, segmentasi panjangnya baris, penyederhanaan aspek
sintaksis, dan perubahan struktur teks alih bahasa. Pemenggalan, penyederhanaan,
dan perubahan struktur teks alih bahasa sering ditemukan dalam kasus penerjemahan
film karena kedua bahasa (bahasa sumber dan bahasa sasaran) memiliki struktur yang
berbeda. Pemahaman terhadap fungsi, kategori, dan peran sintaksis kedua bahasa
tersebut sangat diperlukan. Fungsi sintaksis adalah subjek (S), predikat (P), objek
(O), komplemen (pel), dan keterangan (K). Kategori sintaksis menyangkut nomina,
verba, dan adjektiva. Peran sintaksis berkaitan dengan pelaku dan penderita. Konsep
yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah fungsi dan kategori sintaksis dalam
bahasa Inggris dan dalam bahasa Indonesia.
Dalam bahasa Inggris, subjek adalah bagian klausa yang menandai apa yang
dibicarakan oleh pembicara, subjek biasanya dibentuk dari nomina, frasa nominal
atau klausa nominal. Predikat adalah bagian klausa yang menandai apa yang
27
dikatakan oleh pembicara tentang subjek. Istilah predikat digunakan dalam penelitian
ini karena predikat dalam bahasa Inggris dibentuk dari verba atau kata kerja bantu,
sedangkan predikat dalam bahasa Indonesia dibentuk dari frasa nominal, frasa
numeral, frasa preposisional, frasa verbal, dan frasa adjektival. Berdasarkan
perbedaan tersebut, dalam penelitian ini digunakan istilah predikat (P). Objek adalah
bagian dari verba yang menjadi predikat dalam klausa, yang dibentuk dari frasa
nominal atau klausa nominal, kemunculan objek bergantung pada sifat verba apakah
transitif atau tidak. Pelengkap adalah bagian dari predikat yang berfungsi sebagai
pelengkap, yang dibentuk dari frasa nominal, frasa adjektival, atau klausa nominal.
Adverbia adalah bagian luar dari inti klausa yang berfungsi untuk keterangan
tambahan, yang dibentuk dari frasa adverbial, frasa preposisional, klausa adverbial
atau frasa nominal (Quirk: 1986).
Dalam bahasa Indonesia, subjek adalah bagian klausa yang menandai apa
yang dibicarakan oleh pembicara, subjek dapat dibentuk dari nomina, adjektiva atau
frasa nominal. Predikat adalah bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh
pembicara tentang subjek, predikat dapat dibentuk frasa verbal, adjektival, nominal,
numeralia, dan preposisional. Objek adalah bagian dari verba yang menjadi predikat
dalam klausa, yang dibentuk dari frasa nominal, kemunculan objek bergantung pada
sifat verba apakah transitif atau tidak. Pelengkap adalah bagian dari predikat yang
berfungsi sebagai pelengkap, yang dibentuk dari frasa nominal. Adverbia adalah
bagian luar dari inti klausa yang berfungsi untuk keterangan tambahan, yang
menyatakan alat, tempat, cara, waktu, kesertaan, atau tujuan (TBBI:1998).
28
Kajian semiotik adalah kajian mikrolinguistik yang memiliki keterkaitan
dengan tubuh manusia yang mengandung sebuah makna yang dapat dianalisis. Lebih
lanjut, Winfried (2006:102-106) menjelaskan bahwa gerak tubuh yang berupa kontak
mata, ekspresi wajah, gerakan tangan, dan lainnya memiliki makna tertentu yang
dapat dianalisis dengan semiotik. Berdasarkan definisi di atas maka kajian semiotik
dalam penelitian ini adalah kajian linguistik yang mengkaji penerjemahan film dari
ekspresi wajah, gerakan tangan, dan bahasa tubuh para aktor dan aktris di film James
Bond. Untuk penjelasan deskriptif bahasa nonverbal digunakan kamus bahasa
nonverbal dari Givens (2002), sedangkan hubungan bahasa nonverbal dengan konteks
makna digunakan teori Peirce (1878) tentang ikon, indeks, dan simbol. Kajian ini
penting pada teori alih bahasa karena penyampaian makna tidak hanya ditemukan
pada bahasa verbal, yaitu teks alih bahasa dan dialog, tetapi juga pada bahasa
nonverbal, yaitu gambar dan juga musik.
2.3 Landasan Teori
Beberapa landasan teori dalam penerjemahan film James Bond adalah teori
penerjemahan film (subtitling) dari Ivarsson dan Carol (2008). Teori penerjemahan
tersebut dijadikan payung teori dalam penelitian ini, sedangkan beberapa teori
linguistik lainnya sebagai teori penunjang, seperti teori sintaksis dan teori semiotik.
Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai landasan teori dalam penelitian
ini. Teori penerjemahan film (subtitling) dari Ivarsson dan Carol (2008:33) membagi
dua aspek yang mendukung untuk kualitas teks alih bahasa (subtitle) pada sebuah
29
film, yaitu aspek legibilitas dan aspek keterbacaan atau kehematan. Selain dua aspek
tersebut, teori penerjemahan film tersebut dikombinasikan dengan teori pengeditan
teks bahasa target dari Karamitroglou (1997), yang merinci secara lengkap tiap-tiap
aspek yang disampaikan oleh Ivarsson dan Carol. Untuk memperdalam analisis
bahasa nonverbal digunakan teori semiotik pada tubuh dari Winfried (2006) dengan
penjelasan dari kamus bahasa nonverbal Givens (2002) serta teori tentang ikon,
indeks, dan simbol dari Peirce (1878).
2.3.1 Legibilitas
Legibilitas sebagai aspek teknis dalam terjemahan sebuah film yang mengatur
tentang tampilan teks alih bahasa berkaitan dengan ruang ataupun waktu
pemunculannya (Ivarsson dan Carol;2008:34). Karamitroglou (1997) merinci secara
detail kaidah-kaidah yang harus dipatuhi untuk memaksimalkan aspek legibilitas,
yaitu ukuran, jumlah, warna serta bentuk karakter, waktu pemunculan tiap baris serta
dua barisnya, waktu jeda satu dengan yang lain, tempat, serta posisi munculnya.
Aspek teknis ini penting untuk digunakan dan dipahami oleh penerjemah dan juga
penonton karena aspek ini yang paling memengaruhi kualitas sebuah teks alih bahasa,
yang juga otomatis memengaruhi kualitas sebuah film. Semakin baik kualitas sebuah
teks alih bahasa maka semakin baik pula kualitas sebuah film. Penerjemah harus
menggunakan pedoman aspek legibilitas itu dalam proses penerjemahan makna atau
informasi dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, yaitu membuat tampilan dan durasi
teks alih bahasa tersebut menjadi tepat dan sesuai, serta tidak mengganggu pandangan
30
mata penonton. Adapun pembagian dari aspek legibilitas yang dimaksud adalah
sebagai berikut.
2.3.1.1 Posisi teks alih bahasa
Ivarsson dan Carol (2008:34) berpendapat bahwa posisi teks alih bahasa
adalah dari kiri ke kanan bukan di tengah untuk mempermudah penonton membaca
lebih cepat. Sementara itu, Karamitroglou (1997) menjelaskan posisi teks alih bahasa
di layar harus diposisikan di bawah layar sehingga menutupi area yang biasanya
jarang ditempati dengan gambar yang penting atau memiliki estetika dari sebuah film.
Garis terendah dari teks alih bahasa akan muncul setidaknya 1/12 dari tinggi
keseluruhan layar sehingga pandangan penonton tidak harus berpindah jauh ke arah
bagian terendah dari layar untuk membacanya. Ruang gambar minimal 1/12 dari
lebar layar keseluruhan harus disediakan di sebelah kiri karakter pertama dan
setidaknya 1/12 dari total lebar layar di sebelah kanan karakter terakhir untuk setiap
baris teks alih bahasa. Teks bisa diposisikan di bagian atas layar hanya dalam kasuskasus tertentu saja, saat materi visual (linguistik atau lainnya) sangat penting untuk
dipertahankan dan dipahami oleh penonton film.
Posisi teks alih bahasa harus diposisikan di tengah karena sebagian besar
gambar berada di sekitar bagian tengah layar yang memungkinkan mata penonton
untuk berpindah tidak terlalu jauh untuk mencapai awal teks alih bahasa.
Pengecualian terjadi pada kasus teks ganda (dialog diawali dengan tanda hubung ( - )
31
dan ditampilkan secara bersamaan pada dua baris teks alih bahasa) yang harus berada
di sisi kiri layar.
2.3.1.2 Jumlah baris teks alih bahasa
Baris teks alih bahasa pada setiap film adalah bervariasi, ada yang terdiri atas
satu baris dan ada juga yang terdiri atas dua baris. Tiap baris memiliki jumlah
karakter yang berbeda-beda, ada yang satu baris panjang dan ada juga satu baris
pendek. Sama halnya dengan dua baris teks alih bahasa, ada yang terdiri atas dua
baris sejajar dan ada pula dua baris yang tidak sejajar. Jumlah baris tersebut
bergantung pada jumlah karakter yang ada, yaitu jumlah abjad, tanda baca, dan spasi
pada teks alih bahasa sebuah film. Penempatan dan pemenggalannya pun harus
disesuaikan agar tidak mengganggu pandangan mata penonton untuk melihat gambar.
2.3.1.3 Jumlah karakter teks alih bahasa
Alih bahasa sangat dibutuhkan untuk membuat penonton yang tidak
memahami bahasa sumber juga dapat menikmati atau menonton film tersebut dalam
bahasa sasaran. Tidak seperti ilmu penerjemahan yang pada umumnya, seorang
penerjemah film sangat dibatasi oleh kaidah-kaidah yang berkaitan dengan ruang dan
waktu. Kaidah yang pertama yang harus digunakan dan dipahami adalah jumlah
karakter teks alih bahasa. Para ahli memiliki pendapat yang berbeda tentang jumlah
karakter teks alih bahasa sehingga penelitian film ini membahas permasalahan
tersebut. Pendapat dari beberapa ahli tersebut adalah sebagai berikut.
32
Sanchez (2004) mengatakan bahwa karakter teks alih bahasa dalam sebuah
film maksimum pada kisaran 35-38 saja, sedangkan Ivarsson dan Carol (2008:35)
mengatakan satu baris terdiri atas 35-40 karakter saja tidak boleh lebih dan kalimatkalimat
kompleks
harus
dimodifikasikan
menjadi
lebih
sederhana
tanpa
menghilangkan makna yang terkandung di dalamnya. Selain itu, jumlah karakter
harus disesuaikan dengan penontonnya, baik anak-anak maupun dewasa, karena tiap
kategori penonton memiliki aturan tersendiri, baik dari kecepatan membaca maupun
pemilihan kosakata yang lebih sederhana.
Karamitroglou (1997) menerangkan
bahwa jumlah karakter per baris adalah sekitar 35 karakter agar mampu menampung
teks lisan yang diterjemahkan dan meminimalkan pengurangan teks asli. Penambahan
jumlah karakter yang mencapai sekitar 40 per baris teks dapat mengurangi aspek
legibilitas karena ukuran juga pasti berkurang. Lebih lanjut dikatakan bahwa
maksimal dua baris teks alih bahasa harus ditayangkan pada saat bersamaan. Hal ini
menjamin bahwa tidak lebih dari 2/12 gambar di layar akan ditutupi oleh teks alih
bahasa. Dalam kasus satu baris, teks alih bahasa tersebut harus menempati posisi
yang lebih rendah dari dua baris, bukan baris teratas, dengan tujuan untuk
meminimalkan gangguan pada gambar latar belakang.
2.3.1.4 Tipe huruf teks alih bahasa
Karamitroglou (1997) mengatakan bahwa tipografi atau bentuk teks alih
bahasa adalah tanpa tipe serif yang lebih disukai karena kompleksitas visual yang
ditambahkan ke huruf tersebut menyebabkan penurunan aspek legibilitas teks alih
33
bahasa. Tipografi seperti Helvetica dan Arial termasuk yang diperbolehkan.
Pemilihan huruf pada teks alih bahasa tersebut bertujuan mempermudah membaca
para penonton film karena semakin kompleks visual dari sebuah huruf menyebabkan
kesulitan bagi penonton untuk membaca teks alih bahasa pada sebuah film.
Penggunaan huruf miring pada teks alih bahasa digunakan untuk menunjukkan
sumber suara selain dari percakapan utama (misalnya, ketika ada suara seseorang
merenungkan sesuatu, berbicara melalui telepon dari ujung yang lain atau
menceritakan sesuatu). Selain itu, huruf miring dapat pula digunakan ketika
mempertahankan kata-kata bahasa asing dalam versi bahasa asing asli percakapan
(misalnya, "Dia mempunyai je ne sais quoi tertentu"). Penggunaan huruf kapital dan
kecil digunakan seperti pada tulisan umumnya, sedangkan huruf cetak tebal dan garis
bawah tidak diperbolehkan pada teks alih bahasa.
2.3.1.5 Warna dan latar teks alih bahasa
Karamitroglou (1997) menegaskan bahwa karakter harus berwarna putih
pucat (tidak putih terang) karena pigmen yang terlalu mencolok dapat melelahkan
mata penonton. Selain itu, juga boleh digunakan sedikit warna abu-abu daripada
dalam format berkontur (dikelilingi oleh tepi gelap) karena telah terbukti bahwa lebih
mudah bagi mata untuk membaca bentuk yang tetap daripada bervariasi pada latar
belakang yang bergerak. Selain itu, warna abu-abu adalah baik atau netral untuk mata
dan memberikan kesan bahwa hal itu tidak sepenuhnya menutupi gambar latar
belakang.
34
2.3.1.6 Durasi maksimum per kata teks alih bahasa
Durasi maksimum per kata dalam sebuah teks alih bahasa tidak dapat
ditentukan secara pasti, namun berdasarkan perhitungan rata-rata untuk durasi
membaca per kata pada sebuah teks alih bahasa dapat diketahui dari perhitungan
berikut. Karamitroglou (1997) menyatakan bahwa kecepatan membaca dari rata-rata
penonton (berusia antara 14-65 dari kelas sosial pendidikan menengah atas) untuk
teks kompleks rata-rata (kombinasi bahasa formal dan informal) telah terbukti
berkisar antara 150-180 kata per menit, yaitu antara 2½-3 kata per detik. Hal ini
berarti bahwa dua baris penuh teks alih bahasa yang berisi 14-16 kata harus tetap
pada layar untuk waktu maksimum, yang kurang dari 5 1/2 detik. Berdasarkan
perhitungan tersebut dapat ditarik simpulan bahwa durasi per kata dalam teks alih
bahasa adalah sekitar sepersekian detik.
2.3.1.7 Durasi Tiap Baris dan Dua Baris Teks Alih Bahasa
Karamitroglou (1997) menambahkan bahwa ada beberapa rincian waktu
untuk kaidah-kaidah dalam alih bahasa adalah sebagai berikut.
1) Durasi dua baris penuh (durasi maksimum)
Kecepatan membaca dari rata-rata penonton (berusia antara 14-65 dari kelas
sosial-pendidikan menengah atas) untuk teks kompleks rata-rata (kombinasi bahasa
formal dan informal) telah terbukti antara 150-180 kata per menit, yaitu antara 2½-3
kata per detik. Hal ini berarti bahwa dua baris penuh teks alih bahasa yang berisi 14-
35
16 kata harus tetap pada layar untuk waktu maksimum, yang kurang dari 5 1/2 detik.
Jadi, perkiraannya harus ditambah sekitar 6 detik karena tiap barisnya harus
bertambah sekitar ¼-½ detik. Dalam hal ini, otak memerlukan proses penyesuian teks
alih bahasa. Perlu diketahui bahwa sama pentingnya mempertahankan dua baris
penuh selama minimal 6 detik untuk memberikan waktu membaca yang banyak.
Pentingnya menjaga teks alih bahasa yang sama tidak lebih dari 6 detik karena hal ini
menyebabkan pengulangan membaca secara otomatis terutama oleh pembaca dengan
kecepatan di atas rata-rata. Lain halnya dengan rata-rata kecepatan membaca anakanak (usia 6-14) yang telah ditentukan berada di sekitar 90-120 kata per menit. Untuk
alih bahasa program anak-anak, perhitungan mengenai durasi pada layar harus
disesuaikan kembali.
2) Durasi satu baris penuh (durasi maksimum)
Meskipun mengarah pada simpulan bahwa untuk satu baris penuh diperlukan
sekitar 7-8 kata dengan waktu maksimum 3 detik, perhitungan yang sebenarnya
adalah 3½ detik.
2.3.1.8 Durasi kemunculan teks alih bahasa
Karamitroglou (1997) mengungkapkan bahwa teks tidak harus dimunculkan
bersamaan dengan dimulainya ucapan, tetapi ¼ detik kemudian, karena survei telah
menunjukkan bahwa otak membutuhkan ¼ detik untuk memproses munculnya aspek
linguistik lisan dan mengarahkan mata ke bawah layar melihat teks alih bahasa.
36
2.3.1.9 Durasi menghilangnya teks alih bahasa
Karamitroglou (1997) menambahkan bahwa teks alih bahasa seharusnya tidak
dibiarkan hilang dari gambar lebih dari 2 detik setelah ucapan berakhir, bahkan jika
tidak ada ucapan lain dimulai dalam dua detik maka dapat menimbulkan kesan yang
tidak baik terhadap kualitas teks alih bahasa karena penonton mulai membayangkan
bahwa yang telah dibaca mungkin benar-benar tidak berhubungan dengan yang telah
dikatakan oleh para aktor dan aktris. Hal ini disebabkan oleh teks alih bahasa yang
seharusnya mentransfer teks lisan dengan tepat, baik dari segi isi, waktu kemunculan
maupun waktu hilangnya lebih lama, tidak diterapkan.
2.3.1.10 Kesesuaian teks alih bahasa dengan gambar
Ivarsson dan Carol (2008:32) mengungkapkan bahwa hal yang paling
ditekankan dalam alih bahasa adalah kemunculan teks alih bahasa haruslah
bersamaan dengan yang didengar atau dilihat di layar kaca. Inilah yang dimaksud
dengan koherensi. Selain itu, hal penting yang harus diperhatikan adalah teks alih
bahasa harus sesuai dengan pengambilan gambar dan pemotongan gambar yang
menandakan perubahan tematik dalam produk film dan untuk alasan ini, teks alih
bahasa tersebut harus menghilang sebelum pemotongan gambar. Pengambilan
gambar yang berbeda tidak menunjukkan perubahan tematik utama (misalnya,
perubahan dari pengambilan gambar yang panjang, lebih dekat dan dari belakang)
seharusnya tidak memengaruhi durasi teks alih bahasa sama sekali karena tidak
menandakan perubahan tematik.
37
2.3.2 Keterbacaan atau Kehematan
Teori Karamitroglou (1997) digunakan untuk menganalisis aspek keterbacaan
atau kehematan, yaitu tanda baca dan strategi terjemahan. Tanda baca yang dianalisis
seperti: tanda elipsis mengakhiri (…), (…) tanda elipsis mengawali, tanda titik (.),
tanda pisah ( - ), tanda hubung ( - ), tanda tanya (?), tanda kurung ((…)), tanda kurung
siku ([…]), tanda petik tunggal („…„), tanda petik dua (“…“), tanda koma, ( , ), tanda
titik dua (:), dan tanda titik koma (;), sedangkan strategi penerjemahan digunakan
teori Tomaszkiewicz (1993:223-227) untuk menganalisis terjemahan dari bahasa
sumber ke bahasa sasaran, yaitu penghilangan, literal, peminjaman, ekuivalensi,
adaptasi, penggantian, generalisasi, dan eksplikasi. Berikut adalah penjelasan kaidah
tanda baca dalam penerjemahan film.
2.3.2.1 Penggunaan tanda baca
1) Tanda elipsis mengakhiri (...)
Tanda elipsis (...) harus digunakan tepat setelah karakter terakhir teks alih
bahasa (tidak ada karakter spasi disisipkan) ketika kalimat teks alih bahasa tidak
selesai pada satu teks dan harus berlanjut. Tanda baca ini menunjukkan bahwa
kalimat teks alih bahasa tidak lengkap sehingga mata dan otak dari penonton dapat
mengharapkan munculnya kilasan baru untuk mengikuti. Ketika tanda ini tidak
diberikan maka seolah-olah tidak memberikan sinyal yang jelas, dengan demikian
otak membutuhkan waktu lebih lama untuk memproses kilasan baru yang muncul
yang kurang diharapkan.
38
2) Tanda elipsis mengawali (...)
Selain elipsis mengakhiri, terdapat juga elipsis mengawali. Perbedaan
penggunaan kedua elipsis ini terletak pada posisinya saja, ada yang di akhir dan ada
juga yang di awal. Elipsis mengawali (...) harus digunakan tepat sebelum karakter
pertama dari teks alih bahasa (tidak ada karakter spasi dimasukkan, karakter pertama
tidak dikapitalisasi) ketika teks alih bahasa ini membawa teks lanjutan dari kalimat
yang belum selesai sebelumnya.
3) Tanda titik ( . )
Tanda titik harus digunakan tepat setelah karakter terakhir teks alih bahasa
(tidak ada karakter spasi terpasang) untuk menunjukkan akhir kalimat teks alih
bahasa. Tanda titik ini memberikan sinyal ke mata bahwa pandangan penonton dapat
kembali ke gambar karena tidak ada teks alih bahasa berturut-turut. Tanda titik ini
adalah tanda baca yang paling umum ditemukan dalam sebuah teks alih bahasa film.
4) Tanda pisah ( - ) dan tanda hubung ( - )
Tanda pisah digunakan sebelum karakter pertama baris teks alih bahasa dari
dua baris yang ada (dengan penggunaan karakter spasi) untuk menunjukkan
pertukaran pembicara. Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan kata-kata
tanpa ada ruang karakter harus disisipkan di antara kata-kata tersebut.
39
5) Tanda tanya (?) dan tanda seru (!)
Tanda tanya dan tanda seru harus digunakan untuk menunjukkan pertanyaan
atau penekanan masing-masing, seperti dalam tulisan pada umumnya diposisikan
tepat setelah karakter terakhir dari teks alih bahasa (tidak ada karakter spasi).
6) Tanda kurung ((…)) dan tanda kurung siku ([…])
Tanda kurung harus digunakan untuk merangkul komentar yang jelas dengan
kalimat sebelumnya. Karena durasi waktu untuk setiap teks alih bahasa terbatas dan
konvensi tanda kurung tidak sangat luas dalam tulisan pada umumnya sehingga tanda
kurung tersebut harus digunakan dengan hati-hati.
7) Tanda kutip tunggal ('…')
Tanda kutip tunggal harus digunakan seperti dalam tulisan pada umumnya,
yaitu untuk merangkul informasi penting. Untuk alasan yang sama dengan
penggunaan tanda kurung, tanda kutip tunggal harus digunakan dengan hati-hati.
8) Tanda kutip ganda ("…")
Tanda kutip ganda harus digunakan seperti dalam tulisan pada umumnya,
yaitu untuk merangkul informasi dikutip. Untuk alasan yang sama dengan
penggunaan tanda kurung, tanda kutip ganda harus digunakan dengan hati-hati.
40
9) Koma ( , ), titik dua ( : ), dan titik koma ( ; )
Tanda koma, titik dua dan titik koma juga harus digunakan seperti dalam
tulisan pada umumnya, yaitu untuk menunjukkan jeda pendek dalam kecepatan
membaca. Penggunaannya tidak, seperti tanda titik, elipsis, tanda seru, dan tanda
tanya, yang semuanya dapat digunakan untuk menutup kalimat teks alih bahasa.
Tidak ada teks alih bahasa yang diujarkan dengan cepat berakhir pada koma, titik dua
atau titik koma, karena jeda tidak mungkin dihindari dalam kecepatan membaca
sebagai akibat dari jeda antara dua teks alih bahasa dan waktu yang diperlukan oleh
otak untuk memproses teks alih bahasa baru.
10) Penggunaan huruf cetak miring
Penggunaan huruf cetak miring pada teks alih bahasa harus digunakan untuk
menunjukkan sumber suara selain dari percakapan utama (misalnya ketika ada suara
seseorang merenungkan sesuatu, berbicara melalui telepon dari ujung yang lain atau
menceritakan sesuatu). Selain itu, huruf cetak miring dapat pula digunakan ketika
mempertahankan kata-kata bahasa asing dalam versi bahasa asing asli percakapan
(misalnya, "Dia mempunyai je ne sais quoi tertentu").
11) Tanda petik dua ("…") dengan teks huruf miring
Tanda petik dua dengan teks dalam huruf miring harus digunakan untuk
menunjukkan siaran publik, yaitu diucapkan teks berasal dari sumber di luar tampilan
41
layar dan ditujukan kepada sejumlah orang (misalnya, melalui TV, radio, atau
pengeras suara). Tanda ini juga harus digunakan ketika mentransfer lirik lagu.
12) Penggunaan huruf kapital dan huruf kecil
Penggunaan huruf kapital dan huruf kecil harus digunakan seperti dalam
tulisan pada umumnya. Penggunaan huruf kapital dapat diterapkan pada saat tampilan
pesan pada sebuah alat elektronik yang muncul.
13) Penggunaan huruf tebal dan garis bawah
Huruf cetak tebal dan garis bawah tidak diperbolehkan dalam teks alih bahasa
film. Hal ini tidak boleh dilanggar oleh penerjemah film.
2.3.2.2 Strategi penerjemahan teks alih bahasa
Strategi-strategi dalam alih bahasa adalah teknik untuk menerjemahkan kata,
frasa, atau ujaran para aktor dan aktris dalam tiap adegan. Para penerjemah film dapat
menggunakan salah satu strategi atau justru menggabungkan dua strategi sekaligus
dalam menemukan sebuah padanan kata, frasa, atau ujaran dalam bahasa target.
Untuk strategi alih bahasa dalam penelitian ini digunakan teori dari Tomaszkiewicz
(1993:223-227) yang memberikan delapan strategi dalam menerjemahkan sebuah
film, yakni sebagai berikut.
42
1) Penghilangan yaitu menghilangkan istilah budaya.
2) Literal yaitu solusinya menemukan terjemahan yang paling mendekati bahasa
sasaran.
3) Peminjaman yaitu menggunakan teknik peminjaman istilah dari bahasa sumber
untuk dipakai dalam bahasa sasaran.
4) Ekuivalensi yaitu hasil terjemahan memiliki makna dan fungsi yang sama dengan
bahasa sumber.
5) Adaptasi yaitu terjemahan disesuaikan dengan budaya yang ada dalam bahasa
sasaran.
6) Penggantian yaitu istilah budaya yang disesuaikan dengan konteks khususnya
ketika didukung oleh gerakan ataupun visual lainnya pada film tersebut.
7) Generalisasi yaitu mengakali istilah dalam bahasa sumber dengan bahasa yang
lebih umum.
8) Eksplikasi yaitu menggunakan parafrase untuk menjelaskan istilah-istilah budaya
yang ada.
2.3.3 Penambahan Makna
Dalam penerjemahan tidaklah mungkin ditemukan padanan kata yang benarbenar sama antara padanan makna bahasa sumber dan bahasa sasaran. Tentunya
penambahan makna atau berkurangnya makna adalah hal yang pasti terjadi. Nida
(1975;27) mengatakan bahwa penambahan atau pengurangan makna selalu
ditemukan dalam penerjemahan karena tidak ada padanan kata yang sama antara
43
bahasa sumber dan bahasa sasaran. Penambahan makna dari bahasa sumber ke
bahasa sasaran sering terjadi dalam kasus penerjemahan. Nida (1964;227)
mengatakan bahwa penambahan makna atau informasi diperlukan untuk menghindari
adanya makna yang ambigu pada bahasa sasaran atau untuk membuat informasi atau
makna pada bahasa sasaran menjadi lebih spesifik, sama seperti bahasa sumber.
Berikut adalah salah satu contoh sederhana terjadinya penambahan makna dari
bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.
Dia Guru  He is a teacher
Dalam penerjemahan di atas, Dia mengacu pada orang ketiga tunggal, baik
laki-laki maupun perempuan, sedangkan He sangatlah spesifik mengacu pada orang
ketiga tunggal laki-laki, bukan perempuan. Dalam kalimat tersebut terjadi
penambahan makna (dia laki-laki) pada subyek tersebut, penambahan makna oleh
penerjemah dapat dilakukan dengan melihat konteks keseluruhan teks yang ada di
sekitar kalimat tersebut. Selain penambahan makna yang terjadi, juga terdapat
penambahan bentuk pada bahasa sasaran, yaitu penambahan tobe is dan article a.
Kalimat Dia guru dalam bahasa Indonesia harus diterjemahkan menjadi He is a
teacher yaitu Dia (laki-laki) adalah seorang guru, karena kedua bahasa tersebut
memiliki perbedaan struktur.
44
2.3.4 Pengurangan Makna
Salah satu berkurangnya makna atau informasi pada bahasa sasaran bisa
disebabkan oleh tidak adanya padanan makna yang tepat atau struktur gramatikal dari
bahasa target yang berbeda (Baker:1992:40). Pada kasus di bawah ini, berkurangnya
makna terjadi karena tingkatan pemakaian bahasa pada masyarakat penutur tersebut.
Penggunaan bahasa Bali dapat dijadikan salah satu contoh dalam pengurangan makna
tersebut. Dalam bahasa Bali Anggah Ungguh Basa Bali mengandung nilai kesopanan
yang berdasarkan situasi, kondisi, serta mitra bicara, misalnya Titiang, I Gede
Palgunadi  I am I Gede Palgunadi.
Titiang dalam bahasa Bali mengandung nilai kesopanan pada mitra bicara,
pada umumnya mitra bicara memiliki status sosial atau kasta yang lebih tinggi dari
pembicara tersebut. Bahasa Inggris hanya memiliki I (saya) sebagai padanan kata
terdekat untuk Titiang karena bahasa Inggris tidak memiliki hierarki pemakaian
bahasa seperti bahasa Bali. I bisa digunakan untuk siapa saja dan kepada mitra bicara
tanpa melihat konteks situasi atau kondisi saat itu.
2.3.5 Pengeditan teks target alih bahasa
Dalam teori teks alih bahasa terdapat teori pengeditan teks target sebelum
sebuah terjemahan digunakan pada sebuah film dan disebarluaskan ke pasaran.
Pengeditan teks alih bahasa ini penting dilakukan sebagai sebuah tahapan evaluasi
terhadap hasil terjemahan teks alih bahasa pada sebuah film. Karamitroglou (1997)
45
menegaskan bahwa ada beberapa target teks pengeditan film yang perlu diperhatikan,
yakni sebagai berikut.
2.3.5.1 Pemenggalan teks alih bahasa
Pada kasus pemenggalan teks alih bahasa dari satu baris menjadi dua baris,
penerjemah lebih baik membagi satu baris panjang teks alih bahasa menjadi dua
baris. Hal ini disebabkan oleh mata dan otak dari pemirsa membuat teks alih bahasa
dua baris lebih gampang untuk mempercepat proses pembacaan. Penempatan dan
pemenggalan kata atau kalimat yang baik perlu untuk dilakukan agar penonton tidak
merasa terganggu atau kesulitan dalam mencari artinya. Pemenggalan ini biasanya
juga dilakukan pada tataran frasa dan klausa. Teks alih bahasa yang panjang harus
dipenggal dan ditata dengan tujuan untuk mempermudah membaca bagi penonton.
Dalam hal ini, Perego (2008) membagi pemenggalan teks alih bahasa menjadi empat,
yaitu pemenggalan frasa nominal, frasa preposisional, frasa verbal, dan kalimat.
1) Frasa Nominal
Penentuan determiner dan modifier sangatlah penting karena pemenggalan
teks alih bahasa dilakukan pada posisi setelah determiner dan sebelum modifier,
seperti contoh (1-4) di bawah ini.
Contoh 1:
Exactly how do you mean? –There’s a
great future there. Think about it.
Contoh 2:
You only talked about your married
sister. And your other married sister.
46
Contoh 3:
So we were always stuck watching some crap
made-for-TV movie about a kid with leukaemia.
Contoh 4:
Like hell! 25 years in construction
work. I’ve always had a paycheque
Pada contoh lainnya ditemukan frasa nominal pada sebuah kalimat yang
memiliki determiner (of yours) mengikuti inti (head) yaitu (this job). Perhatikan
contoh (5) di bawah ini.
Contoh 5:
Hey. I want this job
of yours, Tommy
Sesungguhnya, mungkin menguntungkan seorang penerjemah film yang peka
terhadap perbedaan tingkat leksikosemantik dan sintaksis untuk menghindari dampak
atau akibat dari ketidakberaturan suatu pola, seperti pada contoh (6) dan (7) di bawah
ini.
Contoh 6:
Ho visto il film di Fellini martedi
Scorso. Non e uno dei suoi migliori
I saw the Fellini film last
Tuesday. It is not one of his best.
47
Contoh 7:
Non posso mettere un essere
vivente nellacqua bollente
I can’t put a living
thing in hot water!
Jika berbicara masalah bentuk idiomatik, yang memiliki pola atau cara yang
berbeda dari pemenggalan kata per kata. Pemenggalan bentuk idiomatik di sini,
seperti contoh (8) di bawah ini memaksa penonton untuk menafsirkan konstituennya
secara literal.
Contoh 8:
Perche sapevo che avresti dato
i numeri e non saremmo partiti!
Because I knew you would have gone
mad and we wouldn’t have let.
2) Frasa Preposisional
Secara teknis dikatakan bahwa pemenggalan frasa preposisional tidak menjadi
suatu masalah karena, baik preposisi sederhana maupun preposisi kompleks,
memiliki bentuk yang cukup pendek untuk dipenggal tanpa mengganggu kaidahkaidah yang mengatur jumlah maksimal karakter per baris.
48
Contoh 9:
There was a letter from (23)
Dickie in with my perfume (26)
There was a letter (18)
from Dickie in with my perfume (30)
There was a letter from Dickie (30)
in with my perfume (18)
Contoh 10:
… nel portabatterie della (25)
barca di Myamoto?-Certo. (26)
…in the battery well of the
boat of Myamoto?-sure
- … nel portabatterie (19)
della barca di Myamoto?-Certo. (32)
- … nel portabatterie della barca (31)
di Myamoto?-Certo. (20)
Hal yang sangat mungkin terjadi ketika tidak ada pilihan dan tidak mungkin
untuk menggunakan pemenggalan baris yang tepat dengan materi linguistik yang
sama seperti, dalam contoh di bawah ini. Di sini, distribusi karakter tidak seimbang
sehingga dibuat untuk pengaturan frasa yang berbeda.
Contoh 11:
I was having lunch with some guys from
NBC. So I said “Did you eat yet or what?”
I was having lunch with some guys
from NBC. So I said “Did you eat yet or what?”
I was having lunch with some guys from NBC.
So I said “Did you eat yet or what?”
49
3) Frasa Verbal
Untuk frasa verbal sangatlah disarankan untuk mempertahankan konsistensi
dengan mempertahankan verba utama (main verbs) dan kata kerja bantu (auxiliaries).
Contoh (12) sampai (15) menunjukkan penggunaan kata kerja bantu atau modal. Hal
ini juga terjadi ketika secara struktural dan secara semantis pada pola kata kerja
(misalnya, struktur kausatif dan verba phraseological) seperti contoh (14 dan 15),
meskipun pemenggalannya dapat menyebabkan gangguan bagi penonton ketika
membaca.
Contoh 12:
Do you have a grudge against me? Do
you feel a strong resentment? –No!
Contoh 13:
Glielo diro, ma forse dovrai
accontentarti delle patatine.
I’ll tell him, but perhaps you’ll have to
be satisfied with chips.
Contoh 14:
Mai un solo francobollo, ti fanno
fare la fila per 3! Aspettate da molto?
One stamp is never enough, they make
you queue for three! Have you been waiting for long?
Contoh 15:
E una bomba, e tu stavi
per dirle che mi sposo!
She’s terrific, and you were
about to tell her I’m getting married!
50
4) Kalimat
Kaidah untuk pemenggalan sebuah kalimat menunjukkan bahwa kalimat lebih
mudah dibaca jika setiap klausa atau kalimat mengambil satu baris teks alih bahasa
kilat. Namun, kita mampu mengidentifikasi segmentasi teks dengan koordinator dan
subordinator. Keduanya sering dipisahkan dari klausa meskipun pada dasarnya
memiliki hubungan yang dekat daripada root (akar klausa).
Contoh 16:
This is the key
and I’d like to resole these shoes
Contoh 17:
How can you make jam and
pretend nothing happened?
Berdasarkan kedua contoh di atas, contoh (16) mungkin lebih baik dari contoh
(17) yang kata hubung kalimat „and‟ berfungsi sebagai sebuah nontarget stimulus.
Posisi kata hubungnya yang membuat penonton mengetahui bahwa tidak ada bentuk
kalimat baru yang ada setelah kata hubung tersebut, tetapi hanya pemenggalan pada
baris berikutnya saja. Hal seperti ini bisa menghasilkan efek yang tidak diinginkan
pada waktu membaca. Hal yang sama berlaku untuk semua koordinator dan
subordinator. Selain itu, dapat ditemukan contoh yang tanda subordinasinya tidak
sistematis dipenggal ke baris berikutnya sesuai yang diharapkan pada contoh (18 dan
19).
51
Contoh 18:
Oggi sono 14.600 giorni che
tuur ed Emma stanno insieme,
Today it’s been 14.600 days that
Tuur and Emma are together
Contoh 19:
And your third married sister. I felt that
you just wanted to be a married sister.
Kecuali pada beberapa contoh, kata ganti relatif (relative pronoun) biasanya
tidak dipisahkan dari klausa yang alami (secara sintaksis, semantis dan prosodik)
sesuai dengan contoh (20) di bawah ini.
Contoh 20:
Saleem, dove il vestito
che ti ho preso per la scuola?
Saleem, where’s the dress
that I bought you for school?
Dengan adanya konstruksi if- dan konstruksi komparatif, kecenderungan telah
diamati dalam kasus sebelumnya yang mengganggu integritas klausa yang berisi
elemen if-, mengikuti klausa yang mengungkapkan apa yang akan terjadi jika
hipotesis dinyatakan dalam kalimat if- terpenuhi, seperti contoh (21).
Contoh 21:
Quello che ci serve e un frigorifero. Se
sei d’accordo ti saro per sempre amica.
What we need is a fridge. If
you agree. I’ll always be your friend.
52
2.3.5.2 Segmentasi panjang baris
Pemenggalan teks alih bahasa lebih baik dilakukan pada segmentasi sintaksis
tertinggi. Hal ini berarti bahwa setiap teks alih bahasa idealnya adalah satu kalimat
lengkap. Dalam kasus ketika sebuah kalimat tidak dapat dirangkum dalam satu baris
teks alih bahasa dan harus dilanjutkan pada atas baris kedua atau bahkan sampai pada
teks alih bahasa berikutnya, segmentasi pada setiap baris harus diatur bertepatan
dengan simpul sintaksis tertinggi mungkin.
Pertama-tama harus dipikirkan adalah syntactic tree dengan mengambil teori
dari Radford (1988) tentang sintaksis, misalnya kalimat He shook his head. Pertamatama bagaimana menggabungkan konstituen-konstituen kategori sintaksisnya
misalnya, kalimat He shook his head terdiri dari frasa nominal (FN) yang berupa
pronominal He dan frasa verbal (FV) yang berupa penggabungan verba (V) shook
dan frasa nominal (FN) yang merupakan penggabungan antara determiner (D) his dan
nomina (N) head. Berikut adalah gambar diagram pohon sintaksisnya.
K
FN
Pro
FV
V
FN
D
He
shook his
Bagan 1. Diagram Pohon Sintaksis
N
head
53
Teori diagram pohon di atas dapat membantu dalam pemenggalan teks alih
bahasa dengan penentuan segmentasi sintaksis tertinggi dari teks alih bahasa film.
Tentunya segmentasi pada setiap baris harus diatur bertepatan dengan simpul
sintaksis tertinggi mungkin, misalnya The destruction of the city was inevitable. (44
karakter). Dalam segmentasi panjangnya baris tersebut dijelaskan dan digambarkan
sistem sintaksis dalam bentuk pola dalam sebuah bahasa, yaitu kalimat yang terdiri
atas frasa nominal (FN), dan frasa verbal (FV) yang ditunjukkan sebagai berikut.
S
FN
FV
Kalimat "The destruction of the city was inevitable." (44 karakter) dapat
digambarkan sebagai berikut:
Bagan 2. Diagram Pohon Sintaksis 2
Dengan melihat segmentasi pada masing-masing node di atas, penerjemah
dapat melakukan pemenggalan sesuai dengan segmentasi sintaksis tertinggi, misalnya
segmentasi pada node kelima (N5) akan membuat dua baris.
“The destruction of the
city was inevitable”
54
sedangkan segmentasi pada node kedua (N2) akan membuat dua baris.
“The destruction of the city
was inevitable”
Dari kedua segmentasi tersebut, segmentasi yang kedua yang dirasakan lebih
mudah dibaca. Hal ini terjadi karena semakin tinggi segmentasi sintaksis, semakin
besar pengelompokan semantik dan lebih lengkap potongan informasi yang disajikan
ke otak. Ketika menyegmenkan sebuah kalimat, otak dipaksa untuk menghentikan
sementara proses linguistik sampai mata beralih ke bagian informasi linguistik
berikutnya.
Segmentasi dan panjangnya baris, yaitu baris atas dan baris bawah dari dua
baris teks alih bahasa harus memiliki panjang yang proporsional karena mata
penonton lebih terbiasa membaca teks dalam bentuk persegi panjang daripada format
segitiga yang begitu tajam. Hal ini terjadi karena format teks konvensional tulisan
umumnya adalah persegi panjang (dalam kolom atau halaman). Segmentasi teks alih
bahasa harus bersinergi antara sintaksis dan geometri. Namun, jika diharuskan
mengorbankan satu demi yang lain maka geometri harus dipilih untuk dikorbankan.
2.3.5.3 Penyederhanaan aspek sintaksis
Struktur sintaksis yang lebih sederhana cenderung lebih pendek dan lebih
mudah dipahami daripada struktur sintaksis yang kompleks. Keseimbangan yang baik
dicapai antara aspek semantis (mempertahankan muatan semantik yang asli), aspek
55
pragmatis (mempertahankan fungsi asli), dan gaya bahasa (mempertahankan fiturfitur gaya bahasa yang asli). Kategori struktur sintaksis yang kompleks bisa diganti
dengan yang disederhanakan sebagai berikut:
1) Aktif dari konstruksi pasif, misalnya It is believed by many people. (30 karakter)
menjadi Many people believe. (20 karakter).
2) Positif dari ekspresi negatif, misalnya We went to a place we hadn’t been before.
(41 karakter) menjadi We went to a new place. (23 karakter).
3) Frasa preposisional temporal dari klausa turunan temporal, misalnya I’ll study
when I finish watching this movie. (46 karakter) menjadi I’ll study after this
movie. (28 karakter).
4) Modifikasi nomina dari klausa relatif, misalnya What I’d like is a cup of coffee.
(33 karakter) menjadi I’d like a cup of coffee. (25 karakter).
5) Gapping untuk penyisipan kata kerja ganda, misalnya John would like to work in
Germany and Bill would like to work in France. (73 karakter) menjadi John
would like to work in Germany and Bill in France. (54 karakter).
6) Kalimat pertanyaan langsung dari permintaan pragmatis indikatif, misalnya I
would like to know if you are coming. (39 karakter) menjadi Are you coming? (15
karakter).
7) Kalimat imperatif langsung untuk permintaan pragmatis indikatif, misalnya I
would like you to give me my keys back. (41 karakter) menjadi Give me my keys
back. (21 karakter).
56
8) Pengelompokan frase koheren dari sintaksis, misalnya That man should arrive
with long hair did not surprise me. (60 karakter) menjadi It did not surprise me
that a man with long hair should arrive. (63 karakter).
2.3.5.4 Penghapusan informasi
Untuk memutuskan bagian informasi yang dihilangkan atau untuk
dimasukkan harus bergantung pada kontribusi relatif dari potongan-potongan
informasi secara keseluruhan. Penerjemah film tidak harus berusaha untuk
mentransfer segala sesuatu, bahkan ketika terkendala masalah waktu. Penerjemah
akan berusaha untuk menjaga keseimbangan yang baik antara mempertahankan teks
asli secara maksimum (penting untuk pemahaman bagian linguistik dari film target)
dan memungkinkan cukup waktu bagi mata untuk memproses sisa nonlinguistik dan
elemen visual (penting untuk memahami bagian estetika film target). Kategori
linguistik yang bisa dihilangkan adalah sebagai berikut.
Ekspresi (misalnya, you know, well, as I say dan sebagainya). Ekspresi ini
paling sering tidak memiliki aspek semantik dan kehadirannya sebagian besar
fungsional. Ekspresi dalam pidato biasanya digunakan untuk mempertahankan
kelanjutan dari pidato yang diinginkan.
Adjektiva kumulatif atau adverbia (misalnya great big, super extra, teeny
weeny, dan sebagainya). Bagian pertama dari kombinasi adjektiva atau adverbia
ganda memiliki peran yang tegas dapat dimasukkan dalam setara satu kata (misalnya,
huge, extremely, tiny).
57
Ekspresi responsif (misalnya, yes, no, ok, please, thanks, thank you, sorry).
Ekspresi tersebut telah ditemukan, digunakan, dan dipahami oleh mayoritas
masyarakat, ketika jelas diucapkan sehingga dapat dihilangkan dari teks alih bahasa.
Perlu diketahui bahwa ketika dalam dialog ekspresi responsif tidak jelas diucapkan
atau ketika ekspresi tersebut disajikan dalam bahasa gaul atau sehari-hari (misalnya,
yup, nup, oke, tha dan sebagainya) dan ekspresi tersebut tidak dikenali atau dipahami
maka harus dituliskan dalam teks alih bahasa.
Aspek linguistik yang asli yang dapat dengan mudah dikenali dan dipahami
oleh penonton tidak hanya harus dipertahankan jika muncul, tetapi juga harus
diterjemahkan kata demi kata. Aspek-aspek linguistik asli yang paling sering muncul
adalah nomina (misalnya, nama geografi seperti "Los Angeles," "Afrika" dan
sebagainya) atau aspek linguistik asli yang secara langsung dipinjam dari bahasa
target atau bahasa sumber atau kebetulan memiliki kesamaan setelah keduanya
meminjamnya dari bahasa ketiga (misalnya, matematika yang berasalnya dari
mathématiques dan mathimatika yang digunakan oleh orang Inggris, Perancis, dan
Yunani).
2.3.5.5 Kesesuaian ujaran dengan teks alih bahasa
Setiap ucapan lisan idealnya sesuai dengan kalimat teks alih bahasa karena
penonton mengharapkan representasi yang benar dan yang sesuai dengan teks asli.
Salah satu cara untuk memastikan hal ini adalah dengan memperhatikan jumlah
ucapan-ucapan lisan yang harus sesuai dengan jumlah kalimat teks alih bahasa.
58
Dengan kata lain, penonton berharap dapat melihat segera akhir kalimat teks alih
bahasa setelah mereka menyadari bahwa aktor atau aktris selesai dengan ucapan dan
sebelum yang baru dimulai.
Kaidah yang harus diperhatikan adalah tidak lebih dari dua kalimat yang
diperbolehkan pada teks alih bahasa yang sama. Mengikuti prinsip segmentasi pada
sintaksis tertinggi, kalimat harus menempati satu baris masing-masing, tidak peduli
sesuai dengan ucapan-ucapan yang dihasilkan oleh aktor atau aktris yang sama
(monolog) atau dengan aktor atau aktris yang berbeda (dialog). Jika sesuai dengan
monolog maka harus terpusat, seperti teks alih bahasa normal. Jika sesuai dengan
dialog maka harus ke kiri dan didahului dengan strip (teks ganda).
2.3.5.6 Penggunaan akronim
Penggunaan akronim dalam teks alih bahasa film harus diperhatikan baikbaik, ada akronim yang sudah dikenal oleh para penonton secara umum dan ada
akronim yang hanya diketahui oleh kelompok atau golongan tertentu saja. Dalam
kaidah, sangat disarankan ketika akronim tersebut merupakan akronim yang sudah
dikenal dan dipahami oleh para penonton secara umum, seperti NATO dan USA tetapi
usahakan jangan menggunakan singkatan, seperti PM (Prime Minister) atau D"
(Detektif Constable).
59
2.3.5.7 Penggunaan tanda penyingkat (apostrof)
Penggunaan tanda penyingkat untuk singkatan pada teks alih bahasa memiliki
kaidah-kaidah yang hampir sama seperti penggunaan akronim di atas. Penonton
paham dan tidak menemukan kesulitan ketika harus mengamati penggunaan tanda
penyingkat pada teks alih bahasa yang merupakan bentuk penggunaan tanda
penyingkat yang sudah umum, seperti auxiliaries (kata kerja bantu): I’d like dan You
can’t tetapi sebaiknya menghindari penggunaan singkatan, seperti Mid'bro
(Middlesborough).
2.3.5.8 Penggunaan angka
Penggunaan angka pada teks alih bahasa yang harus diterapkan adalah bentuk
konvensi seperti untuk menunjukkan angka lebih dari dua belas, misalnya He is only
25, dan ekspresi numerik dapat digunakan, seperti 1000s times. Hal ini juga menjadi
pertimbangan yang penting untuk diperhatikan pada penggunaan angka pada teks alih
bahasa film.
2.3.5.9 Penggunaan simbol
Penggunaan simbol seharusnya sesuai dengan penggunaan simbol-simbol
yang umum digunakan oleh masyarakat secara luas dan jangan sekali-kali
menggunakan bentuk simbol-simbol yang kurang umum atau kurang dipahami ke
dalam teks alih bahasa film. Penggunaan bentuk simbol yang umum digunakan,
misalnya persentase (%) dan menghindari simbol kurang umum, seperti dan (&) serta
60
penggunaan bentuk simbol untuk menyatakan sedang berada di (@) atau masingmasing (@).
2.3.5.10 Penggunaan bahasa tabu
Pada teks alih bahasa film tentunya mengandung ungkapan-ungkapan yang
bervariasi, misalnya dari ungkapan langsung dan tidak langsung, ungkapan yang
sopan ataupun tidak sopan, dan ungkapan yang dianggap tabu oleh masyarakat.
Sesungguhnya kata tabu tidak disensor pada teks alih bahasa film, kecuali
pengulangan yang berkali-kali sehingga harus dikurangi untuk aspek kehematan
sebuah teks alih bahasa sebuah film. Pengelompokan bahasa tabu Inggris
menggunakan kamus Oxford Dictionary of Slang (Ayto;1998) dan menggunakan
teori pengelompokkan bahasa tabu Frazer (1995) dan Montagu (1967). Penjelasan
mengenai analisis bahasa tabu dalam penelitian digunakan kamus Oxford Advanced
Learner’s Dictionary (2010). Berikut adalah pengelompokkan bahasa tabu yang
diadopsi dari Frazer (1995) dan Montagu (1967).
61
Nama/ kata-kata
tertentu yang
ditabukan
1. Nama orang tua yang ditabukan
2. Nama kerabat yang ditabukan
3. Nama orang yang meninggal yang
ditabukan
4. Nama orang dan binatang yang
disakralkan yang ditabukan
5. Nama Tuhan yang ditabukan
6. Kata-kata tertentu yang ditabukan
Bahasa Tabu
Sumpah serapah
yang ditabukan
1. Makian
2. Hujatan
3. Kutukan
4. Sumpahan
5. (Ke)carutan
6. Lontaran/ Seruan
Bagan 3. Teori Bahasa Tabu
2.3.5.11 Penggunaan bahasa slang
Bahasa slang adalah ragam bahasa tidak resmi dan tidak baku yg sifatnya
musiman, digunakan oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk
komunikasi intern dengan tujuan agar yang bukan anggota kelompok tidak mengerti
(KBBI;2007). Penggunaan bahasa slang dalam sebuah film menjadi hal yang menarik
untuk dianalisis, apalagi bahasa slang dalam film James Bond banyak ditemukan.
Penggunaan British Slang (slang Inggris) tersebut dianalisis makna dan juga
penggunaannya sesuai dengan konteks dalam teks alih bahasa film James Bond.
Pengelompokan bahasa slang Inggris menggunakan kamus Oxford Dictionary of
Slang (Ayto;1998) dan didukung dengan penjelasan dari kamus Oxford Advanced
Learner’s Dictionary (2010).
62
2.3.5.12 Penggunaan istilah (terminologi) poker
Penggunaan istilah (terminologi) permainan poker dibahas dalam penelitian
film James Bond ini karena pada salah satu data penelitian film James Bond Casino
Royale
terdapat
banyak
penggunaan
istilah
(terminologi)
tersebut.
Istilah
(terminologi) tersebut banyak muncul karena film James Bond Casino Royale
mengambil tempat di sebuah arena judi poker. Analisis dan pembahasan istilah
(terminologi)
poker
tersebut
menggunakan
kamus
poker
(http:/dictionary.pokerzone.com).
2.3.6 Kalimat dan Terjemahannya
Pembahasan kalimat dan terjemahannya mencakupi kelas kata dan
terjemahannya, struktur kalimat dan terjemahannya, jenis-jenis kalimat dan
terjemahannya, serta analisis kohesi dan koherensi teks alih bahasa film. Pembahasan
ini penting dilakukan untuk mengetahui terjemahan secara menyeluruh dan
mendalam dalam sebuah teks alih bahasa film James Bond.
2.3.6.1 Kelas Kata dan Terjemahannya
Kelas kata dalam terjemahan dianalisis untuk mengetahui penggunaan dan
juga perubahan yang terjadi setelah diterjemahkan. Quirk (1986) membagi kelas kata
menjadi dua, yaitu kelas kata terbuka, seperti nomina (john, room, answer), adjektiva
(happy, new, large), predikat (search, grow), dan adverbia (steadily, completely,
really) dan kelas kata tertutup, seperti preposisi (at, in, without), pronominal persona
(he, they, anybody), determinatif (the, a, that), konjungsi (and, that, when), modal
63
(will, could, would), dan verba utama (do, have). Penggunaan dan perubahan kelas
kata terbuka dan tertutup tersebut tentunya berdasarkan atas konteks kalimat pada
bahasa sumber dan juga bahasa sasaran sehingga penting untuk dianalisis dalam
penelitian ini.
2.3.6.2 Kalimat dan terjemahannya
Struktur kalimat dalam terjemahan dapat mengalami perubahan, baik dari
aktif menjadi pasif, pasif menjadi aktif, maupun kalimat kompleks menjadi
sederhana. Hal ini terjadi karena penekanan aspek kehematan dalam penerjemahan
film sehingga memengaruhi struktur kalimat dalam terjemahan. Quirk (1986)
menjelaskan bahwa kalimat pasif menggunakan bentuk to be atau get yang diikuti
dengan past participle, misalnya is kissed, sedangkan kalimat aktif tidak memiliki
struktur seperti itu, misalnya: kisses. Quirk (1986) juga menjelaskan perbedaan antara
kalimat sederhana dan kalimat kompleks. Kalimat sederhana adalah kalimat yang
memiliki satu klausa independen, misalnya You can borrow my car, sedangkan
kalimat kompleks hampir mirip dengan kalimat sederhana yang terdiri atas satu
klausa utama, tetapi memiliki satu atau lebih klausa subordinat yang berfungsi
sebagai elemen sebuah kalimat, misalnya You can borrow my car if you need it.
64
2.3.6.3 Jenis-jenis kalimat dan modusnya
Quirk (1986) membagi empat jenis kalimat yang dibedakan dari bentuknya,
yaitu kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Kalimat
berita adalah kalimat yang subjeknya diikuti dengan verba, misalnya Pauline gave
Tom a watch. Kalimat tanya adalah kalimat yang menempatkan operator di awal
subjek, misalnya Did Pauline give Tom a watch? dan kata tanya yang ditempatkan di
awal, misalnya What did Pauline give Tom? Kalimat perintah adalah kalimat yang
biasanya tidak memiliki subjek dan memiliki verba dasar, misalnya Give me a watch!
Kalimat seruan adalah kalimat yang diawali dengan seruan what atau how, misalnya
what a fine watch!
Dalam sebuah kalimat terkandung makna ilokusional yang harus dipahami
oleh seorang penerjemah, sehingga terjemahan menjadi tepat dan berterima dalam
bahasa sasaran, misalnya I’d love a cup of tea. Secara struktural kalimat tersebut
adalah kalimat berita, tetapi menyiratkan makna bahwa pembicara mengharapkan
diberikan segelas teh oleh mitra bicara. Kalimat It is extremely hot here memang
merupakan kalimat berita secara struktural tetapi pembicara mengharapkan mitra
bicara untuk menghidupkan air conditioner atau kipas.
2.3.6.4 Kohesi dan koherensi dalam penerjemahan film
Halliday dan Hasan (1975) menjelaskan bahwa kohesi terfokus pada
hubungan gramatikal dan leksikal dalam sebuah kalimat atau teks yang saling
berkaitan dan memberikan makna. Kohesi bukan tentang makna dari sebuah teks,
65
tetapi bagaimana teks dibentuk sebagai sebuah satuan makna secara utuh. Kohesi
dapat dibentuk dengan referensi (Jan lives near the park. He often goes there),
subtitusi (Dan loves strawberry ice-cream. He has one everyday), elipsis (All the
children had an ice-cream today. Eva chose strawberry. Arthur had orange and
Williem too), konjungsi (Eva walked into town because she wanted an ice-cream),
dan kohesi leksikal (Why does this little boy wriggle all the time. Girls don’t
wriggle). Koherensi sebuah teks terbentuk berdasarkan atas hubungan makna yang
terjalin atau makna yang didapatkan secara implisit.
2.3.7 Semiotik dalam penerjemahan film
Kajian semiotik menganalisis bahasa nonverbal dari para aktor ataupun aktris
dalam film yang menyangkut: ekspresi wajah, gerakan tangan, dan bahasa tubuh.
Winfired (2006) mengatakan bahwa akting dapat merepresentasikan secara seimbang
antara kata-kata dan gerakan tubuh sehingga bahasa tubuh dan teks alih bahasa perlu
dianalisis secara bersamaan. Untuk mengetahui makna dan juga peranannya dalam
penerjemahan film, bahasa tubuh dianalisis dengan teori semiotik pada tubuh
Winfried (2006) yang didukung dengan kamus bahasa nonverbal. Untuk mengetahui
makna dan korelasi antara bahasa tubuh dan teks alih bahasa film digunakan teori
semiotik dari Peirce (1878) yang membagi tiga aspek utama, yaitu ikon, indeks, dan
simbol. Ikon adalah suatu gambaran dalam bentuk linguistik ataupun bentuk citra
(image). Ikon merupakan tanda yang mengandung kemiripan rupa sehingga dapat
dikenali oleh pemakainya, misalnya foto Putri Indonesia merupakan ikon dari
66
kecantikan, foto Istana Kepresidenan RI merupakan ikon dari politik. Indeks adalah
tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal antara representamen dan objeknya. Sifat
hubungan antara tanda dan objeknya itu merupakan suatu hubungan sebab-akibat,
misalnya adanya asap yang mengepul pertanda adanya api. Simbol adalah sesuatu
yang dapat menyimbolkan dan mewakili ide, pikiran, perasaan, atau benda. Namun,
acuannya adalah pada objeknya bukan karena kemiripan ataupun hubungan sebabakibat, tetapi merupakan kesepakatan sosial, misalnya simbol pada rambu lalu lintas.
Gambar di bawah ini adalah beberapa contoh makna dari bahasa tubuh.
Gambar 5. Ciuman
Gambar 7. Siap siaga
Gambar 6. Bersalaman
67
Gambar (5) yang menampakkan orang sedang berciuman menunjukkan
adanya rasa primordial kedekatan. Ciuman juga berarti sebagai isyarat pecinta lembut
seperti ciuman orang tua kepada bayinya dan juga bisa merupakan bentuk rangsangan
kepedulian kepada pasangan, sehingga kadang kala sebuah tangan ingin menjangkau
bagian tubuh misalnya ke lengan atau bahu, yang bereaksi dengan menerima kontak
atau dengan menarik diri. Reaksi dari pasangannya yang kaget dan terdiam kaku
menunjukkan adanya kemungkinan respon yang masih ragu-ragu, berbeda ketika
pasangannya memberikan respon yang positif, misalnya mengangkat bahu, gerakan
kepala ke samping dan membalas sentuhan dengan sentuhan. Jadi, mencium itu
merupakan bentuk bahasa nonverbal yang menekankan makna aku mencintaimu dan
membutuhkanmu. Ciuman yang melewati tahap, seperti mengendus, menjilat,
mengisap, menggigit menyenangkan dan mencium memiliki tanda-tanda yang
bermakna secara seksual, dapat digunakan untuk mengomunikasikan keintiman
emosional yang merupakan prasyarat untuk hubungan seksual.
Gambar (6) menunjukkan makna bahasa nonverbal yang beragam, misalnya
perwujudan permintaan maaf karena datang terlambat. Membungkuk pada bagian
punggung serta kepala di hadapan orang juga berfungsi untuk menyambut tamu
ataupun untuk menunjukkan kesopanan. Di Jepang dikatakan bahwa seberapa
seseorang membungkuk memiliki arti yang berbeda, membungkuk 15 derajat
memungkinkan untuk sapaan kepada rekan atau teman, membungkuk 30 derajat
diperuntukkan kepada atasan ataupun pelanggan, sedangkan membungkuk 45 derajat
adalah sebagai ungkapan maaf dengan hitungan sampai tiga dan perlahan-lahan
68
kembali tegak. Di Jepang sangat dipandang buruk ketika membungkuk kepada orang
yang memiliki status lebih rendah. Membungkuk juga dapat menunjukkan
kerendahan hati seseorang kepada orang lain.
Gambar (7) memperlihatkan adanya makna respon siap siaga, sebuah reaksi
darurat karena tubuh mempersiapkan gerakan untuk pertempuran atau melarikan diri
dari situasi yang berbahaya, binatang, atau orang. Biasanya respon ini didukung
dengan tanda-tanda nonverbal, seperti pupil melebar, telapak tangan berkeringat,
warna serta raut wajah yang berubah dan cepat laju pernapasan.
2.4 Model Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif yang menjelaskan dan
menguraikan data yang berupa kata-kata, baik dalam bentuk frasa maupun kalimat
secara utuh. Data tersebut adalah teks alih bahasa film yang merupakan rangkaian
peristiwa atau kejadian yang terdiri atas pelaku, yaitu aktor ataupun aktris, tempat
kejadian dan waktu kejadian. Peneliti mengamati fenomena-fenomena terjemahan
dan menganalisisnya dengan kombinasi teori linguistik pendukung lainnya.
Teori alih bahasa film subtitling (terjemahan) didukung dengan teori
linguistik, seperti jenis-jenis kalimat dan perubahannya (sintaksis) dan bahasa tubuh
(semiotik). Selain untuk membuat analisis penerjemahan film lebih mendalam,
kombinasi teori ini dilakukan juga dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan
yang belum bisa dibahas, dikaji, dan diselesaikan dengan teori penerjemahan
sebelumnya. Harapan dari penelitian ini nantinya adalah dapat merekonstruksi teori
69
alih bahasa yang baru untuk menjadi sebuah temuan yang bermanfaat bagi para
penerjemah film dan orang-orang yang terlibat langsung dalam proses pembuatan
film. Teori penerjemahan film (subtitling) mengambil teori Ivarsson dan Carol (2008)
dengan aspek legibilitas dan keterbacaan atau kehematan. Aspek legibilitas berupa
kaidah-kaidah teks alih bahasa yang harus digunakan dan dipahami yang berupa:
posisi, jumlah baris, jumlah karakter, tipe huruf, warna dan latar, durasi maksimum
per kata, durasi tiap baris dan dua barisnya, durasi kemunculan, durasi
menghilangnya, serta kesesuaian teks alih bahasa dengan gambar. Aspek ini lebih
terfokus pada aspek teknis dalam penerjemahan film, yang dikaji menggunakan teori
Karamitroglou (1997) yang merinci secara lengkap kaidah-kaidah tersebut.
Aspek keterbacaan atau kehematan meliputi: strategi penerjemahan yang
digunakan dalam menerjemahkan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran
dengan teori Tomaszkiewicz (1993) serta penggunaan tanda baca yang digunakan
dalam film dengan teori Karamitroglou (1997). Untuk analisis bahasa tabu dan slang,
pengelompokkannya menggunakan Oxford Dictionary of Slang (1998) sedangkan
penjelasannya menggunakan Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2010). Istilah
poker dianalisis dengan bantuan penjelasan dari http:/dictionary.pokerzone.com.
Untuk pengeditan teks target digunakan teori Karamitroglou (1997) yang
mencakup pemenggalan teks alih bahasa, segmentasi panjang baris, penyederhanaan
aspek sintaksis, penghapusan informasi, kesesuaian ujaran dengan teks alih bahasa,
penggunaan akronim, penggunaan apostrof atau tanda penyingkat, penggunaan
angka, penggunaan simbol, penggunaan bahasa tabu, penggunaan bahasa slang, dan
70
penggunaan istilah (terminologi) permainan poker. Semua proses pengeditan teks alih
bahasa target tersebut penting untuk diterapkan oleh penerjemah, sebelum nantinya
sebuah teks alih bahasa ditonton sebagai hasil dari sebuah produk terjemahan. Dalam
proses pengeditan teks alih bahasa di atas digunakan teori linguistik sintaksis sebagai
teori pendukung dalam penerjemahan film untuk menganalisis pemenggalan teks alih
bahasa, penyederhanaan unsur sintaksis, dan perubahannya struktur kalimat dari
bahasa sumber ke bahasa sasaran.
Bahasa nonverbal yang dikaji bertujuan untuk memperdalam penelitian teks
alih bahasa film James Bond ini adalah gambar, musik, serta efek suara. Analisis
makna gambar digunakan teori semiotik pada tubuh dari Winfried (2006) yang
didukung dengan kamus bahasa nonverbal Givens (2002), sedangkan analisis
hubungan makna gambar dengan teks alih bahasa film digunakan teori semiotik dari
Peirce (1878). Dari sekian analisis makna nonverbal, hanya beberapa yang dianalisis,
seperti ekspresi wajah, gerakan tangan, gerakan tubuh atau bahasa tubuh secara
keseluruhan dari para aktor ataupun aktris saat berdialog. Hal ini disebabkan oleh tiga
bahasa nonverbal tersebut yang paling banyak ditemukan dalam film James Bond:
Casino Royale, Quantum of Solace dan Skyfall. Analisis musik dan efek suara
digunakan sebagai tambahan analisis dalam penelitian ini, tetapi tidaklah dikaji
terlalu mendalam. Musik dan efek suara hanya sebagai penjelasan deskriptif untuk
penunjang sebuah kajian atau analisis saja.
71
MODEL PENELITIAN
ALIH BAHASA FILM JAMES BOND 007:
KAJIAN LINGUISTIK TERJEMAHAN INGGRIS-INDONESIA
Teks Bahasa Inggris dan Teks Alih Bahasa Indonesia
Film James Bond 007
Penerjemahan Film
Metode Kualitatif: Pendekatan Deskriptif
Alih Bahasa Film James Bond 007
Kajian Linguistik Terjemahan Inggris-Indonesia
Film James Bond 007
Pengumpulan Data
1.Teks Alih Bahasa:
AVS.Video-Re-Marker 23
2.Visual: Program Capture
Wawancara & Kuesioner
Identifikasi Data
Klasifikasi Data
Teori Terjemahan Film:
1.Legibilitas:
Kaidah Teks Alih Bahasa
2.Keterbacaan atau Kehematan
Tanda Baca dan Strategi Penerjemahan
3.Pengeditan Teks Target
4. Analisis bahasa nonverbal & Semiotik
Verifikasi Data
1.Teori Sintaksis:Jenis-Jenis Kalimat,
Pemenggalan dan Perubahan Kalimat
2.Teori Semiotik: Bahasa Tubuh
Ikon, Indeks, Simbol
3. Kamus Bahasa Nonverbal
Kamus Oxford (1998, 2010)
Pokerzone.com
Analisis Data
Temuan
72
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah rangkuman yang membahas rancangan penelitian,
jenis penelitian, instrumen penelitian, jenis dan sumber data penelitian, metode dan
teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan teknik
penyajian hasil analisis data. Berikut adalah penjelasan dari setiap metode penelitian
di atas.
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini membutuhkan waktu selama lebih kurang tiga bulan yang
mencakup: pengumpulan data yang berupa teks alih bahasa (Inggris dan Indonesia)
dan durasi kemunculannya dengan menggunakan software AVS.Video-Re-Marker23,
pengelompokan data, analisis data penelitian, dan temuan dalam penelitian teks alih
bahasa film. Penelitian ini dilakukan di rumah dengan cara menonton film James
Bond, yaitu Casino Royale, Quantum of Solace, dan Skyfall berkali-kali, dengan
tujuan memahami alur cerita dari film dan juga mendapatkan pemahaman yang detail
tentang empat aspek semiotik film tersebut, yaitu dialog, teks alih bahasa, gambar,
dan musik. Untuk mendapatkan respon dari para penonton film James Bond terhadap
kualitas terjemahan film dan segala bentuk kendala atau masalah yang ditemukan,
peneliti langsung mewawancarai dan juga menyebarkan angket atau kuesioner yang
73
berisi beberapa pertanyaan umum dan khusus terkait dengan permasalahan teks alih
bahasa film James Bond 007: Casino Royale, Quantum of Solace, dan Skyfall.
Penelitian ini adalah penelitian yang memfokuskan analisis teks alih bahasa
film James Bond, baik kaidah teknis teks alih bahasa maupun aspek linguistik yang
terkandung di dalamnya. Kaidah teks alih bahasa yang dimaksud, seperti ukuran,
jumlah, warna serta bentuk karakter, waktu pemunculan tiap baris serta dua barisnya,
waktu jeda antara satu dan yang lain, tempat serta posisi muncul dan
pemenggalannya. Aspek linguistik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aspek
keterbacaan atau kehematan yang dikaji dengan analisis strategi penerjemahan,
pemakaian tanda baca, serta pengeditan teks target alih bahasa, seperti pemenggalan
teks alih bahasa, segmentasi panjang baris, penyederhanaan aspek sintaksis,
penghapusan informasi, kesesuaian ujaran dengan teks alih bahasa, penggunaan
akronim, penggunaan apostrof atau tanda penyingkat, penggunaan angka,
penggunaan simbol, penggunaan bahasa tabu, penggunaan bahasa slang, dan
penggunaan istilah
(terminologi) permainan poker. Selain itu, analisis bahasa
nonverbal juga difokuskan dalam penelitian ini, seperti ekspresi wajah, gerakan
tangan, dan gerakan tubuh dari para aktor dan aktris film James Bond. Hal ini
dimaksudkan untuk melengkapi kajian makna dari empat aspek semiotik dalam film,
yaitu dialog, teks alih bahasa, musik, dan gambar.
74
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian alih bahasa film James Bond ini termasuk penelitian deskriptifkualitatif. Sugiyono (2013) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif yang
menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri, sehingga peneliti sebagai
instrumen harus benar-benar menguasai wawasan tentang bidang ilmu yang diteliti
dan memang sudah siap untuk memasuki objek penelitian tersebut. Untuk metode
penelitian kualitatif, Bog dan Taylor (1975:5) mendefinisikan bahwa prosedur
penelitian yang dihasilkan adalah berupa data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Jadi, penelitian ini sangat
sesuai dengan penjelasan di atas yang dalam proses analisisnya menggunakan data
yang berbentuk kata-kata tertulis bahasa sumber (Inggris) dan bahasa target
(Indonesia) pada film Casino Royale (2006), Quantum of Solace (2008) dan Skyfall
(2012). Metode kualitatif di atas bertujuan membahas suatu fenomena sosial yang di
dalamnya terdapat peristiwa, pelaku, tempat, dan waktu. Penelitian deskriptifkualitatif alih bahasa ini dilakukan untuk mengeksplorasi fenomena-fenomena
terjemahan, khususnya mengenai alih bahasa film dengan kombinasi teori yang masih
memiliki korelasi.
75
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti
sebagai instrumen utama, yang berarti bahwa peneliti harus memiliki kesiapan
sebelum melakukan penelitian, peneliti juga dituntut untuk memiliki pemahaman
terhadap penelitian deskriptif-kualitatif tersebut, dan tentunya peneliti hendaknya
memiliki kemampuan dalam bidang yang dikaji, yaitu penerjemahan film (subtitling).
Sugiyono (2013) mengungkapkan bahwa sebagai instrumen, peneliti berhak
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data sekunder,
mengumpulkan data, menganalisis data, sampai pada menghasilkan sebuah solusi
atas permasalahan yang ditemukan dalam penelitian. Untuk melengkapi hasil
penelitian alih bahasa film James Bond, peneliti menggunakan beberapa responden
untuk diajak bersama-sama mengamati kualitas teks alih bahasa film tersebut.
3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data adalah hal yang paling penting dalam sebuah penelitian karena data
adalah hal yang harus dianalisis untuk mendapatkan suatu hasil dari sebuah
penelitian. Peneliti mencari data dengan membeli DVD original dari film James
Bond. Kevalidan sebuah data sangat penting dalam penelitian ini sehingga peneliti
tidak mau mengambil data berupa teks alih bahasa dari DVD bajakan (nonoriginal)
ataupun dari internet. Hal ini adalah bentuk kepatuhan hukum pada hak cipta dan
pengedaran film secara ilegal yang jelas-jelas merugikan banyak pihak. Kondisi ini
tentunya banyak terjadi di Indonesia saat ini. Teks alih bahasa Inggris film Casino
76
Royale didapatkan melalui proses transkripsi (dialog ke teks tertulis) sedangkan teks
alih bahasa Indonesia didapatkan dengan menggunakan software AVS.Video-ReMarker23. Proses transkripsi tersebut diterapkan karena film Casino Royale teks alih
Indonesia saja yang tersedia sedangkan teks alih bahasa Inggris tidak. Berbeda
dengan film Quantum of Solace dan Skyfall yang sudah mengandung teks alih bahasa
Inggris dan teks alih bahasa Indonesia sekaligus sehingga tidak diperlukan lagi proses
transkripsi.
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data tertulis dan juga data
gambar. Data tertulis yaitu data yang berupa teks alih bahasa Inggris (bahasa sumber)
dan teks alih bahasa Indonesia (bahasa target), sedangkan data gambar, yaitu foto
yang berupa penggalan dari beberapa adegan aktor dan aktris film James Bond
Casino Royal (2006), Quantum of Solace (2008), dan Skyfall (2012). Berikut adalah
penggalan data teks alih bahasa dari setiap film James Bond 007.
Tabel 1. Film Casino Royal (2006)
Inggris
1
00:00:36,960 -> 00:00:41,875
PRAHA - CZECH REPUBLIC
2
00:01:10,320 -> 00:01:13,800
M doesn‟t mind you earning
a little money on the side, Dryden.
3
00:01:13,800 -> 00:01:17,315
She‟d just prefer it
if it wasn‟t selling secrets.
Indonesia
1
00:00:36,960 --> 00:00:41,875
PRAHA - REPUBLIK CEKO
2
00:01:10,320 --> 00:01:13,800
M tak keberatan kau mendapat
uang tambahan, Dryden.
3
00:01:13,800 --> 00:01:17,315
Tapi ia lebih suka
kalau bukan menjual rahasia.
77
Tabel 2. Film Quantum of Solace (2008)
Inggris
1
00:02:02,669 - -> 00:02:04,534
Station from Patrol 48grey Aston Martin followed by
2
00:02:04,671 --> 00:02:06,229
a black Alfa Romeo
driving towards the quarries
3
00:02:06,540 --> 00:02:07,871
Gunshot fire.
Indonesia
1
00:02:02,669 --> 00:02:04,534
Markas dari Patroli 48 Aston Martin kelabu
2
00:02:04,671 --> 00:02:06,229
Diikuti Alfa Romeo hitam
ke tambang batu.
3
00:02:06,540 --> 00:02:07,871
Tembakan senjata api.
Tabel 3. Film Skyfall (2012)
Inggris
1
00:01:26,165 --> 00:01:28,224
Ronson's down.
2
00:01:28,434 --> 00:01:29,901
He needs medical evac.
3
00:01:30,069 --> 00:01:32,867
- Where is it? Is it there?
- Hard drive‟s gone.
Indonesia
1
00:01:26,232 --> 00:01:27,893
Ronson cedera.
2
00:01:28,501 --> 00:01:29,900
la butuh evakuasi medis.
3
00:01:30,069 --> 00:01:31,696
Ada di mana? Apa ada di situ?
00:01:32,004 --> 00:01:33,301
Hard disk-nya hilang.
Data tertulis di atas adalah penggalan awal teks alih bahasa setiap film James
Bond di awal permulaan, tiap film memiliki jumlah teks alih bahasa yang berbeda.
Film Casino Royale memiliki 678 teks alih bahasa, film Quantum of Solace memiliki
999 teks alih bahasa, dan film Skyfall memiliki 1011 teks alih bahasa. Data di atas
adalah teks alih bahasa yang didapat dengan menggunakan software tersebut. Hasil
yang didapat lebih cepat, yaitu tampilan teks alih bahasa film lengkap dengan
tampilan durasi atau waktu, tanpa harus melakukan teknik simak dan catat seperti
peneliti-peneliti sebelumnya. Data lainnya adalah berupa gambar dari adegan aktor
78
dan aktris dari film James Bond, yang dianalisis untuk melihat keterkaitan antara
bahasa verbal dan bahasa nonverbal dalam sebuah film. Gambar tersebut merupakan
hasil perekaman gambar atau capture dengan bentuk sebagai berikut.
Film Casino Royale
Film Quantum of Solace
Gambar 8. Tampilan gambar
Gambar 9. Tampilan gambar
Film Skyfall
Gambar 10. Tampilan gambar
79
Informasi penunjang untuk analisis data penelitian berasal dari responden,
yaitu para penonton film James Bond (10 orang) yang memiliki kemampuan dalam
kedua bahasa tersebut, baik bahasa sumber (Inggris) maupun bahasa target
(Indonesia). Para responden mengisi kuisioner dan sekaligus wawancara mengenai
beberapa hal terkait dengan penerjemahan film James Bond tersebut.
Data penelitian yang berupa film James Bond 007 adalah salah satu film
legendaris dunia yang merupakan karakter fiksi yang diciptakan tahun 1953 oleh
penulis Inggris bernama Ian Fleming, yang kemudian muncul dalam dua belas novel
dan dua koleksi cerita pendek versi original. Karakter ini kemudian digunakan dalam
waralaba media film terlaris dan tersukses di seluruh dunia sampai saat ini, dimulai
tahun 1962 dalam Dr. No. Banyaknya film James Bond yang sudah disebarluaskan ke
masyarakat membuat peneliti memilih beberapa film sebagai data penelitian. Film
tersebut adalah Casino Royale (2006), Quantum of Solace (2008), dan Skyfall (2012)
yang merupakan 3 film terbaru James Bond dibintangi oleh Daniel Craig sebagai
aktor baru dalam film tersebut. Berikut ini adalah sedikit ulasan mengenai ketiga film
tersebut.
80
Sinopsis Film Casino Royale
Gambar 11. Cover depan film Casino Royale
James Bond dikenal lewat minuman martininya yang shaken but not stirred,
tetapi ternyata diawal kariernya hal itu tidak pernah dipedulikan. Kali ini, Casino
Royale mengisahkan ketika agen rahasia MI6 tersebut baru saja mendapat nomor
sandi 00. Pada tugas pertamanya, Bond dikirim ke Madagaskar untuk mengikuti
seorang teroris bernama Mollaka. Namun, karena rencana tidak berjalan mulus, Bond
memutuskan untuk menyelidiki sendiri kasus yang ternyata berhubungan dengan
jaringan teroris internasional tersebut. Berdasarkan petunjuk yang membawanya ke
Kepulauan Bahama, Bond bertemu dengan Dimitrios dan Solange, keduanya
dicurigai berhubungan dengan bankir yang mengatur keuangan jaringan teroris La
Chiffre. Menurut penyelidikan dinas rahasia Secret Service, Le Chiffre berusaha
meraup uang dalam jumlah besar lewat permainan poker di wilayah Montenegro
bernama Le Casino Royale. MI6 tahu bahwa bila dalam permainan tersebut Le
Chiffre kalah maka otomatis organisasi yang dimilikinya juga akan berantakan.
Pimpinan MI6 M mengutus Bond ke sana ditemani oleh agen Vesper Lynd.
81
Meskipun pada awalnya sempat bersitegang, hubungan asmara antara Bond dan
Vesper akhirnya tidak bisa terhindarkan. Di Montenegro, Bond berkenalan dengan
agen MI6 yang ditempatkan di sana yaitu Matthis dan Felix Leiter (anggota CIA yang
kelak jadi sahabat baiknya). Bersama-sama, mereka mulai berusaha membongkar
kedok Le Chiffre dan semakin dekat dengan permainan judi yang kini taruhannya
adalah nyawa. Inilah film franchise James Bond yang paling kontroversial. Hal itu
pertama kali dipicu oleh penunjukan Daniel Craig sebagai tokoh 007 yang baru,
padahal selain berambut pirang, aktor kelahiran 1968 tersebut dianggap kurang
tampan dan tidak mewakili sosok para pendahulunya mulai dari Sean Connery hingga
Pierce Brosnan. Kontroversi tersebut nyatanya mampu menjadi promosi gratis bagi
film yang ceritanya diambil dari novel 007 pertama karya Ian Fleming, yang disebut
tampil berbeda dengan film-film Bond lainnya karena menampilkan sang tokoh
utama dalam banyak adegan. Untuk sutradara, dipilih Martin Campbell yang
sebelumnya pernah menangani Golden Eye dan dua sekuel Zorro. Satu-satunya
pemeran yang kembali muncul adalah Dame Judi Dench sebagai M, sementara
sisanya adalah wajah-wajah baru mulai dari Eva Green, Mads Mikkelsen, sampai
Catherine Murino. Di beberapa kota besar Indonesia sendiri, Casino Royale telah
beredar sejak 15 November 2006 silam.
82
Sinopsis Film Quantum of Solace
Gambar 12. Cover depan film Quantum of Solace
Quantum of Solace adalah film James Bond ke 22 yang dapat disaksikan
mulai tanggal 31 Oktober 2008. Film ini merupakan sekuel dari Casino Royale yang
beredar tahun 2006. Quantum Of Solace juga merupakan film kedua Daniel Craig
sebagai James Bond. Dalam film ini, Bond (Daniel Craig) menghadapi Dominic
Greene (Mathieu Amalric), seorang anggota organisasi Quantum yang bertindak
sebagai ahli lingkungan, dan memimpin kudeta di Bolivia untuk menguasai
penyediaan air di sana. Bond membalas dendam atas kematian Vesper Lynd, dia
dibantu oleh Camille (Olga Kurylenko), yang juga ingin membunuh Greene. Bond
berusaha mati-matian mengungkap rahasia di balik organisasi yang mengakibatkan
kematian sahabat karibnya Vesper Lynd. Dalam setiap menghadapi musuhmusuhnya, Bond selalu membunuhnya sehingga Bond dikeluarkan sementara dari
organisasi 007 karena melanggar peraturan. Namun, hal itu tidak membuat Bond
patah semangat untuk penyelidikan kasus itu dan upayanya untuk membalas dendam.
Bond tidak sendirian dalam membalas dendam kematian sahabatnya, Bond dibantu
83
oleh Camille (Olga Kurylenko) yang pada awalnya dikira salah satu dari musuhnya.
Camille juga berniat ingin membalas dendam atas kematian keluarganya yang
dibantai, kakak dan adiknya diperkosa lalu kemudian rumahnya dibakar. Berbagai
rintangan dihadapi mereka berdua dalam misi menyelidiki organisasi tersebut dan
upaya untuk membalas dendam. Pada akhirnya, pesawat mereka terjatuh di jurang
dan menemukan sebuah bendungan yang berisi mata air yang berlimpah. Hal inilah
yang menyebabkan wilayah Bolivia kekeringan dan mata air itu dijadikan ajang
bisnis dalam organisasi Quantum. (http://id.wikipedia.org/wiki/Quantum_of_Solace).
Film yang disutradarai oleh Marc Forster diproduseri oleh Michael G. Wilson dan
Barbara Broccoli didukung oleh pemain seperti Daniel Craig, Olga Kurylenko,
Mathieu Amalric, Gemma Arterton, Judi Dench, Jeffrey Wright dan Giancarlo
Giannini. Film ini dirilis pada tanggal 31 Oktober 2008 di Inggris dan tanggal 14
November 2008 Amerika Serikat.
Sinopsis Film Skyfall
Gambar 13. Cover depan film Skyfall
84
Film ke-23 seri agen rahasia 007 Inggris James Bond diberi judul Skyfall.
Petualangan agen 007 terbaru itu dibintangi oleh Daniel Craig untuk ketiga kalinya.
Sang gadis Bond telah dipilih, yaitu seorang aktris Prancis bernama Berenice
Marlohe dan Naomie Harris. Skyfall disutradai oleh Sam Mendes, yang
memenangkan Oscar pada tahun 1999 untuk film American Beauty. Film Bond kali
ini bertempat di London, China, Turki, dan Skotlandia. Film itu menampilkan
kesetiaan Bond dan juga M selama markas spionase M16 menghadapi sebuah
serangan. Film itu, yang memandang kembalinya Dame Judi Dench sebagai bos M,
yang dibintangi oleh Ralph Fennes, Albert Finney dan Javier Bardem, sebagai banditbandit. Film itu dapat disaksikan di Inggris mulai 26 Oktober 2012.
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi,
dokumentasi, dan survei. Setiap metode beserta teknik yang digunakan dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Metode observasi adalah sebuah proses penelitian dalam melihat situasi dan
kondisi penelitian (Sugiyono;2013). Dalam penelitian ini, observasi dilakukan
dengan menonton film James Bond berulang-ulang, dengan harapan untuk dapat
mengerti alur cerita ketiga film tersebut dan untuk melihat setiap aspek semiotik film
James Bond, seperti dialog, teks alih bahasa, musik, dan juga gambar. Teknik yang
digunakan adalah observasi-partisipatif, yaitu pengamatan melalui hasil kerja
pancaindera. Bungin (2003) mengatakan bahwa teknik ini tidak selalu merupakan
85
pengamatan yang menggunakan pancaindra saja, tetapi juga selalu mengaitkan
dengan yang dilihat dengan yang dihasilkan dengan pancaindra lainnya, misalnya
yang didengar, yang dirasakan, dan lain-lain. Film adalah sebuah data penelitian yang
tidak hanya melibatkan pancaindra mata untuk menonton tiap adegan, tetapi juga
telinga untuk mendengar, dan lainnya sehingga kadang kala penonton mampu
terhanyut emosinya.
Sugiyono (2013) mengatakan bahwa metode dokumentasi adalah sebuah
metode yang menggunakan dokumen dalam sebuah penelitian. Dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan, misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa
dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya, misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen yang berbentuk gambar atau
foto dari adegan film James Bond.
Peneliti mengumpulkan data, yaitu foto beberapa adegan yang dianggap
menjadi bagian penting dari penelitian. Sementara itu, peneliti menggunakan DVD
original dari film James Bond yang di-Rip menggunakan software AVS.Video-ReMarker23 kemudian subtitle di-Rip dengan Sub-Rip 1.5B4 dan dilanjutkan sampai
pada proses pembuatan database untuk software film tersebut dan penyimpannya
86
dalam bentuk PAL (25 frame per-second). Setelah melalui proses tersebut, teks
bahasa sumber (bahasa Inggris) dan bahasa sasaran (bahasa Indonesia) serta durasi
waktunya dapat diperoleh. Teknik ini jauh lebih praktis dan hemat waktu
dibandingkan dengan teknik catat dan simak secara manual (cf.Agus;2015). Beberapa
penerjemah hanya mampu sampai menciptakan produk terjemahan tanpa mengetahui
teknologi yang harus dikuasai ketika menambahkan teks alih bahasa ke dalam sebuah
film. Untuk itulah pentingnya metode ini agar nantinya seorang penerjemah film
mampu menyelesaikan tugasnya dari awal sampai akhir dengan maksimal. Sementara
itu, untuk menghitung jumlah karakter dalam tiap baris atau dua barisnya, peneliti
menghitung secara manual karena metode tersebut tidak menghabiskan waktu yang
cukup lama, selain karena belum ada software untuk hal tersebut. Tahap
pengumpulan data tersebut dilanjutkan dengan mengecek kembali kebenaran teks alih
bahasa serta durasi waktunya dengan menonton kembali film tersebut sehingga data
penelitian benar-benar sesuai dengan yang diinginkan.
Metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang
alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan
data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, tes, wawancara terstruktur, dan
sebagainya (Sugiyono;2013). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menyebarkan kuesioner dan juga melakukan wawancara. Teknik kuesioner dilakukan
dengan menyebarkan beberapa pertanyaan tertulis kepada para penonton film James
Bond untuk mendapatkan tanggapan, saran, dan komentar khususnya mengenai teks
alih bahasa film tersebut dan aspek-aspek pendukung lainnya. Teknik wawancara
87
juga dipilih untuk bisa melengkapi keperluan data sebagai pendukung dari analisis
data penelitian. Responden atau informan yang dipilih adalah orang yang pernah
menonton ketiga film James Bond dan memiliki kemampuan pada kedua bahasa teks
alih bahasa tersebut, yaitu fasih bahasa Inggris dan juga bahasa Indonesia. Adapun
beberapa persyaratan untuk menjadi para informan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1) pria dan wanita yang sudah berusia di atas 17 tahun;
2) warga Negara Indonesia yang memahami kedua bahasa, yaitu bahasa Inggris
(bahasa sumber) dan bahasa Indonesia (bahasa target) secara fasih lisan dan tulis;
3) bersedia untuk didata sebagai informan resmi dalam penelitian ini;
4) pernah menonton film James Bond 007, terutama tiga film terakhir, yaitu Casino
Royale (2006), Quantum of Solace (2008), dan Skyfall (2012);
5) mengisi angket atau kuesioner yang dibagikan serta bersedia untuk diwawancara
oleh peneliti terkait dengan fenomena penerjemahan teks alih bahasa film;
6) mampu berargumen, diajak berdiskusi, dan juga mengkritisi teks alih bahasa film
James Bond tersebut;
Semua persyaratan di atas tentunya sangat penting untuk disampaikan demi
mempermudah proses penelitian dan juga menghasilkan sebuah respon yang sesuai
dengan harapan peneliti. Pengisian angket atau kuesioner informan menyangkut
beberapa pertanyaan umum dan khusus yang terkait dengan penelitian ini.
Pertanyaan-pertanyaan umum adalah sebagai awal pengenalan informan untuk
88
mengetahui wawasan tentang film James Bond dan juga untuk mengukur seberapa
paham para informan terhadap bidang penerjemahan film (subtitling) serta data
penelitian yang disediakan. Untuk pertanyaan-pertanyaan khusus yang diberikan
adalah kasus-kasus atau masalah yang ditemukan dalam teks alih bahasa film James
Bond dan solusinya. Wawancara adalah sumber data tambahan terakhir yang
digunakan dalam penelitian ini, yang mencakup pembahasan-pembahasan atau
diskusi-diskusi tentang fenomena penerjemahan film (subtitling) yang ditemukan.
Wawancara masih terkait dengan yang dibahas dalam angket atau kuesioner yang
disebar kepada para informan.
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data
Tahapan teknik analisis data penelitian adalah sebagai berikut. Pertama,
tahapan pengelompokan, yaitu semua teks alih bahasa dari tiga film (Casino Royale
2006, Quantum of Solace 2008, dan Sky Fall 2012) tersebut ditampilkan dalam
bentuk tabel terpisah antara bahasa sumber (Inggris) dan bahasa sasaran (Indonesia)
dengan bantuan software srt.editor.
Tahapan deskripsi meliputi penjelasan mengenai fenomena terjemahan yang
terjadi dalam teks alih bahasa film tersebut. Tahapan deskripsi yang pertama adalah
penjelasan aspek legibilitas, seperti posisi, jumlah baris, jumlah karakter, tipe huruf,
warna dan latar, durasi maksimum per kata, durasi tiap baris dan dua barisnya, durasi
kemunculan, durasi menghilangnya, serta kesesuaian teks alih bahasa dengan gambar.
Tahapan deskripsi kedua adalah aspek keterbacaan atau kehematan, seperti strategi
89
penerjemahan serta penggunaan tanda baca. Tahapan deskripsi yang ketiga adalah
pengeditan teks target yang merangkum pembahasan: pemenggalan teks alih bahasa,
segmentasi panjang baris, penyederhanaan aspek sintaksis, penghapusan informasi,
kesesuaian ujaran dengan teks alih bahasa, penggunaan akronim, penggunaan
apostrof atau tanda penyingkat, penggunaan angka, penggunaan simbol, penggunaan
bahasa tabu, dan penggunaan bahasa slang. Tahapan deskripsi yang keempat adalah
analisis tentang bahasa nonverbal yang mengkaji: ekspresi wajah, gerakan tangan,
dan bahasa tubuh secara keseluruhan dari para aktor ataupun aktris saat berdialog.
Tahapan deskripsi kelima adalah analisis tentang kajian semiotik yang berupa ikon,
indeks, dan simbol.
Tahapan analisis merupakan tahapan yang paling penting dalam sebuah
penelitian. Tahapan ini adalah tahapan yang menganalisis data penelitian dengan
menggunakan teori-teori terkait yang digunakan untuk memecahkan sebuah masalah
atau mencari solusi. Saat sebuah teori yang digunakan belum mampu memecahkan
masalah tersebut, maka digunakan kombinasi teori lain yang masih terkait. Dengan
demikian diharapkan nantinya penelitian ini dapat memberikan manfaat pada bidang
terkait, khususnya ilmu terjemahan film (subtitling).
3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian hasil analisis data meliputi: reduksi data, penyajian data, dan
penarikan simpulan. Reduksi data adalah pengumpulan dari semua data dan
pemusatan perhatian pada aspek teknis dan aspek linguistik dari teks alih bahasa film.
90
Penyajian data meliputi tersusunnya informasi, baik berupa teks alih bahasa maupun
gambar, secara deskriptif sehingga dapat dilihat dan dipahami fenomena yang terjadi
untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul, sedangkan penarikan simpulan
adalah membuat generalisasi dari keseluruhan fenomena atau permasalahan
penerjemahan film yang ditemukan dan hasil analisisnya.
Download