PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP RESPON FISIOLOGIS

advertisement
PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PERILAKU
KECEMASAN ANAK SELAMA HOSPITALISASI
The Effect of Music Therapy on physiological responses and anxiety behavior during
hospitalization for child
Ida Ariani1*, Nani Nurhaeni2, Fajar Tri Waluyanti3
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap
2,3
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Korespondensi : [email protected]
ABSTRAK
Hospitalisasi dapat menyebabkan kecemasan pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi musik terhadap respon fisiologis dan perilaku kecemasan anak
usia sekolah selama hospitalisasi di rumah sakit wilayah Cilacap. Penelitian ini menggunakan
rancangan Quasi Experimental, Pretest Posttest Non Equivalent Control Group Design,
sampel berjumlah 36 anak dengan masing-masing 18 anak pada kelompok intervensi dan
kontrol. Hasil penelitian dengan menggunakan uji independent sample t-Test menunjukkan
terdapat penurunan rata-rata respon fisiologis dan perilaku kecemasan setelah diberikan terapi
musik pada kelompok intervensi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p value 0,029
dan 0,000). Rekomendasi dari penelitian ini adalah supaya perawat dapat menerapkan
intervensi terapi musik sebagai upaya untuk mengurangi kecemasan pada anak usia sekolah
selama hospitalisasi.
Kata kunci: hospitalisasi, kecemasan, terapi musik.
ABSTRACT
Hospitalization can cause anxiety in children. This study aimed to determine the effect
of music therapy on physiological responses and anxiety behavior during hospitalization for
school-age children in Cilacap district hospitals. This study uses Quasi Experimental design,
pretest posttest Non Equivalent Control Group Design, all of sample 36 each sample 18 in the
intervention group and the control. Result of research showed that there were significant
decreases in mean physiological responses and anxiety behavior after music therapy in the
intervention group when compared with the control group. Recomendations from this study is
that nurses can apply music therapy intervention in an attempt to reduce anxiety in schoolage children during hospitalization.
Keywords: hospitalization, anxiety, music therapy.
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. V, No. 1. Maret 2014
52
mengatasi gangguan fisik, emosi, kognitif
PENDAHULUAN
Hospitalisasi adalah kondisi yang
dan kebutuhan sosial individu. Klassen et al.
mengharuskan anak tinggal di rumah sakit
(2008) menunjukkan bahwa musik efektif
baik direncanakan maupun keadaan darurat
dalam mengurangi kecemasan dan rasa sakit
untuk menjalani terapi (Supartini, Y 2004).
selama dilakukan prosedur klinik pada anak
Ketika anak dirawat di rumah sakit, hal ini
dan
dapat menimbulkan stres dan kecemasan
mengungkapkan
pada anak dan keluarga (Coyne, 2006).
mengurangi rasa sakit dan kecemasan bagi
Kecemasan melibatkan respon fisiologis dan
anak-anak yang menjalani prosedur medis
psikologis di dalam tubuh manusia (Pittman
maupun pada saat dilakukan prosedur pada
& Kridli, 2011). Collipp’s (1969, dalam
gigi.
Stubbe 2008) melaporkan bahwa respon
balita.
Bekhuis
(2010)
juga
bahwa
musik
dapat
Kazemi et al (2012) menyatakan
fisiologis kecemasan ditandai dengan adanya
bahwa
peningkatan denyut nadi pada anak yang
mengurangi kecemasan pada anak usia
menjalani hospitalisasi.
sekolah yang mengalami hospitalisasi. Selain
Selama
anak
menjalani
proses
musik
secara
signifikan
dapat
itu, dalam studinya dikatakan juga bahwa
hospitalisasi, perawat diharapkan mampu
efek
melakukan tindakan mengurangi respon stres
hospitalisasi dapat dikurangi dengan terapi
terhadap hospitalisasi seperti meminimalkan
musik di rumah sakit.
pengaruh
perpisahan,
hospitalisasi
memaksimalkan
anak,
dari
kecemasan
akibat
meminimalkan
kehilangan kontrol dan otonomi, melakukan
permainan,
negatif
mendukung
METODE
manfaat
Penelitian ini menggunakan desain
anggota
quasi-experiment dengan pretest pottest non
keluarga dan mempersiapkan anak untuk
equivalent
hospitalisasi (Hockenberry & Wilson, 2007).
Populasinya adalah anak usia sekolah yang
Berbagai intervensi dapat dilakukan untuk
dirawat di rumah sakit wilayah Cilacap,
menurunkan kecemasan pada anak, misalnya
dengan non
terapi bermain yang dilakukan oleh Cobham
consecutive sampling. Jumlah sampel 36
(2012) adalah biblioterapi.
anak yang terdiri dari 18 anak dalam
American Music Therapy Association
(2008) mengemukakan bahwa terapi musik
control
group
design.
probability sampling jenis
kelompok intervensi dan 18 anak dalam
kelompok kontrol.
digunakan dalam hubungan terapeutik untuk
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. V, No. 1. Maret 2014
53
Pengumpulan
data
menggunakan
MP3 yang berisi musik natural (suara
burung, deburan ombak, dan suara gemericik
air), earphone, jam tangan dan kuesioner.
Instrumen.
Adapun kuesioner yang digunakan
ada 2 yaitu kuesioner untuk karakteristik
responden dan kuesioner pengukuran respon
Tabel
perilaku
responden pada kelompok intervensi adalah
kecemasan
(modifikasi
dari
1
menunjukkan
rata-rata
usia
kuesioner Child Behavior Checklist). Etika
8,28 tahun dan rata-rata usia responden pada
pengumpulan data meliputi beneficence,
kelompok kontrol adalah 8,39 tahun.
respect for human dignity dan justice. Uji
statistik yang digunakan untuk mengukur
rata-rata
rentang
respon
fisiologis
dan
perilaku kecemasan sebelum dan sesudah
diberikan intervensi terapi musik pada
kelompok
kontrol
intervensi
dengan
maupun
kelompok
menggunakan
uji
Distribusi Responden Menurut Jenis
Kelamin dan Pengalaman Dirawat pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSUD
Cilacap dan RSI Fatimah Cilacap Mei - Juni
2013 dapat dilihat pada Tabel 2.
t
dependent. Sedangkan untuk pengukuran
rata-rata
rentang
respon
fisiologis
dan
perilaku kecemasan sesudah intervensi yang
di bandingkan antara kelompok kontrol dan
intervensi menggunakan uji t independent.
HASIL
Karakteristik Responden
Distribusi Responden Menurut Usia
pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol di RSUD Cilacap dan RSI Fatimah
Cilacap, Mei - Juni 2013 dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel jenis
kelamin anak usia sekolah yang dirawat lebih
banyak berjenis kelamin laki-laki baik pada
kelompok intervensi (55,6%) maupun pada
kelompok kontrol (61,1%). Pada kelompok
intervensi terdapat jumlah responden yang
sama antara yang sudah pernah dirawat dan
belum pernah dirawat sebelumnya yaitu
sebanyak 9 responden (50%). Sedangkan
pada kelompok kontrol sebagian besar 10
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2015
54
responden (55,6%) sudah pernah dirawat
respon fisiologis terendah 84 kali per menit
sebelumnya.
dan tertinggi 110 kali per menit.
Gambaran Respon Fisiologis dan Perilaku
Perbedaan Respon Fisiologis dan Respon
Kecemasan Responden
Perilaku Kecemasan Responden Sebelum
Tabel 3 Distribusi Responden Menurut
dan Sesudah Pemberian Terapi Musik
Respon Fisiologis dan Perilaku Kecemasan
pada Kelompok Intervensi dan Kontrol,
Responden Sebelum dan Sesudah Fase
Mei-Juni 2013 (n=36)
Pemberian Terapi Musik Di RSU Cilacap
Analisis Perbedaan Respon Fisiologis dan
dan RSI Fatimah Cilacap, Mei-Juni 2013 ( n
Perilaku
= 36 )
dan Sesudah Intervensi Terapi Musik pada
Tabel 3 Distribusi Responden Menurut
Respon Fisiologis dan Perilaku Kecemasan
Responden Sebelum dan Sesudah Fase
Pemberian Terapi Musik Di RSU Cilacap
dan RSI Fatimah Cilacap, Mei-Juni 2013
(n = 36 )
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Kecemasan Responden Sebelum
Di RSUD Cilacap dan RSI Fatimah Mei-Juni
2013 dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Analisis Perbedaan Respon
Fisiologis dan Perilaku Kecemasan
Responden Sebelum dan Sesudah Intervensi
Terapi Musik pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol Di RSUD Cilacap dan
RSI Fatimah Mei-Juni 2013 (n=36)
Berdasarkan hasil analisis tabel 3
memperlihatkan rata-rata respon fisiologis
yaitu frekuensi denyut nadi pada kelompok
intervensi sebelum dilakukan terapi musik
adalah 95,67 kali per menit (SD 10,85,
95%CI: 90,27 – 101,06). Nilai respon
fisiologis terendah 80 kali per menit.dan
tertinggi 116 kali per menit. Untuk kelompok
kontro, rata-rata respon fisiologis yaitu
frekuensi nadi sebesar 94,11 kali per menit
(SD 8,498, 95% CI: 89,88 – 98,34). Nilai
Berdasarkan tabel 4 pada kelompok
intervensi
didapatkan
rata-rata
respon
fisiologis sebelum dilakukan terapi musik
adalah 95,67 dengan SD 10,85. Setelah
dilakukan terapi musik, respon fisiologis
menurun menjadi 87,94 dengan SD 10,21.
Hasil uji statistik dengan uji dependent
sample
t-Test
(Paired
t
test)
dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2015
55
signifikan antara respon fisiologis sebelum
Hasil analisis pada tabel 5 tentang
dan sesudah pemberian terapi musik pada
rata-rata respon fisiologis yaitu frekuensi
kelompok intervensi (p value < 0,05).
denyut nadi pada kelompok intervensi adalah
Pada
kelompok
intervensi
juga
87,94 kali per menit dengan SD 10,21. Pada
didapatkan rata-rata respon perilaku sebelum
kelompok
kontrol
didapatkan
rata-rata
diberikan terapi musik adalah 32,28 dengan
frekuensi denyut nadi adalah 94,89 kali per
SD 3,006. Sesudah diberikan terapi musik,
menit dengan SD 7,918. Hasil uji statistik
respon perilaku menurun menjadi 23,39
dengan uji t independent dapat disimpulkan
dengan SD 4,408. Hasil uji statistik dapat
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
respon fisiologis pada kelompok intervensi
signifikan antara respon perilaku sebelum
dengan kelompok kontrol (p value < 0,05).
dan sesudah pemberian terapi musik pada
Rata-rata respon perilaku pada kelompok
kelompok intervensi (p value < 0,05).
intervensi adalah 23,39 dengan SD 4,408.
Pada kelompok kontrol didapatkan rata-rata
Perbedaan Respon Fisiologis dan Perilaku
Kecemasan
Responden
Sesudah
Pemberian
Terapi
Musik
Antara
Kelompok Intervensi dan Kontrol
Analisis Perbedaan Respon Fisiologis
dan Perilaku Kecemasan Responden Sesudah
Pemberian Terapi Musik antara Kelompok
Intervensi dan Kontrol di RSUD Cilacap dan
RSI Fatimah Cilacap, Mei-Juni 2013 dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Analisis Perbedaan Respon
Fisiologis dan Perilaku Kecemasan
Responden Sesudah Pemberian Terapi Musik
antara Kelompok Intervensi dan Kontrol di
RSUD Cilacap dan RSI Fatimah Cilacap,
Mei-Juni 2013 (n=36)
respon perilaku adalah 32,61 dengan SD
5,669. Hasil uji statistik
independent
menunjukkan
dengan uji t
bahwa
ada
perbedaan yang signifikan antara respon
perilaku pada kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol (p value < 0,05).
PEMBAHASAN
Salah satu respon fisiologi kecemasan
ditunjukkan dengan peningkatan frekuensi
denyut nadi. Pada penelitian ini diperoleh
informasi bahwa frekuensi nadi terjadi
penurunan yang signifikan setelah dilakukan
intervensi terapi musik (p value = 0,000).
Rata-rata penurunan frekuensi nadi sebesar
7,73 kali per menit. Rata-rata frekuensi nadi
sebelum dan sesudah intervensi terapi musik
masih dalam kategori normal. Rata-rata
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2015
56
frekuensi nadi sebelum intervensi 95,67 kali
sebesar
per menit dan sesudah intervensi 87,94 kali
pemberian terapi musik. Hal ini berarti
per menit.
terjadi penurunan rata-rata respon fisiologis
Hal ini sejalan dengan penelitian
Purwandari (2009) yang
mengemukakan
95,67
selama
menjadi
hospitalisasi
87,94
yang
setelah
diberikan
intervensi terapi musik dengan rata-rata
bahwa terapi seni terbukti dapat menurunkan
penurunan respon fisiologis sebesar 7,73.
frekuensi nadi sebagai salah satu respon
Tuner (2013) mengemukakan bahwa musik
fisiologis kecemasan. Rata-rata frekuensi
dapat memberikan rangsangan pada saraf
nadi pada pengukuran pertama dan kedua
simpatik
mengalami penurunan yaitu dari 98,91
menghasilkan respon relaksasi. Efek terapi
menjadi 94,73 kali per menit.
musik dalam sistem limbik dan saraf otonom
Hasil
statistik
menunjukkan
penelitian
bahwa
pada
ini
juga
kelompok
dan
saraf
parasimpatik
untuk
adalah menciptakan suasana rileks, aman dan
menyenangkan
sehingga
merangsang
responden yang diberikan terapi musik
pelepasan zat kimia gamma amino butyric
terjadi
acid
penurunan
respon
perilaku
dari
sebelum diberikan intervensi terapi musik
endorphin
sebesar
neurotransmitter
32,28
menjadi
23,39
setelah
enkefalin dan
(GABA),
yang
dapat
rasa
beta
mengeliminasi
nyeri
pemberian terapi musik. Hal ini berarti
kecemasan
terjadi penurunan rata-rata respon perilaku
ketenangan dan memperbaiki suasana hati
selama
pasien.
hospitalisasi
yang
diberikan
Salah
sehingga
maupun
satu
menciptakan
karakteristik
respon
intervensi terapi musik dengan rata-rata
relaksasi yang ditimbulkan berupa penurunan
penurunan respon perilaku sebesar 8,89.
frekuensi nadi.
Temuan dalam penelitian ini sesuai dengan
Pendapat
Tuner
(2013)
sejalan
penelitian yang dilakukan Sumanthy (2006)
dengan yang dikemukakan Snyder dan
yang menunjukkan bahwa terapi musik dapat
Lindquist (2002) yang menjelaskan bahwa
menurunkan skor kecemasan. Penelitian
musik berperan sebagai teknik distraksi yang
tersebut untuk melihat efektivitas terapi
kuat. Intervensi musik memberikan stimulus
musik terhadap penurunan kecemasan pada
yang dapat meningkatkan rasa nyaman
pasien yang menderita kanker hipofaring.
sehingga
Responden yang diberikan terapi musik
menyenangkan karena pasien akan berfokus
terjadi penurunan respon fisiologis dari
pada musik daripada pikiran-pikiran yang
menimbulkan
sensasi
sebelum diberikan intervensi terapi musik
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2015
57
menegangkan
atau
stimulus
lingkungan
lainnya.
Berdasarkan
terbukti
Hasil penelitian yang didapatkan
bahwa
berpengaruh
hasil
penelitian
terapi
terhadap
musik
respon
ini
dapat
perilaku
menunjukkan bahwa pada kelompok anak
kecemasan. Sumanthy (2006) melakukan
usia sekolah yang diberikan terapi musik
penelitian tentang efektivitas terapi musik
terjadi
dari
terhadap penurunan kecemasan pada pasien
sebelum diberikan intervensi terapi musik
yang menderita kanker hypofaring. Terapi
sebesar
setelah
musik diberikan selama 30 menit selama 3
pemberian terapi musik. Hal ini berarti
hari dalam seminggu, hasilnya menunjukkan
terjadi penurunan rata-rata respon perilaku
bahwa terapi musik dapat menurunkan skor
pada anak usia sekolah selama hospitalisasi
kecemasan dari 65 menjadi 35 setelah
yang diberikan intervensi terapi musik
mendengarkan musik.
penurunan
32,28
respon
menjadi
perilaku
23,39
dengan rata-rata penurunan respon perilaku
Hasil penelitian ini juga didukung
sebesar 8,89. Penurunan respon perilaku pada
oleh pendapat Kemper dan Denhaeur (2005)
kelompok ini bermakna secara statistik
yang mengemukakan bahwa musik dapat
artinya bahwa ada pengaruh pemberian terapi
menurunkan
musik terhadap penurunan respon perilaku
kecemasan pasien setelah pemberian terapi
kecemasan (p value < 0,05).
musik karena musik dapat memberikan
Sementara
hasil
penelitian
kecemasan.
Penurunan
yang
stimulus pada akson-akson serabut sensori
didapatkan pada kelompok anak usia sekolah
asendens ke neuron-neuron dari reticular
yang tidak diberikan terapi musik didapatkan
activating system (RAS). Stimulus kemudian
rata-rata respon perilaku awal adalah 33,34
ditransmisikan ke area korteks serebral,
dan rata-rata respon perilaku akhir adalah
sistem limbik dan korpus colosum dan
32,61. Hal ini menunjukkan ada penurunan
melalui area-area sistem saraf otonom dan
rata-rata respon perilaku dengan rata-rata
sistem neuroendokrin. Ketika musik yang
penurunan sebesar 0,83. Tetapi penurunan
bersifat relaksasi didengarkan, semua bagian
rata-rata respon perilaku ini tidak bermakna
yang
secara statistik (p value = 0,395, α = 0,05)
terstimulasi sehingga menghasilkan sekresi
yang artinya bahwa penurunan rata-rata
phenylethylamin yang merupakan neuroamin
respon perilaku tidak terjadi tanpa pemberian
yang berperan dalam perasaan senang/
terapi musik.
bahagia.
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2015
terhubung
dengan
sistem
limbik
58
dan
tindakan atraumatic care seperti pemberian
perilaku kecemasan pada anak usia sekolah
terapi musik bisa memberikan dampak yang
selama hospitalisasi tidak terlepas dari teori
positif terhadap respon kecemasan anak.
comfort menurut Tomey dan Alligood (2010)
Pittman dan Kridli (2011) mengemukakan
Penurunan
yaitu
comfort
respon
fisiologis
measures.
Teori
ini
bahwa
kecemasan
melibatkan
respon
menjelaskan bahwa intervensi terapi musik
fisiologis dan psikologis di dalam tubuh
yang dilakukan perawat dan dikhususkan
manusia.
pada pasien anak usia sekolah selama
Penurunan respon kecemasan yang
dirawat, sehingga pasien mendapatkan rasa
ditunjukkan
nyaman yang dibutuhkannya. Kazemi, et al
terlepas dari teori comfort dari Kolcaba.
(2012) menyatakan bahwa musik secara
Menurut Kolcaba dan DiMarco (2005)
signifikan dapat mengurangi kecemasan pada
peningkatan kenyamanan dapat memperkuat
anak
penerimaan anak dan keluarga untuk terlibat
usia
sekolah
yang
mengalami
hospitalisasi.
dalam
penelitian
ini
tidak
dalam kegiatan dalam rangka mencapai
Penelitian lain yang dilakukan oleh
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
Klassen, et al (2008) menunjukkan bahwa
Proses dasar comfort yang paling berperan
musik efektif dalam mengurangi kecemasan
dalam penelitian ini bagi responden adalah
dan rasa sakit selama dilakukan prosedur
nursing intervention, yaitu perawat mampu
klinik pada anak dan balita. Bekhuis (2010)
memberikan intervensi yaitu terapi musik
juga mengungkapkan bahwa musik dapat
dan responden mampu berinteraksi dengan
mengurangi rasa sakit dan kecemasan bagi
intervensi
anak-anak yang menjalani prosedur medis
mempengaruhi respon kecemasan sebagai
maupun pada saat dilakukan prosedur pada
total comfort.
gigi.
yang
dilakukan
sehingga
Hasil analisis menunjukkan tidak ada
Penelitian
tersebut
mendukung
hubungan yang bermakna secara statistik
tindakan yang bersifat atraumatic care.
antara usia dengan denyut nadi. Fenomena
Menurut Wong, et al (2009) atraumatic care
ini kemungkinan dikaitkan dengan denyut
penyediaan
dalam
nadi yang terjadi dipengaruhi oleh banyak
lingkungan rumah sakit melalui penggunaan
faktor. Faktor tersebut antara lain suhu,
intervensi
emosi,
asuhan
yang
terapeutik
memperkecil
distres
psikologis dan fisik anak dan keluarga dalam
obat-obatan,
perdarahan
dan
perubahan postural (Potter & Perry, 2005).
sistem pelayanan kesehatan. Dengan adanya
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2015
59
Menurut analisis peneliti, frekuensi
Hasil analisis menunjukkan tidak ada
denyut nadi dapat menurun disebabkan
hubungan yang bermakna secara statistik
karena posisi berbaring. Pemeriksaan denyut
antara
nadi pada penelitian ini dilakukan dalam
kecemasan. Hal ini sejalan dengan penelitian
posisi
sehingga
Blair (2008) tentang stress adaptasi pada
dimungkinkan posisi ini mempengaruhi hasil
anak yang menderita DM Tipe I. Blair
pengukuran denyut nadi.
mengemukakan
responden
berbaring,
usia
dengan
bahwa
respon
usia
perilaku
tidak
Penelitian ini tidak sejalan dengan
berhubungan dengan kecemasan dan depresi.
Stubbe (2008) yang melibatkan anak usia 5 –
Anak yang mampu beradaptasi dengan
14 tahun, menemukan bahwa anak dengan
proses hospitalisasi akan memiliki koping
usia yang lebih kecil memiliki denyut nadi
yang positif sehingga faktor usia tidak
lebih tinggi dibandingkan anak yang lebih
memberikan dampak terhadap kecemasan
besar. Hasil riset melaporkan peningkatan
yang dialami anak.
denyut
nadi
kecemasan
sebagai
terhadap
respon
fisiologis
prosedur
Meskipun menurut Hockenberry &
yang
Wilson (2009) menyatakan bahwa reaksi
menggunakan jarum suntik pada anak yang
anak akibat situasi krisis selama hospitalisasi
menjalani
hospitalisasi.
Peningkatan
salah satunya dipengaruhi oleh faktor usia.
kecepatan
denyut
dilaporkan
Hal ini kemungkinan dikaitkan dengan
berhubungan dengan sifat agresif anak dan
tahapan perkembangan psikososial anak usia
riwayat orangtua yang menderita hipertensi.
sekolah yaitu pengembangan rasa industri.
nadi
Apabila dilihat dari faktor tumbuh
kembang,
dimana
denyut
nadi
secara
Pada tahap ini, anak usia sekolah ingin
mengembangkan
ketrampilan
dan
bertahap akan menetap dalam memenuhi
berpartisipasi dalam pekerjaan yang berarti
kebutuhan oksigen selama pertumbuhan dan
dan berguna secara sosial (Hockenberry &
efek
berpengaruh
Wilson, 2009). Anak juga menginginkan
terhadap sistem kardiovaskuler. Frekuensi
keberhasilan pencapaian yang nyata dan
denyut nadi juga menurun seiring dengan
diharapkan dapat meningkatkan kemandirian
pertambahan usia. Berdasarkan hal tersebut,
dan kepercayaan anak. Akan tetapi pada anak
peneliti
ada
yang tidak memenuhi standar yang ada dapat
hubungan antara usia dengan denyut nadi
mengalami rasa inferiority (merasa minder).
disebabkan pada penelitian ini usia kedua
Berdasarkan penelitian Coyne (2006) bahwa
kelompok adalah setara atau homogen.
anak yang minder harus diberikan dukungan
fisiologis
usia
menganalisis
dapat
bahwa
tidak
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2015
60
dari orang tua dan teman sebaya dalam
KESIMPULAN
menjalankan aktivitasnya.
1. Karakteristik responden pada penelitian ini
Berdasarkan hasil penelitian untuk
rata-rata
berusia
8,28
tahun
pada
variabel jenis kelamin menunjukkan bahwa
kelompok intervensi dan 8,39 tahun pada
tidak ada hubungan jenis kelamin dengan
kelompok
respon fisiologis kecemasan. Responden
intervensi sebagian besar berjenis kelamin
dalam penelitian ini sebagian besar berjenis
laki-laki
kelamin laki-laki baik dalam kelompok
seimbang jumlahnya antara yang sudah
intervensi maupun dalam kelompok kontrol.
pernah
Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik
Sedangkan pada kelompok kontrol, rata-
jenis kelamin yang dirawat di rumah sakit
rata anak
lebih
dengan pengalaman dirawat lebih banyak
banyak
perempuan.
laki-laki
Karakteristik
dibandingkan
anak
laki-laki
kontrol.
dengan
dan
Pada
pengalaman
belum
pernah
kelompok
dirawat
dirawat.
berjenis kelamin laki-laki
pada anak yang sudah pernah dirawat.
secara umum lebih senang bermain di luar
2. Respon fisiologis dan perilaku kecemasan
rumah daripada di dalam rumah sehingga
anak usia sekolah selama hospitaliasasi
mudah terjangkit penyakit.
antara kelompok intervensi dan kelompok
Stuart dan Laraia (2005) menyatakan
kontrol sebelum mendapat terapi musik
kecemasan dapat diamati melalui respon
adalah setara dengan rata – rata respon
fisiologis dan salah satu respon fisiologis
fisiologis 94,89 dan perilaku sebesar
kecemasan
32,86.
adalah
denyut
nadi.
Anak
perempuan usia 10-12 tahun yang memiliki
3. Pengaruh terapi musik terhadap respon
denyut nadi tinggi dimungkinkan ada kaitan
fisiologis dan perilaku kecemasan anak
dengan usia anak dan produksi estrogen yang
usia sekolah selama hospitalisasi sebelum
diprediksi berpengaruh terhadap kecemasan.
dan sesudah terapi musik menurun secara
Pada saat estrogen mencapai level puncak,
bermakna.
maka ovulasi pertama kali akan terjadi dan
4..Penurunan respon fisiologis dan perilaku
masuk ke dalam siklus menstruasi. Estrogen
kecemasana anak usia sekolah selama
yang berinteraksi dengan serotonin akan
hospitalisasi pada anak yang mendapat
memicu kecemasan.
terapi musik lebih tinggi secara bermakna
dibandingkan dengan kelompok yang
tidak mendapat terapi musik.
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2015
61
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
UPT Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
atas terselenggara penelitian ini.
RUJUKAN PUSTAKA
American Music Therapy Association. 2008.
Definition and quotes about music
therapy.
Diakses
dari
http://www.musictherapy.org/about/quote
s
Bekhuis. 2010. Music therapy may reduce
pain and anxiety in children undergoing
medical and dental procedures. http://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC
2778574/
Blair, K. 2008. Stress adaptation in schoolage children hospitalized with type 1
diabetes mellitus. Master’s Thesis. The
Ohio State University.
Cobham, V.E. 2012. Do anxiety-disordered
children need to come into the clinic for
efficacious treatment?. Journal of
Consulting and Clinical Psychology,
80(3),465-476.
Coyne, I. 2006. Children’s experiences of
hospitalization. Journal of Child Health
Care.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/171
01624,
10(4),
326-336.
doi:
10.1177/1367493506067884.
DiMarco, K.K. 2005. Comfort theory and its
application to pediatric nursing. Pediatric
Nursing, 31(3), 187-194.
Hockenberry, J.M., & Wilson, D. 2007.
Wong’s nursing care of infant and
children. (8 th edition). Canada: Mosby
Company.
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. 2009.
Wong’s essentials of pediatric nursing. St.
Louis: Mosby.
Anxiety in Hospitalized Children. Journal
of Clinical and Diagnostic Research, vol
6(1), 94-96
Kemper, K.L. & Denhauer, S.C. 2005.
Music’s as therapy. Southern Medical
Journal, 28(2), 12-15
Klassen J.A., Liang Y., Tjosvold L. &
Klassen T.P. 2008. Music for pain and
anxiety in children undergoing medical
procedurs: A systematic review of
randomized controlled trials. Ambulatory
pediatrics: Mar/Apr 2008. (8)2: 117-128
Pittman, S. & Kridli, S. 2011. Music
intervention and preoperative anxiety: An
integrative review. International Nursing
Review 58, 157-163
Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005.
Fundamentals of nursing: Concepts,
process & practice. (6 ed). St.Louis:
Mosby Year Book.Inc.
Purwandari, H. 2009. Pengaruh terapi seni
dalam menurunkan tingkat kecemasan
anak usia sekolah yang menjalani
hospitalisasi di wilayah kabupaten
Banyumas. FIK UI. Tesis. Tidak
dipublikasikan.
Supartini, Y. 2004. Buku ajar konsep dasar
keperawatan anak. Jakarta: EGC.
Stuart, G.W., & Laraia, M.T. 2005.
Principles and practice of psychiatric
nursing (7th ed). St. Louis: Mosby Year.
Stubbe, Deborah Ann. 2008. A focus on
reducing anxiety in children hospitalized
for cancer and diverse pediatric medical
diseases through a self-engaging art
intervention. Chestnut Hill College, ISBN:
0549718966, 9780549718963.
Snyder, M., & Lindquist, R. 2002.
Complementary/ alternative therapies in
nursing. (4th ed). New York: Springer
Publishing Company.
Sumanthy, S. 2006. Music therapi in India:
General guidelines on musical preference
and approach for musica selection. Music
Therapy Today, 8(1), 43-51
Kazemi S., Kazemi S., Ghazimoghaddam K.,
Besharat S., Kashani L. 2012. Music and
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2015
62
Tomey, A.M., & Alligood, M.R. 2010.
Nursing
theory
utilization
and
application. Missouri: Mosby Elsevier
------------. 2010. Nursing theorist and their
work. St.Louis: Mosby Elsevier
Tuner, W.A. 2013. Music therapi.
http://www.musictherapy.org. Diperoleh
tanggal 30 Juni 2013
Wong, L.D., Hockenberry, M.E., Wilson, D.,
Wiinkelstein, M.L. & Schwartz, P. 2009.
Buku ajar keperawatan pediatrik. (Edisi
6). Volume 1 & 2. (Alih bahasa Hartono,
A., Kurnianingsih, S. & Setiawan).
Jakarta: EGC
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2015
63
Download