BAB II KAJIAN REPERTOAR A. Periode Barok 1. Sekilas mengenai

advertisement
BAB II
KAJIAN REPERTOAR
A. Periode Barok
1. Sekilas mengenai Periode Barok
Periode Barok merupakan salah satu periode musik klasik yang berada
di antara 1600 sampai 1750.7 Istilah „barok‟ berasal dari kata Portugis
„barucco‟ atau „barocco‟ yang mempunyai arti bulat miring/lonjong,
analoginya seperti mutiara tidak berbentuk. Karya-karya musik yang
tercipta pada periode Barok banyak dipengaruhi oleh inovasi dalam bidang
seni, arsitektur, dan sastra. Musik Barok didesain untuk mengungkapkan
emosi dan menumbuhkan sensitivitas bermusik. Aspek-aspek ini membuka
jalan untuk mengembangkan musik yang bersifat dekoratif.
Ciri khas dari musik periode Barok dapat dilihat dari karakternya yang
energik dan megah. Harmoni musik Barok disusun berdasarkan tangga nada
mayor dan minor sehingga tonalitas dapat terdeteksi dengan jelas. Tekstur
polifoni8 merupakan ciri khas dari periode Barok, merupakan kombinasi dua
melodi berbeda dengan progresi akor sederhana yang menggunakan basso
continuo.9
Karya bentuk instrumental sangat berkembang pada periode Barok
karena menulis sebuah karya instrumental akan menguji kemampuan dan
menginspirasi imajinasi para komposer. Musik instrumental Barok
dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu: musik tarian, komposisi
improvisatoris, komposisi kontrapungtis atau fuga, canzona atau sonata, dan
7
Barbara Russano Hanning. Concise History of Western Music (New
York: W.W. Norton & Company, Inc., 1998), 170.
8
Polifoni adalah tekstur yang terdiri dari dua suara atau lebih, sebagai lawan
dengan satu suara (monofoni), dan kontrapung (hubungan antara dua suara atau lebih,
yang independen dalam kontras dan irama, dan saling bergantung dalam harmoni.
9
Basso continuo adalah sistem notasi pada periode Barok dimana melodi
bas yang kokoh dikombinasikan dengan melodi suara luar teratas yang berornamentasi.
6
variasi. Sedangkan komposisi yang digubah untuk instrumen keyboard
antara lain toccata (atau prelude, fantasia) dan fuga, chaconne, suita, dan
sonata (setelah tahun 1700).10
2. Biografi Johann Sebastian Bach dan Analisis Struktural Prelude and
Fugue, Book II no.2, in C minor BWV 871
Keluarga besar Bach merupakan keluarga musisi terkenal. Johann
Sebastian Bach mendapat pendidikan musik pertama dari ayahnya yang
bernama Johann Ambrosius Bach, dan kakaknya, Johann Christoph Bach.
Mereka adalah orang-orang yang berperan penting dalam kehidupan
bermusik Bach.
Johann Sebastian Bach dilahirkan di Eisenach, daerah Thuringia di
Jerman, pada 21 Maret 1685. Karirnya dimulai sebagai organis muda
berusia 9 tahun di Weimar. Keadaan hidup Bach bertambah sulit ketika ia
mendengar berita kematian ibunya. Setahun kemudian, ayahnya juga
meninggal dunia. Sebagai anak yatim-piatu, Bach ditolong umat Katolik
untuk belajar di Luneburg. Mula-mula karena suaranya bagus, bukan karena
permainan musiknya. Dari sekolah itu ia kemudian memperoleh kesempatan
untuk memainkan biola dalam sebuah kuartet. Kemampuannya meminkan
alat musik orgel saat itu juga luar biasa11. Selain itu Bach memiliki cara
yang unik dalam membuat komposisi. Ia mendengarkan karya komponis
lain di gereja, kemudian menyalinnya, sehingga ia mendapatkan inspirasi
untuk menulis komposisinya sendiri.
Karya Bach selalu didedikasikan untuk Tuhan, “To the Glory of
God”. Bach merupakan sosok komposer yang mengutamakan Tuhan diatas
segala-galanya dan pantas dijadikan panutan hidup. Selain itu, ia memiliki
visi untuk keluarganya agar punya masa depan. Ia membuat buku-buku
komposisi sebagai strategi untuk istri dan anaknya untuk mendalami dunia
musik. Sebagai seorang ayah, ia mendidik anak-anaknya untuk menjadi
10
Hanning, 227
Richard Wirawan, “A Dream Comes True” Laporan analisis resital untuk
mencapai derajat Sarjana S-1 pada Universitas Kristen Satya Wacana, 2014, 8.
11
7
musisi. C.P.E Bach, Wilhelm Friedemann, Johann Christoph Frederic dan
Johann Cristoph Bach merupakan anak-anaknya yang menjadi komposer
dan musisi.
Kesehatan Bach mulai memburuk menjelang akhir hidupnya. Pada
1749, Bach mengalami gangguan mata sampai akhirnya buta. Pada Maret
dan April 1750, Bach menjalani dua kali operasi mata, tetapi kedua-duanya
tidak membuahkan hasil. Akhirnya Bach meninggal dunia pada 28 Juli 1750
akibat serangan otak.
Bach memiliki prinsip dalam hidupnya, bahwa seseorang harus
memiliki visi hidup, tidak boleh mengikuti arus, dan harus menciptakan
sesuatu yang berguna untuk masyarakat. Hal ini dibuktikan dari hasil-hasil
komposisinya yang menjadi tolak ukur permainan piano bahkan hingga
generasi saat ini.
“Well-Tempered Clavier” (1722-1723) merupakan salah satu karya
Bach yang paling berpengaruh dan bertujuan untuk mendidik pianis-pianis
muda dalam belajar musik. Karya ini terdiri dari dua jilid, masing-masing
berisi 24 kumpulan prelude dan fuga dalam semua tangga nada mayor dan
minor yang disusun secara berurutan dengan tujuan untuk memperkenalkan
sistem penalaan. Salah satu karya Johann Sebastian yang dipilih sebagai
salah satu repertoar resital ini adalah Prelude and Fugue Book II no.2, in C
minor
BWV
871.
Prelude
merupakan
sebuah
pembukaan
yang
menghantarkan menuju karya selanjutnya. Karya ini mempunyai tekstur
polifoni yang diolah dengan teknik kontrapung empat suara.
Tabel 2. 1 Analisis Struktural Prelude Book II No. 2, in C minor, BWV 871
Birama
Keterangan
1-12 (A)
Bagian prelude ini dimulai dalam tonalitas C minor. Tema
utama prelude muncul di dua birama awal dan diiringi basso
continuo. Motif baru diolah dengan teknik sekuen naik
(birama 3-4) dan sekuen turun (birama 5-7). Tema utama
8
muncul kembali (birama 10/3) dan diakhiri dengan kadens
sempurna dalam tonalitas Eb mayor (birama 12).
13-28 (B)
Bagian kedua prelude ini dimulai dengan motif pendek pada
suara teratas dan ornamen upper mordent. Motif pendek
diolah dengan teknik sekuen turun dalam tonalitas Eb mayor.
Birama 17, motif tema dikembangkan pada tonalitas F minor
(subdominan) dimana intensitas prelude semakin memuncak.
Pada bagian akhir, tonalitas kembali ke C minor diawali
dengan duet jarak interval tiga dan diakhiri kadens
sempurna.
Tabel 2. 2 Analisis Struktural Fugue Book II No. 2, in C minor, BWV 871
Birama/
Keterangan
ketukan
1-7/1
Tonalitas dimulai dalam C minor, dengan subjek not 1/8.
Bagian pertama ini terdiri dari 3 motif subyek, 2 motif
kontra subyek, dan 2 episode yang berfungsi sebagai
penghubung antar motif subyek.
7-14/1
Bagian kedua diawali dengan ansambel 2 suara dengan
subjek. Muncul 4 subjek dalam section ini, yang akan
berakhir di F minor.
14-23/3
Pada bagian ketiga terdapat 11 motif subyek yang
dikembangkan dengan teknik augmentasi (pelebaran harga
nada), inversi, dan stretto (desakan antar tema yang saling
bersusulan). Bagian ini diakhiri dengan episode dengan
kadens sempurna dalam tonalitas C minor.
23/4-28
Motif
subyek
di
bagian
keempat
diolah
dengan
menggunakan teknik stretto. Fuga ini diakhiri dengan
episode pendek pada birama 27-28.
9
B. Periode Klasik
1. Sekilas mengenai Periode Klasik
Kebanyakan masyarakat umum mengartikan musik klasik sebagai
suatu jenis musik tertentu. Tetapi pada pembahasan yang lebih mendalam,
musik klasik merupakan sebuah pengelompokan genre musik secara
periodik. Periode Klasik berlangsung antara kurun waktu 1750-1820. Karya
musik instrumental periode ini berkembang pesat mulai dari sonata, simfoni,
konserto, kuartet gesek, opera buffa, dan trio piano.
Karakter utama yang menjadi ciri khas periode Klasik adalah
kesederhanaan yang didesain untuk masyarakat umum. Musik periode ini
memiliki bentuk yang simetris, format yang jelas (seperti sonata form),
melodi yang mudah diingat, tekstur homofoni, penggunaan tempo yang
konstan, dan harmoni sederhana. Penggunaan tanda dinamika, seperti
crescendo dan diminuendo, bertujuan untuk memberikan kontras dalam
setiap bagian lagu serta menciptakan karya musik yang ekspresif dan
natural.
2. Biografi Ludwig van Beethoven dan Analisis Struktural Sonata in Fsharp major, Op. 78 No. 24
Beethoven adalah seorang komponis Jerman pada abad ke-19. Ia lahir
di Bonn pada 16 Desember 1770 dengan latar belakang kebangsaan VlamBelanda. Sejak dini, Beethoven sangat megidolakan Mozart12. Selain itu,
ayahnya selalu menuntut agar ia dapat menjadi sukses dan terkenal seperti
Mozart. Ayahnya merupakan pribadi yang keras dan semena-mena. Sejak
kecil, Beethoven selalu dididik dengan kekerasan.
Karier mudanya dimulai di kota Bonn sebagai pemain biola,
harpsikord, dan organ. Selain itu, ia juga menjadi pemain harpsikord di
istana. Beethoven diutus oleh istana untuk belajar musik dengan
Albrechtsberger yang menjadi awal kariernya sebagai komposer.
6
Patrick Castillo, dalam “Ludwig Van Beethoven” (The Saint Paul Chamber
Orchestra), 15 Oktober 2015, thespco.org
10
Pada 1787, Beethoven mendapat kesempatan untuk pergi ke Wina
untuk belajar dengan Mozart selama dua minggu. Setelah itu, ia harus
kembali ke Bonn karena mendapat berita bahwa ibunya meninggal. Karena
Beethoven dekat dengan ibunya, ia mengalami depresi sejak ibunya tiada.
Sedangkan ayahnya, Johann van Beethoven, tidak bisa lepas dari kebiasaan
buruknya yaitu alkoholik. Oleh karena itu, Beethoven sebagai anak tertua
harus bekerja untuk memenuhi segala kebutuhan hidup sang ayah dan
saudara-saudaranya.
Berdasarkan gaya bermusiknya, kehidupan bermusik Beethoven
dibagi menjadi tiga periode yaitu periode awal, tengah, dan akhir. Periode
awal Beethoven berlangsung di Vienna dimana ia belajar teknik komposisi
dengan Mozart dan Haydn untuk meniti karir menjadi pianis dan komposer.
Beethoven mempunyai karakter yang unik, dengan permainannya yang
sangat brilian dan energi yang berlimpah Beethoven dikenal sebagai legenda
dari Vienna.
Pada periode pertengahan, Beethoven aktif membuat karya dalam
bentuk simfoni, konserto, kuartet gesek, dan sonata. Dalam membuat
komposisi, Beethoven tidak suka dibatasi deadline dan selalu berkata pada
dirinya “berpikir dan berpikir” kemudian merevisi dan menyempurnakan
kembali karyanya hingga ia puas dengan hasilnya.13 Meskipun kemampuan
Beethoven diatas rata-rata, sikapnya sangat objektif dan tidak arogan. Ia
masih belajar dibawah bimbingan Haydn. Sebagai seorang guru yang
memiliki murid legendaris, Haydn merasa tersaingi secara pribadi. Istilah
persaingan antara mereka berdua kerap disebut “unspoken spirit of
competition”.14
Pada
periode
ini,
Beethoven
mulai
kehilangan
pendengarannya.
Tahun 1815 merupakan titik damai dan kemakmuran bagi Beethoven
dimana pada periode akhir hidupnya karya-karya Beethoven sering
dimainkan secara rutin di Vienna. Akan tetapi, kemampuan pendengaran
13
Donald J. Grout dan Claude V. Palisca. “A History Of Western Music, sixth
edition (New York : W.W Norton & Company, Inc., 2001) , 522.
14
Castillo, thespco.org
11
Beethoven menjadi semakin parah. Hal ini membuatnya kehilangan
komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya sehingga ia menjadi sangat
sensitif dan emosional. Selain itu, kondisi tersebut makin diperparah oleh
persoalan keluarga, kesehatan, dan patah hati. Karakter musik pada periode
akhir hidupnya menjadi meditatif, introspektif dan penuh kedamaian. Pada
periode ini, ia membuat simfoni terakhirnya no.9 yang dikenal dengan judul
“Ode To Joy”. Karya ini merefleksikan cinta abadi Tuhan kepada umat
manusia.
Beethoven meninggal dalam komplikasi penyakit kolera, sakit kuning,
radang paru-paru, tuli, rabun, dan busung air. Beethoven wafat di Wina pada
26 Maret 1827.
Salah satu karya Ludwig van Beethoven yang dipilih sebagai repertoar
resital ini adalah Sonata in F-sharp major, Op. 78 No. 24. Karya ini
merupakan komposisi sonata pada periode pertengahan (1809-1810)15.
Sonata ini merupakan komposisi yang menarik. Karena hanya terdiri dari
dua gerakan dan tidak sepopuler karya sonata lain seperti Moonlight sonata,
Appasionata, dan Pathetique. Selain itu, sonata ini mengeksplorasi sisi lain
Beethoven yang berkepribadian lembut, manis, dan penuh damai.
15
F.E. Kirby, “Music For Piano: A Short History” (New Jersey: Amadeus Press,
LLC, 1995), 116.
12
Tabel 2. 3 Analisis Struktural Introduksi Sonata in F-sharp major, Op. 78
No. 24
Birama
1-4
Keterangan
Bagian Introduksi dimulai dengan tonalitas F# mayor.
Introduksi ini dengan tenang dan ramah mengenalkan
sekaligus memberi jalan untuk memasuki movement 1
sonata ini. Diawali dengan melodi berbentuk akor blok
dadan pedal point di F# yang memberi kesan damai,
tenang, dan manis.
Tabel 2.4. Analisis Struktural Sonata in F-sharp major, Op. 78 No. 24,
1st movement
Birama
Keterangan
5-38/3 (A)
Bagian pertama dimulai dengan tonalitas F# mayor.
Eksposisi
Terdapat dua tema, yaitu tema utama yang berbentuk
melodis, disambung dengan pergerakan akor blok
dengan kedua tangan yang menghantarkan lagu menuju
tema kedua, dengan dimodulasi ke C# mayor. Tema
kedua
ini
berbentuk
not
1/16
dengan
progresi
diminished, yang menimbulkan suasana resah. Bagian
eksposisi ini ditutup dengan codetta pergerakan not 1/16
oleh tangan kiri, dan akor blok oleh tangan kanan.
38/4-56/3 (B)
Bagian pengembangan menggunakan tonalitas F#
Pengembangan minor, yang merupakan parallel minor dari tonalitas
awal. Terdapat potongan tema utama yang telah
dimodifikasi. Selain itu, muncul motif baru dalam not
1/16 yang berulang, bersamaan dengan motif dotted
quaver pada tangan kiri. Bagian ini diakhiri dengan
pergerakan tangga nada bentuk sekuen oleh dua tangan.
56/4-105 (C)
Tonalitas kembali ke F# mayor. Terjadi modulasi ke E
Rekapitulasi
mayor pada pertengahan munculnya tema utama.
13
Struktur bagian rekapitulasi ini sama dengan Eksposisi,
hanya menggunakan tonalitas yang berbeda. Bagian ini
ditutup coda dengan pergerakan not 1/16 oleh tangan
kiri, dan akor blok oleh tangan kanan.
Tabel 2.5. Analisis Struktural Sonata in F-sharp major, Op. 78 No. 24,
2nd movement
Birama
Keterangan
1-56 (A)
Gerakan kedua berbentuk sonata rondo16 yang diawali
dengan tonalitas C# mayor. Semua tema utama muncul
dengan repetisi, kemudian disambung pergerakan not
1/16 berbentuk sekuen naik dan turun, semuanya
menggunakan interval second. Bentuk ini akan muncul
di semua bagian A, dengan tonal lain dan sedikit
modifikasi.
57-88 (B)
Tonalitas bagian B dimulai dalam D# mayor. Pada
bagian ini, terdapat tema kedua yang berbentuk
arpeggio. Terdapat bentuk “tanya jawab” yang disusun
dalam bentuk arpeggio D# mayor dan akor diminished.
Kemudian dilanjut dengan bentuk “tanya jawab” antara
harmoni tonal (D# mayor) dan dominant nya (A#
mayor).
89-119 (A‟)
Bagian ini, struktur lagu sama dengan A. Dimulai
dengan tonalitas F# mayor dengan beberapa modulasi
sementara.
120-149 (B‟)
Bagian ini, struktur lagu sama dengan B. Dimulai
dengan tonalitas F# mayor. Terdapat tema kedua yang
berbentuk arpeggio. Bentuk “tanya jawab” disusun
16
Rondo adalah istilah yang mengacu pada bentuk komposisi di mana bagian
pertama berulang setelah bagian kedua dilakukan dalam form A-B-A atau A-B-A-B-A atau
A-B-A-C-A. Bentuk ini sering ditemukan dalam komposisi era Barok & Klasik.
14
dalam bentuk arpeggio F# mayor dan F# minor.
Kemudian dilanjut dengan bentuk “tanya jawab” antara
harmoni tonal (F# mayor) dan dominant nya (C#
mayor).
150-183 (A‟‟)
Tonalitas kembali ke F# mayor. Tema utama muncul
kembali dengan modifikasi polifoni, dimana kedua
tangan memiliki peranan yang sama. Karya ini diakhiri
dengan coda dalam akor dominant berbentuk arpeggio
yang dilanjutkan dengan tema penutup dalam F# mayor.
B. Periode Romantik
1. Sekilas mengenai Periode Romantik
Kata “romantik” sebenarnya berasal dari sastra pada abad-18. Sejak
awal abad-19 dipakai secara umum tanpa diberi arti dan batas yang jelas,
apakah yang dimaksudkan suatu gaya, suatu teknik, bentuk-bentuk tertentu,
ataukah hanya suatu sikap saja, terutama dalam kesenian.17
Periode Romantik berlangsung sekitar tahun 1770-1900an. Ludwig
van Beethoven (1770-1827) adalah salah satu komponis yang punya
peranan penting dalam perkembangan musik menuju ke periode romantik.
Setelah Beethoven, komposer memusatkan perhatian musiknya pada
ekspresi & perasaan yang intens di dalam musiknya. Ekspresi dari emosi
jiwa ini, adalah sebuah fokus seni yang mengarah pada doktrin “Romantik”.
Munculnya periode Romantik juga dipengaruhi oleh adanya perkembangan
dalam aspek kesenian lainnya. Dalam bidang lukis, Friederich, Delacroix,
dan Goya. Dalam bidang literatur, Edgar Allan Poe, serta karya-karya puisi,
cerita rakyat, dan lain-lain.
Di dalam musik abad 19, hal ini merupakan sebuah kreasi & evolusi
dalam genre baru. Untuk sumber inspirasi, para komposer membuat
17
Karl Edmund Prier, “Sejarah Musik Jilid 2”, (Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi,
1993),86
15
musiknya seakan terlihat visual, menjadi sebuah puisi, drama, literatur, dan
alam.
Komposer masih menggunakan format klasik, yakni “sonata form”
dan simfoni sebagai titik awal. Kemudian para komposer mulai
menuangkan idenya ke dalam gaya melodi baru, harmoni yang kaya dan
penggunaan beberapa unsur dissonant yang bertujuan untuk membuat para
pendengar menjadi terharu dibandingkan dengan memahami struktural
musikalnya.
Musik Romantik memiliki melodi yang lebih emosional, rentang nada
yang lebar, dan juga ritme maupun frase yang tidak beraturan yang
bertujuan untuk menunjukkan sisi spontanitas. Tempo rubato, yang secara
harafiah berarti „mencuri waktu‟ banyak digunakan pada musik Romantik
untuk memunculkan ekspresi individual.
Musik Romantik diharap dapat mengungkapkan sikap batin, perasaan,
dan jiwa manusia. Karya seninya menjadi subyektif dan mengikuti gerakan
hati tiap individu.
2. Biografi Johannes Brahms dan Analisis Struktural Ballade in G minor,
Op.118 No.3
Johannes Brahms adalah komponis asal Jerman pada awal abad ke-19.
Lahir di Hamburg, Jerman, pada 7 Mei 1833. Musik diperkenalkan ke
hidupnya pada usia dini. Brahms muda mulai bermain piano pada usia 7
tahun. Brahms harus berkontribusi terhadap pendapatan keluarga dengan
bermain piano di tempat dansa, penginapan lokal, dan sepanjang dermaga
kota untuk meringankan kondisi keuangan keluarganya.
Brahms mengaitkan Romantik dengan Klasik maupun dengan teknik
komposisi abad 17-18. Maka karya Brahms berdiri diatas dasar kokoh.
Angin Romantik yang dimainkan pada cabang, tidak dapat menggoyangkan
batangnya.18 Ia berpegang pada bentuk klasik tetapi juga keterikatan dari
bagian-bagian pada suatu aturan. Karya musik piano Brahms mencari
18
Gerhard Nestler, “Geschicte der Musik” (Piper : Schott Music, 1997), 476
16
keseimbangan antara keteraturan Klasik dengan ekspresi Romantik, hasilnya
adalah suatu ungkapan melankolis.
Komposer Romantik Awal yang berpengaruh besar pada Brahms
adalah Robert Schumann. Tanpa jasa Schumann, Brahms tidak akan bisa
menjadi komposer yang dikenal sekarang. Brahms memiliki konflik
percintaan yang rumit dalam hidupnya. Ia menyukai Clara yang merupakan
istri dari Robert Schumann, sahabat dan guru Brahms. Mereka memiliki
hubungan yang sangat dekat dan seumur hidup, namun merupakan
hubungan yang tidak wajar. Mereka memiliki kasih sayang yang besar tetapi
juga menghormati satu sama lain.
Brahms merasakan tekanan yang berat dalam dirinya. Antara
mencintai Clara, menghormati Clara dan Robert, yang menyebabkan ia
berpikiran untuk bunuh diri. Tidak lama setelah Robert meninggal, Brahms
memutuskan ia harus melepaskan diri dari rumah tangga Schumann. Ia
mengambil cuti, meninggalkan Clara dengan perasaan sakit hati. Tapi
Brahms dan Clara terus menjalin komunikasi.
Keras kepala dan tak kenal kompromi, Brahms juga dikenal kasar dan
sarkastik dengan orang dewasa. Dengan anak-anak, ia menunjukkan sisi
lembut, sering membagi-bagikan permen kepada anak-anak yang ia temui di
lingkungan di Wina. Dia juga menikmati alam dan sering pergi untuk
berjalan-jalan di hutan.
Musiknya sejak 1860, terjual dengan baik. Seorang Brahms, jauh dari
kehidupan yang mewah. Ia hidup hemat di apartemen sederhana yang
berantakan, dengan kertas musik dan buku, dan pembantu rumah tangga
tunggal yang membersihkan rumah dan memasak untuknya. Brahms juga
suka membagi sejumlah uang kepada temannya dan membantu siswanya,
namun ia merahasiakannya.
Klavierstucke, Op.118, adalah kumpulan 6 karya dari Brahms untuk
piano solo. Karyanya selesai pada 1893 dan didedikasikan untuk Clara
Schumann. Op. 118 ini secara keseluruhan lebih introspektif dari karya
piano sebelumnya, yang cenderung lebih virtuoso dalam karakter. Format
17
karya ini berbentuk a b a‟ dalam A B A‟, yang menunjukkan bahwa Brahms
masih berbasis pada aturan klasik dan pola bentuk yang ketat. Berikut
analisis struktural dari Ballade in G minor, Op.118 no.3
Tabel 2.6. Analisis Struktural Ballade in G minor, Op. 118 No. 3
Birama
Keterangan
1-40
Diawali tonalitas G minor, dengan melodi block chord
(Eksposisi)
dan dinamika forte. Terjadi kontras ke dinamika piano
saat harmoni beralih ke Eb mayor. Intensitas lagu
semakin meningkat, hingga kembali ke G minor.
41-76
Terjadi modulasi di B mayor. Merupakan bagian yang
(Pengembangan) sangat ekspresif, dengan dinamik pianissimo dan
menunjukkan sensitivitas dari Brahms.
77-117
Merupakan pengulangan yang sama dengan bagian A.
(Rekapitulasi)
Diakhiri dengan tonalitas G minor, yang menghilang
perlahan-lahan.
3. Biografi Franz Liszt dan Analisis Struktural Un Sospiro
Franz Liszt adalah salah satu komponis besar Austria pada awal abad
ke-19, yang lahir pada 1811. Bakatnya dalam bidang musik begitu besar
hingga pada usia 9 tahun, ia mementaskan dua konser piano. Liszt belajar
piano dengan Carl Czerny di Wina, dimana ia juga bermain piano di
hadapan Beethoven. Pada 1823, ia menetap di Paris, dan menyukai gaya
romantik Perancis; bersahabat dengan Hugo, Balzac, Berlioz, Chopin,
Bellini, Meyerbeer, dan lain lain.
Pada 1823, ia tertarik dengan musik Paganini, maka timbul keinginan
untuk mengatasi gaya brilian dengan gaya virtuos, yang lebih mengabdi
pada ungkapan perasaan. Karena Liszt mulai dikagumi sebagai piano
virtuos, maka pada 1838-1848 ia berkeliling di seluruh Eropa (Jerman,
Hungaria, Rusia).
18
Franz Liszt memiliki peranan penting sebagai penghantar dalam
sejarah musik abad- 19, karena karya musik Liszt turut ambil bagian dalam
aspek seni, politik, filsafat, dan agama. Harmonik, melodik, politonalitas
dan harmonik kuart bersifat sangat revolusioner dan mempersiapkan gaya
musik abad 20.19
Reputasi Liszt semakin memuncak, bukan hanya karena permainan
pianonya yang virtuos, tetapi karena tingkat kepeduliannya yang tinggi
terhadap kehidupan di sekitarnya. Ia banyak memberikan hasil konsernya
untuk kepentingan amal dan kemanusiaan.
Mendekati akhir hidupnya, Liszt mulai kehilangan tenaga dan
penglihatannya, sehingga ia jarang muncul di depan umum. Ia meninggal
akibat pneumonia pada 31 Juli 1886 dan jenazahnya dimakamkan di
Bayreuth.
Salah satu karya Franz Liszt yang dipilih sebagai salah satu repertoar
resital ini adalah Un Sospiro, yang berarti hembusan nafas. Karya ini
merupakan sebuah etude dengan bentuk tema dan variasi. Terdapat 7 variasi
yang disusun menggunakan teknik kompositoris yang beragam. Berikut
analisis struktural dari Un Sospiro.
Tabel 2.7. Analisis Struktural Un Sospiro
Birama
Keterangan
1-12
Tonalitas dimulai dalam Db mayor, dimana tangan kanan
Tema
dan kiri sama-sama memainkan melodi dan iringan secara
bergantian, dengan menyilangkan tangan. Iringan berpola
arpeggio, sedangkan melodi berpola not single.
13-20
Terjadi pengembangan melodi menjadi bentuk oktaf. Masih
Variasi I
memainkan pola melodi dan iringan yang sama dengan
tema. Terdapat jembatan yang akan menghantarkan ke
tonalitas A mayor.
19
D. Altenburg, Fr.Liszt, dalam “Honegger-Massenkeil” jilid 5, 133-134.
19
21-28
Tonalitas di A mayor. Pada bagian ini, bentuknya adalah
Variasi II
melodi dengan iringan. Melodi akan muncul di register
bawah dan atas, sehingga menghantarkan lagu pada klimaks.
29-36
Merupakan bagian yang virtuos, modulasi ke F mayor.
Variasi III
Tangan kanan memainkan teknik arpeggio, sedangkan
tangan kiri memainkan melodi oktaf. Diakhiri dengan
cadenza kromatis yang berbentuk repetisi pada register yang
berbeda.
37-51
Variasi IV
Tonalitas G#
mayor. Bentuk melodi dan iringan sama
dengan tema awal, tetapi dengan melodi jarak 3. Dilanjutkan
dengan permainan teknik arpeggio diminished oleh kedua
tangan, dan ditutup oleh cadenza pendek berbentuk scales.
52-60
Variasi V kembali dalam tonalitas Db mayor. Kedua tangan
Variasi V
sama-sama mempunyai peranan dalam melodi dan iringan,
semua melodi terletak pada ibu jari.
61-75
Variasi VI
Variasi VI bentuknya sama dengan variasi IV,
dengan
melodi jarak 3, kemudian ditutup dengan block chords yang
mengakhiri lagu.
4. Biografi Sergei Rachmaninoff serta analisis struktural Prelude in Gsharp minor, Op. 32 No. 12
Lahir pada 1 April, 1873, di Semyonovo, Rusia, Sergei Rachmaninoff
adalah seorang mahasiswa Konservatorium di St. Petersburg sebelum
memulai karir sebagai komposer dalam era romantik. Dikenal sebagai
pianis, beberapa karyanya yang paling terkenal adalah Prelude in C# minor
dan simfoni The Isle of the Dead. Rachmaninoff meninggal pada 28 Maret
1943, di Beverly Hills, California.
Rachmaninoff dianggap sebagai salah satu pianis terbaik sepanjang
masa dan, sebagai komposer, salah satu wakil besar dari romantik akhir
dalam musik klasik Rusia. Ia juga memiliki hadiah fisik yang sangat
menguntungkan sebagai seorang pianis. Hadiah ini adalah badan yang tinggi
20
dan tangan yang sangat besar, dengan peregangan jari sangat lebar ( ia bisa
memainkan akor C Eb G C G dengan tangan kiri, secara bersamaan).20
Pengaruh awal dari Tchaikovsky, Rimsky-Korsakov, dan komposer
Rusia lainnya memberi jalan untuk gaya pribadinya. Lagu yang bermelodi
sangat ekspresif dan menggunakan warna orkestrasi yang kaya.
Piano
sangat menonjol dalam output komposisi Rachmaninoff, dan untuk
mengasah keterampilan sebagai seorang pemain piano, ia menjelajahi segala
kemungkinan ekspresif maupun teknikal dari instrumen.
Meski sosok Rachmaninoff terkenal dingin, cuek, dan tempramen, ia
berhasil menunjukkan bahwa pandangan tersebut salah. Pada saat kematian
Alexander Scriabin pada 1915, ia membuat tur konser, dan hanya untuk
memainkan musik Scriabin. Ketika ia diminta untuk memainkan beberapa
musiknya sendiri, ia menjawab: "Hanya Scriabin malam ini". Dari sini
terlihat sosok Rachmaninoff yang peduli dan tulus mengasihi sahabatnya.
Prelude ini tidak memiliki cerita khusus, walau kemunculannya pada
periode romantik. Karena Rachmaninoff sendiri membuat kumpulan 24
preludes dengan tujuan mengekspos seluruh tangga nada mayor dan minor,
sama seperti yang dilakukan Bach dan Chopin. Berikut analisis struktural
dari Prelude in G-sharp minor Op.32 no.12.
Tabel 2.8. Analisis Struktural Prelude in G-sharp minor, Op. 32 No. 12
Birama
Keterangan
1-15 (A)
Introduksi berupa iringan broken chord, sepanjang dua
birama. Muncul tema utama pada melodi tangan kiri.
Terdapat beberapa not asing namun diselesaikan dalam
harmoni konsonan.
16-23 (B)
Muncul tema kedua, pola ritme yang sama diulang dalam
sekuens dan disambung oleh melodi pada tangan kanan.
24-35 (C)
Melodi
dimulai
20
tangan
kiri,
dimainkan
dengan
D.A.B Young. “Rachmaninov and Marfan’s Syndrome” (British Medical Journal
293, 1986, 1624–1626
21
penahanan, sementara iringannya berupa broken chord
yang cepat. Pada bagian ini, muncul klimaks pada birama
31 kemudian disusul transisi menuju tema utama.
36-47 (D)
Tema utama muncul namun dalam register rendah,
dimainkan oleh tangan kiri. Terdapat transfer melodi ke
tangan kanan sebelum berakhir dengan perdendo.
C. Periode Modern (Abad- 20)
1. Sekilas mengenai Periode Modern (Abad-20)
Perkembangan musik pada abad-20 adalah periode musik dimana para
komposer melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan lama yang berlaku pada
periode sebelumnya. 1900-1914 merupakan periode peralihan dalam
mengakhiri aturan musikal umum sejak periode Renaissans.
Penghilangan tonalitas dalam musik, pengaruh musik etnis, dan
perubahan situasi sosial masyarakat menghasilkan perkembangan yang
bebas di bidang seni. Kebebasan ini membuat para komponis berani
mengeksplorasi segala jenis musik yang ada. Akan tetapi, prinsip-prinsip
dasar dari tonalitas, terutama struktur umum, ritme, dan penggunaan tema
utama, masih dipertahankan.
Karakteristik musik Modern antara lain: ritme yang bebas,
penggunaan sinkopasi, harmoni disonan, tidak memiliki tonalitas, tanda
sukat yang berubah-ubah, dan perubahan mood yang drastis.
2. Biografi York Bowen serta analisis struktural Toccata Op.155
Edwin York Bowen (22 Februari 1884 - 23 November 1961) adalah
seorang komponis dan pianis Inggris. Karir musik Bowen ditempuh lebih
dari 50 tahun, dan telah menulis lebih dari 160 karya. Selain menjadi
seorang pianis dan komposer, Bowen adalah konduktor, organis, dan biolis.
Meskipun mencapai kesuksesan besar selama hidupnya, banyak dari
karya-karyanya tetap tidak diterbitkan dan tidak ditampilkan sampai setelah
22
kematiannya pada 1961. Gaya komposisi Bowen secara luas dianggap
sebagai 'Romantis' dan karya-karyanya sering ditandai dengan bahasa
harmonik yang kaya.
Bowen mulai belajar piano dan harmoni dengan ibunya pada usia dini.
Karena bakatnya, ia melanjutkan studi di North Metropolitan College of
Music. Ia kemudian melanjutkan studi di Blackheath Conservatoire of
Music. Pada 1898, Bowen memperoleh beasiswa Erard di Royal Academy
of Music. Ia belajar di sana sampai 1905, belajar komposisi dengan
Frederick Corder dan instrumen piano dengan Tobias Matthay.
Komposisi Bowen masing menampilkan 'campuran Romantisme dan
individualisme yang kuat' yang unik.21 Meskipun dipengaruhi oleh
Rachmaninoff, Chopin, Grieg dan Tchaikovsky, musik Bowen sangat
ditentukan oleh tekstur dan harmoni yang khas. Karirnya dalam musik
membentang lebih dari 50 tahun, tetapi gaya komposisinya hampir tidak
berubah dan ia terus menggunakan sistem kunci diatonis dengan
menggunakan harmoni kromatik sepanjang hidupnya.22 Berikut analisis
struktural dari Toccata Op.155.
Tabel 2.9. Analisis Struktural Toccata Op. 155
Birama
Keterangan
1-19 (A)
Dimulai dengan tema utama fortississimo di A minor,
dilanjutkan dengan berbagai permainan ritmik dan kromatis.
Kedua tangan sama-sama berperan memainkan melodi.
20-41 (B) Muncul tema utama dalam Eb minor, disambung pergerakan
arpeggio yang dikombinasi dengan poliritme. Pada bagian
ini, peran melodi diambil alih tangan kiri, dengan berbagai
pengembangan iringan.
42-64 (C) Muncul tema dalam E mayor, diiringi arpeggio panjang.
21
Chia-Ling Hsieh, “An analytical study of York Bowen’s Twenty-Four Preludes in
all Major and Minor Keys”, Op. 102 .
22
Beecham dan Gwilym, “'Music of York Bowen” (A Preliminary
Catalogue, Musical Opinion 1984), 315.
23
Banyak muncul aspek dissonant dan teknik sekuens.
65-87 (D) Merupakan bagian tanpa tema, mengekspos bentuk baru.
dalam E mayor, melodi ditonjolkan di tangan kiri dan masih
banyak unsur dissonant dan staccato.
88-120
Merupakan bagian tanpa tema, bentuk iringan di tangan kiri,
(E)
tangan kanan memainkan melodi oktaf, baik di register tinggi
maupun rendah.
121-138
Muncul tema sinkopasi dalam E mayor, dengan harmoni
(F)
diminished, dan hiasan kromatis, untuk menghantarkan lagu
kembali ke tema utama.
139-178
Kembali ke tema utama yang bentuknya variatif, fortississimo
(IIA)
di A minor, dilanjutkan dengan berbagai permainan ritmik
dan kromatis.
179-201
Muncul tema dengan harmoni yang aneh (terdengar seperti
(IIB)
harmoni Tristan-Wagner)23, dilanjut permainan ritmis yang
menunjukkan karakter utama toccata.
202-223
Tema terakhir divariasi, kembali ke tonal dalam A minor,
(IIC)
dilanjut dengan banyak titik klimaks, sampai pergerakan akor
parallel sebagai klimaks paling akhir, dan mengakhiri lagu
dengan not A1.
23
Harmoni Tristan-Wagner terdiri dari komponen root – augmented 4th ( tritone ) augmented 6th – augmented 9th
24
D. Komposisi Karya Komponis Indonesia
1. Sekilas mengenai komposisi karya komponis Indonesia
Musik di Indonesia terus mengalami perkembangan setelah 1945
hingga saat ini. Komponis Indonesia mengembangkan suatu jenis musik
dengan dasar idiom musik Barat. Penempatan bahasa musik Barat di
Indonesia dikemas dalam bentuk lagu-lagu nasional dan sistem pendidikan.
Beberapa komponis tersebut adalah Ismail Marzuki, Jaya Suprana, Wage
Rudolf Supratman, Slamet Abdul Sjukur, Trisutji Kamal, Ananda Sukarlan,
Yazeed Djamin dan Amir Pasaribu.
2. Biografi Yazeed Djamin serta analisis struktural Srikandhy
Yazeed Djamin Soelaiman, lahir di Jakarta, 21 Desember 1950. Ia
merupakan seorang komposer dan pianis asal Indonesia yang menggunakan
idiom tradisi musik Barat. Ia juga dikenal sebagai komposer untuk Orkes
Kebangsaan Malaysia.
Yazeed mulai belajar musik ketika berusia sembilan tahun di Yayasan
Pendidikan Musik (YFM) dengan mendalami piano. Selesai YFM, Yazeed
meneruskan pendidikannya di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta
(sekarang Institut Kesenian Jakarta) jurusan piano. Kemudian ia
melanjutkan pendidikannya di Peabody Conservatory of Music, Baltimore.
Pada 1969, Yazeed telah melahirkan karya berjudul Srikandhy. Hasil
karya yang lain, adalah My Home Work (1974), Musik untuk Kuningan
(1976), Nyi Ronggeng (1988) dan Malin Kundang Symphonie Puisi (19931994). Pada 1995, ia memenangkan Juara 1 pada Hearts Music Festival di
Sydney, Australia dengan karyanya yaitu Nyi Ronggeng.
Musiknya berlandaskan tradisi Barat, mulai dari segi teknik, ekspresi,
notasi, dan interpretasi. Musiknya disebut musik kontemporer (baru) yang
banyak mengambil kebudayaan corak-corak Minang, Sunda, dan Bali.
Sejak 1994, Yazeed diminta oleh pemerintah Malaysia untuk menjadi
komposer Orkes Kebangsaan Malaysia. Selain berkarya di Indonesia dan
Malaysia, Yazeed juga sering menjadi konduktor orkestra di beberapa
25
negara, yakni New Zealand (Auckland dan Wellington), dan Kansas
Orchestra di Los Angeles.24
Yazeed meninggal dunia pada 9 September 2001 akibat radang otak.
Sebelum meninggal, ia sempat dirawat selama tiga pekan di RS Cikini.25
Berikut analisis struktural dari Srikandhy.
Tabel 2.10. Analisis Struktural Srikandhy
Birama
Keterangan
1-23 (A)
Introduksi berupa poliritmik 3 lawan 2. Bagian ini
mewakili karakter gamelan jawa yang lincah dan maskulin,
dilanjut pergerakan parallel oktaf.
24-73 (B)
Muncul tema feminim, berkarakter sendu dan bentuknya
melodis. Bentuk yang sama diulang dengan variasi.
74-89 (C)
Arah lagu kembali pada tema maskulin dan lincah, dilanjut
pergerakan parallel oktaf sebagai klimaks lagu.
90-110 (D)
Tema femimim muncul kembali dengan modulasi. Lagu
diakhiri sangat manis dengan progresi akor mayor 7.
24
25
Profil Yazeed Djamin, 13 Mei 2016. www.tamanismailmarzuki.com
Komposer Yazeed Djamin Tutup Usia, 13 Mei 2016. liputan6.com
26
Download