BAB II KAJIAN REPERTOAR A. Periode Barok 1. Sekilas mengenai Periode Barok Periode Barok merupakan salah satu periode musik klasik yang berada di antara 1600 sampai 1750.7 Istilah „barok‟ berasal dari kata Portugis „barucco‟ atau „barocco‟ yang mempunyai arti bulat miring/lonjong, analoginya seperti mutiara tidak berbentuk. Karya-karya musik yang tercipta pada periode Barok banyak dipengaruhi oleh inovasi dalam bidang seni, arsitektur, dan sastra. Musik Barok didesain untuk mengungkapkan emosi dan menumbuhkan sensitivitas bermusik. Aspek-aspek ini membuka jalan untuk mengembangkan musik yang bersifat dekoratif. Ciri khas dari musik periode Barok dapat dilihat dari karakternya yang energik dan megah. Harmoni musik Barok disusun berdasarkan tangga nada mayor dan minor sehingga tonalitas dapat terdeteksi dengan jelas. Tekstur polifoni8 merupakan ciri khas dari periode Barok, merupakan kombinasi dua melodi berbeda dengan progresi akor sederhana yang menggunakan basso continuo.9 Karya bentuk instrumental sangat berkembang pada periode Barok karena menulis sebuah karya instrumental akan menguji kemampuan dan menginspirasi imajinasi para komposer. Musik instrumental Barok dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu: musik tarian, komposisi improvisatoris, komposisi kontrapungtis atau fuga, canzona atau sonata, dan 7 Barbara Russano Hanning. Concise History of Western Music (New York: W.W. Norton & Company, Inc., 1998), 170. 8 Polifoni adalah tekstur yang terdiri dari dua suara atau lebih, sebagai lawan dengan satu suara (monofoni), dan kontrapung (hubungan antara dua suara atau lebih, yang independen dalam kontras dan irama, dan saling bergantung dalam harmoni. 9 Basso continuo adalah sistem notasi pada periode Barok dimana melodi bas yang kokoh dikombinasikan dengan melodi suara luar teratas yang berornamentasi. 6 variasi. Sedangkan komposisi yang digubah untuk instrumen keyboard antara lain toccata (atau prelude, fantasia) dan fuga, chaconne, suita, dan sonata (setelah tahun 1700).10 2. Biografi Johann Sebastian Bach dan Analisis Struktural Prelude and Fugue, Book II no.2, in C minor BWV 871 Keluarga besar Bach merupakan keluarga musisi terkenal. Johann Sebastian Bach mendapat pendidikan musik pertama dari ayahnya yang bernama Johann Ambrosius Bach, dan kakaknya, Johann Christoph Bach. Mereka adalah orang-orang yang berperan penting dalam kehidupan bermusik Bach. Johann Sebastian Bach dilahirkan di Eisenach, daerah Thuringia di Jerman, pada 21 Maret 1685. Karirnya dimulai sebagai organis muda berusia 9 tahun di Weimar. Keadaan hidup Bach bertambah sulit ketika ia mendengar berita kematian ibunya. Setahun kemudian, ayahnya juga meninggal dunia. Sebagai anak yatim-piatu, Bach ditolong umat Katolik untuk belajar di Luneburg. Mula-mula karena suaranya bagus, bukan karena permainan musiknya. Dari sekolah itu ia kemudian memperoleh kesempatan untuk memainkan biola dalam sebuah kuartet. Kemampuannya meminkan alat musik orgel saat itu juga luar biasa11. Selain itu Bach memiliki cara yang unik dalam membuat komposisi. Ia mendengarkan karya komponis lain di gereja, kemudian menyalinnya, sehingga ia mendapatkan inspirasi untuk menulis komposisinya sendiri. Karya Bach selalu didedikasikan untuk Tuhan, “To the Glory of God”. Bach merupakan sosok komposer yang mengutamakan Tuhan diatas segala-galanya dan pantas dijadikan panutan hidup. Selain itu, ia memiliki visi untuk keluarganya agar punya masa depan. Ia membuat buku-buku komposisi sebagai strategi untuk istri dan anaknya untuk mendalami dunia musik. Sebagai seorang ayah, ia mendidik anak-anaknya untuk menjadi 10 Hanning, 227 Richard Wirawan, “A Dream Comes True” Laporan analisis resital untuk mencapai derajat Sarjana S-1 pada Universitas Kristen Satya Wacana, 2014, 8. 11 7 musisi. C.P.E Bach, Wilhelm Friedemann, Johann Christoph Frederic dan Johann Cristoph Bach merupakan anak-anaknya yang menjadi komposer dan musisi. Kesehatan Bach mulai memburuk menjelang akhir hidupnya. Pada 1749, Bach mengalami gangguan mata sampai akhirnya buta. Pada Maret dan April 1750, Bach menjalani dua kali operasi mata, tetapi kedua-duanya tidak membuahkan hasil. Akhirnya Bach meninggal dunia pada 28 Juli 1750 akibat serangan otak. Bach memiliki prinsip dalam hidupnya, bahwa seseorang harus memiliki visi hidup, tidak boleh mengikuti arus, dan harus menciptakan sesuatu yang berguna untuk masyarakat. Hal ini dibuktikan dari hasil-hasil komposisinya yang menjadi tolak ukur permainan piano bahkan hingga generasi saat ini. “Well-Tempered Clavier” (1722-1723) merupakan salah satu karya Bach yang paling berpengaruh dan bertujuan untuk mendidik pianis-pianis muda dalam belajar musik. Karya ini terdiri dari dua jilid, masing-masing berisi 24 kumpulan prelude dan fuga dalam semua tangga nada mayor dan minor yang disusun secara berurutan dengan tujuan untuk memperkenalkan sistem penalaan. Salah satu karya Johann Sebastian yang dipilih sebagai salah satu repertoar resital ini adalah Prelude and Fugue Book II no.2, in C minor BWV 871. Prelude merupakan sebuah pembukaan yang menghantarkan menuju karya selanjutnya. Karya ini mempunyai tekstur polifoni yang diolah dengan teknik kontrapung empat suara. Tabel 2. 1 Analisis Struktural Prelude Book II No. 2, in C minor, BWV 871 Birama Keterangan 1-12 (A) Bagian prelude ini dimulai dalam tonalitas C minor. Tema utama prelude muncul di dua birama awal dan diiringi basso continuo. Motif baru diolah dengan teknik sekuen naik (birama 3-4) dan sekuen turun (birama 5-7). Tema utama 8 muncul kembali (birama 10/3) dan diakhiri dengan kadens sempurna dalam tonalitas Eb mayor (birama 12). 13-28 (B) Bagian kedua prelude ini dimulai dengan motif pendek pada suara teratas dan ornamen upper mordent. Motif pendek diolah dengan teknik sekuen turun dalam tonalitas Eb mayor. Birama 17, motif tema dikembangkan pada tonalitas F minor (subdominan) dimana intensitas prelude semakin memuncak. Pada bagian akhir, tonalitas kembali ke C minor diawali dengan duet jarak interval tiga dan diakhiri kadens sempurna. Tabel 2. 2 Analisis Struktural Fugue Book II No. 2, in C minor, BWV 871 Birama/ Keterangan ketukan 1-7/1 Tonalitas dimulai dalam C minor, dengan subjek not 1/8. Bagian pertama ini terdiri dari 3 motif subyek, 2 motif kontra subyek, dan 2 episode yang berfungsi sebagai penghubung antar motif subyek. 7-14/1 Bagian kedua diawali dengan ansambel 2 suara dengan subjek. Muncul 4 subjek dalam section ini, yang akan berakhir di F minor. 14-23/3 Pada bagian ketiga terdapat 11 motif subyek yang dikembangkan dengan teknik augmentasi (pelebaran harga nada), inversi, dan stretto (desakan antar tema yang saling bersusulan). Bagian ini diakhiri dengan episode dengan kadens sempurna dalam tonalitas C minor. 23/4-28 Motif subyek di bagian keempat diolah dengan menggunakan teknik stretto. Fuga ini diakhiri dengan episode pendek pada birama 27-28. 9 B. Periode Klasik 1. Sekilas mengenai Periode Klasik Kebanyakan masyarakat umum mengartikan musik klasik sebagai suatu jenis musik tertentu. Tetapi pada pembahasan yang lebih mendalam, musik klasik merupakan sebuah pengelompokan genre musik secara periodik. Periode Klasik berlangsung antara kurun waktu 1750-1820. Karya musik instrumental periode ini berkembang pesat mulai dari sonata, simfoni, konserto, kuartet gesek, opera buffa, dan trio piano. Karakter utama yang menjadi ciri khas periode Klasik adalah kesederhanaan yang didesain untuk masyarakat umum. Musik periode ini memiliki bentuk yang simetris, format yang jelas (seperti sonata form), melodi yang mudah diingat, tekstur homofoni, penggunaan tempo yang konstan, dan harmoni sederhana. Penggunaan tanda dinamika, seperti crescendo dan diminuendo, bertujuan untuk memberikan kontras dalam setiap bagian lagu serta menciptakan karya musik yang ekspresif dan natural. 2. Biografi Ludwig van Beethoven dan Analisis Struktural Sonata in Fsharp major, Op. 78 No. 24 Beethoven adalah seorang komponis Jerman pada abad ke-19. Ia lahir di Bonn pada 16 Desember 1770 dengan latar belakang kebangsaan VlamBelanda. Sejak dini, Beethoven sangat megidolakan Mozart12. Selain itu, ayahnya selalu menuntut agar ia dapat menjadi sukses dan terkenal seperti Mozart. Ayahnya merupakan pribadi yang keras dan semena-mena. Sejak kecil, Beethoven selalu dididik dengan kekerasan. Karier mudanya dimulai di kota Bonn sebagai pemain biola, harpsikord, dan organ. Selain itu, ia juga menjadi pemain harpsikord di istana. Beethoven diutus oleh istana untuk belajar musik dengan Albrechtsberger yang menjadi awal kariernya sebagai komposer. 6 Patrick Castillo, dalam “Ludwig Van Beethoven” (The Saint Paul Chamber Orchestra), 15 Oktober 2015, thespco.org 10 Pada 1787, Beethoven mendapat kesempatan untuk pergi ke Wina untuk belajar dengan Mozart selama dua minggu. Setelah itu, ia harus kembali ke Bonn karena mendapat berita bahwa ibunya meninggal. Karena Beethoven dekat dengan ibunya, ia mengalami depresi sejak ibunya tiada. Sedangkan ayahnya, Johann van Beethoven, tidak bisa lepas dari kebiasaan buruknya yaitu alkoholik. Oleh karena itu, Beethoven sebagai anak tertua harus bekerja untuk memenuhi segala kebutuhan hidup sang ayah dan saudara-saudaranya. Berdasarkan gaya bermusiknya, kehidupan bermusik Beethoven dibagi menjadi tiga periode yaitu periode awal, tengah, dan akhir. Periode awal Beethoven berlangsung di Vienna dimana ia belajar teknik komposisi dengan Mozart dan Haydn untuk meniti karir menjadi pianis dan komposer. Beethoven mempunyai karakter yang unik, dengan permainannya yang sangat brilian dan energi yang berlimpah Beethoven dikenal sebagai legenda dari Vienna. Pada periode pertengahan, Beethoven aktif membuat karya dalam bentuk simfoni, konserto, kuartet gesek, dan sonata. Dalam membuat komposisi, Beethoven tidak suka dibatasi deadline dan selalu berkata pada dirinya “berpikir dan berpikir” kemudian merevisi dan menyempurnakan kembali karyanya hingga ia puas dengan hasilnya.13 Meskipun kemampuan Beethoven diatas rata-rata, sikapnya sangat objektif dan tidak arogan. Ia masih belajar dibawah bimbingan Haydn. Sebagai seorang guru yang memiliki murid legendaris, Haydn merasa tersaingi secara pribadi. Istilah persaingan antara mereka berdua kerap disebut “unspoken spirit of competition”.14 Pada periode ini, Beethoven mulai kehilangan pendengarannya. Tahun 1815 merupakan titik damai dan kemakmuran bagi Beethoven dimana pada periode akhir hidupnya karya-karya Beethoven sering dimainkan secara rutin di Vienna. Akan tetapi, kemampuan pendengaran 13 Donald J. Grout dan Claude V. Palisca. “A History Of Western Music, sixth edition (New York : W.W Norton & Company, Inc., 2001) , 522. 14 Castillo, thespco.org 11 Beethoven menjadi semakin parah. Hal ini membuatnya kehilangan komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya sehingga ia menjadi sangat sensitif dan emosional. Selain itu, kondisi tersebut makin diperparah oleh persoalan keluarga, kesehatan, dan patah hati. Karakter musik pada periode akhir hidupnya menjadi meditatif, introspektif dan penuh kedamaian. Pada periode ini, ia membuat simfoni terakhirnya no.9 yang dikenal dengan judul “Ode To Joy”. Karya ini merefleksikan cinta abadi Tuhan kepada umat manusia. Beethoven meninggal dalam komplikasi penyakit kolera, sakit kuning, radang paru-paru, tuli, rabun, dan busung air. Beethoven wafat di Wina pada 26 Maret 1827. Salah satu karya Ludwig van Beethoven yang dipilih sebagai repertoar resital ini adalah Sonata in F-sharp major, Op. 78 No. 24. Karya ini merupakan komposisi sonata pada periode pertengahan (1809-1810)15. Sonata ini merupakan komposisi yang menarik. Karena hanya terdiri dari dua gerakan dan tidak sepopuler karya sonata lain seperti Moonlight sonata, Appasionata, dan Pathetique. Selain itu, sonata ini mengeksplorasi sisi lain Beethoven yang berkepribadian lembut, manis, dan penuh damai. 15 F.E. Kirby, “Music For Piano: A Short History” (New Jersey: Amadeus Press, LLC, 1995), 116. 12 Tabel 2. 3 Analisis Struktural Introduksi Sonata in F-sharp major, Op. 78 No. 24 Birama 1-4 Keterangan Bagian Introduksi dimulai dengan tonalitas F# mayor. Introduksi ini dengan tenang dan ramah mengenalkan sekaligus memberi jalan untuk memasuki movement 1 sonata ini. Diawali dengan melodi berbentuk akor blok dadan pedal point di F# yang memberi kesan damai, tenang, dan manis. Tabel 2.4. Analisis Struktural Sonata in F-sharp major, Op. 78 No. 24, 1st movement Birama Keterangan 5-38/3 (A) Bagian pertama dimulai dengan tonalitas F# mayor. Eksposisi Terdapat dua tema, yaitu tema utama yang berbentuk melodis, disambung dengan pergerakan akor blok dengan kedua tangan yang menghantarkan lagu menuju tema kedua, dengan dimodulasi ke C# mayor. Tema kedua ini berbentuk not 1/16 dengan progresi diminished, yang menimbulkan suasana resah. Bagian eksposisi ini ditutup dengan codetta pergerakan not 1/16 oleh tangan kiri, dan akor blok oleh tangan kanan. 38/4-56/3 (B) Bagian pengembangan menggunakan tonalitas F# Pengembangan minor, yang merupakan parallel minor dari tonalitas awal. Terdapat potongan tema utama yang telah dimodifikasi. Selain itu, muncul motif baru dalam not 1/16 yang berulang, bersamaan dengan motif dotted quaver pada tangan kiri. Bagian ini diakhiri dengan pergerakan tangga nada bentuk sekuen oleh dua tangan. 56/4-105 (C) Tonalitas kembali ke F# mayor. Terjadi modulasi ke E Rekapitulasi mayor pada pertengahan munculnya tema utama. 13 Struktur bagian rekapitulasi ini sama dengan Eksposisi, hanya menggunakan tonalitas yang berbeda. Bagian ini ditutup coda dengan pergerakan not 1/16 oleh tangan kiri, dan akor blok oleh tangan kanan. Tabel 2.5. Analisis Struktural Sonata in F-sharp major, Op. 78 No. 24, 2nd movement Birama Keterangan 1-56 (A) Gerakan kedua berbentuk sonata rondo16 yang diawali dengan tonalitas C# mayor. Semua tema utama muncul dengan repetisi, kemudian disambung pergerakan not 1/16 berbentuk sekuen naik dan turun, semuanya menggunakan interval second. Bentuk ini akan muncul di semua bagian A, dengan tonal lain dan sedikit modifikasi. 57-88 (B) Tonalitas bagian B dimulai dalam D# mayor. Pada bagian ini, terdapat tema kedua yang berbentuk arpeggio. Terdapat bentuk “tanya jawab” yang disusun dalam bentuk arpeggio D# mayor dan akor diminished. Kemudian dilanjut dengan bentuk “tanya jawab” antara harmoni tonal (D# mayor) dan dominant nya (A# mayor). 89-119 (A‟) Bagian ini, struktur lagu sama dengan A. Dimulai dengan tonalitas F# mayor dengan beberapa modulasi sementara. 120-149 (B‟) Bagian ini, struktur lagu sama dengan B. Dimulai dengan tonalitas F# mayor. Terdapat tema kedua yang berbentuk arpeggio. Bentuk “tanya jawab” disusun 16 Rondo adalah istilah yang mengacu pada bentuk komposisi di mana bagian pertama berulang setelah bagian kedua dilakukan dalam form A-B-A atau A-B-A-B-A atau A-B-A-C-A. Bentuk ini sering ditemukan dalam komposisi era Barok & Klasik. 14 dalam bentuk arpeggio F# mayor dan F# minor. Kemudian dilanjut dengan bentuk “tanya jawab” antara harmoni tonal (F# mayor) dan dominant nya (C# mayor). 150-183 (A‟‟) Tonalitas kembali ke F# mayor. Tema utama muncul kembali dengan modifikasi polifoni, dimana kedua tangan memiliki peranan yang sama. Karya ini diakhiri dengan coda dalam akor dominant berbentuk arpeggio yang dilanjutkan dengan tema penutup dalam F# mayor. B. Periode Romantik 1. Sekilas mengenai Periode Romantik Kata “romantik” sebenarnya berasal dari sastra pada abad-18. Sejak awal abad-19 dipakai secara umum tanpa diberi arti dan batas yang jelas, apakah yang dimaksudkan suatu gaya, suatu teknik, bentuk-bentuk tertentu, ataukah hanya suatu sikap saja, terutama dalam kesenian.17 Periode Romantik berlangsung sekitar tahun 1770-1900an. Ludwig van Beethoven (1770-1827) adalah salah satu komponis yang punya peranan penting dalam perkembangan musik menuju ke periode romantik. Setelah Beethoven, komposer memusatkan perhatian musiknya pada ekspresi & perasaan yang intens di dalam musiknya. Ekspresi dari emosi jiwa ini, adalah sebuah fokus seni yang mengarah pada doktrin “Romantik”. Munculnya periode Romantik juga dipengaruhi oleh adanya perkembangan dalam aspek kesenian lainnya. Dalam bidang lukis, Friederich, Delacroix, dan Goya. Dalam bidang literatur, Edgar Allan Poe, serta karya-karya puisi, cerita rakyat, dan lain-lain. Di dalam musik abad 19, hal ini merupakan sebuah kreasi & evolusi dalam genre baru. Untuk sumber inspirasi, para komposer membuat 17 Karl Edmund Prier, “Sejarah Musik Jilid 2”, (Yogyakarta : Pusat Musik Liturgi, 1993),86 15 musiknya seakan terlihat visual, menjadi sebuah puisi, drama, literatur, dan alam. Komposer masih menggunakan format klasik, yakni “sonata form” dan simfoni sebagai titik awal. Kemudian para komposer mulai menuangkan idenya ke dalam gaya melodi baru, harmoni yang kaya dan penggunaan beberapa unsur dissonant yang bertujuan untuk membuat para pendengar menjadi terharu dibandingkan dengan memahami struktural musikalnya. Musik Romantik memiliki melodi yang lebih emosional, rentang nada yang lebar, dan juga ritme maupun frase yang tidak beraturan yang bertujuan untuk menunjukkan sisi spontanitas. Tempo rubato, yang secara harafiah berarti „mencuri waktu‟ banyak digunakan pada musik Romantik untuk memunculkan ekspresi individual. Musik Romantik diharap dapat mengungkapkan sikap batin, perasaan, dan jiwa manusia. Karya seninya menjadi subyektif dan mengikuti gerakan hati tiap individu. 2. Biografi Johannes Brahms dan Analisis Struktural Ballade in G minor, Op.118 No.3 Johannes Brahms adalah komponis asal Jerman pada awal abad ke-19. Lahir di Hamburg, Jerman, pada 7 Mei 1833. Musik diperkenalkan ke hidupnya pada usia dini. Brahms muda mulai bermain piano pada usia 7 tahun. Brahms harus berkontribusi terhadap pendapatan keluarga dengan bermain piano di tempat dansa, penginapan lokal, dan sepanjang dermaga kota untuk meringankan kondisi keuangan keluarganya. Brahms mengaitkan Romantik dengan Klasik maupun dengan teknik komposisi abad 17-18. Maka karya Brahms berdiri diatas dasar kokoh. Angin Romantik yang dimainkan pada cabang, tidak dapat menggoyangkan batangnya.18 Ia berpegang pada bentuk klasik tetapi juga keterikatan dari bagian-bagian pada suatu aturan. Karya musik piano Brahms mencari 18 Gerhard Nestler, “Geschicte der Musik” (Piper : Schott Music, 1997), 476 16 keseimbangan antara keteraturan Klasik dengan ekspresi Romantik, hasilnya adalah suatu ungkapan melankolis. Komposer Romantik Awal yang berpengaruh besar pada Brahms adalah Robert Schumann. Tanpa jasa Schumann, Brahms tidak akan bisa menjadi komposer yang dikenal sekarang. Brahms memiliki konflik percintaan yang rumit dalam hidupnya. Ia menyukai Clara yang merupakan istri dari Robert Schumann, sahabat dan guru Brahms. Mereka memiliki hubungan yang sangat dekat dan seumur hidup, namun merupakan hubungan yang tidak wajar. Mereka memiliki kasih sayang yang besar tetapi juga menghormati satu sama lain. Brahms merasakan tekanan yang berat dalam dirinya. Antara mencintai Clara, menghormati Clara dan Robert, yang menyebabkan ia berpikiran untuk bunuh diri. Tidak lama setelah Robert meninggal, Brahms memutuskan ia harus melepaskan diri dari rumah tangga Schumann. Ia mengambil cuti, meninggalkan Clara dengan perasaan sakit hati. Tapi Brahms dan Clara terus menjalin komunikasi. Keras kepala dan tak kenal kompromi, Brahms juga dikenal kasar dan sarkastik dengan orang dewasa. Dengan anak-anak, ia menunjukkan sisi lembut, sering membagi-bagikan permen kepada anak-anak yang ia temui di lingkungan di Wina. Dia juga menikmati alam dan sering pergi untuk berjalan-jalan di hutan. Musiknya sejak 1860, terjual dengan baik. Seorang Brahms, jauh dari kehidupan yang mewah. Ia hidup hemat di apartemen sederhana yang berantakan, dengan kertas musik dan buku, dan pembantu rumah tangga tunggal yang membersihkan rumah dan memasak untuknya. Brahms juga suka membagi sejumlah uang kepada temannya dan membantu siswanya, namun ia merahasiakannya. Klavierstucke, Op.118, adalah kumpulan 6 karya dari Brahms untuk piano solo. Karyanya selesai pada 1893 dan didedikasikan untuk Clara Schumann. Op. 118 ini secara keseluruhan lebih introspektif dari karya piano sebelumnya, yang cenderung lebih virtuoso dalam karakter. Format 17 karya ini berbentuk a b a‟ dalam A B A‟, yang menunjukkan bahwa Brahms masih berbasis pada aturan klasik dan pola bentuk yang ketat. Berikut analisis struktural dari Ballade in G minor, Op.118 no.3 Tabel 2.6. Analisis Struktural Ballade in G minor, Op. 118 No. 3 Birama Keterangan 1-40 Diawali tonalitas G minor, dengan melodi block chord (Eksposisi) dan dinamika forte. Terjadi kontras ke dinamika piano saat harmoni beralih ke Eb mayor. Intensitas lagu semakin meningkat, hingga kembali ke G minor. 41-76 Terjadi modulasi di B mayor. Merupakan bagian yang (Pengembangan) sangat ekspresif, dengan dinamik pianissimo dan menunjukkan sensitivitas dari Brahms. 77-117 Merupakan pengulangan yang sama dengan bagian A. (Rekapitulasi) Diakhiri dengan tonalitas G minor, yang menghilang perlahan-lahan. 3. Biografi Franz Liszt dan Analisis Struktural Un Sospiro Franz Liszt adalah salah satu komponis besar Austria pada awal abad ke-19, yang lahir pada 1811. Bakatnya dalam bidang musik begitu besar hingga pada usia 9 tahun, ia mementaskan dua konser piano. Liszt belajar piano dengan Carl Czerny di Wina, dimana ia juga bermain piano di hadapan Beethoven. Pada 1823, ia menetap di Paris, dan menyukai gaya romantik Perancis; bersahabat dengan Hugo, Balzac, Berlioz, Chopin, Bellini, Meyerbeer, dan lain lain. Pada 1823, ia tertarik dengan musik Paganini, maka timbul keinginan untuk mengatasi gaya brilian dengan gaya virtuos, yang lebih mengabdi pada ungkapan perasaan. Karena Liszt mulai dikagumi sebagai piano virtuos, maka pada 1838-1848 ia berkeliling di seluruh Eropa (Jerman, Hungaria, Rusia). 18 Franz Liszt memiliki peranan penting sebagai penghantar dalam sejarah musik abad- 19, karena karya musik Liszt turut ambil bagian dalam aspek seni, politik, filsafat, dan agama. Harmonik, melodik, politonalitas dan harmonik kuart bersifat sangat revolusioner dan mempersiapkan gaya musik abad 20.19 Reputasi Liszt semakin memuncak, bukan hanya karena permainan pianonya yang virtuos, tetapi karena tingkat kepeduliannya yang tinggi terhadap kehidupan di sekitarnya. Ia banyak memberikan hasil konsernya untuk kepentingan amal dan kemanusiaan. Mendekati akhir hidupnya, Liszt mulai kehilangan tenaga dan penglihatannya, sehingga ia jarang muncul di depan umum. Ia meninggal akibat pneumonia pada 31 Juli 1886 dan jenazahnya dimakamkan di Bayreuth. Salah satu karya Franz Liszt yang dipilih sebagai salah satu repertoar resital ini adalah Un Sospiro, yang berarti hembusan nafas. Karya ini merupakan sebuah etude dengan bentuk tema dan variasi. Terdapat 7 variasi yang disusun menggunakan teknik kompositoris yang beragam. Berikut analisis struktural dari Un Sospiro. Tabel 2.7. Analisis Struktural Un Sospiro Birama Keterangan 1-12 Tonalitas dimulai dalam Db mayor, dimana tangan kanan Tema dan kiri sama-sama memainkan melodi dan iringan secara bergantian, dengan menyilangkan tangan. Iringan berpola arpeggio, sedangkan melodi berpola not single. 13-20 Terjadi pengembangan melodi menjadi bentuk oktaf. Masih Variasi I memainkan pola melodi dan iringan yang sama dengan tema. Terdapat jembatan yang akan menghantarkan ke tonalitas A mayor. 19 D. Altenburg, Fr.Liszt, dalam “Honegger-Massenkeil” jilid 5, 133-134. 19 21-28 Tonalitas di A mayor. Pada bagian ini, bentuknya adalah Variasi II melodi dengan iringan. Melodi akan muncul di register bawah dan atas, sehingga menghantarkan lagu pada klimaks. 29-36 Merupakan bagian yang virtuos, modulasi ke F mayor. Variasi III Tangan kanan memainkan teknik arpeggio, sedangkan tangan kiri memainkan melodi oktaf. Diakhiri dengan cadenza kromatis yang berbentuk repetisi pada register yang berbeda. 37-51 Variasi IV Tonalitas G# mayor. Bentuk melodi dan iringan sama dengan tema awal, tetapi dengan melodi jarak 3. Dilanjutkan dengan permainan teknik arpeggio diminished oleh kedua tangan, dan ditutup oleh cadenza pendek berbentuk scales. 52-60 Variasi V kembali dalam tonalitas Db mayor. Kedua tangan Variasi V sama-sama mempunyai peranan dalam melodi dan iringan, semua melodi terletak pada ibu jari. 61-75 Variasi VI Variasi VI bentuknya sama dengan variasi IV, dengan melodi jarak 3, kemudian ditutup dengan block chords yang mengakhiri lagu. 4. Biografi Sergei Rachmaninoff serta analisis struktural Prelude in Gsharp minor, Op. 32 No. 12 Lahir pada 1 April, 1873, di Semyonovo, Rusia, Sergei Rachmaninoff adalah seorang mahasiswa Konservatorium di St. Petersburg sebelum memulai karir sebagai komposer dalam era romantik. Dikenal sebagai pianis, beberapa karyanya yang paling terkenal adalah Prelude in C# minor dan simfoni The Isle of the Dead. Rachmaninoff meninggal pada 28 Maret 1943, di Beverly Hills, California. Rachmaninoff dianggap sebagai salah satu pianis terbaik sepanjang masa dan, sebagai komposer, salah satu wakil besar dari romantik akhir dalam musik klasik Rusia. Ia juga memiliki hadiah fisik yang sangat menguntungkan sebagai seorang pianis. Hadiah ini adalah badan yang tinggi 20 dan tangan yang sangat besar, dengan peregangan jari sangat lebar ( ia bisa memainkan akor C Eb G C G dengan tangan kiri, secara bersamaan).20 Pengaruh awal dari Tchaikovsky, Rimsky-Korsakov, dan komposer Rusia lainnya memberi jalan untuk gaya pribadinya. Lagu yang bermelodi sangat ekspresif dan menggunakan warna orkestrasi yang kaya. Piano sangat menonjol dalam output komposisi Rachmaninoff, dan untuk mengasah keterampilan sebagai seorang pemain piano, ia menjelajahi segala kemungkinan ekspresif maupun teknikal dari instrumen. Meski sosok Rachmaninoff terkenal dingin, cuek, dan tempramen, ia berhasil menunjukkan bahwa pandangan tersebut salah. Pada saat kematian Alexander Scriabin pada 1915, ia membuat tur konser, dan hanya untuk memainkan musik Scriabin. Ketika ia diminta untuk memainkan beberapa musiknya sendiri, ia menjawab: "Hanya Scriabin malam ini". Dari sini terlihat sosok Rachmaninoff yang peduli dan tulus mengasihi sahabatnya. Prelude ini tidak memiliki cerita khusus, walau kemunculannya pada periode romantik. Karena Rachmaninoff sendiri membuat kumpulan 24 preludes dengan tujuan mengekspos seluruh tangga nada mayor dan minor, sama seperti yang dilakukan Bach dan Chopin. Berikut analisis struktural dari Prelude in G-sharp minor Op.32 no.12. Tabel 2.8. Analisis Struktural Prelude in G-sharp minor, Op. 32 No. 12 Birama Keterangan 1-15 (A) Introduksi berupa iringan broken chord, sepanjang dua birama. Muncul tema utama pada melodi tangan kiri. Terdapat beberapa not asing namun diselesaikan dalam harmoni konsonan. 16-23 (B) Muncul tema kedua, pola ritme yang sama diulang dalam sekuens dan disambung oleh melodi pada tangan kanan. 24-35 (C) Melodi dimulai 20 tangan kiri, dimainkan dengan D.A.B Young. “Rachmaninov and Marfan’s Syndrome” (British Medical Journal 293, 1986, 1624–1626 21 penahanan, sementara iringannya berupa broken chord yang cepat. Pada bagian ini, muncul klimaks pada birama 31 kemudian disusul transisi menuju tema utama. 36-47 (D) Tema utama muncul namun dalam register rendah, dimainkan oleh tangan kiri. Terdapat transfer melodi ke tangan kanan sebelum berakhir dengan perdendo. C. Periode Modern (Abad- 20) 1. Sekilas mengenai Periode Modern (Abad-20) Perkembangan musik pada abad-20 adalah periode musik dimana para komposer melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan lama yang berlaku pada periode sebelumnya. 1900-1914 merupakan periode peralihan dalam mengakhiri aturan musikal umum sejak periode Renaissans. Penghilangan tonalitas dalam musik, pengaruh musik etnis, dan perubahan situasi sosial masyarakat menghasilkan perkembangan yang bebas di bidang seni. Kebebasan ini membuat para komponis berani mengeksplorasi segala jenis musik yang ada. Akan tetapi, prinsip-prinsip dasar dari tonalitas, terutama struktur umum, ritme, dan penggunaan tema utama, masih dipertahankan. Karakteristik musik Modern antara lain: ritme yang bebas, penggunaan sinkopasi, harmoni disonan, tidak memiliki tonalitas, tanda sukat yang berubah-ubah, dan perubahan mood yang drastis. 2. Biografi York Bowen serta analisis struktural Toccata Op.155 Edwin York Bowen (22 Februari 1884 - 23 November 1961) adalah seorang komponis dan pianis Inggris. Karir musik Bowen ditempuh lebih dari 50 tahun, dan telah menulis lebih dari 160 karya. Selain menjadi seorang pianis dan komposer, Bowen adalah konduktor, organis, dan biolis. Meskipun mencapai kesuksesan besar selama hidupnya, banyak dari karya-karyanya tetap tidak diterbitkan dan tidak ditampilkan sampai setelah 22 kematiannya pada 1961. Gaya komposisi Bowen secara luas dianggap sebagai 'Romantis' dan karya-karyanya sering ditandai dengan bahasa harmonik yang kaya. Bowen mulai belajar piano dan harmoni dengan ibunya pada usia dini. Karena bakatnya, ia melanjutkan studi di North Metropolitan College of Music. Ia kemudian melanjutkan studi di Blackheath Conservatoire of Music. Pada 1898, Bowen memperoleh beasiswa Erard di Royal Academy of Music. Ia belajar di sana sampai 1905, belajar komposisi dengan Frederick Corder dan instrumen piano dengan Tobias Matthay. Komposisi Bowen masing menampilkan 'campuran Romantisme dan individualisme yang kuat' yang unik.21 Meskipun dipengaruhi oleh Rachmaninoff, Chopin, Grieg dan Tchaikovsky, musik Bowen sangat ditentukan oleh tekstur dan harmoni yang khas. Karirnya dalam musik membentang lebih dari 50 tahun, tetapi gaya komposisinya hampir tidak berubah dan ia terus menggunakan sistem kunci diatonis dengan menggunakan harmoni kromatik sepanjang hidupnya.22 Berikut analisis struktural dari Toccata Op.155. Tabel 2.9. Analisis Struktural Toccata Op. 155 Birama Keterangan 1-19 (A) Dimulai dengan tema utama fortississimo di A minor, dilanjutkan dengan berbagai permainan ritmik dan kromatis. Kedua tangan sama-sama berperan memainkan melodi. 20-41 (B) Muncul tema utama dalam Eb minor, disambung pergerakan arpeggio yang dikombinasi dengan poliritme. Pada bagian ini, peran melodi diambil alih tangan kiri, dengan berbagai pengembangan iringan. 42-64 (C) Muncul tema dalam E mayor, diiringi arpeggio panjang. 21 Chia-Ling Hsieh, “An analytical study of York Bowen’s Twenty-Four Preludes in all Major and Minor Keys”, Op. 102 . 22 Beecham dan Gwilym, “'Music of York Bowen” (A Preliminary Catalogue, Musical Opinion 1984), 315. 23 Banyak muncul aspek dissonant dan teknik sekuens. 65-87 (D) Merupakan bagian tanpa tema, mengekspos bentuk baru. dalam E mayor, melodi ditonjolkan di tangan kiri dan masih banyak unsur dissonant dan staccato. 88-120 Merupakan bagian tanpa tema, bentuk iringan di tangan kiri, (E) tangan kanan memainkan melodi oktaf, baik di register tinggi maupun rendah. 121-138 Muncul tema sinkopasi dalam E mayor, dengan harmoni (F) diminished, dan hiasan kromatis, untuk menghantarkan lagu kembali ke tema utama. 139-178 Kembali ke tema utama yang bentuknya variatif, fortississimo (IIA) di A minor, dilanjutkan dengan berbagai permainan ritmik dan kromatis. 179-201 Muncul tema dengan harmoni yang aneh (terdengar seperti (IIB) harmoni Tristan-Wagner)23, dilanjut permainan ritmis yang menunjukkan karakter utama toccata. 202-223 Tema terakhir divariasi, kembali ke tonal dalam A minor, (IIC) dilanjut dengan banyak titik klimaks, sampai pergerakan akor parallel sebagai klimaks paling akhir, dan mengakhiri lagu dengan not A1. 23 Harmoni Tristan-Wagner terdiri dari komponen root – augmented 4th ( tritone ) augmented 6th – augmented 9th 24 D. Komposisi Karya Komponis Indonesia 1. Sekilas mengenai komposisi karya komponis Indonesia Musik di Indonesia terus mengalami perkembangan setelah 1945 hingga saat ini. Komponis Indonesia mengembangkan suatu jenis musik dengan dasar idiom musik Barat. Penempatan bahasa musik Barat di Indonesia dikemas dalam bentuk lagu-lagu nasional dan sistem pendidikan. Beberapa komponis tersebut adalah Ismail Marzuki, Jaya Suprana, Wage Rudolf Supratman, Slamet Abdul Sjukur, Trisutji Kamal, Ananda Sukarlan, Yazeed Djamin dan Amir Pasaribu. 2. Biografi Yazeed Djamin serta analisis struktural Srikandhy Yazeed Djamin Soelaiman, lahir di Jakarta, 21 Desember 1950. Ia merupakan seorang komposer dan pianis asal Indonesia yang menggunakan idiom tradisi musik Barat. Ia juga dikenal sebagai komposer untuk Orkes Kebangsaan Malaysia. Yazeed mulai belajar musik ketika berusia sembilan tahun di Yayasan Pendidikan Musik (YFM) dengan mendalami piano. Selesai YFM, Yazeed meneruskan pendidikannya di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (sekarang Institut Kesenian Jakarta) jurusan piano. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Peabody Conservatory of Music, Baltimore. Pada 1969, Yazeed telah melahirkan karya berjudul Srikandhy. Hasil karya yang lain, adalah My Home Work (1974), Musik untuk Kuningan (1976), Nyi Ronggeng (1988) dan Malin Kundang Symphonie Puisi (19931994). Pada 1995, ia memenangkan Juara 1 pada Hearts Music Festival di Sydney, Australia dengan karyanya yaitu Nyi Ronggeng. Musiknya berlandaskan tradisi Barat, mulai dari segi teknik, ekspresi, notasi, dan interpretasi. Musiknya disebut musik kontemporer (baru) yang banyak mengambil kebudayaan corak-corak Minang, Sunda, dan Bali. Sejak 1994, Yazeed diminta oleh pemerintah Malaysia untuk menjadi komposer Orkes Kebangsaan Malaysia. Selain berkarya di Indonesia dan Malaysia, Yazeed juga sering menjadi konduktor orkestra di beberapa 25 negara, yakni New Zealand (Auckland dan Wellington), dan Kansas Orchestra di Los Angeles.24 Yazeed meninggal dunia pada 9 September 2001 akibat radang otak. Sebelum meninggal, ia sempat dirawat selama tiga pekan di RS Cikini.25 Berikut analisis struktural dari Srikandhy. Tabel 2.10. Analisis Struktural Srikandhy Birama Keterangan 1-23 (A) Introduksi berupa poliritmik 3 lawan 2. Bagian ini mewakili karakter gamelan jawa yang lincah dan maskulin, dilanjut pergerakan parallel oktaf. 24-73 (B) Muncul tema feminim, berkarakter sendu dan bentuknya melodis. Bentuk yang sama diulang dengan variasi. 74-89 (C) Arah lagu kembali pada tema maskulin dan lincah, dilanjut pergerakan parallel oktaf sebagai klimaks lagu. 90-110 (D) Tema femimim muncul kembali dengan modulasi. Lagu diakhiri sangat manis dengan progresi akor mayor 7. 24 25 Profil Yazeed Djamin, 13 Mei 2016. www.tamanismailmarzuki.com Komposer Yazeed Djamin Tutup Usia, 13 Mei 2016. liputan6.com 26