Pendahuluan Musik adalah produk budaya, sebagai salah satu bagian dari produk budaya maka musik tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan dengan situasi sosial ,politik dan sejarah di mana musik itu lahir ,tumbuh dan berkembang. Selain dari itu jika kita lihat dari sudut pandang tinggi rendah ,keras pelan dan dimensi ruang (jauh dekatnya) maka musik juga berhubungan erat dengan ilmu Fisika Bunyi & Matematik . Sedangkan di dalamnya musik mempunyai aturan aturan dan sistim yang dibangun terus menerus secara turun-temurun dalam kemasan estetika nya sesuai dengan perilaku dan falsafah bangsa yang melakukannya. Mempelajari musik menurut fikiran kebanyakan orang di sini adalah berlatih memainkan instrumen secara baik dan benar .Sedangkan pemahaman masyarakat umum terhadap musik itu sendiri adalah sesuatu yang menurut mereka enak didengar ,bahkan ironisnya tidak jarang kebanyakan orang dari golongan yang sudah berpendidikan tinggi menganggap lyric atau text sebuah lagu juga menjadi bagian dari musik itu sendiri . Jika kita mau sedikit lebih jujur terhadap diri kita sendiri, ternyata begitu parahnya pemahaman kita terhadap sesuatu yang merupakan minat kita sendiri, seperti halnya yang terjadi pada musik. Kecenderungan umum yang hanya mau mendengar musik ‘pasaran’ dan tidak mau mencoba untuk memahami lebih jauh lagi persoalan itu, adalah kecenderungan mengerdilkan kemampuan diri kita sendiri dalam berfikir, dan hal itu, akan mengakibatkan kita cuma bisa menjadi peniru budaya bangsa lain saja .Sementara itu disisi lain kita akan berhadapan terus menerus dengan bangsa-bangsa lain yang terusmenerus belajar dan senantiasa meluaskan cakrawala pengetahuannya melalui sejarah peradabannya sendiri dan sejarah peradaban berbagai bangsa lainnya .Sebagai contoh bisa kita lihat betapa banyaknya orang orang asing (baik seniman ataupun bukan) yang belajar keseniankesenian tradisional Indonesia ,dan juga bisa kita lihat ada banyak kelompok gamelan di luar Indonesia yang ada di seluruh dunia. Selain itu, ada pula banyak buku buku tentang Musik Tradisi & kesenian Indonesia yang ditulis dalam bahasa asing. Tidakkah betul demikian adanya? Sejauh ini, banyak kawan-kawan saya yang datang bukan hanya untuk belajar ketrampilan bermain Gamelan , namun mereka mempelajari pula budaya serta falsafah masyarakat Jawa .Contoh lainnya lagi, pernah seorang kawan dari Italy menceritakan tentang koleganya—yang juga asli Italy dan idak pernah keluar negeri—ternyata sudah pernah belajar Tabla; hal mana, dapat pula kita lakukan di Jakarta, yakni di India Culture Center. Bahkan seorang kawan saya, Jerry Thung (seorang pelukis yang berdomisili di Jakarta) pernah membantu mendiang Pawan Kumar, seorang guru Tabla dari India, dalam penyusunan buku pelajaran Tabla yang dibuat di Jakarta. Saya pun pernah membongkar isi perpustakaan di India Culture Center untuk mengkopi sejumlah buku musik India disana . Maka muncul satu pertanyaan: Bagaimanakah sikap kita sewaktu mempelajari budaya asing atau dalam hal ini musik Barat? Sungguhkah kita mau terus menerus menjadi pecundang dan cukup jadi tukang tiru (fotokopi) saja? Tidakkah kita perlu, bahkan harus, harus bergerak maju menuju kesetaraan berfikir dengan bangsa bangsa lainnya ? Harus diakui, perkembangan Musik Industri di Indonesia dewasa ini cukup pesat, bias ditengarai dari banyaknya pemain pemain muda yang berbakat dan trampil memainkan Instrumen musiknya masing masing, akan tetapi, perkembangan dari segi genre musiknya nyaris tidak bergeser, masih sebatas selera pasar ataupun hanya meniru group idola mereka dari Barat. Sepanjang pengamatan penulis, sebenarnya lumayan banyak pemusik yang cukup memahami Teori Musik berkat buku-buku pelajaran Instrumen, di antaranya, buku pelajaran Guitar ,Bass ,Keyboard ,Piano, ataupun buku mengenai Jazz Improvisation dan lain sebagainya. Selain itu, ada juga sebagian pemain String ,Brass ,Wood Wind dan lainnya yang sempat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi Musik, seperti ISI (Jogjakarta),UPI (Bandung)IKJ & UPH (Jakarta), selain juga pemusik yang pernah belajar di luar negeri, mereka semua, sudah barang tentu pernah menimba pengetahuan dari buku, kendatipun buku-buku tersebut berbahasa asing . Di sisi lain, semakin banyak pemuda Indonesia yang antusias mempelajari musik dan bercita cita menjadi pemusik yang berkualitas, namun mereka masih memiliki keterbatasan dalam berbahasa asing , sedangkan di negeri ini tidaklah mudah mendapatkan buku musik berbahasa Indonesia yang cukup bagus. Oleh karena itulah, penulis berusaha menyelesaikan buku sederhana ini, dengan maksud, menolong para musisi pemula untuk bisa lebih mudah mempelajari ilmu musik di seantero wilayah Republik Indonesia. Sejujurnya, dengan membaca buku inipun, sidang pembaca belumlah mendapatkan seluruh pengetahuan mengenai musik, atau dengan kata lain, keberadaan buku ini tidak akan pernah cukup untuk mecetak komposer-komposer baru, namun demikian, kiranya cukuplah buku ini sebagai salahsatu pembuka cakrawala pengetahuan tentang musik itu sendiri, sebelum kita melangkah lebih jauh lagi . Suka atau tidak suka, pengetahuan apapun seyogyanya dipelajari mulai dari tahap yang paling awal, kemudian setelah tahap awal itu bisa difahami, barulah kita memasuki tahap berikutnya secara berkelanjutan. Namun demikian, adakalanya ‘pelajar’ mencoba memilih topik yang mereka sukai saja, padahal, perilaku itu hanya akan membakukan cara berfikir yang instant dan tidak matang . Hal terpenting yang harus kita sadari adalah kenyataan bahwa hanya ada satu cara untuk mencapai kematangan berfikir, yakni dengan mempelajarinya secara berurutan dan melengkapinya dengan sesuatu yang berhubungan dengan bidang yang kita pelajari. Tidak ada bedanya sewaktu mempelajari musik Polyphony(Banyak Melodi), orang harus memulainya dengan mengumpulkan musik serta score dari beberapa komposer Eropa yang hidup pada zaman Baroque, seperti J.S.Bach ,Handel, dan lain sebagainya, di samping itu, perlu juga melengkapi diri dengan mempelajarI beberapa buku tentang Counterpoint dalam bahasa apapun yang kita bisa , bahkan lebih dari itu, masih perlu dilengkapi pula dengan rekaman musik maupun score dari para komposer generasi berikutnya hingga yang sekarang. Kiranya sudilah sidang pembaca memaklumi bahwa penulis—dengan segala keterbatasan yang ada—telah berupaya menyusun buku ini sesuai dengan urutan yang sepatutnya, mulai dari awal hingga ke level (tingkat ) berikutnya. Adapun contoh contoh musik dari beberapa komposer yang tadi telah disebutkan namanya, dapat dengar & copy melalui Internet ( You Tube) .