(Shorea spp) Oleh: Muhammad Said Um

advertisement
PENGARUH TANAH LEMPUNG DENGAN METODE VAKUM TEKAN
TERHADAP RETENSI DAN KEKUATAN KAYU MERANTI
(Shorea spp)
Oleh:
Muhammad Said Umar
NIM: 130 500 055
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
PENGARUH TANAH LEMPUNG DENGAN METODE VAKUM TEKAN
TERHADAP RETENSI DAN KEKUATAN KAYU MERANTI
(Shorea spp)
Oleh:
Muhammad Said Umar
NIM: 130 500 055
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Sebutan Ahli Madya
Pada Program Diploma ,,,Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
PENGARUH TANAH LEMPUNG DENGAN METODE VAKUM TEKAN
TERHADAP RETENSI DAN KEKUATAN KAYU MERANTI
(Shorea spp)
Oleh:
Muhammad Said Umar
NIM: 130 500 055
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syara Untuk Memperoleh
Sebutan Ahli Madya
Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN PENELITIAN
Saya yang bertandatangandibawahini :
Nama
: Muhammad Said Umar
Tempat/Tanggal lahir :Samarinda, 29 januari 1989
Adalah
NIM
: 130500055
Program Studi
: Teknologi Hasil Hutan
Jurusan
: Teknologi Pertanian
Perguruan Tinggi
: Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Semester
: VI (Enam)
Alamat Rumah
: Jl.Merapi Rt.13 Kel. Tanah Merah
benar
MELAKSANAKAN
PENELITIAN
DAN
TELAH
SELESAI
MELAKSANAKAN PENELITIAN dari tanggal 28 November 2015 sampai 28
Februari 2016 dengan Judul Penelitian :
Pengaruh tanah lempung dengan metode vakum tekan terhadap retensi dan
kekuatan kayu meranti (Shorea spp)dibawah bimbingan Ir. Taman alex, MP.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk saya gunakan
sebagaimana mestinya.
Samarinda, 28 Juni 2016
Mahasiswa yang bersangkutan,
Muhammad Said Umar
NIM.130500055
KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PERTANIAN
LABORATORIUM REKAYASA PENGOLAHAN KAYU
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Kampus Sei Keledang JL. Samratulangi Kotak Pos 192 Samarinda 75131
Telp. (0541) 260680 Fax (0541) 260680
SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN
Nomor : 23 / PL.21.B -3 / VII /2016
Saya yang bertandatangan di bawah ini, Kepala Laboratorium Rekayasa
Pengolahan Kayu pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan, menerangkan
bahwa :
Nama
: Muhammad Said Umar
Tempat, Tanggal Lahir
: Samarinda, 29 Januari 1989
NIM
: 130500055
Program Studi
: Teknologi Hasil Hutan
Jurusan
: Teknologi Pertanian
Universitas/PT
: Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Semester
: VI (Enam)
Alamat Rumah
: JL. Merapi RT 13, Kel Tanah Merah,
Kec.Samarinda utar
Adalah benar melaksanaka penelitia dan telah selesai melaksanakan
penelitian terhitung dari 28 November 2015 samapi 28 Febuari 2016. Judul
DENGAN METODE VAKUM
TEKAN TERHADAP RETENSI DAN KEKUATAN KAYU MERANTI (Shorea
spp)
ing
Suryadi. Amd.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Samarinda, 25 Juli 2016
Kepala Laboratorium
Rekayasa Pengolahan Kayu
Ir. Yusdiansyah,MP
NIP. 195912161989031002
SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN PENELITIAN
Saya yang bertandatangandibawahini :
Nama
: Muhammad Said Umar
Tempat/Tanggal lahir :Samarinda, 29 januari 1989
Adalah
NIM
: 130500055
Program Studi
: Teknologi Hasil Hutan
Jurusan
: Teknologi Pertanian
Perguruan Tinggi
: Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Semester
: VI (Enam)
Alamat Rumah
: Jl.Merapi Rt.13 Kel. Tanah Merah
benar
MELAKSANAKAN
PENELITIAN
DAN
TELAH
SELESAI
MELAKSANAKAN PENELITIAN dari tanggal 28 November 2015 sampai 28
Februari 2016 dengan Judul Penelitian :
Pengaruh tanah lempung dengan metode vakum tekan terhadap retensi dan
kekuatan kayu meranti (Shorea spp)dibawah bimbingan Ir. Taman alex, MP.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk saya gunakan
sebagaimana mestinya.
Samarinda, 28 Juni 2016
Mahasiswa yang bersangkutan,
Muhammad Said Umar
NIM.130500055
KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PERTANIAN
LABORATORIUM REKAYASA PENGOLAHAN KAYU
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
Kampus Sei Keledang JL. Samratulangi Kotak Pos 192 Samarinda 75131
Telp. (0541) 260680 Fax (0541) 260680
SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN
Nomor : 23 / PL.21.B -3 / VII /2016
Saya yang bertandatangan di bawah ini, Kepala Laboratorium Rekayasa
Pengolahan Kayu pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan, menerangkan
bahwa :
Nama
: Muhammad Said Umar
Tempat, Tanggal Lahir
: Samarinda, 29 Januari 1989
NIM
: 130500055
Program Studi
: Teknologi Hasil Hutan
Jurusan
: Teknologi Pertanian
Universitas/PT
: Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Semester
: VI (Enam)
Alamat Rumah
: JL. Merapi RT 13, Kel Tanah Merah,
Kec.Samarinda utar
Adalah benar melaksanaka penelitia dan telah selesai melaksanakan
penelitian terhitung dari 28 November 2015 samapi 28 Febuari 2016. Judul
DENGAN METODE VAKUM
TEKAN TERHADAP RETENSI DAN KEKUATAN KAYU MERANTI (Shorea
spp)
ing
Suryadi. Amd.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Samarinda, 25 Juli 2016
Kepala Laboratorium
Rekayasa Pengolahan Kayu
Ir. Yusdiansyah,MP
NIP. 195912161989031002
ABSTRAK
Muhammad Said Umar. Pengaruh Tanah Lempung Dengan Metote Vakum
Tekan Terhadap Retensi dan Kekuatan kayu meranti (shorea spp) pada
konsentrasi yang berbeda (dibawah bimbingan Taman Alex).
Penelitian ini dilatarbelakangi banyaknya bahan pengawet yang tidak
ramah lingkungan, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah uIntuk
memanfaatkan tanah lempung podsolik yang miskin hara dan tidak
menguntungkan bagi kegiatan pertanian menjadi bahan yang bernilai ekonomis
tinggi, serta menambah dari pada kekuatan dari pada kayu, selain itu
mengembangkan pengetahuan khususnya bidang ilmu pengawetan kayu tentang
manfaat tanah lempung podsolik dan kesejahteraan manusia serta dapat
memberdayakan masyarakat untuk bekerja sebagai penyedia tanah lempung
podsolik sebagai bahan pengawet kayu.
Proses penelitian diawali dengan proses persiapan bahan baku di kering
udarakan selama dua minggu kemudian kayu meranti di dipotong-potong
menjadi ukuran 2 cm x 2 cm x 40 cm sebanyak 25 sampel, dan kemudian
meyiapkan bahan pengawet partikel tanah lempung, barulalah proses vakum
tekan membuat larutan tanah lempung melarutkan partikel lempung pada
konsentrasi 2,5% partikel tanah lempung sebanyak 500 gram, air 20 liter larutan
dan Konsentrasi 5% bisa melarutkan partikel tanah lempung sebanyak 1000
gram, air 20 liter larutan. Selanjutnya dilakukan pengujian Nilai retensi dan
pengujian MoE dan MoR.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pengawetan dengan cara
vakum tekan dengan 2 konsentrasi yang berbeda di dapatkan hasil yaitu retensi
dan kekuatan kayu dapat meningkatkan dari pada kekuatan kayu meranti pada
kosentarasi 2.5 % dari kelas IV, 300-500 kg/cm² menjadi kelas kuat III, 711.01
kg/cm² dan 5% Dari kelas kuat IV, 300-500 kg/cm² menjadi kelas kuat II,729.69
kg/cm².
Kata kunci : Lempung, Vakum Tekan dan Konsentrasi.
RIWAYAT HIDUP
Muhammad Said Umar, lahir pada tanggal 29 januari 1989
di Samarinda Kalimantan Timur, merupakan anak pertama
dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bejo dan Ibu
Tumirah.
Pada tahun 1995 memulai pendidikan di Sekolah
Dasar lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Tanah Merah, Kecamatan Tanah Merah
dan memperoleh ijazah pada tahun 2006, Kemudian melanjutkan ke Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 10 Tanah Merah dan memperoleh ijazah pada tahun
2010 Dan pada tahun 2013 melanjutkan Pendidikan Perguruan Tinggi Pada
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Teknologi Hasil Hutan,
Jurusan Pertanian.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah
, karena atas berkat
Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini
disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Hasil
Hutan Non Kayu di lingkungan Program Studi Teknologi Hasil Hutan, yang
kemudian dilanjutkan dengan pengujian di Laboratorium Sifat Kayu Keteknikan
kayu dan Laboratorium Pengawetan. Penelitian dan penyusunan karya ilmiah
ini dilaksanakan dari tanggal 28 November 2015 sampai 28 Februari 2016,
yang merupakan syarat untuk menyelesaikan
tugas
akhir
di Politeknik
Pertanian Negeri samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
perhargaan kepada :
1.
Dosen pembimbing, yaitu Bapak Ir.H.Taman Alex.MP
2.
Kepala
Laboratorium
Rekayasa
Pengolahan
Kayu
Bapak
Ir.
Yusdiansah,MP
3.
Kepala Laboratorium Sifat Kayu dan Analisis Produk Bapak Ir. Wartomo,
MP.
4.
Bapak Suryadi.Amd selaku teknisi dilaboratorium Pengawetan Kayu
5.
Bapak Jembawan,S.Hut selaku teknisi dilaboratorium sifat fisik dan mekanik
kayu
6.
Dosen Penguji I Ibu Erina Hertianti , S.Hut .MP
7.
Dosen Penguji II Bapak Dr.Ir.F. Dwi Joko Priyono, MP
8.
Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan Ibu Hj. Eva Nurmarini, S.Hut.
MP.
vi
9.
Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Bapak Hamka, S.TP., MP., M.SC
10. Direktur
Politeknik
Pertanian
Negeri
Samarinda,
yaitu
Bapak
Ir.H.
Hasanudin, MP
11. Seluruh anggota keluarga atas dukungannya serta semua pihak yang tidak
disebutkan satu-persatu.
12. Terima kasih untuk Kasman dan Sahabat yang telah membantu proses
berjalannya penelitian selama ini.
Walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, penulis menyadari
masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini,
namun semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Amin
Penulis
Kampus Sei Keledang, Agustus 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
..
Halaman
iv
ABSTRAK
v
RIWAYAT HIDUP
vi
KATA PENGANTAR
..
vii
DAFTAR ISI
.
ix
DAFTAR TABEL
.
x
DAFTAR GAMBAR
xi
I.
PENDAHULUAN
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sifat bahan pengawet
B. Manfaa
C. Risalah Tanah Lempung
D. Metode Pengawetan
E. Rentensi
F. Kayu meranti
G
III.
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan tempat penelitian
B. Bahan dan alat penelitian
C. Prosedur penelitian
D. Pengolahan data
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV
.
A.
B.
6
9
10
11
11
13
14
14
.
16
16
16
18
21
22
..
.
..
...
22
23
PENUTUP
A.
B. Saran
.
25
25
25
DAFTAR PUSTAKA
...
26
LAMPIRAN
..
28
V.
Hasil
Pembahasan
..
...
..
...
..
...
..
.
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
1
Kelas kuat
2
Nilai rata rata retensi
3
Nilai rata rata perhitungan MOE dan MOR
Halaman
..................................................
9
.
23
...
23
.
30
5
...............
30
6
............
31
7
..............
31
8
...
32
Lampiran
4
Hasil pengukuran volume
9
32
10
Hasil uji MOE dan MOR konsentrasi 5%
11
Hasil uji MOE dan MOR kontrol
...
33
.
33
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh Utama
1
2
Halaman
...
Bagan alur penelitian
7
18
3
19
Lampiran
4
Proses pengeringan kayu
............................................
34
5
Sempel siap vakum
...
34
6
Pembuatan larutan
...................................................
35
7
Larutan Konsentrasi 2,5%
35
8
Larutan konsentrasi 5%
36
9
Vakum contoh uji pada larutan partikel tanah lempung
10
Contoh uji setelah vakum
11
Pengujian sampel kayu
..
36
37
...
37
?
BAB I
PENDAHULUAN
Kayu mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia terutama
untuk berbagai keperluan seperti untuk konstruksi bangunan, bahan energi dan
keperluan industri lainnya. Pilihan kayu sebagai bahan konstruksi menghendaki
pengetahuan dari sifat-sifat kayu tersebut, terutama sifat awet dan kuat secara
alami, agar dalam penggunaanya dapat bernilai ekonomis yang optimal.
Penggunaan
kayu bangunan diperlukan kayu yang memiliki sifat keawetan
tinggi. Telah diketahui bahwa mayoritas kayu di Indonesia memiliki sifat
keawetan alami dan kekuatan yang rendah, sehingga diperlukan rekayasa untuk
meningkatkan keawetan kayu. Dalam melakukan rekayasa untuk meningkatkan
kualitas keawetan kayu itulah diperlukan bahan pengawet yang ramah
lingkungan.
Teknologi pengawetan kayu untuk meningkatkan keawetan kayu adalah
suatu carauntuk merekayasa atau memberikan perlakuan pada kayu dengan
menggunakan bahan kimia agar pemakaian kayu menjadi tahan lama atau awet.
Bahan kimia yang digunakan umumnya tidak ramah lingkungan dan harganya
mahal atau tidak ekonomis. Masyarakat pedesaan di Indonesia telah lama
menggunakan tanah lempung untuk mengawetkan kayu dan bambu dengan cara
merendam kayu dalam lumpur atau tanah lempung. Tanah di Kalimantan Timur
sebagian besar termasuk dalam tanah lempung podsolik yang kurang subur
untuk tanaman. Tanah ini akan lebih bernilai ekonomis tinggi jika dimanfaatkan
sebagai bahan pengawet kayu.
Kalimantan Timur merupakan propinsi yang
termasuk dalam tipe A klasifikasi iklim Schmid dan Ferguson atau selalu basah
dan banyak terbentuk tanah podsolik serta memiliki ribuan jenis tumbuhan kayu
?
yang tumbuh diatasnya, tetapi sebagian besar akar dari tumbuhan tersebut tidak
terlalu dalam karena akar tumbuhan tidak mampu menyerap unsur hara yang
terdapat dalam tanah lempung podsolik yang telah berubah menjadi racun bagi
tanaman.Tanah yang baik atau subur tanamannya tumbuh baik, sedangkan
tanah yang tidak baik atau tidak subur tanamannya merana (Anonim, 2011).
Tanah lempung podsolik adalah tanah yang tidak baik buat tanaman.
Sementara tanah di bawah tempat tumbuh jenis kayu tersebut mayoritas dari
golongan tanah ultisol yang disebut tanah podsolik atau lempung podsolik.
Tanah lempung podsolik adalah tanah yang miskin unsur hara sehingga
disebut tanah buruk atau acrisol. Tanah lempung podsolik banyak mengandung
zatbesi, aluminum dan berlempung silikat (Mustafa, 2012). Tanah ini akan
bernilai ekonomis tinggi jika dimanfaatkan sebagai bahan pengawet kayu yang
ramah lingkungan.
Alasan utama pemilihan tanah lempung sebagai bahan
pengawet kayu karena bahan pengawet kayu yang ada di pasaran saat ini
umumnya adalah bahan pengawet yang diimpor dari luar negeri dan harganya
mahal yang tentu menjadi tidak ekonomis serta bahan kimia beracun yang tidak
ramah ilngkungan, seperti merek wolmanit CB yang mengandung komposisi
tembaga, krom dan boron ( Febrianto, dkk. 2014).
Penggunaan tanah lempung podsolik sebagai bahan pengawet kayu akan
memberikan banyak manfaat. Manfaat utama adalah manfaat secara ekonomi,
karena bahannya tersedia di wilayah Kalimantar Timur, sehingga masyarakat
dapat memanfaatkan secara mudah dan murah. Sedangkan manfaat lainnya
adalah berasal Dari bahan alami yang ramah lingkungan, digunakan sebagai
bahan pengawet yang diimpregnasi ke dalam kayu
?
Kayu telah menjadi bagian dari kehidupan manusia, karena kayu telah
banyak digunakan sebagai alat perlengkapan sehari-hari. Kayu sebagai bahan
bangunan mempunyai kelebihan di banding bahan bangunan lainnya. Tersedia
hampir di seluruh dunia yang mudah diperoleh dalam berbagai bentuk dan
ukuran, secara alami mempunyai penampilan yang sangat dekoratif, serta
beratnya relatif ringan.
Sejak ratusan tahun yang lalu kayu telah dikenal sebagai sumber
kekayaan alam yang mempunyai peran penting dalam memenuhi berbagai
kebutuhan manusia, mulai dari pembuatan meubel sampai bahan bangunan.
Disamping memiliki keunggulan kayu juga memiliki kelemahan yaitu dapat
dirusak oleh berbagai factor, diantaranya factor biologis, fisik mekanik maupun
kimia. Tetapi, dari keempat factor tersebut yang paling banyak menimbulkan
kerusakan adalah factor biologis, dimana factor biologis perusak kayu seperti
Bakteri, Serangga, Jamur, dan Binatang Laut (Marine Borer).
Suatu usaha yang dikembangkan untuk memperpanjang masa pakai
kayu atau memperbaiki faedah kayu-kayu bangunan dan berbagai produk kayu
lainnya yang digunakan pada konstruksi adalah memperlakukan kayu tersebut
dengan bahan kimia (mengawetkan). Adapun alasan manusia melakukan
pengawetan terhadap kayu, karena kayu yang memiliki kelas awet tinggi sangat
sedikit selain itu harganya juga cukup mahal. Sebaliknya kayu yang memiliki
kelas awet III sampai dengan V cukup banyak dan cara pengerjaannya lebih
mudah.
Pengawetan
dalam
kayu
sangat
diperlukan
pada
manfaatnya,
Pengawetan kayu dapat diartikan sebagai suatu cara memberi bahan pengawet
ke dalam kayu untuk mengetahui jumlah bahan pengawet yang masuk ke dalam
?
kayu yang dinyatakan dalam berat persatuan volume (kg/m 3) yang disebut
retensi dan dalamnya bahan pengawet masuk ke dal am kayu yang disebut
penetrasi. Menurut Sutrisno (1992), bahan pengawet yang dicapai dipengaruhi
oleh tipe bahan pengawet, jenis kayu yang diawetkan, cara pengawetan, dan
keadaan kayu yang akan diawetkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan bahan pengawet kayu
yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan tanah lempung podsolik yang
miskin hara dan tidak menguntungkan bagi kegiatan pertanian menjadi bahan
yang
bernilai
ekonomis
tinggi.Tujuan
lainnya
adalah
mengembangkan
pengetahuan khususnya bidang ilmu pengawetan kayu tentang manfaat alam
terutama tanah lempung podsolik bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia
serta dapat memberdayakan masyarakat untuk bekerja sebagai penyedia tanah
lempung podsolik sebagai bahan pengawet kayu.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar bahan baku kayu
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kayu meranti agar bertahan lebih lama
setelah dilakukan pengawetan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pengerjaan
kayu seperti dimanfaatkan untuk bahan -bahan bangunan ringan bawah atap
seperti meja, rak piring, tempat tidur, rak buku, industri korek api dan lainnya
serta ketahanan kayu meranti terhadap serangan organisme perusak kayu
menjadi
lebih
baik
dibandingkan
ketika
sebelum
diawetkan.Selanjutnya
penggunaan terhadap bahan pengawet yang baik dan bermutu tinggi serta
dalam penggunaan bahan pengawet hendaknya memilih bahan pengawet yang
ramah terhadap lingkungan sehingga tidak membahayakan terhadap lingkungan.
?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kekuatan Kayu
Dalam pemakaian kayu sebagai bahan baku untuk pembuatan perabot
rumah tangga maupun konstruksi bangunan,kayu akan mengalami gaya- gaya
yang berasal dari luar. Gaya-gaya dari luar yang mengenai benda tersebut bisa
menyebabkan kayu berubah bentuknya. Kemampuan kayu guna menahan
beban dari luar tersebut disebut sifat /kekuatan kayu merupakan salah satu dasar
pertimbangan dalam penggunaannya. Gaya yang mengenai kayu disebut
sebagai tegangan (stress). Menurut Brown panshin dan Forsaith (1952) gaya
dibagi menjadi tiga macam bentuk utama :
1. Gaya yang mengakibatkan pemendekan ukuran atau memperkecil volume
benda disebut sebagai gaya tekan (Compressive stress).
2. Gaya yang mempunyai kecenderungan untuk memperbeser ukuran atau
volumenya disebut gaya tarikan (tensile stress).
3. Gaya yang bias mengakibatkan satu bagian dari suatu benda tergeser
terhadap bagian yang lainnya dalam arah sejajar dengan permukaan bidang
singgung disebut aya geser (shear stress). Sedangkan kombinasi antara
ketiga macam bentuk gaya utama akan menghasilkan gaya lengkung
(bending stress)
Ketahanan suatu benda untuk dikenai gaya disebut sebagai kekuatan.
Besarnya perubahan untuk akibat dari gaya yang dikenakan disebut sebagai
regangan (strain) dan dirumuskan sebagai perubahan bentuk (deformasi). Di
bawah ini dibuat grafik hubungan antara tegangan dan regangan seperti gambar
berikut:
?
z
D
C
Beban
(Tegangan)
X = Regangan
Y = Tegangan
A = Garis Elastis
B = Batas Proporsi
C = Perubahan bentuk yang tetap
D = Muatan Maksimum
E = Patah
B
A
E
Defleksi (Regangan)
X
Gambar 1. Hubungan antara tegangan dan Regangan
Gambar 1 di atas hubungan antara tegangan yaitu sumbu y dan
regangan sumbuh x.Tegangan atau sumbuh y adalah besarnya beban yang
diberikan terhadap kayu. Sedangkan regangan atau sumbu x adalah besarnya
perubahan bentuk (deformasi/depleksi ) dari kayu akibat pembebanan. Garis
lurus pada bagian A adalah garis elastis adalah garis yang menggambarkan
bahwa jika suatu kayu yang diberi beban akan berubah bentuk, tetapi jika beban
dihilangkan kayu tersebut akan kembali lurus seperti semula,hal ini disebut
dengan sifat elastis.
Titik B adalah batas proporsi yaitu batas pembebanan kayu dimana kalau
kayu terus diberi tegangan akan berubah bentuk,walau beban dihilangkan kayu
tidak akan kembali lurus lagi. Bagian C adalah besarnya perubahan bentuk
(deformasi/defleksi) akibat pembebanan. Bagian D adalah beban maksimum di
mana kayu mengelami retak dan jarum penunjuk beban kembali ke titik nol dan
?
kayu sudah patah. Resilience adalah besarnya usaha yang dilakukan terhadap
suatu benda untuk mengubah bentuknya. Dalam batas proporsi resilience
merupakan tenaga potensial yang tersimpan dalam benda itu dan merupakan
besarnya usaha yang dapat dilakukan benda itu jika muatan dihilangkan.
Benda yang tidak elastis bersifat kayu (plastis) seperti halnya kayu
sendiri, dan akan mudah patah apabila tiba-tiba diberi muatan. Bekas daerah
patahannya kelihatan bersih tanpa serabut kayu yang tertinggal, dan kayu
demikian dikatakan bersifat getas (brash). Untuk kayu yang getas pada gambar
diatas kurvanya tiba-tiba putus, sedangkan untuk kayu yang keras gambar garis
kurvanya turun sedikit-sedikit. Keuletan (toughness) adalah kemampuan suatu
benda untuk melawan deformasi dan mempertahankan bentuk serta ukuran
semula bila dikenai muatan atau beban .
Menurut Panshin dan de Zeeuw (1980), kekuatan kayu akan sejalan
dengan berat jenisnya atau dengan pengertian bahwa semakin tinggi berat
jenisnya atau dengan pengertian bahwa semakin tinggi berat jenis kayu semakin
tingi pula nilai sifat kekuatan. Hubungan antara berat jenis
kayu dengan
kekuatan lengkung dan kekuatan tekan sejajar serat mutlak di sajikan pada Tabel
1.
Tabel 1.Kelas Kuat di Indonesia
Kelas kuat
Berat Jenis
I
0,90 keatas
II
0,60 - 0,90
III
0,40 - 0,60
IV
0,30 - 0,40
V
0,30 kebawah
Sumber:Anonim (1976)
Keteguhan
lengkung
Mutlak(Kg/cm2)
1100
725 - 1100
500 - 725
300 - 500
300
Keteguhan tekan
mutlak(Kg/cm2)
650
425 - 650
300 - 425
215 - 300
215
?
B. Sifat Bahan Pengawet
Suatu hal yang umum diketahui ialah bahwa jenis bahan pengawet yang
dipakai mungkin mempunyai pengaruh yang nyata pada kemudahan dan
kesempurnaan dalam impregnasi kayu. Dalam kondisi perlakuan yang sama
peresapan dan absorbsi yang lebih baik biasanya diperoleh denga n garamgaram larut air daripada dengan bahan pengawet minyak dan kreosot murni
umumnya memberikan hasil yang lebih baik dari pada campuran-campuran
kreosot. Selanjutnya dalam campuran-campuran kreosot ini ketahanan terhadap
peresapan ternyata naik jika bagian ter, batu bara atau petroleum (Alex, 2002).
keragaman absorbsi dan peresapan yang diperoleh dengan berbagai tipe
bahan pengawet mungkin sebagian besar ditentukan oleh perbedaan-perbedaan
viskositas cairan, meskipun kenyataan bahwa larutan-larutan dalam air diresap
oleh dinding sel, sedangkan minyak pengawet tidak dapat membantu
menerangkan kelebihan peresapan-peresapan yang diperoleh dengan klorida
seng dan bahan-bahan pengawet larut air lainnya (Alex, 2002).
C. Manfaat Pengawetan
Dengan jalan melaksanakan pengawetan dapat diperoleh beberapa
keuntungan (Alex, 2002), antara lain :
1. Jenis kayu kurang awet yang tadinya tidak atau kurang dipakai menjadi
dapat dipergunakan dengan baik, hal mana berarti penggunaan sumber
alam secara efisien.
2. Karena kayu yang diawetkan itu berumur lebih panjang dibandingkan
dengan yang tidak diawetkan, maka hal ini berarti penghematan yang lebih
baik sekali.
?
3. Dapat menggantikan jenis kayu yang bernilai ekspor seperti jati untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga demikian membantu Negara
untuk mempertinggi penghasilan devisa untuk pembangunan.
4. Dengan berdirinya industri pengawetan kayu sedikit banyak berarti pula
bertambahnya kesempatan kerja untuk rakyat, sehingga dapat membantu
memecahkan masalah pengangguran.
Pengawetan ini terasa lebih penting lagi karena dikhawatirkan bahwa
produksi jenis kayu yang awet dalam waktu mendatang tidak dapat memenuhi
kebutuhan lagi. Pada waktu pemilihan bahan pengawetan kayu perlu
diperhatikan hal di bawah ini :
1. Tempat kayu itu akan dipakai.
2. Makhluk perusak kayu yang terdapat di tempat tersebut.
3. Bahan pengawet yang di gunakan.
Bahan pengawet yang mengandung garam arsen biasanya digunakan
untuk kayu dengan resiko serangga-serangga yang hebat. Kayu yang akan
digunakan di tempat yang lembab dengan resiko serangga perusak kayu yang
hebat perlu dipilih bahan pengawet cukup beracun bagi jamur. Kayu yang akan
digunakan untuk meubel dapat diawetkan dengan bahan pengawet larut air yang
tidak merubah warna kayu (Alex, 2002).
D. Risalah Tanah lempung
Tanah lempungpodsolik adalah tanah dari ordo atau golongan ultisol yang
kurang baik untuk usaha pertanian, tanah yang tidak bernilai ekonomis tinggi jika
dijadikan lahan bercocok tanam dibidang pertanian tanaman pangan. Kandungan
unsur hara yang banyak dibutuhkan oleh tanaman pangan pada tanah ini sangat
rendah, tanah lempung podsolik terkenal asam dan memiliki pH yang rendah
??
pula yaitu 4 sampai 5,5memiliki kandungan zat besi dan aluminium yang tinggi,
dan berlempung silikat, sehingga dapat menyebabkan tanaman tumbuh kurang
subur.Tanah lempung podsolik terbentuk karena proses podsolisasi pada
kedalaman 80 cm sampai 2 meter danp roses ini terjadi karena pelindian asam
paling intensif di bawah vegetasi hutan (Foth, 1995).
Penggunaan
tanah
lempung
podsolik
untuk
mengawetkan
kayu
merupakan suatu alternatif masa depan, karena tanah lempung podsolik
tersedia di alam Kalimantan Timur secara melimpah. Wilayah Kalimantan pada
umumnya atau Kalimantan Timur khususnya merupakan daerah hutan tropis
basah yang memiliki curah hujan tinggi dan membentuk tanah ultisol tepatnya
adalah lempung podsolik merah kuning (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Menurut Nursyamsi (2006), menyebutkan bahwa tanah ultisol atau
podsolik adalah tanah yang memiliki kesuburan rendah bagi pertanian tanaman
pangan, yang menyebabkan petani melakukan migrasi atau berpindah-pindah.
E. Metode Pengawetan Kayu
Menuerut Taman alex metode vakaum tekan lebiah evesien dan bagus
karena bahan pengawet yang masuk kedalam pori - pori dan serat kayu lebih
merata sehingga daya tahan terhadapa serangan hama perusak kayu seperti
rayap dan jamur. Denagn demikaian metode vakum tekan lebih sempurna di
bandinagan denagan metode yang lain.
Adapuan sahart yang di gunakan dalam peroses vakum ialah:
1. Ukuran spemel yang di gunakan
2. Tekanan yang di sesuaikan
3. Kadar air 12%
??
4. Keadan kering tanur Peros yang dilakukan selama peroses vakum tekan
senagat mudah
Waktu yang digunakan seingkat yaitu tergantung dari pengguna dan
penguji namun delam waktu 2 jam tekanan 60 psi saja bahan pengawet yang di
gunakan hampir tegunakan semua dan sisah yang terbuang haya air yang
berwarna sesuai dengan bahan engawet yang kita gunakan.
Adapuan menurut sabagian peneliti penganawetan adalah sebagai
berikut: Menurut Dumanauw (1990) metode pengawetan kayu digolongkan
menjadi dua macam yaitu :
1. Pengawetan Kayu dengan Metode Sederhana.
a. Metode Rendaman
Menurut Dumanauw (2001), ada beberapa macam
pelaksanaan
rendaman air antara lain, rendaman dingin, rendaman panas serta
rendaman panas dan dingin yang biasanya dilakukan dalam bak dari
logam. Selanjutnya Sulistyowati dkk. (1997), menyatakan kayu yang
akan diawetkan dengan metode rendaman dingin di usahakan dalam
keadaan kering udara kadar air tidak lebih dari 45%.
2. Pengawetan Kayu dengan Metode Khusus.
a. Metode Proses Sel Penuh (full cell process).
Menurut Hunt dan Garrat (1986) pada proses ini mempertahankan
sebanyak mungkin cairan bahan pengawet yang masuk selama periode
tekanan atau meninggalkan konsentrasi maksimal bahan pengawet dalam
kayu. Metode ini disebut Bethell bila menggunakan ter-batubara, dan
disebut dengan proses Burneet atau Burnettizing bila menggunakan
klorida seng.
??
F. Retensi
Retensi adalah jumlah bahan pengawet yang masuk dan terkandung di
dalam kayu yang dinyatakan dalam kilogram per meter kubik (kg/m 3). Retensi
dapat diketahui dengan cara menghitung berdasarkan selisih berat kayu sebelum
dan sesudah diawetkan dibagi dengan volume kayu akan dikalikan dengan
konsentrasi larutan yang digunakan untuk mengawetkan kayu (Hunt dan Garrat,
1986).
Hunt dan Garrat (1986) menyebutkan bahwa retensi bahan pengawet
merupakan faktor penting sebagai indikator keberhasilan pengawetan karena
besarnya retensi dapat mempengaruhi keefektifan sistem pengawetan dalam
memperpanjang umur penggunaan kayu yang diawetkan. Selanjutnya dikatakan
bahwa
besarnya
retensi
dapat
ditingkatkan
dengan
menambah
atau
memperbesar konsentrasi bahan pengawet. Dengan kata lain hubungan retensi
dan konsentrasi
bahan pengawet adalah linier. Pengalaman menunjukkan
bahwa banyaknya bahan pengawet yang perlu untuk perlindungan yang cukup
sebagian besar ditentukan oleh penggunaan yang pesifik dari kayu.
Nicholas (1973) retensi bahan pengawet yang tinggi sangat diperlukan
untuk menjaga kestabilan keberadaan bahan pengawet di dalam kayu. Akan
tetapi, retensi yang berlebihan akan menyebabkan kayu mudah rapuh.
G. Kayu Meranti
Kayu meranti (?SŽ?GA? ) adalah tumbuhan dari famili Diptcrocarpceae
yang bayak tumbuah di indonesia dan merupakan jenis kayu pertumbuhannya
cepat ( Endert,1976). Tinggi mencapai 40 m, panjang batang bebas cabang 10
30 m, diameter dapat mencapai 150 cm, bentuk batang lurus dan silindris,
sedangkan sifat keawetan atau sifat daya tahandari perusak kayu secara alami
??
rendah karna kayu meranti termasuk sifat keawetan rendah dengan kelas
keawetan III ( Seng,1990) . Berdasarkan hasil uji peyerapan atau keterawetan
dengan tursi yang di lakukan, bahwa kayu meranti merupakan kayu yang mudah
meresap larutan bahan kimia pengawet kayu,selanjutnya keberhasilan pengawet
kayu di pengaruhi oleh sifat kayu, bahan pengawet dan cara pengawetan.
Indikator sifat keawetan kayu yang tinggi adalah keadan kayu dalam waktu dan
kondisi tertentu tidak mudah tersera ng oleh perusak kayu ( Alex,2014).
??
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 28 November 2015 sampai 28
Februari 2016 di Laboratorium Rekayasa Pengolahan Kayu dan Laboratorium
Sifat Kayu dan Analisis Produk Program Studi Teknologi Hasil Hutan jurusan
Teknologi Pertanian di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
B. Bahan dan alat penelitian
1. Alat
a. Chainsaw, digunakan untuk menebang dan memotong kayu.
b. Gergaji bundar, digunakan untuk menggergaji kayu.
c. Cangkul untuk menggali tanah.
d. Ember dan karung untuk membawa tanah.
e. Sabit atau parang.
f.
Alat peyaring.
g. Gergaji tangan, digunakan untuk membuat sampel.
h. Gelas ukur, digunakan untuk berapa banyak bahan air yang akan
digunakan.
i.
Meteran, digunakan untuk mengukur panjang kayu.
j.
Mikrokalifer/penggaris, digunakan untuk mengukur volume sampel.
k. Timbangan elektrik, digunakan untuk menimbang bahan pengawet dan
menimbang sampel.
l.
Mehas 100
m. Bak.
n. Alat vakum
??
o. Pengaduk, digunakan untuk mengaduk larutan bahan pengawet yang
telah dilarutkan dalam air.
p. Kalkulator, digunakan untuk menghitung data.
q. Oven
r.
Alat uji tekan MOE dan MOR universal testing mechine
s. Alat tulis menulis, digunakan untuk menulis atau mencatat.
t.
Kamera, digunakan untuk dokumentasi.
2. Bahan
a. Kayu meranti sebagai contoh uji dalam penelitian ini dengan ukuran 2 cm
x 2 cm x 40cm sebanyak 25 sampel..
b. Bahan pengawet partikel tanah lempung.
c. Air
??
C. Bagan Alur Prosedur penelitian dapat dilihat sebagai berikut :
Kayu Meranti
Tanah lempung podsolik
Penghancuran
Pembuatan contoh uji
Penyaringan
Pengukuran volume dan berat
Pengeringan
Subtrat halus lempung
podsolik (bahan pengawet)
Pembuatan larutan
Proses impregnasi kayu
dengan subtract
lempung
Analisis retensi
Analisis sifat kekuatan
Oven sampel setelah
Vakum dan penimbangan
Kayu yang telah
diimpregnasi dan
dilakukan uji moe dan mor
Gambar 2. Bagan alur penelitian
Contoh Uji
Tebal 2 cm
Le
Panjang 40 cm
Gambar 3. Contoh Uji
bar 2 cm
??
1. Pembuatan Contoh Uji
a. Contoh uji dikering udarakan selama dua minggu
b. Contoh uji diambil dari kayu meranti dan dipotong-potong menjadi ukuran
2 cm x 2 cm x 40 cm sebanyak 25 sampel.
c. Tanah yang di ambil dari kedalaman satu meter
d. Tanah kemudian di hancurkan dan disaring dengan mesh 100.
e. Tanah yang telah di saringkemudian
digunakan sebagai bahan
pengawet.
2. Membuat Larutan Tanah lempung
Melarutkan partikel lempung pada konsentrasi 2,5%, dan 5%, dengan
caranya sebagai berikut :
a. Konsentrasi 2,5 %adalah perbandingan 500 gram partikel bahan pengawet
dalam 20 liter larutan. Cara membuatnya adalah dimasukkan partikel halus
tanah lempung podsolik ke dalam gelas ukur kemudian ditambahkan air
sampai mencapai 1 liter.
b. Konsentrasi 5 %adalah perbandingan 1000 gram partikel bahan pengawet
dalam 20 liter larutan. Cara membuatnya adalah dimasukkan partikel halus
tanah lempung podsolik ke dalam gelas ukur kemudian ditambahkan air
sampai mencapai 1 liter.
3. Perlakuan terhadap contoh uji
Adapun perlakuan terhadap contoh uji adalah sebagai berikut :
a. Mengukur panjang, tebal dan lebar satu per satu sampel menggunakan
mikrokalifer dan penggaris
b. Menimbang sampel satu per satu untuk mengetahui berat awal sampel
sebelum divakum menggunakan timbangan digital.
??
c. Memasukan cairan bahan pengawet yang sudah di sediakan kedalam
tabung sampai seluruh permukaan kayu terendam cairan pengawet
kemudian proses vakum di lakukan.
d. Proses vakum selama dua jam dengan tekanan 60 psi.
e. Meniriskan sampel yang telah divakum ke kemudian meletakkannya di atas
koran bekas.
f.
Setelah didiamkan beberapa menit, kemudian sampel ditimbang kembali
menggunakan timbangan digital untuk mendapatkan berat akhir sampel .
g. Sampel yang telah divakum kemudian dioven
h. Setelah di oven hingga konstan sampel dikeluarkan dan di diamkan, setelah
beberapa menit .
i.
Uji sampel untuk mengetahui kekutan kayu setelah di vakum
D. Pengolahan Data
Dalam pengolahan data, data yang di peroleh atau yang telah
dikumpulkan akan dihitung berdasarkan nilai rata-rata.
1. Pengujian kekuatan lentur MOR dan kekuatan patah MOE
Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut ( Panshin, 1952 )
Rumus
: Modulus patah (MOR)
Rumus
: Modulus elastisitas (MOE)
Keterangan :
P
= Beban maksimum
PL
= Beban pada batas proporsi
L
= Jarak bentang
B
= Lebar
F
= Defleksi
??
D
= Tebal
2. Retensi
Nilai retensi diperoleh berdasarkan perbandingan absorbsi dengan
volume contoh uji yang dituliskan dengan rumus ( Barly dan Abdurahim 1998 ):
Keterangan :
R
= Retensi (gr/cm³)
Ba
= Berat setelah di awetkan (gr)
Bo
= Berat sebelum di awetkan (gr)
V
= Volume (m³) atau (cm³)
K
= Konsentrasi (%
??
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil pengukuran dan perhitungan dalam penelitian ini diperoleh nilai
besaran retensi bahan pengawet partikikel tanah lempung kayu pada 2
konsentrasi yang berbeda.
1. Hasil Retensi dapat di lihat pada tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2. Nilai rata-rata retensi partikel Tanah lempung pada kayu meranti.
No.
Konsentrasi ( %)
Rata-rata Retensi (gr/cm3)
1.
2,5
0.013
2.
5
0.024
Untuk, konsentrasi 2,5% nilai rata-rata retensinya0,013 sebesar gr/cm3,
sedangkan konsentrasi 5% retensinya sebesar 0,024 gr/cm3. Hasil perhitungan
nilai retensi dapat dilihat pada lembar lampiran. Tabel 7 dan tabel 8 halaman 31
dan 32.
2. Nilai rata
rata MOE dan MOR pada kosenterasi 2.5% , 5% dan control
dapat di lihat pada tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3, Nilai rata-rata MOE dan MOR 2,5% , 5% dan kontrol kayu meranti.
NO Kosenterasi %
MOE kg / cm²
MOR kg / cm ²
1 5
160187.66
729.69
2 2,5
156147.01
711.01
3 Kontrol
30615.39
368.16
Hasil perhitungan pengukurannya dapat dilihat pada lembar lampiran tabel 9
,tabel 10 dan tabel 11 pada halaman 32 dan 33.
??
B. Pembahasan
1. Retensi
Berdasarkan tabel 2.Maka nilai retensi partikel lempung yang terdapat di
dalam kayu meranti dengan proses vakum tekan pada konsentrasi 5% dan 2,5%
menunjukkan nilai yang berbeda dimana konsentrasi 5% di proleh nilai rata-rata
retensi yang lebih tinggi dari pada nilai retensi dalam konsentrasi 2,5%. Hal ini
diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi, semakin tinggi retensi karena factor
perkaliannya adalah besarnya konsentrasi. Pernyataan tersebut sesuai dengan
pendapat. MartawijayadanBarly 2010.
2. Modulus patah ( MOR )
Berdasarkan tabel 3 Nilai rata-rata MOR Kayu meranti yang diberi
perlakuan pengawetan dengan bahan partikel tanah lempung dengan metode
vakum tekan lebih tinggi dari pada nilai
MOR kayu meranti yang tanpa
perlakuan. Tetapi MOR dengan perlakuan vakum tekan pada konsentrasi 5%
lebih tinggi dari pada konsentrasi 2,5%. Hal ini menyimpul kanbahwa perlakuan
vakum tekan dengan partikel tanah lempung akan tiggi mengisi rongga - rongga
sel kayu yang kosong sehingga kayu menjadi padat dan lebih kuat menahan
beban,ini di buktikan berdasarkan nilai MOR pada tabel I kelas IV 300 -500 kg /
cm² dan kelas III 500-725 kg / cm² dan kelas II 725-1100 kg / cm² sedangkan
pada tabel 3 nilai MOR kosentrasi 5% 729,69 kg / cm² dan 2,5% 711,01 kg / cm²
yang berarti kosentrasi 5% mengalami kenikan dari kelas IV menjadi kelas II
sedangkkan kosentrasi 2,5% naik dari kelas IV menjadi kelas III.
3. Modulus Elastistas ( MOE)
Dari tabel 3 dapat di lihat bahwa nilai rata
rata modulus elastistas kayu
meranti yang diberikan perlakuan vakum menggunakan partikel tanah lempung
??
lebih elastistas dibandingkan dengan kayu meranti yang tanpa perlakuan, namun
nila MOE 2,5 % lebih rendah dibandingkan MOE 5% dengan demikian pengaruh
partikel tanah lempung yang digunakan dalam peroses vakum tekan terhadap
kayu meranti memberi dampak yang positif,sehingga kayu meranti lebih
elastistas
kayunya
menjadi
lebih
baik,karena di dalam lempung terdapat
berbagi kandung diantanya alamunium dan besi sehingga rongga kayu yang
terisi oleh kandungan tersebul lebih elatis.
??
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang pengawetan kayumeranti dengan bahan
pengawetpartikel lempungpada konsentrasi yang berbeda dengan metode
vakum tekan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai kekuatan kontrol lebih rendah di bandingkan dengan kayu yang di beri
perlakuan lakukan vakum tekan.
2. Hasil uji MOE dan MOR pada kosnterasi 5 % lebih tinggi di bandingkan
dengan konsenterasi 2, 5%.
3. Nilai retensi partikel lempung pada konsenterasi 5 % lebih tinggi dari pada
kosenterasi 2,5 %
4. Nilai dari pada kekuatan kayu 2,5 % mengalami kenaikan dari kelas IV
menjadi kelas III
5. Nilai dari kekuatan kayu meranti 5% mengalami kenikan dari kelas IV
menjadi kelas II.
B. Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan tentang pengaruh konsentrasi partikel
lempung terhadap sifat keawetannya dan kekuatan jenis-jenis kayu lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alex, 2002. Penelitian Tentang Pengawetan Kayu Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
Alex, T. 2014. Efek Impregnasi Tembaga Sulfat pada Kayu Anggrung (
Trema orientalis ) terhadap sifat Kekuatannya. Prosiding Seminar
Nasional MAPEKI XVII (11 November 2014) Medan. H 206-208.
Anonim, 2011
baru Algesindo. Bandung
Sinar
Anonim, 1977. Jenis-jenis Kayu Indonesia. Lembaga Biologi Nasional
Bogor
LIPI
Brown,N.P. Panshin dan C.C Forsaith, 1952 textbook of Wood technology,
McGraw Hill Book Company, Inc New York, Volume II.
Febrianto, F., A. Gumilang, A. Carolina dan F.S. Yoresta. 2014. Distribusi
Bahan Pengawet Larut Air pada Kayu Diawetkan Secara Sel Penuh dan
Sel Kosong. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Vol. 12. No.1.
Januari 2014. Bogor
Foth, 1995. Foth, H.D. 1995.
Yogyakarta. h103-116
Ilmu Tanah.
Gajah Mada University Press.
Hunt, G. M and G.A. Garrat, 1967, Wood Preservation, Mc Graw Hill Book Co,
New York.
Jasni dan Sulastiningsih. 2005. Pencegahan Serangan Bubuk Dinoderus
minutes. Pada Bambu Lapis dan Kayu Lapis. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kayu Tropis Vol. 3. No. 2. Thn. 2005. Bogor
Martawijaya dan Barly, 2010). Pedoman pengawetan kayu. IPB Press. Bogor
Muin dan Arif, 2006. Keterawetan Kayu Tropis Dengan Proses Pengawetan
Mustafa, 2012. Dasar Dasar ilmu tanah. Program Studi Agro Teknologi. Jurusan
Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Nicholas, D. 1987. Kemunduran (Deterioorasi) Kayu dan Pencegahannya
dengan Perlakuan-perlakuan Pengawetan Airlangga University Trees.
Surabaya
Nursyamsi. 2006. Kebutuhan Hara Kalium Tanaman Kedelai di Tanah Ultisol.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. VI (2) .Tahun 2006
??
Prasetyo dan Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi dan Teknologi
Pengelolaan. Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering
di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 25 (2), Tahun 2006.
Rudi (2002) Keawetan kayu yang berasal dari hutan alam dan hutan tanam,
Prosiding diskusi sifat dan kegunaan jenis kayu HTI, Badan Litbang
Kehutanan, Jakarta.
Santoso, H.B. 1992. Budidaya sengon. Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Sutrisno dkk.1992. Teknologi Hasil Hutan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Universitas
Padjajaran.
Wahyudi, Ohtani and Ichiura. 2012. Significant Feeding Deterrent of Berberine
from. Tali uning (Tinosfora dissitiflora Diels) Againts Two Subterranean
Termites Captotermes formosanus Shiraki and Reticulitermes speratus
Kolbe. Wood Research Journal. Journal of Indonesian Wood Research
Society. Vol. 3 Number 1. 2012.
.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
30
Tabel 4. Hasil pengukuran volume konsentrasi 2, 5%.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
jumlah X
rata-
Tebal
( cm )
2.03
2.04
2.03
2.04
2
2.01
2.02
2.01
2.01
2.04
20.23
2.023
Lebar
( cm)
2.01
2.02
2.02
2.02
2.01
2.01
2
2.05
2.02
2.02
20.18
2.018
Panjang
( cm)
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
400
40
volume
163.212
164.832
164.024
164.832
160.8
161.604
161.6
164.82
162.408
164.832
1632.964
163.2964
Tabel 5. Hasil pengukuran volume konsentrasi 5%.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
jumlah X
rata-
Tebal (
cm )
2.03
2.01
2.04
2.01
2.03
2.04
2.02
2.03
2.04
2
20.25
2.025
Lebar
( cm)
2
2.04
2.01
2.01
2.03
2
2.01
2
2.02
2.03
20.15
2.015
Panjang
( cm)
40
40
40
40
40
40
40
40
40
40
400
40
volume
162.4
164.016
164.016
161.604
164.836
163.2
162.408
162.4
164.832
162.4
1632.112
163.2112
31
Tabel 6. Hasil pengukuran volume untuk kontrol.
No
1
2
3
4
5
Jumalh X
Rata rata
Lebar
(cm)
3.1
3
3.2
3.1
3
15.4
Tebal
(cm)
3
3.3
3.1
3
3.1
15.5
Panjang (
cm)
40
40
40
40
40
200
Volume
372
396
396.8
372
372
1908.8
3.08
3.1
40
381.76
Volume
163.121
164.823
164.024
164.832
160.8
161.604
161.6
164.82
162.408
146.832
1632.946
163.2946
retensi gr/cm³
0.007016264
0.011001195
0.019111532
0.016243812
0.009740361
0.003865932
0.016963181
0.0054332
0.019620339
0.021963877
0.130959692
0.013095969
Tabel 7. Hasil retensi konsentrasi 2,5%.
N0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah X
berat awal
(gr)
63.96
67.45
45.13
52.44
66.54
98.14
54.77
77.77
57.39
48.75
632.34
63.234
berat sesudah
vakum (gr)
109.74
139.98
170.52
159.54
129.19
123.13
164.42
113.59
184.85
177.75
1472.71
147.271
32
Tabel 8. Hasil retensi konsentrasi 5%.
no
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
jumlah X
berat
awal
(gr)
62.2
73.64
71.06
69.41
61.37
78.94
58.49
93.28
71.42
54.02
693.83
69.383
berat sesudah
vakum (gr)
107.71
131.43
188.56
144.9
132.27
171.32
165.32
182.12
134.02
148.15
1505.8
150.58
volume
162.4
162.408
164.016
161.604
164.836
163.2
162.408
162.4
164.832
162.4
1630.504
163.0504
retensi g/cm³
0.0140117
0.017791611
0.035819676
0.023356476
0.021506224
0.028302696
0.03288939
0.027352217
0.018989031
0.028980911
0.248999933
0.024899993
Tabel 9. Hasil uji MOE dan MOR konsentrasi 2,5%
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Rata rata
Tebal
(cm)
2.03
2.04
2.03
2.04
2.00
2.01
2.02
2.00
2.01
2.04
20.23
Lebar
(cm)
2.01
2,02
2.02
2.00
2.01
2.01
2.00
2.05
2.02
2.02
20.18
Jarak
bentang (cm)
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
300
PI
(kg)
101
110
160
90
60
120
120
110
130
90
1091
F
(kg)
0.5
0.6
0.7
0.6
0.5
0.6
0.5
0.5
0.7
0.5
5.7
P
(kg)
114
156
160
90
60
150
130
144
152
130
1286
MOE
(kg/cm²)
164614.0913
147208.7088
186263.148
120443.489
100746.2687
166243.8531
198509.95
179303.3215
153605.0878
144532.1868
1561470.105
MOR
(kg/cm²)
728.3243944
835.074857
865.2280241
481.773955
335.8248955
831.2192657
716.8414861
782.400339
838.1323764
695.8977837
7110.117
2.023
2.018
30
109
0.57
128.6
156147.0105
711.0117
33
Tabel 10. Hasil uji MOE dan MOR konsentrasi 5%.32
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Rata rata
PI
(kg)
F
(kg)
P
(kg)
MOE
(kg/cm²)
MOR
(kg/cm²)
2.03
2.00
2.01
2.04
2.04
2.01
2.01
2.01
2.03
2.03
2.04
2.00
2.02
2.01
2.03
2.00
2.04
2.02
2.00
2.03
20.25 20.13
Jarak
bentang
(cm)
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
300
80
90
120
60
120
110
130
100
130
90
1030
0.5
0.5
0.4
0.4
0.6
0.5
0.7
0.5
0.7
0.5
5.3
118
120
170
104
140
124
158
114
150
110
1308
131039.3361
148878.7774
242085.4196
124682.8899
161378.4927
178416.955
152844.6666
163799.1701
149120.5102
149630.4519
1601876.67
644.2267357
645.5611217
928.1948467
576.3120242
753.1129115
683.8235294
866.9035959
786.2360164
802.956532
609.6059113
7296.933
2.025 2.013
30
103
0.53
131
160187.667
729.6933
Tebal Lebar
(cm)
(cm)
Tabel 11. Hasil Uji MOE dan MOR kontrol.
NO
1
2
3
4
5
Jumalh X
Rata rata
Tebal
(cm)
3.01
3
3.02
3.01
3
15.04
Lebar
(cm)
3
3.03
3.01
3
3.01
15.05
Jarak
bentang (cm)
30
30
30
30
30
150
3.008
3.01
30
PI
(kg)
200
160
160
150
170
840
F
(kg)
0.4
0.4
0.5
0.5
0.5
2.3
P
(kg)
242
241
218
106
108
915
MOE
(kg/cm²)
41528.2392
32353.00493
26226.92181
24916.94352
28051.87845
153076.9879
MOR
(kg/cm²)
401.9934
393.7522
358.5369
342.1927
344.3671
1840.842
168 0.46
183
30615.39758
368.1685
??
Gambar 3. Pengeringan kayu
Gambar 4. Sampel siap di vakum
??
Gambar 5. Pembuatan larutan partikel tanah lempung
Gambar 6. Larutan Konsentrasi 2,5%
??
Gambar 7. Larutan konsentrasi 5%
Gambar 7. Vakum contoh uji pada larutan partikel tanah lempung
??
Gambar 8. Contoh uji setelah vakum
Gambar 9. Pengujian sampel kayu
Download