PENGARUH TANAH LEMPUNG DENGAN METODE VAKUM TEKAN TERHADAP RETENSI DAN KEKUATAN KAYU MERANTI (Shorea spp) Oleh: Muhammad Said Umar NIM: 130 500 055 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016 PENGARUH TANAH LEMPUNG DENGAN METODE VAKUM TEKAN TERHADAP RETENSI DAN KEKUATAN KAYU MERANTI (Shorea spp) Oleh: Muhammad Said Umar NIM: 130 500 055 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma ,,,Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016 PENGARUH TANAH LEMPUNG DENGAN METODE VAKUM TEKAN TERHADAP RETENSI DAN KEKUATAN KAYU MERANTI (Shorea spp) Oleh: Muhammad Said Umar NIM: 130 500 055 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syara Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016 SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN PENELITIAN Saya yang bertandatangandibawahini : Nama : Muhammad Said Umar Tempat/Tanggal lahir :Samarinda, 29 januari 1989 Adalah NIM : 130500055 Program Studi : Teknologi Hasil Hutan Jurusan : Teknologi Pertanian Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Semester : VI (Enam) Alamat Rumah : Jl.Merapi Rt.13 Kel. Tanah Merah benar MELAKSANAKAN PENELITIAN DAN TELAH SELESAI MELAKSANAKAN PENELITIAN dari tanggal 28 November 2015 sampai 28 Februari 2016 dengan Judul Penelitian : Pengaruh tanah lempung dengan metode vakum tekan terhadap retensi dan kekuatan kayu meranti (Shorea spp)dibawah bimbingan Ir. Taman alex, MP. Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk saya gunakan sebagaimana mestinya. Samarinda, 28 Juni 2016 Mahasiswa yang bersangkutan, Muhammad Said Umar NIM.130500055 KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PERTANIAN LABORATORIUM REKAYASA PENGOLAHAN KAYU JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Kampus Sei Keledang JL. Samratulangi Kotak Pos 192 Samarinda 75131 Telp. (0541) 260680 Fax (0541) 260680 SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN Nomor : 23 / PL.21.B -3 / VII /2016 Saya yang bertandatangan di bawah ini, Kepala Laboratorium Rekayasa Pengolahan Kayu pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan, menerangkan bahwa : Nama : Muhammad Said Umar Tempat, Tanggal Lahir : Samarinda, 29 Januari 1989 NIM : 130500055 Program Studi : Teknologi Hasil Hutan Jurusan : Teknologi Pertanian Universitas/PT : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Semester : VI (Enam) Alamat Rumah : JL. Merapi RT 13, Kel Tanah Merah, Kec.Samarinda utar Adalah benar melaksanaka penelitia dan telah selesai melaksanakan penelitian terhitung dari 28 November 2015 samapi 28 Febuari 2016. Judul DENGAN METODE VAKUM TEKAN TERHADAP RETENSI DAN KEKUATAN KAYU MERANTI (Shorea spp) ing Suryadi. Amd. Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Samarinda, 25 Juli 2016 Kepala Laboratorium Rekayasa Pengolahan Kayu Ir. Yusdiansyah,MP NIP. 195912161989031002 SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN PENELITIAN Saya yang bertandatangandibawahini : Nama : Muhammad Said Umar Tempat/Tanggal lahir :Samarinda, 29 januari 1989 Adalah NIM : 130500055 Program Studi : Teknologi Hasil Hutan Jurusan : Teknologi Pertanian Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Semester : VI (Enam) Alamat Rumah : Jl.Merapi Rt.13 Kel. Tanah Merah benar MELAKSANAKAN PENELITIAN DAN TELAH SELESAI MELAKSANAKAN PENELITIAN dari tanggal 28 November 2015 sampai 28 Februari 2016 dengan Judul Penelitian : Pengaruh tanah lempung dengan metode vakum tekan terhadap retensi dan kekuatan kayu meranti (Shorea spp)dibawah bimbingan Ir. Taman alex, MP. Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk saya gunakan sebagaimana mestinya. Samarinda, 28 Juni 2016 Mahasiswa yang bersangkutan, Muhammad Said Umar NIM.130500055 KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PERTANIAN LABORATORIUM REKAYASA PENGOLAHAN KAYU JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Kampus Sei Keledang JL. Samratulangi Kotak Pos 192 Samarinda 75131 Telp. (0541) 260680 Fax (0541) 260680 SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN Nomor : 23 / PL.21.B -3 / VII /2016 Saya yang bertandatangan di bawah ini, Kepala Laboratorium Rekayasa Pengolahan Kayu pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan, menerangkan bahwa : Nama : Muhammad Said Umar Tempat, Tanggal Lahir : Samarinda, 29 Januari 1989 NIM : 130500055 Program Studi : Teknologi Hasil Hutan Jurusan : Teknologi Pertanian Universitas/PT : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Semester : VI (Enam) Alamat Rumah : JL. Merapi RT 13, Kel Tanah Merah, Kec.Samarinda utar Adalah benar melaksanaka penelitia dan telah selesai melaksanakan penelitian terhitung dari 28 November 2015 samapi 28 Febuari 2016. Judul DENGAN METODE VAKUM TEKAN TERHADAP RETENSI DAN KEKUATAN KAYU MERANTI (Shorea spp) ing Suryadi. Amd. Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Samarinda, 25 Juli 2016 Kepala Laboratorium Rekayasa Pengolahan Kayu Ir. Yusdiansyah,MP NIP. 195912161989031002 ABSTRAK Muhammad Said Umar. Pengaruh Tanah Lempung Dengan Metote Vakum Tekan Terhadap Retensi dan Kekuatan kayu meranti (shorea spp) pada konsentrasi yang berbeda (dibawah bimbingan Taman Alex). Penelitian ini dilatarbelakangi banyaknya bahan pengawet yang tidak ramah lingkungan, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah uIntuk memanfaatkan tanah lempung podsolik yang miskin hara dan tidak menguntungkan bagi kegiatan pertanian menjadi bahan yang bernilai ekonomis tinggi, serta menambah dari pada kekuatan dari pada kayu, selain itu mengembangkan pengetahuan khususnya bidang ilmu pengawetan kayu tentang manfaat tanah lempung podsolik dan kesejahteraan manusia serta dapat memberdayakan masyarakat untuk bekerja sebagai penyedia tanah lempung podsolik sebagai bahan pengawet kayu. Proses penelitian diawali dengan proses persiapan bahan baku di kering udarakan selama dua minggu kemudian kayu meranti di dipotong-potong menjadi ukuran 2 cm x 2 cm x 40 cm sebanyak 25 sampel, dan kemudian meyiapkan bahan pengawet partikel tanah lempung, barulalah proses vakum tekan membuat larutan tanah lempung melarutkan partikel lempung pada konsentrasi 2,5% partikel tanah lempung sebanyak 500 gram, air 20 liter larutan dan Konsentrasi 5% bisa melarutkan partikel tanah lempung sebanyak 1000 gram, air 20 liter larutan. Selanjutnya dilakukan pengujian Nilai retensi dan pengujian MoE dan MoR. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pengawetan dengan cara vakum tekan dengan 2 konsentrasi yang berbeda di dapatkan hasil yaitu retensi dan kekuatan kayu dapat meningkatkan dari pada kekuatan kayu meranti pada kosentarasi 2.5 % dari kelas IV, 300-500 kg/cm² menjadi kelas kuat III, 711.01 kg/cm² dan 5% Dari kelas kuat IV, 300-500 kg/cm² menjadi kelas kuat II,729.69 kg/cm². Kata kunci : Lempung, Vakum Tekan dan Konsentrasi. RIWAYAT HIDUP Muhammad Said Umar, lahir pada tanggal 29 januari 1989 di Samarinda Kalimantan Timur, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bejo dan Ibu Tumirah. Pada tahun 1995 memulai pendidikan di Sekolah Dasar lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Tanah Merah, Kecamatan Tanah Merah dan memperoleh ijazah pada tahun 2006, Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 10 Tanah Merah dan memperoleh ijazah pada tahun 2010 Dan pada tahun 2013 melanjutkan Pendidikan Perguruan Tinggi Pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Jurusan Pertanian. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah , karena atas berkat Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Hasil Hutan Non Kayu di lingkungan Program Studi Teknologi Hasil Hutan, yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian di Laboratorium Sifat Kayu Keteknikan kayu dan Laboratorium Pengawetan. Penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini dilaksanakan dari tanggal 28 November 2015 sampai 28 Februari 2016, yang merupakan syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan perhargaan kepada : 1. Dosen pembimbing, yaitu Bapak Ir.H.Taman Alex.MP 2. Kepala Laboratorium Rekayasa Pengolahan Kayu Bapak Ir. Yusdiansah,MP 3. Kepala Laboratorium Sifat Kayu dan Analisis Produk Bapak Ir. Wartomo, MP. 4. Bapak Suryadi.Amd selaku teknisi dilaboratorium Pengawetan Kayu 5. Bapak Jembawan,S.Hut selaku teknisi dilaboratorium sifat fisik dan mekanik kayu 6. Dosen Penguji I Ibu Erina Hertianti , S.Hut .MP 7. Dosen Penguji II Bapak Dr.Ir.F. Dwi Joko Priyono, MP 8. Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan Ibu Hj. Eva Nurmarini, S.Hut. MP. vi 9. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Bapak Hamka, S.TP., MP., M.SC 10. Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, yaitu Bapak Ir.H. Hasanudin, MP 11. Seluruh anggota keluarga atas dukungannya serta semua pihak yang tidak disebutkan satu-persatu. 12. Terima kasih untuk Kasman dan Sahabat yang telah membantu proses berjalannya penelitian selama ini. Walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini, namun semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin Penulis Kampus Sei Keledang, Agustus 2016 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN .. Halaman iv ABSTRAK v RIWAYAT HIDUP vi KATA PENGANTAR .. vii DAFTAR ISI . ix DAFTAR TABEL . x DAFTAR GAMBAR xi I. PENDAHULUAN 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat bahan pengawet B. Manfaa C. Risalah Tanah Lempung D. Metode Pengawetan E. Rentensi F. Kayu meranti G III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian B. Bahan dan alat penelitian C. Prosedur penelitian D. Pengolahan data HASIL DAN PEMBAHASAN IV . A. B. 6 9 10 11 11 13 14 14 . 16 16 16 18 21 22 .. . .. ... 22 23 PENUTUP A. B. Saran . 25 25 25 DAFTAR PUSTAKA ... 26 LAMPIRAN .. 28 V. Hasil Pembahasan .. ... .. ... .. ... .. . DAFTAR TABEL Nomor Tubuh Utama 1 Kelas kuat 2 Nilai rata rata retensi 3 Nilai rata rata perhitungan MOE dan MOR Halaman .................................................. 9 . 23 ... 23 . 30 5 ............... 30 6 ............ 31 7 .............. 31 8 ... 32 Lampiran 4 Hasil pengukuran volume 9 32 10 Hasil uji MOE dan MOR konsentrasi 5% 11 Hasil uji MOE dan MOR kontrol ... 33 . 33 DAFTAR GAMBAR Nomor Tubuh Utama 1 2 Halaman ... Bagan alur penelitian 7 18 3 19 Lampiran 4 Proses pengeringan kayu ............................................ 34 5 Sempel siap vakum ... 34 6 Pembuatan larutan ................................................... 35 7 Larutan Konsentrasi 2,5% 35 8 Larutan konsentrasi 5% 36 9 Vakum contoh uji pada larutan partikel tanah lempung 10 Contoh uji setelah vakum 11 Pengujian sampel kayu .. 36 37 ... 37 ? BAB I PENDAHULUAN Kayu mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia terutama untuk berbagai keperluan seperti untuk konstruksi bangunan, bahan energi dan keperluan industri lainnya. Pilihan kayu sebagai bahan konstruksi menghendaki pengetahuan dari sifat-sifat kayu tersebut, terutama sifat awet dan kuat secara alami, agar dalam penggunaanya dapat bernilai ekonomis yang optimal. Penggunaan kayu bangunan diperlukan kayu yang memiliki sifat keawetan tinggi. Telah diketahui bahwa mayoritas kayu di Indonesia memiliki sifat keawetan alami dan kekuatan yang rendah, sehingga diperlukan rekayasa untuk meningkatkan keawetan kayu. Dalam melakukan rekayasa untuk meningkatkan kualitas keawetan kayu itulah diperlukan bahan pengawet yang ramah lingkungan. Teknologi pengawetan kayu untuk meningkatkan keawetan kayu adalah suatu carauntuk merekayasa atau memberikan perlakuan pada kayu dengan menggunakan bahan kimia agar pemakaian kayu menjadi tahan lama atau awet. Bahan kimia yang digunakan umumnya tidak ramah lingkungan dan harganya mahal atau tidak ekonomis. Masyarakat pedesaan di Indonesia telah lama menggunakan tanah lempung untuk mengawetkan kayu dan bambu dengan cara merendam kayu dalam lumpur atau tanah lempung. Tanah di Kalimantan Timur sebagian besar termasuk dalam tanah lempung podsolik yang kurang subur untuk tanaman. Tanah ini akan lebih bernilai ekonomis tinggi jika dimanfaatkan sebagai bahan pengawet kayu. Kalimantan Timur merupakan propinsi yang termasuk dalam tipe A klasifikasi iklim Schmid dan Ferguson atau selalu basah dan banyak terbentuk tanah podsolik serta memiliki ribuan jenis tumbuhan kayu ? yang tumbuh diatasnya, tetapi sebagian besar akar dari tumbuhan tersebut tidak terlalu dalam karena akar tumbuhan tidak mampu menyerap unsur hara yang terdapat dalam tanah lempung podsolik yang telah berubah menjadi racun bagi tanaman.Tanah yang baik atau subur tanamannya tumbuh baik, sedangkan tanah yang tidak baik atau tidak subur tanamannya merana (Anonim, 2011). Tanah lempung podsolik adalah tanah yang tidak baik buat tanaman. Sementara tanah di bawah tempat tumbuh jenis kayu tersebut mayoritas dari golongan tanah ultisol yang disebut tanah podsolik atau lempung podsolik. Tanah lempung podsolik adalah tanah yang miskin unsur hara sehingga disebut tanah buruk atau acrisol. Tanah lempung podsolik banyak mengandung zatbesi, aluminum dan berlempung silikat (Mustafa, 2012). Tanah ini akan bernilai ekonomis tinggi jika dimanfaatkan sebagai bahan pengawet kayu yang ramah lingkungan. Alasan utama pemilihan tanah lempung sebagai bahan pengawet kayu karena bahan pengawet kayu yang ada di pasaran saat ini umumnya adalah bahan pengawet yang diimpor dari luar negeri dan harganya mahal yang tentu menjadi tidak ekonomis serta bahan kimia beracun yang tidak ramah ilngkungan, seperti merek wolmanit CB yang mengandung komposisi tembaga, krom dan boron ( Febrianto, dkk. 2014). Penggunaan tanah lempung podsolik sebagai bahan pengawet kayu akan memberikan banyak manfaat. Manfaat utama adalah manfaat secara ekonomi, karena bahannya tersedia di wilayah Kalimantar Timur, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan secara mudah dan murah. Sedangkan manfaat lainnya adalah berasal Dari bahan alami yang ramah lingkungan, digunakan sebagai bahan pengawet yang diimpregnasi ke dalam kayu ? Kayu telah menjadi bagian dari kehidupan manusia, karena kayu telah banyak digunakan sebagai alat perlengkapan sehari-hari. Kayu sebagai bahan bangunan mempunyai kelebihan di banding bahan bangunan lainnya. Tersedia hampir di seluruh dunia yang mudah diperoleh dalam berbagai bentuk dan ukuran, secara alami mempunyai penampilan yang sangat dekoratif, serta beratnya relatif ringan. Sejak ratusan tahun yang lalu kayu telah dikenal sebagai sumber kekayaan alam yang mempunyai peran penting dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia, mulai dari pembuatan meubel sampai bahan bangunan. Disamping memiliki keunggulan kayu juga memiliki kelemahan yaitu dapat dirusak oleh berbagai factor, diantaranya factor biologis, fisik mekanik maupun kimia. Tetapi, dari keempat factor tersebut yang paling banyak menimbulkan kerusakan adalah factor biologis, dimana factor biologis perusak kayu seperti Bakteri, Serangga, Jamur, dan Binatang Laut (Marine Borer). Suatu usaha yang dikembangkan untuk memperpanjang masa pakai kayu atau memperbaiki faedah kayu-kayu bangunan dan berbagai produk kayu lainnya yang digunakan pada konstruksi adalah memperlakukan kayu tersebut dengan bahan kimia (mengawetkan). Adapun alasan manusia melakukan pengawetan terhadap kayu, karena kayu yang memiliki kelas awet tinggi sangat sedikit selain itu harganya juga cukup mahal. Sebaliknya kayu yang memiliki kelas awet III sampai dengan V cukup banyak dan cara pengerjaannya lebih mudah. Pengawetan dalam kayu sangat diperlukan pada manfaatnya, Pengawetan kayu dapat diartikan sebagai suatu cara memberi bahan pengawet ke dalam kayu untuk mengetahui jumlah bahan pengawet yang masuk ke dalam ? kayu yang dinyatakan dalam berat persatuan volume (kg/m 3) yang disebut retensi dan dalamnya bahan pengawet masuk ke dal am kayu yang disebut penetrasi. Menurut Sutrisno (1992), bahan pengawet yang dicapai dipengaruhi oleh tipe bahan pengawet, jenis kayu yang diawetkan, cara pengawetan, dan keadaan kayu yang akan diawetkan. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan bahan pengawet kayu yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan tanah lempung podsolik yang miskin hara dan tidak menguntungkan bagi kegiatan pertanian menjadi bahan yang bernilai ekonomis tinggi.Tujuan lainnya adalah mengembangkan pengetahuan khususnya bidang ilmu pengawetan kayu tentang manfaat alam terutama tanah lempung podsolik bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia serta dapat memberdayakan masyarakat untuk bekerja sebagai penyedia tanah lempung podsolik sebagai bahan pengawet kayu. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar bahan baku kayu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kayu meranti agar bertahan lebih lama setelah dilakukan pengawetan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pengerjaan kayu seperti dimanfaatkan untuk bahan -bahan bangunan ringan bawah atap seperti meja, rak piring, tempat tidur, rak buku, industri korek api dan lainnya serta ketahanan kayu meranti terhadap serangan organisme perusak kayu menjadi lebih baik dibandingkan ketika sebelum diawetkan.Selanjutnya penggunaan terhadap bahan pengawet yang baik dan bermutu tinggi serta dalam penggunaan bahan pengawet hendaknya memilih bahan pengawet yang ramah terhadap lingkungan sehingga tidak membahayakan terhadap lingkungan. ? BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekuatan Kayu Dalam pemakaian kayu sebagai bahan baku untuk pembuatan perabot rumah tangga maupun konstruksi bangunan,kayu akan mengalami gaya- gaya yang berasal dari luar. Gaya-gaya dari luar yang mengenai benda tersebut bisa menyebabkan kayu berubah bentuknya. Kemampuan kayu guna menahan beban dari luar tersebut disebut sifat /kekuatan kayu merupakan salah satu dasar pertimbangan dalam penggunaannya. Gaya yang mengenai kayu disebut sebagai tegangan (stress). Menurut Brown panshin dan Forsaith (1952) gaya dibagi menjadi tiga macam bentuk utama : 1. Gaya yang mengakibatkan pemendekan ukuran atau memperkecil volume benda disebut sebagai gaya tekan (Compressive stress). 2. Gaya yang mempunyai kecenderungan untuk memperbeser ukuran atau volumenya disebut gaya tarikan (tensile stress). 3. Gaya yang bias mengakibatkan satu bagian dari suatu benda tergeser terhadap bagian yang lainnya dalam arah sejajar dengan permukaan bidang singgung disebut aya geser (shear stress). Sedangkan kombinasi antara ketiga macam bentuk gaya utama akan menghasilkan gaya lengkung (bending stress) Ketahanan suatu benda untuk dikenai gaya disebut sebagai kekuatan. Besarnya perubahan untuk akibat dari gaya yang dikenakan disebut sebagai regangan (strain) dan dirumuskan sebagai perubahan bentuk (deformasi). Di bawah ini dibuat grafik hubungan antara tegangan dan regangan seperti gambar berikut: ? z D C Beban (Tegangan) X = Regangan Y = Tegangan A = Garis Elastis B = Batas Proporsi C = Perubahan bentuk yang tetap D = Muatan Maksimum E = Patah B A E Defleksi (Regangan) X Gambar 1. Hubungan antara tegangan dan Regangan Gambar 1 di atas hubungan antara tegangan yaitu sumbu y dan regangan sumbuh x.Tegangan atau sumbuh y adalah besarnya beban yang diberikan terhadap kayu. Sedangkan regangan atau sumbu x adalah besarnya perubahan bentuk (deformasi/depleksi ) dari kayu akibat pembebanan. Garis lurus pada bagian A adalah garis elastis adalah garis yang menggambarkan bahwa jika suatu kayu yang diberi beban akan berubah bentuk, tetapi jika beban dihilangkan kayu tersebut akan kembali lurus seperti semula,hal ini disebut dengan sifat elastis. Titik B adalah batas proporsi yaitu batas pembebanan kayu dimana kalau kayu terus diberi tegangan akan berubah bentuk,walau beban dihilangkan kayu tidak akan kembali lurus lagi. Bagian C adalah besarnya perubahan bentuk (deformasi/defleksi) akibat pembebanan. Bagian D adalah beban maksimum di mana kayu mengelami retak dan jarum penunjuk beban kembali ke titik nol dan ? kayu sudah patah. Resilience adalah besarnya usaha yang dilakukan terhadap suatu benda untuk mengubah bentuknya. Dalam batas proporsi resilience merupakan tenaga potensial yang tersimpan dalam benda itu dan merupakan besarnya usaha yang dapat dilakukan benda itu jika muatan dihilangkan. Benda yang tidak elastis bersifat kayu (plastis) seperti halnya kayu sendiri, dan akan mudah patah apabila tiba-tiba diberi muatan. Bekas daerah patahannya kelihatan bersih tanpa serabut kayu yang tertinggal, dan kayu demikian dikatakan bersifat getas (brash). Untuk kayu yang getas pada gambar diatas kurvanya tiba-tiba putus, sedangkan untuk kayu yang keras gambar garis kurvanya turun sedikit-sedikit. Keuletan (toughness) adalah kemampuan suatu benda untuk melawan deformasi dan mempertahankan bentuk serta ukuran semula bila dikenai muatan atau beban . Menurut Panshin dan de Zeeuw (1980), kekuatan kayu akan sejalan dengan berat jenisnya atau dengan pengertian bahwa semakin tinggi berat jenisnya atau dengan pengertian bahwa semakin tinggi berat jenis kayu semakin tingi pula nilai sifat kekuatan. Hubungan antara berat jenis kayu dengan kekuatan lengkung dan kekuatan tekan sejajar serat mutlak di sajikan pada Tabel 1. Tabel 1.Kelas Kuat di Indonesia Kelas kuat Berat Jenis I 0,90 keatas II 0,60 - 0,90 III 0,40 - 0,60 IV 0,30 - 0,40 V 0,30 kebawah Sumber:Anonim (1976) Keteguhan lengkung Mutlak(Kg/cm2) 1100 725 - 1100 500 - 725 300 - 500 300 Keteguhan tekan mutlak(Kg/cm2) 650 425 - 650 300 - 425 215 - 300 215 ? B. Sifat Bahan Pengawet Suatu hal yang umum diketahui ialah bahwa jenis bahan pengawet yang dipakai mungkin mempunyai pengaruh yang nyata pada kemudahan dan kesempurnaan dalam impregnasi kayu. Dalam kondisi perlakuan yang sama peresapan dan absorbsi yang lebih baik biasanya diperoleh denga n garamgaram larut air daripada dengan bahan pengawet minyak dan kreosot murni umumnya memberikan hasil yang lebih baik dari pada campuran-campuran kreosot. Selanjutnya dalam campuran-campuran kreosot ini ketahanan terhadap peresapan ternyata naik jika bagian ter, batu bara atau petroleum (Alex, 2002). keragaman absorbsi dan peresapan yang diperoleh dengan berbagai tipe bahan pengawet mungkin sebagian besar ditentukan oleh perbedaan-perbedaan viskositas cairan, meskipun kenyataan bahwa larutan-larutan dalam air diresap oleh dinding sel, sedangkan minyak pengawet tidak dapat membantu menerangkan kelebihan peresapan-peresapan yang diperoleh dengan klorida seng dan bahan-bahan pengawet larut air lainnya (Alex, 2002). C. Manfaat Pengawetan Dengan jalan melaksanakan pengawetan dapat diperoleh beberapa keuntungan (Alex, 2002), antara lain : 1. Jenis kayu kurang awet yang tadinya tidak atau kurang dipakai menjadi dapat dipergunakan dengan baik, hal mana berarti penggunaan sumber alam secara efisien. 2. Karena kayu yang diawetkan itu berumur lebih panjang dibandingkan dengan yang tidak diawetkan, maka hal ini berarti penghematan yang lebih baik sekali. ? 3. Dapat menggantikan jenis kayu yang bernilai ekspor seperti jati untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga demikian membantu Negara untuk mempertinggi penghasilan devisa untuk pembangunan. 4. Dengan berdirinya industri pengawetan kayu sedikit banyak berarti pula bertambahnya kesempatan kerja untuk rakyat, sehingga dapat membantu memecahkan masalah pengangguran. Pengawetan ini terasa lebih penting lagi karena dikhawatirkan bahwa produksi jenis kayu yang awet dalam waktu mendatang tidak dapat memenuhi kebutuhan lagi. Pada waktu pemilihan bahan pengawetan kayu perlu diperhatikan hal di bawah ini : 1. Tempat kayu itu akan dipakai. 2. Makhluk perusak kayu yang terdapat di tempat tersebut. 3. Bahan pengawet yang di gunakan. Bahan pengawet yang mengandung garam arsen biasanya digunakan untuk kayu dengan resiko serangga-serangga yang hebat. Kayu yang akan digunakan di tempat yang lembab dengan resiko serangga perusak kayu yang hebat perlu dipilih bahan pengawet cukup beracun bagi jamur. Kayu yang akan digunakan untuk meubel dapat diawetkan dengan bahan pengawet larut air yang tidak merubah warna kayu (Alex, 2002). D. Risalah Tanah lempung Tanah lempungpodsolik adalah tanah dari ordo atau golongan ultisol yang kurang baik untuk usaha pertanian, tanah yang tidak bernilai ekonomis tinggi jika dijadikan lahan bercocok tanam dibidang pertanian tanaman pangan. Kandungan unsur hara yang banyak dibutuhkan oleh tanaman pangan pada tanah ini sangat rendah, tanah lempung podsolik terkenal asam dan memiliki pH yang rendah ?? pula yaitu 4 sampai 5,5memiliki kandungan zat besi dan aluminium yang tinggi, dan berlempung silikat, sehingga dapat menyebabkan tanaman tumbuh kurang subur.Tanah lempung podsolik terbentuk karena proses podsolisasi pada kedalaman 80 cm sampai 2 meter danp roses ini terjadi karena pelindian asam paling intensif di bawah vegetasi hutan (Foth, 1995). Penggunaan tanah lempung podsolik untuk mengawetkan kayu merupakan suatu alternatif masa depan, karena tanah lempung podsolik tersedia di alam Kalimantan Timur secara melimpah. Wilayah Kalimantan pada umumnya atau Kalimantan Timur khususnya merupakan daerah hutan tropis basah yang memiliki curah hujan tinggi dan membentuk tanah ultisol tepatnya adalah lempung podsolik merah kuning (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Menurut Nursyamsi (2006), menyebutkan bahwa tanah ultisol atau podsolik adalah tanah yang memiliki kesuburan rendah bagi pertanian tanaman pangan, yang menyebabkan petani melakukan migrasi atau berpindah-pindah. E. Metode Pengawetan Kayu Menuerut Taman alex metode vakaum tekan lebiah evesien dan bagus karena bahan pengawet yang masuk kedalam pori - pori dan serat kayu lebih merata sehingga daya tahan terhadapa serangan hama perusak kayu seperti rayap dan jamur. Denagn demikaian metode vakum tekan lebih sempurna di bandinagan denagan metode yang lain. Adapuan sahart yang di gunakan dalam peroses vakum ialah: 1. Ukuran spemel yang di gunakan 2. Tekanan yang di sesuaikan 3. Kadar air 12% ?? 4. Keadan kering tanur Peros yang dilakukan selama peroses vakum tekan senagat mudah Waktu yang digunakan seingkat yaitu tergantung dari pengguna dan penguji namun delam waktu 2 jam tekanan 60 psi saja bahan pengawet yang di gunakan hampir tegunakan semua dan sisah yang terbuang haya air yang berwarna sesuai dengan bahan engawet yang kita gunakan. Adapuan menurut sabagian peneliti penganawetan adalah sebagai berikut: Menurut Dumanauw (1990) metode pengawetan kayu digolongkan menjadi dua macam yaitu : 1. Pengawetan Kayu dengan Metode Sederhana. a. Metode Rendaman Menurut Dumanauw (2001), ada beberapa macam pelaksanaan rendaman air antara lain, rendaman dingin, rendaman panas serta rendaman panas dan dingin yang biasanya dilakukan dalam bak dari logam. Selanjutnya Sulistyowati dkk. (1997), menyatakan kayu yang akan diawetkan dengan metode rendaman dingin di usahakan dalam keadaan kering udara kadar air tidak lebih dari 45%. 2. Pengawetan Kayu dengan Metode Khusus. a. Metode Proses Sel Penuh (full cell process). Menurut Hunt dan Garrat (1986) pada proses ini mempertahankan sebanyak mungkin cairan bahan pengawet yang masuk selama periode tekanan atau meninggalkan konsentrasi maksimal bahan pengawet dalam kayu. Metode ini disebut Bethell bila menggunakan ter-batubara, dan disebut dengan proses Burneet atau Burnettizing bila menggunakan klorida seng. ?? F. Retensi Retensi adalah jumlah bahan pengawet yang masuk dan terkandung di dalam kayu yang dinyatakan dalam kilogram per meter kubik (kg/m 3). Retensi dapat diketahui dengan cara menghitung berdasarkan selisih berat kayu sebelum dan sesudah diawetkan dibagi dengan volume kayu akan dikalikan dengan konsentrasi larutan yang digunakan untuk mengawetkan kayu (Hunt dan Garrat, 1986). Hunt dan Garrat (1986) menyebutkan bahwa retensi bahan pengawet merupakan faktor penting sebagai indikator keberhasilan pengawetan karena besarnya retensi dapat mempengaruhi keefektifan sistem pengawetan dalam memperpanjang umur penggunaan kayu yang diawetkan. Selanjutnya dikatakan bahwa besarnya retensi dapat ditingkatkan dengan menambah atau memperbesar konsentrasi bahan pengawet. Dengan kata lain hubungan retensi dan konsentrasi bahan pengawet adalah linier. Pengalaman menunjukkan bahwa banyaknya bahan pengawet yang perlu untuk perlindungan yang cukup sebagian besar ditentukan oleh penggunaan yang pesifik dari kayu. Nicholas (1973) retensi bahan pengawet yang tinggi sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan keberadaan bahan pengawet di dalam kayu. Akan tetapi, retensi yang berlebihan akan menyebabkan kayu mudah rapuh. G. Kayu Meranti Kayu meranti (?SŽ?GA? ) adalah tumbuhan dari famili Diptcrocarpceae yang bayak tumbuah di indonesia dan merupakan jenis kayu pertumbuhannya cepat ( Endert,1976). Tinggi mencapai 40 m, panjang batang bebas cabang 10 30 m, diameter dapat mencapai 150 cm, bentuk batang lurus dan silindris, sedangkan sifat keawetan atau sifat daya tahandari perusak kayu secara alami ?? rendah karna kayu meranti termasuk sifat keawetan rendah dengan kelas keawetan III ( Seng,1990) . Berdasarkan hasil uji peyerapan atau keterawetan dengan tursi yang di lakukan, bahwa kayu meranti merupakan kayu yang mudah meresap larutan bahan kimia pengawet kayu,selanjutnya keberhasilan pengawet kayu di pengaruhi oleh sifat kayu, bahan pengawet dan cara pengawetan. Indikator sifat keawetan kayu yang tinggi adalah keadan kayu dalam waktu dan kondisi tertentu tidak mudah tersera ng oleh perusak kayu ( Alex,2014). ?? BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 28 November 2015 sampai 28 Februari 2016 di Laboratorium Rekayasa Pengolahan Kayu dan Laboratorium Sifat Kayu dan Analisis Produk Program Studi Teknologi Hasil Hutan jurusan Teknologi Pertanian di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. B. Bahan dan alat penelitian 1. Alat a. Chainsaw, digunakan untuk menebang dan memotong kayu. b. Gergaji bundar, digunakan untuk menggergaji kayu. c. Cangkul untuk menggali tanah. d. Ember dan karung untuk membawa tanah. e. Sabit atau parang. f. Alat peyaring. g. Gergaji tangan, digunakan untuk membuat sampel. h. Gelas ukur, digunakan untuk berapa banyak bahan air yang akan digunakan. i. Meteran, digunakan untuk mengukur panjang kayu. j. Mikrokalifer/penggaris, digunakan untuk mengukur volume sampel. k. Timbangan elektrik, digunakan untuk menimbang bahan pengawet dan menimbang sampel. l. Mehas 100 m. Bak. n. Alat vakum ?? o. Pengaduk, digunakan untuk mengaduk larutan bahan pengawet yang telah dilarutkan dalam air. p. Kalkulator, digunakan untuk menghitung data. q. Oven r. Alat uji tekan MOE dan MOR universal testing mechine s. Alat tulis menulis, digunakan untuk menulis atau mencatat. t. Kamera, digunakan untuk dokumentasi. 2. Bahan a. Kayu meranti sebagai contoh uji dalam penelitian ini dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 40cm sebanyak 25 sampel.. b. Bahan pengawet partikel tanah lempung. c. Air ?? C. Bagan Alur Prosedur penelitian dapat dilihat sebagai berikut : Kayu Meranti Tanah lempung podsolik Penghancuran Pembuatan contoh uji Penyaringan Pengukuran volume dan berat Pengeringan Subtrat halus lempung podsolik (bahan pengawet) Pembuatan larutan Proses impregnasi kayu dengan subtract lempung Analisis retensi Analisis sifat kekuatan Oven sampel setelah Vakum dan penimbangan Kayu yang telah diimpregnasi dan dilakukan uji moe dan mor Gambar 2. Bagan alur penelitian Contoh Uji Tebal 2 cm Le Panjang 40 cm Gambar 3. Contoh Uji bar 2 cm ?? 1. Pembuatan Contoh Uji a. Contoh uji dikering udarakan selama dua minggu b. Contoh uji diambil dari kayu meranti dan dipotong-potong menjadi ukuran 2 cm x 2 cm x 40 cm sebanyak 25 sampel. c. Tanah yang di ambil dari kedalaman satu meter d. Tanah kemudian di hancurkan dan disaring dengan mesh 100. e. Tanah yang telah di saringkemudian digunakan sebagai bahan pengawet. 2. Membuat Larutan Tanah lempung Melarutkan partikel lempung pada konsentrasi 2,5%, dan 5%, dengan caranya sebagai berikut : a. Konsentrasi 2,5 %adalah perbandingan 500 gram partikel bahan pengawet dalam 20 liter larutan. Cara membuatnya adalah dimasukkan partikel halus tanah lempung podsolik ke dalam gelas ukur kemudian ditambahkan air sampai mencapai 1 liter. b. Konsentrasi 5 %adalah perbandingan 1000 gram partikel bahan pengawet dalam 20 liter larutan. Cara membuatnya adalah dimasukkan partikel halus tanah lempung podsolik ke dalam gelas ukur kemudian ditambahkan air sampai mencapai 1 liter. 3. Perlakuan terhadap contoh uji Adapun perlakuan terhadap contoh uji adalah sebagai berikut : a. Mengukur panjang, tebal dan lebar satu per satu sampel menggunakan mikrokalifer dan penggaris b. Menimbang sampel satu per satu untuk mengetahui berat awal sampel sebelum divakum menggunakan timbangan digital. ?? c. Memasukan cairan bahan pengawet yang sudah di sediakan kedalam tabung sampai seluruh permukaan kayu terendam cairan pengawet kemudian proses vakum di lakukan. d. Proses vakum selama dua jam dengan tekanan 60 psi. e. Meniriskan sampel yang telah divakum ke kemudian meletakkannya di atas koran bekas. f. Setelah didiamkan beberapa menit, kemudian sampel ditimbang kembali menggunakan timbangan digital untuk mendapatkan berat akhir sampel . g. Sampel yang telah divakum kemudian dioven h. Setelah di oven hingga konstan sampel dikeluarkan dan di diamkan, setelah beberapa menit . i. Uji sampel untuk mengetahui kekutan kayu setelah di vakum D. Pengolahan Data Dalam pengolahan data, data yang di peroleh atau yang telah dikumpulkan akan dihitung berdasarkan nilai rata-rata. 1. Pengujian kekuatan lentur MOR dan kekuatan patah MOE Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut ( Panshin, 1952 ) Rumus : Modulus patah (MOR) Rumus : Modulus elastisitas (MOE) Keterangan : P = Beban maksimum PL = Beban pada batas proporsi L = Jarak bentang B = Lebar F = Defleksi ?? D = Tebal 2. Retensi Nilai retensi diperoleh berdasarkan perbandingan absorbsi dengan volume contoh uji yang dituliskan dengan rumus ( Barly dan Abdurahim 1998 ): Keterangan : R = Retensi (gr/cm³) Ba = Berat setelah di awetkan (gr) Bo = Berat sebelum di awetkan (gr) V = Volume (m³) atau (cm³) K = Konsentrasi (% ?? BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dari hasil pengukuran dan perhitungan dalam penelitian ini diperoleh nilai besaran retensi bahan pengawet partikikel tanah lempung kayu pada 2 konsentrasi yang berbeda. 1. Hasil Retensi dapat di lihat pada tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Nilai rata-rata retensi partikel Tanah lempung pada kayu meranti. No. Konsentrasi ( %) Rata-rata Retensi (gr/cm3) 1. 2,5 0.013 2. 5 0.024 Untuk, konsentrasi 2,5% nilai rata-rata retensinya0,013 sebesar gr/cm3, sedangkan konsentrasi 5% retensinya sebesar 0,024 gr/cm3. Hasil perhitungan nilai retensi dapat dilihat pada lembar lampiran. Tabel 7 dan tabel 8 halaman 31 dan 32. 2. Nilai rata rata MOE dan MOR pada kosenterasi 2.5% , 5% dan control dapat di lihat pada tabel 3 di bawah ini: Tabel 3, Nilai rata-rata MOE dan MOR 2,5% , 5% dan kontrol kayu meranti. NO Kosenterasi % MOE kg / cm² MOR kg / cm ² 1 5 160187.66 729.69 2 2,5 156147.01 711.01 3 Kontrol 30615.39 368.16 Hasil perhitungan pengukurannya dapat dilihat pada lembar lampiran tabel 9 ,tabel 10 dan tabel 11 pada halaman 32 dan 33. ?? B. Pembahasan 1. Retensi Berdasarkan tabel 2.Maka nilai retensi partikel lempung yang terdapat di dalam kayu meranti dengan proses vakum tekan pada konsentrasi 5% dan 2,5% menunjukkan nilai yang berbeda dimana konsentrasi 5% di proleh nilai rata-rata retensi yang lebih tinggi dari pada nilai retensi dalam konsentrasi 2,5%. Hal ini diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi, semakin tinggi retensi karena factor perkaliannya adalah besarnya konsentrasi. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat. MartawijayadanBarly 2010. 2. Modulus patah ( MOR ) Berdasarkan tabel 3 Nilai rata-rata MOR Kayu meranti yang diberi perlakuan pengawetan dengan bahan partikel tanah lempung dengan metode vakum tekan lebih tinggi dari pada nilai MOR kayu meranti yang tanpa perlakuan. Tetapi MOR dengan perlakuan vakum tekan pada konsentrasi 5% lebih tinggi dari pada konsentrasi 2,5%. Hal ini menyimpul kanbahwa perlakuan vakum tekan dengan partikel tanah lempung akan tiggi mengisi rongga - rongga sel kayu yang kosong sehingga kayu menjadi padat dan lebih kuat menahan beban,ini di buktikan berdasarkan nilai MOR pada tabel I kelas IV 300 -500 kg / cm² dan kelas III 500-725 kg / cm² dan kelas II 725-1100 kg / cm² sedangkan pada tabel 3 nilai MOR kosentrasi 5% 729,69 kg / cm² dan 2,5% 711,01 kg / cm² yang berarti kosentrasi 5% mengalami kenikan dari kelas IV menjadi kelas II sedangkkan kosentrasi 2,5% naik dari kelas IV menjadi kelas III. 3. Modulus Elastistas ( MOE) Dari tabel 3 dapat di lihat bahwa nilai rata rata modulus elastistas kayu meranti yang diberikan perlakuan vakum menggunakan partikel tanah lempung ?? lebih elastistas dibandingkan dengan kayu meranti yang tanpa perlakuan, namun nila MOE 2,5 % lebih rendah dibandingkan MOE 5% dengan demikian pengaruh partikel tanah lempung yang digunakan dalam peroses vakum tekan terhadap kayu meranti memberi dampak yang positif,sehingga kayu meranti lebih elastistas kayunya menjadi lebih baik,karena di dalam lempung terdapat berbagi kandung diantanya alamunium dan besi sehingga rongga kayu yang terisi oleh kandungan tersebul lebih elatis. ?? BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang pengawetan kayumeranti dengan bahan pengawetpartikel lempungpada konsentrasi yang berbeda dengan metode vakum tekan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Nilai kekuatan kontrol lebih rendah di bandingkan dengan kayu yang di beri perlakuan lakukan vakum tekan. 2. Hasil uji MOE dan MOR pada kosnterasi 5 % lebih tinggi di bandingkan dengan konsenterasi 2, 5%. 3. Nilai retensi partikel lempung pada konsenterasi 5 % lebih tinggi dari pada kosenterasi 2,5 % 4. Nilai dari pada kekuatan kayu 2,5 % mengalami kenaikan dari kelas IV menjadi kelas III 5. Nilai dari kekuatan kayu meranti 5% mengalami kenikan dari kelas IV menjadi kelas II. B. Saran Perlu adanya penelitian lanjutan tentang pengaruh konsentrasi partikel lempung terhadap sifat keawetannya dan kekuatan jenis-jenis kayu lainnya. DAFTAR PUSTAKA Alex, 2002. Penelitian Tentang Pengawetan Kayu Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Alex, T. 2014. Efek Impregnasi Tembaga Sulfat pada Kayu Anggrung ( Trema orientalis ) terhadap sifat Kekuatannya. Prosiding Seminar Nasional MAPEKI XVII (11 November 2014) Medan. H 206-208. Anonim, 2011 baru Algesindo. Bandung Sinar Anonim, 1977. Jenis-jenis Kayu Indonesia. Lembaga Biologi Nasional Bogor LIPI Brown,N.P. Panshin dan C.C Forsaith, 1952 textbook of Wood technology, McGraw Hill Book Company, Inc New York, Volume II. Febrianto, F., A. Gumilang, A. Carolina dan F.S. Yoresta. 2014. Distribusi Bahan Pengawet Larut Air pada Kayu Diawetkan Secara Sel Penuh dan Sel Kosong. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Vol. 12. No.1. Januari 2014. Bogor Foth, 1995. Foth, H.D. 1995. Yogyakarta. h103-116 Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press. Hunt, G. M and G.A. Garrat, 1967, Wood Preservation, Mc Graw Hill Book Co, New York. Jasni dan Sulastiningsih. 2005. Pencegahan Serangan Bubuk Dinoderus minutes. Pada Bambu Lapis dan Kayu Lapis. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol. 3. No. 2. Thn. 2005. Bogor Martawijaya dan Barly, 2010). Pedoman pengawetan kayu. IPB Press. Bogor Muin dan Arif, 2006. Keterawetan Kayu Tropis Dengan Proses Pengawetan Mustafa, 2012. Dasar Dasar ilmu tanah. Program Studi Agro Teknologi. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Nicholas, D. 1987. Kemunduran (Deterioorasi) Kayu dan Pencegahannya dengan Perlakuan-perlakuan Pengawetan Airlangga University Trees. Surabaya Nursyamsi. 2006. Kebutuhan Hara Kalium Tanaman Kedelai di Tanah Ultisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. VI (2) .Tahun 2006 ?? Prasetyo dan Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi dan Teknologi Pengelolaan. Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 25 (2), Tahun 2006. Rudi (2002) Keawetan kayu yang berasal dari hutan alam dan hutan tanam, Prosiding diskusi sifat dan kegunaan jenis kayu HTI, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta. Santoso, H.B. 1992. Budidaya sengon. Penerbit Kanisius, Yogyakarta Sutrisno dkk.1992. Teknologi Hasil Hutan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Universitas Padjajaran. Wahyudi, Ohtani and Ichiura. 2012. Significant Feeding Deterrent of Berberine from. Tali uning (Tinosfora dissitiflora Diels) Againts Two Subterranean Termites Captotermes formosanus Shiraki and Reticulitermes speratus Kolbe. Wood Research Journal. Journal of Indonesian Wood Research Society. Vol. 3 Number 1. 2012. . LAMPIRAN-LAMPIRAN 30 Tabel 4. Hasil pengukuran volume konsentrasi 2, 5%. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah X rata- Tebal ( cm ) 2.03 2.04 2.03 2.04 2 2.01 2.02 2.01 2.01 2.04 20.23 2.023 Lebar ( cm) 2.01 2.02 2.02 2.02 2.01 2.01 2 2.05 2.02 2.02 20.18 2.018 Panjang ( cm) 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 400 40 volume 163.212 164.832 164.024 164.832 160.8 161.604 161.6 164.82 162.408 164.832 1632.964 163.2964 Tabel 5. Hasil pengukuran volume konsentrasi 5%. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah X rata- Tebal ( cm ) 2.03 2.01 2.04 2.01 2.03 2.04 2.02 2.03 2.04 2 20.25 2.025 Lebar ( cm) 2 2.04 2.01 2.01 2.03 2 2.01 2 2.02 2.03 20.15 2.015 Panjang ( cm) 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 400 40 volume 162.4 164.016 164.016 161.604 164.836 163.2 162.408 162.4 164.832 162.4 1632.112 163.2112 31 Tabel 6. Hasil pengukuran volume untuk kontrol. No 1 2 3 4 5 Jumalh X Rata rata Lebar (cm) 3.1 3 3.2 3.1 3 15.4 Tebal (cm) 3 3.3 3.1 3 3.1 15.5 Panjang ( cm) 40 40 40 40 40 200 Volume 372 396 396.8 372 372 1908.8 3.08 3.1 40 381.76 Volume 163.121 164.823 164.024 164.832 160.8 161.604 161.6 164.82 162.408 146.832 1632.946 163.2946 retensi gr/cm³ 0.007016264 0.011001195 0.019111532 0.016243812 0.009740361 0.003865932 0.016963181 0.0054332 0.019620339 0.021963877 0.130959692 0.013095969 Tabel 7. Hasil retensi konsentrasi 2,5%. N0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah X berat awal (gr) 63.96 67.45 45.13 52.44 66.54 98.14 54.77 77.77 57.39 48.75 632.34 63.234 berat sesudah vakum (gr) 109.74 139.98 170.52 159.54 129.19 123.13 164.42 113.59 184.85 177.75 1472.71 147.271 32 Tabel 8. Hasil retensi konsentrasi 5%. no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah X berat awal (gr) 62.2 73.64 71.06 69.41 61.37 78.94 58.49 93.28 71.42 54.02 693.83 69.383 berat sesudah vakum (gr) 107.71 131.43 188.56 144.9 132.27 171.32 165.32 182.12 134.02 148.15 1505.8 150.58 volume 162.4 162.408 164.016 161.604 164.836 163.2 162.408 162.4 164.832 162.4 1630.504 163.0504 retensi g/cm³ 0.0140117 0.017791611 0.035819676 0.023356476 0.021506224 0.028302696 0.03288939 0.027352217 0.018989031 0.028980911 0.248999933 0.024899993 Tabel 9. Hasil uji MOE dan MOR konsentrasi 2,5% NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata rata Tebal (cm) 2.03 2.04 2.03 2.04 2.00 2.01 2.02 2.00 2.01 2.04 20.23 Lebar (cm) 2.01 2,02 2.02 2.00 2.01 2.01 2.00 2.05 2.02 2.02 20.18 Jarak bentang (cm) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 300 PI (kg) 101 110 160 90 60 120 120 110 130 90 1091 F (kg) 0.5 0.6 0.7 0.6 0.5 0.6 0.5 0.5 0.7 0.5 5.7 P (kg) 114 156 160 90 60 150 130 144 152 130 1286 MOE (kg/cm²) 164614.0913 147208.7088 186263.148 120443.489 100746.2687 166243.8531 198509.95 179303.3215 153605.0878 144532.1868 1561470.105 MOR (kg/cm²) 728.3243944 835.074857 865.2280241 481.773955 335.8248955 831.2192657 716.8414861 782.400339 838.1323764 695.8977837 7110.117 2.023 2.018 30 109 0.57 128.6 156147.0105 711.0117 33 Tabel 10. Hasil uji MOE dan MOR konsentrasi 5%.32 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata rata PI (kg) F (kg) P (kg) MOE (kg/cm²) MOR (kg/cm²) 2.03 2.00 2.01 2.04 2.04 2.01 2.01 2.01 2.03 2.03 2.04 2.00 2.02 2.01 2.03 2.00 2.04 2.02 2.00 2.03 20.25 20.13 Jarak bentang (cm) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 300 80 90 120 60 120 110 130 100 130 90 1030 0.5 0.5 0.4 0.4 0.6 0.5 0.7 0.5 0.7 0.5 5.3 118 120 170 104 140 124 158 114 150 110 1308 131039.3361 148878.7774 242085.4196 124682.8899 161378.4927 178416.955 152844.6666 163799.1701 149120.5102 149630.4519 1601876.67 644.2267357 645.5611217 928.1948467 576.3120242 753.1129115 683.8235294 866.9035959 786.2360164 802.956532 609.6059113 7296.933 2.025 2.013 30 103 0.53 131 160187.667 729.6933 Tebal Lebar (cm) (cm) Tabel 11. Hasil Uji MOE dan MOR kontrol. NO 1 2 3 4 5 Jumalh X Rata rata Tebal (cm) 3.01 3 3.02 3.01 3 15.04 Lebar (cm) 3 3.03 3.01 3 3.01 15.05 Jarak bentang (cm) 30 30 30 30 30 150 3.008 3.01 30 PI (kg) 200 160 160 150 170 840 F (kg) 0.4 0.4 0.5 0.5 0.5 2.3 P (kg) 242 241 218 106 108 915 MOE (kg/cm²) 41528.2392 32353.00493 26226.92181 24916.94352 28051.87845 153076.9879 MOR (kg/cm²) 401.9934 393.7522 358.5369 342.1927 344.3671 1840.842 168 0.46 183 30615.39758 368.1685 ?? Gambar 3. Pengeringan kayu Gambar 4. Sampel siap di vakum ?? Gambar 5. Pembuatan larutan partikel tanah lempung Gambar 6. Larutan Konsentrasi 2,5% ?? Gambar 7. Larutan konsentrasi 5% Gambar 7. Vakum contoh uji pada larutan partikel tanah lempung ?? Gambar 8. Contoh uji setelah vakum Gambar 9. Pengujian sampel kayu