9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen
2.1.1
Definisi Manajemen
Menurut Stephen P. Robins dan Mary Coulter (2012:9) manajemen adalah
mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan kerja orang lain sehingga kegiatan mereka
selesai efisien dan efektif. Sedangkan menurut Bruno Dyck dan Mitchell J. Neubert
(2009:7) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
mengendalikan sumber daya manusia dan organisasi lainnya ke arah pencapaian tujuan
organisasi yang efektif. Lalu menurut Charles W.L Hill dan Steven L. McShane (2008:4)
manajemen adalah seni tentang mendapatkan hal-hal yang dilakukan melalui orang lain.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses
perencanaan dan pengorganisasian mengenai kegiatan yang dilakukan melalui orang lain
untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.2
Strategi
2.2.1
Definisi Strategi
Menurut Hofer dan Schendel (1979) dalam Neil Ritson (2011:17) strategi adalah
kekuatan perantara atau 'match' antara organisasi dan lingkungan. Lalu menurut Kevan
Williams (2009:4) strategi adalah tentang menciptakan dan memberikan masa depan. Ini
adalah tentang memimpin tim atau organisasi Anda untuk masa depan di mana Anda dapat
bersaing secara lebih efektif untuk mencapai kemakmuran dan keberlanjutan. Kemudian
menurut Guillen & Garcia-Canal (2013:17) strategi adalah sesuatu yang dibuat untuk
memberikan arahan dan panduan kepada setiap departemen, unit, dan individu dalam
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi seperti kinerja yang baik, keuangan yang baik
atau hal lainnya. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi adalah
9
10
suatu rencana yang bersifat jangka panjang mengenai pemanfaatan sumber daya perusahaan
sehingga mencapai tujuan yang diinginkan.
2.2.2
Jenis-Jenis Strategi
Setelah mengetahui definisi dari strategi itu sendiri, perlu diketahui pula strategi
terdiri dari beberapa jenis. Menurut David (2015:137) jenis-jenis tersebut adalah:
1. Strategi Integrasi
Strategi Intregasi ini terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Integrasi ke depan
Melibatkan peningkatan kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas distributor.
Peningkatan jumlah produsen pada hari ini yaitu dengan melakukan strategi
integrasi ke depan dengan membuat situs untuk langsung menjual produk
kepada konsumen. Strategi ini dapat menyebabkan kekacauan di beberapa
industri.
b. Integrasi ke belakang
Sebuah strategi yang mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol dari
pemasok perusahaan. Strategi ini bisa sangat tepat saat pemasok perusahaan
tidak dapat diandalkan, terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan
perusahaan.
c. Integrasi horizontal
Strategi dengan mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas kompetitor
perusahaan. Salah satu tren yang paling signifikan dalam manajemen strategis
saat ini adalah peningkatan penggunaan dari integrasi horizontal sebagai strategi
pertumbuhan.
2. Strategi Intensif
Strategi Intensif terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Penetrasi pasar
11
Meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat ini
melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini biasanya digunakan
sendirian dan dengan kombinasi strategi lainnya. Kegiatan penetrasi pasar yaitu
dengan meningkatkan jumlah tenaga penjualan, meningkatkan pengeluaran iklan,
melakukan perluasan produk promosi penjualan, atau meningkatkan upaya
publisitas.
b. Pengembangan pasar
Pengembangan pasar dilakukan dengan cara memperkenalkan suatu produk atau
jasa ke wilayah geografis yang baru.
c. Pengembangan produk
Strategi dengan upaya meningkatkan penjualan dengan memperbaiki atau
memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini. Biasanya pengembangan
produk memerlukan penelitian dan pengeluaran pengembangan.
3. Strategi Diversifikasi
Strategi Diversifikasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Diversifikasi terkait
Merupakan strategi ketika rantai nilai bisnis sesuai dengan strategi lintas bisnis
yang bernilai kompetitif.
b. Diversifikasi tidak terkait
Strategi yang memanfaatkan portofolio usaha yang mampu memberikan kinerja
keuangan yang baik pada masing-masing industri, daripada berusaha untuk
memanfaatkan rantai nilai strategis yang cocok dalam kegiatan bisnis.
4. Strategi Defensif
Strategi Defensif terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Penghematan
Penghematan terjadi ketika sebuah organisasi berkumpul kembali melalui biaya
dan pengurangan aset untuk membalikan penurunan penjualan dan keuntungan.
12
Kadang, hal ini disebut turnaround atau strategi organisasi, penghematan
dirancang untuk melindungi kompetensi dasar organisasi.
b. Pembuangan
Menjual divisi atau bagian dari organisasi. Divestasi sering digunakan untuk
meningkatkan modal investasi. Divestasi dapat menjadi bagian dari strategi
penghematan secara menyeluruh dalam menyingkirkan organisasi bisnis yang
tidak menguntungkan, yang memerlukan modal terlalu banyak, atau yang tidak
cocok dengan kegiatan lain dari perusahaan.
c. Likuidasi
Strategi ini dilakukan dengan menjual semua aset perusahaan menjadi bagianbagian.
Likuidasi
merupakan
pengakuan
atas
kekalahan
yang
bisa
mengakibatkan strategi emosional yang sulit.
2.3
Manajemen Strategi
2.3.1
Definisi Manajemen Strategi
Menurut David dan David (2015:39) manajemen strategi dapat didefinisikan
sebagai seni dan ilmu merumuskan, melaksanakan, dan mengevaluasi keputusan lintas
fungsional yang memungkinkan suatu organisasi untuk mencapai tujuan. Sedangkan
menurut Robbins (2014:266) manajemen strategi adalah sesuatu yang dilakukan manajer
untuk mengembangkan strategi perusahaan. Menurut Mainardes, Ferreira, Raposo
(2014:49) manajemen strategi adalah istilah yang luas yang mencakup penentuan misi dan
tujuan organisasi dalam konteks lingkungan eksternal dan internal. Dari definisi-definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen strategi adalah sistem yang memiliki fungsi
dalam merumuskan, melaksanakan serta mengevaluasi strategi perusahaan.
13
2.3.2
Tahap Manajemen Strategi
Proses manajemen strategi terdiri dari beberapa tahap, menurut David (2015:39)
tahap tersebut adalah:
1. Perumusan Strategi
Mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal
organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan
jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk
dicapai.
2. Implementasi Strategi
Membutuhkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, menyusun kebijakan,
memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang
dirumuskan dapat dilaksanakan.
3. Evaluasi Strategi
Tahap akhir dalam manajemen strategi. Manajer ssangat dibutuhkan untuk
mengetahui kapan strategi tertentu tidak bekerja dengan baik, evaluasi strategi
adalah sarana utama untuk memperoleh informasi ini.
14
2.3.3
Model Manajemen Strategi
Gambar 2.1 Model Manajemen Strategi
Sumber: David (2015)
2.3.4
Manfaat Manajemen Strategi
Setelah membahas definisi, tahap, serta model dari manajemen strategi, tentunya
perlu juga diketahui mengenai manfaat dari hal tersebut. Seperti David (2015:49) yang
mengatakan bahwa manfaat manajemen startegi terbagi menjadi dua, yaitu:
1.
Manfaat Finansial
Dalam
berbisnis,
penggunaan
konsep
manajemen
strategis
menunjukkan
peningkatan dari berbagai aspek, antara lain penjualan, profitabilitas, dan
produktifitas. Hal ini sangat menguntungkan bagi perusahaan dibandingkan
perusahaan yang tidak memakai konsep manajemen strategis. Perencanaan strategis
yang sistematis akan mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang tidak
diinginkan di masa depan, baik dalam lingkungan eksternal maupun internal.
15
2. Manfaat Non Finansial
Sedangkan manfaat non finansial dari manajemen strategi dapat dilihat dari tingkat
produktifitas perusahaan yang meningkat, adanya kesadaran akan ancaman
eksternal, lebih memahami strategi pesaing dan manajemen relationship serta
berkurangnya resistensi terhadap perubahan.
2.4
Formulasi Strategi
2.4.1
Audit Internal
Menurut David dan David (2015:188-189) audit internal dimaksudkan untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Suatu
organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam fungsional bisnis. Tidak ada
perusahaan yang memiliki kekuatan dan kelemahan di bidang yang sama. Kekuatan dan
kelemahan memiliki hubungan dengan peluang dan ancaman serta visi misi memberikan
dasar untuk menetapkan tujuan dan strategi yang akan ditetapkan. Tujuan dan strategi
ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan.
Kekuatan internal dibagi menjadi enam kategori yaitu:
1. Kekuatan manajemen
2. Kekutan pemasaran
3. Kekuatan keuangan
4. Kekuatan produksi
5. Kekuatan penelitian dan pengembangan
6. Kekuatan sistem informasi manajemen
2.4.2
Audit Eksternal
Menurut David dan David (2015:226) audit eksternal berfokus pada identifikasi
masalah, evaluasi tren dan kejadian diluar kendali perusahaan. Tujuan dari audit eksternal
adalah untuk mengembangkan sebuah daftar terbatas dari peluang yang bisa
menguntungkan perusahaan dan ancaman yang harus dihindari. Audit eksternal bertujuan
16
untuk mengidentifikasi variabel penting yang menawarkan respon untuk mengambil suatu
tindakan. Perusahaan harus mampu merespon baik ofensif atau defensif terhadap faktor
dengan merumuskan strategi yang memanfaatkan perluang eksternal atau meminimalkan
dampak dari ancaman potensial.
Faktor eksternal terbagi menjadi lima kategori:
1. Faktor ekonomi
2. Faktor sosial, budaya, demografis dan lingkungan
3. Faktor politik, pemerintahan dan hukum
4. Faktor teknologi
5. Faktor kompetitif
2.5
Jenis-Jenis Matriks
2.5.1
Matriks EFE (Matriks Evaluasi Faktor Eksternal)
Menurut David dan David (2015:244), Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External
Factor Evaluation – EFE Matrix) memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum
dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,
pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks ini membantu perusahaan agar
dapat memanfaatkan peluang dengan maksimal dan mewaspadai ancaman sehingga mampu
untuk menghadapi ancaman dari lingkungan pesaing.
2.5.2
Matriks CPM (Matriks Profil Kompetitif)
Menurut David dan David (2015:245), Matrix CPM (Competitive Profile Matrix)
mengidentifikasikan para pesaing utama suatu perusahaan serta kekuatan dan kelemahan
khusus mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis perusahaan sampel. Bobot dan
skor bobot total, baik dalam Matriks Profile Kompetitif (CPM) maupun evaluasi faktor
eksternal (EFE), memiliki arti yang sama. Matriks ini dapat membantu perusahaan dalam
membandingkan apa yang menjadi keunggulan dari tiap perusahaan. Namun demikian,
faktor keberhasilan penting (critical success) dalam CPM mencakup baik isu internal
17
maupun eksternal; karenanya, peringkatnya mengacu pada kekuatan dan kelemahan ,
dimana 4 = sangat kuat, 3 = kuat, 2 = lemah, 1 = sangat lemah. Terdapat beberapa
perbedaan utama antara EFE dan CPM. Pertama, faktor penentu keberhasilan CPM lebih
luas, mereka tidak memasukan data yang spesifik dan faktual, bahkan berfokus pada isu
internal. Faktor penentu keberhasilan dalam CPM juga tidak dikelompokan dalam peluang
dan ancaman seperti dalam EFE. Dalam CPM, peringkat dan total nilai tertimbang untuk
perusahaan pesaing dapat dibandingkan dengan perusahaan.
2.5.3
Matriks IFE (Matriks Evaluasi Faktor Internal)
Menurut David dan David (2015:216-217), langkah terakhir dalam melaksanakan
memungkinkan para penyusun strategi untuk menentukan kekuatan dan kelemahan dalam
area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta
mengevaluasi hubungan di antara area tersebut. Matriks ini membantu perusahaan dalam
memaksimalkan kekuatan dari perusahaan itu sendiri dan meminimalkan kelemahan agar
perusahaan mampu menghadapi ancaman dari lingkungan pesaing. Penilaian intuitif
digunakan dalam pengembangan Matriks IFE, sehingga tampilan ilmiahnya tidak boleh
ditafsirkan sebagai bukti bahwa teknik ini benar-benar tanpa celah. Pemahaman yang
menyeluruh mengenai faktor-faktor yang tercakup di dalamnya lebih penting daripada
angka-angka yang ada.
2.5.4
Matriks IE (Matriks Internal-Eksternal)
Menurut David dan David (2015:270), Matriks IE (Internal-External) berguna
untuk mengetahui posisi strategis perusahaan berdasarkan faktor eksternal dan internalnya.
Selain itu, matriks ini juga digunakan untuk mengetahui strategi perusahaan secara umum
yang tepat dilakukan perusahaan sesuai dengan posisi strategis perusahaan. Matriks IE
dibentuk
berdasarkan dua dimensi, dimana pertemuan dua skor tersebut akan
menempatkan perusahaan di salah satu kuadran dari sembilan kuadran yang ada yaitu skor
18
bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Skor bobot total
yang diperoleh dari berbagai divisi tersebut memungkinkan susunan matriks IE ditingkat
perusahaan. Pada sumbu x dari matriks IE, skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99
menunjukkan posisi internal yang lemah, skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, dan skor
3,0 sampai 4,0 adalah kuat. Serupa dengannya, pada sumbu y, skor bobot EFE total 1,0
sampai 1,99 dipandang rendah, skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, dan skor 3,0 hingga
4,0 adalah tinggi.
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai implikasi
strategi yang berbeda-beda. Pertama, ketentuan untuk berbagai divisi yang masuk dalam sel
I,II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan membagun (grow and build). Strategi
yang intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau
integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) bisa menjadi
yang paling tepat bagi divisi-divisi ini. Kedua, divisi-divisi yang masuk ke dalam sel III,V,
atau VII dapat ditangani dengan baik melalui strategi menjaga dan mempertahankan (hold
and maintain), penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang paling
banyak digunakan dalam jenis divisi ini. Ketiga, ketentuan umum untuk divisi yang masuk
dalam sel VI,VIII atau IX adalah panen atau divertasi (harvest or divest). Organisasi yang
berhasil mampu mencapai portofolio bisnis yang masuk atau berada diseputar sel I dalam
matriks IE.
2.5.5
Matriks SWOT
Menurut David dan David (2015:259-261), Matriks SWOT merupakan matriks
yang digunakan untuk menyesuaikan kemampuan internal perusahaan (kekuatan dan
kelemahan) dengan kemungkinan eksternal perusahaan (peluang dan ancaman) yang
dihadapi. Dengan menggunakan matriks ini perusahaan dapat mengembangkan empat jenis
strategi yaitu: Strategi SO (kekuatan-peluang), Strategi WO (kelemahan-peluang), Strategi
ST (kekuatan-ancaman), dan Strategi WT (kelemahan-ancaman). Mencocokkan faktorfaktor eksternal dan internal utama merupakan bagian tersulit dalam mengembangkan
19
Matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik dan tidak ada satu pun
paduan yang paling benar.
•
Strategi SO (Strengths-Opportunities)
Strategi dimana perusahaan memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan dari peluang eksternal yang ada.
•
Strategi WO (Weakness-Opportunities)
Strategi dimana perusahaan memperbaiki kelemahan internal yang dimilikinya
untuk mendapatkan keuntungan dari peluang eksternal yang ada.
•
Strategi ST (Strengths-Threats)
Strategi dimana perusahaan memperbaiki kelemahan internal yang dimilikinya
untuk mendapatkan keuntungan dari peluang eksternal yang ada.
•
Strategi WT (Weakness-Threats)
Strategi dimana perusahaan memperbaiki kelemahan yang dimiliki untuk
menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman eksternal.
2.5.6
Matriks Strategi Besar
Menurut David dan David (2015:273), Matriks Strategi Besar telah menjadi sebuah
alat yang populer untuk merumuskan strategi alternatif. Semua organisasi dapat diposisikan
disalah satu dari empat kuadran strategi Matriks Strategi Besar. Untuk divisi-divisi suatu
perusahaan dapat dilakukan hal yang serupa. Matriks Strategi Besar didasarkan pada dua
dimensi evaluatif: posisi kompetitif dan pertumbuhan pasar (industri). Strategi yang tepat
untuk dipertimbangkan organisasi ditampilkan dalam urutan daya tarik di setiap kuadran
matriks tersebut.
Perusahaan yang berada dalam Kuadran I Matriks Strategi Besar memiliki posisi
strategi yang sempurna. Untuk perusahaan-perusahaan tersebut, konsentrasi pada pasar
(penetrasi pasar dan pengembangan pasar) dan produk (pengembangan produk) yang ada
saat ini merupakan strategi yang sesuai. Bukan hal yang bijak bagi sebuah perusahaan
20
Kuadran I untuk beralih secara mendasar dari keunggulan kompetitifnya yang sudah
mapan. Bila perusahaan Kuadran I mempunyai kelebihan sumber daya, maka integrasi ke
belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal bisa menjadi strategi efektif. Ketika
suatu perusahaan Kuadran I terlalu berpatokan dengan satu produk tertentu, diversifikasi
terkait kiranya dapat membantu mengurangi resiko yang berkaitan dengan lini produk yang
sempit. Perusahaan-perusahaan Kuadran I memiliki sumber daya yang memadai untuk
mengambil keuntungan dari berbagai peluang eksternal yang muncul di banyak bidang.
Mereka bisa mengambil resiko secara agresif jika perlu.
Perusahaan-perusahaan yang terletak di Kuadran II perlu secara serius
mengevaluasi pendekatan mereka terhadap pasar. Walaupun industri mereka tengah
tumbuh, mereka tidak mampu bersaing secara efektif, dan mereka perlu mencari tahu
mengapa pendekatan perusahaan saat ini tidak efektif dan bagaimana perusahaan dapat
memperbaiki daya saingnya. Oleh karena perusahaan-perusahaan Kuadran II berada di
industri dengan pasar yang bertumbuh cepat, strategi intensif (sebagai kebalikan dari
strategi
integratif
atau
diversifikasi)
biasanya
menjadi
pilihan
pertama
untuk
dipertimbangkan. Namun demikian, jika perusahaan kurang memiliki kompetensi khusus
atau keunggulan kompetitif, integrasi horizontal dapat menjadi alternatif lain yang bagus.
Sebagai pilihan terakhir, divestasi atau likuidasi dapat dipertimbangkan. Divestasi dapat
menyediakan dana yang diperlukan untuk mengakuisisi bisnis lain atau membeli kembali
saham.
Organisasi-organisasi Kuadran III bersaing di industri yang pertumbuhannya lambat
serta memiliki posisi kompetitif yang lemah. Berbagai perusahaan ini harus segera
membuat perubahan drastis untuk menghindari penurunan lebih jauh dan kemunginan
likuidasi. Pengurangan (penciutan) biaya dan aset yang ekstensif harus dilakukan pertama
kali. Strategi alternatifnya adalah dengan mengalihkan sumber daya dari bisnis saat ini ke
bidang yang lain (diversifikasi). Jika semuanya itu gagal, pilhan terakhir untuk bisnis
Kuadran III adalah divestasi atau likuidasi.
21
Terakhir, bisnis-bisnis Kuadran IV memiliki posisi kompetitif yang kuat namun berada
dalam industri yang pertumbuhannya lambat. Perusahaan-perusahaan ini mempunyai
kekuatan umtuk mengadakan program diversifikasi ke bidang-bidang pertumbuhan baru
yang lebih menjanjikan. Karakteristik perusahaan-perusahaan Kuadran IV adalah memiliki
tingkat arus kas yang tinggi serta kebutuhan pertumbuhan internal yang terbatas dan sering
kali dapat menjalankan strategi diversifikasi terkait atau tidak terkait dengan berhasil.
Perusahaan-perusahaan Kuadran IV juga bisa melakukan usaha patungan.
2.5.7
Matriks QSPM (Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif)
Menurut David dan David (2015:275), Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif
(Matriks QSPM) merupakan matriks yang digunakan untuk menganalisis masukan (input)
pada tahap 1 yang sudah disesuaikan dengan tahap pencocokan pada tahap 2 untuk secara
objektif menentukan strategi yang hendak dijalankan diantara strategi-strategi alternatif.
Teknik ini secara objektif menunjukkan strategi mana yang terbaik. Itu artinya, Matriks
EFE, Matriks IFE, dan Matriks Profil Kompetitif yang menyusun Tahap 1, ditambah
dengan Matriks SWOT, Matriks IE, dan Matriks Grand Strategy yang menyusun Tahap 2,
menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun QSPM (Tahap 3).
QSPM adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi
berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan beberapa faktor keberhasilan
penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya. Seperti halnya alat analitis
perumusan strategi yang lain, QSPM membutuhkan penilaian intuitif yang baik.
2.6
Daya Saing
Menurut David (2011:131) kompetisi persaingan adalah inti yang menentukan
kesuksesan dan kegagalan perusahaan. Salah satu bentuk model analisa kompetitif yang
dikenal adalah model kompetitif Porter. Lalu, menurut Susanto (2014:204) suatu
perusahaan dikatakan memiliki daya saing atau keunggulan kompetitif (competitive
22
advantage) adalah ketika perusahaan tersebut mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki
pesaing, melakukan sesuatu lebih baik dari perusahaan lain, atau mampu melakukan
sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh perusahaan lain.
2.7
Analisis Kompetitif: Model Lima Kekuatan Porter
Menurut David dan David (2015:239) model lima kekuatan Porter adalah
pendekatan secara luas yang digunakan untuk mengembangkan strategi dalam banyak
industri. Intensitas persaingan antar perusahaan sangat bervariasi di seluruh industri.
Persaingan diantara perusahaan yang ada begitu ketat, pesaing baru dapat memasuki
industri dengan relatif mudah. Menurut Porter daya saing dalam suatu industri tertentu
dapat dilihat dari lima kekuatan yaitu:
1. Persaingan antar perusahaan
2. Potensi masuknya pesaing baru
3. Potensi produk pengganti
4. Daya tawar pemasok
5. Daya tawar konsumen
23
Potensi pengembangan
produk pengganti
Daya Tawar Pemasok
Persaingan antar perusahaan
Daya Tawar
yang sudah ada
Konsumen
Potensi masuknya pesaing
baru
Gambar 2.2 Model Lima Kekuatan Porter
Sumber : Buku Strategic Management (Fred R. David, Forest R. David 2015:239)
2.8
Kerangka Pemikiran
Dalam kerangka pemikiran penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan strategi
yang tepat dengan cara menganalisis faktor eksternal dan internal perusahaan yang meliputi
kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) yang dimiliki restoran Johnny Rockets cabang Lotte Shopping Avenue
24
Formulasi
Strategi
Analisis
Analisis
Lingkungan
Lingkungan
Eksternal
Internal
Opportunities
Threats
Strenghts
Weaknesses
STAGE 1: THE INPUT STAGE
External Factor
Competitive
Evaluation (EFE)
Profile
Matrix
InternalFactor
Evaluation (IFE)
Matrix (CPM)
Matrix
STAGE 2: THE MATCHING STAGE
Strengths-WeaknessesOpportunities-Threats
Internal-External
(IE) Matrix
Grand Strategy
Matrix
(SWOT) Matrix
STAGE 3: THE DECISION STAGE
Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Rekomendasi Strategi Bisnis
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Sumber: Penulis (2016)
25
Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.3, tahap berikutnya adalah memasukkan analisis
faktor tersebut ke dalam matriks EFE (External Evaluation Matrix), matriks CPM
(Competitive Profile Matrix) dan matriks IFE (Internal Evaluation Matrix). Langkah
selanjutnya adalah tahap pencocokan menggunakan matriks SWOT (Strenghts-WeaknessOpportunities-Threats), matriks IE (Internal-External), dan matriks strategi besar (Grand
Strategy) untuk mencocokan faktor eksternal dengan faktor internal restoran Johnny
Rockets cabang Lotte Shopping Avenue. Selanjutnya hasil pada tahap masukan tersebut
akan menghasilkan alternatif strategi bisnis yang tepat bagi perusahaan secara umum.
Tahap terakhir adalah tahap keputusan dimana menggunakan matriks QSPM
(Quantitive Strategic Planning Matrix) untuk menganalisis secara kuantitatif dalam rangka
memilih alternatif strategi bisnis yang terbaik bagi restoran Johnny Rockets cabang Lotte
Shopping Avenue dalam meningkatkan daya saing.
Download