ANALISIS PROBIOTIK BIFIDOBACTERIUM PADA FESES BALITA YANG MENDAPAT ASUPAN PREBIOTIK INULIN Ni Komang Ari Chandrawaty, Rani Sauriasari, dan Amarila Malik Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia [email protected] ABSTRAK Probiotik merupakan mikroorganisme yang dikenal luas memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan. Probiotik yang paling banyak dipelajari adalah kelompok bakteri asam laktat, yaitu dari genus Bifidobacterium, Lactobacillus, dan Streptococcus. Bifidobacterium merupakan bakteri utama yang ditemukan pada saluran cerna anak dan telah dilaporkan peranannya sebagai indikator kesehatan saluran pencernaan anak. Agen prebiotik seperti inulin telah diketahui dapat membantu meningkatkan jumlah probiotik dalam saluran cerna. Makalah ini mengulas mengenai analisa keberadaan probiotik Bifidobacterium sp. pada feses anak di bawah lima tahun (balita) yang diberi asupan prebiotik (inulin, FOS, GOS) di berbagai negara. Metode analisa yang digunakan berupa metode kultur maupun non-kultur. Metode kultur menggunakan beberapa medium, yaitu BSM (Bifidobacterium Selective Medium), MRS-NPNL, MTPY agar, dan CBA-NL. Medium BSM merupakan medium yang dilaporkan paling efektif, spesifik, dan dapat menumbuhkan dengan selektif bifidobakteri dari sampel dalam waktu 24-48 jam. Metode non-kultur berupa metode molekular yang paling berhasil, murah, cepat, dan akurat dalam mengetahui kandungan bakteri yang terdapat pada sampel yang sulit dikultur. Salah satu metode non-kultur adalah FISH (Fluorescence in situ Hybridization). Kesimpulannya adalah prebiotik inulin dapat memberikan perubahan mikroflora positif berupa peningkatan bifidobakteri dengan menggunakan analisis pendekatan berbasis molekuler untuk mengetahui terdapatnya perubahan mikroflora pada saluran cerna. Kata Kunci : Probiotik, Bifidobacterium sp., Prebiotik, Inulin, Metode Kultur dan Non kultur. ABSTRACT Probiotics are microorganisms that are known to have beneficial effects on human health. The most studied probiotics are lactic acid bacteria group, i.e. from genus Bifidobacterium, Lactobacillus, and Streptococcus. Bifidobacterium is the primary bacteria that are found in the children gastrointestinal tract and have been reported as an indicator of child gastrointestinal health. Prebiotics such as inulin have been widely known to help increase the amount of probiotics in gastrointestinal tract. This paper reviews the analysis of the presence of probiotic Bifidobacterium sp. from feses, especially from children under five years old (toddlers) who were fed prebiotics (inulin, FOS, GOS) in various countries. The analytical methods that are used in this paper are culture and non-culture methods. Culture method using a selective medium, i.e. BSM (Bifidobacterium Selective Medium), MRS-NPNL, MTPY agar, and CBA-NL. BSM medium is the most effective, specific, and selective to enumeration bifidobacteria from samples within 24-48 hours. Non-culture method such as molecular methods are the most succesful, inexpensive, fast, and accurate to knowing the content of the bacteria that are found in samples which is difficult to culture. One of the non-culture methods is FISH (Fluorescence in situ Hybridization). The conclusion is that the prebiotic inulin can provide positive microflora changes including increased bifidobacteria using molecular analysis-based approach to determine the presence of changes microflora of the gastrointestinal tract. Key Word : Probiotic, Bifidobacterium sp., Prebiotic, Inulin, Culture and Non-culture. 1 Universitas Indonesia Upaya pengembangan ..., Ni Komang Ari Chandrawaty, FMIPA UI, 2013 PENDAHULUAN Saluran cerna manusia mengandung beragam genus, spesies, dan strain bakteri yang dapat memberikan keuntungan bagi inangnya (seperti Bifidobacterium, Eubacterium, dan Lactobacillus). Hal ini merupakan konsep yang dapat digunakan untuk mengembangkan fungsional komponen makanan untuk memodulasi komposisi mikrobiota kolon. Menurut penelitian-penelitian sebelumnya, terdapat beberapa bakteri penting pada tubuh manusia yang dapat berguna dan dapat meningkatkan kesehatan tubuh. Bakteri tersebut diantaranya adalah Bifidobacterium sp. yang merupakan bakteri spesies utama yang ditemukan pada air susu ibu. Selain itu, Bifidobacterium sp. ini juga merupakan bakteri yang dapat membantu mengaktivasi sistem imun tubuh (Kim, Sook-He, et al, 2007). Sejak awal tahun 1800, inulin ditetapkan sebagai suatu karbohidrat yang diisolasi dari akar Inula helenum (Rose, 1804). Namun sekarang diketahui bahwa inulin dapat ditemukan pada berbagai macam tanaman, termasuk sayuran dan buah-buahan (Van Loo, J., et al, 1995). Baik inulin maupun oligofruktosa terdapat pada makanan sehari-hari masyarakat dunia. Konsumsi inulin dan oligofruktosa tidak begitu diperhatikan jumlahnya, beberapa gram per harinya dapat dikonsumsi tiap hari. Oleh karena itu, masyarakat sudah terekspos inulin selama beberapa abad. Namun, dari literatur terdahulu menunjukkan tidak adanya hasil yang spesifik yang meragukan keamanan penggunaan inulin (Coussement, P., 1999). Hal ini bertentangan dari penelitian yang dilakukan Greg Kelly, yaitu konsumsi inulin dapat menimbulkan beberapa efek samping pada saluran cerna, seperti diare osmotik, nyeri abdominal, perut bengkak, dan perut menjadi kembung. Sedangkan inulin itu sendiri adalah suatu komponen oligosakarida yang merupakan prebiotik. Prebiotik inulin ini merupakan bahan makanan yang non-digestible atau tidak dapat dicerna oleh tubuh yang dapat memberikan efek menguntungkan bagi manusia dengan merangsang pertumbuhan dan/atau aktivitas bagi satu atau lebih bakteri pada kolon manusia (Gibson, G. R. & Roberfroid, M. B., 1995). Inulin sebagai prebiotik dapat menstimulasikan pertumbuhan bakteri Bifidobacterium sp. pada kolon manusia, oleh karenanya memungkinkan untuk membantu meningkatkan kesehatan pada tubuh bayi (Kolida, S., et al, 2002). Inulin ini dapat pula digunakan terutama pada makanan formula untuk bayi, dimana dapat menjadi asupan makanan pengganti air susu ibu. Berdasarkan beberapa data in vivo menyatakan bahwa inulin memiliki efek prebiotik pada konsentrasi perharinya lima gram pada manusia. Bouhnik, Y., dkk. (2007) pada penelitiannya menggunakan inulin hingga 2,5 gram dua kali sehari (Bouhnik, Y., et al. 2007). 2 Universitas Indonesia Upaya pengembangan ..., Ni Komang Ari Chandrawaty, FMIPA UI, 2013 Beberapa penelitian dilaporkan bahwa untuk dapat menyeleksi bifidobakteri secara pengkulturan dari sampel yang mengandung mikroorganisme yang jamak, perlu digunakan medium yang selektif (Ashraf, R., & Shah, N. P., 2011). Medium tersebut diantaranya adalah BSM (Bifidobacterium Selective Medium), MRS-NPNL, MTPY agar, dan CBA-NL. Medium BSM (Bifidobacteria Selective Medium) merupakan medium yang sejauh ini dilaporkan paling efektif, spesifik, dan dapat menumbuhkan dengan selektif bifidobakteri dari sampel yang mengandung sangat sedikit bifidobakteri dibandingkan dengan mikroorganisme lainnya. Sedangkan untuk menganalisa bifidobakteri dengan cara non-kultur dapat digunakan metode FISH (Fluorescence in situ Hybridization). Metode non-kultur ini merupakan metode yang paling berhasil, murah, cepat, dan lebih akurat dalam mengetahui kandungan bakteri yang terdapat pada sampel yang sulit untuk dikultur. Metode FISH adalah metodologi mikrobiologi berdasarkan molekuler. Teknik ini dilakukan dengan pemeriksaan terhadap oligonukleotida spesifik yang terdapat pada molekul rRNA bakteri. Oligonukleotida ini sangat spesifik pada golongan atau spesies bakteri tertentu sehingga dapat digunakan sebagai pembeda/pengenal bagi bakteri satu sama lain (Kieran, M. T., et al, 2001). Metode ini spesifik dan dapat digunakan untuk bakteri yang dapat maupun tidak dapat dikultur. Namun hanya dapat digunakan pada bakteri yang telah diketahui spesiesnya. Artikel lain yang bersamaan dengan topik ini adalah menggunakan bakteri probiotik Lactobacillus sebagai topik utama (sedang diproses untuk publikasi). Probiotik Kata probiotik berasal dari bahasa latin yang berarti “untuk kehidupan” atau juga disebut “bakteri bersahabat”, “bakteri menguntungkan”, bakteri baik”, dan juga “bakteri sehat”. Kata probiotik itu sendiri memiliki definisi yaitu merupakan kultur tunggal maupun campuran dari mikroorganisme hidup yang apabila diberikan kepada manusia ataupun hewan akan memberikan pengaruh baik karena dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen. Berdasarkan definisi dari WHO, probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang jika diberikan dalam jumlah yang cukup akan memberikan manfaat kesehatan kepada inangnya. Probiotik dapat pula didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup yang terdapat pada saluran cerna dalam jumlah tertentu yang memiliki manfaat kesehatan melebihi makanan pokok alami. Istilah probiotik pertama kali diperkenalkan oleh seorang peneliti Rusia bernama Ilya Ilyich Mechnikov atau dikenal juga dengan nama Eli metchnikoff (1845-1916), yang banyak melakukan penelitian mengenai mikrobiologi dan sistem kekebalan tubuh dan bekerja di Institut Pasteur di Paris. Beliau membuat teori bahwa yoghurt dan kandungan bakteri asam 3 Universitas Indonesia Upaya pengembangan ..., Ni Komang Ari Chandrawaty, FMIPA UI, 2013 laktat yang membuat orang Bulgarian memiliki kesehatan, usia, harapan hidup yang panjang, serta mencegah penuaan. Judul teori nya yaitu intoxication theory/eternal youth theory telah memenangkan hadiah Nobel pada tahun 1908. Sejak saat itu hingga sekarang telah banyak bahkan ribuan tulisan dipublikasikan untuk menggambarkan manfaat probiotik bagi kesehatan dan keuntungan manusia (Triyatno, I., 2007). Makanan probiotik mengandung mikroorganisme hidup yang dipercaya dapat dengan aktif meningkatkan kesehatan dengan cara menyeimbangkan mikroflora dalam usus (Shah, N. P., 2000). Probiotik yang bermanfaat harus memenuhi kriteria tertentu seperti diproduksi dalam keadaan hidup, tersedia dalam jumlah yang cukup, tetap hidup dan stabil selama penyimpanan dan penggunaan serta hidup dan aktif dalam ekosistem usus. Setelah masuk ke dalam tubuh, probiotik harus dapat bertahan hidup dalam kondisi lingkungan lambung yang asam serta dalam usus yang terdapat enzim-enzim pankreas dan empedu yang bersifat basa. Setelah mencapai bagian usus halus bagian bawah, probiotik membentuk koloni di lapisan mukus usus. Koloni probiotik dapat menurunkan jumlah bakteri patogen karena probiotik menghasilkan antioksidan dan antimutagen, serta efek lainnya yang bermanfaat bagi manusia (Ljungh, A. & Wadstrom, T., 2006). Terdapat beberapa mekanisme kerja yang dilakukan oleh probiotik dalam menekan bakteri patogen pada tubuh manusia, diantaranya adalah : 1. Probiotik pada saluran cerna manusia dapat memproduksi senyawa antibakteri yang biasa dikenal dengan nama bakteriosin. Bakteriosin yang dihasilkan ini, merupakan hasil samping dari metabolisme probiotik yang dapat menekan pertumbuhan bakteri terutama bakteri patogen sehingga jumlah bakteri patogen dapat menurun dan memberikan keuntungan bagi inangnya. 2. Selain itu, probiotik juga dapat menghambat perlekatan bakteri patogen pada mukosa usus manusia (Collado, M. et al., 2006). Adesi bakteri pada permukaan mukosa merupakan suatu proses kompleks yang terjadi antara permukaan sel membran bakteri dengan permukaan mukosa yang berinteraksi. Berdasarkan penelitian Collado, M. dkk (2006), didapatkan hasil yang menyatakan bahwa probiotik berkompetisi dengan bakteri patogen seperti Bacteroides vulgatus untuk berlekatan pada mukosa dan dapat menghambat bakteri tersebut dari 25,9% menjadi 35,7% dengan menggunakan kombinasi probiotik. 3. Mekanisme probiotik dalam menstimulasi sistem imun sangatlah kompleks dan hingga saat ini masih banyak hal yang belum dapat dijelaskan secara rinci. Namun, menurut penelitian Matsuzaki, T. & Chin, J. (2000), menyatakan bahwa probiotik 4 Universitas Indonesia Upaya pengembangan ..., Ni Komang Ari Chandrawaty, FMIPA UI, 2013 dapat meningkatkan inisiasi sistem imun pada mencit yang memiliki tumor. Probiotik dapat meningkatkan sel NK (Natural Killer) dan hal ini dibuktikan pada penelitian Matsuzaki, T. & Chin, J. yang membandingkan mencit yang diberikan probiotik dengan yang tidak, dan menghasilkan bahwa mencit yang diberikan probiotik memiliki sel NK yang lebih besar dibanding yang tidak diberikan probiotik. 4. Probiotik disamping dapat meningkatkan sistem imun namun juga dapat membantu mengatur imunitas selular terutama pada kondisi penyakit yang disebabkan sistem imun (asma dan alergi). Probiotik dapat menghambat diproduksinya IgE dengan menghambat sel T helper 2 yang membantu menghasilkan IgE dan membantu menyeimbangkan antara sel T helper 1 dengan sel T helper 2 (Matsuzaki, T. & Chin, J., 2000). [sumber: Saad, N., Delattre, C., Schimitter, J. M., & Bressollier, P., 2013] Gambar 1. Mekanisme kerja probiotik dalam menekan bakteri patogen pada tubuh manusia (telah diolah kembali) Saat ini telah diketahui pula bahwa bakteri baik hidup maupun mati dapat memberikan efek stimulasi imun yang sama secara in vitro. Untuk beberapa efek imunomodulasi memang diperlukan integritas sel dalam hal ini berarti sel yang masih hidup, tetapi untuk beberapa 5 Universitas Indonesia Upaya pengembangan ..., Ni Komang Ari Chandrawaty, FMIPA UI, 2013 kasus yang lain, komponen-komponen bakteri tersebut sudah merupakan stimulan dengan sendirinya. Sel-sel hidup memang lebih disukai karena dengan demikian dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen di dalam saluran pencernaan. Sejauh ini komponen aktif dari bakteri yang diduga dapat memberikan efek imunomodulasi adalah DNA dan komponen dari dinding selnya. Prebiotik Banyak molekul dapat menjadi prebiotik, namun mayoritas merupakan makanan yang mengandung serat, seperti oligosakarida. Prebiotik merupakan suatu karbohidrat dari jenis fructo –oligosakarida. Istilah prebiotik digunakan untuk mendefinisikan suatu kelompok oligosakarida seperti rafinosa, galaktooligosakarida, fruktooligosakarida, inulin, serta beberapa jenis peptida dari protein yang tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia, hingga dapat lolos mencapai usus. Pada dasarnya prebiotik merupakan molekul gula rantai pendek yang mengandung fruktosa. Prebiotik adalah suatu serat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh (nondegradable) dan menjadi makanan bagi probiotik. Sebagai molekul-molekul gula yang tidak dapat dipecah, maka senyawa ini akan langsung dibawa menuju usus, dimana probiotik dapat memakannya. Prebiotik inilah yang merupakan nutrisi yang sesuai bagi probiotik atau bakteri baik, namun tidak cocok bagi bakteri patogen, sehingga bisa meningkatkan bakteri baik dalam usus. Bila tidak ada makanan berserat atau prebiotik tersebut pada kolon manusia, maka bakteri anaerob akan kehilangan energi mereka dan mengimbanginya dengan fermentasi protein. Namun hasil dari fermentasi ini akan menimbulkan senyawa yang toksik dan berpotensi karsinogenik, seperti amoniak atau senyawa fenolik. Akan tetapi bila bakteri anaerob tersebut melakukan fermentasi karbohidrat maka akan menghasilkan asetat, propionat, atau butirat, yang bukan merupakan senyawa yang toksik bagi inangnya, justru merupakan bahan bakar yang potensial bagi sel epitel (Gourbeyre, P., Denery, S., & Bodinier, M., 2010). Bahan makanan yang dapat diklasifikasikan menjadi prebiotik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut : 1. Tidak dapat dihidrolisis dan juga diabsorbsi pada bagian atas saluran gastrointestinal. 2. Dapat difermentasi secara selektif oleh satu atau lebih beberapa bakteri yang menguntungkan pada kolon seperti contohnya Bifidobakteri dan Laktobasili, yang dirangsang untuk tumbuh dan/atau menjadi aktif secara metabolisme. 6 Universitas Indonesia Upaya pengembangan ..., Ni Komang Ari Chandrawaty, FMIPA UI, 2013 3. Prebiotik harus dapat mengubah mikroflora kolon menjadi komposisi yang lebih sehat, seperti contohnya dengan meningkatkan jumlah spesies sakarolitik selama menurunkan mikroorganisme putrefactive (mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan) (Kolida, S. et al., 2002). Air susu manusia juga mengandung prebiotik oligosakarida (OSs) yang dapat mendukung pertumbuhan menguntungkan dari flora usus termasuk Bifidobakteri dan Laktobasili, terutama pada bayi yang baru lahir. Kolonisasi usus dengan flora yang menguntungkan terhambat pada usia 3-4 minggu kelahiran. Sedangkan kolonisasi patogen muncul dan meningkat pada jumlah yang tinggi pada awal kelahiran dan hal ini terjadi dengan gangguan kesehatan signifikan dari kondisi seperti Necrotizing Enterocolitis (NEC) (Srinivasjois, R., Rao, S. & Patole, Sanjay, 2009). Inulin Inulin merupakan β-(2,1)-fruktan yang muncul sebagai karbohidrat pada beberapa tanaman sebagai komponen yang kita konsumsi tiap hari. Inulin dapat ditemukan pada sayursayuran seperti pada tepung, bawang, dan juga terdapat pada buah-buahan seperti pisang. Inulin terdiri dari atas glukosa (GFn) dan fruktosa (Fn). Unit fruktosa berikatan secara linier dengan satu unit glukosa pada akhir rantai. Karena adanya sukrosa pada akhir rantai, inulin tidak memiliki kekuatan mereduksi. Kegunaan inulin sangat banyak berdasarkan sifat prebiotiknya karena inulin dapat menstimulasi pertumbuhan bifidobakteria pada kolon manusia, oleh karenanya dapat mendukung dan memberikan keuntungan berupa kesahatan bagi inangnya. Terdapat beberapa efek yang diberikan inulin pada saluran gastrointestinal manusia. [sumber: S. Kolida, 2002] Gambar 2. Efek inulin sebagai prebiotik pada usus manusia (telah diolah kembali) 7 Universitas Indonesia Upaya pengembangan ..., Ni Komang Ari Chandrawaty, FMIPA UI, 2013 Prebiotik inulin merupakan oligo- atau rantai polisakarida yang terkandung terutama pada molekul fruktosa. Inulin ini dipercaya sebagai bifidogenik atau merupakan bahan yang dapat menstimulasi pertumbuhan spesies Bifidobakteri. Pada penelitian-penelitian mengenai prebiotik, inulin telah dipelajari sebagai suatu isolasi intervensi atau kombinasi dengan tipe prebiotik lainnya (terutama GOS) sebagai bagian pada “campuran prebiotik” (Kelly, Greg, 2009). Inulin yang memiliki derajat polimerisasi yang rendah dapat digunakan sebagai tambahan makanan yaitu berupa pemanis rendah kalori. Sedangkan inulin dengan derajat polimerisasi tinggi dapat digunakan sebagai serat prebiotik yang memiliki efek kesehatan yang banyak. Selain itu, inulin juga dapat digunakan pada aplikasi bukan makanan. Kombinasi probiotik dengan prebiotik secara alami dapat berguna untuk meningkatkan kesehatan tubuh atau yang biasa disebut dengan sinbiotik. Prebiotik secara alami terdapat pada biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan. Produk olahan kedelai seperti tempe, tahu, dan tauco mengandung banyak sekali prebiotik. Prebiotik juga dapat diperoleh dari akar tanaman Chichorium intybus, gandum utuh, bawang bombay, bawang putih, dan juga pada buah pisang. Makalah ini membahas mengenai pengaruh inulin sebagai prebiotik dalam meningkatkan bifidobakteri pada saluran cerna balita. Penelitian yang dilakukan oleh Bouhnik, Y. Dkk. (2007) menunjukkan peningkatan yang sangat besar pada kelompok anak yang mengonsumsi inulin dibandingkan dengan kelompok anak yang hanya diberikan plasebo. Hasil yang dinyatakan oleh Bouhnik, Y. dkk (2007), inulin sebagai prebiotik dengan konsentrasi hingga 5 g sehari dapat meningkatkan jumlah bifidobakteri pada saluran cerna manusia. Inulin merupakan fruktooligosakarida yang tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia dan dapat tahan terhadap enzim pencernaan dan kondisi pH pada saluran cerna manusia. Inulin juga dapat difermentasi dengan baik oleh probiotik sehingga jumlah probiotik pada saluran cerna akan bertambah dan menekan bakteri lain terutama bakteri patogen pada saluran cerna manusia. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Gibson, G. R. dkk. (1995), yang menyatakan bahwa inulin memenuhi ketiga kriteria prebiotik yaitu 1) resisten terhadap asam lambung, hidrolisis oleh enzim pencernaan, dan absorpsi pada saluran cerna; 2) dapat difermentasi oleh mikroflora usus, dan; 3) dapat dengan selektif merangsang pertumbuhan dan aktivitas bakteri yang memberikan efek kesehatan bagi inangnya (probiotik). Pengujian inulin baik secara in vitro maupun in vivo menunjukkan kemampuannya dalam meningkatkan komposisi bakteri baik atau probiotik, terutama bakteri dari genus Bifidobacterium dan Lactobacillus. 8 Universitas Indonesia Upaya pengembangan ..., Ni Komang Ari Chandrawaty, FMIPA UI, 2013 Medium Selektif untuk Mengkultur Probiotik Bifidobacterium Medium yang dibahas pada makalah ini yaitu adalah medium BSM (Bifidobacterium Selective Medium), MRS-NPNL, MTPY agar, dan CBA-NL. BSM (Bifidobacterium Selective Medium) Medium BSM (Bifidobacterium Selective Medium) merupakan medium yang paling selektif yang dapat menyeleksi pertumbuhan bifidobakteri sedangkan bakteri lainnya yang terdapat pada sampel akan dihambat pertumbuhannya. Medium ini akan menghasilkan koloni bifidobakteri yang memiliki warna yang khas yaitu berwarna ungu atau coklat. BSM mengandung pepton dan ekstrak daging sebagai sumber karbon, nitrogen, vitamin, dan mineral. Ekstrak khamir merupakan sumber vitamin B kompleks yang merangsang pertumbuhan bakteri. Dekstrosa digunakan sebagai sumber karbohidrat dan natrium klorida dibutuhkan sebagai pengatur keseimbangan osmolaritas medium. Pada BSM juga mengandung detoksikasi metabolisme dalam konsentrasi yang rendah. Pada medium ini juga mengandung penurun dan larutan penyangga. Terdapat pula garam selektif yang menghambat pertumbuhan bakteri enterokokus dan bakteri Gram negatif lainnya. Selain itu BSM juga mengandung agen penghambat glikolisis dengan menginaktivasi enzim gliseraldehida-3fosfat dehidrogenase dan hal ini sangat penting dalam membedakan bakteri dan jamur termasuk bakteri dari genus Streptokokus. Pada medium BSM ini juga terdapat tiga antibiotik yang secara selektif menghambat bakteri seperti Bacilli, Enterobacteriacea, dan Pseudomonas. Selain itu yang menyebabkan koloni bifidobakteri berwarna ungu adalah karena bifidobakteri dapat mereduksi senyawa azo yang terdapat pada medium. Kandungan senyawa kimia dan nutrisi yang terkandung dalam medium BSM ini yang menyebabkan hanya koloni bifidobakteri yang dapat tumbuh dan menyebabkan medium ini merupakan medium yang paling selektif diantara medium lainnya yang digunakan dalam menyeleksi bifidobakteri dari sampel feses dalam waktu inkubasi yang cukup singkat yaitu 24-48 jam. Penelitian yang dilakukan Ferraris, L. dkk., (2010), mengenai analisa bifidobakteri pada sampel feses anak-anak yang mengonsumsi prebiotik menggunakan medium BSM, menunjukkan hasil yaitu semua isolat bakteri yang didapat pada medium BSM yang digunakan merupakan koloni bakteri Gram positif dan diduga merupakan bakteri asam laktat. Koloni bakteri yang tumbuh yaitu berbentuk bulat, permukaan yang licin dan berwarna ungu/coklat. Koloni bakteri tersebut kemudian dianalisa secara molekular dan menunjukkan 9 Universitas Indonesia Upaya pengembangan ..., Ni Komang Ari Chandrawaty, FMIPA UI, 2013 hasil positif yaitu bifidobakteri. Hal ini menunjukkan bahwa medium BSM merupakan medium yang selektif dalam menyeleksi bifidobakteri dari sampel feses. Medium MRS-NPNL (deMan Rogosa Sharpe-Neomycin, Paramomycin, Nalidixic acid, Lithium clorida) Medium MRS-NPNL merupakan medium dengan penambahan campuran antibiotik yaitu neomisin sulfat, paromomisin sulfat, asam nalidiksat, dan litium klorida serta ditambahkan L-sistein kepada media awal yaitu MRS (de Man Rogosa Sharpe). Medium ini telah banyak dilaporkan oleh peneliti dalam menyeleksi bakteri bifidobakteri dalam sampel yang mengandung banyak mikroorganisme. Campuran antibiotik tersebut dapat menghambat bakteri lainnya yang terdapat pada sampel namun bifidobakteri resisten terhadap antibiotik tersebut sehingga bifidobakteri dapat tumbuh sedangkan bakteri lainnya mati (Ashraf, R. & Shah, N., 2011; Dave & Shah, 1996). Namun medium ini mengalami beberapa kekurangan karena masih terdapatnya koloni pengotor yang tumbuh pada medium ini. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan medium yang cocok terhadap bakteri asam laktat lain selain bifidobakteri terutama bakteri dari genus Enterococcus, Streptococcus, dan Lactobacillus (Ashraf, R. & Shah, N., 2011). Pada penelitian yang dilakukan Ashraf, R. & Shah, N. P. (2011), dalam menganalisa bifidobakteri pada sampel feses anak-anak yang mengonsumsi prebiotik menggunakan medium MRS-NPNL, menunjukkan hasil yaitu tidak semua koloni yang tumbuh merupakan koloni bifidobakteri, masih terdapat koloni pengotor seperti Enterococcus, Lactobacillus, dan Streptococcus. Koloni bakteri yang tumbuh yaitu berbentuk bulat kecil, permukaan licin, berwarna putih hingga putih kekuningan. Koloni bakteri tersebut kemudian dianalisa secara molekular dan menunjukkan hanya beberapa koloni yang menunjukkan hasil positif bifidobakteri. Hal ini menunjukkan bahwa medium MRS-NPNL merupakan medium yang kurang selektif dalam menyeleksi bifidobakteri dari sampel feses. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Ari, K. (2013), dalam menganalisis bifidobakteri dalam sampel feses balita menggunakan medium MRS-NPNL, diperoleh hasil yang kurang memuaskan karena koloni bakteri yang tumbuh pada medium ini bukan merupakan bifidobakteri, melainkan bakteri seperti Enterokokus. Namun penelitian ini mengalami kekurangan dalam penanganan sampel yang kurang baik sehingga hasilnya kurang dapat dipertahankan. Medium MTPY Medium MTPY agar yang juga dibahas pada makalah ini merupakan medium Trypticase Phytone Yeast extract yang ditambahkan antibiotik mupirosin yang telah 10 Universitas Indonesia Upaya pengembangan ..., Ni Komang Ari Chandrawaty, FMIPA UI, 2013 dilaporkan merupakan medium yang selektif dalam menyeleksi bifidobakteri dari sampel feses. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nebra, Y. & Blanch, R. (1999), dalam menganalisa bifidobakteri pada sampel feses anak-anak yang mengonsumsi prebiotik menggunakan medium MTPY, menunjukkan hasil yaitu kebanyakan koloni yang tumbuh selama 72 jam inkubasi merupakan koloni bifidobakteri, namun masih terdapat beberapa koloni tumbuh bukan merupakan bifidobakteri. Koloni bakteri yang tumbuh yaitu berbentuk bulat berbentuk kecil seperti titik, permukaan licin, berwarna putih hingga putih tulang dengan diameter 0,1-0,5 mm. Koloni bakteri tersebut kemudian dianalisa secara molekular dan menunjukkan beberapa koloni yang menunjukkan hasil positif bifidobakteri. Namun, medium ini masih terdapat kekurangan karena antibiotik yang ditambahkan yaitu mupirosin, hanya dapat menghambat bakteri Gram positif saja, sehingga bakteri lain terutama bakteri Gram negatif masih dapat tumbuh pada medium ini. Medium CBA-NL Medium CBA-NL merupakan medium Colombia Blood Agar yang ditambahkan dengan neomisin sulfat dan litium klorida serta ditambahkan L-sistein. Medium ini lebih selektif dalam menumbuhkan bifidobakteri dibandingkan dengan medium MRS (de Man Rogosa Sharpe) karena kandungan antibiotik dan litium klorida yang membantu menghambat pertumbuhan bakteri lainnya yang terdapat pada sampel (Chapon & Kiss,1991). Berdasarkan penelitian Hadadji, M. dkk., (2005), yang menganalisa bifidobakteri pada sampel feses anakanak yang mengonsumsi prebiotik menggunakan medium CBA-NL, diperoleh hasil sebagian besar koloni yang tumbuh selama 48-72 jam inkubasi merupakan koloni bifidobakteri, namun masih terdapat beberapa koloni tumbuh bukan merupakan bifidobakteri. Koloni bakteri yang tumbuh yaitu berbentuk bulat kecil, permukaan licin, berwarna putih hingga putih kekuningan. Koloni bakteri tersebut kemudian dianalisa secara molekular dan menunjukkan beberapa koloni yang menunjukkan hasil positif bifidobakteri. Namun, medium ini masih terdapat kekurangan karena antibiotik yang ditambahkan hanya dapat menghambat bakteri Gram positif dan beberapa Gram negatif, sedangkan pada feses terkandung banyak sekali mikroorganisme, sehingga koloni bakteri selain bifidobakteri dapat tumbuh pada medium ini (Hadadji, M. et al., 2005). Metode Non-kultur Analisis menggunakan metode non-kultur untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat yaitu menggunakan metode FISH. Analisis menggunakan FISH (Fluorescence in situ 11 Universitas Indonesia Upaya pengembangan ..., Ni Komang Ari Chandrawaty, FMIPA UI, 2013 Hybridisation) dilakukan dengan menggunakan kelompok-spesifik probe oligonukleotida 16S rRNA bertarget. Sampel feses yang akan dianalisa kemudian difiksasi dengan menghomogenisasikan 0,5 gram feses dalam 4,5 mL bufer fosfat salin pada pH 7,4. Homogenat kemudian disentrifugasi pada 700 x g untuk menghilangkan partikel yang besar, dan kemudian 1 mL supernatan ditambahkan 3 mL larutan 4% paraformaldehid yang segar dan kemudian disimpan pada suhu 4oC hingga akan dilakukan proses analisis. Pada analisis menggunakan FISH ini digunakan probe yang spesifik, salah satu contohnya adalah Bif164 yang spesifik untuk bakteri dari genus Bifidobacterium (Tannock, G. W. et al., 2000). Dengan digunakannya probe yang spesifik ini, maka hanya bakteri yang berasal dari genus Bifidobacterium saja yang dapat diketahui keberadaannya. Dengan menggunakan seluruh hibridisasi sel, intensitas fluoresensi diukur terhadap spesies bakteri pada setiap probe oligonukleotida, untuk menunjukkan bahwa setiap probe khusus untuk bakteri yang ditargetkan dan intensitas fluoresensi relatif (IFR) yang merupakan suatu indikator aksesibilitas probe menunjukkan hasil yang sangat tinggi yaitu 61-117%. Metode FISH merupakan metode paling akurat yang dapat dilakukan terutama untuk mengetahui bakteri yang sangat sulit untuk dikultur dengan menggunakan metode pengkulturan tradisional menggunakan medium yang selektif. Hal ini dapat menghilangkan adanya bias yang menyatakan keberadaan suatu bakteri pada sampel feses tersebut. Namun, metode FISH ini sangat terbatas hanya untuk bakteri yang telah diketahui jenisnya dan tidak cocok untuk mengetahui jumlah populasi secara kuantitatif suatu bakteri pada sampel. Metode ini hanya cocok untuk mengetahui keberadaan bakteri pada sampel tersebut. PENUTUP Medium BSM (Bifidobacterium Selective Medium) merupakan medium yang paling selektif dalam menyeleksi bifidobakteri dari sampel feses. Penggunaan metode analisis berbasis molekuler dengan cara non-kultur FISH memberikan hasil yang lebih akurat, murah, dan cepat dalam mengetahui kandungan bakteri yang terdapat pada sampel yang sulit untuk dikultur. Hasil penelitian yang ada (Bouhnik, Y., et al., 2007; Gibson, G. R., et al., 1995) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan secara bermakna jumlah kolonisasi bifidobakteri pada feses yang diberikan inulin dibandingkan terhadap kelompok anak yang diberikan plasebo. 12 Universitas Indonesia Upaya pengembangan ..., Ni Komang Ari Chandrawaty, FMIPA UI, 2013 KEPUSTAKAAN Ari, K., Sauriasari, R., & Malik, A. (2013). Upaya Pengembangan Metode Analisis Probiotik Bifidobacterium sp. pada Feses Balita Menggunakan Medium MRS-NPNL. Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 53-80. Ashraf, R. & Shah, N. (2011). Selective and Differential Enumerations of Lactobacillus delbrueckii subsp. Bulgaricus, Streptococcus thermophilus, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, and Bifidobacterium spp. In Yoghurt-A Review. Elsevier International Journal of Food Microbiology. 149 (3): 194-208. Bouhnik, Y., Raskine, L., Champion, K., Andrieux, C., Penven, S., Jacobs, H., & Simoneau, G. (2007). Prolonged Administration of Low-Dose Inulin Stiulates the Growth of Bifidobacteria in Humans. New York: Academic Press, Elsevier. Inc. 27 (4): 187-193. Chapon, J. L. & Kiss, K. (1991). Numeration of Bifidobacterium in Fermented Milk. Journal of Microbiological Methods. 82 : 264-277. Collado, M. C., Jalonen, L., Meriluoto, J., & Salminen, S. (2006). Protection Mechanism of Probiotic Combination Against Human Pathogens: in vitro Adhesion to Human Intestinal Mucus. Asia Pacific Journal Clinical Nutrition. 15 (4): 570-575. Coussement, P. (1999). Inulin and Oligofructose: Safe Intakes and Legal Status. Food Science Nutrition. 129 (7): 1412-1417. Ferraris, L., Aires, J., Judith, A., & Butel, M. J. (2010). New Selective Medium for Selection of Bifidobacteria from Human Feces. Anaerobe. 17 (2): 259-275. Gibson, G. R., Probert, H. M., Van Loo, J., Rastall, R. A., & Robertfroid, M. B. (2004). Dietary Modulation of the Colonic Microbiota: Updating the Concept of Prebiotics. Nutrition Research Review. 17 (2): 259-275. Gibson, G. R. & Roberfroid, MB. (1995). Dietary Modulation of the Human Colonic Microflora : Introducing the Concept of Prebiotics. UK: British Journal Of Nutrition. 125 (6): 1401-1412. Gibson, G. R., Beatty, E. R., Wang, X., & Cummings, J. H. (1995). Selective Stimulation of Bifidobacteria in the Human Colon by Oligofructose and Inulin. Gastrienterology. 108 (4):975-982. Gourbeyre, P., Denery, S., & Bodinier, M. (2010). Probiotics, Prebiotics, and Synbiotics: Impact on the Gut Immune System and Allergic Reaction. Journal of Leukocyte Biology. 89 (5): 685-695. Hadadji, M., Benama, R., Saidi, N., Henni, D. E., & Kihal, M. (2005). Identification of Cultivable Bifidobacterium Species Isolated from Breast-fed Infant Feces in WestAlgeria. Algeria: African Journal of Biotechnology. 4 (5): 403-430. Kieran, M. T., Rochelle, K. F., Anthony, G. W., & Gibson, G. R. (2001). A Human Volunteer Study on the Prebiotic Effects of HP-Inulin-Faecal Bacteria Enumerated Using Fluorescent In Situ Hybridisation. Ecology Environmental Microbiology. 7 (3): 113118. Kim, Sook-He., Lee, Da H., & Meyer, Diederick. (2007). Supplementation of Infant Formula With Native Inulin has a Prebiotic Effect in Formula-fed Babies. Netherlands : Asia Pacific Journal Clinical Nutrition. 16 (1): 172-177. Kolida, S., Tuohy, K., & Gibson, G. R. (2002). Prebiotic Effect of Inulin and Oligofructose. UK: British Journal Of Nutrition. 2: 193-197. Ljungh, A. & Torkel, W. (2006). Lactic Acid Bacteria as Probiotics. Current Issues Intestinal Microbiology. 7 (2): 73-89. Matsuzaki, T. & Chin, J. (2000). Modulating Immune Responses with Probiotic Bacteria. Immunology and Cell Biology. 78 (1): 67-73. 13 Universitas Indonesia Upaya pengembangan ..., Ni Komang Ari Chandrawaty, FMIPA UI, 2013 Nebra, Y. & Blanch, R. (1999). A New Selective Medium for Bifidobacterium spp. Applied and Environmental Microbiology. 65 (11): 5173-5176. Saad, N., Delattre, C., Schimitter, J. M., & Bressollier, P. (2013). An Overview of The Last Advances in Probiotic and Prebiotic Field. Food Science and Technology. 50 (1): 116. Shah, N. P. (2000). Symposium: Probiotic Bacteria: Selective Enumeration and Survival in Dairy Foods. Journal of Dairy Science. 83 (4): 894-907. Srinivasjois, R., Rao, S., & Patole, Sanjay. (2009). Prebiotic Supplementation of Formula in Preterm Neonates: A Systemic Review and Meta-Analysis of Randomised Controlled Trials. Elsevier Ltd and European Society for Clinical Nutrition and Metabolism. 28 (3): 237-242. Takada, T., Matsumoto, K., & Nomoto, K. (2004). Development of Multi-color FISH Method for Analysis of Seven Bifidobacterium Species in Human Feces. Journal of Microbiological Methods. 58 (3): 413-421. Tannock, G. W., Munro, K., Harmsen, H. J. M., Welling, G. W., Smart, J., & Gopal, P. K. (2000). Analysis of the Fecal Microflora in Human Subjects Consuming a Probiotic Product Containing Lactobacillus rhamnosus DR20. American Society for Microbiology. 66 (6): 2578-2588. Triyatno, I. (2007). Kembali Tentang Probiotik. Sumatera Utara: Program Studi Biologi USU. 14-20. Van Loo, J., Coussement, P., De Leenheer, L., Hoebregs, H., & Smith, G. (1995). On the Presence of Inulin and Oligofructose as Natural Ingridients in the Western Diet. Food Science Nutrition. 35 (6): 525-552. 14 Universitas Indonesia Upaya pengembangan ..., Ni Komang Ari Chandrawaty, FMIPA UI, 2013