ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL DALAM IKLAN ROKOK SAMPOERNA A MILD “GO AHEAD” DI MEDIA TELEVISI (Studi pada Ketiga Versi Iklan Rokok Sampoerna A Mild) (Skripsi) Oleh Calvien Muttaqin Tenggono FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 ABSTRAK ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL DALAM IKLAN ROKOK SAMPOERNA A MILD “GO AHEAD” DI MEDIA TELEVISI (STUDI PADA KETIGA VERSI IKLAN ROKOK SAMPOERNA A MILD) Oleh Calvien Muttaqin Tenggono Iklan rokok A Mild yang tidak bisa dengan bebas menampilkan produknya, mencari cara lain yang lebih kreatif untuk mempromosikan produknya agar dapat penarik perhatian khalayak, salah satunya dengan mengemas pesan moral pada iklannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pesan moral yang terkandung dalam ketiga versi iklan Sampoerna AMild “Go Ahead”. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis semiotika dengan model semiotika Ferdinand de Saussure. Penelitian ini menemukan pesan moral pesan moral yang terkandung dalam iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” yaitu: bekerja keras, rendah hati, menolong orang lain, dan peduli sesama, namun A Mild dalam iklannya merupakan sesuatu yang tidak ada hubungan khusus dari produk dengan pesan yang disampaikan dalam iklan. A Mild membuat khalayak adalah sebagai korban dari konsumsi makna produk yang telah diciptakan pengiklan sebagai alat untuk mengelabuhi khalayak dari tayangan iklan yang menyisipkan pesan moral dalam iklannya. Kata kunci: pesan moral, analisis semiotika, iklan ABSTRACT SEMIOTIC ANALYSIS OF MORAL VALUE OF SAMPOERNA A MILD “GO AHEAD” CIGARETTE ADVERTISEMENT IN MEDIA TELEVISION (STUDY IN THREE VERSION OF SAMPOERNA A MILD CIGARETTE ADVERTISEMENT) By Calvien Muttaqin Tenggono The advertisement of A Mild cigarette, which could not show freely the content of the advertisement, found a better creative idea to promote the product in order to get the attention of the audience, one of the idea was done by including the moral value in the advertisement. The research was done by applying qualitative method in the semiotic analysis approach from Ferdinand de Saussure. The moral values found in the advertisement of Sampoerna A Mild “Go Ahead” are being a hard worker, being a humble person, being a helpful person, and being a caring person. Nevertheless, the moral values shown in the advertisement had no correlation with the product being promoted. A Mild made audience became victims from the implication of product meaning which had been created by the advertisement. Keyword : Moral value, Semiotic analysis, Advertisement. ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL DALAM IKLAN ROKOK SAMPOERNA A MILD “GO AHEAD” DI MEDIA TELEVISI (Studi pada Ketiga Versi Iklan Sampoerna A Mild) Oleh CALVIEN MUTTAQIN TENGGONO Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI Pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 BIODATA PENULIS Penulis memiliki nama lengkap Calvien Muttaqin Tenggono. Dilahirkan di Lampung pada tanggal 3 Januari 1994. Merupakan anak kedua dari pasangan Haris Hendy Tenggono dan Ibu Dra. Ummi Husaini. Menempuh pendidikan di SD Negeri 1 Beringin Raya, SMP Negeri 23 Bandar Lampung, dan SMA Negeri 7 Bandar Lampung. Menjadi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung pada tahun 2011. Selama kuliah aktif sebagai anggota HMJ Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung, dan pernah menjadi Sekertaris Bidang Advertising pada kepengurusan HMJ Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung periode 2013/2014. Penulis pernah melakukakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Kantor Wilayah Bengkulu-Lampung Direktorat Jenderal Pajak, kemudian penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Bumi Asih Kabupaten Kalianda. PERSEMBAHAN Saya persembahkan karya ini khusus untuk kedua orang tua saya: Papa Haris Hendy Tenggono, yang telah menjadikan saya seperti sekarang, yang telah mengajarkan saya banyak hal, yang telah mendidik saya, yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, yang telah memberikan saya banyak pelajaran dan pengalaman hidup, yang selalu membahagiakan saya, yang selalu mendukung minat saya, dan yang tidak kenal lelah untuk selalu berusaha dan terus berusaha, you are the best friend pa... Mama Ummi Husaini, yang telah membesarkan saya dengan limpahan cinta serta kasih sayang, yang selalu mendoakan kebaikan di setiap waktunya, yang senantiasa memberikan yang terbaik untuk segala hal, yang selalu memberikan perhatian yang sangat besar untuk semua hal, yang terus menjadi sosok ibu yang sangat membanggakan, you are the best mother in the world… Terima kasih untuk kasih sayang yang selalu diberikan, untuk semua cinta serta kasih sayang yang selalu menghangatkan, untuk semua curahan keringat yang dikeluarkan, untuk semua hal yang tidak mungkin terbalaskan. Semoga apin bisa jadi anak yang berbakti, mampu membanggakan, dan senantiasa membahagiakan papi mami. Amin Ya Rabbal Al Amin Terima kasih untuk sahabat serta semua pihak yang ikut membantu menyelesaikan skripsi ini. SANWACANA Puji syukur yang tiada terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena bantuan, berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Iklan Sampoerna A mild “Go Ahead” Di Media Televisi” ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW atas cahaya kebenaran yang dibawa oleh beliau. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai perbaikan pada skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun dapat penulis selesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis megucapkan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada: 1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat-Nya yang luar biasa serta limpahan karunia dan rizki. Maha suci Allah, segala puji bagi Allah. 2. Kepada Mama dan Papa, Ibu Ummi Husaini dan Bapak Haris Hendy Tenggono terima kasih atas doa yang selalu dipanjatkan dan mengiringi disetiap langkah, terima kasih untuk segala cinta dan kasih sayang yang selalu menghangatkan disetiap harinya, terima kasih atas dukungan moril serta materi yang telah berikan selama ini. Terima kasih karena selalu memberikan kekuatan terutama di saat-saat berat dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih telah menjadi orang tua yang mengerti minat anaknya serta mendukung secara penuh dan tetap selalu mengingatkan untuk berada di jalan yang benar. Terima kasih telah menjadi orang tua yang baik serta menjadi teman yang senantiasa bisa berbagi cerita dan candaan setiap harinya. Semoga apin bisa lebih membanggakan papa dan mama, Amin Ya Rabbal Alamin. 3. Kepada kakakku satu-satunya, Soraya Sopha terima kasih telah menjadi teman diskusi, terima kasih atas semua nasehat yang diberikan, dan terima kasih atas semua dukungan serta bantuannya disetiap saat dan di segala hal. 4. Kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, Bapak Dr. Syarief Makhya., M.Si 5. Kepada Ibu Dhanik Sulistyarini. So.Sos, M.Comm & Media.St. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi dan sekaligus dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan waktu, ilmu, masukan, dukungan, dan saran yang berharga, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih atas semua kebaikan yang telah ibu berikan. Bekat Ibu, telah banyak ilmu yang saya dapatkan selama proses bimbingan. 6. Kepada Bapak Dr. Abdul Firman Ashaf, SIP., M.Si. selaku dosen pembahas skripsi yang senantiasa telah meluangkan waktunya serta memberikan banyak masukan, kritik, dan saran perbaikan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas semua saran dan ilmu yang telah bapak berikan selama ini. 7. Kepada Ibu Dr. Nina Yudha Aryanti, S.Sos., M.Si. selaku Pembimbing Akademik, terima kasih atas segala waktu yang telah diluangkan, dan terima kasih untuk segala saran dan masukan yang telah diberikan dalam proses akademik. 8. Untuk teman-teman Komsebelas, Metal, Bayu, Arta, Bowo, Ade, Arya, Fahri, Novian, Sakti, Arta, Yazid, Sigit, Adi, Yoga, Gigih, Alif, Amy, Hamham, Imel, Ayu Agustina, Pije, dll yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena jumlahnya ratusan haha. Terimakasih buat kebersamaan dan dukungan kalian selama ini, saya tidak pernah merasa menyesal menjadi bagian dari kalian. Akan selalu jadi angkatan yang terbaik di hidup saya. Maaf kalau ada kesalahan, dan semoga kita bisa tetap kompak kedepannya. Bangga bisa jadi bagian dari orang-orang yang membanggakan. Terima kasih Komsebelas ! 9. Untuk sahabat-sahabat saya yang luar biasa, Jaya Aji terima kasih untuk semua kerja sama, bantuan serta masukan yang diberikan, mau mendengarkan keluh kesah saya dan membimbing saya dijalan yang benar, maaf saya sering menyusahkan ya jay, sehat terus ya jay, dan semoga semakin menjadi presenter yang handal jay. Rizal Fahmi terima kasih banyak untuk saran-saran nya, semoga impiannya membeli motor balap bisa terwujud, sehat terus ya jal, dan jangan kebut-kebut dijalan ya jal. Isa Dede Ariamier teman baik yang sangat gelap gulita, terima kasih untuk semuanya ya de, semangat untuk skripsiannya semoga lancar dan cepat wisuda, sehat terus ya de, dan jangan main panas-panasan lagi ya dede. Fajri Amien yang selalu menghibur dan menghadirkan tawa disetiap humor dan hayalannya, makasih banyak untuk semuanya, fokus untuk menyelesaikan skripsi dulu jri, ingat kita udah semester tua, sehat terus ya jri, dan makan yang banyak ya jri kurangi dietnya. Dimas Purnama sahabat musisi papan atas, sehat terus ya mas, dan semakin hits. Putra Gumilang sahabat yang selalu memberikan bantuan serta masukannya dan memberikan keceriaan disetiap saat, sehat terus ya hong, jangan sakit lagi ya ahong. Aji Bagus Pratama sahabat terbaik saya yang paling pengertian namun suka melakukan hal memalukan ditempat ramai, yang selalu membantu dalam segala urusuan, yang rela melakukan apapun untuk membuat saya tertawa, terima kasih atas semua kegilaan yang kita lalui, selesaikan dulu ji skripsinya jangan main-main lagi, sehat terus ya ji dan semangat usaha bubur nya, dan Ramanda Putra sahabat terbaik saya, yang sering mengingatkan saya buat ibadah, selalu mendengarkan keluh kesah saya, terima kasih atas canda tawa disetiap waktunya, sehat terus ya nda, jangan diforsir fitnesnya, semoga usaha galonnya semakin maju, maaf ya nda selalu merepotkan. 10. Untuk teman-teman kantin ngadino Imam Dharma, Ari Wibowo, Riksa Samudera, Duta, Riki, Ilman, Fikri, Ardika Dewantara, Triadi Noviansyah, Rama Nugraha, Ridho, Risky Ramadhon, Reza Tantowi, , Satya, Teddy Maradona, Simeng, Iman Baskoro, Arip Januar, Haris Sena, Pandu Prabowo, Syahid, Tiyo, Reksa Ardan, Ruri, Vio, Uti, Adel, Dhila, Hesti, Mayang, Lidya, Fajriati, Pipit, Yessy, Cita, Ayu Tia, Ida, Amel, Inka, terima kasih atas semua motivasinya, terima kasih udah selalu memberikan canda tawa serta keceriaannya disetiap hari, tanpa kalian harihari dikampus akan terasa bosan, kalian adalah yang terbaik cuy, I Love You!! 11. Untuk teman teman OLOY, Ardi, Egy, Ikko, Indra, Cliff, Pepi, Putra, Hanief, Jefri, Arfad, Daus terima kasih atas kerja sama, bantuan, terima kasih atas canda yang telah kalian berikan, semangat terus untuk menyelesaikan kuliahnya !! 12. Untuk temen-temen 2012 yang banyak bekerjasama selama kuliah, terima kasih untuk Zulfa, Widya, Amel, Mamot, Dita, Rezky, Rizki, dkk. Untuk temen-temen 2013 Adianto, Gagah, Sigit, Leo, Ridho, Sule, Amsal, Nidi dan Sarah, dkk. Terima kasih dan terus semangat untuk dapetin gelar S.I.Kom. nya !! 13. Untuk kakak tingkat, Dewi Alifia, Deka Vivi, Tia Lidarni, Rio Efrilianto, Sigit Pamungkas, Pratama Dio, Obi Riano, Aji Putra Pangestu, Cahya Wulan, Kak Barni, Kak Ali, dan kakak kakak 2010, 2009, dan 2008. 14. Untuk teman-teman pengurus HMJ Ilmu Komunikasi periode 2013/2014, kita memang tidak sempurnatapi kita sudah melakukan yang terbaik, kita bukan hanya sudah mendapatkan perlajaran untuk diri kita, tetapi juga memberikan pelajaran untuk orang lain, bangga pernah menjadi bagian dan bisa bekerja sama dengan kalian. 15. Untuk kelompok tawa, Remon, Farhan, Odi, Dery, Restu, Eki, Resa, Rahmat, Egy, Ega, Robi, Ciko, Hari, Azwin, Ferinal, Landino, terima kasih untuk semua canda tawa yang telah kalian berikan dan kegialaan yang telah kita lewati bersama, semoga persahabatan kita terus berlanjut sampai tua, Amin. I Love You Guys !!! 16. Untuk semua orang yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini, yang datang pada seminar usul, seminar hasil, dan kompre, serta untuk orang-orang yang senantiasa memberikan semangat yang luar biasa. Bandar Lampung, Oktober 2016 Calvien Muttaqin Tenggono DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACK HALAMAN JUDUL PERSEJUTUAN PENGESAHAN BIODATA PENULIS MOTTO PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 6 2.2 Iklan Sebagai Bentuk Komunikasi....................................................... 9 2.3 Iklan Televisi ....................................................................................... 12 2.4 Iklan dan Moralitas .............................................................................. 15 2.5 Pesan Moral ......................................................................................... 17 2.6 Semiotika Iklan .................................................................................... 21 2.7 Teori Semiotika Ferdinand de Saussure............................................... 25 2.8 Kerangka Pikir ..................................................................................... 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ..................................................................................... 31 3.2 Metode Penelitian ................................................................................ 31 3.3 Fokus Penelitian................................................................................... 32 3.4 Sumber Data......................................................................................... 33 3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Dokumentasi.............................................................................. 33 3.5.2 Studi Pustaka ............................................................................. 34 3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Tahap Reduksi Data .................................................................. 34 3.6.2 Tahap Penyajian Data................................................................ 34 3.6.3 Tahap Kesimpulan dan Saran .................................................... 34 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk .................. 36 4.2 Gambaran Produk dan Iklan ................................................................ 38 4.2.1 Gambaran Produk Umum A Mild ............................................... 38 A. Deskripsi Iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” 2015.................... 39 B. Deskripsi Iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” Versi Danau........ 41 C. Deskripsi Iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” Versi Shift........... 42 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 43 5.1.1 Iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” 2015...................................... 44 A. Scene/adegan pertama........................................................................... 44 B. Scene/adegan kedua .............................................................................. 46 C. Scene/adegan ketiga .............................................................................. 59 D. Scene/adegan keempat ......................................................................... 52 5.1.2 Iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” Versi Danau.......................... 54 A. Scene/adegan pertama........................................................................... 54 B. Scene/adegan kedua .............................................................................. 56 C. Scene/adegan ketiga .............................................................................. 57 D. Scene/adegan keempat ......................................................................... 59 E. Scene/adegan kelima.............................................................................. 61 5.1.3 Iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” Versi Shift............................. 63 A. Scene/adegan pertama........................................................................... 63 B. Scene/adegan kedua .............................................................................. 64 C. Scene/adegan ketiga .............................................................................. 66 D. Scene/adegan keempat ......................................................................... 68 5.2 Pembahasan................................................................................................ 69 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 76 6.2 Saran .......................................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 1. Peta pemikiran Ferdinand de Saussure .......................................... 25 Gambar 2. Kerangka Pikir ............................................................................... 30 Gambar 3. Logo PT. HM Sampoerna Tbk....................................................... 35 Gambar 4. Logo Sampoerna A Mild ................................................................ 37 Gambar 5. Iklan Sampoerna A mild “Go Ahead” 2015 .................................. 38 Gambar 6. Iklan Sampoerna A mild “Go Ahead” Danau ................................ 40 Gambar 7. Iklan Sampoerna A mild “Go Ahead” Dorong Bangunan ............. 41 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia komunikasi banyak cara yang dapat dilakukan untuk menyebarkan informasi kepada khalayak, salah satunya dengan beriklan, pengiklan bertujuan mengiklankan produknya agar masyarakat dapat membeli produk yang telah di iklankan dan agar dapat mendapatkan hasil yang efektif, pesan yang ditampilkan di dalam iklan tidak hanya berupa informasi dari produk tersebut namun, seperti halnya pesan moral dikehidupan bermasyarakat pun menjadi alternatif untuk menarik hati audience dan televisi adalah salah satu media yang paling efektif dan efisien untuk menyebarkan informasi karena, dengan luasnya jangkauan televisi yang dapat ditempuh dalam waktu bersamaan secara serentak, dengan demikian pesan dan informasi yang disampaikan melalui televisi mampu menjangkau jutaan khalayak sasarannya memperlihatkan dan (Sumartono, 2001:20). Kebanyakan iklan televisi memberi informasi tentang kelebihan dari produk yang diiklankan, namun pada beberapa iklan itu tidak bisa dilakukan, seperti halnya iklan rokok yang tidak bisa dengan bebas memperagakan produknya. Oleh karena itu, setelah melakukan pengamatan secara sederhana, maka peneliti memilih tiga iklan Sampoerna A mild yang ingin diteliti, yaitu: 2 1. Iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” 2015 2. Iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” (versi danau) 3. Iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” (versi dorong bangunan 'Shift') A Mild tidak bisa seperti produk lain yang berlomba-lomba menonjolkan kelebihan produknya melalui iklan untuk mendapatkan konsumen. Hal itu dikarenakan, mengingat telah berlakunya Peraturan Tentang Standar Program Siaran Nomor 3 Pasal 16 Tahun 2007 dengan ketentuan bahwa dilarang menyiarkan program yang menggambarkan penggunaan alkohol dan rokok sebagai hal yang dapat diterima secara luas oleh masyarakat, dilarang menyiarkan program yang mengandung muatan yang mendorong anak-anak atau remaja untuk menggunakan alkohol dan rokok, dan dilarang menyajikan program yang mengandung adegan penggunaan alkohol dan rokok secara dominan dan vulgar (http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/31912-edaran-untuk-lembaga penyiaran-perihal-iklan-rokok, diakses padahari Selasa tanggal 5 Mei 2015).. A Mild merupakan produk rokok keluaran sampoerna yang mempunyai pangsa pasar besar di Indonesia khususnya konsumen para remaja. Kompetisi persaingan semakin ketat antara perusahaan rokok dalam berebut pangsa pasar rokok mild baik dari segi rasa, kemasan sertai iklannya dibuat semenarik mungkin. Sampoerna tidak hanya bergerak di bidang rokok saja tetapi sudah bergerak dalam bisnis sponsor. Iklan A mild tidak lagi gencar membujuk konsumen untuk membeli produknya tetapi cenderung hanya mengingatkan produknya kepada konsumen tentunya dengan kata-kata yang mudah diingat (”Go Ahead”) konsumen khususnya para perokok setia A mild. 3 Tagline iklan dalam pengiklanan rokok sangat penting. Tagline tersebut menjadi media persuasi yang efektif karena dalam mengiklankan pun perusahaan rokok tidak boleh menampilkan wujud rokok serta aktivitas merokok baik itu dalam visualisasi berupa gambar atau film pada media televisi, internet dan reklame ataupun suara pada media radio. Waktu pemasaran pun dibatasi, yaitu di atas jam setengah sepuluh malam sampai jam lima pagi, dengan asumsi anak-anak pada waktu tersebut tidak menggunakan media elektronik yang informatif (Peraturan Pemerintah No.38 Th.2000, Pasal 29), dan rokok pun dalam pemasarannya “wajib” menyertakan peringatan “Merokok Membunuhmu”. Kebijakan tersebut ada karena secara mendasar orang tahu bahwa rokok merupakan produk yang merusak kesehatan. Berkat tagline “Go Ahead” yang dimulai dari tahun 2009 sampai sekarang, A mild tetap mempertahankan posisi sebagai merek rokok dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia dengan hal itu, penjualan A mild semakin meningkat Sampoerna merupakan salah satu penyumbang cukai hasil tembakau terbesar. Pada tahun 2013, Sampoerna menyumbangkan cukai sejumlah Rp30,7 triliun. Kontribusi kami tercatat sebesar 29,6% dari total pendapatan domestik cukai produk tembakau negara sebesar Rp103,6 triliun pada tahun 2013 berdasarkan Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2015 (http://www.sampoerna.com/id_id/tobacco_regulation/pages/tobacco_taxation_sy stem_in_indonesia.aspx, diakses pada hari Minggu, tanggal 26 Juli 2015 pkl 23.57 WIB). 4 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2012: 56) dan dalam fokus penelitiannya, peneliti menganalisis pesan moral yang terkandung dalam iklan rokok Sampoerna A mild menggunakan metode semiotika karena, semiotika adalah ilmu mengenai tanda-tanda dan iklan merupakan seperangkat tanda. Charles Sanders Pierce mendefinisikan semiotika sebagai studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, yakni cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya (Vera 2014). Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode semiotika model Ferdinand de Saussure untuk menganalisis pesan moral sebab, peneliti mengalisis pesan moral dengan media televisi yang merupakan media audio visual dan tanda dalam semiotika model Saussure terbagi atas gambar dan bunyibunyian. Dengan latar belakang tersebutlah peneliti tertarik untuk mengangkat judul Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” Di Media Televisi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang perumusan masalah ini bertujuan untuk upaya membatasi penelitian agar lebih terarah dan tidak terlalu luas, namun tetap dalam fokus yang diharapkan dan yang telah ditentukan, maka rumusan masalah yang 5 akan peneliti angkat adalah bagaimana pesan moral yang terkandung dalam iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” di media televisi 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pesan moral yang terkandung dalam ketiga versi iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” di media televisi. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini yaitu: 1. Secara Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi dan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan konstuksi pesan moral dan penelitian mengenai semiotika. 2. Secara Praktis Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam memberikan gambaran, pengetahuan serta menambah wawasan dan informasi mengenai pesan moral dalam iklan Sampoerna A Mild dan Untuk menjadi bahan masukan yang berharga bagi mahasiswa untuk lebih memahami semiotika dan makna tanda dalam suatu iklan. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam kajian pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap, serta pembanding yang memadai sehingga penulisan skripsi ini lebih memadai. Banyak sekali skripsi serupa pernah dilakukan, tapi peneliti memasukkan dua penelitian terdahulu, sebagai bahan reverensi. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kajian pustaka berupa penelitian yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghargai berbagai perbedaan yang ada serta cara pandang mengenai objekobjek tertentu, sehingga meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal yang wajar dan dapat disinergikan untuk saling melengkapi. Peneliti telah menganalisis satu penelitian terdahulu yang berkaitan dengan bahasan di dalam penelitian ini, mencakup tentang “metode semiotika pada iklan di media televisi”. 7 Penelitian pertama yang pernah dilakukan yang berjudul “Pesan Moral Dalam Iklan Biskuit Oreo Versi Oreo Dan Handphone Ayah” oleh Abdul Khalim Fanani, Abdul dalam penelitiannya memfokuskan untuk mengetahui pesan moral dalam iklan biskuit oreo versi oreo dan handphone ayah dengan menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes, dari hasil penelitiannya Abdul mendapatkan hasil bahwa petanda dalam iklan biskuit oreo versi oreo dan handphone ayah ini adalah gambar anak dan ayah, dialog antar tokoh. Sedangkan penandanya adalah semangat pantang menyerah seseorang untuk mempertahankan pendapatnya, ekspresi wajah bisa menunjukkan perasaan seseorang, dan jiwa besar seseorang yang mau mengakui kekalahannya. Makna denotasi dalam salah satu scene adalah Kedua tokoh yang mempenyai pendapat berbeda. Anak memilih oreo, sedangkan ayah memilih handphone. Makna konotasi yang didapat perbedaan pendapat diantara manusia adalah hal yang wajar terjadi. Perbedaan itu terjadi karena adanya latar belakang, pemikiran dan kebutuhan yang berbeda, dengan itu pesan moral yang terkandung adalah hargailah pendapat orang lain yang berbeda dengan kita. Peneliti dalam penelitian ini hanya dikaji melalui analisis semiotika Roland Barthes. Jika dibandingkan penelitian dengan yang peneliti lakukan, perbedaannya terletak pada model semiotika yang dipakai, pada penelitian Abdul Khalim Fanani menggunakan semiotika model Roland Barthes untuk mengetahui pesan moral yang terkandung dalam iklan biskuit oreo versi oreo dan handphone ayah. Pada penelitian yang dilakukan Abdul memberikan kontribusi bahwa metode semiotika dapat ditambahkan dengan teori lain dan tidak terpaku pada teori semiotika saja. 8 Penelitian selanjutnya yang menjadi tinjauan penelitian terdahulu adalah peneletian yang dilakukan oleh Devita Nur Asri Pratiwi yang berjudul “Pesan Moral dalam Iklan Politik (Analisis Semiotik Pesan Moral dalam Iklan Politik Gita Wirjawan tahun 2013-2014)”. Devita dalam penelitiannya ini memfokuskan untuk mengetahui pesan moral ditampilkan dalam iklan Gita Wirjawan dengan menggunakan metode semiotika, dari hasil penelitiannya Devita mendapatkan hasil bahwa dari berbagai iklan politik yang beredar di televisi menjelang pemilu 2014, iklan Gita Wirjawan memiliki perbedaan dengan iklan-iklan politik lainnya. Dalam iklannya, Gita Wirjawan sama sekali tidak memberikan janji-janji perubahan, maupun ajakan kepada masyarakat untuk mendukungnya. Menggunakan tagline “Berani Lebih Baik”, dalam setiap versi iklannya Gita menampilkan cerita-cerita inspiratif tentang keberanian orang-orang untuk melakukan perubahan hidup menjadi lebih baik. Lebih dari sekedar promosi, iklan-iklan Gita Wirjawan menyampaikan pesan-pesan moral kepada masyarakat. Sikap-sikap seperti keberanian, kemandirian, bertanggung jawab, hingga kejujuran berusaha disampaikan Gita Wirjawan dalam setiap iklannya. Jika dibandingkan dengan penelitian yang peneliti lakukan, perbedaan penelitian terletak pada fokus penelitiannya. Pada penelitian ini peneliti juga menyoroti tentang pesan moral dalam iklan, namun fokus penelitiannya tetap berbeda. Penelitian yang dilakukan Devita Nur Asri Pratiw memberikan kontribusi bahwa teknik pengambilan gambar juga menjadi bahan dalam menganalisis menggunakan metode semiotika. 9 2.2 Iklan Sebagai Bentuk Komunikasi Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Proses komunikasi dibagi menjadi dua tahap yaitu : Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan“ pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi yang kedua adalah proses komunikasi secara sekunder. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Harold Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who, says what, in which channel, to whom, with what effect? Paradigma Lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media (channel, media), komunikan (communicant, receiver, recipient), efek (effect, impact, influence). Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Mulyana, 2000:62). 10 Dalam kaitannya dengan dunia periklanan, unsur efek dalam komunikasi merupakan bagian yang dianggap paling penting, karena pembuat iklan berharap pesan iklan yang mereka sampaikan dapat mempengaruhi khalayak sesuai dengan tujuan dari iklan yang telah ditetapkan. Kata periklanan dan iklan merupakan dua hal yang sangat mirip tetapi berbeda. Persamaannya bahwa keduanya merupakan pesan yang di tujukan kepada khalayak, sedangkan perbedaannya yaitu iklan segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat suatu media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat‟. Fungsi iklan sangat penting karena memiliki fungsi komunikasi yang kritis, yaitu: 1. Fungsi Informasi Fungsi informasi merupakan fungsi yang sangat umum dari iklan, dimana iklan digunakan untuk memberitahuan sesuatu informasi dari produsen ke konsumen. Artinya, fungsi informasi ini lebih itekankan untuk menambah pengetahuan (kognisi) seseorang, dari keadaan tidak tahu, dari sedikit tahu menjadi banyak tahu, dari banyak tahu menjadi lebih banyak tahu. Dalam istilah ilmu komunikasi fungsi ini sering disebut dengan fungsi to inform. 2. Fungsi Persuasi Selain bisa berfungsi memberikan informasi, iklan juga dapat berfungsi membujuk, merayu dan menggerakkan konsumen untuk bersikap, maupun berperilaku tertentu sesuai yang dikehendaki oleh produsen. Kepribadiaan khalayak ada yang gampang terbujuk dan tidak, dalam proses mempengaruhi 11 yang dilakukan oleh iklan, bisa jadi berlangsung dalam hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, atau bahkan tahunan. Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh iklan untuk membujuk khalayak sangatlah relatif. Ia tidak hanya bergantung pada tipe kepribadian konsumen tetapi juga oleh seberapa kuat isi iklan itu sendiri. 3. Fungsi Mengingatkan Fungsi mengingatkan yaitu berarti iklan dapat berfungsi memelihara kesegaran nama (bisa produk, merek, citra, dan sebagainya) agar tetap melekat dalam benak khalayak sehingga mereka tetap menyimpan tentang suatu hal tertentu dari pengiklan. Sesuatu tersebut bisa saja dapat berupa nama merek, kemasan, jumlah, ukuran, slogan, citra, ciri khusus, fungsi/manfaat utama maupun tambahan dari produk, tempat penjualan, maupun waktu penjualan. 4. Fungsi Mempercepat Seringkali, khalayak mengubah keputusan untuk membeli barang/jasa dari keinginan menunda menjadi keputusan untuk segera mewujudkan pilihan tersebut, karena pengaruh iklan. Inilah yang disebut dengan fungsi mempercepat. Khalayak dibujuk untuk mempercepat keputusannya agar mereka tidak lagi menunda membeli produk tertentu di lain kesempatan, melainkan dimunculkan keinginan dan kebutuhan bahwa produk yang akan dibeli ersebut memang perlu segera didapatkan dalam waktu segera. Dapat dijelaskan bahwa fungsi mempercepat dalam hal ini memfokuskan pada aspek sekaligus, yaitu pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif), dan perilaku (psikomotorik) khalayak. 12 5. Fungsi Membangun Citra Dalam fungsi membangun citra tersebut, ranah yang dibidik adalah aspek kognitif dan afektif dibanding psikomotor. Sebenarnya, apapun citra yang ingin dibentuk, maka iklan dapat mewujudkannya. Mulai dari citra produk yang berkualitas; sebagai perusahaan yang memerhatikan isu tertentu misalnya lingkungan hidup; satwa langka; pendidikan; peduli terhadap anak terlantar; peduli dengan rakyat kecil dan pekerjannya, pengungsi dan korban bencana, dan sebagainya. 6. Fungsi Peneguhan Peneguhan adalah fungsi iklan berikutnya, dan tampaknya merupakan fungsi yang paling diharapkan oleh produsen dan pemilik merek. Karena fungsi peneguhan ini berarti memantapkan konsumen untuk tetap yakin dengan produk yang diiklankan dan tidak berpaling pada produk kompetitor lain. Aspek psikologis berperan dari terbentuknya fungsi peneguhan ini adalah lebih banyak pada aspek perasaan (afektif) dibanding pengetahuan (kognitif) dan perilaku (psikomotor). Aspek afektif dalam bentuk perasaan yakin terhadap produk inilah yang membingkai seluruh kognisi dan perilaku yang terlihat (manifet) dari khalayak (Widyatama, 2011:52). 2.3 Iklan Televisi Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui. Adapun maksud ‘dibayar’ pada definisi tersebut 13 menunjukkan fakta bahwa ruang baktu bagi suatu pesan iklan pada umumnya harus dibeli. Maksud kata ‘nonpersonal’ berarti suatu iklan melibatkan media massa yang dapat mengirimkan pesan pada sejumlah besar kelompok indvidu pada saat bersamaan. Dengan demikian, sifat nonpersonal iklan berarti pada umumnya tidak tersedia kesempatan untuk mendapatkan umpan balik yang segera dari penerima pesan (Morissan, 2010:17-18). Televisi sebagai alat untuk menunjukkan khalayak secara luas, tidak ada medium lain yang memiliki keunikan seperti halnya televisi. Keunikan dari televisi yaitu terletak pada kombinasi unsur dan citra bergerak, kemampuan untuk mendemonstrasikan produk, penggunaan efek-efek khusus yang mendukung suara dan gambar, kepercayaan pada sesuatu yang kita saksikan meski tidak secara langsung, dan kemampuan menempati dengan pemirsa. Oleh karena keunikan yang dimiliki televisi itulah medium televisi sering dipakai sebagai alat penyampaian pesan dan salah satu pesan yang dimaksud adalah informasi berupa iklan karena sajian iklan menyelingi setiap program-program acara yang ditayangkan di televisi. Televisi memiliki berbagai kelebihan dbandingkan dengan jenis media lainnya seperti: 1. Daya jangkauan Luas Daya jangkauan siaran yang luas ini memungkinkan pemasar memperkenalkan dan mempromosikan produk barunya secara serentak dalam wilayah yang luas bahkan ke seluruh wilayah. Karena kemampuanya menjangkau audiensi dalam jumlah besar, maka televisi menjadi media ideal untuk mengiklankan produk konsumsi massal 14 2. Selektivitas dan Fleksibilitas Televisi dapat menjangkau audiensi sebagai hasik dari isi program, waktu siaran, dan cakupan geografis siaran televise. Selain audiensi yang besar, televisi juga menawarkan fleksibilitasnya dalam hal audiensi yang dituju, sebagai contoh: jika suatu erusahaan manufaktur ingin mempromosikn barangnya pada suatu wilayah tertenu, maka perusahaan itu dapat memasang iklan pada stasiun televise yang terdapat di wilayah yang bersangkutan. 3. Fokus Perhatian Siaran iklan televisi akan selalu menjadi pusat perhatian audiensi pada saat iklan itu ditayangkan. Jika audiensi tidak menekan remote contro nya untuk melihat program stasiun televisi lain, maka ia harus menyaksikan tayangan iklan televisi itu satu persatu. 4. Kreativitas dan Efek Televisi merupakan media iklan yang paling efektif karena dapat menunjukkan cara kerja suatu produk pada saat digunakan, namun ada beberapa iklan yang tidak bias menunjukan cara kerja suatu produknya, maka pemasang iklan terkadang ingin menekankan pada aspek hiburan dalam iklan yang ditayangkan. 4. Prestise Perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi biasanya akan menjadi sangat dikenal orang. Baik perusahaan yang memproduksi barang tersebut maupun barangnya itu sendiri akan menerima status khusus dari masyarakat. 15 5. Waktu Tertentu Suatu produk dapat diiklankan di televisi pada waktu tertentu ketika pembeli potensialnya berada didepan televise, seperti halnya iklan rokok yang menayangkan iklannya di televisi pada jam malam karena produk tersebut dikhususkan untuk orang dewasa (Morissan, 2010:240-243). 2.4 Iklan dan Moralitas Iklan dalam sudut pandang komunikasi cenderung menekankan sebagai proses penyampaian pesan melalui media dari komunikator ke komunikan, di mana pemasangan pesan tersebut dilakukan dengan cara membayar. Sementara itu, pengertian iklan secara luas misalnya disampaikan oleh Dunn dan Barban (1978) yang mengartikan bahwa iklan merupakan bentuk kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (persuasif) kepada konsumen oleh perusahaan, lembaga non komersial maupun probadi yang berkepentingan. Jadi, menurut Dunn dan Bardan, pesan yang disampaikan dari orang ke orang (komunikasi antarpersonal) adalah bukan merupakan iklan, sekalipun isi pesan itu adalah komersial. Pesan baru disebut sebagai iklan bila dsampaikan melalui media perantara. Dalam kajian komunikasi pemasaran, penyampaian pesan yang disampaikan secara personal dari orang ke orang disebut dengan personal selling (Widyatama, 2011:30). Fungsi iklan ialah mampu menjadi sarana penyampaian pesan dari produsen, yaitu pihak penghasil produk (yang bertindak sebagai komunikator) kepada 16 konsumennya (yang bertindak sebagai khalayak penerima pesan, komunikan atau audience-nya). Fungsi ini meliputi fungsi informasi, persuasi, pengingat, mempercepat keputusan, meneguhkan keputusan, dan membangun citra (Widyatama, 2011:43). Pada dasarnya, hadirnya iklan sebagai bagian kehidupan kita tidak akan menjadi persoalan ketika iklan tersebut mampu memerankan peran esensial yang diembannya serta tidak menimbulkan dampak negatip bagi masyarakat, baik itu ekonomi, politik, sosial, budaya, moral dan keagamaan. Hal ini bukan tidak mungkin terjadi, karena iklan mempunyai ‘kharisma’ tersendiri yang cukup mampu untuk memikat khalayak untuk kemudian larut dalam ‘ruh’ yang dibuat oleh desainernya. Berbagai bentuk pengelabuhan produsen melalui iklan dapat dilihat. Berbagai bentuk pengelabuhan produsen melalui iklan dapat dilihat dalam berbagai bentuk, yaitu: (1) pernyataan yang salah (false statement), (2) pernyataan yang menyesatkan (mislead), (3) Iklan yang berlebihan (puffery), dan (4) pemakaian tiruan (mock ups). Iklan harus kreatif dan menarik, namun harus tetap dalam koridor etika dan moralitas. Moralitas pada hakikatnya adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut “amoral” artinya dia tidak bermoral dan tindak memiliki nilai positif. Oleh sebab itu, moral adalah hak mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekspisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu. Tanpa moral, manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi, karena ia akan dijahui oleh orang lain. Manusia harus memiliki moral 17 jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral berfungsi sebagai landasan dan patokan bertindak bagi setiap orang dalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan maupun dalam lingkungan keluarga. 2.5 Pesan Moral Pesan dalam proses komunikasi adalah suatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda (Cangara, 2011:24). Pesan berisi pikiran, ide, gagasan, perasaan yang dikirim komunikator kepada komunikan dalam bentuk simbol. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud tertentu, misalnya dalam katakata verbal yang diucapkan atau ditulis, atau simbol non verbal yang diperagakan melalui gerak-gerik tubuh, warna, artifak, gambar, pakaian dan lain-lain (Liliweri, 2013:27). Pesan dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Pesan verbal. Pesan verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan harapan kepada orang lain. Pesan verbal menggunakan kata-kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas yang ada pada diri seseorang. Kata-kata sebagai ungkapan dapat dikemas dalam dua cara yaitu secara vokal dan non-vokal (Suranto, 2010:128). 18 2. Pesan non-verbal. Pesan non-verbal adalah komunikasi tanpa kata, dengan demikian pesan nonverbal adalah pesan yang tidak berupa kata-kata, ucapakan, kalimat lisan maupun tulisan. Pesan non-verbal berupa isyarat, simbol, lambang yang dkirim oleh seseorang kepada orang lain (Suranto, 2010:146). Banyak pesan Pesan moral biasanya terdapat di film-film ataupun cerita rakyat. Pesan moral diselipkan dengan tujuan agar audiens dapat mengambil hikmah dari apa yang ditonton ataupun cerita yang didengar. Dalam bahasa latin, moral berasal dari kata “mores” yang artinya adat kebiasaan. Sementara dalam bahasa yunani, moral adalah “ethos” atau etika yaitu ajaran tentang baik-buruk, yang diterima masyarakat umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya. Pengertian moral dalam Bahasa Indonesia adalah akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup (Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI,2008). Moral (moralitas) pada hakikatnya adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut “amoral” artinya dia tidak bermoral dan tindak memiliki nilai positif. Oleh sebab itu, moral adalah hak mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekspisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu. Tanpa moral, manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi, karena ia akan dijahui oleh orang lain. Manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam 19 kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral juga dikatakan sebagai perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diteruma serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dan lain-lain. Akan tetapi, perlu diketahui pula bahwa tidak semua nilai adalah nilai moral. Nilai moral berkaitan dengan perilaku manusia tentang hal baik-buruk (Juliardi, 2014:146). Moral berfungsi sebagai landasan dan patokan bertindak bagi setiap orang dalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan maupun dalam lingkungan keluarga. Satu hal yang paling penting adalah bahwa moral berada pada batin atau pikiran setiap insan sebagai fungsi kontrol untuk penyeimbang bagi pikiran negatif yang akan direalisasikan. Pengertian secara terpisah di atas apabila disimpulkan menjadi satu pengertian dari pesan moral berarti amanat yang ingin disampaikan tentang ajaran baik buruk yang 20 diterima mengenai perbuatan dan kewajiban yang berkenaan tentang budi pekerti atau akhlak manusia yang tentunya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di masyarakat. Adapun jenis-jenis moral menurut Sulistyorini (2011, 1), moral bisa dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Moral Individual Moral individual adalah moral yang menyangkut hubungan manusia dengan kehidupan diri pribadinya sendiri atau tentang cara manusia memperlakukan dirinya sendiri. Moral individual ini mendasari perbuatan manusia dan menjadi panduan hidup bagi manusia, yang merupakan arah dan aturan yang perlu dilakukan dalam kehidupan pribadi atau sehariharinya. Moral individual mencakup: kepatuhan, pemberani, rela berkorban, jujur, adil bijaksana, menghormati dan menghargai, bekerja keras, menepati janji, tahu balas budi, baik budi pekerti, rendah hati, dan hati-hati dalam bertindak. 2. Moral Sosial Moral sosial adalah moral yang menyangkut tentang hubungan manusia dengan manusia yang lain dalam kehidupan dalam masyarakat atau lingkungan di sekitarnya. Dalam berhubungan dengan masyarakat, manusia perlu memahami norma-norma yang berlaku dalam masyarakat supaya hubungannya dengan manusia lain dapat berjalan dengan lancar dan tidak terjadi kesalahpahaman diantara manusia-manusia tersebut. Moral sosial ini mencakup: bekerja sama, suka menolong, kasih sayang, kerukunan, suka memberi nasihat, peduli nasib orang lain, dan suka menolong orang lain. 3. Moral Religi Moral religi adalah moral yang menyangkut tentang hubungan manusia dengan Tuhan yang diyakininya. Moral religi mencakup: percaya kuasa 21 Tuhan, percaya adanya Tuhan, berserah diri kepada Tuhan, dan memohon ampun kepada Tuhan. Salam Moral kepada Tuhan mencakup: beriman dan meyakini bahwa Tuhan itu ada, Taat menjalankan perintah dan larangan Tuhan, berpasrah kepada Tuhan, beribadah dan berdoa dengan sungguh-sungguh, berpengharapan bahwa Tuhan akan melimpahkan rahmatNya, berpikiran baik tentang Tuhan, percaya sepenuhnya kepada Tuhan, bersyukur kepada Tuhan, dan bertobat kepada Tuhan. 2.6 Semiotika Iklan Semiotika sebagai salah satu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan ‘tanda’. Dengan demikian semiotika mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda (Sobur, 2004:87). Umberto Eco menyebut tanda tersebut sebagai “kebohongan”(Gottdiener, 1995, dalam Listiorini, 1999); dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri. Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata – kata dan tanda – tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial. Hal ini dianggap sebagai pendapat yang cukup mengejutkan dan dianggap revolusioner, karena hal itu berarti tanda membentuk persepsi manusia, lebih dari sekedar merefleksikan realitas yang ada (Bignell, dalam Sobur, 2004:87). Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”.Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco, 1979, dalam Sobur 2004:95). Secara terminologis, semiotika dapat 22 difenisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek – objek, peristiwa – peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Eco, 1979, dalam Sobur 2004:95). Van Zoest (1996, dalam Sobur 2004:95) mengartikan semiotika sebagai” ilmu tanda dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya”. Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya. Menurut Preminger (2011), ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari simstem-sistem aturan,-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tandatanda tersebut mempunyai arti. Salah satu tokoh penting dalam bidang semiotik adalah Ferdinand de Saussure, seorang ahli linguistik dari Swiss dan Charles Sanders Pierce, seorang ahli filsafat dan logika Amerika. Kajian semiotik menurut Saussure lebih mengarah pada penguraian sistem tanda yang berkaitan dengan linguistik, sedangkan Pierce lebih menekankan pada logika dan filosofi dari tanda-tanda yang ada di masyarakat (Kriyantono, 2010:266). Analisis semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita), karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. 23 Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada. Yang dimaksud tanda ini sangat luas. Pierce membedakan tanda atas lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks (index). Dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Lambang: suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya merupakan hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional. Lambang ini adalah tanda yang dibentuk karena, adanya consensus dari para pengguna tanda. Warna merah bagi masyarakat Indonesia adalah lambang berani, mungkin di Amerika bukan. 2. Ikon: suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya berupa hubungan berupa kemiripan. Jadi ikon, adalah bentuk tanda yang dalam berbagai bentuk meyerupai objek dari tanda tersebut. 3. Indeks: suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya timbul karena, ada kedekatan eksistensi. Jadi, indeks adalah suatu tanda yang mempunyai hubungan langsung (kausalitas) dengan objeknya (Kriyantono, 2010:266). Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata – kata dan tanda – tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial. Hal ini dianggap sebagai pendapat yang cukup mengejutkan dan dianggap revolusioner, karena hal itu berarti tanda membentuk persepsi manusia, lebih dari sekedar merefleksikan realitas yang ada (Bignell, dalam Sobur, 2004:87). 24 Pada dasarnya, studi media massa mencakup pencarian pesan dan makna-makna dalam materinya, karena sesungguhnya semiotika komunikasi, seperti halnya basis studi komunikasi, adalah proses komunikasi dan intinya adalah makna. Dengan kata lain, mempelajari media adalah mempelajari makna dari mana asalnya, seperti apa, seberapa jauh tujuannya, bagaimanakah ia memasuki materi media, dan bagaimana ia berkaitan dengan pemikiran kita sendiri (Sobur, 2013:110). Dalam semiotika iklan, ia tidak hanya menggunakan bahasa sebagai alatnya, tetapi juga alat komunikasi lainnya seperti gambar, warna, dan bunyi. Untuk mengkaji iklan dalam perspektif semiotika, bisa mengkajinya lewat sistem tanda dalam iklan. Iklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang (verbal maupun yang berupa ikon). Pada dasarnya, lambang yang digunakan dalam iklan terdiri atas dua jenis, yaitu yang verbal dan nonverbal. Kajian sistem tanda dalam iklan juga mencakup objek. Objek iklan adalah hal yang diiklankan (Sobur, 2013:116). Iklan merupakan salah satu teks media yang di dalamnya terdapat banyak tanda, dan semiotik merupakan salah satu pendekatan dalam menelaah sesuatu yang berhubungan dengan tanda, maka analisis semiotic merupakan pendekatan yang tepat untuk menguraikan dan menemukan makna di balik tanda yang ada dalam sebuah teks iklan. Analisis semiotic berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang bersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai 25 konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada (Kriyantono, 2010: 262). 2.7 Teori Semiotika Ferdinand de Saussure Menurut Saussure, tanda terbuat atau terdiri dari bunyi-bunyi dan gambar (Sounds and Images), disebut “Signifier” dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar (The concepts these sound and images), disebut “Signified” berasal dari kesepakatan. Gambar 1 Peta pemikiran Ferdinand de Saussure Tanda (Sign) adalah sesuatu yang berbentuk fisik (any sound images) yang dapat dilihat dan didengar yang biasanya merujuk kepada sebuah objek atau aspek dari realitas yang ingin dikomunikasikan. Objek tersebut dikenal dengan “referent”. Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Syaratnya komunikator dan komunikan harus mempunyai bahasa atau pengetahuan yang sama terhadap sistem tanda (Kriyantono, 2010:270). 26 Dalam semiotika Ferdinand de Saussure ada lima pandangan yang di kemudian menjadi peletak dasar dari strukturalisme, yaitu pandangan tentang (1) signifier (penanda) dan signified (petanda); (2) form (bentuk) dan content (isi); (3) langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran); (4) Synchronic (sinkronik) dan Diachrionic (diakronik) serta (5) syntagmatic (sintagmatik) dan associative (paradigmatik). Signifier dan Signifed cukup penting dalam upaya menangkap hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah suatu system tanda, dan setiap tanda itu tersusun menjadi dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut Saussure, bahasa merupakan suatu system tanda (sign). Suara-suara, baik suara manusia, binatang, ataupun bunyibunyian, hanya bias dikatakan sebagai bahasa atau berfungsi sebagai bahasa bilamana suara atau bunyi tersebut mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan ide-ide, pengertian-pengertian tertentu. Suara-suara tersebut harus merupakan bagian dari sebuah konvensi, system kesepakatan dan merupakan bagian dari sebuah sistem tanda. Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah sebuah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa; apa yang dikatakan ataupun didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa (Barthes, dalam Sobur, 2013:46). Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi: penanda dan petanda, suatu penanda tanpa petanda 27 tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan lepas dari penanda. Setiap tanda kebahasaan menurut Saussure, pada dasarnya menyatukan sebuah konsep (concept) dan suatu citra suara (sound image), bukan menyatakan sesuatu dengan sebuah nama. Suara yang muncul dari sebuah kata yang diucapkan merupakan penanda (signifier), sedang konsepnya adalah petanda (signified). Dua unsure tersebut tidak dapat dipisahkan sama sekali. Pemisahan hanya akan menghancurkan ‘kata’ tersebut (Sobur, 2013:46). Form dan Content diistilahkan dengan expression dan content, satu berwujud bunyi dan yang lain berwujud idea. Saussure membandingkan form dan content itu dengan permainan catur. Dalam permainan catur, papan dan biji catur tidak terlalu penting. Yang penting adalah fungsinya yang dibatasi, aturan-aturan permainannya. Jadi, bahasa berisi sistem nilai, bukan koleksi unsur yang ditentukan oleh materi, tetapi unsur sistem itu ditentukan oleh perbedaannya (Sobur, 2013:47). Langue dan Parole menurut Saussure, langue adalah objek yang tidak tergantung dari materi tanda yang membentuknya. Disamping itu ada parole yang mencakup bagian bahasa yang sepenuhnya bersifat individual (bunyi, realisasi aturan-aturan, dan kombinasi tanda-tanda yang terjadi sewaktu-waktu). Jika langue mempunyai objek studi atau tanda atau kode, maka parole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa yang sebagaimana terlihat dalam penggunaannya. Kalau unit langue adala kata, maka unit dasar parole adalah kalimat (Sobur, 2013:51) 28 Synchronic dan Diachrionic menurut Saussure, linguistik harus memperhatikan sinkronis sebelum menghiraukan diakronis. Kedua istilah ini berasal dari kata Yunani khronos (waktu) dan dua awalan syn- dan dia- masing-masing berarti “bersama” dan “melalui”. Yang dimaksud studi sinkronik sebuah bahasa adalah deskripsi tentang “keadaan tertentu bahasa tersebut” (pada suatu “masa”) dan yang dimaksud dengan diakronis adalah “menelusuri waktu”. Jadi studi diakronis atas bahasa tertentu adalah deskripsi tentang perkembangan sejarah (“melalui waktu”) (Sobur, 2013:53). Syntagmatic dan Associative. Satu lagi stuktur bahasa yang dibahas dalam konsepsi dasar Saussure tentang sistem pembedaan di antara tanda-tanda adalah mengena syntagmatic dan associative atau antara sintagmatik dan paradgmatik. Hubungan-hubungan ini terdapat pada kata-kata sebagai rangkaian bunyi-bunyi maupun kata-kata sebagai konsep (Sobur, 2013:54). 2.8 Kerangka Pikir Iklan televisi merupakan media yang cukup efektif dalam menarik perhatian konsumen, karena dengan kelebihannya yang mampu menayangkan iklan dalam waktu yang bersamaan. Kebanyakan iklan memperlihatkan dan memberi informasi tentang kelebihan dari produk yang diiklankan, namun pada beberapa iklan itu tidak bisa dilakukan, seperti halnya iklan rokok yang tidak bisa dengan bebas memperagakan produknya. Hal tersebutlah yang melatar belakangi peneliti untuk memilih iklan rokok yang mengangkat pesan moral untuk menarik konsumen. Setelah melakukan pengamatan secara sederhana, maka peneliti memilih tiga iklan Sampoerna A mild yang ingin 29 diteliti, yaitu: iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” 2015, iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” (versi danau), iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” (versi dorong bangunan 'Shift') Peneliti menganalisis iklan tersebut menggunakan metode semiotika dengan menggunakan teori semiotika Ferdinand de Saussure untuk mengetahui pesan moral yang terkandung dalam iklan sampoerna A mild “Go Ahead”. Berikut adalah bagan kerangka pikir penelitian: 30 Bagan Kerangka Pikir Iklan Televisi Iklan Sampoerna AMild Signifier Signified Pesan Moral Gambar 2 Kerangka Pikir 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa. Tipe penelitian ini merupakan analisis yang bertujuan untuk memberikan gambaran, menjelaskan, dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata-kata sebagai jawaban atas permasalahan yang ingin diteliti. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk mendesktipsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan iklan rokok Sampoerna A Mild. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat mengetahui pesan moral yang terkandung dalam iklan rokok Sampoerna A Mild. 3.2 Metode Penelitian Sejalan dengan tipe penelitian deskriptif kualitatif ini, maka metode yang digunakan adalah metode analisis semiotika dengan pendekatan kualitatif. Metode analisis semiotika digunakan untuk menemukan makna tanda termasuk hal-hal 32 yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini, metode analisis semiotika dengan pendekatan kualitatif dianggap lebih tepat dalam menjelaskan sebuah fenomena atau peristiwa komunikasi yang akan diteliti. Peneliti memakai metode semiotika teori Ferdinand de Saussure karena, peneliti berusaha menginterpretasikan dan memaknai tanda-tanda untuk mempresentasikan pesan moral yang disampaikan dalam iklan tersebut dengan menggunakan tatanan penandaan Ferdinand de Saussure. 3.3 Fokus Penelitian Peneliti akan mengidentifikasi suara, teks, dan visual pada adegan-adegan yang telah dipilih dan menganalisisnya dengan metode semiotika dengan teori semiotika Ferdinand de Saussure untuk mengetahui pesan moral yang terkandung dalam iklan televisi sampoerna A mild Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian pada adegan-adegan yang menggambarkan pesan moral 33 3.4 Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian kali iini meliputi data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atautangan pertama di lapangan. Sumber data ini bisa responden atausubjek riset, dari hasil pengisian kuesioner, wawancara, observasi (Kriyantono, 2010: 41). Data primer dalam penelitian ini adalah iklan sampoerna A mild “Go Ahead” 2015, sampoerna A mild “Go Ahead” (versi danau), dan sampoerna A mild “Go Ahead” (versi dorong bangunan 'Shift'). 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder. Data ini juga dapat diperoleh dari data primer penelitian terdahulu yang telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya, sehingga menjadi informatif bagi pihak lain (Kriyantono, 2010: 42). Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari studi literatur (buku, jurnal, artikel, majalah, koran, dan lain-lain) dan internet. 3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Dokumentasi Untuk mendapatkan data yang dilakukan dengan cara mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 34 3.5.2 Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan melengkapi dan membaca literatur sebagai bahan dan panduan penulis dalam mengkaji penelitian. Bahan tersebut akan dijadikan sebagai referensi bagi penulis dalam mengidentifikasi dan mendeskripsikan masalah penelitian. Data-data untuk melengkapi penelitian ini didapat dari berbagai sumber informasi yang tersedia, seperti buku dan internet. 3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Tahap Reduksi Data Reduksi data, yaitu bagian dari analisis data dengan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang data yang tidak sesuai dengan fokus penelitian dan tidak diperlukan. 3.6.2 Tahap Penyajian Data Setelah data direduksi maka, langkah selanjutnya ialah penyajian data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. 3.6.3 Tahap Kesimpulan dan Saran Setelah melalui tahapan reduksi data dan penyajian data, maka langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan. Kesimpulan adalah jawaban dari tujuan riset dan saran merupakan jawaban atas dari manfaat penelitian. BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Gambar 3 Logo PT. HM Sampoerna Tbk. Pada tahun 1913 saat Liem Seeng Tee dan istrinya Tjiang Nio mendirikan perusahaan Handel Maastchapij Liem Seeng Tee yang membuat dan menjual rokok kretek lingting tangan maupun rokok kretek putih di Indonesia, lalu pada tahun 1930 Liem See Tee mengganti nama keluarga sekaliguas nama perusahaan 36 menjadi Sampoerna yang berarti “Kesempurnaan. Kepemimpinan Sampoerna pada tahun 1959 beralih ke generasi kedua di bawah pimpinan Aga Sampoerna, yang berfokus pada produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) premium. Pada tahun 1978, Aga digantikan Putera Sampoerna. Saat itu Putera Sampoerna mulai membangun pabrik dan Sampoerna menjadi perseroan terbatas terbuka dengan struktur usaha modern dan memulai masa investasi dan ekspansi, setelah itu sampoerna berhasil memperkuat posisinya sebagai salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia. Karena keberhasilan nya itu menarik perhatian Philip Morris International Inc (PMI), salah satu perusahaan rokok terkemuka di dunia dan pada bulan Mei 2005 akhirnya PT. Philip Morris Indonesia, afiliasi dari PMI, mengakuisisi kepemilikan mayoritas atas Sampoerna, dan sekarang PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (Sampoerna) merupakan salah satu produsen rokok terkemuka di Indonesia yang memproduksi sejumlah merek rokok kretek yang dikenal luas, seperti A Mild, Sampoerna Kretek, serta “Raja Kretek” yang legendaris Dji Sam Soe. Sampoerna dan afiliasinya memproduksi, memasarkan, dan mendistribusikan rokok di Indonesia, yang meliputi sigaret kretek tangan (SKT) dan sigaret kretek mesin (SKM). Sampoerna juga mendistribusikan produk PT. Philip Morris Indonesia (PMID), Marlboro, di Indonesia. Rokok kretek menguasai sekitar 92% pasar rokok di Indonesia. 37 4.2 Gambaran Produk dan Iklan 4.2.1. Gambaran Umum Produk A Mild Gambar 4 Logo Sampoerna A Mild Keluarga sampoerna terdiri dari varian-varian sigaret kretek mesin (SKM), yang meliputi merek A Mild. A Mild diluncurkan oleh Sampoerna pada tahun 1989 dan merupakan pionir produk rokok kategori LTLN (Low Tar Low Nicotine) di Indonesia. Tahun 1994 yang menjadi cikal bakal kesuksesan A Mild. Pasalnya di tahun tersebut, A Mild meninggalkan motto kampanye lamanya “Taste of the future” dan menggantinya dengan “How low can you go”. Dengan seiring dengan berjalannya waktu, penjualan A Mild pun terus beranjak naik. Masa-masa kejayaan A Mild kembali berlanjut. Di tahun 1996 A Mild mulai memperkuat kampanye “How low can you go” dengan tagline terbarunya yaitu “Bukan Basa 38 Basi” dan dipertengahan 2005, A Mild tampil beda dengan tema, yaitu “Tanya Kenapa?” dan pada tahun 2009 A Mild mengganti tagline nya dengan “Go Ahead” hingga sekarang p (http://www.sampoerna.com/id_id/our_products/pages/our_brands.aspx, diakses pada hari Selasa, tanggal 13/10/2015, pukul 4:37 WIB) a. Deskripsi Iklan Sampoerna A mild “Go Ahead” 2015 Gambar 5 Iklan Sampoerna A mild “Go Ahead” 2015 Iklan Sampoerna A mild “Go Ahead” 2015 yang berdurasi 30 detik ini menceritakan tentang permasalahan sebagaian orang di dalam kehidupannya yang belum tahu apa ingin dicapai. Pada setiap adegan hampir semua yang menjadi objek nya adalah laki-laki, sedangkan perempuan yang menjadi objeknya hanya ada disalah satu adegan. Adegan pertama iklan, memperlihatkan seseorang lakilaki yang berjalan sendirian yang menoleh ke kiri dan kebelakang, lalu pada adegan kedua, empat orang sedang bermain alat musik layaknya grup band yang sedang melakukan konser dengan menggunakan baju tidur serta mata tertutup, 39 seperti sedang bermimpi dan kemudian disambung dengan adegan laki-laki bertubuh gemuk yang ingin terjun dari papan loncat kolam renang, saat ia sedang menaiki papat loncat tersebut, iklan memperlihatkan raut wajahnya yang takut, lalu sesampainya ia di atas raut wajah pria tersebut menjadi optimis dan ia berani untuk terjut dari papat loncat tersebut. Setelah adegan itu, beat musik dari iklan pun menjadi cepat yang memberikan kesan bersemangat dengan diisi voice over “melangkahlah kemana kaki ini ingin melangkah”, disaat yang bersamaan dengan voice over tersebut adegan iklan berubah-ubah secara cepat dengan menampilkan seorang disk jockey (DJ), orang berjoget, pupil mata yang mengecil, dua orang yang sedang bermain menggunakan trolley, seorang gadis yang merentangkan tangannya untuk merasakan hembusan angin, kaki yang berjalan di atas sehelai tali, seseorang yang berjalan sendirian ditepi jalan dengan memegang papan seperti mencari sesuatu, dan di akhir adegan iklan tersebut, memperlihatkan seorang lelaki berdiri ditepi pantai sambil mengangkat kedua tangan nya yang memberikan kesan sudah mencapai tujuannya lalu ditutup dengan voice over “Go Ahead”. 40 b. Deskripsi Iklan Sampoerna A mild “Go Ahead” Versi Danau Gambar 6 Iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” (Versi Danau) Iklan yang berdurasi selama 1 menit 32 detik ini menggunakan aktor Mario Irwinsyah sebagai tokoh utamanya. Mario diceritakan sebagai seorang backpacker yang baru saja tiba di salto airport. Layaknya seorang backpacker, Mario menggunakan tas punggung besar dan mengalungi kamera dilehernya. Diawal perjalanannya ia sedang melihat salah satu dagangan disebuah pasar, kemudian pedagang tersebut menunjuk jam yang dipakai Mario. Ia pun memberikan jamnya kepada pedagang tersebut. Setelah itu, Mario pun melanjutkan perjalanan kearah stasiun, distasiun itu ia melihat keranjang sampah didekatnya tanpa berpikir panjang ia membuang tas punggung besarnya dan melanjutkan perjalanannya. Diperjalanan selanjutnya Mario melihat sekelompok orang yang sedang asyik bernyanyi mengelilingi api unggun kecil dan ia pun mengabadikan mereka dengan kameranya. Selepas dari 41 itu, ia meninggalkan kamera tersebut dan melanjutkan perjalananya. Diperjalan selanjutnya Mario meninggalkan handphone dan sepatu yang dipakainya. Diujung perjalanannya ia menemukan sebuah danau, diperlihatkan wajah Mario yang sangat senang, lalu ia pun berlari sambil membuka baju nya dan melompat kearah danau yang diiringi dengan voice over “terkadang semua bisa didapatkan, ketika semua dilepaskan” dan ditutup dengan tulisan “Go Ahead”. c. Deskripsi Iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” Dorong Bangunan Gambar 6 Iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” Dorong Bangunan Iklan yang berdurasi 1 menit ini menceritakan tentang kehidupan diperkotaan yang erat kaitannya dengan kemacetan, dan sedkit lahan hijau. Pada iklan ini musik yang dipergunakan adalah istrumen, dengan beat musik cepat yang membuat kesan bersemangat. Pada adegan pertama, iklan memperlihatkan jalanan yang sangat padat sekali dengan kendaraan dan disusul dengan adegan segelintir orang yang berusaha untuk mendorong bangunan dan pohon. Karena aksi segelintir orang tersebut membuat orang lain bersemangat untuk ikut mencoba 42 membuka lahan hijau dengan cara mendorong bangunan dan pohon. Dari aksi itu bangunan yang didorong mulai bergerak dan iklan memperlihatkan wajah dari beberapa orang yang senang dan juga heran, karena berhasil mendorong bangunan dan pohon. Selanjutnya, iklan memperlihatkan lahan hijau yang berhasil mereka buat. Setelah berhasil membuka lahan hijau tersebut, mereka melihat kearah rumah penduduk yang padat dan salah satu orang mengajak untuk kembali membuka lahan hijau. Lalu merekapun berlari kearah rumah penduduk tersebut dengan diiringi dengan tulisan “Go Ahead”. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pesan moral yang terkandung dalam iklan Sampoerna A Mild “Go Ahead” yaitu: bekerja keras, rendah hati, menolong orang lain, dan peduli sesama, namun A Mild yang menggangkat pesan moral dalam iklannya merupakan sesuatu yang tidak ada hubungan khusus dari produk dengan pesan yang disampaikan dalam iklan. A Mild membuat khalayak adalah sebagai korban dari konsumsi makna atau realitas produk yang telah diciptakan pengiklan sebagai alat untuk mengelabuhi khalayak dari tayangan iklan tersebut dengan menyisipkan pesan moral dalam iklannya yang seakan iklan rokok merupakan iklan dengan nilai moralitas yang tinggi. Akan tetapi, jauh dari itu iklan memiliki tujuan komersial yang semata-mata hanya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menciptakan realitas pada masyarakat bahwa dengan merokok penonton dapat menjadi seperti dalam tokoh iklan 77 6.2 Saran Berdasarkan penelitian yang dianalisis menggunakan metode semiotika, peneliti menemukan bagian-bagian yang perlu dikritisi mengenai iklan sampoerna A Mild “Go Ahead”, dengan itu maka peneliti memberikan kontribusi yang diharapkan bisa menjadi bahan-bahan pertimbangan untuk kedepannya, seperti: 1. Dalam pembuatan iklan di era sekarang ini, sudah sepatutnya pengiklan menyisipkan pesan yang bisa membangun kepedulian serta memberikan inspirasi pada masyarakat. Bukan hanya sekedar bertujuan untuk menjual produknya. 2. Bagi penonton sudah selayaknya lebih selektif akan menerima informasi, sebab pengiklan hanya cenderung untuk menjual produknya tanpa melihat produk yang di iklankan. DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbosa Rekatama Media. Cangara, Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Juliardi. 2014. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: Alfabeta. Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Liliweri, Alo. 2011. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar Morissan, 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Mulyana, Dedy 2010. Ilmu Komunikasi suatu pengantar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Sobur, Alex. 2007. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Sobur, Alex. 2013.Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Suranto Aw. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Widyatama, Rendra. 2011. Teknik Menulis Naskah Iklan.Yogyakarta: Cakrawala. Sumber Internet : http://www.sampoerna.com/id_id/our_products/pages/our_brands.aspx pada hari Senin tanggal 23 Maret 2015) (Diakses http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/31912-edaran-untuk-lembagapenyiaran-perihal-iklan-rokok (Diakses pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015) http://ict.unimed.ac.id/ictfrm/media.php?module=topik&id=537 hari Rabu tanggal 14 Mei 201) (Di akses pada http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin-hari-tanpatembakau-sedunia.pdf (Di akses pada hari Kamis tanggal 5 Mei 2016) Jurnal dan Skripsi Ardiyanto, Doni. 2012. Representasi Disintegritas Politisi Dalam Iklan Televisi (Analisis Semiotika Fiske Terhadap TVC LA Lights versi Topeng Monyet). Bungin, Burhan. 2001. Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik, Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, Th XIV, No 2, April 2001. Ginting, Tarianna. 2011. Pengaruh Iklan Rokok Di Televisi Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMP Di Swasta Dharma Bakti Medan. Hasyim, Muhammad. 2014. Konstruksi Realitas Sosial Budaya Dalam Iklan Komersial Televisi. Jurnal Komunikasi, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2014. Kurnia, Novi. 2004. Representasi Maskulinitas Dalam Iklan. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Volume 8, Nomor 1, Juli 2004. Yasir. 2012. Paradigma Komunikasi Kritis: Suatu Alternatif Bagi Ilmu Komunikasi. Jurnal Ilmu Komunikasi; Vol 1, No 01 (2012).