SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA PERINGATAN ISRA' DAN MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW. DI MASJID ISTIQLAL JAKARTA TANGGAL 5 AGUSTUS 2006 Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Kaum Muslimin dan Muslimat Rahimakumullah Marilah kita bersama-sama mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT. yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Selain itu, kita tak lupa menyampaikan salam dan salawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang menjadi suri teladan bagi kita semua dalam menjalani kehidupan di dunia ini menuju kehidupan yang abadi di akhirat nanti. Pada malam hari ini kita bersama-sama hadir di tempat yang mulia ini dalam rangka memperingati Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Kita memperingati peristiwa ini karena ia merupakan peristiwa yang sangat penting dan mengandung berbagai pelajaran yang berharga dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan ini. Sudah menjadi pengetahuan umum di kalangan umat Islam bahwa peristiwa Isra' dan Mi'raj dialami oleh Rasulullah SAW. tatkala beliau baru saja ditimpa kesedihan yang mendalam karena kematian orang-orang yang dicintainya. Rasulullah SAW. baru saja ditinggalkan oleh isterinya Khadijah Radhiyallahu 'Anha. Ia adalah orang yang banyak berjasa dalam mendampingi Rasulullah SAW. dalam menjalankan dakwah Islamiyah, mengajak manusia ke jalan kehidupan yang benar dan diridai Allah SWT. Ini merupakan suatu isyarat bagi kita semua bahwa Rasulullah SAW. tidaklah berjuang seorang diri. Ia tidak hanya dibantu oleh orang-orang dekatnya dan kaum Muslimin. Akan tetapi, ia senantiasa disertai oleh Allah SWT. dalam menjalankan tugas dakwah. Ia senantiasa berada dalam pengawasan dan perlindungan Zat Yang Maha Kuasa, Yang Maha Hidup, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah. SWT. memberikan perlindungan bagi hamba-Nya yang tercinta ketika ia mengalami kesulitan. Ia memberikan obat penawar hati tatkala ia mengalami kesedihan, kecemasan, dan ketakutan. Jika Rasulullah SAW. dihibur oleh Allah SWT. tatkala hatinya sedang dilanda kesedihan dan diberi kekuatan tatkala tantangan yang dihadapi terasa semakin berat, maka hal serupa juga akan dialami oleh umat beliau. Umat Islam akan merasakan ketenangan jiwa, kedamaian di dalam hati dan memiliki kekuatan bila dekat pada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Perkasa. Allah SWT. mengingatkan dalam firman-Nya yang menyatakan: Innal laha ma ‘a lazinat taqaw wal lazina hum muhsinun. (Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan) (QS an-Nahl/16;128). Melalui peristiwa Isra' dan Mi'raj Rasulullah SAW. merasakan kedekatan yang sedekatdekatnya pada Allah SWT. dan melihat dari dekat sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Itu adalah sebuah penghormatan dan anugrah bagi beliau yang senantiasa gigih berjuang dalam mengemban risa/ah Islamiyah. Rasulullah menuntun manusia untuk mengenal Tuhannya dengan benar dengan ajaran tauhid atau monoteisme murni, membimbing manusia menyembah Tuhan dengan menggunakan pedoman yang jelas dan dasar-dasar yang kokoh dan tidak berubah sepanjang zaman, menuntun manusia memiliki akhlak yang terpuji di sisi Allah dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Rasulullah membimbing manusia untuk mengenal Allah dengan benar dan menujukkan jalan yang sangat jelas untuk hidup sejahtera di dunia dan berjumpa dengan-Nya di akhirat kelak. Hadirin dan hadirat yang berbahagia Kita berharap agar peringatan Isra' dan Mi'raj ini memberi dorongan bagi umat Islam untuk meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agamanya. Kita berharap, misalnya, agar peringatan semacam ini mengingatkan kembali akan pentingnya komunikasi antara manusia sebagai hamba dan Penciptanya. Salat adalah salah satu bentuk komunikasi yang menghubungkan secara batiniah antara manusia mukmin dengan Allah SWT. Komunikasi ini harus dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Salat dibaratkan oleh Rasulullah sebagai mi'raj bagi umatnya, atau jalan untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Salat mencerminkan kepatuhan seorang hamba terhadap perintah dan ketentuan-ketentuan ibadah dan syariah yang diajarkan oleh Allah dengan perantaraan Rasul-Nya. Salat mencerminkan kesadaran seorang hamba yang senantiasa membutuhkan bimbingan, bantuan dan perlindungan dari Allah SWT. Salat mencerminkan kepasrahan seorang hamba dalam menjalani kehidupan ini sesuai dengan kehendak Yang Maha Kuasa. Kesadaran semacam ini akan mengantar seorang mukmin menjadi seorang yang tangguh dan tabah. Ia tangguh untuk bekerja dan memperjuangkan nilai-nilai yang luhur. Ia tabah dalam menghadapi godaangodaan yang bakal menjerumuskan ke dalam lembah kehinaan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan hidup. Kekuatan rohani dan kekokohan prinsip seperti disebutkan itu diperlukan sepanjang zaman. Apalagi pada zaman ini sekarang gaya hidup permisif dan hedonistis memperlihatkan gejala yang semakin meningkat. Nilai dan norma agama terkadang kurang diresapi dengan hati yang jernih. Bahkan sebagian orang memperlihatkan penentangan secara terbuka terhadap sejumlah pesan agama yang dirasakan kurang menguntungkan dari segi pertimbangan dunuiawi dan material. Hadirin yang berbahagia Kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di masjid dan mushalla terlihat cukup semarak. Mesjid dan mushalla yang ada di pusat-pusat keramaian ramai dikunjungi oleh jamaah pada waktu-waktu shalat. Jamaahnya terdiri dari tua dan muda, laki-laki dan perempuan. Ini sangat menggembirakan. Ini menunjukkan bahwa kesadaran untuk menjalankan ibadah salat semakin meluas di kalangan umat Islam di Indonesia. Akan tetapi di sisi lain, kita pun berhadapan dengan banyaknya bentuk pelanggaran terhadap normanorma agama yang dilakukan secara terang-terangan atau dampaknya dirasakan oleh masyarakat luas. Dua fenomena yang bertolak belakang ini menyadarkan kita bahwa bagi sebagian orang, pengamalan agama baru pada tataran simbol-simbol, belum sepenuhnya menghayati substansi ajaran agama. Idealnya, setiap Muslim menunaikan ibadah shalat. Ibadah ini diharapkan mendekatkan orang yang salat kepada Tuhan. Kedekatan tersebut mengantar kepada kedamaian jiwa dan kemampuan untuk menjauhi perbuatan yang mungkar. Salat, sebagaimana ditegaskan oleh Allah, mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Salah bentuk pesan dan bimbingan keagamaan kepada masyarakat yang sangat diharapkan dewasa ini ialah bagaimana agar setiap Muslim menunaikan ibadah secara formal dan mampu menghayati dimensi batiniah yang terkandung di dalamnya. Dengan kata lain, ibadah tersebut benar-benar membawa pengaruh dalam upaya pendakian spiritual menuju tingkat yang setinggi-tingginya di hadapan Allah, melahirkan akhlak yang terpuji, dan amal-amal sosial yang berguna untuk umat manusia dalam arti yang seluas-luasnya. Kalau penghayatan semacam ini dikembangkan dengan baik, Insya Allah, cahaya Islam, akan semakin berkembang di bumi Nusantara ini. Mudah-mudah-an pesan-pesan yang baru saja disampaikan oleh ulama kita, K.H. Hasyim Muzadi, dapat resapi dengan sungguhsungguh. Mudah-mudahan apa yang disampaikan dapat Iebih mencerahkan pikiran kita semua dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama yang bermuara pada kesejahteraan individu dan sosial, kerukunan dan kemakmuran bersama. Akhirnya, semoga kita semua bisa mengambil bagian dalam menampakkan dan mempraktekkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Semoga Islam yang kita anut menjadi dorongan yang kuat untuk mengusahakan kehidupan yang sejahtera di dunia dan di akhirat. Waffaqanallah jamian. Wassalamu 'Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Jakarta, 25 Agustus 2006 Menteri Agama RI, ttd Muhammad M. Basyuni