kandungan metode pendidikan dalam keluarga menurut surat

advertisement
KANDUNGAN METODE PENDIDIKAN DALAM
KELUARGA MENURUT SURAT IBRAHIM AYAT
37
MUSLI
Abstrak
Pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan
formal seperti sekolah. Yang lebih urgen sesungguhnya pendidikan dalam
keluarga. Pertanyaannya, bagaimanakah pendidikan dalam keluarga
menurut Islam. Karena pendidikan Islam bersumber dari Alquran dan
Hadis, dalam menjawabnya, penulis merujuk sebuah ayat Alquran, yakni
surat Ibrahim: 37. Surat ini bercerita tentang pendidikan yang diterapkan
Nabi Ibrahim dalam keluarganya. Dari kisah tersebut, penulis menyarikan
metode-metode pendidikan yang bisa diterapkan dalam keluarga.
Kata Kunci: pendidikan Islam, keluarga, metode.
Pendahuluan
Pelaksanaan untuk mencapai tujuan dari pendidikan Islam, baik dalam
sebuah lembaga pendidikan ataupun dalam keluarga, harus
memerlukan alat. Alat yang menunjang tercapainya tujuan yang
diinginkan, diantaranya dengan menggunakan metode yang tepat.
Dalam mengarahkan pelaksanaannya. Metode merupakan kedudukan
yang paling penting, metode pendidikan secara luas mengandung
pengertian yang fleksibel sesuai dengan kondisi dan situasi, dan
mengandung implikasi mempengaruhi, serta saling ketergantungan
antara pendidik dan anak didik, maupun antar orang tua dan anak.
Menurut Abdul Mujib, tugas utama metode pendidikan adalah
mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis,
sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi melalui
penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui,
memahami, menghayati dan meyakini, materi yang disampaikan, serta
148
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
meningkatkan keterampilan olah pikir. Dan selain itu tugas utama
metode adalah, membuat perubahanm dalam sikap dan minat serta
penemuan nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan
perubahan dalam pribadi dan diharapkan menjadi pendorong kearah
perbuatan nyata.1
Metode pendidikan Islam bersumber dari Alquran dan Hadis,
yang membicarakan cara-cara penerapan dalam pendidikan, sehingga
dengan adanya metode pendidikan, dapat mempermudah anak didik
dalam proses pendidikan yang berlangsung. Surat Ibrahim ayat 37
adalah bagian dari beberapa ayat yang diangkat sebagai topik
permasalahan yang berkaitan dengan metode pendidikan Islam,
khusus pendidikan Islam dalam keluarga, di antaranya bagaimana
sikap Nabi Ibrahim as, ketika mendapatkan karunia anak dari Allah
yaitu Nabi Ismail as, dan diuji meninggalkannnya di sebuah lembah,
sehingga Allah menjadikan tempat tersebut, menjadi tempat yang
sangat bersejarah dan dihormati hingga saat ini, itulah kota Makkah
al Mukarramah, yang menjadi pusat ibadah kaum muslimin.
Metode Pendidikan Islam
Dalam pengertian umum, metode diartikan sebagai cara
menmgerjakan sesuatu. Metode berasal dari bahasa breek yang terdiri
dari “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” yang berarti jalan, jadi
metode berarti “jalan yang dilalui”.2 Secara luas metode berarti sarana
untuk merealisasikan pengajaran sesuai dengan langkah itu sendiri,
mungkin dapat merealisasikan pengajaran tersebut lebih banyak
daripada metodenya itu sendiri.3
Sementara itu dalam pendidikan Islam menerangkan bahwa
1
2
3
Abdul Mujib dan Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofi dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), hlm. 232.
HM. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1987),
hlm. 97.
M Athiyah Al Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa Prof. H.
Bustani A Gani dan Tohar Bahri, ( Jakarta: 1975), hlm. 285.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
149
metode pendididkan Islam adalah suatu cara yang sebaik mungkin
bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan Islam.
Pelaksanaannya berada di dalam suatu sistem yang diciptakan untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam.4
Edgart Bruce Wesley yang dikutip oleh al-Syaibani mengatakan
bahwa metode pendidikan adalah rentetan kegiatan terarah bagi guru
yang menyebabkan timbulnya proses belajar pada murid-murid, atau
ia adalah proses yang pelaksanaannya yang sempurna menghasilkan
proses belajar, atau ia adalah jalan yang dengannya pengajaran itu
menjadi berkesan.5
Metode pendidikan merupakan segala kegiatan yang terarah yang
dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian pelajaran yang
diajarkannya, ciri-ciri perkembangan murid-muridnya, dan suasana
alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk
mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku mereka. Selanjutnya menolong mereka
memperoleh pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, minat dan
nilai-nilai yang diinginkan.
Dalam pendidikan Islam, menurut Al Ghazali seorang ahli tasawuf
yang sangat terkenal menyebutkan metode yang dapat digunakan
dalam pendidikan Islam berupa:
1. Metode latihan.
Metode dasar melatih anak adalah, merupakan hal yang sangat
penting dan perlu. Anak adalah amanat Allah yang dipercayakan
kepada orang tuanya, hatinya bersih, murni, laksana permata yang
amat berharga, sederhana dan bersih dari ukiran atau gambar
apapun. Oleh karena itu bila ia dibiasakan dengan sifat yang baik,
maka akan berkembang sifat-sifat yang baik pada dirinya.6
4
5
6
Nuruhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 99.
Omar Muhmmad Al Taumy al Saibany, Falsafah Pendidikan Islam, alih bahasa Hasan
Langgulung, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 552.
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali, Ihya’ al Ulumuddin, (Beirut:
Dar al Fikri, 1995), hlm. 63.
150
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
2. Memberikan perhatian dan nasihat–nasihat.
Menurut Al Ghazali apabila pertumbuhan anak itu baik, maka
nasihat-nasihat akan meresap, berpengaruh, berguna, dan teguh
dihatinya. Nasihat-nasihat itu diberikan kepada anak agar
mendapatkan pengertian tentang perbuatan dan perilaku seharihari, sehingga ia menjadi teguh hatinya, kuat dalam pribadinya,
pengertian terhadap sesuatu yang diperbuat oleh anak, serta nasihat
tentang sesuatu yang penting bagi kehidupan dan pola hidup
seseorang adalah menjadi urgen sekaligus sebagai sebagai masukan
informatif yang sangat positif.
3. Melindungi dari pergaulan yang buruk.
Al Ghazali berpendapat bahwa pokok dari pendidikan itu adalah
menjaga dan melindungi dari pergaulan atau perbuatan yang
buruk. Ia sangat memperhatikan pergaulan anak-anak dengan
serius, karena pergaulan itu mempunyai pengaruh yang sangat
dominan pada perkembangan anak.7
Berbagai macam metode pendidikan Islam yang ditawarkan oleh para
pakar pendidikan Islam, diantaranya dikemukakan oleh Nuruhbiyati
ia menyampaikan macam-macam metode pendidikan Islam adalah:
1. Metode mutual education, yaitu suatu metode mendidik secara
kelompok yang pernah dicontohkan oleh Nabi saw, misalnya
dicontohkan Nabi dalam mengerjakan salat dengan
mendeontrasikan cara–cara salat yang baik.
2. Metode pendidikan dengan menggunakan cara instruksional,
yaitu yang bersifat mengajar tentang ciri-ciri orang beriman dalam
sikap dan tingkah laku agar mereka dapat mengetahui bagaimana
seharusnya mereka bersikap dan berbuat sehari-hari.
3. Metode mendidik dengan bercerita, yaitu dengan mengisahkan
peristiwa sejarah hidup manusia masa lampau yang menyangkut
ketaatan dan kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah
7
Zainuddin, dkk., Seluk Beluk dalam Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm.
82.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
151
Allah yang dibawakan oleh Nabi saw yang hadir di tengah mereka.
Metode bimbingan dan penyuluhan, yaitu berupa bimbingan
kepada manusia serta nasihat sehingga dapat memperoleh
kehidupan batin yang tenang, dengan metode ini manusia akan
mampu mengatasi segala bentuk kesulitan hdup yang dihadapi,
atas dasar iman dan taqwa yang menjadikannya, metode ini dapat
diambil dari kisah Luqman ketika mengajar anak lelakinya, untuk
tidak memusyrikkan Allah.
Metode pemberian contoh dan teladan. Metode yang cukup besar
pengaruhnya dalam mendidik anak adalah, metode pemberian
contoh dan teladan yang baik, Allah telah menunjukkan bahwa,
contoh teladan dari keteladanan diri Rasulullah adalah
mengandung nilai paedagogis bagi manusia.
Metode diskusi. Metode diskusi juga diperhatikan dalam
pendidikan Islam yaitu mendidik manusia dengan tujuan lebih
memanfaatkan pengartian dan sikap pengetahuan mereka
terhadap masalah.
Metode soal-jawab. Metode ini sering dipaki oleh para Nabi dalam
mengajarkan agama kepada umatnya, bahkan ahli fikir atau filosof
pun banyak mempergunakan metode ini karena, dengan metode
ini pengertian dan pengetahuan anak didik dapat lebih
dimantapkan serta jelas.
Metode imtsal (pemberian perumpamaan). Mendidik dengan
mengunakan metode pemberian perumpamaan tentang
kekuasaan Allah dalam menciptakan hal-hal yang hak dan yang
batil.
Metode targhib dan tarhib, yaitu cara memberikan pelajaran
dengan memberi dorongan untuk memperoleh kegembiraan bila
mendapatkan sukses dalam kebaikan, sedankan bila tidak sukses,
kerena tidak mau mengikuti petunjuk yang benar, akan
mendapatkan kesusahan.
Metode tobat dan ampunan, yaitu suatu cara membangkitkan
jiwa dari rasa frustrasi kepada kesegaran hidup dan optimisme
152
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
dalam belajar seseorang dengan memberikan kesempatan bertobat
dari kesalahan yang telah lampau diikuti dengan pengampunan
atas kesalahan.
11. Metode acquisition (self education), explanation, dan exposition
(penyajian), yaitu berupa penyajian disertai motifasi–motifasi
belajar, dengan tujuan yang sama agar manusia sebagai hambanya
dengan kemampuannya yang ada dalam dirinya bersedia
menjalankan perintah Allah dan menjahui segala larangan-Nya.8
Dari berbagai macam metode pendidikan Islam diatas, pasti para
pendidik baik di sebuah lembaga pendidikan atau dalam sebuah
keluarga, telah banyak memakai penerapan dari metode-metode
tersebut. Sebagai metode pendidikan Islam yang dikehendaki oleh
umat Islam, pada hakikatnya adalah metode pendidikan melalui ajaran
Islam yang terkandung dalam kitab suci Alquran atau Hadis.
Penggunaan metode pendidikan dalam Islam tidak selalu baik untuk
saat yang berbeda-beda, baik tidaknya tergantung pada beberapa faktor
yang mungkin berupa situasi dan kondisi, atau persesuaian dengan
selera, atau juga karena metodenya sendiri yang secara instrinsik
belum memenuhi persyaratan sebagai metode yang tepat guna,
semuanya sangat ditentukan oleh pihak yang menciptakan dan
melaksanakan metode juga objek yang menjadai sasarannya.
Keluarga
Keluarga merupakan inti terrkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau Ayah dan anaknya atau
ibu dan anaknya.9 Makna keluarga dapat ditinjau dari dimensi
hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi
hubungan darah, merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh
hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi
hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar
8
9
Nuruhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 110.
UU. Kependudukan dan Keluarga Sejahtera, Pasal 1 Ayat 10.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
153
dan keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga
merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling
berhubungan, atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu
dengan yang lainnya, walaupun di antara mereka tidak terdapat
hubungan darah.10
Sementara itu, M. Quraish Shihab mengatakan bahwa keluarga
adalah jiwa masyarakat dan tulang punggungnya. Karena itu
kesejahteraan lahir batin yang dinikmati oleh suatu bangsa atau
sebaliknya, kebodohan atau keterbelakangan suatu bangsa adalah
cerminan dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup dalam
masyarakat tersebut.11
Keluarga yang merupakan jiwa masyarakat dan mata rantai
kehidupan manusia itu, pada dasarnya adalah suatu satuan organisasi
yang terkecil di dalam masyarakat, yang beranggotakan minimal suami
dan istri serta anak-anak, atau tanpa anak yang diikat melalui tali
pernikahan.
Dari berbagai dimensi dan pengertian keluarga tersebut, esensi
keluarga adalah kesatuarahan dan kesatutujuan atau keutuhan dalam
mengupayakan anak untuk memiliki dan mengembangkan dasardasar disiplin diri. Keluarga yang utuh memberikan peluang besar
bagi anak untuk membangun kepercayaan terhadap kedua orang
tuanya yang merupakan unsur esensial dalam membantu anak untuk
memiliki dan mengembangkan dasar–dasar disiplin diri.
Keluarga dikatakan utuh, apabila disamping lengkap anggotanya
juga dirasakan lengkap oleh anggotanya terutama anak-anaknya. Jika
di dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan, perlu diimbangi
dengan kualitas dan intensitas hubungan, sehingga ketidakadaan ayah
atau ibu di rumah tetap dirasakan kehadirannya dan dihayati secara
psikologis. Ini diperlukan agar pengaruh, arahan, bimbingan dan
10
11
Muhammad Sochib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan
Disiplin Diri, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 17.
M. Quraisy Shihab, Membumikan Al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 253.
154
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
sistem nilai yang direalisasikan orang tua senantiasa dihormati,
mewarnai sikap dan pola perilaku anak-anaknya.12
Keluarga dalam hal ini orang tua, yang juga disebut sebagai pendidik
utama karena banyak bergaul dengan anak–anaknya dalam rumah
tangga siang dan malam, mulai dari lahir sampai anak-anak kelak
menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Ayah dan ibu menyandang
pendidik pertama, anak-anak pertama kali mengenal seseorang di
dunia ini adalah ayah dan ibu. Mereka merupakan figur yang dipujapujanya. Manakala ibu jauh dari sisinya, ia akan merasa kehilangan
tempat berlindung, tempat mengadu. Dengan demikian pendidikan
dalam keluarga janganlah dipandang mudah, tetapi harus dijunjung
tinggi segala sesuatu tidak bisa diserahkan kepada siapapun urusan
dalam rumah tangga kecuali ayah dan ibu.13
Dalam jalur pendidikan Islam dalam lingkungan keluarga materi
pendidikan Islam melalui jalur keluarga dapat berupa:
1. Melengkapi materi-materi yang belum diberikan di sekolah, yaitu
materi yang bersifat praktis untuk menjalankan ibadah, praktek
akhlak yang mulia dan amalan sehari-hari.
2. Mengadakan pendalaman materi pendidikan Islam yang
diberikan disekolah, seperti membaca Alquran dan terjemahannya,
pendalaman tentang ibadah, ritual lainnya dan akhlak budi pekerti.
3. Mengontrol, mengoreksi, melatih, penghayatan dan pengamalan
bidang–bidang pengajaran yang telah diberikan disekolah dalam
kehidupan sehari–hari agar menjadi amalan yang nyata.14
Metode pendidikan Islam terutama dalam keluarga, harus bersifat
manusiawi, di antaranya memberikan kesempatan aktif jiwa dan raga,
memberi kepuasan jiwa yang meliputi kepuasan berpikir, kepuasan
12
13
14
Sochib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri,
hlm. 18.
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, ( Jakarta: Gaung Persada,
2003), hlm. 107.
Anonim, Tuntunan Pendidikan Kehidupan Berkeluarga, ( Jakarta: Departemen Agama
RI, 1992), hlm. 55.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
155
perasaan, kepuasan kemauan, memberi kesempatan terpenuhinya
kepentingan duni dan akhirat. Sehingga nantinya akan tercipta
keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah sebagaimana tujuan
dari kehidupan berkeluarga dalam Islam melalui pendidikan Islam.
Kandungan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga pada
Surat Ibrahim Ayat 37.
Semua manusia pasti mendambakan anak yang sholeh dan keluarga
yang taat dalam kehidupan berkeluarga. Untuk menjadikan anak
sholeh dan keluarga yang taat tidaklah bisa langsung terjadi tanpa
usaha-usaha yang nyata dan karunia dari Allah serta kegigihan orang
tua dalam mendidik anak dan keluarganya. Dalam salah satu contoh
Alquran menggambarkan kegigihan Nabi Ibrahim as yang
mendapatkan karunia dari Allah keluarga yang taat, dan dalam
mendidik anak dan keluarganya dengan cara Islami, sebagaimana
tergambar dalam surat Ibrahim ayat 37.
Merujuk dari ayat diatas, kiranya dapat dipahami ada beberapa
metode pendidikan secara Islami untuk keluarga yang dilakukan oleh
Nabi Ibrahim as, ketika dia meninggalkan istrinya Siti Hajar dan
anaknya Ismail as di sebuah lembah yang sangat tandus di tengah
padang pasir yang tidak ada satu tumbuhan dan kehidupan di sana.
Adapun beberapa metode yang penting yang dapat kita ambil dari
ayat tersebut berupa metode pendidikan keluarga yang diterapkan
dalam ayat tersebut adalah:
1. Menempatkan keluarga tidak di sembarang tempat melainkan
dekat Rumah Allah (Baitullah).
Dalam pendidikan, seorang anak dalam sebuah keluarga coraknya
akan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya lingkungan
tempat tinggalnya sangat mempengaruhi sekali bagaimana masa
depan maupun akhlak seorang anak. Pendidikan dalam keluarga,
merupakan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, agar tidak
terpengaruh oleh berbagai macam yang merusaknya, seperti
lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya, karena jika orang tua
156
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
salah memilih lingkungan tempat tinggalnya, maka dikhawatirkan
akan berpengerauh buruk terhadap anak dan keluarganya, berupa
perbuatan tercela dan dan melanggar aturan syariat Islam.
Dalam syariat Islam, setiap keluarga dianjurkan untuk pandaipandai memilih lingkungan tempat tinggal, yang terdapat di
dalamnya pergaulan teman-teman yang dapat memberi pengaruh
yang sangat penting bagi perkembangan pola piker, cara hidup,
kebiasaan kita dan lainnya.
Memilih lingkungan dan teman yang baik merupakan nikmat
yang agung sebab, ia akan selalu mengingatkan kepada Allah
ketika alpa, akan menolong kita ketika butuh dan memberi ketika
meminta. Untuk menilai orang-orang yang saleh maka lihatlah
kepada teman-temannya. Jika teman-temannya orang baik maka
ia telah mendapatkan kebaikan yang sangat banyak. Dan bila
mereka orang-orang yang buruk maka ia akan terpengaruh dengan
keburukan teman-temannya, sebab setiap manusia selalu condong
kepada teman bergaulnya.15
Dalam ayat tersebut, Nabi Ibrahim atas perintah Allah
menempatkan keluarganya tidak sembarang tempat, melainkan di
dekat Baitullah, yang tentunya akan dipelihara oleh Allah
lingkungan dan orang yang berada di sekitarnya. Dan ini memang
terbukti, tempat tersebut menjadi tempat pusat ibadah umat Islam,
dan lingkungan ibadah kepada Allah serta jauh dari segala sesuatu
yang tercela.
2. Mendoakan keluarga agar mendirikan salat.
Pendidikan salat bagi keluarga merupakan hal yang sangat mutlak
diajarkan, karena salat merupakan, disamping menjalankan
perintah Allah, juga pendidikan awal mengenalkan keluarga
ataupun anak kepada sang Khalik yang menciptakan alam
15
Al Maghribi bin Al Said Al Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak, ( Jakarta:
Darul Haq, 2004), hlm. 198.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
157
semester ini dan mengatur segalanya, sehingga memang sangat
patut baginya untuk mengabdi kepada Allah sebagai bukti
baktinya sebagai makhluk. Disamping itu juga ketika telah
mengenal Allah melalui mendirikasn salat, keluarga pun dapat
bermunajat dan memohoh permintaan kepada Allah, karena
memang Allah sajalah yang dapat memberi pertolongan kepada
siapapun yang mau meinta tolong kepadanya. Sebagaimana Allah
sampaikan dalam Alquran.16
Dalam sejarah Nabi Ibrahim ss tersebut dikisahkan bahwa
meskipun ketika itu nabi Ibrahim meninggalkan keluarganya di
sebuah lembah yang sangat tandus lagi kering, tanpa ada tumbuhtumbuhan, namun Nabi Ibrahim ketika itu bukannya meminta
kepada Allah makanan atau minuman yang bisa memberikan
kehidupan pada mereka secara duniawi namun Nabi Ibrahim
justru berdoa agar mereka mendirikan salat. Karena sesungguhnya
permohonan yang dilakukan oleh Ibrahim ini bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt, ini ada permohonan yang
jarang dilakukan para orang tua maupun para pendidik sekarang.
Visi dan misi dunia pendidikan kita sekarang lebih dominan
material oriented. Lebih menitikberatkan kepada kecerdasan dan
mengabaikan kecerdasan spiritual.
Salat yang merupakan simbol keharmonisan hubungan dengan
Allah yang akan membuahkan kesuksesan, keberhasilan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebab, ia merupakan ciri orang
yang bertaqwa yang mendapat jaminan dari Allah swt.17
Pendidikan salat dan pendirian ibadah ini, bagi anak dan
keluarga, merupakan hal yang sangat mutlak dilakukan karena
banyak sekali fadilah yang dap diambil melalui ibadah salat ini,
diantaranya dosanya akan dihapus Allah dan diangkat derajatnya,
16
17
QS. 2: 45.
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. QS. 65: 3.
158
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
sebagaimana yang di sabdakan nabi Muhammad saw dari riwayat
Bukhari dan Muslim, yang artinya:
Dari Abi Hurairah RA, berkata: Bersabda Nabi saw: Siapa yang bersuci
di rumahnya kemudian berjalan ke masjid untuk menunaikan salat fardhu,
maka semua langkahnya dihitung untuk menghapuskan dosa dan yangkedua
mengangkatkan derajat.18
3. Permohonan agar hati sebagian manusia cenderung kepada
mereka yang berakhlak mulia.
Dalam ayat tersbut, Nabi Ibrahim as ketika meninggalkan
keluarga di lembah yang tandus itu, beliau berdoa kepada Allah
dan belikau juga berharap agar keluarganya menjadi orang-orang
yang dicintai oleh masyarakat, dan seseorang itu dicintai karena
kemuliaan akhlaknya. inilah indikasi keberhasilah metode
pendidikan, yaitu ketika mampu meluluskan anak-anak yang
berakhlak mulia. Karena seungguhnya kemuliaan seseorang adalah
ketika seseorang itu memiliki dan berakhlak dengan akhlak yang
terpuji. Dan akhlak mulia ini dimunculkan dari hati yang bersih
yang tidak selalu dikalahkan olah hawa nafsu.
Seseorang yang jiwanya sudah senantiasa dikalahkan oleh
nafsunya, tentulah ia akan sukar untuk bersungguh-sungguh
melatih jiwanya untuk mensucikannya serta membekasnya
didikan budi pekerti. Keadaan seperti ini dikerenakan keteledoran
hatinya dan dirinya untuk berakhlak mulia, padahal sebenarnya
akhlak seseorang itu bisa dibentuk denga baik, jika ada usaha dari
yang bersangkutan untuk mengubahnya kepada yang baik, dan
tidaklagi mengikuti hawa nafsunya serta mau berlatih terus untuk
berakhlak mulia dan selalu munajat pada Allah. Karena
sesungguhnya manusia adalah makhluk yang paling sempurna
diciptakan Alllah swt. Sebagai ilustrasi, seekor burung rajawali
asalnya adalah ganas, namaun kalau mau melatih utnuyk
18
Imam Abu Zakaria Yahya, Riyadhus Shalihin, (Bandung: Al Ma’arif, 1985), hlm. 168.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
159
mengubahnya, burung tersebut dapat menjadi jinak, ini
membuktikan bahwa kalau manusia mau mengubah akhlak,
memang akhlak dapat berubah dan mungkin mengalami
perubahan.
Induk dari seluruh akhlak dan merupakan sendi-sendinya itu,
menurut al Ghazali yang dikutip oleh Adimasyqi, adalah:
1. Hikmah atau kebijaksanaan, yaitu suatu keadaan jiwa yang
dengannya itulah dapat ditemukan hal-hal yang benar dengan
menyisihkan mana-mana yang salah dalam segala urusan yang
dihadapi secara ikhtiariyah.
2. Keberanian, yaitu suatu keadaan jiwa yang merupakan sifat
kemarahan, tetapi yang dituntun dengan akal pikiran untuk
terus maju atau mengekangnya.
3. Kelapangan dada, yaitu mendidik kekuatan syahwat atau
kemauan dengan didikan yang bersendikan akal fikiran atau
syariat Islam
4. Keadilan, yaitu suatu kekuatan dalam jiwa yang dapat
membimbing kemarahan dan syahwat itu dan membawanya
kearah yang sesuai dengan hikmat dan kebijaksanaan.
Adakalanya dibiarkan dan adakalanya dikekang dan semua ini
dengan mengingat keadaan dan suasana yang sedang
dihadapinya.19
4. Penutup doa berupa permohonan rezeki material.
Setiap makhluk yang hidup jelas mebutuhkan rezeki material
untuk melanjutkan kahidupannya, dan ini harus dicari dan
diusahakan oleh setiap orang. Dalam ayat tersebut, seharusnya
permohonan mendapatkan rezeki materi berupa buah-buahan
ataupun makanan yang mesti didahulukan oleh Nabi Ibrahim as,
mengingat keberadaan keluarganya di lembah yang kering dan
19
Muhammad Jamaluddin Al Qasimi Addimasyqi, Bimbingan untuk Mencapai Tingkat
Mukmin, terj. Mau’izhotu al Mukminin, (Bandung: Diponegoro, 1989), hlm. 506.
160
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
tandus. Namun kenyataannya permohonan ini menempati tempat
terakhir. Ini dilakukan agar mereka menjadi orang-orang
bersyukur, sebab tidak semua orang yang selalu mendapatkan
rezeki materi yang banyak dan yang kaya itu bersyukur, tetapi yang
pasti orang yang bersyukur pasti kaya dan akan mendapat rezeki
yang melimpah, sebagaimana dijanjikan oleh Allah.20
Sikap bersyukur sebenarnya merupakan ibadah manusia
terdahulu hingga terakhir, ibadah para malaikat, para nabi, dan
masyarakat bumi ahli surga. Di antara yang dilakukan para nabi
adalah katika Nabi Adam (nabi yang pertama) bersin,
mengucapkan hamdalah. Ketika Nabi Nuh dan orang-orang
mukmin diselamatkan dari bahaya yang menimpa kaumnya,
diperintahkan mengucapkan “segala puji bagi Allah yang
menyelamatkan kami dari para penganiaya” serta berbagai macam
ucapan syukur yang dilakukan oleh beberapa nabi terdahulu.21
Syukur yang dilakukan diwujud dalam bentuk, ketika
menerima nikmat, ingat pemberian-Nya lalu mamuji kepada
Allah, menerima nikmat dengan rela dan puas, dan tidak
menggunakan nikmat dalam maksiat. Kemudian lebih jelas, Abu
Laits as-Samarqandi mengatakan bahwa syukur itu terbagai
kepada dua bagian, yaitu:
1. Syukur umum, artinya mengakui nikmat itu dari Allah lalu
lesunya mengucapkan syukur.
2. Syukur khusus. Artinya mengucapkan lewat mulut, makrifat
dalam hati, semua anggota tubuh dipelihara dari hal-hal yang
tidak halal, termasuk memelihara omongan jorok, tidak
berguna dan lain-lain.22
20
21
22
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti kami akan menambah nikmat kepadamu,
dan jika kamu mengingkari nikmatKu maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS.
13: 7).
Abu Laits as-Samarqandi, Ancaman bagi yang Lupa, terj. Tanbihu al Ghafilin, ( Jakarta:
Bintang Pelajar, t.t.), hlm. 782.
as-Samarqandi, Ancaman bagi yang Lupa, hlm. 785.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
161
Seseorang yang mau menjadi hamba yang bersyukur, baik hatinya,
lisannya maupun yang dilakukan dengan amal perbuatannya,
tentu nikmat Allah akan selalu melimpah padanya, dan ini
pendidikan yang diajarkan nabi Ibrahim kepada keluarganya,
sehingga memang benar kenyataannya mereka menjadi keluarga
yang dijaga dan ditanggung rezekinya oleh Allah. Karena
sesungguhnya Allah maha menepati janjinya. Sesungguhnya
nikmat Allah sudah banyak dinikmati oleh manusia, namun
sedikit sekali manusia yang pandai bersyukur, sehingga banyak
bencana dan musibah yang terjadi didalam dunia ini. Sebagai
manusia tak ada pantasnya untuk mengingkari Allah sebab
disegala sisi semua terdapat nikmat Allah yang selalu manusia
nikmati.
Benarlah pernyataan Allah dalam firman-Nya bahwa kalau
manusia akan menghitung nikmat Allah, pasti tidak dapat
melakukannya. Biar semua ahli hitung bersatu untuk
menghitungnya, pasti mereka akan kewalahan, sebab di setiap
sudut alam ini di setiap ciptaan Allah pasti terdapat nikmat Allah,
apalagi kalau mau menghitung berapa banyak nikmat lainnya,
tumbuhan yang bermanfaat, sayur-sayuran, buah-buahan yang
sangat di butuhkan, tanaman yang diolah menjadi obat dan
lainnya, binatang darat dan laut yang dimanfaatkan dan lain
sebagainya, semuanya ini membuktikan bahwa kita selalu
menikmati karunia Allah, sudah sewajibnya mensyukurinya akan
selalu barambah dan mendapatkan berkah.
Kesimpulan
Metode pendidikan merupakan segala kegiatan yang terarah yang
dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian pelajaran yang
diajarkannya, ciri-ciri perkembangan murid-muridnya, dan suasana
alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk
mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku mereka. Selanjutnya menolong mereka
162
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
memperoleh pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, minat dan
nilai-nilai yang diinginkan
Awal sebuah pendidikan itu di mulai dari lingkungan keluarga,
karena sebuah keluarga merupakan cerminan bagi sebuah bangsa,
ketika tiap keluarga dalam sebuah bangsa baik, maka itu
mencerminkan bangsa itu juga baik, begitu juga sebaliknya, sebuah
bangsa itu akan buruk, ketika tiap keluarga yang berada di dalamnya
buruk.
Dalam surat Ibrahim ayat 37 digambarkan ada empat metode
pendidikan Islam dalam sebuah keluarga muslim, yang dapat diambil,
yaitu:
1. Pendidikan keluarga diawali dengan pemilihan tempat tinggal
yang baik dan mendukung keberhasilan keluarga.
2. Didikan salat dalam keluarga perlu diterapkan, karena dengan salat
keluarga akan selamat baik di dunia maupun di akhirat serta
semua apa yang dikehendaki akan dikabulkan Allah.
3. Pendidikan akhlak keluarga dengan didikan akhlak yang mulia,
kerana akhlak modal dalam kesuksesan hidup dunia dan akhirat.
4. Tanamkan rasa syukur yang mendalam kepada keluarga agar
nikmat selalu dicurahkan kepada keluarga.
Musli, “Kandungan Metode Pendidikan dalam Keluarga Menurut Surat...” |
163
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Al Qur’an dan Terjemahannya, ( Jakarta: Departemen
Agama, 1995).
Anonim, Tuntunan Pendidikan Kehidupan Berkeluarga, ( Jakarta:
Departemen Agama, 1992).
Al Abrasy, M Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj.
Bustani A Gani dan Tohar Bahri, ( Jakarta: 1975).
Al Ghazali, Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad, Ihya’ al
Ulumuddin, (Beirut: Dar al Fikri, 1995).
Al Maghribi, Al Maghribi bin Al Said, Begini Seharusnya Mendidik
Anak, ( Jakarta: Darul Haq, 2004).
Addimasyqi, Muhammad Jamaluddin Al Qasimi, Bimbingan untuk
mencapai Tingkat Mukmin, terj. Mau’izhotu al Mukminin,
(Bandung: Diponegoro, 1989).
As Samarqandi, Abu Laits, Ancaman bagi yang Lupa, terj. Tanbihu
al Ghafilin, ( Jakarta: Bintang Pelajar, TT.).
Arifin, HM, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta:
Bumi Aksara, 1987).
Mujib, Abdul dan Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian
Filosofi dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung:
Trigenda Karya, 1993).
Nuruhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997).
al Saibany, Omar Muahmmad Al Taumy, Falsafah Pendidikan Islam,
terj. Hasan Langgulung, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979).
Shihab, M Quraisy, Membumikan Al Qur’an, (Bandung: Mizan,
1993).
Sochib, Muhammad, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1998).
Yahya, Imam Abu Zakaria, Riyadhus Shalihin, terj. Al Ma’arif,
(Bandung: Ma’arif, 1985).
Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, ( Jakarta:
Gaung Persada, 2003).
164
| Media Akademika Volume 25, No. 2, April 2010
Zainuddin, dkk., Seluk Beluk dalam Pendidikan, ( Jakarta: Bumi
Aksara, 1991).
Download