penerapan pembelajaran kontekstual untuk

advertisement
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 1
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN SISWA MEMAHAMI NILAI-NILAI KEHIDUPAN DALAM
CERPEN DI KELAS X.D SMA NEGERI 1 KUBUTAMBAHAN
Ketut Rosiani, I Nyoman Sudiana, Ida Ayu Made Darmayanti
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {[email protected],[email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan (1) mendeskripsikan penerapan strategi pembelajaran
kontekstual untuk meningkatkan kemampuan memahami nilai-nilai kehidupan dalam cerpen di kelas
X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan, (2) mendeskripsikan langkah-langkah penerapan strategi
pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan memahami nilai-nilai kehidupan dalam
cerpen siswa di kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan, (3) mendeskripsikan respons siswa di
kelas X.D terhadap penerapan strategi pembelajaran kontekstual di SMA Negeri 1 Kubutambahan.
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan yang
berjumlah 38 orang. Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil, langkah-langkah, dan respons
siswa dalam penerapan strategi pembelajaran kontekstual. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes dan angket/kuesioner. Data dianalisis dengan
menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1)
tercapainya ketuntasan hasil belajar membaca pemahaman siswa berkat diterapkannya strategi
pembelajaran kontekstual, yakni siklus I memperoleh nilai rata-rata klasikal 73,08, dan pada siklus II
nilai rata-rata klasikal siswa menjadi 78,27, (2) terdapat beberapa langkah penerapan strategi
pembelajaran kontekstual antara lain memberikan apersepsi kepada siswa terkait materi
pembelajaran, mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pengetahual awal siswa,
menyampaikan materi dan contoh-contoh yang relevan untuk memperjelas materi yang diajarkan
serta menjelaskan strategi pembelajaran yang diterapkan, membagikan contoh c erpen serta
menugasi siswa untuk membaca, memahami dan mencatat niali-nilai kehidupan yang terkandung
dalam cerpen, mengajak siswa untuk menghubungkan nilai-nilai yang ditemukan dalam cerpen ke
dalam kehidupan sehari-hari, (3) siswa memberikan tanggapan sangat positif terhadap penerapan
strategi pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran membaca pemahman. Berdasarkan hasil
penelitian ini, dapat disimpulkan (1) Penerapan strategi pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. (2) Langkah-langkah yang ditempuh dalam
menerapkan strategi pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran membaca pemahaman sangat
efektif dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. (3) Penerapan strategi
pembelajaran kontekstual pada pembelajaran membaca pemahaman mendapat respons sangat
positif dari siswa. Oleh karena itu, peneliti lain disarankan untuk menerapkan strategi pembelajaran
kontekstual, sebagai salah satu strategi pembelajaran, pada mata pelajaran bahasa yang lain pada
umumnya dan pada pelajaran Bahasa Indonesia, pada khususnya.
Kata kunci : strategi pembelajaran kontekstual, membaca pemahaman
Abstract
The purpose of this Class Action Research is (1) describing the implementation of KWL
(Know, Want To Know, Learned) strategy to improve the intensive reading skill of VII D
1
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 2
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
students at SMP Negeri 1 Sawan, (2) describing the steps of the implementation of KWL
(Know, Want To Know, Learned) strategy to improve the intensive reading skill of VII D
students at SMP Negeri 1 Sawan, (3) describing the VII D students’ response upon the
implementation of KWL strategy at SMP Negeri 1 Sawan. The research subjects are teachers
and VII D students at SMP Negeri 1 Sawan, which the total is 37 students. The Research
objects are improvement, steps, and, the students’ response in implementing the KWL
strategy. The methods of data collection used in this research are test, observation,
questioner, and interview. The data was analyzed using quantitative descriptive and qualitative
descriptive technique. The result of the research are (1) the achievement of fine learning
outcome in students’ intensive reading skill due to the implementation KWL strategy, in preaction the classical average score is 69,92, cycle I received average score 77,9, and in cycle II
the students’ classical average score became 84,6. (2) there are several steps in
implementing KWL strategy, namely Know, Want To Know, and Learned and (3) students
gave very positive response upon the implementation of KWL strategy in intensive reading
learning activity. Based on the research, can be concluded So, because of the conclusions,
the other researchers are advised to implement the KWL strategy, as a learning activity in
other language lesson in general, and in Bahasa Indonesia lesson in specific.
Key words : KWL strategy, intensive reading.
PENDAHULUAN
Dunia pendidikan di Indonesia
sering mengalami pergantian kurikulum.
Sejak
tahun
2006,
Indonesia
menggunakan kurikulum baru yang
bernama Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan
penyempurnaan Kurikulum 2004, yang
juga dikenal dengan KBK (Kurikulum
Berbasis
Kompetensi).
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan memberikan
kebebasan yang besar kepada sekolah
untuk
menyelenggarakan
program
pendidikan yang sesuai dengan (1)
kondisi
lingkungan
sekolah,
(2)
kemampuan peserta didik, (3) sumber
belajar yang tersedia, dan (4) kekhasan
daerah. Dalam program pendidikan ini,
orang tua dan masyarakat dapat terlibat
secara aktif (Muslim Umar, 2007: 10).
Lebih lanjut, ia menyatakan dalam
pembelajaran
bahasa,
khususnya
bahasa Indonesia, kurikulum ini memiliki
tujuan untuk membekali peserta didik
kemampuan
berkomunikasi
secara
efektif dan efisien.
.
Seiring
perkembangan
pendidikan,
manusia
kemudian
mengenal
empat
keterampilan
berbahasa yang meliputi menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Keempat keterampilan berbahasa ini
sangat penting. Seiring kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, hal ini
menuntut terciptanya masyarakat yang
gemar belajar. Proses belajar yang
efektif, antara lain dilakukan melalui
membaca. Menurut Smith dan Harris
(dalam Sudiana 2007: 7), membaca
merupakan suatu proses aktif atau
konstruktif. Menurut mereka, membaca
merupakan tindakan memersepsi suatu
pesan teks tulis secara intelektual dan
emosional. Berdasarkan definisi ini,
ketika membaca, seorang pembaca
tidak hanya memersepsi pesan teks tulis
dengan menggunakan daya intelektual
(kognitif), tetapi juga menggunakan
perasaan (secara emosional). Dengan
daya kognitif, pembaca mengandalkan
daya
nalar
atau
pikiran
untuk
memersepsi pesan tulis membaca
semakin penting dalam kehidupan
bermasyarakat yang semakin kompleks.
Setiap aspek kehidupan melibatkan
aktivitas membaca. Di samping itu,
kemampuan
membaca
merupakan
tuntutan realitas kehidupan sehari-hari
manusia. Dengan membaca, bisa dibuka
cakrawala ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni, wawasan tentang dunia luar
yang menyimpan sejuta misteri.
2
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 3
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
Menurut Blanton, dkk. (dalam
Rahim 2008: 11), tujuan membaca
mencakup
(1)
memperoleh
suatu
kesenangan,
(2)
menyempurnakan
membaca nyaring, (3) menggunakan
strategi tertentu, (4) memperbaharui
pengetahuannya tentang suatu topik, (5)
mengaitkan informasi baru dengan
informasi yang telah diketahuinya, (6)
memperoleh informasi untuk laporan lisan
atau tertulis, (7)
mengonfirmasi atau
menolak prediksi, (8) menampilkan suatu
eksperimen
atau
mengaplikasikan
informasi yang diperoleh dari suatu teks
dalam beberapa cara lain dan mempelajari
struktur
teks,
dan
(9)
menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Menurut White (dalam Sudiana,
2007: 56), secara umum tujuan membaca
adalah untuk memperoleh informasi yang
tersaji dalam wacana tulis. Implisit dalam
tujuan membaca adalah memperoleh
pemahaman terhadap sesuatu yang
dibaca. Dengan memahami sesuatu yang
dibaca
tersebut,
pembaca
berarti
memperoleh informasi dari teks yang
dibaca tersebut. White (dalam Sudiana,
2007: 56) menyebutkan pula tiga tujuan
membaca. Pertama, orang membaca
materi referensial yang berupa fakta yang
ada di lingkungannya. Tujuan membaca
ini
semata-mata
untuk
menambah
wawasan atau pengetahuan yang bersifat
faktual. Kedua, orang membaca materi
yang isinya lebih bersifat intelektual
daripada
faktual
sebagai
upaya
mengembangkan
keterampilanketerampilan intelektual. Dalam hal ini,
tujuan
membacanya
adalah
untuk
meningkatkan daya intelektual. Ketiga,
orang membaca materi emosional untuk
mendapatkan kesenangan. Dalam hal ini,
tujuan
membacanya
adalah
untuk
mendapatkan kesenangan atau mendapat
hiburan.
Sejalan dengan itu, Morrow (dalam
http://ngampus.com) mengatakan bahwa
tujuan membaca ialah untuk mencari
informasi yang bersifat, (1) kognitif dan
intelektual,
yakni
yang
digunakan
seseorang untuk menambah keilmiahanya
sendiri; (2) referensional dan intelektual,
yakni yang digunakan seseorang untuk
mengetahui fakta-fakta yang nyata di
dunia ini; dan (3) afektif dan emosional,
yakni yang digunakan seseorang untuk
mencari kenikmatan makna bacaan.
Membaca memberikan banyak
manfaat
bagi
kehidupan
manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
menuntut
terciptanya
masyarakat
yang gemar membaca.
Proses belajar yang efektif antara lain
dilakukan melalui membaca. Masyarakat
yang gemar membaca akan memperoleh
pengetahuan dan wawasan baru yang
akan
semakin
meningkatkan
kecerdasannya sehingga mereka lebih
mampu menjawab tantangan hidup pada
masa-masa mendatang. Selain itu,
menurut
Abdullah
(dalam
http://klubhausbuku.com
/),
manfaat
membaca sebagai berikut. 1. Membaca
menghilangkan
kecemasan
dan
kegundahan. 2. Ketika sibuk membaca,
seseorang terhalang masuk ke dalam
kebodohan. 3. Dengan sering membaca,
seseorang
bisa
mengembangkan
keluwesan dan kefasihan dalam bertutur
kata,
4.
Membaca
membantu
mengembangkan
pemikiran
dan
menjernihkan cara berpikir. 5. Membaca
meningkatkan pengetahuan seseorang
dan
meningkatkan
memori
dalam
pemahaman. 6. Dengan sering membaca
seseorang dapat mengambil manfaat dari
pengalaman orang lain, seperti mencontoh
kearifan orang bijaksana dan kecerdasan
para sarjana. 7. Dengan sering membaca,
seseorang
dapat
mengembangkan
kemampuannya, baik untuk mendapat dan
memproses ilmu pengetahuan maupun
untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu.
Berdasarkan uraian di atas, tujuan
membaca adalah untuk mengerti atau
memahami
isi
atau
pesan
yang
terkandung dalam bacaan seefesien
mungkin, sedangkan manfaat membaca
adalah untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan yang terkandung di dalam
bacaan.
Namun, berdasarkan hasil survei
ditengarai bahwa kemampuan membaca
anak-anak Indonesia masih tergolong
rendah dibanding dengan anak-anak
negara-negara di Asia (Robiah, dalam
3
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 4
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
http://guahira.com). Selain itu, rendahnya
minat membaca terjadi di kalangan pelajar
pada semua jenjang pendidikan dan
masyarakat
umum.
Data
2006
menunjukkan bahwa orang Indonesia
yang membaca untuk mendapatkan
informasi baru 23,5% dari total penduduk.
Masyarakat yang lebih suka memperoleh
informasi dari menonton televisi sebanyak
85,9 % dan dari mendengarkan radio
sebesar 40,3%. Angka-angka tersebut
menggambarkan bahwa minat baca
penduduk Indonesia masih rendah.
Samsuri (dalam Sudiana 2007: 4)
menyatakan bahwa pengajaran membaca
belum mengemban misinya dengan baik.
Mengapa demikian? Karena proses
belajar-mengajar
membaca
hanya
mengikuti interaksi guru dan buku teks,
sedangkan murid hanya menjadi penerima
yang patuh kepada guru dan isi buku teks.
Interaksi antara guru dan murid hampir
tidak ada karena guru memusatkan
perhatian pengajaran pada buku teks,
bukan pada tanggapan murid. Peneliti
memperhatikan bahwa masalah membaca
seperti di atas juga terjadi di kelas X.D
SMA Negeri 1 Kubutambahan, terutama
mengenai membaca pemahaman.
Berdasarkan hasil observasi awal
dan wawancara dengan guru bahasa
Indonesia di kelas X.D, diperoleh fakta
bahwa kemampuan memahami cerpen
siswa di kelas X.D SMA Negeri 1
Kubutambahan sudah cukup baik,dan
masih perlu ditingkatkan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor. (1)
Metode
yang
digunakan
dalam
pembelajaran
bahasa
Indonesia,
khususnya pembelajaran membaca bisa
dikatakan kurang bervariasi dan kurang
inovatif. Metode yang biasa digunakan
oleh guru dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, khususnya membaca adalah
metode ceramah dan penugasan, pernah
juga diterapkan metode diskusi. (2)
Minimnya penggunaan media dalam
pengajaran membaca. Media yang
biasanya digunakan dalam pembelajaran
bahasa
Indonesia,
khususnya
pembelajaran membaca adalah buku
paket bahasa Indonesia kelas X. (3) Nilai
rata-rata membaca siswa kelas X.D SMA
Negeri 1 Kubutambahan masih tergolong
rendah. (4) Kurangnya interaksi antara
siswa dan siswa serta siswa dan guru.
Selanjutnya, pemilihan siswa kelas X.D
SMA Negeri 1 Kubutambahan sebagai
subjek penelitian kerena
mereka
mengalami kesulitan dalam membaca
pemahaman.
Berdasarkan paparan di atas,
penggunaan media cerpen melalui
penerapan
pembelajaran
kontekstual
diperkirakan akan dapat meningkatkan
keterampilan
membaca
pemahaman
siswa kelas X.D SMA Negeri 1
Kubutambahn. Oleh karena itu, peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan judul
Penerapan Pembelajaran Konstektual
untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa
Memahami Nilai-nilai Kehidupan dalam
Cerpen di Kelas X.D SMA Negeri 1
Kubutambahan.
Pengajaran dalam pembelajaran
kontekstual merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dan situasi dunia
nyata siswa serta mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dan penerapannya
dengan kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat,
Nurhadi (dalam Nurjaya, 2013: 126).
Menurut Antony (dalam Pringga Widagda,
2002: 57), pendekatan adalah tingkat
asumsi atau pendirian mengenai bahasa
dan pembelajaran bahasa atau boleh
dikatakan “falsafah tentang pembelajaran
bahasa”. Sehubungan dengan hal itu,
dikatakan bahwa pendekatan adalah
seperangkat asumsi tentang hakikat
bahasa, pengajaran bahasa, dan proses
belajar bahasa. Dalam Depdiknas (2002:
1) diungkapkan bahwa dewasa ini ada
kecenderungan untuk kembali pada
pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih
baik
jika
mengalami
apa
yang
dipelajarinya,
bukan
menetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada
target penugasan materi terbukti berhasil
dalam kompetensi jangka pendek, tetapi
gagal dalam membekali anak dalam
memecahkan persoalan dalam kehidupan
jangka panjang. Pendekatan kontekstual
merupakan
konsep
belajar
yang
4
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 5
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia
yang
mendorong
siswa
membuat
hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Dengan konsep
itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna
bagi
siswa.
Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada
hasil. Dalam konteks ini siswa perlu
mengerti apa makna belajar, apa
manfaatnya dalam status mereka, dan
cara mencapainya. Mereka sadar bahwa
yang dipelajari berguna bagi hidupnya.
Mereka mempelajari hal yang bermanfaat
bagi dirinya dan berupaya memerlukan
guru sebagai pengerah atau pembimbing
(Depdiknas, 2002: 1).
Pendekatan
kontekstual
beranggapan bahwa akan lebih baik anak
belajar melalui kegiatan mengalami sendiri
dalam lingkungan yang alamiah daripada
lingkungan
keilmuan.
Dalam
kelas
kontekstual guru, tugas guru adalah
membantu siswa mencapai tujuannya.
Guru diarahkan untuk mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama
untuk menemukan sesuatu yang baru bagi
anggota kelas (siswa). Kontektual hanya
sebuah strategi pembelajaran. Seperti
halnya strategi pembelajaran yang lain,
kontekstual dikembangkan dengan tujuan
agar pembelajaran berjalan lebih produktif
dan bermakna. Pendekatan kontekstual
dapat berjalan tanpa harus mengubah
kurikulum dan tatanan yang ada.
Pendekatan kontekstual menempatkan
siswa di dalam konteks bermakna yang
menghubungkan pengetahuan awal siswa
dengan materi yang sedang dipelajari dan
sekaligus
memperhatikan
faktor
kebutuhan individual siswa dan peran
guru.
Komponen pendekatan kontekstual
anatara
lain,
a)
kontrukstivisme
merupakan landasan berfikir pendekatan
kontekstual.
Dalam
konstruktivisme
pengetahuan siswa dibangun secara
bertahap dan hasil yang diperoleh melalui
konteks yang terbatas. Pengetahuan yang
diperoleh tidak hanya seperangkat fakta,
konsep, atau kaidah yang siap diambil dan
diingat belaka, melainkan siswa harus
mengkonstruksi
sendiri
pengetahuan
tersebut barulah kemudian memberi
makna melalui pengalaman yang nyata.
Dengan dasar tersebut pembelajaran
harus
dikemas
menjadi
proses
”mengkonstruksi”
bukan
”menerima”
pengetahuan. Dalam proses pembelajaran
siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif selama
dalam prooses pembelajaran, sehingga
siswa menjadi pusat kegiatan, b) inkuiri
(menemukan sendiri) merupakan bagian
terpenting dalam pembelajaran yang
menggunakan pendekatan kontekstual.
Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diperoleh dengan cara
menemukan sendiri. Oleh sebab itu
proses pembelajaran yang dirancang guru
harus berbentuk kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan. Langkahlangkah pembelajarannya dimulai dengan
merumuskan
masalah,
mengamati,
menganalisis, dan mengkomunikasikan,c)
bertanya merupakan strategi yang utama
dalam pendekatan kontekstual. Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan
guru
untuk
mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan
berfikir siswa, d) masyarakat belajar
merupakan salah satu teknik dalam
pendekatan kontekstual. Dengan tekhnik
ini pembelajaran diperolah dari kerjasama
dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh
melalui shering antar teman, antar
kelompok dan antara yang tahu ke yang
belum tahu. Kegiatan ini akan terjadi bila
tidak ada pihak yang dominan dalam
komunikasi, tidak ada pihak yang merasa
segan untuk bertanya dan tidak ada pihak
yang menganggap dirinya yang paling
tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa
setiap orang lain memiliki pengetahuan,
pengalaman atau keterampilan yang
berbeda yang perlu dipelajari, e)
pemodelan merupakan pembelajaran
dilakukan dengan menampilkan model
yang bisa dilahat, dirasa dan bahkan bisa
ditiru oleh siswa. Dalam praktiknya guru
bukan merupakan satu-satunya model.
Karena model yang disampaikan akan
menjadi standar kompetensi yang akan
dicapai, maka jika guru tidak mampu
5
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 6
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
menjadi
model
jangan
sekali-kali
memaksakan
diri.
Guru
dapat
mendatangkan model dari luar. Model
tersebut bisa dari siswa yang dianggap
mampu, atau para pakar ke dalam kelas,
f) refleksi, cara berfikir tentang apa-apa
yang sudah kita lakukan di masa lalu.
Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian , aktivitas, atau pengetahuan
yang baru diterima. Tujuan dari kegiatan
refleksi ini adalah untuk melihat sudah
sejauh mana pengetahuan yang dibangun
sebelumnya dapat mengendap di benak
siswa. Oleh sebab itu kegiatan refleksi ini
harus selalu dilakukan sebelum guru
mengakhiri proses pembelajaran untuk
setiap kali pertemuannya, g) penilaian
yang sebenarnya, proses pengumpulan
berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa.
Kegiatan ini perlu dilakukan guru untuk
mengetahui dan memastikan bahwa siswa
telah mengalami proses pembelajaran
dengan benar. Dan apabila dari hasil
assessment ini diketahui siswa mengalami
kesuliatan dalam menguasai kompetensi,
maka guru harus segera mengambil
tindakan yang tepat agar siswa dapat
menguasai
kompetensi
yang
telah
ditetapkan.
Penelitian ini memberikan manfaat
kepada beberapa pihak, yakni bagi guru
bahasa Indonesia,penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan tambahan informasi
mengenai pendekatann kontekstual dalam
pengajaran membaca dan memahami
nilai-nilai kehidupan dalam cerpen. Bagi
siswa diharapkan agar siswa lebih paham
dan memiliki tambahan wawasan tentang
membaca dan memahami nilai-nilai
kehidupan
pada
cerpen
dengan
pendekatan kontekstual. Bagi peneliti lain,
penelitian ini diharpkan dapat menjadi
referensi bagi peneliti lain
untuk
melakukan penelitian sejenis khususnya
untuk
meningkatkan
kemampuan
membaca pemahaman siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dalam dua siklus. Dalam
penelitian ini, prosedur penelitian meliputi,
refleksi awal, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi
dan refleksi. Dilanjutkan dengan metode
penelitian, instrument pengumpulan data,
dan analisis data. Subjek dalam penelitian
ini adalah guru dan siswa kelas X.D SMA
Negeri 1 Kubutambahan yang berjumlah
38 orang. Objek penelitian ini adalah
peningkatan hasil belajar, langkah-langkah
pembelajaran, dan respons siswa dalam
penerapan pembelajaran kontekstual.
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode observasi, metode tes,
dan metode kuesioner.. Data dalam
penelitian
ini
dianalisis
dengan
menggunakan teknik deskriptif kuantitatif
dan teknik deskriptif kualitatif.
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini
mengandung data kualitatif dan data
kuantitatif. Sesuai dengan data tersebut,
penelitian
ini
menggunakan
empat
metode, yakni metode observasi, tes dan
kuesioner,. Penelitian ini menggunakan
instrumen sebagai alat untuk mendukung
penggunaan metode tersebut. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes praktik membaca pemahaman,
serta lembar kuesioner respons siswa.
Instrumen tes praktik membaca intensif
digunakan dalam metode tes., sedangkan
instrumen lembar angket digunakan dalam
metode kuesioner.
Setelah data terkumpul, akan
dianalisis dengan menggunakan analisis
data. Analisis data ini adalah langkah
terpenting untuk mendapatkan jawaban
dari masalah yang ingin dipecahkan. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini akan
dianalisis
dengan
teknik
deskriptif
kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Teknik
deskriptif kuantitatif merupakan teknik
analisis data yang menggunakan paparan
sederhana yang berkaitan dengan angkaangka, sedangkan teknik deskriptif
kualitatif merupakan teknik analisis data
yang
menginterpretasikan
sebuah
fenomena dengan menggunakan paparan
berdasarkan data yang diperoleh. Dalam
penelitian ini, data hasil tes membaca
pemahaman dianalisis menggunakan
analisis data deskripstif kualitatif dan
kuantitatif, langkah-langkah pembelajaran
6
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 7
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
dianalisis menggunakan analisis data
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data
respons siswa dianalisis dengan teknik
deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
Sesuai
dengan
karakteristik
penelitian tindakan, kriteria keberhasilan
membaca
pemahaman
ditunjukkan
dengan adanya keberhasilan pemerolehan
skor rata-rata kelas pada kategori tuntas
atau 75% dari jumlah siswa memperoleh
skor 78. Kriteria ini juga sesuai dengan
KKM yang dirancang oleh guru pada
sekolah itu. Dengan tercapainya kriteria
keberhasilan yang telah ditentukan di atas,
penelitian ini dapat dihentikan. Siklus
tindakan yang mampu mencapai kriteria
keberhasilan ataupun ketercapaian KKM
dianggap sebagai tindakan terbaik yang
memenuhi kriteria keberhasilan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini
difokuskan pada temuan yang dapat
meningkatkan kemampuan membaca
intensif dengan penerapan strategi KWL,
yaitu (1) tercapainya peningkatan dan
ketuntasan
hasil
belajar
membaca
pemahaman siswa kelas X.D SMA Negeri
1 Kubutambahan dengan penerapan
pembelajaran kontekstual (2) langkahlangkah
penerapan
pembelajaran
kontekstual
dalam
pembelajaran
membaca pemahaman di kelas X.D SMA
Negeri 1 Kubutambahan, (3) siswa
memberikan respons sangat posistif
terhadap
penerapan
pembelajaran
kontekstual
dalam
pembelajaran
membaca pemahaman. Temuan-temuan
tersebut diuraikan sebagai berikut.
Temuan pertama yang menyangkut
peningkatan
kemampuan
membaca
pemahaman siswa dengan penerapan
pembelajaran kontekstual. Penerapan
pembelajaran
kontekstual
mampu
meningkatkan kemampuan membaca
pemahman
siswa.
Pernyataan
ini
diperkuat dari perbandingan hasil tes
membaca pemahaman yang diperoleh
siswa pelaksanaan siklus I, sampai
pelaksanaan siklus II.
Tabel 1. Perbandingan antara skor ratarata kelas sebelum dilakukan
tindakan, pada siklus I, dan
pada siklus II
Pelaksanaan
Skor rata- Kategori
rata kelas
Siklus I
73,08
Cukup
Siklus II
78,27
Baik
Peningkatan kemampuan membaca
pemahaman ini disebabkan oleh beberapa
faktor. Yang pertama adalah penerapan
pembelajaran kontekstual dalam proses
pembelajaran.
Melalui
penerapan
pembelajaran kontekstual, siswa diajak
untuk mengaitkan antara materi yang
sedang dipelajari dengan kehidupan
sehari-hari yang nyata dialami oleh siswa..
Selain itu, suasana belajar selama
kegiatan
pembelajaran
nampak
menyenangkan, memancing rasa ingin
tahu, dan memotivasi siswa. Hal tersebut
dikarenakan
pembelajaran kontekstual
menuntut siswa untuk menemukan sendiri
ilmu dan pengetahuan yang imngin
mereka
peroleh
melalui
kegiatan
membaca, langkah kedua menuntut siswa
menumbuhkan rasa ingin tahu mengenai
hal yang ingin diketahui, dan langkah
terakhir adalah siswa membaca dan
mendapat pengetahuan serta wawasan
yang lebih mengenai topik tersebut. Hal
tersebut membuat siswa menjadi lebih
tertarik
untuk
belajar
membaca
pemahaman.
Temuan ini sejalan dengan temuan
pada
Faktor
kedua,
pemilihan
dan
penggunaan media cerpen yang berkaitan
dengan usia siswa dan kesukaan siswa.
Penggunaan media cerpen yang menarik
dapat menumbuhkan minat siswa untuk
membaca cerpen tersebut, misalnya saja,
karena mereka sudah dianggap remaja
maka cerpen yang di pilih adalah cerpen
yang bertemakan remaja dan tidak jauh
dari kehidupan mereka sehari-hari.
Dengan cerpen yang menarik minat siswa
7
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 8
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
dalam membaca memunculkan peluang
untuk
siswa
mampu
membaca
pemahaman tanpa beban sehingga
aktivitas membaca menjadi aktivitas yang
menyenangkan. Hal ini juga dapat
membantu dalam proses pembelajaran,
siswa menjadi tidak bosan dalam
mengikuti pelajaran, sehingga siswa
merasa nyaman pada saat membaca
cerpen.
Ini
menandakan
bahwa
pembelajaran membaca pemahaman
dengan menggunakan media cerpen
dapat merangsang minat siswa untuk
membaca. Seperti pendapat Briggs
(dalam.
Faktor
ketiga,
bimbingan
dan
pelatihan yang dilakukan tahap-demi
tahap demi menjadikan siswa mampu
merancang apa yang hendak dihadapi,
memantau kemajuan belajar siswa dan
merefleksi proses belajar mereka secara
sadar. Upaya guru dalam membimbing
siswa
Temuan kedua adalah langkahlangkah
penerapan
pembelajaran
kontekstual
untuk
meningkatkan
kemampuan memahami nilai-nilai dalam
cerpen. Terdapat beberapa langkahlangkah utama penerapan pembelajaran
kontekstual
untuk
meningkatkan
kemampuan siswa memahami nilai-nilai
dalam cerpen. Adapun beberapa langkah
utama tersebut antara lain terletak pada
langkah-langkah pembelajaran yaitu, (1)
memberikan apersepsi kepada siswa
terkait
materi
pembelajaran,
(2)
mengajukan pertanyaan kepada siswa
untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa, (3) menyampaikan materi dan
contoh-contoh
yang
relevan
untuk
memperjelas materi yang diajarkan serta
menjelaskan strategi pembelajaran yang
diterapkan, (4) membagikan contoh
cerpen dan menugasi siswa untuk
membaca, memahami dan mencatat nilainilai kehidupan yang terkandung dalam
cerpen,
(5)mengejak
siswa
untuk
menghubungkan nilai-nilai yang ditemukan
dalam
cerpen
dengan
penerapan
kehidupan sehari-hari.
Seperti halnya strategi pembelajaran
yang lain, kontekstual dikembangkan
dengan tujuan agar pembelajaran menjadi
lebih produktif dan bermakna. Pendekatan
kontekstual dapat berjalan tanpa harus
mengubah kurikulum dan tatanan yang
ada.
Pendekatan
kontekstual
menempatkan siswa di dalam konteks
bermakna
yang
menghubungkan
pengetahuan awal siswa dengan materi
yang
sedang
dipelajarai
sekaligus
memperhatikan
faktor
kebutuhan
individual siswa dan peran guru.
Temuan ini sejalan dengan temuan
pada penelitian yang dilakukan oleh
Yuyun
Setiawati
(2011)
dalam
penelitiannya yang berjudul “penerapan
Pendekatan Kontekstual dengan Teknik
Pemodelan
untuk
Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Siswa Kleas VII B
SMP Muhammadiyah 2 Singaraja”.
Temuan ketiga adalah siswa menjadi
sangat senang dan aktif mengikuti
pembelajaran membaca pemahaman. Ini
merupakan temuan penting terakhir dalam
penelitian ini. Hal tersebut dapat dilihat
dari nilai rata-rata respons yang diberikan
oleh siswa dalam pembelajaran ini.
Sebagian besar siswa memberikan
respons yang sangat positif terhadap
tindakan
yang
dilakukan
dalam
pembelajaran. Pada siklus I nilai rata-rata
respons siswa adalah (positrif), kemudian
nilai rata-rata respons siswa meningkat
menjadi (sangat positif) pada siklus II.
Siswa
merasa
senang
melakukan
kegiatan
pembelajaran
ini
karena
divariasikan
dengan
penerapan
pembelajaran kontekstual.
Jadi,
penerapan
pembelajaran
kontekstual
dapat
meningkatkan
kemampuan
membaca
pemahaman
siswa. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan
hasil
tes
membaca
pemahaman pada siklus II dibandingkan
dengan hasil tes pada siklus I. Aktivitas
belajar siswa juga mengalami peningkatan
yang terlihat pada siklus I dan siklus II.
Untuk mengatasi beragam permasalahan
yang ditemui oleh guru maupun siswa
dalam
pembelajaran
membaca
pemahaman, guru dapat mengaplikasikan
penerapan
kontekstua
dalam
pembelajaran membaca pemahaman.
8
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 9
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan di atas,
ada beberapa hal yang menjadi simpulan
dalam penelitian ini. Pertama, Terjadi
peningkatan kemampuan siswa kelas X.D
SMA Negeri 1 Kubutambahan dalam
kegiatan
pembelajaran
membaca
pemahaman yakni memahami niali-nilai
kehidupan
dalam
cerpen
melalui
penerapan pembelajaran kontekstual. Hal
ini terlihat dari adanya peningkatan hasil
tes pada siklus II jika dibandingkan
dengan hasil tes yang diperoleh pada
siklus I. Nilai rata-rata yang diperoleh
siswa pada siklus I adalah 73,08
sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh
siswa pada siklus II adalah 78,27. Dalam
hal ini berarti terjadi peningkatan nilai
sebesar 5,19.
Kedua, langkah utama tersebut antara
lain terletak pada
langkah-langkah
pembelajaran yaitu, (1) memberikan
apersepsi kepada siswa terkait materi
pembelajaran, (2) mengajukan pertanyaan
kepada
siswa
untuk
mengetahui
pengetahuan
awal
siswa,
(3)
menyampaikan materi dan contoh-contoh
yang relevan untuk memperjelas materi
yang diajarkan serta menjelaskan strategi
pembelajaran
yang
diterapkan,
(4)
membagikan contoh cerpen dan menugasi
siswa untuk membaca, memahami dan
mencatat nilai-nilai kehidupan yang
terkandung dalam cerpen, (5)mengejak
siswa untuk menghubungkan nilai-nilai
yang ditemukan dalam cerpen dengan
penerapan kehidupan sehari-hari.
Ketiga, Respons siswa kelas X.D SMA
Negeri 1 Kubutambahan sangat positif
terhadap penerapan model pembelajaran
kontekstual
untuk
meningkatkan
kemampuan siswa memahami nilai-nilai
kehidupan dalm cerpen. Hal ini juga telah
memenuhi kriteria ketuntansan minimal di
SMA Negeri 1 Kubutambahan yaitu
minimal 75% dari jumlah siswa di kelas
memiliki respons positif.
Diharapkan pihak-pihak yang terkait
menerapkan pembelajaran kontekstual
sebagai salah satu strategi dalam
pembelajaran
membaca,
khususnya
membaca pemahaman untuk melatih
kemampuan berpikir siswa.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur dipanjatkan kepada Ida
Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang
Maha kuasa, karena berkat rahmat-Nya,
penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai
dengan
yang
diharapkan.
Peneliti
menyadari bahwa hasil penelitiannya tidak
akan terwujud tanpa bantuan dari pihak
lain. Oleh sebab itu, melalui kesempatan
ini, disampaikan ucapan terimakasih
kepada Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd.
selaku pembimbing I Serta Ida Ayu Made
Darmayanti,
S.Pd.,
M.Pd.,
selaku
pembimbing II yang telah memberikan
semangat dan bantuan yang begitu berarti
dalam penelitian ini. Terimakasih juga
disampaikan kepada Bapak/Ibu Guru di
SMA Negeri 1 Kubutambahan, khususnya
guru mata pelajaran bahasa Indonesia di
kelas X.D yang telah memberikan
partisipasi dan kerjasamanya yang
maksimal sebagai mitra peneliti. Selain itu
pula, tidak lupa peneliti ucapkan terima
kasih kepada Kepala SMA Negeri 1
Kubutambahan, yang telah memfasilitasi
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2004. Evaluasi
Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama..
.
Rahim,
Farida.2008.
Pengajaran
Membaca di Sekolah Dasar.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Setiawati, Yuyun. 2011 .Penerapan
Pendekatan Kontekstual dengan Teknik
Pemodelan
untuk
Meningkatan
Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VII B
SMP Muhammadiyah 2 Singaraja. Skripsi
9
e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 10
Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
(tidak
diterbitkan).
UNDIKSHA.
Jurusan
PBSI,
Sudiana, I Nyoman. 2007. Membaca.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Sugiyono. 2010. Metodelogi Penelitian
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca
Sebagai
Suatu
Ketrampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
-------. 1985. Membaca sebagai suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa..
Wendra, I Wayan. 2011. Buku Ajar Karya
Ilmiah. Singaraja: Undiksha.
10
Download