e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 1 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMAHAMI NILAI-NILAI KEHIDUPAN DALAM CERPEN DI KELAS X.D SMA NEGERI 1 KUBUTAMBAHAN Ketut Rosiani, I Nyoman Sudiana, Ida Ayu Made Darmayanti Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {[email protected],[email protected], [email protected] Abstrak Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan (1) mendeskripsikan penerapan strategi pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan memahami nilai-nilai kehidupan dalam cerpen di kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan, (2) mendeskripsikan langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan memahami nilai-nilai kehidupan dalam cerpen siswa di kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan, (3) mendeskripsikan respons siswa di kelas X.D terhadap penerapan strategi pembelajaran kontekstual di SMA Negeri 1 Kubutambahan. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan yang berjumlah 38 orang. Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil, langkah-langkah, dan respons siswa dalam penerapan strategi pembelajaran kontekstual. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes dan angket/kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) tercapainya ketuntasan hasil belajar membaca pemahaman siswa berkat diterapkannya strategi pembelajaran kontekstual, yakni siklus I memperoleh nilai rata-rata klasikal 73,08, dan pada siklus II nilai rata-rata klasikal siswa menjadi 78,27, (2) terdapat beberapa langkah penerapan strategi pembelajaran kontekstual antara lain memberikan apersepsi kepada siswa terkait materi pembelajaran, mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pengetahual awal siswa, menyampaikan materi dan contoh-contoh yang relevan untuk memperjelas materi yang diajarkan serta menjelaskan strategi pembelajaran yang diterapkan, membagikan contoh c erpen serta menugasi siswa untuk membaca, memahami dan mencatat niali-nilai kehidupan yang terkandung dalam cerpen, mengajak siswa untuk menghubungkan nilai-nilai yang ditemukan dalam cerpen ke dalam kehidupan sehari-hari, (3) siswa memberikan tanggapan sangat positif terhadap penerapan strategi pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran membaca pemahman. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan (1) Penerapan strategi pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. (2) Langkah-langkah yang ditempuh dalam menerapkan strategi pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran membaca pemahaman sangat efektif dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. (3) Penerapan strategi pembelajaran kontekstual pada pembelajaran membaca pemahaman mendapat respons sangat positif dari siswa. Oleh karena itu, peneliti lain disarankan untuk menerapkan strategi pembelajaran kontekstual, sebagai salah satu strategi pembelajaran, pada mata pelajaran bahasa yang lain pada umumnya dan pada pelajaran Bahasa Indonesia, pada khususnya. Kata kunci : strategi pembelajaran kontekstual, membaca pemahaman Abstract The purpose of this Class Action Research is (1) describing the implementation of KWL (Know, Want To Know, Learned) strategy to improve the intensive reading skill of VII D 1 e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 2 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 students at SMP Negeri 1 Sawan, (2) describing the steps of the implementation of KWL (Know, Want To Know, Learned) strategy to improve the intensive reading skill of VII D students at SMP Negeri 1 Sawan, (3) describing the VII D students’ response upon the implementation of KWL strategy at SMP Negeri 1 Sawan. The research subjects are teachers and VII D students at SMP Negeri 1 Sawan, which the total is 37 students. The Research objects are improvement, steps, and, the students’ response in implementing the KWL strategy. The methods of data collection used in this research are test, observation, questioner, and interview. The data was analyzed using quantitative descriptive and qualitative descriptive technique. The result of the research are (1) the achievement of fine learning outcome in students’ intensive reading skill due to the implementation KWL strategy, in preaction the classical average score is 69,92, cycle I received average score 77,9, and in cycle II the students’ classical average score became 84,6. (2) there are several steps in implementing KWL strategy, namely Know, Want To Know, and Learned and (3) students gave very positive response upon the implementation of KWL strategy in intensive reading learning activity. Based on the research, can be concluded So, because of the conclusions, the other researchers are advised to implement the KWL strategy, as a learning activity in other language lesson in general, and in Bahasa Indonesia lesson in specific. Key words : KWL strategy, intensive reading. PENDAHULUAN Dunia pendidikan di Indonesia sering mengalami pergantian kurikulum. Sejak tahun 2006, Indonesia menggunakan kurikulum baru yang bernama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan penyempurnaan Kurikulum 2004, yang juga dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memberikan kebebasan yang besar kepada sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan yang sesuai dengan (1) kondisi lingkungan sekolah, (2) kemampuan peserta didik, (3) sumber belajar yang tersedia, dan (4) kekhasan daerah. Dalam program pendidikan ini, orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif (Muslim Umar, 2007: 10). Lebih lanjut, ia menyatakan dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia, kurikulum ini memiliki tujuan untuk membekali peserta didik kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien. . Seiring perkembangan pendidikan, manusia kemudian mengenal empat keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa ini sangat penting. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif, antara lain dilakukan melalui membaca. Menurut Smith dan Harris (dalam Sudiana 2007: 7), membaca merupakan suatu proses aktif atau konstruktif. Menurut mereka, membaca merupakan tindakan memersepsi suatu pesan teks tulis secara intelektual dan emosional. Berdasarkan definisi ini, ketika membaca, seorang pembaca tidak hanya memersepsi pesan teks tulis dengan menggunakan daya intelektual (kognitif), tetapi juga menggunakan perasaan (secara emosional). Dengan daya kognitif, pembaca mengandalkan daya nalar atau pikiran untuk memersepsi pesan tulis membaca semakin penting dalam kehidupan bermasyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan aktivitas membaca. Di samping itu, kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Dengan membaca, bisa dibuka cakrawala ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, wawasan tentang dunia luar yang menyimpan sejuta misteri. 2 e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 3 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Menurut Blanton, dkk. (dalam Rahim 2008: 11), tujuan membaca mencakup (1) memperoleh suatu kesenangan, (2) menyempurnakan membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengonfirmasi atau menolak prediksi, (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari struktur teks, dan (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. Menurut White (dalam Sudiana, 2007: 56), secara umum tujuan membaca adalah untuk memperoleh informasi yang tersaji dalam wacana tulis. Implisit dalam tujuan membaca adalah memperoleh pemahaman terhadap sesuatu yang dibaca. Dengan memahami sesuatu yang dibaca tersebut, pembaca berarti memperoleh informasi dari teks yang dibaca tersebut. White (dalam Sudiana, 2007: 56) menyebutkan pula tiga tujuan membaca. Pertama, orang membaca materi referensial yang berupa fakta yang ada di lingkungannya. Tujuan membaca ini semata-mata untuk menambah wawasan atau pengetahuan yang bersifat faktual. Kedua, orang membaca materi yang isinya lebih bersifat intelektual daripada faktual sebagai upaya mengembangkan keterampilanketerampilan intelektual. Dalam hal ini, tujuan membacanya adalah untuk meningkatkan daya intelektual. Ketiga, orang membaca materi emosional untuk mendapatkan kesenangan. Dalam hal ini, tujuan membacanya adalah untuk mendapatkan kesenangan atau mendapat hiburan. Sejalan dengan itu, Morrow (dalam http://ngampus.com) mengatakan bahwa tujuan membaca ialah untuk mencari informasi yang bersifat, (1) kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk menambah keilmiahanya sendiri; (2) referensional dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini; dan (3) afektif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan makna bacaan. Membaca memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar membaca. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca akan memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang. Selain itu, menurut Abdullah (dalam http://klubhausbuku.com /), manfaat membaca sebagai berikut. 1. Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan. 2. Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan. 3. Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata, 4. Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir. 5. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dalam pemahaman. 6. Dengan sering membaca seseorang dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksana dan kecerdasan para sarjana. 7. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu. Berdasarkan uraian di atas, tujuan membaca adalah untuk mengerti atau memahami isi atau pesan yang terkandung dalam bacaan seefesien mungkin, sedangkan manfaat membaca adalah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang terkandung di dalam bacaan. Namun, berdasarkan hasil survei ditengarai bahwa kemampuan membaca anak-anak Indonesia masih tergolong rendah dibanding dengan anak-anak negara-negara di Asia (Robiah, dalam 3 e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 4 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 http://guahira.com). Selain itu, rendahnya minat membaca terjadi di kalangan pelajar pada semua jenjang pendidikan dan masyarakat umum. Data 2006 menunjukkan bahwa orang Indonesia yang membaca untuk mendapatkan informasi baru 23,5% dari total penduduk. Masyarakat yang lebih suka memperoleh informasi dari menonton televisi sebanyak 85,9 % dan dari mendengarkan radio sebesar 40,3%. Angka-angka tersebut menggambarkan bahwa minat baca penduduk Indonesia masih rendah. Samsuri (dalam Sudiana 2007: 4) menyatakan bahwa pengajaran membaca belum mengemban misinya dengan baik. Mengapa demikian? Karena proses belajar-mengajar membaca hanya mengikuti interaksi guru dan buku teks, sedangkan murid hanya menjadi penerima yang patuh kepada guru dan isi buku teks. Interaksi antara guru dan murid hampir tidak ada karena guru memusatkan perhatian pengajaran pada buku teks, bukan pada tanggapan murid. Peneliti memperhatikan bahwa masalah membaca seperti di atas juga terjadi di kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan, terutama mengenai membaca pemahaman. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia di kelas X.D, diperoleh fakta bahwa kemampuan memahami cerpen siswa di kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan sudah cukup baik,dan masih perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. (1) Metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran membaca bisa dikatakan kurang bervariasi dan kurang inovatif. Metode yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya membaca adalah metode ceramah dan penugasan, pernah juga diterapkan metode diskusi. (2) Minimnya penggunaan media dalam pengajaran membaca. Media yang biasanya digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran membaca adalah buku paket bahasa Indonesia kelas X. (3) Nilai rata-rata membaca siswa kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan masih tergolong rendah. (4) Kurangnya interaksi antara siswa dan siswa serta siswa dan guru. Selanjutnya, pemilihan siswa kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan sebagai subjek penelitian kerena mereka mengalami kesulitan dalam membaca pemahaman. Berdasarkan paparan di atas, penggunaan media cerpen melalui penerapan pembelajaran kontekstual diperkirakan akan dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahn. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Penerapan Pembelajaran Konstektual untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Memahami Nilai-nilai Kehidupan dalam Cerpen di Kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan. Pengajaran dalam pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat, Nurhadi (dalam Nurjaya, 2013: 126). Menurut Antony (dalam Pringga Widagda, 2002: 57), pendekatan adalah tingkat asumsi atau pendirian mengenai bahasa dan pembelajaran bahasa atau boleh dikatakan “falsafah tentang pembelajaran bahasa”. Sehubungan dengan hal itu, dikatakan bahwa pendekatan adalah seperangkat asumsi tentang hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan proses belajar bahasa. Dalam Depdiknas (2002: 1) diungkapkan bahwa dewasa ini ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jika mengalami apa yang dipelajarinya, bukan menetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penugasan materi terbukti berhasil dalam kompetensi jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak dalam memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang 4 e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 5 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dalam status mereka, dan cara mencapainya. Mereka sadar bahwa yang dipelajari berguna bagi hidupnya. Mereka mempelajari hal yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya memerlukan guru sebagai pengerah atau pembimbing (Depdiknas, 2002: 1). Pendekatan kontekstual beranggapan bahwa akan lebih baik anak belajar melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan yang alamiah daripada lingkungan keilmuan. Dalam kelas kontekstual guru, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru diarahkan untuk mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Kontektual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat berjalan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Pendekatan kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Komponen pendekatan kontekstual anatara lain, a) kontrukstivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Dalam konstruktivisme pengetahuan siswa dibangun secara bertahap dan hasil yang diperoleh melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan yang diperoleh tidak hanya seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil dan diingat belaka, melainkan siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan tersebut barulah kemudian memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Dengan dasar tersebut pembelajaran harus dikemas menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif selama dalam prooses pembelajaran, sehingga siswa menjadi pusat kegiatan, b) inkuiri (menemukan sendiri) merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diperoleh dengan cara menemukan sendiri. Oleh sebab itu proses pembelajaran yang dirancang guru harus berbentuk kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Langkahlangkah pembelajarannya dimulai dengan merumuskan masalah, mengamati, menganalisis, dan mengkomunikasikan,c) bertanya merupakan strategi yang utama dalam pendekatan kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa, d) masyarakat belajar merupakan salah satu teknik dalam pendekatan kontekstual. Dengan tekhnik ini pembelajaran diperolah dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh melalui shering antar teman, antar kelompok dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Kegiatan ini akan terjadi bila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya dan tidak ada pihak yang menganggap dirinya yang paling tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari, e) pemodelan merupakan pembelajaran dilakukan dengan menampilkan model yang bisa dilahat, dirasa dan bahkan bisa ditiru oleh siswa. Dalam praktiknya guru bukan merupakan satu-satunya model. Karena model yang disampaikan akan menjadi standar kompetensi yang akan dicapai, maka jika guru tidak mampu 5 e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 6 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 menjadi model jangan sekali-kali memaksakan diri. Guru dapat mendatangkan model dari luar. Model tersebut bisa dari siswa yang dianggap mampu, atau para pakar ke dalam kelas, f) refleksi, cara berfikir tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian , aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Tujuan dari kegiatan refleksi ini adalah untuk melihat sudah sejauh mana pengetahuan yang dibangun sebelumnya dapat mengendap di benak siswa. Oleh sebab itu kegiatan refleksi ini harus selalu dilakukan sebelum guru mengakhiri proses pembelajaran untuk setiap kali pertemuannya, g) penilaian yang sebenarnya, proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Kegiatan ini perlu dilakukan guru untuk mengetahui dan memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar. Dan apabila dari hasil assessment ini diketahui siswa mengalami kesuliatan dalam menguasai kompetensi, maka guru harus segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Penelitian ini memberikan manfaat kepada beberapa pihak, yakni bagi guru bahasa Indonesia,penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan informasi mengenai pendekatann kontekstual dalam pengajaran membaca dan memahami nilai-nilai kehidupan dalam cerpen. Bagi siswa diharapkan agar siswa lebih paham dan memiliki tambahan wawasan tentang membaca dan memahami nilai-nilai kehidupan pada cerpen dengan pendekatan kontekstual. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharpkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis khususnya untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Dalam penelitian ini, prosedur penelitian meliputi, refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Dilanjutkan dengan metode penelitian, instrument pengumpulan data, dan analisis data. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan yang berjumlah 38 orang. Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar, langkah-langkah pembelajaran, dan respons siswa dalam penerapan pembelajaran kontekstual. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode tes, dan metode kuesioner.. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan teknik deskriptif kualitatif. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini mengandung data kualitatif dan data kuantitatif. Sesuai dengan data tersebut, penelitian ini menggunakan empat metode, yakni metode observasi, tes dan kuesioner,. Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai alat untuk mendukung penggunaan metode tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes praktik membaca pemahaman, serta lembar kuesioner respons siswa. Instrumen tes praktik membaca intensif digunakan dalam metode tes., sedangkan instrumen lembar angket digunakan dalam metode kuesioner. Setelah data terkumpul, akan dianalisis dengan menggunakan analisis data. Analisis data ini adalah langkah terpenting untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang ingin dipecahkan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kuantitatif merupakan teknik analisis data yang menggunakan paparan sederhana yang berkaitan dengan angkaangka, sedangkan teknik deskriptif kualitatif merupakan teknik analisis data yang menginterpretasikan sebuah fenomena dengan menggunakan paparan berdasarkan data yang diperoleh. Dalam penelitian ini, data hasil tes membaca pemahaman dianalisis menggunakan analisis data deskripstif kualitatif dan kuantitatif, langkah-langkah pembelajaran 6 e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 7 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 dianalisis menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data respons siswa dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, kriteria keberhasilan membaca pemahaman ditunjukkan dengan adanya keberhasilan pemerolehan skor rata-rata kelas pada kategori tuntas atau 75% dari jumlah siswa memperoleh skor 78. Kriteria ini juga sesuai dengan KKM yang dirancang oleh guru pada sekolah itu. Dengan tercapainya kriteria keberhasilan yang telah ditentukan di atas, penelitian ini dapat dihentikan. Siklus tindakan yang mampu mencapai kriteria keberhasilan ataupun ketercapaian KKM dianggap sebagai tindakan terbaik yang memenuhi kriteria keberhasilan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini difokuskan pada temuan yang dapat meningkatkan kemampuan membaca intensif dengan penerapan strategi KWL, yaitu (1) tercapainya peningkatan dan ketuntasan hasil belajar membaca pemahaman siswa kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan dengan penerapan pembelajaran kontekstual (2) langkahlangkah penerapan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran membaca pemahaman di kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan, (3) siswa memberikan respons sangat posistif terhadap penerapan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran membaca pemahaman. Temuan-temuan tersebut diuraikan sebagai berikut. Temuan pertama yang menyangkut peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan penerapan pembelajaran kontekstual. Penerapan pembelajaran kontekstual mampu meningkatkan kemampuan membaca pemahman siswa. Pernyataan ini diperkuat dari perbandingan hasil tes membaca pemahaman yang diperoleh siswa pelaksanaan siklus I, sampai pelaksanaan siklus II. Tabel 1. Perbandingan antara skor ratarata kelas sebelum dilakukan tindakan, pada siklus I, dan pada siklus II Pelaksanaan Skor rata- Kategori rata kelas Siklus I 73,08 Cukup Siklus II 78,27 Baik Peningkatan kemampuan membaca pemahaman ini disebabkan oleh beberapa faktor. Yang pertama adalah penerapan pembelajaran kontekstual dalam proses pembelajaran. Melalui penerapan pembelajaran kontekstual, siswa diajak untuk mengaitkan antara materi yang sedang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari yang nyata dialami oleh siswa.. Selain itu, suasana belajar selama kegiatan pembelajaran nampak menyenangkan, memancing rasa ingin tahu, dan memotivasi siswa. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran kontekstual menuntut siswa untuk menemukan sendiri ilmu dan pengetahuan yang imngin mereka peroleh melalui kegiatan membaca, langkah kedua menuntut siswa menumbuhkan rasa ingin tahu mengenai hal yang ingin diketahui, dan langkah terakhir adalah siswa membaca dan mendapat pengetahuan serta wawasan yang lebih mengenai topik tersebut. Hal tersebut membuat siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar membaca pemahaman. Temuan ini sejalan dengan temuan pada Faktor kedua, pemilihan dan penggunaan media cerpen yang berkaitan dengan usia siswa dan kesukaan siswa. Penggunaan media cerpen yang menarik dapat menumbuhkan minat siswa untuk membaca cerpen tersebut, misalnya saja, karena mereka sudah dianggap remaja maka cerpen yang di pilih adalah cerpen yang bertemakan remaja dan tidak jauh dari kehidupan mereka sehari-hari. Dengan cerpen yang menarik minat siswa 7 e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 8 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 dalam membaca memunculkan peluang untuk siswa mampu membaca pemahaman tanpa beban sehingga aktivitas membaca menjadi aktivitas yang menyenangkan. Hal ini juga dapat membantu dalam proses pembelajaran, siswa menjadi tidak bosan dalam mengikuti pelajaran, sehingga siswa merasa nyaman pada saat membaca cerpen. Ini menandakan bahwa pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan media cerpen dapat merangsang minat siswa untuk membaca. Seperti pendapat Briggs (dalam. Faktor ketiga, bimbingan dan pelatihan yang dilakukan tahap-demi tahap demi menjadikan siswa mampu merancang apa yang hendak dihadapi, memantau kemajuan belajar siswa dan merefleksi proses belajar mereka secara sadar. Upaya guru dalam membimbing siswa Temuan kedua adalah langkahlangkah penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan memahami nilai-nilai dalam cerpen. Terdapat beberapa langkahlangkah utama penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami nilai-nilai dalam cerpen. Adapun beberapa langkah utama tersebut antara lain terletak pada langkah-langkah pembelajaran yaitu, (1) memberikan apersepsi kepada siswa terkait materi pembelajaran, (2) mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, (3) menyampaikan materi dan contoh-contoh yang relevan untuk memperjelas materi yang diajarkan serta menjelaskan strategi pembelajaran yang diterapkan, (4) membagikan contoh cerpen dan menugasi siswa untuk membaca, memahami dan mencatat nilainilai kehidupan yang terkandung dalam cerpen, (5)mengejak siswa untuk menghubungkan nilai-nilai yang ditemukan dalam cerpen dengan penerapan kehidupan sehari-hari. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran menjadi lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat berjalan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Pendekatan kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajarai sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Temuan ini sejalan dengan temuan pada penelitian yang dilakukan oleh Yuyun Setiawati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Teknik Pemodelan untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kleas VII B SMP Muhammadiyah 2 Singaraja”. Temuan ketiga adalah siswa menjadi sangat senang dan aktif mengikuti pembelajaran membaca pemahaman. Ini merupakan temuan penting terakhir dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata respons yang diberikan oleh siswa dalam pembelajaran ini. Sebagian besar siswa memberikan respons yang sangat positif terhadap tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada siklus I nilai rata-rata respons siswa adalah (positrif), kemudian nilai rata-rata respons siswa meningkat menjadi (sangat positif) pada siklus II. Siswa merasa senang melakukan kegiatan pembelajaran ini karena divariasikan dengan penerapan pembelajaran kontekstual. Jadi, penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil tes membaca pemahaman pada siklus II dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I. Aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan yang terlihat pada siklus I dan siklus II. Untuk mengatasi beragam permasalahan yang ditemui oleh guru maupun siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman, guru dapat mengaplikasikan penerapan kontekstua dalam pembelajaran membaca pemahaman. 8 e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 9 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, Terjadi peningkatan kemampuan siswa kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan dalam kegiatan pembelajaran membaca pemahaman yakni memahami niali-nilai kehidupan dalam cerpen melalui penerapan pembelajaran kontekstual. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan hasil tes pada siklus II jika dibandingkan dengan hasil tes yang diperoleh pada siklus I. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 73,08 sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II adalah 78,27. Dalam hal ini berarti terjadi peningkatan nilai sebesar 5,19. Kedua, langkah utama tersebut antara lain terletak pada langkah-langkah pembelajaran yaitu, (1) memberikan apersepsi kepada siswa terkait materi pembelajaran, (2) mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, (3) menyampaikan materi dan contoh-contoh yang relevan untuk memperjelas materi yang diajarkan serta menjelaskan strategi pembelajaran yang diterapkan, (4) membagikan contoh cerpen dan menugasi siswa untuk membaca, memahami dan mencatat nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam cerpen, (5)mengejak siswa untuk menghubungkan nilai-nilai yang ditemukan dalam cerpen dengan penerapan kehidupan sehari-hari. Ketiga, Respons siswa kelas X.D SMA Negeri 1 Kubutambahan sangat positif terhadap penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami nilai-nilai kehidupan dalm cerpen. Hal ini juga telah memenuhi kriteria ketuntansan minimal di SMA Negeri 1 Kubutambahan yaitu minimal 75% dari jumlah siswa di kelas memiliki respons positif. Diharapkan pihak-pihak yang terkait menerapkan pembelajaran kontekstual sebagai salah satu strategi dalam pembelajaran membaca, khususnya membaca pemahaman untuk melatih kemampuan berpikir siswa. UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur dipanjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha kuasa, karena berkat rahmat-Nya, penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Peneliti menyadari bahwa hasil penelitiannya tidak akan terwujud tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh sebab itu, melalui kesempatan ini, disampaikan ucapan terimakasih kepada Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd. selaku pembimbing I Serta Ida Ayu Made Darmayanti, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan semangat dan bantuan yang begitu berarti dalam penelitian ini. Terimakasih juga disampaikan kepada Bapak/Ibu Guru di SMA Negeri 1 Kubutambahan, khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X.D yang telah memberikan partisipasi dan kerjasamanya yang maksimal sebagai mitra peneliti. Selain itu pula, tidak lupa peneliti ucapkan terima kasih kepada Kepala SMA Negeri 1 Kubutambahan, yang telah memfasilitasi penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.. . Rahim, Farida.2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Setiawati, Yuyun. 2011 .Penerapan Pendekatan Kontekstual dengan Teknik Pemodelan untuk Meningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VII B SMP Muhammadiyah 2 Singaraja. Skripsi 9 e-Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha 10 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 (tidak diterbitkan). UNDIKSHA. Jurusan PBSI, Sudiana, I Nyoman. 2007. Membaca. Malang: Universitas Negeri Malang. Sugiyono. 2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. -------. 1985. Membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.. Wendra, I Wayan. 2011. Buku Ajar Karya Ilmiah. Singaraja: Undiksha. 10