program studi ners fakultas keperawatan dan kebidanan universitas

advertisement
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KEPATUHAN MINUM
OBAT TERHADAP PERUBAHAN GEJALA HALUSINASI PADA
KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR.
MUHAMMAD ILDREM DAERAH PROVSU MEDAN
TAHUN 2015
Oleh
RINI ANDRIYANI SIREGAR
11 02 191
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2015
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KEPATUHAN MINUM
OBAT TERHADAP PERUBAHAN GEJALA HALUSINASI PADA
KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR.
MUHAMMAD ILDREM DAERAH PROVSU MEDAN
TAHUN 2015
Skripsi ini di ajukan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana keperawatan
(S.Kep)
di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
Oleh
RINI ANDRIYANI SIREGAR
11 02 191
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2015
PERNYATAAN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KEPATUHAN MINUM OBAT
TERHADAP PERUBAHAN GEJALA HALUSINASI PADA KLIEN
SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
Prof.Dr.MUHAMMAD ILDREM PROVSU MEDAN
TAHUN 2015
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan
belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak pernah terdapat karya
atau pendapat yang pernah saya tulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
tertulis yang dicantumkan dalam naskah ini dan disebutkandalam daftar pustaka.
Medan,
Juli 2015
Peneliti
(Rini Andriyani Siregar)
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
Identitas Diri
Nama
: Rini Andriyani Siregar
NIM
: 11.02.191
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat/Tgl Lahir
: Tanjung Balai, 24 Juli 1993
Agama
: Islam
Anak Ke
: 3 (Tiga) dari 5 (lima) bersaudara
Nama Ayah
: Rahmat Siregar
Nama Ibu
: Siti Zabedah Hasibuan
Alamat
: Jl.Torpisang Mata Bawah, Kecamatan Rantau
Utara, Kabupaten Labuhan Batu.
II.
E-mail
: [email protected]
No. HP
: 082362771001
Riwayat Pendidikan
Tahun 1999-2005
: SD Negeri 112142 Rantau Utara
Tahun 2005-2008
: SMP Negeri 1 Rantau Utara
Tahun 2008-2011
: SMA Negeri 1Rantau Utara
Tahun 2011-2015
: Sedang mengikuti pendidikan S1 keperawatan di
Program Studi Ilmu Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
ii
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Skripsi, Juli 2015
Rini Andriyani Siregar
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat Terhadap
Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Prof.Dr.Muhammad Ildrem Provsu Medan
xii + 46 halaman +8 tabel +2 skema +11 lampiran
ABSTRAK
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa kronis yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya gangguan pikiran,persepsi,emosi,gerakan dan perilaku yang aneh. Masalah Skizofrenia
sudah semakin tinggi ditandai dengan gejala-gejala positif maupun negatif. Dan dari gejala
skizofrenia yang sering dijumpai adalah Halusinasi. Halusinasi merupakan keadaan seseorang
mengalami perubahan dalam pola dan jumlah stimulasi yang diprakarsai secara internal atau
eksternal terhadap setiap stimulasi. Pengobatan untuk mengatasi halusinasi membutuhkan waktu
yang lama. Pada umumnya perilaku pasien halusinasi sulit untuk diarahkan. Penelitian ini
dilakukan mulai tanggal 4 Mei sampai dengan tanggal 18Mei 2015. Tujuan Umum dilakukan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap
perubahan gejala halusinasi pada klien skizofrenia. Dan Tujuan Khusus penelitiannya untuk
mengetahui tingkat kepatuhan minum obat sebelum pemberian pendidikan kesehatan kepatuhan
minum obat terhadap perubahan gejala halusinasi pada klien skizofrenia. Desain penelitian Quasi
Experimen pre-post test. Jumlah populasi dalam penelitian ini 323 pasien ditentukan berdasarkan
estimasi(perkiraan) sehingga jumlah sampel 20 pasien dengan droop out 10% sehingga sampelnya
menjadi 18 pasien dan total sampel 18 pasien. Hasil penelitian dengan menggunakan uji Paired TTest (uji T dependen) yang menunjukkan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap
perubahan gejala halusinasi pada klien skizofrenia (0,009).Hal ini berarti ada pengaruh pendidikan
kesehatan kepatuhan minum obat terhadap perubahan gejala halusinasi pada klien skizofrenia.
Penelitian ini merekomendasikan kepada perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Prof.Dr.Muhammad
Ildrem Provsu Medan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien atau keluarga dari
pasien.
Kata kunci
: Pendidikan kesehatan,
halusinasi, Skizofrenia
Daftar Pustaka : 24 (2002-2014)
kepatuhan
iii
minum
obat,perubahan
gejala
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY
SARI UNIVERSITY OF PEARL INDONESIA
Skription, July 2015
Rini Andriyani Siregar
Effect of Health Education Against Drugs Drinking Compliance
Hallucinations Symptoms Changes In Schizophrenia Clients In Mental
Hospital of Prof.Dr.Muhammad Ildrem Provsu Medan
xii + 46 halaman +8 tabel +2 skema +11 lampiran
ABSTRACT
Schizophrenia is a chronic mental illness that affects the brain and cause impaired thinking,
perceptions, emotions, movement and strange behavior. The problem is getting higher
Schizophrenia is characterized by positive symptoms and negative. And of the symptoms of
schizophrenia are often encountered are hallucinations. Hallucination is a state of a person
experiencing a change in the pattern and amount of stimulation initiated internally or externally to
any stimulation. Treatment for hallucinations take a long time. In general, patient behavior is
difficult to be directed hallucinations. They tend to be inexpensive bored and lazy to do taking
medication is the degree to which patients follow the advice of the treating physician. Quasi
Experiment study design pre-post test. Total population in this study 323 patients were identified
based on the estimate (approximate) so that the number of samples of 20 patients with 10% droop
out so that the sample to 18 patients and a total sample of 18 patients. The results using Paired TTest (Test T dependent) that shows health education adherence to changing client hallucinations in
schizophrenia symptoms (0.009) .This means that there is an influence of health education
adherence to changing client hallucinations in schizophrenia symptoms. The study recommends to
the Regional Mental Hospital nurse Prof.Dr.Muhammad Ildrem Provsu Medan to provide health
education to patients or families of patients.
Keywords
Refrence
:
health education, medication adherence, changes in symptoms of
hallucinations, Schizophrenia
: 24 (2002-2014)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
proposal dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum
Obat Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia Di
Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan
Tahun 2015.”. Proposal ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1
Keperawatan di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan
terima kasih kepada Bapak / Ibu:
1.
Parlindungan Purba,SH.MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2.
Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia
3.
Dr. Chandra Syafei, Sp.OG. selaku Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa prof.
Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provinsi Sumatra Utara Medan .
4.
Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp. KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
5.
Ns.Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia
6.
Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp.Kep.J, selaku Ketua Penguji yang telah
banyak membimbing dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran selama
membantu menyelesaikan skripsi ini.
7.
Jenny Marlindawani Purba, S.Kp, MNS, selaku Penguji I yang telah
memberikan saran maupun masukan dalam kelengkapan skripsi ini.
8.
Ns.Masri Saragih, M.Kep, selaku Penguji II yang telah memberikan saran dan
kritikan untuk kelengkapan skripsi ini.
v
9.
Ns.Eva Kartika Hasibuan S,Kep, selaku penguji III yang telah memberikan
saran dan kritikan untuk kelengkapan skripsi ini.
10. Lince Herawati S.Kep, Ns, selaku Ketua keperawatan RS Jiwa Daerah Provsu
Medan yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan survey
awal.
11. Seluruh Dosen dan staf pegawai Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
12. Teristimewa buat Kedua Orang tuaku (Bapak R.Siregar dan Ibu S.Hasibuan)
yang telah memberikan doa, dukungan, moril maupun Materil, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
13. Buat kedua Kakakku (Fitri zahara Siregar,Amd dan Ade Agustina,AmKeb)
beserta Kedua Adikku (Putri Aulianan Siregar dan Abdi Husein Siregar) yang
telah banyak memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Seluruh rekan-rekan teman-teman mahasiswa/i yang telah memberikan
dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman-teman kost IGD, dan teman spesial peneliti Azhar Hariansyah
Nasution, Amd serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, masih selalu memberikan dukungan dan
semangat menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan
baik isi maupun susunannya. Akhirnya peneliti berharap kiranya proposal ini akan
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Medan, 11 juli 2015
Peneliti
( Rini Andriyani Siregar )
vi
vii
DAFTAR ISI
Hal
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN .................................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................
ABSTRAK .........................................................................................................
ABSTRACT .......................................................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
DAFTAR TABEL..............................................................................................
DAFTAR SKEMA ............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................................
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................
1. Tujuan Umum ................................................................................
2. Tujuan Khusus ...............................................................................
D. Manfaat Penelitian ................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Skizofrenia ...............................................................................
1. Definisi Skizofrenia .......................................................................
2. Tipe Skizofrenia .............................................................................
3. Etiologi Skizofrenia .......................................................................
4. Tanda dan Gejala Skizofrenia ........................................................
B. Konsep Halusinasi ................................................................................
1. Definisi Halusinasi .........................................................................
2. Rentang Respon Halusinasi ...........................................................
3. Jenis-jenis Halusinasi .....................................................................
4. Etiologi...........................................................................................
5. Proses Terjadinya Halusinari .........................................................
6. Faktor-faktor mempengaruhi Halusinasi .......................................
7. Tanda dan Gejala ...........................................................................
C. Konsep Kepatuhan Minum Obat ..........................................................
1. Definisi kepatuhan minum obat .....................................................
2. Karateristik Kepatuhan ..................................................................
3. Alat ukur Kepatuhan ......................................................................
4. Faktor yang mempengaruhi Kepatuhan .........................................
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Minum obat .........
6. Proses terjadinya prilaku ketidak patuhan .....................................
D. Konsep Pendidikan Kesehatan ..............................................................
1. Definisi Pendidikan Kesehatan .........................................................
2. Tujuan Pendidikan dan Kesehatan ....................................................
E. Kerangka Konsep ..................................................................................
8
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xi
1
6
7
7
7
8
9
9
9
11
18
18
18
19
19
20
20
20
20
22
22
23
23
23
23
25
26
26
27
28
F. Hipotesis ............................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ..................................................................................
B. Populasi Dan Sampel ............................................................................
1. Populasi ..........................................................................................
2. Sampel ...........................................................................................
C. Lokasi Penelitian ..................................................................................
D. Waktu Penelitian ...................................................................................
E. Defenisi Operasional .............................................................................
F. Aspek Pengukuran ................................................................................
G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data ..................................................
H. Etika Penelitian .....................................................................................
I. Pengolahan Dan Analiasa Data .............................................................
1. Pengolahan Data ...............................................................................
2. Analisa Data ......................................................................................
29
29
29
30
30
32
33
33
33
35
35
35
36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................................
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian..............................................
2. Analisa Univariat ............................................................................
3. Analisa Bivariat ..............................................................................
4. Hasil Uji Sttistik .............................................................................
B. Pembahasan............................................................................................
1. Interprestasi dan Diskusi Hasil .......................................................
2. Keterbatasan Penelitian ...................................................................
38
38
38
40
43
44
44
48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 50
B. Saran
.............................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Daftar Klien Skizofrenia sebagai Responden Penelitian Pada
Ruang Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad
Ildrem Provsu Medan April-Juni 2015............................................. 29
Tabel 3.2 Defenisi Operasional ........................................................................ 30
Tabel 3.3 Bivariat Untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah
melakukan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat ............... 35
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin, Usia, Status Perkawinan dan Pendidikan Pada Pasien
Halusinasi di Ruangan Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad
Ildrem DaerahProvsu Medan Tahun 2015 (n=18) ........................... 37
Tabel 4.2 Kepatuhan minum obat pasien Halusinasi sebelum Dan sesudah
Diberikan Pendidikan Kesehatan Di Ruangan Rumah Sakit Jiwa
Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan MedanTahun
2015(n=18) ....................................................................................... 38
Tabel 4.3 Analisa Perubahan Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sebelum
Diberikan Pendidikan Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan Juni 2015 (n = 18)........ 39
Tabel 4.4 Analisa Perubahan Gejala Halusinasi Klien SkizofreniaSesudah
Diberikan Pendidikan Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr
.Muhammad Ildrem Daerah Provsu MedanTahun 2015 (n = 18) .... 39
Tabel 4.5 Analisa Perubahan Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sebelum
dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan DiRumah Sakit
Jiwa Prof.Dr. Muhammad Ildrem Daerah Provsu MedanTahun
2015 (n =18) ..................................................................................... 40
10
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Konsep ...........................................................................
Hal
27
Skema 3.1 Desain penelitian ............................................................................
28
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Lembar Informed Consent
Lampiran 2
: Lembar Kuesioner
Lampiran 3
:Surat Survey awal
Lampiran 4
:Balasan Survey awal
Lampiran 5
:Surat Izin Penelitian
Lampiran 6
: Balasan Penelitian
Lampiran 7
: Master Data
Lampiran 8
: Output SPSS
Lampiran 9
: Lembar Konsul
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Jiwa merupakan keadaan diri yang mampu bertanggung jawab, adanya
kesadaran diri, tidak kuatir dengan apapun, dapat mengatasi ketegangan seharihari, diterima dalam suatu kelompok serta berfungsi dengan baik dimasyarakat
yang pada umumnya puas dengan kehidupannya (Shivers, 2012). Menurut data
yang didapat oleh WHO (2009) diperkirakan 450 juta orang diseluruh dunia
mengalami gangguan jiwa, sekitar 10% orang dewasa akan mengalami gangguan
jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa
pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit
secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% ditaun
2030.Gangguan jiwa tersebut berhubungan dengan bunuh diri setiap tahunnya
akibat gangguan jiwa, hingga sekarang penanganan penderita gangguan jiwa
belum memuaskan sehingga terjadi peningkatan seperti yang terlihat diatas,
sesuai dari data yang telah dipaparkan bahwa gangguan jiwa berat yang
mempunyai prevalensi paling tinggi adalah skizofrenia.
Skizofrenia menggambarkan suatu kondisi psikotik yang kadang-kadang ditandai
dengan apatis, tidak mempunyai hasrat, sosial, afek tumpul, dan alogia yang dapat
mengalami gangguan dalam pikiran, persepsi dan perilaku yang dimenifestasikan
pada gangguan bentuk konsep yang sewaktu-waktu dapat mengarah ke salah
mengartikan kenyataan, delusi dan halusinasi. Perubahan dalam perasaan
ambivalen, perasaan konstriksi atau tidak sesuai dan hilangnya empati kepada
orang lain yang berupa menarik diri, regresif atau aneh (Shander, 1994 dalam
Dongoes, 2007) dan Rhoads (2011) juga mengatakan bahwa skizofrenia
merupakan penyakit kronis, parah dan melumpuhkan, gangguan otak yang
ditandai dengan pikiran kacau, waham, halusinasi dan perilaku aneh atau
katatonik. Sehingga perlu perhatian khusus dalam upaya pencegahan, upaya
pengobatan dan perawatan yang berkesinambungan.
13
14
Diseluruh dunia prevalensi skizofrenia diperkirakan sebesar 0,2% menjadi
1,5% setara untuk pria dan wanita disemua tingkatan usia (Buchana &
Carpenter, 2005 dalam Barlow & Durand, 2009). Menurut WHO
(2010)prevalensi skizofrenia saat ini adalah tujuh perseribu penduduk dewasa
dan terbanyak pada usia 15-35 tahun, lebih dari 50% klien tidak mendapat
perawatan, dan Shiver (2012) menyebutkan 2-4 juta orang, atau 1,1% dari
populasi dibumi menderita skizofrenia atau gangguan yang mirip dengan
skizofrenia yang merusak kesadaran diri bagi banyak individu tapi mereka
tidak menyadari bahwa mereka sakit dan membutuhkan pengobatan.
Prevalensi skizofrenia yang cukup tinggi bukan hanya didunia dan perilaku
yang muncul pada klien skizofrenia antara lain: motivasi kurang sebesar 81%
isolasi sosial sebesar 72% , perilaku makan dan tidur yang buruk sebesar 72%,
sukar menyelesaikan tugas sebesar 72%, sukar mengatur keuangan sebesar
72%, penampilan yang tidak rapi/bersih 64% lupa melakukan sesuatu sebesar
64% kurang perhatian pada orang lain sebesar 56% sering bertengkar sebesar
47% bicara pada diri sendiri 41% tidak teratur minum obat sebesar 40%
(Pardede, Keliat, & Wardani, 2013).
Berdasarkan simptom dan paparan di atas menunjukkan bahwa pada
skizofrenia banyak ditemukan masalah-masalah keperawatan diantaranya
waham, halusinasi, resiko perilaku kekerasan dan harga diri rendah (Keliat,
2006). Masalah skizofrenia sudah semakin tinggi sesuai dengan prevalensi
yang telah disebutkan diatas baik didunia maupun di Indonesia, sehingga
perawat juga ikut adil dalam merawat pasien skizofrenia berdasarkan asuhan
keperawatan yang sudah ditetapkan, klien skizofrenia 70%
mengalami
halusinasi (Stuart, 2009) . Hal ini juga didukung oleh fontaine (2009)
menyatakan halusinasi dengar merupakan
gejala skizofrenia yang paling
sering dijumpai yang mencakup 50% - 80% dari keseluruhan halusinasi.
15
Halusinasi merupakan keadaan seseorang mengalami perubahan dalam pola
dan jumlah stimulasi yang diprakarsai secara internal atau eksternal disekitar
dengan pengurangan berlebihan, distorsi, atau kelainan berespon terhadap
setiap stimulasi (Townsend, 2009) dan halusinasi juga merupakan perubahan
dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang diterima dan disertai dengan
penurunan berlebihan distorsi atau kerusakan respon beberapa stimulasi
(NANDA, 2009). Halusinasi juga merupakan persepsi yang salah atau palsu
tetapi tidak ada rangsangan yang menimbulkannya (tidak ada objeknya).
Halusinasi muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan dengan
kepribadian seseorang.Karena itu,halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman
psikologis seseorang (Baihalqi, 2007).Kebanyakan klien yang mengalami
halusinasi sering tidak patuh dengan terapi minum obat secara teratur sehingga
dapatmemicu terjadinya kekambuhan pada klien itu sendiri.
Kekambuhan merupakan keadaan penyakit setelah berada pada periode
pemulihan yang disebabkan 3 faktor yaitu: aspek obat, aspek klien, aspek
keluarga (Wardani, Hamdani dan Wiarsih, 2009) dan hasil penelitian Siahaan
dan Wardani (2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidak patuhan minum obat klien halusinasi yang mengalami kekambuhan/
relaps yang mencakup factor penyakit yang mempengaruhi ketidak patuhan
minum obat sebanyak 81 orang (81,2%) tidak patuh, faktor regimen terapi
yang mempengaruhi ketidak patuhan minum obat sebanyak 73 orang (73,7%)
tidak patuh, dan faktor interaksi klien dengan professional kesehatan yang
memepengaruhi ketidak patuhan minum obat sebanyak 58 orang (58,6%)
tidak patuh. Kesimpulannya bahwa tingginya angka ketidak patuhan minum
obat pasien skizofrenia akan mengalami kekambuhan dan harus dirawat
kembali di rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan ataupun perawatan.
Kekambuhan sebagai akibat dari regimen teraupetik tidak efektif dapat lebih
parah dan bahaya dari pada klien gangguan awitan awal (Weiden, 2007 dalam
wardani, 2009)dan banyak alasan pengobatan antara lain: (1) Kesulitan
16
mengingat kapan dan apakah obat sudah diminum. (2) Kesulitan memenuhi
jadwal rutin minum obat.(3) Memutuskan untuk mengurangi dosis obat tanpa
anjuran dari dokter. (4) Menghentikan pengobatan karena merasa pengobatan
sudah tidak diperlukan. Kegagalan dalam minum obat sesuai program adalah
alasan paling sering dalam kekambuhan sehingga kembalilagi masuk kerumah
sakit untuk mendapatkan pengobatan maupun perawatan.
Oleh sebab itu, berdasarkan pendekatan psikososial, dalam pemberian
treatment, terapi media atau biologis tidak dapat berdiri sendiri. Salah satu
cara agar dapat patuh minum obat dengan memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien juga keluarga agar dapat mengerti pentingnya
minumobat
(Saputra & Hidayat, 2010). Dan klien juga harus dimotivasi dan yakinkan
pada klien dengan patuh minum obat klien akan cepat sembuh dan terhindar
dari kekambuhan penyakitnya dan dapat meneruskan pengobatan itu dengan
benar tanpa pengawasan (Purnamasari et al, 2013).
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan yaitu suatu
prosesuntuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan tidak hanya mengkaitkan diri pada peningkatan
atau memperbaiki lingkungan (baik secara fisik maupun non fisisk) dalam
rangka memelihara dan meningkatkankesehatan mereka (Notomodjo, 2007).
Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan pada diri seseorang yang
di hubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu dan masyarakat.
Pendidikan kesehatan tentang halusinasi sangat penting diberikan kepada
pasien dan keluarga.Pendidikan kesehatan merupakan kombinasi pengalaman
dasar
yang
direncanakan
kesempatanbagi
untuk
individu,kelompok
belajar
teoritis
dan
masyarakat
yang menyediakan
untuk
menerima
informasi dan keahlian yang diperlukan dalam mengambil keputusan untuk
kesehatan (Pardede, Edelman & Mandle, 2013) juga dapat didefenisikan
sebagai kombinasi pengalaman belajar yang direncanakan untuk memfasilitasi
tindakan kondusif untuk kesehatan.
17
Pendidikan kesehatan yang profesional memfasilitasi modifikasi perilaku
kesehatan yang aplikasinya sistematis, terencana, yang memenuhi syarat sebagai
ilmu, melibatkan seperangkat teknik bukan seperti menyiapkan brosur, informasi
pendidikan
kesehatan
dan
video,
tetapi
penelitian
yang
dilakukan
merekomendasikan pemberian leafleatyang akan digunakan untuk pemberian
penjelasan kepatuhan minum obat serta memberikan diskusi kelompok yng
bertujuan untuk mempengaruhi perilaku (Pardede, Sharma dan romas, 2013)
sehingga bisa dikatakan pendidikan kesehatan mempengaruhi perilaku kesehatan
individu, kelompok, dan masyarakat secara positif.Hasil dari pemberian
pendidikan kesehatan diharapkan klien dapat meningkatkan pengetahuannya agar
perilakunya berubah dan mau patuh dalam minum obat dan klien perlu diajarkan
untuk menerima keadaanya dan mampu berkomitmen untuk kesembuhannya.
Hasil survey yang didapat penulis dari Medikal Record tahun 2014 di Rumah
Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Daerah Provsu Medanpada bulan
Januari sampai Desember bahwa pasien gangguan jiwa sebanyak 2070 orang
dan 13.065 orang mengalami skizofrenia, pasien yang rawat jalan sebanyak
11.059 atau 77.1% dan dirawat inap sebanyak 2006 atau 96.9% sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada klien halusinasi dengan
melakukan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap penurunan
gejala halusinasi pada klien skizofrenia.
Berdasarkan hasil studi terdahulu yang dilakukan oleh peneliti kepada salah
satu perawat Rumah Sakit Jiwa daerah Provsu Medan mengatakan bahwa
masih banyak pasien halusinasi yang tidakpatuh minum obat dan masih ada
yang mengalami kekambuhan. Peneliti juga menanyakan kepada perawat
tentang Pendidikan kesehatann apa saja yang dilakukan kepada pasien
halusinasi,perawat
mananggapinya
dengan
mengatakan
tidak
pernah
melakukan pendidikan kesehatan kepada pasiennya, tapi perawathanya
menasehati pasien agar rajin untuk minum obat.
18
Dari hasil pertanyataan perawat tersebut peneliti mempunyai asumsi bahwa
pendidikan
kesehatan
tentang
kepatuhan
minum
obat
juga
dapat
mempengaruhi pasien halusinasi tidak patuh dalamminum obat.Maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh Pendidikan kesehatan
Terhadap kepatuhan minum obat pada pasien halusinasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di uraikan di atas maka
penelitimenyusun serangkaian rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Ditemukan penderita gangguan jiwa sebanyak 2070 orang yang dirawat di
ruang rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu
Medan
2. Ditemukan penderita skizofrenia sebanyak 2006 (96.9%) orang yang
dirawat
di
ruang
rawat
inap
di
Rumah
Sakit
Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan mengalami masalah atau
diagnosa keperawatan Halusinasi
3. Ditemukan pasien kambuh sebanyak 55% dari 65% klien mengalami
halusinasi
4. Peneliti yang mengkombinasikan Pendidikan kesehatan kepatuhan minum
obat belum diterapkan dalam perubahan gejala dan peningkatan
kemampuan
mengontrol
halusinasi
di
Rumah
Sakit
Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan
5. Belum diketahui sejauh mana pendidikan kesehatan kepatuhan minum
obat dalam perubahan gejala dan peningkatan kemampuan mengontrol
halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti berminat mengambil judul
“Pengaruh pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap perubahan
gejala
halusinasi
pada
klien
skizofrenia
di
Rumah
Sakit
JiwaProf.Dr.Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan tahun 2015.
19
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat
terhadap perubahan gejala halusinasi pada klien skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan 2015.
2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus peneliti adalah:
a. Mengetahui tingkat kepatuhan minum obat sebelumdan sesudah pemberian
pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap perubahan gejala
halusinasi
pada
klien
skizofrenia
di
Rumah
Sakit
Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan tahun 2015 sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan.
b. Mengetahui Analisa gejala halusinasi sebelum diberikan pendidikan
kesehatan
kepatuhanminum
obat
di
Rumah
Sakit
Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan tahun 2015 setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
c. Mengetahui perubahan gejala halusinasi klien skizofrenia sesudah
diberikan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap
penurunan
gejala
halusinasi
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem
Provsu
di
Rumah
Medan
tahun
Sakit
Jiwa
2015
setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Mengetahui perbedaan gejala halusinasi klien skizofrenia sesudah
diberikan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap
penurunan
gejala
halusinasi
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem
Provsu
dilakukan pendidikan kesehatan.
di
Rumah
Medan
tahun
Sakit
Jiwa
2015
setelah
20
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada
berbagai pihak
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi responden untuk lebih
patuh minum obat.
2. Bagi Peraktek Keperawatan
Sebagai penambahan informasi bagaimana peningkatan pemberian
pendidikan kesehatan pada klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa terutama
di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Menambah pengetahuan dan sebagai data tambahan informasi terkait
dengan pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan minum obat pada klien
halusinasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Skizofrenia
1. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada
persepsi, pikiran, dan perilaku seseorang.Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun deficit kognitif
tertentu dapat berkembang (Sadock, 2003).
Skizofrenia merupakan sebuah sindrom kompleks yang dapat merusak pada
efek kehidupan penderita maupun anggota-anggota keluarganya atau
gangguan mental dini untuk melukiskan bentuk psikosis tertentu yang sesuai
dengan pengertian skizofrenia sekarang (Duranddan H.Barlow, 2007).
2. Tipe Skizofrenia
Diagnosa Skizofrenia berawal dari Diagnostik and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM) yaitu: DSM-III (American Psychiatric Assosiation, 1980) dan
berlanjut dalam DSM-IV (American Psychiatric Assosiation,1994) dan DSM-IV-TR
(American Psychiatric Assosiation,2000). Berikut ini adalah tipe skizofrenia dari
DSM-IV-TR 2000. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan yaitu
(Davison, 2006) :
a. Tipe Paranoid
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau
halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif
yang relatif masih terjaga.Waham biasanya adalah waham kejar atau
waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain
(misalnya waham kecemburuan, keagamaan, atau somalisas) mungkin
juga muncul.Ciri-ciri lainnya meliputi ansietas, kemarahan, menjaga jarak
dan suka berargumentasi dan agresif.
21
22
b. Tipe Disorganized (tidak terorganisasi)
Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau,
tingkah laku kacau dan afek yang datar atau inappropriate.
Pembicaraan yang kacau dapat disertai kekonyolan dan tertawa yang
tidak erat kaitannya dengan isi pembicaraan.Disorganisasi tingkah laku
dapat membawa pada gangguan yang serius pada berbagai aktivitas
hidup sehari-hari.
c. Tipe Katatonik
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang
dapat meliputi ketidakbergerakan motorik (waxy flexibility). Aktivitas
motor yang berlebihan, negativisme yang ekstrim, sama sekali tidak
mau bicara dan berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak
terkendali, mengulang ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti
tingkah laku orang lain (echopraxia).
d. Tipe Hebefrenik
Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan
perubahan pola simptom-simptom yang cepat menyangkut semua
indikator
skizofrenia.
Misalnya,
indikasi
yang
sangat
ruwet,
kebingungan (confusion), emosi yang tidak dapat dipegang karena
berubah-ubah, adanya delusi, referensi yang berubah-ubah atau salah,
adanya ketergugahan yang sangat besar, autisme seperti mimpi,
depresi, dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan
ketakutan.
e. Tipe Residual
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari
skizofrenia tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau
sisa, seperti keyakinan-keyakinan negatif, atau mungkin masih
memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional.Gejala-
23
gejala residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiranpikiran ganjil, inaktivitas dan afek datar.
3. Etiologi Skizofrenia
Menurut model stress-diathesis, ada integrasi dari faktor biologis,
psikososial, dan lingkungan yang membuat seseorang memiliki kerentanan
spesifik terhadap stres. Kondisi stres dapat memicu berkembangnya gejala
skizofrenia dalam diri seseorang.Sumber stres dapat berupa biologis
seperti infeksi, lingkungan seperti kondisi stres keluarga, ataupun
gabungan keduanya (Pardede, 2013 dalam Sadock, 2006).Skizofrenia
merupakan suatu gangguan yang menyerang jiwa manusia.Tapi walaupun
demikian, faktor neurologist juga turut berpengaruh terhadap timbulnya
skizofrenia. Di bawah ini terdapat beberapa sebab timbulnya skizofrenia,
yaitu:
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya skizofrenia meliputi
factor biologis, psikologis, dan sosiokultural.
1) Faktor biologis
Faktor biologis yang dapat menyebebkan terjadinya skizofrenia
antara
lain:
factor
genetik,neuroanatomi,
neurokimia
dan
imunovirologi (Videbeck, 2011).
a) Genetik
Meskipun merupakan factor resiko yang signifikan, belum ada
penanda genetic yang didefinisi. Resiko terjangkit skizofrenia
bila gangguan ini ada dalam keluarga meliputi: resiko12%
sampai 15%, kedua orang tua terkena penyakit; resiko 35%
sampai 39%, saudara kandung yang terkena; resiko 8% sampai
10%, kembar dizigotik yang terkena; risiko 50% (Isaacs, 2005).
Sehingga dapat dikatakan factor genetic dapat menjadi salah
satu penyebab terjadinya skizofrenia dan mengetahui risiko
seseorangmengalami
keturunannya.
skizofrenia
dilihat
dari
factor
24
b) Neuroanatomi
Perkembangan teknik pencitraan non invasive, seperti CT
Scan, magnetik resonanse imaging (MRI), danpositron
emission tomography (PET) dalam 25 tahun terahir, para
ilmuan mampu meneliti struktur otak(neuroanatomi) individu
yang menderita skizofrenia. Penelitian menunjukkan bahwa
individumyang menderita skizofrenia memiliki jaringan otak
yang relative sedikit, hal ini memperhatikan suatu kegagalan
perkembangan atau kehilangan jaringan selanjutnya. CT Scan
menunjukkan pembesaran ventrikel otak dan atropi korteks
otak (Videbeck, 2011).
c) Neurokimia
Teori neurokimia yang paling terkenal saat inin mencakup
dopamine
dan
serotonin
dan
teori
ini
dikembangkan
berdasarkan dua tipe observasi. Pertama, obat-obatan yang
meningkatkan aktivitas pada sistem dopaminergi, seperti:
ampetamin dan lovodopa, kadang-kadangmenyebabkan reaksi
psikotik paranoid yang sama denggan skizofrenia. Kedua,
obat-obatan yang menyekat reseptor dopamin pascasipnatik
mengurangi gejala psikotik yang pada kenyataannya semakin
besar kemampuan obat untuk menyekat reseptor dopamin,
semakin efektif obat tersebut dalam mengurangi gejala
skizofrenia (Bhucana & Carpenter, 2005 dalam Videbeck,
2011).
d) Imunovirologi
Teori popular yang mengatakan bahwa perubahan patologi
otak pada individu yang menderita skizofrenia dapat
disebabkan oleh pajanan virus, atau respon imun tubuh
terhadap virus dapat mengubah fisiologi otak menunjukkan
25
tingginya insiden terjadinya skizofrenia setelah kehamilan
terpapar dengan influenza (Sadock, 2007). Hal ini mendukung
bahwa para peneliti memfokuskan infeksi pada ibu hamil
sebagai kemungkinan penyebab awal skizofrenia di ikuti
efidemik flu (Videbeck, 2011) Sehingga bias dikatakan ibu
hamil yang terkena infeksi bias menyebabkan skizofrenia.
b. Faktor Psikologi
Pada awal teori didapatkan ada kurangnya hubungan antara orang tua
dan anaknya dan disfungsi pada sistem keluarga yang dapat menjadi
penyebab terjadinya kejadian skizofrenia (Townsend, 2009). Pada
penelitian lain dikatakan skizofrenia pada anak dapat menunjukkan
adanya kelainan secara halus yaitu pada perhatian, kemampuan social,
koordinasi, fungsi neuromotor secara respon emosional sebelum
mereka menunjukkan gejala yang jelas dari skizofrenia (Schiffman et
al, 2004 dalam Stuart, 2009).
c. Faktor Sosiokultural
Menurut Townsend (2009) factor social cultural meliputi fungsi dalam
keluarga, komunikasi double bind serta ketidak mampuan seseorang
untuk
memenuhi
tugas
perkembangannya.Videbeck
(2008)
mendukung pernyataan ini bahwa skizofrenia terjadi karena factor
interfesonal
yang
meliputi
komunikasi
yang
tidak
efektif,
ketergantungan yang berlebihan atau menarikdiri dalam hubungan, dan
kehilangan control emosi. Kondisi ini menunjukkan bahwa komunikasi
yang tidak efektif pada anak dapat menjadikan mereka kurang percaya
diri sehingga sulit untuk berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang
lain, bahkan anak dapat bertindak semena-mena adanya kesulitan
dalam mengontrol emosi yang mengarah pada skizofrenia.
26
d. Faktor Presipitasi
1) Faktor Biologis
Faktor stressor yang menjadi presipitasi skizofrenia secara biologis
dapat disebabkan oleh gangguan umpan balik diotak yang
mengatur jumlah dan waktu dalam proses informasi. Stressor
biologis meliputi penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan
struktur otak. Faktor biologis lainnya yang merupakan presipitasi
bias menjadi presipitasi dengan memperhatikan asal stressor, baik
internal atau lingkungan eksternal indiviu. Sehingga penting untuk
dikaji dariwaktu dan frekuansi terjadinya halusinasi (Stuart dan
Laraia, 2005).
2) Faktor Psikologis
Stressor psikologis merupakan pengalaman mendapatkan abuse
dalam keluarga atau dimasyarakat dengan kegagalan dan untuk
stressor lain diantaranya adalah aturan dimasyarakat, tuntutan
masyarakat yang tidak realistic sesuai kemampuan. Faktor
pencetus individu mengalami skizofrenia secara psikologis dapat
diakibatkan oleh toleransi terhadap koping, individu yang tidak
efektif, inpulsifdan membayangkan atau secara nyata adanya
ancaman terhadap keberadaan dirinya, tubuh atau kehidupan, yang
menjadi klien berperilaku maladpatif rendah diri, perilaku
kekerasan dan kesalahan mempersepsikan stimulasi yang tampak
pada klien halusinasi. Hal ini didukung oleh fontaine (2009) yang
mengatakan bahwa perilaku agresif atau biasa terjadi karena
adanya perasaan marah atau kemarahan, ansietas, rasa bersalah,
frustasi atau pencurigaan (Towsend, 2009). Sehingga dengan
adanya factor pencetus atau factor presipitasi yang telah dijelaskan
diatas, mampu menyebabkan halusinasi.
27
3) Faktor Sosiokultural
Faktor ini sangat memicu terjadinya skizofrenia, dimana sudah
banyak penelitian yang menghubungkan terhadap kelas social.Data
statistic epidemiologi telah menunjukkan bahwa individu dari kelas
social ekonomi rendah lebih besar mengalami gejala-gejala yang
berhubungan dengan skizofrenia dibandingkan yang berasal dari
kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi (Ho, Black, dan
Andreasan, 2003 dalam Barlow dan Durand 2005).
4. Tanda dan Gejala Skizofrenia
Penilaian yang dilakukan individu saat menghadapi stressor yang
datang dengan mempergunakan respon kognitif, afektif, perilaku,
dan sosial. Bisa dikatakan penilaian kognitif adalah suatu mediator
dimana individu dapat menganalisa stressor yang ada lingkungan
yang berhubungan dengan dirinya dimana individu yang mengalami
halusinasi tidak mampu untuk berfikir konkrit. Sedangkan respon
afektif merupakan respon yang dirasakan saat terjadi stressor yang
berkaitan dengan ekspresi emosi seperti gembira/senang maupun
sedih. Respon perilaku adalah respon yang terjadi saat adanya
perubahan fisiologis sebagai suatu kemampuan dalam bertindak
dalam mempergunakan pikiran dalam menghadapi stressor yang
datang berupa reflek karena respon perilaku ditentukan oleh
kemampuan
kognitif
dalam
menentukan
seseorang
dalam
berperilaku. Sedangkan respon sosial dipengaruhi orang-orang yang
terdekat
individu dalam
menghadapi stressor
yang datang.
Kesimpulannya penilaian stressor merupakan penilaian disaat
stressor datang yang menimbulkan tanda dan gejala yang dilihat dari
respon kognitif, afektif, perilaku, dan sosial.
28
a.
Gejala positif skizofrenia
1) Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional
(tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif
bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap
meyakini kebenarannya.
2) Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan
(stimulus). Misalnya penderita mendengar suara-suara atau
bisikan-bisikan ditelinganya padahal tidak ada sumber dari suara
atau bisikan itu.
3) Kekacauan
alam
pikiran,
yaitu
dapat
dilihat
dari
isi
pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat
diikuti alur pikirannya.
4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara
dengan semangat dan gembira berlebihan.
5) Merasa dirinya “orang besar”, merasa serba mampu, serba hebat
dan sejenisnya.
6) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada
ancaman terhadap dirinya.
7) Menyimpan rasa permusuhan gejala-gejala positif skizofrenia
sebagaimana diuraikan dimuka amat menggangu lingkungan
(keluarga) dan merupakan salah satu motivasi keluarga untuk
membawa penderita berobat.
b.
Gejala Negatif Skizofrenia
Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia
adalah sebagai berikut:
1)
Alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam
perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan
ekspresi.
29
2)
Menarik diri atau mengasingkan diri (with drawn) tidak mau
bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day
reaming).
3)
Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.
4)
Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
5)
Sulit dalam berpikir abstrak.
6)
Pola pikir streotip.
7)
Tidak ada atau kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan
tidak ada inisiatif, tidak upaya dan usaha, tidak ada spontanitas
monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas (kehilangan
nafsu) (Hawari, 2009).
c.
Gejala-gejalanya yang penting antara lain:
1)
Dingin perasaan, tak ada perhatian pada apa yang terjadi
disekitarnya. Tidak terlihat padanya reaksi emosional terhadap
orang yang terdekat kepadanya, baik emosi marah, sedih dan
takut. Segala sesuatu dihadapinya dengan acuh tak acuh.
2)
Banyak tenggelam dalam lamunan yang jauh dari kenyataan,
sangat sukar bagi orang untuk memahami pikirannya. Dan
penderita lebih suka menjauhi pergaulan dengan orang banyak,
dan suka menyendiri.
3)
Mempunyai prasangka-prasangka yang tidak benar dan tidak
beralasan.
4)
Sering terjadinya salah tanggapan atau terhentinya pikiran.
5)
Halusinasi pendengaran, penciuman atau penglihatan, seakanakan penderita mendengar orang lain membicarakannya.
6)
Penderita banyak putus asa dan merasa bahwa penderita adalah
korban kejahatan orang banyak dan masyarakat.
7)
Keinginan menjauhkan diri dari masyarakat, tidak mau bertemu
dengan orang dan sebagainya.
30
Respon emosional yang terjadi pada penderita skizofrenia dapat
berupa kesulitan dalam pemberian nama dan penguraian emosi
(alekstamia),
kurang memiliki
perasaan,
emosi,
minat,
atau
kepedulian, dan ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk
mengalami kesenangan, kebahagiaan, keakraban, dan kedekatan.
B. Konsep Halusinasi
1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah ketidak mampuan klien menilai dan merespon pada
realitas klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal,
tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan,klien tidak mampu
memberikan respon secara aakurat sehingga tampak berlaku yang sukar
dimengerti dan mungkin menakutkan (Keliat,2006).
Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
rangsangan dari luar (Yosep, 2007). Halusinasi adalah salah satu
gejalagangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori
seperti merasakan berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan (Fitri,2009).
Menurut teori lain bahwa halusinasi adalah salah satu gejala gangguan
sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Psien merasakan
sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan
tanpa stimulasi yang nyata (keliat, 2012).
31
2. Rentang Respon Halusinasi
RESPON ADAPTIF
1. Pikiran logis
2. Persepsi akurat
3. Emosi konsisten
dengan
pengalaman
4. Perilaku sesuai
5. Berhubungan
social
3.
RESPON MALADAPTIF
1. Distorsi pikiran
2. Ilusi
3. Reaksi emosional
>/<
4. Perilaku
anah/
tidak biasa
5. Menarik diri
1. Gangguan piker /
delusi
2. Sulit
merepon
emosi
3. Perilaku
disorganisasi
4. Isolasi sosial
Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) halusinasi terdiri dari 6 jenis yaitu:
a. Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara atau bisikan yang kurang jelas sampai kata-kata
yang
jelas
berbicara
tentang
klien.Sehingga
tidak
jarang
klienbertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut.
b. Halusinasi Penglihatan
Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya,gambaran geometris
gambaran kartun,bayangan yang rumit atau kompleks.
c. Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa bau darah,urin atau feses.
d.
Halusinasi Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulasi yang jelas
merasa diraba,sentuhan atau ditiup.
32
4.
Etiologi
Gangguan otak karena kerusakan otak racun, obat halusinogenik,
gangguan jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan
ilusi,psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi, dan pengaruh
lingkungan sosio-budaya,sosio-budaya yang berbeda menimbulkan
persepsi berbeda atau orang yang berasal dari sosio-budaya yang
berbeda (Sunaryo, 2004).
5. Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi Pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari
gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa.bentuk halusinasi ini
bisa berupa suara-suara bising atau mendegung.Tetapi sering berupa katakata yang tersususn dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah
laku klien,sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti: bicara
sendiri,bertengkar atau respons lainyang berbahayakan.Bisa juga klien
bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan
penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati.
6. Faktor-faktor mempengaruhi Halusinasi
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan system saraf yang berhubungan
dengan respon neorobiologis yang mal adaptif.
2) Psikologis
Penolakanatau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien
3) Sosial budaya
Seperti
kemiskinan,
konflik
sosial
budaya
(perang,
kerusakan,bencana alam) dan kehidupan yang tersolasi disertai
stress.
33
b. Faktor Presipitas
1) Biokimia
Dopamine, norepineprin, zat halusinagen dapat menimbulkan
persepsi yang diinginkan oleh klien sehingga klien cenderung
membenarkan apa yangdikhayal.
2) Sosial budaya
Teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat menyebabkan
terjadinya respon neurobiologist yang maladaptifve, misalnya
lingkungan yang penuh dengan kritik (bermusuhan); kehilangan
kemandirian dalam kehidupan; kehilangan harga diri ; kerusakan
dalam hubungan interpersonal; kesepian; tekanan dalam pekerjaan,
dan kemiskinan.
7. Tanda dan Gejala
Menurut Struartdan Sunden (1998) seperti dikutip hamid (2005) klien
yang mengalami halusinasi memperlihatkan gejala seperti berikut:
a.
berbicara sendiri
b.
Senyum sendiri
c.
Tertawa sendiiri
d.
Menarik diri dari orang lain
e.
Tidak dapat membedakan yang nyata atau tidak nyata
f.
expresi muka tegang
g.
Mudah tersinggung,jengkel dan marah
h.
Perilaku panik,curiga dan bermusuhan
i.
Bertindak merusak diri,orang lain dan lingkungan
j.
Tidak dapat mengurus diri
k.
Menggerakkan bibir tanpa suara
l.
Diam
m. Berkeringat
n.
Tremor
34
C. Konsep Kepatuhan Minum Obat
1. Definisi kepatuhan minum obat
Kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan
ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Niven, 2002). Atau
juga
dapat
didefenisikan
bahwa
kepatuhan
digunakan
untuk
menggambarkan perilaku bahwa pasien akan mengubah perilakunya atau
“patuh” karena mereka diminta untuk itu (Brunner & Suddart,
2002).Kepatuhan dalam pengobatan dapat diartikan sebagai peilaku
pasien yang mentaati semua nasehat daan petunjuk yang dianjurkan oleh
kalangantenaga medis (AustraliaCollage of Pharmacy, 2001).
Pendapat lain mengenai kepatuhan adalah kerelaan seseorang untuk
melakukan suatu permintaan yang sebenarnya tidak ingin dilakukan.
Dapat disimpulkan bahwa kepatuhan minum obat merupakan perilaku
yang muncul akibat permintaan atau saran dari orang lain mengenai tata
cara menjalani sebuah program pegobatan, terjadi karena adanya
kebutuhan akan peningkata status kesehatan pasien. Kepatuhan ini dapat
dilihat, dinilai, diukur dan diukur dengan menggunakan sebuah
instrument (alat ukur), untuk itu perlu kita ketahui lebih lanjut
karekteristik dari sebuah perilaku kepatuhan. Kepatuhan minum obat
merupakan Suatu keadaan yang diharapkan dalam memenuhi kebutuhan
minum obat untuk menghindari kekambuhan atau relaps (Pardede, 2014).
2.
Karateristik Kepatuhan
Kepatuhan program teraupetik adalahperilaku pasien dalam mencapai
perawatan kesehatan seperti: upaya aktif, upaya kolaborasi, suka rela
antara pasien dan provider. Termasuk didalamnya mengharuskan pasien
membuat perubahan gaya hidup untuk menjalani kegiatan spesifik seperti
minum obat (Brunner & Suddart, 2002). Sedangkan hasil penelitian
Wardani (2009) menunjukkan tolak ukur perilaku kepatuhan minum obat
yaitu adanya kerja sama keluarga dan pasiendalam pemberian obat,
35
kesadaran diri terhadap kebutuhan obat, kemandiriian minum obat dan
kedisiplinan minum obat. Selain itu perilaku patuh minum obat diikuti
dengan control rutin setelah dirawat dirumah sakit. Menurut Samalin
(2010) karakteristik kepatuhan partial meliputi: pasien mengurangi dosis
yang ditentukan oleh pasien sendiri atau hanya mengalami pengobatan
mereka dari waktu ke waktu.
3. Alat ukur kepatuhan
Kepatuhan sulit untuk dialisa, karena sulit didefenisikan, diukur dan
tergantung pada banyak faktor. Kebanyakan berhubungan dengan
ketidaktaatan
minum obat sebagai cara pengobatan, misalnya: tidak
minum cukup obat, terlalu abnyak dan minum obat diluaryang diresepkan.
Metode untuk mengukur kepatuhan dilihat dari sejauh mana paara pasien
mematuhi nasihat dokter dengan baik, meliputi: laporan pasien, laporan
dokter.
4. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Berbagai factor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan minum obat,
diantaranya adalah: penyakit, individu, petugas kesehatan, obat yang
dikonsumsi dan lingkungan pasien (Niven, 2002). Berikut akan diuraikan
satu persatu dan dilengkapi dengan konsep lain dikemukakan oleh Brunner
& Suddart (2002) serta Fleischhacker (2003).
a. Individu
Variabel demografi yang mempengaruhi kepatuhan seperti: usia, jenis
kelamin, suku bangsa, status sosio ekonomi dan pendidikan (brunner
&Suddart, 2002) sedangkan Fleischhecker (2003) menguraikan usia,
jenis kelamin, gangguan kognitif, dan sikopatologi sebagi factor yang
mempengaruhi kepatuhan. Pada pria diusia dewasa awal memiliki
kecenderungan tidak patuh karena kegiatan di usia produktifnya. Usia
lanjut menunjukkan kepatuhan tyang rendah karena penurunan
kapasitas fungsi memori dan penyakit regenerative selain halusinasi
36
yang di alaminya. Tingkat kepatuhan wanita lebih tinggi daripada pria,
wanita muda lebih patuh dari pada wanita tua.Pasie dengan gejala
positif (waham dan maniak) sulit terhadappengobatan karena
merasadipaksa dan takut di racuni. Faktor individu lain yaitu:
kurangnya
informasi
(pengetahuan)
gangguan
kognitif
dan
komordibitas (Samalin, 2010).
b. Penyakit
Menurut Brunner & Suddart (2002) variabel penyakkit seperti
kaparahan
penyakit
mempengaruhi
dan
hilangannya
gejala
akibat
terapi
kepatuhan pasien terhadap program pengobatan.
Fleischhacker (2003) menjelaskan pasien dengan gejala negatife dapat
memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi ataupun rendah, bias karena
kurangnya motivasi ataupun sebaliknya pasien tidak berani menolak
anjuran medis dan mengikuti saja apa yang disarankan mengenai
program pengobatannya.
c. Obat yang dikonsumsi
Menurut Videbeck (2008) factor yang mempengaruhi pengobatan
meliputi: efeksamping, dosis yang diberikan, cara penggunaan, lama
pengobatan, biaya pengobatan dan jumlah obat yang harus diminum
semakin
banyak
kemungkinan
jumlah
besar
obat
makin
yang
rendah
direkomendasikan
tingkat
kepatuhan
maka
karena
kompleksitas pengobatan yang harus dijalankan. Samalin (2010)
menjelaskan
hubungan
obat
yang
dikonsumsi
mempengaruhi
kepatuhan diantaranya terutama terkait dengan kemajuan dan
tolerabilitas antipsikotik.
d. Petugas kesehatan
Kualitas interaksi antara pasien dengan petugas kesehatan menentukan
derajat kepatuhan. Kegagalan pemberian informasi lengkap tentang
37
obat dari tenaga kesehatan bias menjadi penyebab ketidak patuhan
pasien meminum obatnya. Menurut Fleischhacker (2003) pemberian
perawatan lanjut ketika dirumah, keyakinan tenaga kesehatan terhadap
suksesnya pengobatan, hubungan yang baik pasien dan tenaga
kesehatan
dan
mempengaruhi
efektivitas
dari
kepatuhan
pasien
perawatan
dalam
pada
rawat
menjalani
jalan
program
pengobatan.
e. Lingkungan klien
Keluarga dapat mempengaruhi keyakinan, nilai kesehatan dan
menentukan
program
pengobatan
yang
dapat
diterima
oleh
klien.Keluarga berperan dalam pengambilan keputusan tentang
perawatan anggota keluarga yang sakit, menentukan keputusan
mencari dan mematuhi anjuran pengobatan.Menurut salimin (2010),
factor lingkungan, seperti tingkat dukungan social yang tersedia, juga
predictor yang akurat dari kepatuhan.
5. Proses terjadinya prilaku ketidak patuhan
Hasil penelitian studi kulitatif oleh Wardani (2009) menemukan penyebab
ketidakpatuhan dari factor individu adalah: sikap negative terhadap
pengobatan, penyangkalan terhadap penyakit, manfaat obat dan sikap
selektif terhadap caregiver. Selain itu, efek samping obat terhadap fisik,
seksualitas, aktivitas, dan tingkat konsentrasi menjadi alasan klien tidak
patuh, bahkan sampai menghentikan minum obat. Sikap negative keluarga
ini seperti: respon simpati terhadap efek samping obat yang dirasakan
pasien, secara tidak langsung menyebabkan pasien tidak patuh. Sikap
negative dari keluarga besar terhadap pengobatan meliputi sikap
mendukung ketidak patuhan dan ungkapan yang menurunkan motivasi
minum obat.
38
6. Cara meningkatkan kepatuhan
Beberapa metode pendekatan untuk mendukung kepatuhan pasienminum
obat diantaranya: pendidikan, akomondasi, modifikasi, factor lingkungan
social, perubahan model terapi dan miningkatkan interaksi professional
kesehatan dengan pasien (Australian college of pharmacy practice, 2001).
Pemberian terapi perilaku modeling partisipan yang dimaksud dengan
melalui pendekatan pendidikan dengan cara memberikan contoh kinerja
yang suksesterhadap kepatuhan minum obat, mendampingi saat minum
obat, pasien diminta minum obat tanpa mendampingi selanjutnya pasien
aktif minum obat secara mandiri, sehingga akan menghasilkan minumobat
(Nelson, 2011).
D. Konsep Pendidikan Kesehatan
1. Definisi Pendidikan Kesehatan
Promosi kesehatan (Health Promotion) adalah prosess pemberdayaan
masyarakat untuk memlihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya
(the process of enabling people to control over and improve their health),
lebih luas dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan.Pendidikan
ataupenyuluhan kesehatan merupakan bagian penting dari promosi
kesehatan
(Depkes,
2008).Pendidikan
atau
penyuluhan
kesehatan
menekankan pada pendekatan edukatif, sedangkan pada promosi
kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang
banyak dilakukan pada tingkat masyarakat di strataprimer (istilah gerakan
pemberdayaan masyarakat, juga menekankan upaya advokasi, terutama
untuk strata tersiar yaitu pembuat keputusan atau kebijakan; Depkes,
2008).
Pendidikan berorientasi pada pemmemungkinkan berian informasi.Akan
tetapi, jika dihubungkan dengan tujuan demi mencapai kesehatan yang
lebih baik pendekatan ini terlalu sempit. Pendidikan kesehatan
memusatkan pada gaya hidup perorangan, dan dapat mengarah pada
39
menyalahkan korban sehingga banyak pemikiran telah dieksplorasikan
terhadap masalah-berbas(Notoatmodjo, 2013). WHO menekankan bahwa
promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan
individu meningkatkan control terhadap kesehatan dan meningkatkan
kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri
sendiri (self empowerment).
Pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat merupakan pemberian
informasi kepada klien untuk mempengaruhi klien agar patuh meminum
obat sehingga tidak menimbulkan kekambuhan dan tidak kembali lagi
kerumah sakit untuk dirawat inap (Pardede, 2013).
2. Tujuan Pendidikan dan Kesehatan
Secara umum, tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku
individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Akan tetapi, perilaku
mencakup hal yang luas sehingga perilaku dikategorikan secara mendasar
sehingga rumusan tujuan pendidikan kesehata dapat dirincikan sebagai
berikut:
a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai dimasyarakat. Oleh
sebab itu, pendidikan kesehatan bertanggung jawab mengarahkan caracara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada. Adakalakan ecara berlebihan atau justru
sebaliknya, kondisi sakit, tetapi tidak menggunakan sarana kesehatan
yang ada dengan semestinya.
40
E. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya
maka dapat di gambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Skema 2.1
Kerangka konsep
Variabel Dependen
Gejala Halusinasi
1. Kognitif
Keterang
2. Afektif
3. Fisik
4. Perilaku
5. Sosial
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pendidikan Kesehatan
Sesi
Sesi
: 1. Penjelasan pengobatan
untuk klien skizofrenia
dengan halusinasi
: 2. Penetapan tujuan dan
bentuk rencana
tindakan
Perubahan Halusinasi
1. Kognitif
2. Afektif
3. Fisik
4. Perilaku
5. Sosial
F. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh signifikan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat
terhadap penurunan gejala halusinasi pendengaran pada klien skizofrenia.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan model atau metode yang digunakan peneliti
untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya
penelitian (Darma, 2011) yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat
menentukan penelitian untuk memperoleh jawaban terhadap pertanyaan
penelitian (Sastroasmoro, 2011) Penelitian ini merupakan desain peneliti yaitu
quasi Experimental pre-post test dengan intervensi dan pendidikan kesehatan
kepatuhan minum obat.
Skema 3.1
Pretest
Intervensi
O1
Posttes
O2
X
O2
Keterangan :
O1
X
O2
: Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
: Pendidikan kesehatan
: Setelah dilakukan pendidikan kesehatan
O2
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi pada peneliitan ini adalah seluruh pasien halusinasi pendengaran
rawat inap diRumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan
tahun 2014berjumlah 323pasien.
29
30
Tabel 3.1
Daftar Klien Skizofrenia Sebagai Responden Penelitian Pada Ruang Rawat
inap Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad.Ildrem
Provsu Medan April- Juni 2015
No Ruangan
Jumlah Klien
Jumlah Klien sebagai Responden
1
Cempaka
24
2
2
3
4
Bukit barisan
Subual-buali
Kamboja
32
40
40
2
1
2
5
6
7
8
9
10
11
Sinabung
Pusuk buhit
Gunung sitoli
Sipiso-poso
Mawar
Sorik marapi
Melur
Total
24
23
15
24
37
40
24
323
1
2
1
2
2
1
2
18
2. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah pasien Halusinasi
Pendengaran
yang
di
rawat
di
Rumah
Sakit
Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan 2015. Teknik pengambilan
sampel dengan menggunakan purposive sampling yaitu teknik penetapan
pada sampel sesuai apa yang dikehendaki agar sampel dapat mewakili
karakteristik populasi. Pengambilan sampel di Rumah Sakit Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem
Provsu
Medan
sebanyak
18
sampel.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara anggota pasien Halusinasi
yang mengikuti Pendidikan kesehatan. Jumlah pasien yang mengikuti
pendidikan kesehatan 18 orang.Pelaksanaan Pendidikan kesehatan
dilaksanakan 3 kali dalam seminggu.Standar perubahan jika dilakukan
pendidikan kesehatan apakah ada perubahan dalam perubahan gejala
halusinasi dan bila tidak ada perubahan pasien diikutkanpendidikan
kesehatan sampai pasien ada perubahan. Teknik pengambilan sampel
31
dalam penelitian ini ditetapkan dengan
suatu pertimbangan dengan
kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
1) Klien dengan masalah utama halusinasi
2) Tidak sedang dalam mengalami halusinasi
3) Mampu berbahasa Indonesia
4) Memiliki kemampuan baca tulis yang baik
5) Mau bekerja sama
b. Kriteria Ekslusi
Tidak bersedia menjadi respon
Besar sampel ditentukan dengan rumus :
N
=
=
(
(
)
) (
)
= 18 Orang
Keterangan :
n
= Jumlah sampel
N = Perkiraan besar populasi
Z = Nilai standar normal untuk a = 0.05 (1.96)
P = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
D = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0.05)
Koreksi besar sampel untuk antisipasi drop outadalah: (Sastroasmoro
& Ismael, 2011)
n’ =
(
)
Keterangan:
n „ = Besar sampel yang direncanakan
n
= Besar sampel yang dihitung
f
= Perkiraan proporsi drop out
32
n’ =
n„=
(
)
(
)
n „ = 20 sampel
C. Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian
ini
dilakukan
di
Rumah
Sakit
Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan.Pemilihan Rumah Sakit Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan sebagai tempat penelitian dengan
pertimbangan bahwa Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu
Medanmerupakan pusat pelayanan gangguan jiwa di Provinsi Sumatera Utara,
selain itu Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan juga
merupakan rumah sakit jiwa pendidikan yang merupakan lahan penelitian dan
memiliki fasilitas dan pelayanan jiwa yang memadai.
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari tanggal 4 Mei 2015 sampai dengan tanggal 18 Mei
2015.
E. Defenisi Operasional
Tabel 3.2
Definisi Operasional Penelitian
Variabel
Variabel
Independen:
Pendidikan
kesehatan
Kepatuhan
minum obat
Variabel
Dependen
Perubahan
gejala
halusinasi
Defenisi Operasional
Salah satu penyuluhan yang dilakukan pada
seseorang
sehingga
mencapai
tujuan
kesehatan , ketaatan pasien halusinasi dalam
minum obatmelaksanakan cara pengobatan
dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau
keluarganya, sehingga pasien tersebut rajin
untuk minum obat sesuai yang disarankan
oleh dokter
Gejala yang muncul pada klien skizofrenia
dengan halusinasi yang diketahui melalui
masalah
Alat ukur
Kuisioner
Skala
Nominal
Hasil ukur
1.Patuh
2.Tidak patuh
Kuisioner
Dan
Observasi
Ordinal
1.
2.
3.
4.
5.
Kognitif
Afektif
Fisik
Perilaku
Sosial
33
F. Aspek Pengukuran
Untuk mengukur kepatuhan minum obat pasien halusinasi diajukan 20
pertanyaan dimana diantaranya 9 pertayaan positif dan 9 pertanyaan
negative.Untuk pertanyaan positif jika jawaban “Ya” ddiberi skor 1 dan jika
jawabab “Tidak” diberi skor 0.Untuk pertanyaan negatif jika jawaban “Ya”
diberi skor 0 dan jika jawaban “Tidak” diberi skor 1 sehingga skor tertinggi 18
dan skor terendah 0. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan penentuan
panjang kelas berdasarkan rumus statistik berikut (Hidayat, 2009).
Keterangan
:
P
: Nilai yang dicari
Rentang
: Rentang (skor tertinggi- skor terendah)
BK
: Banyak kelas
Kepatuhan Minum Obat klien halusinasi
a. Patuh
: 11-18
b. Tidakpatuh:0-10
G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan 2
metode yaitu menggunakan data primer yang di dapat dari medical record
dan data sekunder di dapat dari responden dengan menggunakan kuisioner.
34
2. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun proses penelitian yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data
yaitu dimulai dari pengambilan surat izin penelitian dariinstitusi
Pendidikan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan pada tanggal 23
Februari
2015
untuk
diantar
ke
Rumah
Sakit
Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Daerah Provsu Medan, kemudian setelah
peneliti
dikomfirmasi
dari
pihak
Rumah
Sakit
Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem daerah Provsu Medan untuk mengambil surat
pengantar serta melampirkan proposal BAB I-III untuk mendapatkan izin
melakukan
penelitian
di
Rumah
Sakit
Jiwa
Daerah
Provsu
Medan.Selanjutnya peneliti mulai melakukan penelitian.
H. Etika Penelitian
Selama penelitian responden dilindungi dengan memperhatikan aspekaspek yang ada. Penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan
dengan menekankan masalah etika
yang secara umum dibagi menjadi
4bagian (Nursalam & Pariani,2011).
1. Infomed concent
Lembaran persetujuan ini diberikan kepada responden atau keluarga
responden yang mewakili yang akan dilakukan dan memenuhi kriteri yang
sebelumnya diberi penjelasan secukupnya tentang tujuan penelitian untuk
menandatangani infomed concent tersebut.
2. Anonimity (Kerahasiaan identitas)
eskepentingan penelitian, dengan cara memberikan kode atau tanda pada
lembar kuisioner yang kode itu hanya diketahui oleh penulis.
3. Confidentiality (Kerahasiaan informasi)
Kerahasiaan informasi respon dijamin penulis, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
35
4. Justice (Keadilan)
Semua subjek diperlakukan dengan baik. Ada keseimbangan manfaat dan
resiko yang dihadapi sesuai dengan pengertian sehat, yang mencakup
fisik,mental, dan sosial. Hal ini terjadi karena peneliti memperhatikan
kesehatan respondennya.
I. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data
ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan
rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan. Pada bagian
ini diuraikan rencana yang akan dilakukan untuk mengolah dan analisis data
(Setiadi, 2007).
a.
Editing
Peneliti melihat dan memeriksa kuisioner yang sudah dibagikan hasil
yang didapat peneliti.Setelah kuisioner terisi, kemudian diperiksa
kembali untuk melihat adakah lembaran kuisioner yang belum
terjawab oleh responden dan peneliti juga memeriksa ulang
kelengkapan pengisian kesalahan atau jika ada bagian dari lembar
kuisioner yang belum diisi tidak ada kendala, sehingga lanjut ke
pengolahan data berikutnya.
b.
Coding
Pernyataan-pernyataan yang telah dijawab diberi kode agar
mempermudah peneliti dalam pengolahan data. Untuk respon
kognitif, afektif, perilaku, dan sosial diberi 4 kategori yaitu selalu
diberi “kode 4” sering diberi “kode 3” jarang diberi “kode 2” tidak
pernah diberi “kode 1”. Dari 12 pertanyaan kuesioner no 3,4,8
dikategorikan pada respon kognitif, no 1,2,5 dikategorikan pada
respon afektif, no 10,11,12 dikategorikan pada respon perilaku, no
6,7,9 dikategorikan pada respon sosial. Untuk mengukur kepatuhan
36
minum obat peneliti memberi kode 1 untuk jawaban “YA”, 0 untuk
jawaban “Tidak”.
c.
Enter
Kategori-kategori yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan
kedalam komputer untuk diolah.
d.
Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan keputusan, data dimasukkan kedalam bentuk distribusi
frekuensi dan memberikan skor terhadap soal-soal yang telah diisi
oleh responden.
2. Analisa Data
a. Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
data demografi.
b. Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap kepatuhan minum obat terhadap halusinasi
pendengaran pada klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Medan tahun 2015.Peneliitan ini menggunakan
Paired T-Test (uji T dependent). P value <0.05,CI : 95%.
37
Tabel 3.3
Bivariat Untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah melakukan
pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat
No
Variabel halusinasi
Variabel halusinasi
Cara
Analisis
1
Kepatuhan klien
halusinasi sebelum
diberikan pendidikan
kesehatan kepatuhan
minum obat (data
numerik
Paired ttest
2
Gejala pada klien
halusinasi yang
meliputi kognitif,
afektif, fisiologis,
perilaku dan sosial
pada kelompok
intervensi sebelum
diberikan pendidikan
kesehatan kepatuhan
minum obat (data
numerik)
Gejala pada klien halusinasi
yang meliputi kognitif,
afektif, fisiologis, perilaku
dan sosial pada kelompok
intervensi sesudah diberikan
pendidikan kesehatan
kepatuhan minum obat (data
numerik)
Kepatuhan klien halusinasi
sesudah diberikan
pendidikan kesehatan
kepatuhan minum obat (data
numerik
Paired ttest
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara
Medan yang berada di Jalan Let Jend. Jamin Ginting KM.10 / Jl.tali air
No. 21 Medan. Rumah Sakit Jiwa Provinsi sumatera Utara adalah satusatunya Rumah Sakit Jiwa Pemerintah yang ada di Provinsi Sumatera
Utara yang memiliki pelayanan klasifikasi kelas “A” dengansifat
kekhususannya dikategorikan dengan tipe
“B”. Dengan kemampuan
pelayanan yang dimiliki saat ini Rumah Sakit Rujukan bagi Rumah Sakit
lain di wilayah Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan.
Dalam Rumah Sakit Jiwa tersebut terdapat 11 Ruangan Rawat Inap.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 pada bulan Januari sampai
Desember bahwa pasien rawat inap sebanyak 2006 atau 96.9%. Keluarga
merupakan
orang yang terdekat dengan pasien mempunyai peranan
penting dalam kesembuhan
pasien salah satunya yaitu dukungan
informasi dimana jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan
tanggung jawab bersama yaitu termasuk di dalamnya memberikan solusi
dari masalah, memberikan nasehat , pengarahan , saran atau umpan balik
tentang apa yang dilakukan seseorang, selainitu keluarga sebagai
menyediakan informasi untuk melakukan konsultasi yang teratur ke
rumahsakit dan terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi
stressor.
38
39
2. Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden
Responden yang berpartisipasi pada penelitian ini adalah pasien
halusinasi di Ruangan
Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sumatera Utara Medan. Pada Penelitian ini karakteristik pasien
halusinasiyang
diteliti terdiri dari jenis kelamin, usia, status
perkawinan dan pendidikan. Distribusi Karakteristik responden
ditampilkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden BerdasarkanUsia, Jenis
Kelamin,Status Perkawinan dan PendidikanPada Pasien Halusinasi
di Ruangan Rumah SakitJiwaProf.Dr.Muhammad Ildrem
Daerah Provsu Medan Tahun 2015 (n=18)
Karateristik
Usia
Jenis Kelamin
Pendidikan
Status Perkawinan
Pekerjaan
f
%
<25 Tahun
2
11,2
30-40 Tahun
7
38,9
>41 Tahun
9
50,0
Laki-laki
9
50,0
Perempuan
9
50,0
SD
3
16,7
SMP
6
33,3
SMA
8
44,4
Perguruan Tinggi
1
5,6
Menikah
7
38,9
Belum Menikah
10
55,6
Cerai
1
5,6
Pelajar/Mahasiswa
2
11,1
Wiraswasta
8
44,4
Tidak Bekerja
4
22,2
Dan Lain-lain
4
22,2
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia
>41tahun (50.0%), jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 9
orang (50.0%), latar belakang pendidikan SMA sebanyak 8 responden
(44.4%), Status perkawinan mayoritas belum menikah sebanyak 10
40
responden (55,6%), dan Pekerjaan wiraswasta sebanyak 8 responden
(44.4%).
Tabel 4.2
Uji Normalitas Pengaruh Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat
Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia
Di Ruangan Rumah Sakit JiwaProf.Dr.Muhammad Ildrem
Daerah Provinsi Sumatra Utara (n=18)
Uji Normalitas
Kepatuhan Minum Obat
Kognitif
Afektif
Perilaku
Sosial
Sig (2-tailed)
.368
.195
.794
.219
.027
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji
normalitas dengan hasil respon kepatuhan minum obat (.368), respon
Kognitif (.195),respon Afektif (.794) respon Perilaku (.219),respon sosial
(.027) dan dinyatakan hasilnya normal dan dapat dilanjutkan Uji Paired
Simple Test.
Tabel 4.3
Kepatuhan minum obat pasien HalusinasisebelumDan sesudah Diberikan
Pendidikan KesehatanDi Ruangan Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad
IldremDaerah Provsu Medan MedanTahun 2015(n=18)
Variabel
Mean St.D
Kepatuhan minum obat Sebelum 1.71
.470
dilakukan pendidikan kesehatan
Kepatuhan minum obat sesudah 1.35
.493
dilakukan pendidikan kesehatan
Std.E P
.114
.119
.053
Berdasarkan tabel4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata kepatuhan minum obat
pasien Halusinasi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan adalah 1,71
dan rata-rata kepatuhan minum obat pasien Halusinasi sesudah diberikan
pendidikan kesehatan adalah 1,35.
41
a. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Gejala
Halusinasi Pada Klien Skizofrenia
Tabel 4.4
Analisa Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sebelum Diberikan
Pendidikan Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa
Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu
Medan tahun 2015 (n = 18)
Gejala Halusinasi
Kognitif
Afektif
Perilaku
Sosial
Komposit
Mean
7.50
7.11
6.89
6.78
28.28
St. D
3.240
1.491
3.027
2.756
10.514
Std. E
.764
.351
.713
.650
2478
p
.195
.794
.219
.027
1232
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan gejala halusinasi sebelum
diberikan pendidikan kesehatan,dengan rata-rata gejala halusinasi
pada klien skizofrenia sebelum dilakukan penkes meliputi
respondenKognitif sebesar 7.50, responden Afektif sebesar 7.11,
responden Perilakusebesar 6.89, responden Sosial sebesar 6.78,
dan nilai komposit sebesar 28.28
Tabel 4.5
Analisa Perubahan Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia
Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Di Rumah
Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah
Provsu Medan Tahun 2015 (n = 18)
Gejala
Halusinasi
Kognitif
Afektif
Perilaku
Sosial
Komposit
Mean
St. D
Std. E
p
5.89
5.89
5.17
5.89
22.84
1.641
1.491
1.886
1.568
6.586
.387
.351
.445
.369
.1552
.164
.033
.275
.974
1446
Berdasarkan tabel 4.5menunjukkan gejala halusinasi sebelum
diberikan pendidikan kesehatan,dengan rata-rata gejala halusinasi
pada klien skizofrenia sebelum dilakukan penkes meliputi
respondenKognitif sebesar 5.89, responden Afektif sebesar 5.89,
42
responden Perilaku sebesar 5.17, responden Sosial sebesar 5.89,
dan nilai komposit sebesar 22.84
Tabel 4.6
Analisa Perbedaan Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sebelum
dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan DiRumah Sakit
Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan
Tahun 2015 (n =18)
Gejala
Halusinasi
Kognitif
Afektif
Perilaku
Sosial
Komposit
Mean
Sebelum
7.50
7.11
6.89
6.78
28.07
Mean
Sesudah
5.89
5.89
5.17
5.89
22.84
Mean
Selisih
.1.611
.1.222
.1.722
.889
5.444
St. D
P
2.852
3.154
3.006
3.270
12.282
.028
.119
.026
.265
.438
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan perubahan gejala halusinasi pada
responden Kognitif sebelumdiberikan penkes tinggi 7,50 dan
sesudah diberikan penkes mengalami perubahan
sebesar 5,89
menunjukkan ada pengaruh pemberian penkes. pada responden
Afektif sebelum diberikan penkes tinggi 7,11 dan sesudah
diberikan penkes mengalami perubahan sebesar 5,89 menunjukkan
ada pengaruh pemberian penkes. pada responden Perilakusebelum
diberikan penkes tinggi 6,89 dan sesudah diberikan penkes
mengalami perubahan sebesar 5,17 menunjukkan ada pengaruh
pemberian penkes. pada responden Sosial sebelum diberikan
penkes tinggi 6,78 dan sesudah diberikan penkes mengalami
perubahan sebesar 5,89 menunjukkan ada pengaruh pemberian
penkes.
3. Analisa Bivariat
Hasil Uji Statistik Dengan Uji Paired T-Test
Dengan menganalisa data secara bivariat pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji paired t-test yaitu membandingkan pada pre test dan
43
post test untukmemperoleh perbedaan kepatuhan minum obat pasien
halusinasi sebelum (pre test) dan setelah diberikan (post test) pendidikan
kesehatan dengan nilai signifikan 95% (α=0,05).
Tabel 4.7
Hasil Uji Paired T-Test Berdasarkan Hasil Pengukuran Pengaruh
Kepatuhan Minum Obat Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi
Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit JiwaProf.Dr.Muhammad
Ildrem Daerah Provsu Medan
Tahun 2015 (n=18)
Pendidikan
Kesehatan
Kepatuhan Minum
Obat sebelum dan
sesudah dilakukan
penkes
Kognitif sebelum
dan
sesudah
dilakukan penkes
Afektif sebelum
dan
sesudah
dilakukan penkes
Perilaku sebelum
dan
sesudah
dilakukan penkes
Sosial sebelum &
sesudah dilakukan
penkes
Mean
St.Devi
asi
St.Er
ror
95%CI
Lower
uppe
r
T
Df
.353
.493
.119
.606
.100
2.954
16
Sig.
2Taile
d
0.009
1.611
2.852
.672
.193
3.029
2.397
17
.028
1.222
3.154
.743
-.346
2.791
1.644
17
.119
1.722
3.006
.709
.227
3.217
2.431
17
.026
.889
3.270
.771
.737
2.515
1.153
17
.265
Berdasarkan tabel 4.7terlihat bahwa uji statistic dengan menggunakan
Paired t test ada pengaruh kepatuhan minum obat terhadap perubahan
gejalahalusinasipada pasien Skizofreniasebelum dan sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan di Ruangan Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad
Ildrem Daerah Provsu Medan. Kepatuhan minum obat sebelum dan
sesudah dilakukan penkesde (=0,009), Perubahan gejala kognitif (.028),
afektif (.119), perilaku (.026),sosial (.265), fisik (.000). Dari data di atas
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan
kepatuhan minum obat terhadap perubahan gejala halusinasi pada pasien
skizofrenia di Rumah Sakit jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah
Provsu Medan.
44
B. Pembahasan
1. Interprestasi Data dan Diskusi Hasil
a. Kepatuhan Minum Obat Pasien Halusinasi Sebelum dan sesudah
Diberikan Pendidikan Kesehatan
Penelitian ini mendapatkan hasilbahwa sebelum dilakukan pendidikan
kesehatan kepatuhan minum obat masih banyak klien yang berada
diRumah Sakit Jiwa Daerah Provsu medan yang tidak patuh untuk
minum obat sehingga klien sering kali mengalami kekambuhan.
Menurut teori yang dikemukakan oleh Wardani (2009) bahwa banyak
hal yang membuat klien tidak patuh untuk minum obat salah satunya,
sulit untuk mengingat kapan minum obat dan apakah sudah minum
obat, kesulitan
Memenuhi jadwal rutin minum obat, kemudian memutuskan sendiri
untuk mengurangi dosis obat. Penelitian yang dilakukan oleh Saputra
& Hudayat (2010) bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
dapat
patuh
minum
obat
dengan
memberikan
pendidikan
kesehatankepada pasein dan keluarga agar dapat mengerti pentingnya
minum obat. Dan didukung oleh penelitian yang dilakukan
Purnamasari (2013) bahwa klien perlu mendapatkan motivasi yang
positif dan yakinkan pada klien dengan patuh minum obat klien akan
cepat sembuh dan terhindar dari kekambuhan. Menurut asumsi peneliti
bahwa sangat penting dukungan keluarga bagi klien karna dapat
membantu klien dalam membangun kepercayaan untuk dapat sembuh
dari penyakitnya, tanpa dukungan keluarga klien tidak dapat berbuat
apa-apa.
Penelitian ini mendapatkan hasil yang meningkat setelah diberikan
pendidikan
kesehatan
kepatuhan
minum
obat,dimana
terjadi
peningkatan rata-rata skor berarti membuktikan terjadi penurunan
gejala padaresponden skizofrenia dengan halusinasi di Rumah sakit
45
jiwa Daerah Provinsi Sumatra Utara Medan. Menurut Teori
Pendidikan Kepatuhan MinumObat,dimana pendidikan kepatuhan
minum obat membantu klien untuk lebih mampu untuk patuh minum
obat dan mengajarkan klien untuk tidak berhenti minum obat dan
mencengah kekambuhan pada klien halusinasi dan didukung juga
menurut Skiner(1938,dalam Notoatmodjo,2007) bahwa kepatuhan
minum obat pada pasien merupakan suatu perilaku terbuka (overt
behavior),pendidikan kepatuhan minum obat mengajak klien lebih
berperilaku terbuka dan mampu menerima keadaanya sehingga bisa
berkomitmen dengan keputusan yang dia buat. Menurut asumsi
peneliti bahwa kepatuhan minum obat dapat ditingkatkan.Jika
dilakukan pendidikan kesehatan kepada pasien,agar pasien tersebut
lebih mengerti dan memahami obat yang digunakannya, serta
dukungan moral yang membangkitkan semangat terhadap pasien
sehingga mencegah kekambuhan lagi pada klien halusinasi.
Penelitian lain juga memberikan terapi keperawatan pada klien
skizofrenia dengan masalah halusinasi dengan menurunkan gejala
seperti yang dilakukan Wahyuni (2010) mengajarkan untuk mengubah
keyakinan terhadap pikiran yang tidak rasional dan pernyataan
negative tentang dirinya sendiri kearah yang lebih positif atau rasional
sehingga perilaku yang timbul menjadi lebih baik. Hayes (2005)
menegaskan
bahwa
pendidikan
kesehatan
klien
untuk
tidak
menghindari tujuan hidupnya atau mampu menerima dan berkomitmen
terhadap dirinya sehingga mampu mengatasi masalahnya, hal ini
didukung oleh Stuart (2009) yang mengatakan klien harus bisa
bertahan dengan apa yang sudah dipilihnya ketikasudah berkomitmen
sehingga
dengan
mampu
menerima
dan
berkomitmen
klien
diharapankan tidak akan mengalami kekambuhan lagi. Asumsi peneliti
dengan pemberian kepatuhan minum obat ini diharap dapat
menurunkan gejala halusinasi dan betapa pentingnya mempunyai
46
komitmen untuk membangun rasa percaya diri bahwa mereka dapat
sembuh dengan cara teratur minum obat.
b. Analisa Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sebelum dan sesudah
Diberikan Pendidikan Kesehatan
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa sebelum
dilakukan
pemberian pendidikan kesehatan terhadap klien halusinasi analisa
gejalanya menunjukkan buruk karena responden sulituntuk mengontrol
emosi. Menurut Morisson (2009) mengatakan pemberian pendidikan
kesehatan terkait dengan gejala Halusinasi kognitif ,afektip,perilaku
dan sosial dapat mengontrol perilaku marah,mengontrol klien yang
berbicara sendiriatau halusinasi yang dapat meningkatkanhubungan
interaksi klien dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Caroline, Keliat, & Sabri (2008) bahwa penerapan
standar asuhan keperawatan pendidikan kesehatan pada klien
halusinasi
dalam
mengontrol
halusinasi
akan
mempengaruhi
kemampuan kognitif dan psikomotor klien, sehingga klien halusinasi
akan mengalami penurunan terhadap intensitas tanda dan gejala
halusinasi yang muncul. Dan didukung oleh Copel (2007) bahwa
pemberian pendidikan kesehatan dapat membantu klien untuk
mengembangkan pola pikir yang rasional.Asumsi peneliti bahwa
sangatlah penting untuk penerapan pendidikan kesehatan kepadaklien
halusinasi untuk dapatmengontrol emosi maupun gejala lainnya agar
tidak muncul dan dapat menurunkan gejala halusinasi tersebut.
c. Analisa Perubahan Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan terdapat perubahan pada klien halusinasi karena
klien dapat mengontrol emosi dan menghindari suara-suara yang
mereka dengar dengan cara mengardisk yang mereka dapat dari
47
pendidikan kesehatan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
Oemarjoedi (2003) bahwa pemberian pendidikan kesehatan meyakini
pola pemikiran manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimuluskognisirespon yang saling terkait dan membentuk jaringan dalam otak
manusia, dimana pendidikan kesehatan akan menjadi penentu dalam
menjelaskan bagaimana manusia berpikir,merasa, dan bertindak.
Menurut Halgin dan Whitbourne (2007) bahwa penerapan latihan
komunikasi dalam pendidikan kesehatan melakukan interaksi dengan
orang lain adalah intervensi perilaku yang meliputi pemberian
penguatan terhadap perilaku yang sesuai khususnya dalam hal
membina hubungan interpersonal. Asumsi peneliti bahwa dengan
pemberian pendidikan kesehatan kita dapat membantu klien untuk
berinteraksi dengan orang lain dengan cara memberikan mereka
kesempatan untuk bertanya apa yang mereka tidak mengerti.
d. Analisa Perbedaan Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia sebelum
dan sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa sangat berbeda sesudah
dilakukan dan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan ini dapat kita
lihat dari nilai, rata-rata uji statistic ini menunjukkan bahwa
pendidikan kesehatan sangat membantu untuk menurunkan gejala
halusinasi. Menurut Davis (2005)mengatakan pemberian pendidikan
kesehatan pada klien skizofrenia untuk intervensimeningkatkan
kepercayaan yang positifbagi klien sehingga muncul perilaku
yangpositif juga pada klien. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan
oleh Ramdhani dalam Prawitasari (2002) bahwa pada penerapan
pendidikan
kesehatan
memberikan
ketrampilanberkomunikasi
diajarkan cara bertanya untuk konfirmasi, cara memberi dan menerima
pujian, cara mengeluh dan menghadapi keluhan, cara menolak, cara
meminta pertolongan, cara menuntut hak, cara berempati, dan cara
berinteraksi dengan orang lain. Asumsi peneliti untuk tetap
48
menerapkan pendidikan kesehatan pada klien skizofrenia karena ini
sangat membantu mereka untuk menurunkan gejala halusinasi.
e. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepatuhan Pasien
Halusinasi
Dari hasil penelitian yang didapat bahwa ada pengaruh pendidikan
kesehatan kepatuhan minum obat terhadap perubahan gejala halusinasi
pada klien skizofrenia.Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian bahwa
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan nilai yang didapat 1,71
sedangkan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan nilainya 1,35. Dan
dari hasil uju T-dependent menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap kepatuhan minum obat pada pasien halusinasi nilai
p:0,0009(p<0,005) artinya ada pengaruh signifikan pendidikan
kesehatan terhadap kepatuhan minum obat pada pasien halusinasi.
Menurut WHO pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang
bertujuan memungkinkan kesehatannya, hal ini didukung oleh
penelitian sebelumnya Pardede (2013) bahwa pendidikan kesehatan
kepatuhan minum obat merupakan pemberian informasi kepada klien
untuk mempengaruhi klien agar patuh minum obat sehingga tidak
menimbulkan kekambuhan dan tidak kembali lagi kerumah sakit untuk
rawat inap. Menurut asumsi peneliti sangat penting kita memberikan
pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat untuk sebagai bahan
informasi dan mencegah terjadinya kekambuhan kembali.
2. Keterbatasan Peneliti
a. Keterbatasan pada lokasi
Lokasi untuk melakukan Pendidikan Kesehatan kurang mendukung
karena suasana yang kurang nyaman dan banyak orang yang lewat
sehingga mengganggu konsentrasi klien karena mata mereka tertuju
pada orang tersebut.
49
b. Keterbatasan pada responden
Beberapa klien menolak untuk ikut Pendidikan Kesehatan karena
alasan tertentu dan pada saat pengisian kuesioner klien kurang
konsentrasi karena disekitar mereka rebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepatuhan Minum Obat
Pada Perubahan Gejala Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit
Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan Tahun 2015 :
1. Mengetahui tingkat kepatuhan minum obat
sebelum dan sesudah
pemberian pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap
perubahan gejala halusinasi pada klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan tahun 2015 sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan.
2. Mengetahui Analisa gejala halusinasi sebelum diberikan pendidikan
kesehatan
kepatuhanminum
obat
di
Rumah
Sakit
Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan tahun 2015 setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
3. Mengetahui perubahan gejala halusinasi klien skizofrenia sesudah
diberikan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap
penurunan
gejala
halusinasi
di
Rumah
Sakit
Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan tahun 2015 setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
4. Mengetahui perbedaan gejala halusinasi klien skizofrenia sesudah
diberikan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat terhadap
penurunan
gejala
halusinasi
di
Rumah
Sakit
Jiwa
Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan tahun 2015 setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
5. Hasil uji Paired Sample Test menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan pada perubahan gejala halusinasi klien skizofrenia sebelum dan
sesudah pemberian pendidikan kesehatan dengan nilai p= 0,009(p<0,05).
50
51
B. Saran
1. Bagi Perawat Ruangan Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad
Ildrem Daerah Provsu Medan.
Diharapkan kepada perawat Ruangan Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan
agar
memberikan Pendidikan Kesehatan kepada pasien dan juga
melakukan upaya monitoring dan evaluasi perilaku kepatuhan minum obat
yang telah dicapai pasien selama dirawat di Rumah Sakit maupun ketika
pasien sudah kembali kerumah.
2. Bagi Keluarga
Diharapkan
kepada
keluarga
agar
selalu
memberikan
perhatian
kepadaanggota keluarganya yang mengalami Halusinasi dimana perhatian
ini berupa dorongan agar patuh minum obat, mengingat pasien minum
obat dan mengawasi pasien minum obat.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Menambah pengetahuan dan sebagai data tambahan informasi terkait
dengan pendidikan terhadap kepatuhan minum obat pada klien halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bach,P.,& Hayes,S.C.(2002) The Use Of Acceptance. And Communitment
Therapy To prevent The RehospitalizationOf psychotic patients : A
Randomized Controlled Trial.Jurnal.OF.Consuling And Clinical
psychology,5; 1129-1139
Caroline.,Keliat.B.A.,Sabri.L(2008).Pengaruh
Penerapan
Standar
AsuhanKeperawatan Halusinasi terhadap Kemampuan Klien Mengontrol
Halusinasi di RS Jiwa Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta.Tesis. Jakarta. FIK
UI. Tidak dipublikasikan.
Copel, L.C. (2007). Kesehatan
Perawat.Jakarta, EGC
Jiwa
dan
Psikiatri:
Pedoman
Klinis
Davis, dkk. (2005). The Indianapolis vocational intervention program A cognitive
behavioral apporoach to addresy rehabilitation. Departement of veterans
affairs.
Doengoes : M. E, Townsend, M, c, R Moorhouse,M,F (2007), Rencana Asuhan
Keperawatan Psikiatrik ( ed). Jakarta : EGC
Feronita Santi Kusuma. Hubungan Antara Pemberian Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Skizofrenia Di rumah
Sakit Jiwa Dr.Radjiman wediodiningrat Lawang Malang. http://etd.e
prints.um.ac.id/6552.htm.Diakses tanggal 15-9-2010
Fontaine, K.L.(2009). Mental Health Nursing ( th ed).New Jersey: Upper Saddle
Rivwr pearson Prentice Hal
Hawani.D.(2007). Pendekatan
Jakarta:FKK,UI
Holistik
pada
Gangguan
Skizofrenia,
Hayes,3.C,& Stosahl.K.D.(2005).A pratical Guide To Acceptance and
Commitment Therapy.New York:Springer Science and Business Media.
Isaac (2005).Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatri (
ed). Jakarta : EGC
Jurnal Kesehatan/ Vol.1/No.1/Juni/2012 Hubungan Pengetahuan Keluarga
Dengan Kepatuhan minum obat Pasien Skizofrenia Poliklinik Rumah Sakit
Prof.V.L.Ratu umbuysang Manado
Kandar (2011).Pengaruh terapi Perilaku Modeling PartisipasipanTerhadap
Kepatuhan Minum Obat Pada Klien Penatalaksanaan Regimen Teraupetik
Tidak Efektif Di RSJD Dr.Amino Gondo Hutomo Semarang. (2014,
http://lib.ui.ac.id/file=digital/20300661-T30349 Dwi% 20
Iswanti. 02-08-2014).
Indah %20
Kaplan (2002).The Strategy Focused Organization: How the BalancedScorecard
Companies Thrive in the New Business Environment.Harvard Business
School.Publishing Boston
Keliat, (2014), Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas,Jakarta : EGC
Morrison. (2009). Cognitive behavior therapy for people with
schizofrenia.Department of Psychiatry.Wright State University Boonshoft
School of Medicine, Dayton, Ohio.
Nanda.(2009).Nursing Diagnosis: Definition & : NANDA International
Notoatmodjo, S.(2007). Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Perilaku. Jakarta :
EGC
Niven(2002).Psikologi Kesehatan.Jakarta:EGC
NuSalam. (2008). Konsep dan Penerapan
Keperawatan :Jakarta : Salemba Medika.
Oemarjoedi, A,K,. (2003). Pendekatan
Psikoterapi.Jakarta : Kreativ Media.
MetodologiPenelitian
Cognitive
Behavioral
Ilmu
Dalam
Pardede.J.A.Keliat.B.A.& Wardani.I.Y.(2013) Pengaruh Acceptance And
Commitmen Therapy Dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat
Terhadap Gejala:
Kemampuan Menerimadan Berkomitmen Pada
Pengobatan Dan Kepatuhan Klien Skizofrenia Tesis FK UI.
Rhoads,J.(2011). Clinical Consalt, For Psychiatric Mental Health Care.New York:
Springer Publishing Company.
Shives L.R. (2012). Basic Concepts Psychiatric Mental Health Nursing. (
Philadephia: Lippincott. Wiliam & Vilkins
ed).
Stuart.Gail W & Laraia, Michele T.(2005)Principles & Practice of Psychiatric
Nursing ( ed). Philadelphia: Elseveir Mosby
Suliha. (2002). Pendidikan Kesehatan Keperawatan,Jakarta :EGC
Videbeck, S. L. (2008). Psychiatric- Mental Heath Nursing, (
Lippincott Williams & Vilkips.
ed).Philadelhia :
Videbeck, S.L. (2011) : Psychiatric-Mental Health Nursing.(
: Lippincott Williams & Vilkins.
). Philadelphia
Wahyuni, S.E,keliat,B.A.,&.Yusron.(2010).Pengaruh Cognitive Behaviour
Therapy Terhadap Halusinasi pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemprovsu
Medan.Tesis-FIK-UI.Tidak di publikasikan
Wardani (2009) hubungan perilaku tidak patuh minum obat pada pasien
Skizofrenia
2014,http://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome
instant&ion =1&espv= 2&ie=UTF -8#Daftar+pustaka+Wardani+2009
Wardani, I.Y.Hamid, A.Y.,& Wiarsih, W.(2009). Pengalaman Keluarga
Menghadapi ketidak patuhan Anggota keluarga dengan skizofrenia dalam
mengikuti cipta regimen teraupetik: pengobatan.Tesis.Tidak dipublikasikan
WHO (2009) Mental Health : who Library cataloging-in-Publication Data
WHO (2010) Mental Health and Devolopment : Targetting People With Mental
Heath Conditions as a Vilnerable group : Who Library cataloging-inPublication Data
Yoga,I,s(2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien
Minum Obat di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
Utara Medan. Diperoleh tanggal 4 Juli 2013 dari http:// repositony.usu.ac.id
/ handle/ 123456789/27432
LEMBAR OBSERVASI
SCREENING TINDAKAN YANG DILAKUKAN KLIEN HALUSINASI
DI RUMAH SAKIT JIWA PROF.DR.MUHAMMAD ILDREM
PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN
TAHUN 2015
Inisial
:
Tanggal Observasi
:
Observer
:
No.CM
:
Ruangan
:
(Di isi oleh Peneliti)
A. Petunjuk Pengisian
5. Isilah pernyataan dibawah ini dengan mamberi tanda (√ ) pada pilihan
jawaban sesuai dengan kemampuan yang telah dimiliki oleh klien : Ya (1),
jika klien menampilkan kemampuan, Tidak (0) jika klien tidak menampilkan
kemampuan
6. Amatilah dengan teliti dan seksama
No
Pernyataan
1
Latihan menghardik halusinasi
2
Bercakap-cakap dengan orang lain ketika
halusinasi dating
3
Melakukan aktivitas harian
4
Patuh minum obat
Ya ( 1)
Tidak ( 0 )
KUISIONER : PENGUKURAN HALUSINASI
(Pre& Post)
Petunjuk pengisian kuesioner
1. Berilah tanda ( √ ) pada selalu jika lebih dari 3 kali sehari
2. Berilah tanda ( √ ) pada sering jika lebih dari 2-3 kali sehari
3. Berilah tanda ( √ ) pada Jarang jika kurang dari 2kali sehari
4. Berilah tanda ( √ ) pada tidak pernah jika tidak sama sekali
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Pernyataan
Saya merasa takut dengan suara bisikan yang
saya dengar
Saya meras kesal saat suara bisikan itu muncul
Saya tidak suka jika ada yang menanyakan
tentang suara bisikan yang saya dengar
Saya yakin suara bisikan yang saya dengar
adalah suatu yang nyata
Saya merasa nyaman saat suara bisikan itu
muncul
Saya tidak suka diganggu siapapun saat suara
bisikan itu muncul
Saya
akan
mengusir
orang
yang
mengganggusaya saat suara bisikan itu muncul
Saya sulit untuk berkonsentrasi saat suara
bisikan itu muncul
Saya sadar bahwa suara bisikan tersebut dapat
mengganggu hubungan saya dengan orang lain
Saya suka melakukan apa yangdiperintahkan
oleh suara bisikan itu
Saya melakukan apa yang diperintah oleh suara
bisikan tersebut
Saya tidak ingin melakukan aktivitas apapun
saat suara biiskan itu muncul
Selalu Sering
Jarang
Tidak
pernah
Lampiran 2
KUESIONER : IDENTITAS RESPONDEN (DATA DEMOGRAFI)
Nomor kode :
Petunjuk pengisian :
1. Isi dengan lengkap
2. Untuk data yang harus dipilih, beri tanda (x) pada kotak yang tersedia
dan atau isi sesuai jawaban
Tanggal Dirawat
test
:
Tanggal Pre-
:
Tanggal pengkajian :
Tanggal Post-
test :
a. IDENTITAS KLIEN
1. Inisial
:
2. Jenis kelamin
:
3. Usia
:
4.
:
Pendidikan terahir (klien)
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Perguruan tinggi
5. Pekerjaan terahir
a.Pelajar/mahasiswa
d. Wiraswasta
b.Pegawai negeri
e. Tidak bekerja
c.TNI/Polisi
f. Lain-lain sebutkan
6. Status perkawinan (klien)
a.Kawin
b.Cerai
:
c. Tidak kawin
7. Frekuensi dirawat
………kali dirawat
8. Riwayat Gangguan Jiwa
:
:
: 1. Ada
2.Tidak ada
Download