Bahan pakan rendah serat kasar dan tinggi kandungan

advertisement
Bab III
Konsentrat
Konsentrat (Concentrate) adalah:
“Bahan pakan rendah serat kasar dan tinggi kandungan nutrien yang lain.” Dapat
dinyatakan pula bahwa bahan pakan konsentrat adalah:
“Setiap bahan pakan yang kandungan serat kasarnya kurang dan 18% dan TDN
nya di atas 60% berdasarkan bahan kering, mi berarti pula bahwa konsentrat
merupakan kebalikan dan rofase.”
Nutrien lain yang tinggi kandungannya dapat hanya satu macam nutnen atau
lebih, dan gunanya untuk : menambah atau mempertinggi nutrien di dalam
campuran pakan atau ransum agar terpenuhi apa yang dibutuhkan ternak.
Berdasar macam nutnen yang terkandung di dalamnya, maka ada 2 macam
bahan pakan konsentrat utama, yaitu:
1. Konsentrat energy
2. Konsentrat protein
Disamping itu ada:
1. Konsentrat mineral (sumber mineral)
2. Konsentrat vitamin (sumber vitamin)
1. Konsentrat Energi
Yaitu
: Semua macam bahan pakan yang merupakan sumber energi dan
memenuhi syarat tertentu (serat kasar < 18%, dinding sel <35% dan
protein < 20%).
Kegunaannya antara lain:
Terutama untuk menaikkan jumlah konsumsi energi atau untuk menaikkan
densitas energi di dalam ransum.
Konsentrat Energi meliputi:
-
Berbagai macam bahan pakan butiran sebangsa padi termasuk hasil
sampingnya
-
Berbagai macam umbi
-
Berbagai macam tetes dan yang sejenis
-
Berbagai macam minyak dan lemak
Universitas Gadjah Mada
Energi yang terkandung di dalam konsentrat energi terutama berasal dari
karbohidrat yang mudah larut ataupun minyak dan lemak Bahan pakan yang tinggi
kandungan energinya (DE, ME atau NE) pada umumnya mengandung protein rendah
sampai sedang, walaupun ada beberapa macam yang mengandung protein tinggi.
Ternak lebih mudah mendapat energi dari konsentrat energi daripada yang berasal
forase walaupun energi bruto atau gross energy (GE) hampir sama. Konsentrat energi
yang dibicarakan di sini adalah bahan pakan sumber energi yang kandungan
proteinnya < 20%.
1.1. Jagung
Yang dimaksud jagung di sini adalah : Butiran jagung yang merupakan hasil
utama tanaman jagung. Jagung sering disebut the king of cereal atau the golden grain,
hal ini karena: mempunyai mulai nutrien yang tinggi.
Beberapa sifat jagung antara lain:
-
palatabel
-
serat kasar rendah
-
nilai kecernaannya tinggi yaitu TDN nya sekitar 80%
Nilai energi jagung digunakan sebagai standar untuk membandingkan dengan
energi dan bahan pakan butiran lain. Bila energi jagung diberi 100 ternyata nilai energi
butiran yang lain adalah <100.
Pengunaan jagung sebagai pakan dapat diberikan ternak dalam keadaan:
-
masih dalam bentuk bulir utuh
-
sudah digiling kasar
-
digiling kasar bersama tongkol
-
masih dalam keadaan segar bersama tongkolnya
Disamping terdapat jagung kuning dan putih, ada juga opaque-2 yaitu jagung
yang lebih tinggi kandungan lisin nya. Namun karena produksi bulirnya rendah, maka
kurang diminati. Kelebihan dan Kekurangan jagung antara lain:
1. Jagung kuning mengandung pigmen kriptosantin yang sebagian dapat diubah
menjadi vitamin A di dalam tubuh ternak.
2. Kadungan protein (zein) dan mineral rendah.
3. Kandungan sistin tinggi, tetapi metionin, lisin, dan triptofan rendah
4. Kandungan lisin dan triptofan pada jagung apoque-2 tinggi.
5. Dapat diberikan kepada semua jenis ternak.
Universitas Gadjah Mada
Penggunaan jagung dalam jumlah yang tinggi pada ransum babi sebaiknya
dihentikan atau dikurangi selama ± 1 bulan sebelum babi dipotong. Hal ini bertujuan
untuk menghindari terbentuknya lemak yang lembek disebabkan karena jagung
mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi. Dengan terdapatnya kriptosantin pada
jagung kuning akan dapat mempengaruhi warna lemak babi. Sebaliknya penggunaan
jagung kuning pada ayam akan dapat meningkatkan warna kuning pada kuning telur
dan memberi warna pada dagingnya.
Di pasaran terdapat beberapa macam bahan pakan asal jagung, yaitu:
-
jagung bulir (jagung masih dalam keadaan bulir utuh)
-
jagung giling (jagung bulir yang digiling)
-
beras jagung (jagung giling tanpa dedak dan tanpa bekatul)
-
jagung tongkol giling (jagung bulir bersama tongkol digiling)
-
dedak jagung atau jenjet (kulit bulir bersama lembaga dan proses awal
pembuatan beras jagung)
-
bekatul jagung (bagian halus dan proses akhir pembuatan beras jagung)
Khusus jagung-tongkol giling mempunyai komposisi 75% - 80% bulir jagung
dan 20% - 25% tongkol jagung. Berhubung digiling bersama tongkolnya, maka
kandungan serat kasarnya lebih tinggi dan TDN nya lebih rendah dari bulir jagung
giling. Penggunaan jagung tongkol giling adalah khusus untuk ternak ruminansia, kuda
dan babi dewasa tetapi tidak baik untuk penggemukan babi muda karena dapat
mengakibatkan pertumbuhannya lambat.
Disamping itu ada yang disebut maize gluten meal atau corn gluten meal
(CGM). CGM ini merupakan salah satu hasil samping dan pembuatan pati jagung (pati
maizena) dan sebagai bahan pakan merupakan konsentrat protein karena kandungan
proteinnya cukup tinggi, yaitu diatas kandungan protein bungkil kedelai.
1.2. Cantel
Tanaman ini mirip jagung, yaitu dapat digunakan sebagai forase dan juga dapat
dipanen hasil utamanya yang berupa bulir. Terdapat banyak vatrietas cantel, tetapi
yang terkenal untuk pakan butiran ada 2 macam jenis utama, yaitu:
1. Cantel merah
2. Cantel putih
Disamping itu ada yang punya rasa manis (batangnya) sehingga jenis ini lebih
banyak digunakan sebagai forase. Bulir cantel lebih kecil daripada bulir jagung, tetapi
Universitas Gadjah Mada
dalam penggunaannya untuk ternak akan lebih baik bila digiling kasar dahulu dan
diasah kulit hasilnya agar lebih mudah untuk dicerna, hal ini dikarenakan kulitnya
keras, dilapisi lilin dan bila tidak digiling maka tidak sedikit yang ditelan masth dalam
keadaan utuh.
Untuk domba, babi dan unggas dapat diberikan masih dalam keadaan utuh,
namun hasilnya tetap lebih baik pada yang digiling kasar. Penggilingan terlalu halus
bahkan akan mengakibatkan penurunan jumlah konsumsi pakan.
Cantel mengandung energi dan TDN yang lebih rendah daripada jagung, yaitu
sebesar 75 - 78%. Secara umum komposisi kimia cantel mirip dengan jagung bahkan
kandungan proteinnya lebih tinggi pada cantel. Asam amino limitan pada cantel adalah
lisin dan treonin. Disamping itu cantel mengandung tanin yang merupakan antikualitas, dan kurang atau sedikit mengandung provitamin A, sehingga dalam
penggunaannya diperlukan suplementasi vitamin A.
Sebagai pakan ternak cantel dapat digunakan sebagai pengganti jagung
sampai sebanyak 50% tanpa menimbulkan akibat yang jelek, tetapi penggantian
sampai sebanyak 100% dapat menurunkan pertambahan bobot badan sampai 10%
bahkan mungkin dapat lebih besar.
Hasil samping dari jagung disebut corn gluten meal (CGM) sedangkan hasil
samping dari cantel adalah sorghum gluten meal (SGM). SGM ini juga merupakan
konsentrat protein karena kandungan proteinnya cukup tinggi yaitu di atas kandungan
protein bungkil kedelai tetapi dibawah kandungan protein CGM.
1.3. Gabah
Gabah atau bulir padi yang merupakan hasil utama tanaman padi jarang
diberikan kepada ternak pada umumnya. Gabah hanya khusus digunakan sebagai
bahan pakan untuk kuda dan unggas. Untuk ternak kuda disebabkan karena kuda
dapat menngunyahnya dengan sempurna, sehingga gabah mempunyai nilai yang
tinggi bagi kuda. Dari gabah terdapat diperoleh hasil utama yang berupa beras sebagai
bahan pangan dan hasil samping yang berupa dedak/bekatul yang dapat digunakan
sebagai bahan pakan.
Dari proses penggilingan gabah akan diperoheh:
-
beras 50% - 60%
-
menir 1% - 20%
-
sekam 20% - 25%
-
dedak/bekatul 10% - 15%
Universitas Gadjah Mada
Kesemuanya ini tergantung dari macam dan keadaan gabahnya sendiri serta
metode penggilingannya. Khusus hasil samping yang berupa dedak/ bekatul
menipakan bahan pakan yang cukup baik nilai nutritifnya yaitu sebagai sumber energi
dan vitamin B.
Dedak/ bekatul tersusun dari :
-
sekam
-
lembaga
-
selaput putih beras
-
menir
-
pati
Bila kandungan sekam tinggi disebut dedak. Bila kandungan sekam rendah
disebut bekatul. Dedak/ bekatul cukup tinggi kandungan minyaknya maka mudah
tengik. Untuk menghindari ketengikan dilakukan pemanasan/ pengeringan segera
setelah proses penggilingan gabah. Ketengikan bisa tercegah akibat rusaknya enzim
lipolitik (lipase) yang terdapat pada dedak/ bekatul.
Dedak atau bekatul padi dapat digunakan untuk semua jenis ternak dan cukup
palatabel, tetapi tergantung dari tinggi rendahnya kandungan serat kasarnya (sekam).
Maksimal penggunaannya di dalam ransum adalah:
-
40% untuk sapi
-
30% - 40% untuk babi
-
25% untuk unggas
Penggunaan dedak/bekatul padi untuk babi sebaiknya dikurangi atau
dihentikan menjelang satu bulan sebelum babi dipotong, hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya lemak tubuh lembek. Disamping dedak/ bekatul padi terdapat
pula dedak/ bekatul gandum. Pemberian nama detik ataupun bekatul tergantung pada
bahan penyusunnya. Disebut bekatul bila bahan tersebut tersusun dari kulit berasnya
dan pati yang menempel, tetapi bila tercampur juga dengan kulit luarnya (sekam)
beserta lembaganya lebih tepat disebut dedak, atau lebih dikenal dengan nama wheat
pollard.
Penggunaan wheat pollard di dalam ransum sering dibatasi karena mempunyai
ringan per unit volume (bulky), namun demikian cukup palatabel bagi semua jenis
ternak. Disamping sebagai sumber energi juga sumber vitamin larut kecuali niasin.
Universitas Gadjah Mada
1.4. Gaplek
Gaplek adalah ubi kayu yang telah dikupas kulitnya dan telah dikeringkan.
Salah satu tujuan dari pengeringan adalah untuk dapat disimpan dalam waktu yang
cukup lama, mudah penanganannya dan mengurangi atau menghilangkan kandungan
ghekosida (linamarin) yang dapat menghasilkan HCN oleh adanya aktifitas enzim
tertentu.
Ada 2 varietas ubi kayu:
1. vanetas palut
2. varietas manis
Pada vanetas pahit terkandung HCN yang lebih tinggi (0,02% - 0,03%)
daripada yang terkandung di dalam varietas manis (<0,01%). Oleh karena itu di dalam
penggunaanya sebagai pakan harus diproses terlebih dahulu terutama yang varietas
pahit, sedang yang varietas manis dapat digunakan masih dalam keadaan segar.
Sebagian besar ubi kayu yang ditanam adalah dari vanetas manis.
Ubi kayu segar ataupun kering (gaplek) dapat digunakan sebagai bahan pakan
sumber energi untuk berbagai jenis ternak. Pemberiannya dapat dalam bentuk irisan
cacahan ataupun tepung. Sebagai sumber energi dapat digunakan untuk pengganti
seluruh bahan pakan butiran bagi babi akhir pertumbuhan, asal protein yang
dibutuhkan telah tercukupi, begitu juga baik bagi babi bunting dan babi menyusui.
Dalam pembuatan tapioka (pati ubi kayu) dihasilkan ampas yang disebut
onggok. Walaupun onggok merupakan ampas dari pembuatan tapioka, namun
kenyataannya masih cukup baik untuk digunakan sebagai bahan pakan sumber energi
terutama bagi ternak ruminansia. Hal ini disebabkan masih cukup tingginya kandungan
karbohidrat yang mudah larut (pati), dan tinggi rendahnya kandungan pati tersebut
tergantung dari proses pembuatan tapioka. Semakin baik prosesnya akan semakin
kurang kandungan karbohidrat yang mudah larut (pati) nya. Onggok sebagai bahan
pakan pada umumnya disimpan dalam keadaan kering dan diberikan kepada ternak
dalam bentuk tepung kasar/ giling kasar.
1.5. Tetes
Adalah tetes yang merupakan hasil samping dari pembuatan gula tebu.
Tanaman tebu sendiri terdiri dari bagian batang (60%) yang merupakan bahan utama
untuk pembuatan gula, pusuk tebu (30%) dan daun (10%) yang dapat digunakan
sebagai bahan pakan (forase).
Dari batang tebu yang digunakan pada pembuatan gula akan didapat:
Universitas Gadjah Mada
1. ampas (15%)
:
- ampas kasar 70%
- ampas halus 30%
2. cairan
:
- air 70%
- gula 10%
- tetes 3%
- bahan sisa2%
Ampas halus tersebut juga dapat dipakai sebagai bahan pakan khususnya bagi
ternak ruminansia. Tetes mengandung gula cukup tinggi, yaitu diatas 48%, terdiri dari:
-
25% - 40% sukrosa
-
12% - 25% gula yang lain
Tetes merupakan bahan pakan sumber energo yang cukup baik (55% — 75%
TDN). Walaupun tetes berupa cairan, tetapi kenyataannya cukup tinggi kandungan
bahan keringnya, yaitu: 70% — 80% dan abunya 8% — 10% dengan mineral utama K,
Ca, Cl dan garam sulfat.
Ada 4 macam prinsip penggunaan tetes di dalam pakan, yaitu:
1. Pada Pakan Kering
Tujuan:
-
menaikkan palatabilitas
-
mengurangi pendebuan
-
sebagai bahan perekat
Sebagai ancar-ancar penggunaan tetes:
-
15 % untuk sapi dan babi
-
8% untuk pedet
-
5% untukunggas
2. Pada pembuatan Silase
Tujuan: untuk mempercepat proses fermentasi dan memperbaiki palatabilitas
Penggunaannya:
•
cukup sebanyak 5% atau sebanyak 50 kg untuk setiap m3 forase
Bagi forase yang rendah kandungan proteinnya penggunaannya sebaiknya
ditambah urea sebagai sumber NPN. Dapat juga tetes disemprotkan pada
hei dengan tujuan untuk menghindari rontoknya daun.
3. Pada penggunaan Urea
Tujuan : untuk pembawa urea dalam campuran bentuk cair (urea tetes) sebagai
suplemen untuk ternak ruminansia
Di dalam campuran:
Universitas Gadjah Mada
Ureanya cukup tinggi yaitu sekitar 10% kadang-kadang lebih tinggi
Walaupun begitu konsumsi tetes pada campuran ini masih cukup rendah
yaitu sekitar 0,5 kg/ ekor/ hari.
4. Pada situasi dan kondisi tertentu
Pada daerah pabrik gula tidak jarang tersedia tetes melimpah dan
kenyataannya ada yang belum dimanfaatkan secara optimal. Apalagi dengan
kurang tersedianya bahan pakan butiran sebangsa padi. Dengan situasi dan
kondisi tersebut maka tetes dapat digunakan sebagai pengganti bahan pakan
butiran sebangsa padi. Tetapi perlu diketahui bahwa penggunaan tetes yang
banyak dalam ransum kemungkinannya dapat mendatangkan keracunan
apalagi dengan terbatasnya air minum.
Gejala-gejala keracunan :
Turunnya suhu tubuh
Kondisi lemah
Pernapasan cepat atau terengah-engah
1.6. Lemak/ Minyak
Tersedianya lemak sebagai hasil samping dari pemotongan ternak (sapi, kerbau,
kambing, domba, unggas) dan juga banyak tanaman (kelapa, sawit, kacang, dan lainlain) maka lemak/ minyak sering digunakan sebagai bahan pakan sumber energi di
dalam ransum komersial, namun penggunaannya tergantung dari harganya.
Lemak sebagai pakan : terutama berasal dari lemak ternak yang sudah tidak
digunakan sebagai bahan pangan. Begitu juga minyak sebagai bahan pakan baru
digunakan bila sudah tidak digunakan sebagai bahan pangan, sebab minyak tanaman
lebih menguntungkan bila dipakai sebagai bahan pangan atau yang lain (minyak
goreng, margarin, sabun, cat, dan yang lain hasil industri) yang lebih menguntungkan
daripada untuk pakan ternak.
Lemak/ minyak tanaman baru digunakan bila dibutuhkan kandungan energi
yang lebih tinggi di dalam ransum, hal ini disebabkan karena minyak/ lemak
mempunyai nilai energi 2,25 kali energi karbohidrat. Penggunaannya bertujuan:
untuk menghindari pendebuan pakan
memperbaiki tekstur pakan
menaikkan palatabilitas
memperlancar proses pembuatan pelet
Universitas Gadjah Mada
Penggunaan lemak/ minyak tanaman sebaiknya ditambah anti oksidan, bila
tidak maka pakan tersebut harus segera diberikan kepada ternak. Bagi ruminansia,
lemak/ minyak digunakan pada kondisi tertentu saja, misalnya:
untuk menghindari terjadmya bloat
digunakan di dalam pakan pengganti susu (milk replacer), yaitu dapat
sebanyak 15% —30%
-
2 - 4% untuk sapi dewasa dan sapi perah
-
5 - 10% untuk pakan babi (creep diets)
-
2 – 5% untuk unggas
Baru digunakan bila harganya bersaing murah dengan bahan pakan
butiran.
2. Konstrat Protein
Yaitu: Semua macam bahan pakan yang mengandung protein kasar > 20%.
Penggunaan konsentrat protein terutama ditujukan untuk ternak muda, ternak tumbuh
cepat dan ternak produksi tinggi. Berdasarkan sumbernya, konsentrat protein berasal
dari:
-
ikan laut
-
hewan darat
-
tanaman
-
asam amino sintetik
Konsentrat protein terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. Konsentrat protein hewan
2. Konsentrat protein nabati
3. Konsentrat protein sinteti
2.1. Konsentrat protein hewani
Terutama digunakan untuk ransum ternak non-ruminansia yang omnivora
(babi, unggas). Ransum ternak tersebut bila tanpa konsentrat protein hewan maka
akan sukar menghindari terjadinya defisiensi asam amino essensial dan beberapa
macam vitamin terutama vitamin B
12.
Oleh karena itu walaupun penggunaan di
dalam ransum dalam jumlah tidak banyak, tetapi telah dapat dengan segera
memperbaiki nilai nutritif dari ransum tersebut.
Universitas Gadjah Mada
-
Tepung lkan
Tepung ikan adalah konsetrat sumber protein hewani yang sangat penting dan paling
banyak digunkan dalam membuat ransum untuk ternak non ruminansia, khususnya
untuk pakan unggas. Hampir sepertiga dari hasil tangkapan ikan laut di dunia
digunakan untuk keperluan pembuatan tepung ikan yang digunakan dalam pembuatan
pakan ternak. Produser terbesar dunia dalam membuat tepung ikan adalah USA, Peru,
Chili dan Denmark. Dilaporkan oleh Swick (2002), produksi tepung ikan dunia pada
tahun 2000 mencapai 7,2 juta metrik ton, dan produksi ini memang bervariasai dari
tahun ketahun, tetapi ada kecenderungan meningkat pada beberapa tahun terakhir ini
Pembuatan tepung ikan pada umumnya dengan cara memasak ikan terlebih dahulu,
setelah itu di press untuk membuang minyak dan air yang terkandung didalamnya,
kemudian dikeringkan dan akhirnya dibuat tepung. Sebagaian besar tepung ikan
berwarna kecoklatan dengan nilai nutritif yang sangat baik. Rata-rata kandungan
protein kasarnya bervariasi dari 50 sampai 70%, kandungan lemak kasarnya antara 2
sampai 12%, tergantung dari proses yang dilakukan. Untuk tepung ikan yang tidak
diektraksi lemaknya maka kadar lemak kasarnya dapat mencapai 12% atau lebih.
Tepung ikan pada dasarnya sangat kaya akan asam amino, khususnya asam amino
lisin bial dibanding dengan sumber protein lainya, misalnya: bungkil kedelai.
Sedangkan kandungan asam-asam lemak sangat tergantung dari jenis ikannya.
Seperti halnya tepung ikan lemuru (sardine) sangat kaya dengan asam lemak omega3. Kandungan garam (NaCI) dan tepung ikan sangat tergantung dari proses
pembuatanya, tepung ikan-tepung ikan yang diproduksi secara industri relatif kecil
berkisar antara 1,3 sampai 4%. Adapun kandungan nutrien dan tepung ikan impor
yang sering digunakan dalam pakan untuk ternak unggas bila dibanding dengan bahan
pakan sumber protein lainnya tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan nutrien dari tepung ikan dan bahan pakan lainnya(%)1)
Bahan
Protein
air
lemak
Serat
abu
lisin
Metonin
kasar
Tepung ikan
62,2
8,8
8,9
0,8
20,2
4,04
1,61
Bungkil kedelai
44,0
11,7
2,5
5,2
6,0
2,64
0,60
Rapeseed meal
37,4
10,1
2,3
10,7
9,1
1,69
0,73
1)
Sumber dari Swick, 2002.
Universitas Gadjah Mada
Tepung ikan lokal
Pada umumnya dibuat dari : hasil samping pada pembuatan minyak ikan dan berbagai
macam ikan laut sisa yang sudah tidak dijual untuk dikonsumsi manusia. Ada dua
prinsip pembuatan tepung ikan, yaitu:
1. Bahan dikukus terlebih dahulu sebelum dikeringkan, tepung ikannya disebut
tepung ikan kukus.
2. Bahan tidak dikukus tetapi langsung dikeringkan, tepung ikannya disebut
tepung ikan non kukus.
Tepung ikan kukus berasal dari seluruh tubuh ikan yang telah dikukus dan
dipres untuk mengeluarkan minyaknya, kemudian ampasnya dikeringkan dan
digiling menjadi tepung ikan kukus.
Tepung ikan non kukus berasal dari seluruh tubuh ikan kecil dan berbagai
macam ikan sisa tanpa dikeluarkan minyaknya, langsung dikeringkan dan
digiling menjadi tepung ikan non kukus. Oleh karena itu kandungan minyak
pada tepung ikan non kukus adalah cukup tinggi, yaitu di atas 10%.
Pembuatan tepung ikan kukus dalam skala kecil, sebagai berikut:
- ikan dicacah, kemudian direbus dalam waktu singkat
- air dan minyaknya dipisahkan dengan kain saring
- ampasnya dikeringkan dengan jalan dijemur di bawah terik matahari
atau dengan udara panas (oven) pada suhu 45 — 65 °C sampai
kering.
- bila sudah kering kemudian digiling menjadi tepung ikan
Tepung ikan merupakan bahan pakan yang cukup mahal harganya, oleh
karena itu penggunaannya hanya untuk ternak non ruminansia (babi, unggas).
Tepung ikan juga merupakan bahan pakan standar bagi kedua ternak tersebut
yang gunanya untuk memenuhi kekurangan asam amino esensial di dalam
ransumnya. Disamping sebagai sumber protein (sekitar 60% protein kasar),
juga mengandung mineral Ca dan P yang cukup tinggi. Penggunaan tepung
ikan di dalam ransum menunjukkan respon yang lebih baik daripada
menggunakan konsentrat protein lain.
Penggunaannya:
- didalam ransum babi 7%
- didalam ransum unggas sekitar
- 10% untuk masa pertumbuhan
- 8% untuk masa akhir ayam pedaging
Universitas Gadjah Mada
- 5-6% untuk masa produksi telur
Penggunaan tepung ikan dalam aras yang tinggi mengakibatkan bau amis/anyir
pada produk daging atau produk telurnya.
- Tepung Udang
Bahan bakunya adalah berupa udang yang tidak layak dikonsumsi manusia
dari hasil sisa perusahan udang beku ataupun perusahaan ebi yang terdiri dari kepala
dan kulit.
Bahan baku tersebut selanjutnya dikeringkan dan digiling menjadi
tepung udang cukup tinggi, sehingga bila digunakan di dalam ransum unggas
tidak perlu adanya suplementasi kholin, namun kandungan khitin nya tinggi,
dan khitin ini dapat dikatakan hampir/ tidak dapat dicerna. Walaupun cukup
tinggi kandungan protein kasar di dalam tepung udang, tetapi sebetulnya 10%
protein kasarnya dan 50% nitrogen dalam kulitnya adalah berasal dari khitin.
Nilai nutritif tepung udang mirip dengan tepung daging, namun penggunaan
tepung udang untuk ransum babi dan unggas sebaiknya dicampur dengan
konsentrat protein yang lain.
- Tepung Daging
Berasal dari daging afkir dari berbagai jaringan lunak lain yang tidak dikonsumsi
manusia dari pemotongan ternak (rumah potong), juga dapat berasal dari ternak yang
mati. Oleh karena itu kualitasnya tergantung dari:
- komposisi bahan asal
- metode
- suhu pembuatannya
Nilai nutritifnya lebih rendah daripada tepung ikan. Kandungan proteinnya
umumnya berkisar 45 — 55%. Diberi nama tepung daging bila kandungan
mineral P < 4,4%. Jika kandungan mineral P > 4,4% maka disebut tepung
daging tulang.
Tingginya kandungan mineral P dibarengi dengan tingginya kandungan
mineral Ca, hal ini dikarenakan keduanya penyusun utama dari tulang. Oleh
karena itu maka diberi nama tepung daging tulang.
Penggunaan daging/ tepung daging tulang akan lebih baik bila dicampur
dengan sumber protein hewan yang lain, terutama bila digunakan untuk
menyusun ransum babi dan unggas. Disamping itu jumlah penggunaannya
Universitas Gadjah Mada
juga dibatasi tidak lebih dari 5% di dalam ransum babi penggemukan fase
pertumbuhan akhir dan tidak lebih dan 10% di dalam ransum babi induk dan
unggas.
- Tepung Darah
Berasal dari : darah hasil samping pemotongan ternak (rumah potong). Darah
yang sudah membeku direbus terlebih dahulu, kemudian dikeringkan menjadi
tepung darah. Dan bobot ternak seberat 1000 kg nantinya hanya dapat diperoleh
sekitar 6 kg tepung darah.
Tepung darah mengandung protein yang cukup tinggi, yaitu 80 — 85%,
namun nilai kecernaan dan kualitas proteinnya lebih rendah daripada protein
hewan yang lain, yaitu rendah kandungan asam amino isoleusin. Disamping itu
kandungan mineral Ca dan P nya juga rendah, oleh karena itu penggunaannya
akan lebih baik bila dicampur dengan sumber protein lain.
Sebagai
sumber
protein,
tepung
darah
kurang
populer
dan
penggunaannya dibatasi yaitu tidak lebih dari 5% di dalam ransum babi dan
unggas, namun untuk ransum sapi dan campuran susu untuk pedet
penggunaannya dapat lebih tinggi.
- Tepung Susu
Mengandung hampir semua nutrien yang dibutuhkan temak. Walaupun susu
merupakan pakan yang sangat baik, namun karena harganya mahal dan juga
membutuhkan tempat yang besar maka penggunaannya terutama hanya untuk
ternak muda.
Kekurangan yang ada pada susu, yaitu: Defisiensi mineral Fe dan Cu.
Oleh karena itu bila ternak muda diberi susu (tidak disapih) terlalu lama tanpa
diberi tambahan pakan sumber Fe dan Cu maka akan dapat menderita anemia.
Khusus pada anak sapi (pedet) yang diberi susu dalam waktu yang lama
akan dapat menghasilkan daging anak sapi (veal) yang berwarna pucat yang
dikenal dengan nama White Veal.
Untuk menghindari tempat yang besar dan lebih mudah untuk disimpan
maka susu cair dibuat menjadi tepung susu yaitu berupa tepung susu skim dan
tepung susu penuh. Tepung susu skim adalah tepung susu yang telah diambil
lemaknya termasuk vitamin yang larut dalam lemak, tetapi proteinnya masih
penuh (>35%).
Universitas Gadjah Mada
Proteinnya mempunyai nilai biologis dan kecernaan yang tinggi serta
sumber vitamin B yang baik kecuali vitamin larut lemak. Adanya defisiensi
vitamin larutan lemak (vitamin A dan D) maka sebaiknya dalam penggunaannya
ditambah dengan sumber vitamin tersebut minyaknya minyak ikan (cod-liver oil).
Penggunaan di dalam ransum pedet dan babi fase awal adalah sebanyak 5-20%
dan di dalam ransum ayam sebanyak 2-3%.
Tepung susu penuh adalah susu penuh yang dikeringkan menjadi tepung.
Jadi di sini semua macam nutrien yang terkandung di dalam susu masih lengkap.
Dengan demikian maka nilai nutritifinya secara umum masih lebih baik daripada
tepung susu skim, namun kandungan proteinnya adalah lebih rendah.
Penggunaan tepung susu penuh ditujukan sebagai pengganti susu (milk
replacer) dan ransum sapih awal pedet dan babi.
Pembuatan tepung susu skim dan tepung susu penuh sebetulnya untuk
pangan, oleh karena itu yang digunakan untuk pakan adalah tepung susu yang
baru saja kadaluwarsa sebagai pangan namun masih baik sebagai pakan.
- Tepung Bulu
Yang dimaksud bulu di sini adalah bulu ayam yang berasal dan rumah potong
ayam. Tepung bulu adalah bulu ayam yang telah mengalami hidrolisis dengan
jalan pengukusan pada suhu dan tekanan tinggi, kemudian dikeringkan dan
digiling menjadi tepung bulu Tepung bulu mengandung protein yang cukup tinggi,
yaitu: sebesar 75 — 80% dengan nilai kecernaan protein diantara 32 - 75%, bila
proses pembuatannva baik maka kecernaan protein kasarnya dapat maksimum
(± 75%). Kandungan nutrien tepung bulu yang pernah di laporkan oleh Han dan
Parsons (1991) tertera pada Tabel 2.
Universitas Gadjah Mada
Tabel 2. Kandungan nutrien tepung bulu berdasarkan
berdasarkan bahan kering udara
Salah satu kekurangan dari tepung bulu adalah defisiensinya beberapa
asam amino esensial penyusun protein bulu (misalnya asam amino metio
metionim)
dan juga rendahnya nilai kecernaan asam amino lisin. Oleh karena itu dalam
penggunaan tepung bulu di dalam ransum disarankan adanya
a nya tambahan bahan
pakan sumber protein hewan
hewa yang lain, misalnya tepung ikan ataupun tepung
daging agar macam dan jumlah asam amino esensial di dalam ransum tercukupi.
Sebagai ancar-ancar dalam penggunaan tepung bulu di dalam ransum
adalah sebanyak tidak lebih dari 5% untuk monogastrik dan disarankan dengan
tambahan tepung ikan sekitar 2,5%.
2.2. Konsentrat Protein Nabati
Terdapat banyak varietas biji-bijian dan buah-buahan yang ditanam untuk
diambil minyaknya. Beberapa di antaranya ada yang digunakan untuk pakan ternak,
tetapi lebih banyak dan umum yang digunakan sebagai bahan pakan adalah
sampingnya yang disebut bungkil. Yang disebut bungkil adalah hasil samping
pembuatan minyak nabati dari biji-bijian dan buah-buahan. Pada Bungkil:
- kandungan proteinnya umumnya tinggi
- kandungan karbohidratnya rendah
- kandungan minyaknya tergantung pada metode yang digunakan untuk
mengeluarkan minyak tersebut.
Ada beberapa macam biji-bijian yang kulit bijinya dikupas terlebih dulu
sebelum diproses untuk mendapatkan minyaknya, maka hasil sampingnya
(bungkilnya) akan mengandung lebih sedikit serat kasamya, sehingga nilai nutritif
bungkil tersebut akan lebih baik bila dibandingkan dengan bungkil dan biji-bijian
yang kulit bijinya tidak dikupas terlebih dahulu.
Pengeluaran minyak dan biji-bijian dapat dilakukan dengan jalan:
-
pengepresan
-
pelarutan
Pada proses pengepresan ada 2 type, yaitu:
1.
Pengepresan Hidrolik
-
Caranya : biji-bijian digiling terlebih dulu, kemudian dipanasi dan
selanjutnya dibungkus kain sebelum dipres.
-
Sisa minyak pada bungkil dan tipe ini adalah sedikit lebih tinggi daripada
dengan yang menggunakan pengepresan putar.
2.
Pengepresan Putar
-
Lebih umum disebut dengan proses pengeluaran (expelling process) yang
terus berlanjut.
-
Biji-bijian dipres putar lewat tabung yang ujungnya berlubang-lubang kecil.
-
Dengan tekanan yang tinggi maka akan terjadi kenaikan suhu yang
selanjutnya akan mempermudah minyak keluar tabung.
-
Pengeluaran minyak dengan jalan Pelarutan (solvent extraction)
Universitas Gadjah Mada
-
Akan didapat bungkil yang rendah kandungan minyaknya, yaitu dapat <2%.
-
Cara: Biji-bijian yang telah digiling dimasukkan pada tempat ekstraksi dan
selanjutnya pelarut dipompakan ke dalam dan terus dialirkan keluar.
-
Proses ini dilakukan berulang kali, sehingga minyak yang masih tertinggal di
dalam biji-bijian tersebut begitu rendah, sehingga betul-betul sudah tidak
mempunyai nilai yang ekonomis.
- Bungkil Kedelai
Biji kedelai adalah : biji-bijian yang tertinggi kandungan proteinnya (± 42%).
Sewaktu panen biji kedelai masih cukup tinggi kandungan airnya, oleh karena itu
perlu diturunkan kandungan airnya (< 15%) agar dapat tahan lama disimpan. Bila
digunakan sebagai bahan pakan perlu digiling dulu agar mudah dicampur dengan
bahan pakan butir-butiran.
Bagi ternak ruminansia : penggunaan biji kedelai tidak perlu diperlakukan
terlebih dahulu, tetapi bagi ternak non ruminansia (babi muda dan unggas) perlu
adanya perlakuan pemanasan pada suhu 115 °C selama 10 menit agar antikualitas
(anti tripsin atau trypsin inhibitor) yang disebut soyin menjadi tidak aktif, sehingga
tidak mengganggu proses pencernaan protein.
Biji kedelai jarang digunakan sebagai pakan ternak, sebab merupakan bahan
pangan sumber protein nabati yang sangat baik. Khusus untuk ternak, yang
digunakan sebagai bahan pakan adalah bungkilnya yaitu merupakan hasil samping
dan pembuatan minyak kedelai.
Bungkil kedelai adalah : salah satu bahan pakan konsentrat protein nabati
yang sangat baik. Kandungan asam amino esensialnya mendekati asam amino
esensial dari protein susu kecuali metionin dan lisin (rendah), sumber vitamin B
kecuali vitamin B12 yang sangat rendah yaitu tidak seperti yang terkandung di
dalam konsentrat protein hewani.
Sebagai setandar, bungkil kedelai mengandung protein kasar:
-
50% untuk yang berasal dan kedelai tanpa kulit biji (khusus untuk bahan pakan
ayam daging)
-
44% untuk yang berasal dan kedelai yang masih mengandung kulit biji (khusus
untuk bahan pakan babi)
Secara umum bungkil kedelai mempunyai kelebihan, yaitu:
-
kecernaannya tinggi
-
bau sedap
Universitas Gadjah Mada
-
dapat menaikkan palatabilitas ransum
- Bungkil Kacang tanah
Kacang tanah (biji) termasuk biji-bijian yang tinggi kandungan proteinnya (± 33%).
Agar kacang tanah dapat tahan lama disimpan, juga harus dibuat rendah
kandungan airnya, sebab kacang tanah mudah sekali tercemar oleh jamur
Aspergillus flavus yang menghasilkan toksin (aflatoxin). Aspergillus flavus dapat
tumbuh bila kacang tanah tersebut masih mengandung air di atas 9% , pada suhu
30-35 °C.
Untuk menghindari tumbuhnya jamur, maka cara yang paling mudah adalah:
penanganan yang baik saat panen disamping pengeringan yang cepat dan
disimpan di tempat yang kelembabannya rendah. Biji kacang tanah seperti halnya
biji kedelai yaitu jarang/ tidak digunakan sebagai bahan pakan ternak, tetapi sebagai
bahan pangan sumber protein yang baik. Yang digunakan sebagai bahan pakan
adalah bungkilnya yang merupakan hasil samping dari pembuatan minyak kacang
tanah
Tinggi rendahnya nilai nutritif bungkil kacang tanah tergantung dari macam
kacang dan proses pembuatan minyak kacang tanah tersebut. Pada saat sekarang,
bungkil kacang tanah kurang tersedia di pasaran. Dilihat dari kandungan nutriennya,
bungkil kacang tanah merupakan bahan pakan sumber protein nabati yang baik (±
45%) untuk semua jenis ternak. Namun perlu diketahui bahwa bungkil kacang tanah
juga tercemar jamur Aspergillus flavus yang menghasilkan toksin (aflatoxin). Oleh
karena itu dalam penggunaan harus betul-betul bebas dan aflatoxin tersebut.
- Bungkil Kelapa
Disebut pula sebagai bungkil kopra. Disebut bungkil kopra karena disebabkan
bahan baku yang diambil minyaknya adalah kopra. Kopra adalah daging kelapa
yang sudah dikeringkan sampai kadar airnya tinggal kurang dan 6% dengan
maksud agar kopra tersebut tidak rusak.
Dari 1000 butir daging kelapa akan menghasilkan sekitar 110 kg minyak dan
55 kg bungkil. Kandungan protein bungkil kelapa banya sekitar 20%, hal ini
tergantung dari kualitas kopranya dan macam peralatan yang digunakannya.
Kualitas proteinnya termasuk rendah, karena defisiensi asam amino lisin, disamping
itu juga tinggi kandungan serat kasarnya.
Universitas Gadjah Mada
Namun demikian, bungkil kelapa untuk ransum sapi perah dapat digunakan
sampai sebanyak 1,5 — 2,0 kg/ ekor/ hari dengan hasil memperbaiki kadar lemak
susu dan bila untuk pembuatan mentega akan menghasilkan mentega yang balk.
Begitu juga penggunaan bungkil kelapa untuk ransum babi dapat memperbaiki
kualitas lemak tubuh yaitu lemak tubuhnya menjadi kenyal.
Untuk unggas, bungkil kelapa dapat digunakannya dalam ransum juga, asal
disuplementasi dengan asam amino metionin dan lisin, begitu juga energinya perlu
disuplementasi dengan minyak tanaman atau lemak hewan.
- Bungkil Kelapa Sawit
Dan buah kelapa sawit dihasilkan 2 macam mmyak:
1. minyak dan sabut buah
2. minyak dan inti atau minyak daging buah
Yang dimaksud bungkil kelapa sawit di sini adalah bungkil dan pembuatan
minyak inti atau daging buah kelapa sawit, oleh karena itu sering disebut sebagai
bungkll inti sawit. Bungkil inti sawit banyak digunakan sebagai bahan pakan sapi,
bahkan untuk sapi perah (1,5 kg/ ekor/ hari) dapat menghasilkan susu yang bila
dibuat mentega akan menghasilkan mentega yang keras.
Untuk sapi dewasa dapat diberi bungkil inti sawit sebanyak 2 — 3 kg/ ekor/
hari. Hasil yang baik juga terjadi pada babi bila ransumnya mengandung bungkil inti
sawit sebanyak 20 — 30% (0,5 kg/ ekor/ hari), yaitu dengan terbentuknya lemak
tubuh yang kenyal, sehingga akan menaikkan kualitas daging. Untuk ransum ayam
jarang digunakan bungkil inti sawit, namun penggunaan sampai sebanyak 20% di
dalam ransum tetap dapat mempertahankan produksinya.
Kandungan protein kasar adalah lebih rendah (<20%) daripada bungkil
kelapa. Kandungan serat kasarnya cukup tinggi, sehingga nilai kecernaannya juga
lebih rendah daripada bungkil kelapa.
- Bungkil Kapok
Yang dimaksud bungkil kapok adalah bungkil dari biji kapok. Biji kapok merupakan
hasil samping dari tanaman kapok, oleh karena itu lebih tepat disebut bungkil biji
kapok. Hasil utama dan tanaman kapok adalah kapoknya sendiri yang digunakan
untuk berbagai jenis bantal tahan air. Bungkil kapok kecernaannya agak rendah,
sebab terdapatnya serat kasar di dalamnya (± 25%).
Universitas Gadjah Mada
Penggunaan sebagai bahan pakan sumber protein (± 30%) hanya khusus
untuk ternak ruminansia, sebab bungkil kapok kurang disenangi oleh ternak non
ruminansia, apalagi terdapatnya bau yang tidak disukai bahkan mungkin dapat
mendatangkan keracunan. Lain halnya dengan biji kapok giling ternyata dapat
digunakan di dalam ransum ternak ruminansia dalam jumlah yang cukup tinggi.
Perlu diketahui bahwa biji/ bungkil kapok tidak mengandung pigmen gossypol
seperti yang terdapat pada biji/ bungkil biji kapas.
- Bungkil Kapas
Bungkil Kapas adalah bungkil dari biji kapas, oleh karena itu lebih tepat
disebut bungkil biji kapas. Biji kapas merupakan hasil samping tanaman kapas,
sedang hasil utamanya adalah serat kapasnya yang digunakan untuk berbagai
macam kebutuhan.
Ada 2 macam bungkil kapas, yaltu:
1. Bungkil dari biji kapas tanpa kulit dengan kandungan protein ± 45%.
2. Bungkil dari biji kapas bersama kulitnya dengan kandungan protein ±26%.
Sebagai sumber protein, bungkil kapas rendah kandungan asam amino sistin,
metionin dan lisin.
Dilihat dari kandungan proteinnya, bungkil kapas tanpa kulit merupakan
konsentrat protein nabati kedua setelah bungkil kedelai. Bungkil kapas terutama
digunakan sebagai suplemen protein untuk temak ruminansia, tetapi untuk ternak
non ruminansia penggunaannya dibatasi karena mengandung pigmen kuning
(gossypol) yang bersifat racun bila penggunaannya berlebihan.
Disamping itu penggunaan bungkil kapas di dalam ransum unggas dapat
mengakibatkan penurunan kualitas telur yang dihasilkan yaitu terjadinya wama
kehijau-hijauan pada yolk dan warna kemerah-merahan (pink) pada albumen. Salah
satu cara untuk menetralkan sifat racun dan gossypol adalah mencampurnya
dengan FeSO4 atau garam Fe yang lain ke dalam bungkil kapas.
3. Sumber Mineral
Mineral yang terkandung di dalam ransum ternak kadarnya relatif rendah, tetapi
keberadaannya
sangat
penting.
Hal
ini
tampak
dan
adanya
penambahan/
suplementasi mineral tertentu ke dalam ransum agar terpenuhi sesuai dengan yang
dibutuhkan temak.
Universitas Gadjah Mada
Namun demikian penambahan mineral tersebut berbeda-beda, diantaranya
tergantung pada:
-
Spesies dan umur temak
-
Macam produk dan temak tersebut
-
Macam bahan pakan penyusun ransum
Khusus bahan pakan yang berasal dan tanaman, kandungan mineral di
dalamnya terutama tergantung dan kesuburan tanah tempat tumbuhnya. Pada
lazimnya, mineral-mineral yang perlu mendapat perhatian meliputi garam dapur (NaCl),
Ca, P. Mg, dan kadang-kadang S yang merupakan mineral makro. Dan mineral mikro
meliputi Cu, Fe, I, Mn, Se, dan Zn yang sering terjadi defisiensi pada ternak serta Co
yang mungkin juga dapat terjadi defisiensi pada ternak ruminansia.
Tercukupinya kadar dan keseimbangan antara masing-masing mineral adalah
sangat penting, hal ini dikarenakan adanya interelasi diantara mineral tersebut.
Adanya kelebihan salah satu mineral dapat mempengaruhi ketersediaan salah
satu atau lebih mineral lain. Sebagai contoh: Kelebihan mineral Ca dapat
menyebabkan penuruan ketersediaan mineral P. Mg, dan Zn. Begitu juga macam
sumber mineral harus dapat larut dan mineralnya dapat diabsorpsi yang selanjutnya
dapat digunakan oleh ternak. Feri Oksida (Fe2O3) adalah hampir tidak larut, oleh
karena itu Fe2O3 jarang digunakan sebagai sumber mineral Fe bagi ternak. Namun
bisa terjadi keracunan mineral, bila kadarnya di dalam ransum melebihi batas
maksimal.
3.1. Tepung Tulang
Tulang yang digunakan untuk pembuatan tepung tulang berasal dari:
- rumah potong ternak
- hotel
- rumah makan yang berupa tulang sampah
Selanjutnya tulang yang diperoleh tersebut diproses menjadi berbagai macam
tepung yaitu:
- tepung tulang rebus
- tepung tulang kukus
- tepung arang/ abu tulang
Tepung tulang rebus dibuat dengan jalan merebus tulang sampai semua sisa
jaringan yang menempel terlepas dan selanjutnya tulang dikeringkan dan digiling
menjadi tepung tulang (tepung tulang rebus).
Universitas Gadjah Mada
Tepung tulang kukus dibuat dengan jalan mengukus tulang di bawah tekanan
untuk melepaskan sisa daging dan lemak, selanjutnya tulang dikeringkan dan
digiling menjadi tepung (tepung tulang kukus).
Tepung arang/ abu tulang dibuat dengan jalan membakar tulang khususnya
tulang sampah agar menjadi steni dan menghilangkan semua senyawa organik,
selanjutnya arang/ abu tulang digiling menjadi tepung (tepung arang/abu tulang).
Semua macam tepung tulang merupakan sumber utama mineral Ca dan P di
dalam ransum ternak.
Kandungan Ca dan P di dalam ketiga jenis tepung tulang adalah sebagai berikut:
- tepung tulang rebus mengandung ± 22% Ca dan ± 10% P
- tepung tulang kukus mengandung ± 32% Ca dan ± 15% P
- tepung arang/ abu tulang mengandung ± 34% Ca dan ± 16% P
3.2. Garam Dapur (NaCl)
Kandungan utamanya adalah NaCl, merupakan sumber Na dan Cl. Garam dapur
sering ditambahkan ke dalam ransum ternak. Garam dapur bersifat palatabel dan
dapat menambah nafsu makan, sehingga sering digunakan sebagai bahan
pembawa (carrier) untuk mineral lain yang dibutuhkan ataupun untuk pembawa
lain seperti pestisida, obat-obatan dan sebagainya dalam jumlah 40% NaCl di
dalam campuran. Garam dapur biasanya dibutuhkan oleh ternak yang berproduksi
tinggi (laktasi) dan berbagai spesies yang punya kelenjar keringat.
Pada umumnya pemberian garam dapur adalah sebanyak 0,5% - 1,0%
untuk pakan komersial ternak ruminansia dan kuda serta di dalam pakan
konsentrat sebanyak 1 — 3%. Untuk ransum unggas dan babi biasanya
ditambahkan sebanyak 0,25 — 0,50% garam dapur. Selain garam dapur diberikan
bersama-sama ransum, juga sering pula disediakan tersendiri di dalam kandang.
Kelebihan garam dapur (NaCl) mengakibatkan problem bagi semua spesies
ternak terutama ternak babi dan unggas apalagi bila air minumnya terbatas. Di
dalam campuran, garam dapur harus betul-betul dalam keadaan halus. Yang
umum digunakan adalah garam dapur beryodium yang mengandung tidak kurang
dari 0,007% I.
Bila yang digunakan dalam bentuk garam KI, maka perlu adanya tambahan
stabilisator agar dapat mempertahankan kandungan yodiumnya. Lain halnya bila
yang
digunakan
diyodosalisilat.
Universitas Gadjah Mada
dalam
bentuk
garam
K103
atau
dalam
bentuk
asam
3.3. Tepung Batu Kapur (CaCo3)
Batu kapur atau yang senng disebut batu bintang (watu lintang) adalah: sumber
mineral Ca yang digunakan di dalam ransum temak. Batu kapur yang baik hampir
murni tersusun dari: kalsium karbonat (CaCo3) yang mengandung 36 — 38% Ca.
Tinggi rendahnya kandungan Ca tergantung dari kemurnian dari CaCo3 yang
terdapat di dalam batu kapur tersebut. Petunjuk sederhana kemurnian batu kapur
adalah makin putih/ jernih warna batu kapur tersebut akan makin tinggi kandungan
CaCo3 nya, yang berarti pula makin tinggi kandungan Ca nya.
Tepung batu kapur dapat dibuat dengan jalan menggiling batu kapur menjadi
tepung (tepung batu kapur). Sebagai sumber Ca, tepung batu kapur yang halus
dapat dicampur di dalam ransum temak, dan tepung batu kapur yang kasar dapat
diberikan tersendiri yaitu tidak dicampur di dalam ransum khusus untuk ternak
tertentu (ayam).
3.4. Kulit Kerang Giling
Yang dimaksud kulit kerang di sini termasuk juga kulit siput. Kulit kerang tersusun
dan hampir murni kalsium karbonat (95 — 99% CaCO3), merupakan sumber Ca
yang baik untuk semua jenis ternak. Kulit kerang sebagai sumber Ca mengandung
± 37% Ca.
Ada 2 macam kulit kerang giling, yaitu:
1. Kulit kerang giling kasar
ini khusus digunakan untuk ayam masa produksi telur dan pemberiannya dapat
dicampur di dalam ransum atau diberikan tersendiri.
2. Kulit kerang giling halus
ini digunakan untuk semua jenis ternak dan pemberiannya dicampur di dalam
ransum.
3.5. Sumber Mineral yang lain
Ada berbagai macam senyawa anorganik yang dapat digunakan sebagai sumber
mineral tertentu untuk ingredien ransum. Macam senyawa anorganik tersebut
seperti tertera pada Tabel 3.
Universitas Gadjah Mada
4. Sumber Vitamin
Download