bab v anatomi dan fisiologi - Sertifikasi Guru Rayon UNS

advertisement
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA
BAB V
ANATOMI DAN FISIOLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
5
ANATOMI DAN FISIOLOGI
A. Kompetensi Inti
:
B. Kompetensi Dasar
C. Uraian Materi
:
:
Menguasai materi, stuktur konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran Agribisnis
Ternak Ruminansia
Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Ternak Ruminansia
5.1 Anatomi Tubuh
Pengetahuan tentang terminologi atau istilah yang digunakan dalam setiap
bidang ilmu adalah penting. Terutama dalam mempelajari istilah-istilah anatomi baik
dalam hal arah, posisi, dan gerakan yang digunakan untuk menggambarkan posisi organ
dalam kaitannya dengan organ lainnya ataupun kaitannya dengan otot. Dalam
kedokteran hewan, terminologi anatomi berbeda dengan kedokteran manusia karena
lebih berfokus pada hewan berkaki empat dibanding dengan manusia yang memiliki dua
kaki. Istilah umum orientasi pada hewan dan manusia.
1. Cranial: ke arah ujung kepala
2. Caudal: ke arah ujung ekor
3. Dorsal: ke arah punggung
4. Ventral: ke arah perut
5. Superior: ke arah atas
6. Inferior: ke arah bawah
1
5.2 Anatomi dan fisiologi Pencernaan Ternak Ruminansia
Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu
terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus.
Namun demikian, struktur alat pencernaan kadang-kadang berbeda antara hewan yang
satu dengan hewan yang lain. Saluran Pencernaan ternak ruminansia meliputi: mulut,
esofagus, lambung (rumen, retikulum, omasum, abomasum), usus halus, usus besar
(kolon/sekum), dan rektum. Seperti terlihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Sistem Pencernaan ternak ruminansia
Mulut
Di dalam mulut terdapat saliva dan gigi. Saliva adalah cairan kompleks yang
diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam cavitas oral. Komposisi dari
saliva meliputi komponen organik dan anorganik, air sebagai penyusun utamanya.
Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai kation), khlorida, dan
bikarbonat (sebagai anion-nya), sedangkan komponen organik pada saliva meliputi
protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin,
vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti
testosteron dan kortisol. Saliva juga mengandung gas (CO2, O2, dan N2), immunoglobin
(seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32 mg%)/.
Fungsi
saliva:
membantu penelanan, buffer (ph 8,4 – 8,5) dan suplai nutrien mikroba. Sekresi saliva
pada sapi 150 liter hari-1, pada domba 10 liter hari-1.
Pencernaan di mulut pertama kali di lakukan oleh gigi molar dilanjutkan oleh
mastikasi dan di teruskan ke pencernaan mekanis.
2
Susunan gigi pada ternak sapi
Rahang atas
Rahang bawah
3
3
0
0
0
0
3
3
M
P
C
I
I
C
P
M
3
3
0
4
4
0
3
3
Keterangan : I (insisivus) = Gigi seri, C (canius) = Gigi taring ,
P (premolar) = Geraham depan, M (molar) = Geraham belakang
Gambar 5.2 Susunan gigi ternak sapi
Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak)
tidak mempunyai gigi seri dan gigi taring pada rahang atas, tetapi memiliki gigi geraham
lebih banyak dibandingkan dengan manusia. Gigi seri berbentuk seperti kapak, berfungsi
untuk menjepit dan memotong makanan. Antara gigi seri dan geraham terdapat rongga
yang disebut diastema.
Gigi geraham (premolare dan molare) sangat besar, kuat,
bergelombang seperti papan pencuci, berfungsi untuk menggiling dan menggilas dinding
sel tumbuhan yg dimakan. Jumlah gigi geraham yang banyak sesuai dengan fungsinya
untuk mengunyah makanan berserat (sellulosa, hemisellulosa, lignin). Rahang sapi dapat
bergerak menyamping untuk membantu menggiling makanan.
Faring dan esofagus
Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus
(kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi
(mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5
cm.
Lambung
Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut.
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan
dimamah kembali dan pada lambung juga terjadi proses fermentasi. Struktur lambung
ternak ruminansia memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen (fermentor), Retikulum,
Omasum dan Abomasum (lambung sejati, dimana proses pencernaan berlangsung secara
enzimatis), seperti terlihat pada Gambar 5.3
3
RUMEN
OMASUM
RETICULUM
ABOMASUM
Gambar 5.3 Lambung ternak ruminansia
Rumen merupakan bagian perut yang paling depan dengan kapasitas paling besar.
Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Rumen
terletak di rongga abdominal bagian kiri. Rumen sering disebut juga dengan perut
beludru. Hal tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat papilla dan papillae.
Rumen berfungsi sebagai tempat penampungan pakan yang dikonsumsi untuk sementara
waktu. Temperatur dalam rumen 39-400C dengan pH = 6,7 – 7,0. Di dalam rumen
terdapat bakteri, jamur dan protozoa, dan gas: CO2, CH4, N2, O2, H2, H2S. Kondisi dalam
rumen anaerob.
Retikulum merupakan bagian perut yang mempunyai bentuk permukaan
menyerupai sarang tawon dengan struktur yang halus dan licin serta berhubungan
langsung dengan rumen. Retikulum sering disebut sebagai perut jala atau hardware
stomach. Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya
tidak ada dinding penyekat. Pembatas diantara retikulum dan rumen yaitu hanya berupa
lipatan, sehingga partikel pakan menjadi tercampur. Fungsi retikulum adalah sebagai
penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen, tempat fermentasi, membantu
proses ruminasi dan mengatur arus ingesta ke omasum, serta absorpsi hasil fermentasi.
4
Omasum adalah bagian perut setelah retikulum yang mempunyai bentuk
permukaan berlipat-lipat dengan struktur yang kasar. Bentuk fisik ini dengan gerakan
peristaltik berfungsi sebagai penggiling makanan yang melewatinya dan juga berperan
menyerap sebagian besar air. Omasum sering juga disebut dengan perut buku/kitab,
karena permukaannya berbuku-buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara
omasum dan abomasums terdapat lubang yang disebut omaso abomasal orifice. Fungsi
omaso abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali
ke omasum. Omasum terletak disebelah kanan kanan(retikulum) garis media (disebelah
rusuk 7-11), Bentuk : ellips, permukaan dalam berbentuk laminae → perut buku (pada
lamina terdapat papila untuk absorpsi). Oomasum berfungsi sebagai : grinder, filtering,
fermentasi, dn absorpsi).
Abomasum merupakan bagian perut yang terakhir. Sebetulnya bagian inilah yang
sebenarnya merupakan perut ternak ruminansia. Abomasum sering juga disebut dengan
perut sejati. Pada anak sapi (pedet) abomasum mempunyai ukuran lebih besar dibanding
ketiga bagian lambung yang lain. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai
4,1. Abomasum terletak dibagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba menjadi sangat
asam, maka abomasum dapat berpindah kesebelah kiri. Abomasum berbentuk
memanjang, terdiri dari 3 bagian yaitu; kardia (sekresi mucus), fundika (mucus,
pepsinogen, renin dan HCl) dan pilorika (sekresi mucus). Permukaan abomasum dilapisi
oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim
yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel
parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin. Pada
saat terbentuk pepsin reaksi terus berjalan secara otokatalitik. Pada abomasum
merupakan tempat permulaan pencernaan secara enzimatis, mengatur arus digesta dari
abomasum ke duodenum.
Usus halus (Intestinum Tenue)
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu
dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).
5

Amilase dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus
(duodenum) yang kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi dekstrin
sederhana dan maltosa.

Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus mencerna pula
karbohidrat.
Enzim-enzim tersebut adalah
1. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
2. Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa
3. Laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Kedalam usus halus masuk 4 sekresi:
- Cairan duodenum: alkalis, fosfor, buffer
- Cairan empedu: dihasilkan hati, K dan Na (mengemulsikan lemak), mengaktifkan
lipase pankreas, zat warna
- Cairan pankreas: ion bikarbinat untuk menetralisir asam lambung
- Cairan usus
Pankreas terletak pada lengkungan duodenum, berfungsi mensekresikan enzim
amilase (alfa amilase, maltase, sukrase), Potease (tripsinogen, kemotripsinogen,
prokarboksi, peptidase), lipase ( lipase, lesitinase, fosfolapase, kolesterol, esterase) dan
nuklease (ribonuklease, deoksi ribonuklease)
Sekum dan Kolon, kondisinya hampir sama dengan rumen. Di dalam sekum
berlangsung absorbsi VFA dan air. Konsentrasi VFA pada sekum 7 mM, pada kolon: 60
mM, pada rumen = 100 – 150 mM.
Proses Pencernaan
Makanan yang sudah dikunyah di mulut, melalui kerongkongan akan masuk
rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen
terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase
yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu.
Di dalam rumen pakan
tercampur dengan cairan berlendir yang disebut saliva. Setelah beberapa saat pakan
ditampung. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini
makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus).
6
Bolus akan Dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut
makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat
kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Selanjutnya bolus
akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya (perut sejati) dan di tempat
ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim. Selulase yang
dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam
lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat
rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber
protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam
amino esensial seperti pada manusia. Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak
mempunyai struktur lambung seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa.
Proses
fermentasi yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung
bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung.
Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan
selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses
pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya
dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Rumen merupakan bagian saluran pencernaan vital pada ternak ruminansia. Pada
rumen terjadi pencernaan secara fermentatif dan pencernaan secara hidrolitik.
Pencernaan fermentatif membutuhkan bantuan mikroba dalam mencerna pakan
terutama pakan dengan kandungan selulase dan hemiselulase yang tinggi. Sedangkan
pencernaan hidrolitik membutuhkan bantuan enzim dalam mencerna pakan. Ternak
ruminansia besar seperti sapi potong dan sapi perah dapat memanfaatkan pakan dengan
kandungan nutrisi yang sangat rendah, akan tetapi boros dalam penggunaan energi. Pada
retikulum dan rumen terjadi pencernaan secara fermentatif, karena pada bagian tersebut
terdapat bermilyaran mikroba. salah satu mikrobia yang terdapat di dalam rumen adalah
mikrobia selulolitik, yaitu mikrobia pendegradasi selulosa menjadi senyawa yang lebih
sederhana seperti Volatil fatty acid (VFA). VFA inilah yang dijadikan ternak inang seperti
sapi sebagai sumber energi dan asam lemak susu (untuk sapi perah).
5.3 Anatomi dan Fisiologi Reproduksi
7
5.3.1 Anatomi dan fisiologi Organ Kelamin Betina
Organ kelamin betina terdiri dari ovarium, tuba fallopii, uterus, serviks, vagina,
dan vulva. Ovarium berfungsi untuk menghasilkan sel kelamin betina dan hormon
estrogen. Ovarium pada mamalia berjumlah sepasang sedangkan pada unggas ovarium
bagian kanan tidak berkembang (rudimenter). Tuba fallopii (oviduk) merupakan saluran
kecil berkelok-kelok yang terdiri dari silia yang membantu transportasi ovum. Tuba fallopii
berfungsi sebagai tempat terjadinya pembuahan (fertilisasi), kapasitasi spermatozoa, dan
tempat pembelahan zigot. Uterus terdiri dari dua bagian yaitu badan uterus (korpus) dan
percabangan uterus (kornua). Uterus berfungsi untuk membantu transportasi
spermatozoa ke tuba fallopii, tempat perkembangan embrio hingga siap dilahirkan, dan
tempat pembentukan plasenta. Serviks uteri memiliki cincin-cincin tulang rawan yang
merupakan spincter antar korpus uteri dengan vagina. Serviks akan menutup secara
sempurna kecuali pada saat estrus dan melahirkan. Vagina berfungsi sebagai tempat
memasukkan spermatozoa dan jalan kelahiran (partus). Vulva merupakan alat kelamin
luar ternak betina yang terdiri dari labia mayora dan labia minora.
8
Gambar 5.4. Organ Kelamin betina
5.3.2 Anatomi Organ Kelamin Jantan
9
Download