IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR Penerbit

advertisement
IDEN WILDENSYAH
BERMAIN BELAJAR
Penerbit
www.nulisbuku.com
Bermain Belajar
Menginspirasi
"Guru tidak bekerja laiknya seorang tukang, tetapi
bak seniman. Guru seperti ini tidak sekadar
berusaha mencetak murid-murid naik kelas dengan
standar angka-angka tertentu, namun ia mampu
membekali murid-muridnya dengan inspirasi yang
tak pernah mati" (Lendo Novo -Pendiri Sekolah Alam
Bandung)
Guru adalah teladan bagi murid-muridnya, guru
harus mampu menginspirasi dalam setiap
tindakannya. Guru bisa menginspirasi murid dari
hal-hal kecil, misalnya jujur dalam
bertindak, berkarya, menulis, dll.
Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan
adalah "penguasaan diri" sebab di sinilah
pendidikan memanusiawikan manusia
(humanisasi). Penguasaan diri merupakan
langkah yang harus dituju untuk tercapainya
pendidikan yang memanusiawikan manusia.
Ketika setiap peserta didik mampu menguasai
dirinya, mereka akan mampu juga menentukan
sikapnya. Dengan demikian akan tumbuh sikap
yang mandiri dan dewasa. Dalam setiap langkah
buku ini lahir dengan tujuan semoga bisa saling
menginspirasi dalam belajar bersama-sama.
Mari kita mulai bertualang dari lembar ke
lembar!
2
Bermain Belajar
BERMAIN BELAJAR
Bermain belajar adalah dua hal yang saling berkaitan
satu sama lain. Jika melihat jauh kebelakang, dalam
permainan tradisional terdapat banyak pembelajaran
yang bisa diambil. Menurut Mohammad Zaini Alif dari
Komunitas Hong, lewat permainan tradisional yang
sederhana dan dekat dengan alam, anak-anak diberi
jalan untuk
mencari tahu.
Permainan
tradisional
menjadi media
untuk transfer
ilmu pengetahuan
hidup dari
generasi lalu ke
generasi yang
akan datang.
Permainan tradisional lahir sebagai bentuk pewarisan
nilai dari para orangtua terhadap generasi muda. Ia juga
lahir dari kondisi alam dan lingkungan sekitar.
Terdapat banyak pembelajaran positif dalam sebuah
permainan. Secara tidak langsung anak-anak akan
dirangsang kreatifitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan,
kecerdasan, spiritualitas, dan keluasan wawasannya
melalui permainan tradisional sejak mereka kecil.
Sangatlah lengkap pembelajaran dalam sebuah
permainan tradisional. Beberapa permainan tradisional
3
Bermain Belajar
yang sering dimainkan misalnya congklak, gasing,
bekel, petak umpet, petak jongkok, gobak sodor, petak
benteng, dan masih banyak permainan menarik lainnya.
Bermain bagi seorang anak, menurut Guru Besar
Psikologi Universitas Indonesia Prof. Dr. S.C. Utami
Munandar, tidak tergantung pada mahal-murahnya
permainan atau alat permainan yang digunakan,
bermain adalah kebutuhan. Dengan bermain anak-anak
bisa mengembangkan semua potensi di dalam dirinya,
moral, sosial, emosi, ekspresi, dan sebagainya.
Seiring kemudian
muncul sekolah yang
dikembangkan oleh
pemerintah Hindi
Belanda di Indonesia
dengan melakukan
pemilahan sekolah
inlander dan sekolah
pribumi, permainan
tradisional pun
mengalami sedikit
demi sedikit
penyusutan. Walaupun
di beberapa daerah kegiatan permainan tradisional ini
masih dilakukan oleh anak-anak sekolah saat jeda
istirahat. Mereka memainkan dengan suasana yang ceria
diluar pelajaran. Dari sinilah kemudian menjadi tersekat
antara pelajaran dan permainan. Sekat itu yang
4
Bermain Belajar
kemudian menggiring opini terdapat perbedaan
mendasar dalam belajar dan bermain.
Sejatinya jika melihat ke permainan tradisional, justru
bermain itulah yang menjadi media pembelajaran. Tidak
ada sekat antara belajar dan bermain. Opini yang
berkembang dengan mensekat definisi bahwa belajar
adalah sesuatu yang serius, statis, dan duduk di dalam
kelas. Sementara bermain ada sesuatu yang tidak serius,
dinamis, dan dilakukan di luar ruangan.
Inilah yang kemudian menjadikan sekolah menjadi
sesuatu yang membosankan karena membatasi ruang
gerak anak-anak atau membatasi ruang bermain belajar
anak-anak. Padahal, kegiatan utama pada masa anakanak adalah bermain. Mereka belajar pada saat bermain,
mereka mencerna setiap pesan yang kemudian menjadi
bekal ketika dia dewasa. Dalam pemikiran anak-anak
bisa jadi sebenarnya pendidikan tentang rumus,
matematika, sosial, dan budaya terkandung sangat
dalam di setiap permainan.
Saat sekarang yang bisa dilakukan salah satunya
mengubah mindset bahwa bermain itu sama dengan
belajar. Demikian pula ketika belajar itu sama dengan
bermain. Jika demikian terjadi saya yakin belajar bukan
lagi sesuatu yang membosankan, belajar akan menjadi
sangat menarik sebagaimana anak-anak bermain.
5
Bermain Belajar
MENINJAU PENDIDIKAN HOLISTIK
Sebelum melangkah jauh tentang bermain belajar, kita
tinjau dulu pendidikan holistik. Pendidikan holistik dan
pendidikan konvensionla, ada apa dibalik itu semua?
Kritik terhadap pendidikan konvensional yang
menjadikan murid sebagai subjek yang pasif sudah lama
disampaikan oleh Paulo Friere. Paulo Freire adalah
tokoh pendidikan kritis asal Brazil yang memiliki
pandangan yang lebih menekankan peserta didik
sebagai subjek yang bebas. Gagasan-gagasan Freire
yang berciri kritis telah banyak mempengaruhi pikiran
ahli pendidikan yang selama ini tidak puas dengan
proses pendidikan yang telah berjalan.
Menurut Abraham
Maslow, pendidikan
harus dapat
mengantarkan
peserta didik untuk
memperoleh
aktualisasi diri (selfactualization) yang
ditandai dengan
adanya kesadaran,
kejujuran, kebebasan
atau kemandirian, dan kepercayaan. Pendidikan
bukanlah hanya transfer pengetahuan tetapi juga
membimbing seorang anak didik menjadi manusia yang
mengenal dirinya sendiri, serta mampu
6
Bermain Belajar
mengembangkan keunikan dirinya menjadi manusia
yang baik dengan peka terhadap apa yang terjadi
dengan lingkungan sekitar dirinya.
Ada sebuah penelitian di Amerika Serikat yang
melaporkan bahwa, peran otak kiri, yang berkaitan
dengan logika dan intelektual, pada keberhasilan
seseorang dalam mencapai kesuksesan hanya 4%. Porsi
terbesar untuk mencapai kesuksesan yakni 96%
didominasi peran otak kanan yang berkaitan dengan
kreativitas dan inovasi. Sayangnya, pola pendidikan
yang dapat membantu perkembangan otak kanan
kurang diperhatikan di Indonesia. Oleh karena itu,
pengembangan emosi dan kepribadian yang dapat
menuntun seseorang menjadi manusia arif dan
bijaksana cenderung terabaikan.
Untuk menjaga keseimbangan antara otak kiri, otak
kanan, dan hati dibutuhkan program yang holistik dan
terpadu. Program yang membuat belajar menjadi
berarti. Di dalamnya ada keterkaitan antara satu ilmu
dengan ilmu yang lainnya. Program tersebut biasanya
ada dalam Pendidikan holitik. Pendidikan holistik
adalah pembelajaran yang menggunakan konsep fokus
tidak berada pada guru tetapi guru hanya sebagai
pendamping belajar atau fasilitator. Pendidikan holistik
juga tidak berpusat bahwa yang perlu dikembangkan
bukan hanya kognitif tetapi perkembangan harus secara
menyeluruh baik secara kognitif, sosial, emosi, dan
spiritual.
7
Bermain Belajar
Menurut Basil Bernstein tujuan pendidikan holistik
adalah membantu mengembangkan potensi individu
dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan
dan menggairahkan,
demoktaris dan
humanis melalui
pengalaman dalam
berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui
pendidikan holistik,
peserta didik
diharapkan dapat
menjadi dirinya sendiri
(learning to be). Dalam
arti dapat memperoleh
kebebasan
psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar
melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh
kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter
dan emosionalnya.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
mengembangkan strategi pembelajaran holistik,
diantaranya,
(1)
menggunakan
pendekatan
pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran
yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas
disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5)
pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu
berada.
8
Bermain Belajar
Pembelajaran yang holistik dengan menggabungkan
banyak pelajaran juga memberikan sisi positif dalam
membuka wawasan antar bidang ilmu. Tidak linier
dalam satu bidang keilmuan saja tetapi juga menyeluruh
dengan melibatkan banyak sisi, banyak pembelajaran
dan saya yakin memberikan efek positif bagi adik-adik.
Pemberian praktek-praktek kecil sebelum menjelaskan
materi sangat baik untuk menyimpannya dalam memori
peserta didik. Setelah itu, pemberian materi atau
penjelasan rumus dirangsang melalui daya tangkap
peserta didik atas praktek-praktek yang dilakukan
sebelumnya.
Dalam cara belajarnya pun kadang tidak biasa, unik dan
berbeda dengan cara belajar konvensional. Guru bisa
membebaskan peserta didik untuk mencari sendiri
tempat, membuat suasana belajar menjadi mengasikan.
Ini sangat bagus dalam menghilangkan rasa jenuh
berada dalam ruang. Suasana yang mengasikan
membuat belajar menjadi menarik, ide lebih terbuka
dan inspirasi berdatangan.
Hal lain yang membuat sangat menarik dari pendidikan
holistik adalah interaksi dan komunikasi yang dibangun
dua arah antara guru dan peserta didik. Peserta didik
akan sangat baik dalam mengemukakan argumentasi,
melontarkan pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Hal
ini yang tidak terjadi dalam pendidikan konvensional,
dimana guru dan murid sangat berjarak. Adakalanya
murid malah takut kepada gurunya.
9
Bermain Belajar
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas guru
untuk memimpin
dan
mengontrol kegiatan
pembelajaran hanya sedikit dan guru lebih banyak
berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator.
Forbes (1996) mengibaratkan peran guru seperti
seorang teman dalam perjalanan yang telah
berpengalaman dan menyenangkan. Sekolah hendaknya
menjadi tempat peserta didik dan guru bekerja guna
mencapai tujuan yang saling menguntungkan.
Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting,
perbedaan individu dihargai dan kerjasama lebih utama
dari pada kompetisi.
10
Download