Penentuan Sektor Kunci dan Dampaknya terhadap

advertisement
98
VIII. DAMPAK INVESTASI PADA SEKTOR-SEKTOR KUNCI
DAN LAINNYA TERHADAP OUTPUT,
PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA
Tahun 2000 merupakan tahun awal diberlakukan kebijakan otonomi atau
desentralisasi. Setelah penerapan desentralisasi berjalan sampai tahun 2003 atau selama
3 tahun tentunya diharapkan telah ada perkembangan yang memuaskan dalam kinerja
pembangunan ekonomi Kota Bandung. Kinerja ekonomi tersebut dapat dilihat dari
output, pendapatan dan kesempatan kerja.
Oleh karena itu, pada bagian ini akan
diperbandingkan kinerja perekonomian Kota Bandung berdasarkan indikator output,
pendapatan dan kesempatan kerja antara tahun 2000 dengan tahun 2003, tiga tahun
sesudah diberlakukannya desentralisasi. Selanjutnya, pada bagian ini juga dianalisis
dampak konsumsi dan investasi 2000
dan 2003 terhadap output, pendapatan dan
kesempatan kerja. Terakhir, untuk melihat kemungkinan komposisi investasi yang lebih
baik dampaknya terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja maka dilakukan
analisis simulasi berdasarkan pada beberapa alternatif skenario simulasi.
8.1. Kinerja Perekonomian Kota Bandung Sebelum dan Sesudah Penerapan
Desentralisasi
Sebagai bahan evaluasi perkembangan kinerja perekonomian Kota Bandung
sebelum dan sesudah penerapan desentralisasi, Tabel 22 mengindikasikan kinerja
perekonomian Kota tersebut tahun 2000, sebelum penerapan desentralisasi dan tahun
2003, tiga tahun sesudah penerapan desentralisasi ditinjau dari pencapaian output,
pendapatan dan
kesempatan kerja. Berdasarkan indikator tersebut dapat diketahui
bahwa dari tahun 2000 sampai tahun 2003 output dan pendapatan mengalami
99
peningkatan yang sangat pesat. Dalam periode tersebut, output meningkat dari 9250978
juta rupiah pada tahun 2000 menjadi 40516677 juta rupiah pada tahun 2003 atau
meningkat sebesar 337.97 persen. Walaupun tidak sepesat peningkatan output,
pendapatan juga meningkat dari 5929364 juta rupiah pada tahun 2000 menjadi 9520506
juta rupiah pada tahun 2003 atau meningkat sebesar 60.56 persen.
Tabel 22. Kinerja Perekonomian Kota Bandung
Uraian
Sebelum
desentralisasi
(tahun 2000)
Setelah desentralisasi
(tahun 2003)
Peningkatan
atau
penurunan dari tahun
2000 ke tahun 2003
(dalam persen)
Output
(juta rupiah)
Pendapatan
(juta rupiah)
Kesempatan Kerja
(orang)
9250978
5929364
777.191
40516677
9520506
513174
337.97
60.56
-33.97
Namun demikian, kesempatan kerja yang justru menjadi hajat hidup masyarakat
Bandung dan sekitarnya mengalami penurunan pada periode tersebut. Pada tahun 2000,
sebelum penerapan kebijakan desentralisasi penciptaan kesempatan kerja adalah sebesar
777191 orang, sedangkan pada tahun 2003, setelah tiga tahun penerapan desentralisasi,
kesempatan kerja mengalami penurunan sehingga menjadi 513174 orang, atau menurun
sebesar 33.97 persen.
8.2.Dampak Konsumsi dan Investasi Tahun 2000 dan 2003 terhadap Output,
Pendapatan dan Kesempatan Kerja
Dari sisi permintaan, di luar konsumsi pemerintah, konsumsi rumah tangga dan
100
investasi dapat menjadi penggerak perekonomian Kota Bandung. Tabel 23 menunjukkan
hasil perhitungan dampak konsumsi rumah tangga Kota Bandung tahun 2000 dan 2003
terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja.
Tabel 23. Dampak Konsumsi Rumah Tangga terhadap Output, Pendapatan dan
Kesempatan Kerja
Uraian
Sebelum
desentralisasi fiskal
(tahun 2000)
Setelah desentralisasi
fiskal
(tahun 2003)
Peningkatan
atau
penurunan dari tahun
2000 ke tahun 2003
(dalam persen)
Output
(juta rupiah)
Pendapatan
(juta rupiah)
Kesempatan Kerja
(orang)
13467634
1421495
348830
15697412
2191365
195887
16.5
54.16
-43
Tabel 23 menunjukkan bahwa dari tahun 2000 sampai tahun 2003 output dan
pendapatan mengalami peningkatan. Dalam periode tersebut, output meningkat dari
13467634 juta rupiah pada tahun 2000 menjadi 15697412 juta rupiah pada tahun 2003
atau meningkat sebesar 16.5 persen. Begitupun juga dengan pendapatan yang meningkat
dari 1421495 juta rupiah pada tahun 2000 menjadi 2191365 juta rupiah pada tahun 2003
atau meningkat sebesar 54.16 persen.
Namun demikian, kesempatan kerja yang justru menjadi hajat hidup masyarakat
Bandung dan sekitarnya justru mengalami penurunan pada periode tersebut. Pada tahun
2000, dampak konsumsi terhadap penciptaan kesempatan kerja adalah sebesar 348830
orang, sedangkan pada tahun 2003, kesempatan kerja yang dihasilkan konsumsi
mengalami penurunan sehingga 195887 orang, atau menurun sebesar 43 persen.
101
Pola yang relatif serupa terjadi pada dampak investasi terhadap output,
pendapatan dan kesempatan sebagaimana tergambarkan dalam Tabel 24. Tabel tersebut
menunjukkan bahwa dari tahun 2000 sampai tahun 2003 output dan pendapatan
mengalami peningkatan. Output meningkat dari 4760381 juta rupiah pada tahun 2000
menjadi 4811734 juta rupiah pada tahun 2003 atau meningkat sebesar 1.07 persen.
Adapun pendapatan meningkat dari 663614 juta rupiah pada tahun 2000 menjadi 749866
juta rupiah pada tahun 2003 atau meningkat sebesar 13 persen.
Tabel 24. Dampak Investasi terhadap Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja
Uraian
Sebelum
desentralisasi fiskal
(tahun 2000)
Setelah desentralisasi
fiskal
(tahun 2003)
Peningkatan
atau
penurunan dari tahun
2000 ke tahun 2003
(dalam persen)
Output
(juta rupiah)
Pendapatan
(juta rupiah)
Kesempatan Kerja
(orang)
4760381
663614
123403
4811734
749866
71405
1.07
13
-42.14
Namun demikian, pada periode tersebut, kesempatan kerja mengalami penurunan
yang sangat tajam. Pada tahun 2000, dampak investasi terhadap penciptaan kesempatan
kerja adalah sebesar 123403 orang, sedangkan pada tahun 2003, kesempatan kerja yang
dihasilkan investasi mengalami penurunan sehingga menjadi 71405
orang, atau
menurun sebesar 42.14 persen.
Jika dibandingkan antara kontribusi konsumsi rumah tangga dan investasi
terhadap dalam menciptakan output, pendapatan dan kesempatan kerja maka tampak
bahwa nilai kontribusi konsumsi rumah tangga lebih besar dibandingkan dengan nilai
102
kontribusi investasi.
8.3. Simulasi Dampak Investasi pada Sektor-Sektor Kunci dan lainnya terhadap
Output, Pendapatan dan Kesempatan Kerja
Ke depan, untuk mendapatkan komposisi alokasi investasi yang dapat lebih
mensejahterakan masyarakat maka dilakukan beberapa simulasi alokasi dan realokasi
investasi ke beberapa sektor. Simulasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan hasil
perhitungan sebelumnya yang terkait dengan identifikasi beberapa sektor kunci. Hasil
identifikasi tersebut menunjukkan bahwa penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan
komunikasi dapat dijadikan sebagai sektor-sektor kunci. Beberapa sektor tersebut
dijadikan objek simulasi ini untuk mengetahui dampak investasi pada sektor-sektor
tersebut terhadap output, pendapatan dan kesempatan kerja. Simulasi dilakukan dengan
beberapa skenario (selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 2) berikut:
1. Simulasi 1: Simulasi basis yaitu dampak investasi tahun 2003 terhadap output,
pendapatan dan kesempatan kerja.
2. Simulasi 2: investasi pada sektor 1 (pertanian, peternakan dan perikanan) berkurang
sebesar 200 juta sedangkan sektor 16 (penginapan atau hotel bintang dan non
bintang), sebagai salah satu sector kunci, bertambah sebesar 200 juta.
3. Simulasi 3: investasi pada sektor 1 (pertanian, peternakan dan perikanan) berkurang
sebesar 200 juta sedangkan sektor 21 (komunikasi), sebagai salah satu sector kunci,
bertambah sebesar 200 juta.
4. Simulasi 4: investasi pada sektor 1 (pertanian, peternakan dan perikanan) berkurang
sebesar 200 juta sedangkan sektor 16 (penginapan atau hotel bintang dan non bintang)
dan sektor 21 (komunikasi) masing-masing naik sebesar 100 juta.
103
5. Simulasi 5: investasi pada sektor 9 (industri barang dari logam, mesin dan
peralatannya) berkurang sebesar 200 juta sedangkan investasi pada sektor 1
(pertanian, peternakan dan perikanan) naik sebesar 200 juta.
6. Simulasi 6:
investasi pada sektor 9 (industri barang dari logam, mesin dan
peralatannya) berkurang sebesar 200 juta sedangkan investasi pada sektor 16
(penginapan atau hotel bintang dan non bintang) naik sebesar 100 juta, sektor 21
(komunikasi) naik sebesar 60 juta dan sektor 1 (pertanian, peternakan dan perikanan)
naik sebesar 40 juta.
Dari hasil simulasi sebagaimana pada Tabel 25 diketahui bahwa realokasi
investasi pada dua sektor prioritas yang dapat dikategorikan sebagai kelompok sektor jasa
yaitu penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan komunikasi serta sektor pertanian,
peternakan dan perikanan memiliki dampak yang bervariasi. Secara umum, investasi
pada sektor-sektor prioritas dapat meningkatkan kinerja ekonomi Kota Bandung.
Tabel 25. Simulasi Dampak Investasi pada Sektor-Sektor Kunci dan Lainnya terhadap Output,
Pendapatan dan Kesempatan Kerja
Skenario
Simulasi I
Data dasar (2003)
Simulasi II
Simulasi III
Simulasi IV
Simulasi V
Simulasi VI
Output
(juta rupiah)
Pendapatan
(juta rupiah)
Kesempatan Kerja
(orang)
4805069
4805245
4805197
4805221
4805027
4805152
744356
744358
744358
744379
744338
744360
71347
71339
71337
71338
71358
71350
Simulasi I yaitu simulasi basis dengan menggunakan data dasar investasi
sebagaimana terlaporkan dalam tabel Input Output Kota Bandung tahun 2003. Hasil
104
simulasi ini menunjukkan jumlah output yang dihasilkan sebesar 4805069 juta rupiah,
pendapatan sebesar 744356 juta rupiah, dan kesempatan kerja sebesar 71347 orang.
Simulasi II yaitu dengan merealokasikan investasi sebesar 200 juta dari sektor
pertanian, peternakan dan perikanan ke sektor penginapan atau hotel bintang dan non
bintang), sebagai salah satu sektor kunci, mengakibatkan kenaikan output dan pendapatan
dan mengurangi kesempatan kerja. Dibandingkan dengan output, pendapatan dan
kesempatan kerja pada simulasi basis, hasil simulasi II meningkatkan output dari
4805069 juta menjadi sebesar 4805245 juta dan pendapatan dari 744356 juta menjadi
sebesar 744358 juta sedangkan kesempatan kerja turun dari 71347
orang menjadi
sebanyak 71339 orang.
Simulasi III yaitu dengan merealokasikan investasi sebesar 200 juta dari sektor
pertanian, peternakan dan perikanan ke sektor komunikasi, sebagai salah satu sektor
kunci, mengakibatkan pola yang relatif sama dengan hasil simulasi II yaitu kenaikan
output dan pendapatan dan mengurangi kesempatan kerja. Dibandingkan dengan output,
pendapatan dan kesempatan kerja pada simulasi basis, hasil simulasi III meningkatkan
output dari 4805069 juta menjadi sebesar 4805197 juta dan pendapatan dari 744356 juta
menjadi sebesar 744358 juta sedangkan kesempatan kerja turun dari 71347
orang
menjadi sebanyak 71337 orang. Dengan demikian, kenaikan output hasil simulasi III
lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan output pada hasil simulasi II dan penurunan
kesempatan kerja hasil simulasi III lebih banyak dibandingkan dengan penurunan
kesempatan kerja hasil simulasi II. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor penginapan
lebih perlu diprioritaskan dibandingkan dengan sektor komunikasi.
Simulasi IV yaitu dengan merealokasikan investasi sebesar 200 juta dari sektor
105
pertanian, peternakan dan perikanan ke sektor penginapan dan komunikasi, masingmasing sebesar 100 juta.
Simulasi ini juga mengakibatkan kenaikan output dan
pendapatan dan mengurangi kesempatan kerja. Dibandingkan dengan output, pendapatan
dan kesempatan kerja pada simulasi basis, hasil simulasi IV meningkatkan output dari
4805069 juta menjadi sebesar 4805221 juta dan pendapatan dari 744356 juta menjadi
sebesar 744379 juta sedangkan kesempatan kerja turun dari 71347
orang menjadi
sebanyak 71338 orang.
Simulasi V yaitu dengan merealokasikan investasi sebesar 200 juta dari sektor
industri barang dari logam, mesin dan peralatannya ke sektor pertanian, peternakan dan
perikanan. Simulasi ini mengakibatkan penurunan output dan pendapatan dan kenaikan
kesempatan kerja. Dibandingkan dengan output, pendapatan dan kesempatan kerja pada
simulasi basis, hasil simulasi V menurunkan output dari 4805069 juta menjadi sebesar
4805027 juta dan pendapatan dari 744356 juta menjadi sebesar 744338 juta sedangkan
kesempatan kerja naik dari 71347 orang menjadi sebanyak 71358 orang.
Simulasi VI yaitu dengan merealokasikan investasi sebesar 200 juta dari sektor
industri barang dari logam, mesin dan peralatannya ke sektor penginapan sebesar 100
juta, sektor komunikasi sebesar 60 juta, dan sektor pertanian, peternakan dan perikanan
sebesar 40 juta. Simulasi ini mengakibatkan kenaikan baik pada output, pendapatan dan
kesempatan kerja. Dibandingkan dengan output, pendapatan dan kesempatan kerja pada
simulasi basis, hasil simulasi VI meningkatkan output dari 4805069 juta menjadi sebesar
4805152 juta dan pendapatan dari 744356 juta menjadi sebesar 744360 juta sedangkan
kesempatan kerja naik dari 71347 orang menjadi sebanyak 71350 orang.
Dalam konteks Kota Bandung, keenam simulasi tersebut secara umum
106
mengindikasikan dua hal penting. Pertama, investasi pada sektor kunci yaitu sektor
penginapan dan komunikasi dapat meningkatkan output dan pendapatan, namun belum
tentu dapat meningkatkan kesempatan kerja. Kedua, kombinasi prioritas investasi pada
sektor penginapan, komunikasi dan pertanian cenderung tidak hanya meningkatkan
output dan pendapatan tetapi juga kesempatan kerja.
Download