POSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN1 Marson2 ABSTRAK Sungai Ogan dimanfaatkan penduduk untuk kepentingan sosial dan ekonomi, dampak kegiatan tersebut mengakibatkan perubahan kualitas perairan sungai dan berpengaruh pada keanekaragaman biota perairan khususnya makrozoobentos. Penelitian dilaksanakan pada Maret hingga Mei 2013 di perairan Sungai Ogan. Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan menggunakan Ekman Grab. Penelitian ini bertujuan menganalisis struktur komunitas makrozoobentos di perairan Sungai Ogan. Hasil penelitian: Nilai rata-rata indeks keanekaragaman makrozoobentos di stasiun penelitian berkisar antara 0,72 - 1,29. Nilai indeks dominansi (C) disemua stasiun pengambilan sampel termasuk rendah dengan nilai berkisar 0,31 - 0,53. Nilai indeks kesamaan antar stasiun berkisar 25 - 80%. Kata kunci: keragaman jenis, makrozoobenthos, Sungai Ogan PENDAHULUAN Sungai Ogan merupakan salah satu dari 8 (delapan) anak Sungai Musi yang terletak di wilayah Kecamatan Kertapati, Seberang Ulu, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, dimana digunakan untuk berbagai keperluan, seperti mandi cuci kakus (MCK), menangkap ikan, jalur transportasi air, perdagangan, peindustrian. Sumber pencemaran utama dapat disebabkan oleh adanya limbah domestik yang berasal dari pemukiman penduduk, dermaga speed boat, aktivitas pasar, perindustrian seperti beras, karet, pangan hewan dan kayu. Adanya berbagai macam aktivitas manusia tersebut, secara langsung maupun tidak langsung akan dapat mempengaruhi kualitas air dan kondisi fisik badan perairan yang pada akhirnya akan mempengaruhi lingkungan sehingga mengganggu kehidupan organisme khususnya, makrozoobentos. Makrozoobentos dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam pemantauan kualitas air sungai secara kontinyu, karena hewan bentos dapat menghabiskan seluruh hidupnya dalam lingkungan tersebut. Makrozoobentos sebagai organisme dasar perairan mempunyai habitat yang relatif tetap dan mempunyai tingkat kepekaan yang berbeda terhadap bahan pencemar. Sehingga perubahan kualitas air dan substrat tempat hidupnya sangat mempengaruhi komposisi dan kelimpahannya. Komposisi dan kelimpahannya bergantung kepada toleransi atau sensitifitasnya terhadap perubahan lingkungan, dimana makrozoobentos dapat bersifat toleran atau bersifat sensitif sehingga jenis ini dapat dijadikan indikator pencemaran suatu perairan. Organisme makrozoobentos lebih sering digunakan dalam memonitoring atau pemantauan biologis dibandingkan organisme lainnya (Handayani, 2006). Beragamnya aktivitas dan terakumulasinya limbah buangan di sekitar perairan Sungai Ogan, dapat mengakibatkan perubahan kualitas perairan sungai. Selain itu juga dapat mempengaruhi kelimpahan dan komposisi dari suatu organisme yang biasanya dijadikan sebagai indikator adanya gangguan ekologi yang terjadi pada suatu perairan sungai. Untuk itu perlu adanya suatu penelitian tentang kualitas perairan ditinjau dari struktur komunitas makrozoobentos di perairan Sungai Ogan, Kecamatan Kertapati, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. 1 2 Poster dipresentasikan pada Seminar Nasional Perikanan Indonesia Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta, 19-20 November 2015 Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum. e-mail: [email protected] Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur komunitas makrozoobentos di perairan Sungai Ogan yang meliputi keanekaragaman, dominansi dan kesamaan komunitas makrozoobentos. BAHAN DAN METODA Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2013 di perairan Sungai Ogan Kecamatan Kertapati Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan (Gambar 1). Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Pengamatan dan identifikasi makrozoobentos dilaksanakan di Laboratorium Taksonomi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, sedangkan analisa sampel substrat dilakukan di Laboratorium Kimia Biologi dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya Palembang, di Indralaya. Alat yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya adalah alat tulis, ayakan zoobentos 500 µm, baki, baskom, botol sampel, botol vial, cawan petri, ember, Ekman Grab, GPS, kaca objek, kamera digital, kertas label, mikroskop binokuler, pinset, pipet tetes, pH meter, Secchi disk, Termometer dan kertas tisu. Sedangkan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Aquades, Alkohol 70% dan Formalin 10%. Penentuan stasiun pada lokasi penelitian dilakukan menggunakan metode Purposive dengan melihat perbedaan rona lingkungan berada di bagian Sungai Ogan. Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan menggunakan Ekman Grab. Diawali dengan mengambil susbtrat pada dasar perairan. Sampel yang didapat selanjutnya dimasukkan ke dalam ember yang telah berisi air, kemudian dihomogenkan. Setelah itu sampel disaring menggunakan ayakan bentos berukuran 500 µm dan disortir menggunakan metode hand sorting. Sampel hewan makrozoobentos dimasukkan ke dalam botol yang telah diisi ¾ aquades dan dipenuhi oleh formalin 10% sebagai pengawet sampel, lalu botol diberi kertas label sesuai dengan lokasi pengambilan sampel. Kemudian sampel dibawa ke laboratorium Taksonomi Hewan untuk diidentifikasi menggunakan mikroskop. Sampel makrozoobentos yang telah diidentifikasi selanjutnya disimpan dalam botol sampel baru yang sebelumnya telah dimasukkan larutan alkohol 70% sebagai pengawet sampel. Indeks Keanekaragaman (Diversitas) Indeks keanekaragaman menunjukkan kekayaan spesies dalam suatu komunitas. Keanekaragaman suatu biota air dapat ditentukan dengan menggunakan teori informasi Shannon-Wienner persamaan berikut: (H’). Indeks keanekaragaman dapat dilihat pada Keterangan: H’= Indeks keanekaragaman ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah individu total Kriteria Indeks Shanon-Wiener (Krebs, 1989) yang sering digunakan untuk menginterpretasikan keanekaragaman, yaitu: H’ < 1, keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies atau genera rendah, kestabilan komunitas rendah dan keaadan perairan telah tercemar berat. 1 ≤ H’ < 3, keanekaragaman tergolong sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies atau genera sedang, kestabilan komunitas sedang dan perairan telah tercemar sedang. H’ ≥ 3, keanekaragaman tergolong tinggi, penyebaran individu tiap jenis atau genera tinggi dan perairanya masih bersih atau belum tercemar. Indeks Dominansi Indeks dominansi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai genus yang mendominansi dalam suatu komunitas. Indeks dominansi dapat dilihat pada persamaan berikut: C = ∑ (ni/n)2 Keterangan: C = Indeks Dominansi ni = Jumlah individu spesies ke-i (dalam penelitian ini famili ke-i). N = Total jumlah individu seluruh famili Indeks dominansi berkisar antara 0 – 1. Kriteria yang sering digunakan untuk menginterpretasikan Indeks Dominansi Simpsons (1949) dalam Odum (1993) adalah sebagai berikut: 0 < C < 0,5 : tidak ada jenis yang mendominansi 0,5 < C < 1 : terdapat jenis yang mendominansi Indeks Kesamaan Komunitas Antar Stasiun Kesamaan komunitas makrozoobentos pada mikrohabitat yang berbeda dapat ditentukan dengan menggunakan Indeks Sorensen (1948) dalam Odum (1993) dengan rumus: 2C S= x 100% A + B Keterangan: S = Indeks Kesamaan Sorensens C = Jumlah Spesies yang terdapat di lokasi A dan B A = Jumlah Spesies yang terdapat di lokasi A B = Jumlah Spesies yang terdapat di lokasi B Di ISBN ISBN : 978-602-72574-5-0 : 978-602-72574-5-0 Berkelanjutan Berkelanjutan 2015, STP 2015,JAKARTA STP JAKARTA Di Indeks Sorensen digunakan untuk membandingkan kesamaan antar stasiun berdasarkan parameter biologi atau kesamaan antar jenis suatu spesies. Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan kesamaan Sorensens adalah: Jika ≤ 50% maka komunitas relatif berbeda Jika ≥ 50% maka komunitas relatif mendekati sama HASIL DAN PEMBAHASAN Makrozoobentos yang ditemukan selama penelitian di perairan Sungai Ogan Kertapati terdiri dari 5 kelas dan 8 genera. Dari 8 genera tersebut didapat 1 jenis Bivalvia, 2 jenis Gastropoda, 2 jenis Insekta, 2 jenis Oligochaeta dan 1 jenis Polychaeta. Indeks Keanekaragaman (H’) Hasil pengamatan terhadap nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wiener disajikan pada Gambar 2. 1,5 1 0,5 0 St. I St. II St. III St. IV St. V Gambar 2. Indeks Keanekaragaman (H’) Makrozoobentos pada Maret 2013 Nilai rata-rata indeks keanekaragaman makrozoobentos di stasiun penelitian berkisar antara 0,72 - 1,29. Indeks keanekaragaman pada stasiun III termasuk kedalam kategori rendah. Sedangkan stasiun I,II,IV dan V termasuk kedalam kategori sedang, dimana keanekaragaman jenisnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jenis habitat, stabilitas lingkungan, produktifitas, kompetisi, aktivitas industri, pembuangan limbah rumah tangga dan aktivitas lainnya seperti perdagangan dan transportasi air. Suatu lingkungan yang memiliki keanekaragaman jenis yang besar umumnya akan terdiri dari populasi-populasi yang masing-masing dengan jumlah individu yang relatif kecil. Sebaliknya, lingkungan yang memiliki keanekaragaman jenis kecil umumnya dalam lingkungan tersebut akan dihuni oleh jenis yang terbatas dengan jumlah individu melimpah. Nilai rata-rata indeks keanekaragaman pada Gambar 2. menunjukkan bahwa nilai tertinggi ditemukan di stasiun IV yakni sebesar 1,29. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah jenis makrozoobentos yang ditemukan lebih banyak dan jumlah individunya tersebar secara merata di setiap stasiun sehingga tidak ada spesies yang mendominasi. Berdasarkan Indeks Shanon-Wiener keanekaragaman di stasiun tersebut keanekaragamannya tergolong sedang. Penyebaran atau keberadaan makrozoobentos yang merata pada stasiun ini dapat disebabkan karena lokasi pengambilan sampel yang tidak jauh dari daratan yang didominansi oleh susbtrat pasir. Seperti diketahui sebelumnya bahwa kondisi substrat pasir merupakan salah satu habitat yang baik bagi Gastropoda. Terbukti dengan banyaknya jenis Gastropoda yang ditemukan pada stasiun ini dibandingkan dengan stasiun lain. Nilai rata-rata indeks keanekaragaman terendah terdapat pada stasiun III (aktivitas masyarakat, dermaga dan pasar induk Jakabaring) yakni sebesar 0,72. Rendahnya nilai indeks keanekaragaman ini karena melimpahnya jumlah dari Limnodrilus sp., sehingga menyebabkan penyebaran jumlah dari individu setiap spesiesnya tidak merata. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa nilai indeks keanekaragaman sangat dipengaruhi oleh 361 Di ISBN ISBN : 978-602-72574-5-0 : 978-602-72574-5-0 Berkelanjutan Berkelanjutan 2015, STP 2015,JAKARTA STP JAKARTA Di faktor jumlah spesies, jumlah individu dan penyebaran individu pada masing-masing spesies (Barus, 2002). Faktor lain yang dapat mempengaruhi rendahnya nilai indeks keanekaragaman pada stasiun III karena terletak pada lokasi pasar induk Jakabaring dan dermaga kapal komersil dan speed boat. Terganggunya perairan diduga berasal dari limbah rumah tangga dari pasar induk dan akibat kapal komersil dan speed boat yang bersandar, yaitu tercecernya minyak maupun oli yang bisa menyebabkan terganggunya kelangsungan hidup hewan makrozoobentos di lokasi tersebut. Indeks Dominansi (C) Nilai indeks dominansi (C) di keseluruhan stasiun pengambilan sampel termasuk rendah dengan nilai berkisar 0,31 - 0,53. Nilai C mendekati 0 (0,5). Hal ini menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian tidak terdapat spesies yang mendominasi di perairan Sungai Ogan. Menurut Suartini (2005) dominansi dapat terjadi karena adanya kesesuaian faktor lingkungan yang diperlukan untuk kehidupan spesies tersebut. Hasil perhitungan nilai indeks dominansi dapat dilihat pada Gambar 3. 0,6 0,4 0,2 0 St. I St. II St. III St. IV St. V Gambar 3. Indeks Dominansi (C) Makrozoobentos pada Maret 2013 Hasil perhitungan indeks dominansi seperti yang terlihat pada Gambar 3, menunjukkan bahwa indeks dominansi tertinggi terdapat pada stasiun III dengan nilai berkisar 0,53, sedangkan nilai indeks dominansi terendah terdapat pada stasiun IV dengan nilai berkisar 0,31. Suatu spesies dapat menjadi dominan di lingkungannya karena adanya faktor fisika dan kimia air serta habitat yang cocok bagi kehidupan organisme tersebut. Dalam hal ini, Limnodrilus sp. dapat dikatakan sebagai spesies yang mendominasi di Sungai Ogan, terlihat dari ditemukannya spesies tersebut hampir di semua stasiun dengan kepadatan yang cukup tinggi. Adanya dominansi menurut Fitriana (2006) menandakan bahwa tidak semua makrozoobentos memiliki daya adaptasi dan kemampuan bertahan hidup yang sama di suatu tempat. Hal ini juga berarti makrozoobentos di lokasi pengamatan tidak memanfaatkan sumberdaya secara merata. Indeks Kesamaan antar Stasiun Nilai indeks kesamaan antar komunitas makrozoobentos antar stasiun pada perairan Sungai Ogan Kertapati dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Indeks Kesamaan Komunitas Makrozoobentos antar Stasiun Stasiun I II III IV V II 44,44 Indeks Kesamaan III IV 57,14 66,66 25 60 50 362 V 44,44 60 25 80 Di Di ISBN ISBN : 978-602-72574-5-0 : 978-602-72574-5-0 Berkelanjutan Berkelanjutan 2015, STP 2015,JAKARTA STP JAKARTA Nilai indeks kesamaan antar stasiun berkisar 25 - 80%. Apabila nilai indeks kesamaan ≤ 50 % maka komunitas relatif berbeda, sedangkan nilai indeks kesamanaa yang ≥ 50%, maka komunitas relatif mendekati sama. Dapat disimpulkan bahwa pada lokasi penelitian memiliki tingkat kesamaan komunitas yang relaif berbeda dan relatif mendekati sama. Tingkat similaritas tertinggi terdapat pada stasiun IV dan V dengan nilai berkisar 80%. Tingginya nilai similaritas antara stasiun IV dan V menunjukkan kemiripan kedua wilayah tersebut dibandingkan dengan stasiun lain. Dilihat dari 8 jenis yang ditemukan, pada stasiun IV dan V terdapat 3 jenis yang sama yaitu Corbicula sp., Polypedilum sp. Gastropoda sp. dan Namalycastis sp. KESIMPULAN Tingkat keanekaragaman makrozoobentos di perairan Sungai Ogan masih tergolong rendah, tidak ditemukan spesies yang mendominasi dan memiliki tingkat kesamaan yang relatif sama. DAFTAR PUSTAKA Barus, T.A. 2002. Limnologi. Jurusan Biologi FMPIA USU. Medan. iv+163 hlm. Fitriana, Y.R. 2006. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Makrozoobentos di Hutan Mangrove Hasil Rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali. Jurnal Biodeversitas ISSN: 1412-033X Volume 7, Nomor 1 Januari 2006 Halaman: 67-72. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (UNILA). Bandar Lampung. Handayani, P. 2006. Studi Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Sungai Keramasan Kecamatan Kertapati Kota Palembang Sumatera Selatan. Skripsi. FMIPA Biologi Universitas Sriwijaya. Krebs CJ. 1989. Ecologycal Methodology. London: Harper and Row Publishers. Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh T.Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 697 hal. Suartini, N.M. 2005. Keanekaragaman Makrozoobentos dan Kajian Morfologi Moluska di Danau Beratan dan Tamblingan Bali. Tesis. Pascsarjana IPB. Bogor 363 363 ISBN : 978-602-72574-5-0 Aplikasi Teknologi Sebagai Solusi Di Bidang Perikanan Secara Berkelanjutan Seminar Nasional Perikanan Indonesia 19-20 November 2015, STP JAKARTA 364 364