I. PENDAHULUAN Lingkungan perairan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup manusia yang semakin membutuhkan peningkatan hasil sumber daya perairan sehingga upaya menyelamatan kualitas perairan sangatlah penting. Kualitas lingkungan perairan sangat ditentukan oleh kehidupan organisme aquatik di perairan. Gangguan pada suatu perairan, akibat dari tekanan lingkungan oleh kegiatan manusia maupun proses alamiah. Saat ini perkembangan industri paling pesat terletak di sepanjang daerah pesisir, menyebabkan beban yang ditanggung wilayah ini semakin berat dan bahkan menyebabkan rusaknya lingkungan perairan (Noortiningsih et al., 2008) Suatu perairan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, demikian juga organisme yang ada di dalamnya. Keberadaan suatu organisme pada habitatnya berkorelasi dengan daya dukung kondisi lingkungan yang sesuai. Kondisi perairan dapat memberikan dua pengaruh bagi kehidupan organisme di dalamnya, yaitu mendukung perkembangannya secara optimal atau membunuh organisme tersebut atau spesies tertentu. Keberadaan indikator biologi tersebut di dalam perairan dapat mengindikasikan kondisi perairan tersebut dalam keadaan baik ataukah tidak baik (Kurniawan, 2012). Proses pemantauan perubahan lingkungan dapat dilakukan melalui perubahan indikator biologi (Yonvitner & Imran, 2006). Komponen biotik didalamnya dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisika, kimia dan biologi dari suatu perairan. Salah satu biota yang dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi suatu perairan adalah hewan makrobentos (Odum, 1994) dalam (Sinaga, 2009). Sebagai organisme yang hidup di peraiaran, hewan makrobentos sangat peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya sehingga akan berpengaruh terhadap komposisi dan kelimpahannya yang tergantung pada toleransinya terhadap perubahan lingkungan. Oleh karena itu makrozoobenthos sering dipakai sebagai inidikator kualitas suatu perairan (Odum, 1993). Pencemaran terhadap organisme perairan akan mengakibatkan menurunnya keanekaragaman dan kelimpahan spesies pada lokasi yang terkena dampak pembuangan limbah, salah satu organisme biotik yang dimungkinkan terkena dampaknya adalah bentos. Bentos adalah semua organisme air yang hidupnya terdapat pada substrat dasar perairan, baik yang bersifat melekat maupun bergerak bebas. Berdasarkan sifat hidupnya bentos dapat dibedakan menjadi fitobentos dan zoobenhos.fitobentos yaitu organisme bentos yang bersifat tumbuhan dan zoobentos yang bersifat hewan (Barus, 2002). (Goldman & Horne, 1983) menyatakan bahwa zoobentos adalah hewan yang sebagian besar hidupnya 1 berada pada sedimen atau didekatnya. Zoobentos sendiri terbagi menjadi beberapa golongan, salah satunya adalah makrozoobentos. Makrozoobentos adalah zoobentos yang berukuran lebih besar dari 0,5 mm (Dobson, 1998). Makrozoobentos hidup di dasar perairan dan merupakan bagian dari rantai makanan. Keberadaanya bergantung pada populasi organisme yang tingkatnya lebih rendah sebagai sumber pakan (misalnya ganggang) dan hewan predator yang tingkat trofiknya lebih tinggi. Kelimpahan dan keanekaragamannya sangat dipengaruhi oleh toleransi dan sensitivitasnya terhadap perubahan lingkungan sehingga tingginya kelimpahan individu tiap jenis dapat dipakai untuk menentukan status perairan (Yeanny, 2007). Kelimpahan organisme di dalam perairan dapat dinyatakan sebagai jumlah individu per satuan volume atau umumnya dinyatakan sebagai individu per liter. Sedangkan kelimpahannya dapat diketahui melalui analisis densitas, dimana densitas tersebut dapat diartikan sebagai jumlah individu per satuan area (Anggoro, 1984) dalam (Wijayanti, 2007). Kelimpahan relatif adalah prosentase dari jumlah individu dari suatu species terhadap jumlah total individu dalam suatu daerah tertentu (Odum, 1971) dalam (Wijayanti, 2007). Kelimpahan suatu spesies juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologi seperti kemampuan beradaptasi, substrat dan faktor alam lainnya. Faktor biologi yang mempengaruhi keberadaan suatu spesies seperti ketersediaan makanan, pemangsaan dan grazing (Nybakken, 1992) dalam (Natan, Y dan P. A. Uneputty, 2010). Apabila kepadatan tinggi menandakan organisme tersebut menyebar dalam jumlah yang banyak, sebaliknya jika kepadatan rendah maka organisme tersebut menyebar dalam jumlah individu yang sedikit (Odum, 1975) dalam (Natan, Y dan P. A. Uneputty, 2010). Pengelolaan lingkungan pesisir sebagai lahan budidaya untuk memacu kembali produksi secara berlanjut, harus dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan alami yang dibentuk oleh keragaman hayati. Perbaikan mutu lingkungan secara artifisial akan berbiaya dan beresiko tinggi, sehingga konsep pemulihan secara alami merupakan alternatif yang paling baik. Komponen biotik dan abiotik di kawasan pesisir memiliki peran secara spesifik, namun saling berkaitan satu dengan lainnya untuk mempertahankan kemantapan dan kesuburan lahan budidaya di kawasan pesisir (Pirzan & Pong-Masak, 2006) Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang perlu dikaji adalah: 1. Bagaimanakah kelimpahan makrozoobentos di kolam ikan bekas penambangan pasir Desa Karangbenda Adipala Kabupaten Cilacap. 2. Bagaimanakah keanekaragaman makrozoobentos di kolam ikan bekas penambangan pasir Desa Karangbenda Adipala Kabupaten Cilacap. 2 3. Bagaimanakah kualitas air di kolam ikan bekas penambangan pasir Desa Karangbenda Adipala Kabupaten Cilacap. Berdasarkan permasalahan yang sebagaimana telah dikemukakan maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Kelimpahan makrozoobentos di kolam ikan bekas penambangan psir Desa Karangbenda Adipala Kabupaten Cilacap. 2. Keanekaragaman makrozoobentos kolam ikan bekas penambangan psir Desa Karangbenda Adipala Kabupaten Cilacap. 3. Kualitas air kolam ikan bekas penambangan psir Desa Karangbenda Adipala Kabupaten Cilacap. Pentingnya penelitian di atas sebagai dasar untuk mengetahui jenis makrozoobentos yang paling dominan mampu bertahan hidup pada kondisi lingkungan kolam bekas penambangan pasir besi. 3