1 BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Masalah

advertisement
1
BAB I
PENDAHULAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi di era modern kini telah memberikan banyak keuntungan
dalam segala kebutuhan atau keperluan manusia, baik dalam bidang informasi,
komunikasi, transpotasi dan bidang-bidang lainnya. Berbagai jenis teknologi dan
perlengkapan diciptakan untuk membantu pekerjaan manusia agar lebih efektif,
cepat dan mudah. Penciptaan teknologi baru tidak hanya membawa dampak
positif dalam kehidupan manusia, terlebih penciptaan, pengembangan atau
penemuan tersebut membawa manusia dalam segala hal yang lebih bersifat instan.
Dampak negatif yang paling nyata sering terjadi di dalam perkembangan
teknologi militer atau alat berperang yang sewaktu-waktu berpotensi mengancam
kehidupan manusia.1
Negara-negara maju pada era modern terlihat berlomba-lomba untuk menemukan,
mengembangkan atau menciptakan persenjataan yang lebih unggul. 2 Perlombaan
dalam mengembangkan sarana dan metode berperang oleh banyak negara tersebut
1
Lihat, Ronan Doaré, Didier Danet, Jean-Paul Hanon, & Gérard de Boisboissel, Robots on
the Battleield Contemporary Issues and Implications for the Future, Combat Studies Institute
Press, Fort Leavenworth, Kansas, 2014. Hlm. 89-90
2
Ibid.
2
justru menimbulkan potensi terjadinya penyalahgunaan yang akan mengancam
pencapaian perdamaian dan keamanan internasional serta penghormatan terhadap
nilai kemanusiaan, seperti munculnya senjata nuklir, biologi, kimia, peluru
kendali, misil pendeteksi panas dan senjata non-konvensional lainnya pasca
perang dunia kedua yang merupakan contoh nyata dapak negatif dari
perkembangan sarana dan metode berperang, perkembangan teknologi militer
yang akhir-akhir ini menjadi sorotan dunia internasional adalah lahirnya teknologi
pesawat tanpa awak, yang perkembangannya pada dekade terakhir ini telihat tidak
dapat diimbangi oleh kemajuan pengaturan hukum internasional.3
Pesawat tanpa awak memiliki manfaat yang sangat besar bagi negara yang
memilikinya, terutama untuk mendukung kegiatan-kegiatan sosial maupun
militer. Fungsi positif penggunaan pesawat tanpa awak pada kegiatan-kegiatan
sosial antara lain, sebagai sarana transportasi logistik di daerah terpencil yang sulit
diakses, pemetaan jalur pipa, kegunaan pertanian, pemadam kebakaran serta
pencarian orang hilang. Bahkan kini Amerika Serikat telah memberikan sertifikasi
terhadap pesawat tanpa awak jenis Northrop Grumman Global Hawk untuk dapat
digunakan sebagai alat transportasi sipil lintas negara. Pesawat tanpa awak dalam
melaksanakan tugas militerpun memiliki keunggulan yang sangat baik
dibandingkan teknologi pesawat udara militer lainnya, yaitu sebagai alat
pengintai, pemburuan terduga militan, melaksanakan misi pada wilayah-wilayah
3
Orasi Ilmiah, Abad 21 Akan Muncul Senjata Pemusnah Massal!, 2009, diakses dari:
http://megapolitan.kompas.com/read/2009/08/21/11370514/orasi.ilmiah.abad.21.akan.muncul.senj
ata.pemusnah.massal, pada tanggal 27 Juni 2014, pukul: 19.10 WIB.
3
yang berbahaya, dan untuk melakukan patroli keamanan secara rutin serta
membantu tugas-tugas kepolisian.4
Pesawat tanpa awak muncul pertama kali sebagai alat militer pada abad ke 18
yang digunakan oleh North Atlantic Treaty Organizations (NATO) untuk
keperluan pengintaian dan mata-mata, demikian pula Amerika Serikat telah
menggunakan pesawat tanpa awak sebagai alat pengintai pada perang teluk tahun
1990, bahkan jauh sebelumnya Israel telah menggunakan pesawat tanpa awak
pengintai pada tahun 1982 dan tahun 1996 di Lebanon. Pesawat tanpa awak pada
prakteknya memang lebih banyak digunakan sebagai alat militer. Minimnya
resiko dalam melakukan misi-misi berbahaya, tingkat efisiensi penggunaan yang
tinggi serta biaya produksi yang lebih kecil dibandingkan dengan pesawat
berawak menjadi alasan utama mengapa pesawat tanpa awak sangat diminati
penggunaannya di bidang militer. Keunggulan-keunggulan tersebut juga
menyebabkan pesawat tanpa awak banyak digunakan dan dikembangkan di
berbagai negara.5
Pesawat tanpa awak pada prakteknya memiliki target sasaran yaitu berupa
sekelompok orang yang menunjukan tanda-tanda, atau karakteristik tertentu akan
tetapi identitas mereka tidak diketahui. Definisi target dalam serangan pesawat
tanpa awak yang tidak spesifik, mendetil serta tidak adanya penyelidikan terlebih
dahulu mengakibatkan banyak jatuhnya korban jiwa yang bukan merupakan target
4
Witny Tanod, Analisis Yuridis Terhadap Penggunaan Kekuatan Bersenjata Dengan
Menggunakan Pesawat Tanpa Awak (Unmanned Drones) Dalam Hukum Internasional, 2013,
diakses dari: ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/download/1009/822, pada tanggal 5
Mei 2014, pukul 10.00 WIB. Hlm. 3
5
Aviasi dan Alutsista, Keunggulan Pesawat Tanpa Awak, 2011, diakses dari:
http://www.aviasista.com/2011/12/keunggulan-pesawat-tanpa-awak.html, pada tanggal: 27 Juni
2014, pukul: 20.00 WIB.
4
atau sasaran militer. Bahkan dalam melakukan penyerangan, pesawat tanpa awak
kini telah dilengkapi sistem mandiri atau otonom, dengan hanya diprogram
sebelumnya pesawat dapat menyerang tanpa kendali dan tanpa peringatan
terhadap objek yang sesuai dengan program targetnya.6 Pada satu sisi
perkembangan teknologi, khususnya pengembangan pesawat tanpa awak memang
memberikan banyak manfaat yang positif, namun di sisi lain kemajuan teknologi
tersebut tidak dapat diimbangi dengan kemajuan hukum yang ada, sehingga
kesenjangan ini justru berpeluang terjadinya penyalahgunaan kekuatan militer
tersebut.
Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada ke empat Konvensi Jenewa 1949
mengenai perlindungan korban perang, serta pengaturan-pengaturan mengenai
alat dan metode berperang pada Konvensi-konvensi Den Haag 1907 telah
memberikan petunjuk yang jelas mengenai apa yang dimaksud sebagai
pelanggaran penggunaan kekuatan militer. Contoh tindakan yang merupakan
penyalahgunaan kekuatan militer terdapat di dalam Pasal 50 Konvensi Jenewa I
1949 bahwa yang merupakan pelanggaan berat dalam penggunaan sarana dan
metode berperang yaitu, pembunuhan yang disengaja, penganiayaan atau
perlakuan tak berkeperimanusiaan, menyebabkan dengan sengaja penderitaan
besar atau luka berat atas badan dan kesehatan, pembinasaan luas, tindakan
pemilikan atas harta benda yang tidak dibenarkan oleh kepentingan militer dan
dilaksanakan dengan melawan hukum serta penyerangan yang dilakukan dengan
membabi buta. Ketentuan-ketentuan bersamaan dalam Hukum Humaniter
Internasional (HHI) juga telah mentapkan bahwa segala sarana dan metode
6
Covert Drone War, diakses dari: http://www.thebureauinvestigates.com/category.drones,
pada tanggal 10 Januari 2014, pukul 11.22 WIB.
5
berperang harus sesuai dengan prinsip-prinsip atau asas-asas yang menjadi dasar
dalam penggunaan kekuatan militer di setiap situasi dan kondisi konflik apapun.7
Segala bentuk sarana dan metode berperang yang bertentangan dengan prinsip dan
asas-asas HHI tersebut secara tegas dinyatakan sebagai bentuk pelanggaran
penggunaan kekuatan militer.
Amerika Serikat akhir-akhir ini kerap menggunakan pesawat tanpa awak yang
biasa disebut Unmanned Aerial Vehicle (UAV), dan merupakan pesawat udara
yang dapat diterbangkan dari jarak jauh atau dioperasikan tanpa menggunakan
keahlian awak penerbangan di dalamnya. Pesawat tanpa awak khususnya pada
fungsi militer memiliki kekuatan dan kecepatan yang memang dirancang untuk
melakukan pengintaian, serangan senjata berat serta melakukan penyerangan tak
terduga.8 Pesawat tanpa awak dalam penggunaannya oleh Amerika Serikat
dipersenjatai dengan rudal-rudal dan dapat menjatuhkan bom yang mampu
menimbulkan kerusakan yang sangat serius. Mengingat besarnya peluang
terjadinya penyalahgunaan kekuatan militer pada pesawat tanpa awak, maka
membatasi penggunaannya sebagai alat militer sangatlah penting.9 Contoh kasus
yang merupakan penyalahgunaan pesawat tanpa awak yaitu serangan Amerika
Serikat terhadap negara Afganistan, Irak, Yaman, Somalia dan Pakistan dengan
7
Use force, diakses dari: http://fl.unud.ac.id/block-book/HI/course%20materials/use%
20force. docx, pada tanggal 27 Juni 2014, pukul 20.30 WIB.
8
The New York Times, Predator Drones and Unmanned Aerial Vehicles (UAVs), diakses
dari:
http://topics.nytimes.com/top/reference/timestopics/subjects/u/unmanned_aerial_vehicles/
index.html, pada tanggal 5 September 2013, pukul 07.41 WIB.
9
O'Connell dan Mary Ellen, Socio-Legal Perspectives on the Use of Lethal Force: A case
study of Pakistan, Oxford, 2004-2009. Hlm. 84
6
alasan spionase jaringan terrorisme dan berbagai macam alasan bahkan dengan
memanfaatkan hak personalitasnya. 10
Amerika Serikat untuk pertama kalinya mengakui telah menggunakan pesawat
tanpa awak yang dilengkapi misil untuk menyerang target yang mengancam
patroli Amerika Serikat dan Inggris di Irak Selatan pada Oktober 2002.11
Penyerangan Amerika Serikat terhadap negara-negara Timur Tengah dengan
menggunakan pesawat tanpa awak telah menimbulkan kerusakan skala besar dan
kerusakan lingkungan dalam jangka waktu yang lama bahkan banyak
mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang bukan merupakan sasaran militer.12
Amerika Serikat mengatakan serangan ini menargetkan terroris, namun sumbersumber data menyatakan warga sipil telah menjadi korban utama dari serangan
tersebut. Selain Amerika Serikat, Israel juga merupakan pihak yang sering
melanggar aturan internasional terkait penggunaan pesawat tanpa awak, salah satu
bukti nyata ialah serangan pesawat tanpa awak oleh rezim Israel di jalur Gaza
pada 14 Agustus 2007 sampai dengan sekarang.13
Hasil penelitian yang dilakukan para aktivis hak asasi manusia di Oxford
University menyebutkan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan pesawat
tanpa awak Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Barack Obama diperkirakan
mencapai 2.400 jiwa. Sedangkan The Bureau of Investigative Journalism (TBIJ),
mengatakan bahwa selain operasi pesawat tanpa awak di wilayah Afganistan,
10
The New York Times, Predator Drones and Unmanned Aerial Vehicles (UAVs). Op. Cit.
News, Serangan pesawat tanpa awak (UAV) 2004-2009, diakses dari
www.mirror.unpad.ac.id
- pada tangal 18 Desember 2013,
pukul 19.36 WIB.
12
Ibid.
13
Menit.tv, Pesawat Tanpa Awak AS Banyak Makan Korban Sipil, 2013, http://m.menit.tv
/welcome/read/2013/10/24/24866/0/14/Pesawat-Tanpa-Awak-AS-Banyak-Makan-Korban-Sipil,
pada tanggal 10 Januari 2014, pukul 10.55 WIB.
11
7
Pemerintahan Barack Obama juga mengembangkan program pengunaan pesawat
tanpa awak otonom di Pakistan dan juga meningkatkan penggunaannya di Yaman
dan Somalia dan negara-negara lainnya yang dianggap sebagai basis Al-Qaeda.14
Human Rights Watch dan Amnesti Internasional pada bulan Oktober 2009 sampai
pada Januari 2012 telah menerbitkan dua laporan yang mengkritik keras
kerahasiaan program pesawat tanpa awak Amerika Serikat, dan menyerukan
penyelidikan atas kematian korban serangan yang jelas-jelas tidak ada
hubungannya dengan terrorisme atau tujuan militer yang akan dicapai. Meskipun
Amerika Serikat menyatakan bahwa target serangan adalah anggota kelompok
terroris, seperti Hakimullah Mehsud, pemimpin Taliban Pakistan yang dituduh
bertanggung jawab atas kematian ratusan warga sipil dalam berbagai tindak
kejahatan terrorisme yang dinyatakan tewas dalam serangan pesawat tanpa awak
Amerika Serikat di Pakistan,15 namun Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif
berulang kali menuntut diakhirinya serangan di Pakistan dengan menyatakan
bahwa penggunaannya bukan hanya merupakan pelanggaran terus-menerus
terhadap integritas teritorial Pakistan, tetapi juga merugikan tekad dan upaya
pemerintah domestik untuk menghilangkan terrorisme dari negara Pakistan yang
kini justru semakin kuat dan terorganisir.16
Menyikapi pernyataan Perdana Menteri Pakistan, Pengadilan Tinggi Peshawar
pada bulai Mei 2012 telah memutuskan bahwa serangan pesawat tanpa awak
Amerika Serikat di wilayah Pakistan adalah ilegal dan tidak manusiawi,
14
Ibid.
PBB Minta AS Serahkan Data Korban Serangan Pesawat Tanpa Awak, diakses dari:
http://www.bbc.co.uk /indonesia/dunia/2013/10/131018_amerika_pesawattanpaawak.shtml, pada
tanggal 10 Januari 2014, pukul 10.40 WIB.
16
Ibid.
15
8
melanggar piagam PBB tentang hak asasi manusia serta merupakan kejahatan
perang.17 Amerika Serikat memang telah mengurangi jumlah serangan pesawat
tanpa awak di Pakistan setelah keluarnya putusan Peshawar, Pemerintahan Barack
Obama berjanji akan menerapkan aturan ketat dan transparansi yang lebih baik
untuk program tersebut, akan tetapi pesawat tanpa awak Amerika Serikat masih
terus terbang di atas wilayah Pakistan, meskipun tidak melakukan penyerangan.18
Amerika Serikat dan sekutunya menginvasi Afghanistan, Yaman, Somalia, Irak
dan Pakistan setelah serangan terroris yang terjadi pada 11 September 2001
sebagai bagian dari tindakan perang melawan terror. Tindakan perang melawan
terror mendapatkan kritikan keras dari berbagai elemen masyarakat internasional.
New Amerika Foundation yang bermarkas di Washington menyatakan ada 350
serangan pesawat tanpa awak Amerika Serikat sejak tahun 2004 selama
pemerintahan Presiden Barack Obama.
New Amerika Fwoundation juga memperkirakan jumlah korban tewas khusus
invasi Amerika Serikat ke Afganistan berjumlah 1.963 dan 3.293. Selanjutnya
TBIJ mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan-serangan di Pakistan,
Yaman dan Somalia antara 3.072 sampai 4.756 orang.19 Pesawat tanpa awak
Amerika Serikat melakukan serangan di negara Pakistan dengan total 380
serangan, serta serangan pada masa pemerintahan Barack Obama berjumlah 329
serangan dengan total terbunuh 2.534-3.642 orang termasuk didalamnya korban
anak-anak berjumlah 168-200 orang dan korban luka 1.127-1.556 orang.
17
Drone: Perang Tanpa Moralitas Ala Amerika, diakses dari, http://syamina.org/
syamina5-DRONE-Perang-Tanpa-Moralitas-Ala-Amerika.html, pada tanggal 10 Januari 2014,
pukul 10.00 WIB. Op. Cit.
18
Menit.tv, Pesawat Tanpa Awak AS Banyak Makan Korban Sipil, Op. Cit.
19
Ibid.
9
sedangkan serangan pesawat tanpa awak di negara Yaman total 55-65 serangan,
total terbunuh 269-389 orang, anak terbunuh: 5 orang serta dengan serangan
tambahan berjumlah 83-102 serangan, dengan data total terbunuh 302-481 orang,
terluka 81-108 orang dan serangan operasi lain berjumlah 12-77 serangan, dengan
korban terbunuh 144-380 orang, anak-anak 24-26 orang serta korban terluka 22114 orang. Selain itu serangan terhadap negara Somalia dengan total serangan 410, total terbunuh 9-30 orang, terluka 2-24 orang serta meliputi serangan pada
operasi lainnya berjumlah 8-15 serangan, total terbunuh 48-150 orang, anakanak 1-3 orang.20
United
Nations
(UN)
Secretary-General
Ban
Ki-moon
pada
saat
dilangsungkannya The Inaguration of a Centre for International Peace and
Stability di Islamabad menyatakan bahwa penggunaan pesawat tanpa awak harus
tunduk pada aturan hukum internasional yang sudah lama berlaku, termasuk
hukum kemanusiaan internasional sama seperti sarana dan metode berperang
lainnya.21 Ban Ki-moom juga mengatakan bahwa penggunaan pesawat tanpa
awak oleh Amerika Serikat di wilayah negara-negara lain yang banyak
mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, menimbulkan keprihatinan tinggi terhadap
terlaksananya hukum internasional. Selain itu United Nations Commission on
Human Rights (UNCHR) juga telah menyerukan Amerika Serikat untuk
memastikan kepatuhan terhadap hukum internasional yang berlaku dan menekan
20
The Bureau of Investigative Journalism, Covert Drone War, diakses dari:
http://www.thebureauinvestigates.com/category/projects/drones/, pada tanggal 21 Juni 2014, pukul
10.50 WIB.
21
The New York Times, Journal of a Centre for International Peace and Stability in
Islamabad, diakses dari http://topics.nytimes.com/top/reference/timestopics/subjects/uav/ Peace
and Stability index.html, pada tanggal 5 September 2013, pukul 07.41 WIB.
10
penyalahgunaan kekuatan militer yang dilarang dalam hukum internasional terkait
penggunaan pesawat tanpa awak.22
Hukum internasional telah memberikan kewajiban kepada negara yang
mengembangkan sarana dan metode berperang yang dicantumkan di dalam Pasal
36, Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa 1977 untuk menyikapi banyaknya
masalah yang timbul karena perkembangan sarana dan metode berperang yang
begitu pesat dengan menyatakan:
“A bil su u negara mengadakan studi, mengembangkan suatu senjata
baru atau cara berperang baru, maka negara tersebut diharuskan menentukan
apakah penggunaannya akan dilarang oleh protokol ini dan ketentuan lain
dari hukum internasional yang berlaku bagi negara s bu ” (P s l 36)
Ketentuan di atas menuntut dan mewajibkan negara-negara yang mengembangkan
alat dan metode berperang baru untuk mengkaji dan menilai apakah alat dan
metode berperang yang dikembangkan sesuai dengan ketentuan Protokol, nilainilai kemanusiaan serta hukum internasional lainnya yang terkait dan wajib
dihormati oleh semua pihak.23
Pesawat tanpa awak terkait penggunaannya yang marak oleh berbagai negara
hingga saat ini memang belum memiliki pengaturan khusus, namun hal inilah
yang mendorong peneliti untuk melakukan pengkajian terhadap ketentuan hukum
internasional serta mengumpulkan ketentuan-ketentuan yang relevan untuk dapat
dijadikan sebagai dasar hukum dalam penggunaan pesawat tanpa awak. Dengan
i i
ulis
ilih
li i
g
ju ul “A lisis Yu i is P ggu
Pesawat Tanpa Awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) Sebagai Alat Militer oleh
Amerika Serikat di Wilayah Negara Lain Menurut Hukum Internasional.
22
Ibid.
Ahmad Baharudin Naim, Hukum Humaniter Internasional, Universitas Lampung,
Bandar Lampung, 2010. Hlm. 3
23
11
1.2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengaturan hukum internasional yang relevan untuk menjadi
dasar hukum terkait penggunaan pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial
Vehicle/UAV) sebagai alat militer?
2.
Apakah serangan menggunakan pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial
Vehicle/UAV) oleh Amerika Serikat di wilayah negara lain melanggar hukum
internasional?
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
a.
Mengetahui dan menganalisis pengaturan hukum internasional yang relevan
untuk menjadi dasar hukum penggunaan pesawat tanpa awak (Unmanned
Aerial Vehicle/UAV) sebagai alat militer.
b.
Mengetahui dan menganalisis apakah serangan menggunakan pesawat tanpa
awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) oleh Amerika Serikat di wilayah
negara lain telah melanggar hukum internasional.
1.3.2. Manfaat Penelitian
a.
Kegunaan Teoritis
Berguna untuk pengembangan kemampuan berkarya ilmiah dan daya nalar,
dengan acuan yang disesuaikan dengan disiplin ilmu yang dipelajari yaitu
hukum pada umumnya dan hukum internasional pada khususnya serta
12
berguna untuk menambah pengetahuan teoritis dalam penelitian yang
berkaitan dengan hukum internasional.
b.
Kegunaan Praktis
Sebagai bahan bacaan dan tambahan pengetahuan terkait dengan penggunaan
pesawat tanpa awak
(Unmanned Aerial Vehicle/UAV) menurut hukum
internasional, serta sebagai bahan acuan awal analisis lebih lanjut mengenai
pengaturan hukum internasional terhadap dampak penyalahgunaan kekuatan
militer serta sebagai bahan bacaan dan bahan ajar hukum humaniter
internasional mengenai penggunaan alat atau kekuatan militer.
1.4. Ruang Lingkup Kajian
Ruang lingkup kajian yang diteliti adalah menganalisis hukum internasional yang
relevan dan dapat berlaku untuk dijadikan dasar hukum terkait penggunaan
pesawat tanpa awak yang digunakan sebagai alat militer dan bukan pada
fungsinya dalam bidang sosial atau sipil. Permasalahan kedua mengenai serangan
pesawat tanpa awak yang dilakukan oleh amerika serikat diwilayah negara lain,
peneliti membatasi pengkajian yang ada dalam skripsi ini dengan menitik
beratkan pada pertanyaan mengenai hukum apa yang menjadi dasar bagi serangan
tersebut. Peneliti juga menempatkan dua pandangan, dimana pengkajian pertama
melihat hukum internasional secara normatif melalui pengaturan-pengaturan yang
berkaitan dengan kasus, sedangkan pandangan kedua dengan melihat dari sudut
subjektif Amerika Serikat mengenai alasan dan faktor yang menjadi pembenaran
atas serangan tersebut. Dua pandangan tersebut berfungsi untuk membentuk
pendapat yang lebih komprehensif.
13
1.5. Sistematika Penulisan
Peneliti menulis skripsi ini dengan merujuk pada pedoman penulisan karya ilmiah
pada umumnya, Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) Bab, yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan mengenai lahirnya teknologi
pesawat tanpa awak sebagai alat militer modern yang menjadi sorotan dunia
internasional dewasa ini, serta menghadirkan data dampak dari penggunaannya di
wilayah negara lain oleh Amerika Serikat. Dikemukakan pula rumusan masalah
yang akan diteliti dan tentang apa tujuan penulis dalam tulisannya, serta yang
terakhir adalah tentang bagaimana sistematika penulisan yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan meringkas dan menjelaskan tentang istilah yang ada dalam
penelitian. Membentuk landasan teori yang sesuai dengan ruang lingkup bahasan
mengenai penggunaan pesawat tanpa awak serta menjelaskan secara umum asas
dan prinsip HHI. Bab ini juga mencantumkan tinjauan umum mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan penggunaan pesawat tanpa awak militer oleh Amerika
Serikat di wilayah negara lain yang bertujuan untuk menunjang hasil penelitian.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini memuat penjelasan tentang metode yang digunakan penulis dalam
penyusunan dan penelitiannya, akan diuraikan secara singkat mengenai cara
penulis dalam melakukan pendekatan masalah serta kemudian menjelaskan
14
bagaimana penulis menghimpun dan mengolah data hingga menjadi tulisan yang
dapat dipahami, akan ditampilkan pula jenis analisis data yang digunakan dalam
penelitian.
BAB IV: PEMBAHASAN
Bab ini mengandung hasil penelitian yang dilakukan penulis sebagai hasil
pengolahan data yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
Selanjutnya akan memaparkan hukum yang relevan untuk menjadi landasan
hukum bagi penggunaan pesawat tanpa awak, dan akan menampilkan serta
menguraikan hukum yang berlaku dalam kasus penggunaan pesawat tanpa awak
sebagai alat militer oleh Amerika Serikat di wilayah negara Afganistan, Yaman,
Somalia, Irak dan Pakistan.
BAB V: PENUTUP
Dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan, garis besar atau pokok pikiran dari
hasil penelitian. kesimpulan merupakan uraian singkat hasil analisis penulis
terhadap permasalahan. Dalam bab ini pula akan disertakan saran-saran yang
didasarkan atas hasil keseluruhan penelitian sebagai pemecahan masalah yang
diangkat dan dibahas pada skripsi.
Download