KURIKULUM TINGKAT DAERAH MUATAN LOKAL MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK KURIKULUM TINGKAT DAERAH MUATAN LOKAL MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN 2017 SUSUNAN TIM PENGEMBANG KURIKULUM TINGKAT DAERAH MUATAN LOKAL MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 REVISI 2017 Penanggung Jawab Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dr. Ir. Ahmad Hadadi, M.Si. Pengarah Kepala Balai Pengembangan Bahasa dan Kesenian Daerah Drs. H. Husen R. Hasan, M.Pd. Tenaga Ahli Prof. Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum. (UPI) Dr. H. Dingding Haerudin, M.Pd. (UPI) Dr. H. Usep Kuswari, M.Pd. (UPI) Dr. Dedi Koswara, M.Hum. (UPI) Tim Pengembang Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Tim Pengembang Kurikulum SD/MI Ida Widaningsih, S.Pd., M.M. Nita Rosyana, S.Pd., M.M.Pd. Sri Asdianwati, S.Pd., M.Pd. Tim Pengembang Kurikulum SMP/MTs Susi Budiwati, S.Pd., M.Pd. Elah, S.Pd., M.Pd. Uus Rustandi, S.Pd., M.Pd. Tim Pengembang Kurikulum SMA/MA Darpan, S.Pd., M.Pd. Dra. Hermin Ruliati Ivan Adzam Wahyudin, S.Pd. Tim Pengembang Kurikulum SMK/MAK Drs. Moch. Ridwan Iskandar, M.Pd. Rani Rabiussani, S.Pd. Ilah Nurlelah, S.Pd. Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor : 819/8653-Setdisdik Tanggal : 20 Pebruari 2017 S AMBUTAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT Sejak tahun 2001 rencana perubahan kurikulum sudah sampai ke sekolah. Kurikulum 1994 diganti dengan kurikulum baru yang berorientasi kepada kompetensi. Sementara itu, dalam rangka pemantapannya, beberapa mata pelajaran yang termasuk muatan nasional sudah diujicobakan, sehingga masa transisi pembelajaran antara kurikulum lama dengan yang baru makin terasa. Balai Pengembangan Bahasa Daerah Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat sejak tahun 2003 sudah mengadakan pemantauan terhadap kenyataan ini, khususnya yang berkaitan dengan (1) kurikulum, (2) bahan ajar, (3) sarana dan sumber belajar, dan (4) pelaksanaan pengajaran. Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat tiga jenis kurikulum, yakni Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah. Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional. Kurikulum Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masingmasing. Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan diberlakukan pada setiap jenjang sekolah. Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa Sunda. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda ini dikeluarkan sebagai arahan atau pedoman bagi guru dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Isinya memuat kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), yang harus disusun dan dikembangkan lagi oleh guru dan sekolah menjadi kurikulum yang berisi KI, KD, indikator, pengalaman belajar, lingkup materi, dan jenis evaluasi. Penyusunan kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan dan kondisi setempat. Masih berhubungan dengan keadaan setempat yang berbeda satu dengan lainnya, perlu dipertimbangkan pengelompokan keadaan (kategorisasi lokal), baik di wilayah pemakaian bahasa Sunda maupun wilayah yang memiliki dialek bahasa vi Sunda atau bahasa daerah lain seperti Melayu-Betawi di daerah Depok dan Bekasi serta Bahasa Cirebon di wilayah Cirebon dan Indramayu. Bahasa-bahasa tersebut termasuk bahasa daerah yang hidup di Propinsi Jawa Barat sesuai dengan Peraturan Daerah Jawa Barat No. 5/2003 tentang Pelestarian Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah yang kemudian diubah menjadi Perda No. 14/2014. Sebagai Kurikukulum Tingkat Daerah Muatan Lokal yang bengacu pada Kurikulum Nasional, KIKD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda berbasis Kurikulum 2013 dilakukan revisi pada tahun 2017. Revisi tersebut berkaitan dengan perumusan KD dan pemetaan materi ajar bahasa daerah mempertimbangkan keragaman lokalitas dan mewadahi fenomena kebahasaan dan pola komunikasi yang berkembang di lingkungan masyarakat. Revisi Kurikulum ini dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, yang untuk kepentingan regional Jawa Barat disusun berdasarkan Pergub Jabar Nomor 69 Tahun 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah pada Jenjang Pendidikan Dasar dan menengah di Jawa Barat, dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor 819/8653-Setdisdik tanggal 20 Pebruari 2017 tentang Tim Pengembang Kurikulum Mulok Bahasa dan Sastra Sunda Terima kasih kepada Tim Ahli dan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, yang telah berkenan melakukan revisi Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa Sunda berbasis Kurikulum 2013. Semoga semua ini dapat dirasakan manfaatnya oleh dunia pendidikan kita. Bandung, Maret 2017 Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Dr. Ir. H. Ahmad Hadadi, M.Si. Pembina Utama Madya NIP. 196112311987031042 vii K ATA PENGANTAR KEPALA BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAN KESENIAN DAERAH DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah di sekolah-sekolah yang awalnya menggunakan Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum KTSP, mulai menggunakan Kurikulum Mulok yang baru, terutama di sekolah-sekolah yang menjadi percontohan. Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang mengacu pada Kurikulum 2013 ini terdiri dari Struktur Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) serta Silabusnya. Sebagai penunjang pembelajaran, BPBKD juga mengupayakan penyusunan buku ajar sesuai rambu-rambu yang ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Seperti diketahui, implementasi Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah hingga saat ini pun sangat dinamis. Berbagai revisi dan perubahan terjadi hampir setiap tahun, terutama menyangkut berbagai perangkat implementasinya di lapangan. Tahun 2016, revisi bahkan menyangkut struktur inti kurikulum dengan adanya perubahan pada tataran KIKD dan landasan konseptualnya. Sedikitnya ada empat Peraturan Mentri (Permen) Pendidikan dan Kebudayaan dikeluarkan untuk mengganti Permen lama berkaitan dengan revisi Kurikulum. Antara lain Permendikbud No. 20 tahun 2016 Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan menengah, Permendikbud No. 21 tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan dan Dasar dan Menengah, dan Permendikbud No. 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Melihat dinamika yang terjadi pada Kurikulum 2013 tersebut, sudah seharusnya pula Kurikulum Mulok Bahasa dan Sastra Daerah menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di atas. Di samping itu, implementasi Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah sendiri menemui beberapa masalah, antara lain ditemukan pada struktur isi kurikulum yang masih dianggap kompleks dan sulit untuk dipahami oleh siswa. Kurikulum Bahasa dan Sastra Daerah juga dianggap tidak memiliki tujuan yang jelas di setiap jenjang pendidikan. Tidak dijelaskan apa skala prioritas yang ingin dicapai dari pengajaran bahasa Sunda di tingkat, SD, SMP, dan SMA, karena masih ditemukan materi-materi pelajaran yang bertumpuk dan berulang-ulang. viii Kendala lain yang juga sering disuarakan oleh masyarakat dan para guru adalah tidak meratanya kurikulum diberlakukan di setiap satuan pendidikan karena berbagai hal, kendati Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah telah ditetapkan penggunaannya melalui Pergub. Kritik juga muncul dari masyarakat berkaitan dengan kekeliruan bahan ajar dan karakter Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang cenderung terlalu meniru struktur kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia. Berkaitan dengan masalah-masalah tersebut di atas, perlu adanya upaya untuk merevisi dan mengembangkan kembali Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Namun sebelum revisi dilakukan, diperlukan landasan konseptual yang jelas menyangkut apa saja yang harus menjadi pertimbangan tim review. Diperlukan poko-pokok pikiran yang jelas untuk nanti digunakan oleh tim pengembang Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah sebagai landasan bekerja. Buku ini merupakan dokumen kurikulum tingkat daerah Provinsi Jawa Barat yaitu Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Berbasis Kurikulum 2013 yang telah direvisi. Dokumen kurikulum diharapkan dapat dijadikan pedoman pembelajaran muatan lokal bahasa dan sastra Sunda pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Jawa Barat, terhitung mulai tahun pelajaran 2017/2018. Semoga buku ini ada kemanfaatan di dalamnya dan pada akhirnya akan membawa pada perbaikan dalam pembinaan, pengembangan dan pelestarian bahasa dan sastra daerah melalui jalur pendidikan di Jawa Barat. Bandung, Maret 2017 Kepala Balai Pengembangan Bahasa dan Kesenian Daerah, Drs. H. Husen R. Hasan, M.Pd. Pembina Tk. I NIP. 196110051986031014 ix D AFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT ................................................................... v KATA PENGANTAR KEPALA BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAN KESENIAN DAERAH DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT ................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................ ix BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH ..................... A. Rasional ................................................................................. B. Struktur Kurikulum Muatan Lokal................................................... C. Perbaikan Kurikulum Tingkat Daerah Berbasis Kurikulum 2013..... D. Kekhasan Kurikulum Tingkat Daerah............................................. E. Keragaman Lokalitas dan Bahasa Pengantar Pembelajaran......... F. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar....................................... 1 2 6 10 13 14 16 BAB II: . KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR (kikd) . MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA ....... A. Rasional ....................................................................................... B. Pengertian..................................................................................... C. Fungsi........................................................................................... D. Tujuan........................................................................................... E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Dan Sastra Sunda Jenjang SMA/SMK/MA/MAK............... Lampiran-LAMPIRAN......................................................................... Lampiran 1: SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA . SUNDA SMA/SMK/MA/MAK ................................................ A. Pengertian SIlabus........................................................................ B. Komponen Silabus......................................................................... C. Pengembangan Silabus................................................................. x 19 20 21 21 21 22 29 30 30 30 31 Lampiran 2: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) . SMA/SMK/MA/MAK MATA PELAJARAN BAHASA . DAN SASTRA SUNDA ......................................................... A. Batasan ........................................................................................ B. Komponen RPP............................................................................. C. Prinsip Penyusunan RPP............................................................... D. Langkah Penyusunan RPP............................................................ xi 59 59 59 60 61 BAB I STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH A. Rasional Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat tiga jenis kurikulum, yakni Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah. Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional. Kurikulum Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing. Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan diberlakukan pada setiap jenjang sekolah. Kurikulum Tingkat Nasional yang disebut Kurikulum 2013 telah mengalami revisi sehingga disebut Kurikulum 2013 edisi revisi. Kurikulum Tingkat Daerah pun turut mengalami perbaikan sehingga disebut Kurikulum Tingkat Daerah Muatan Lokal berbasis Kurikulum 2013 revisi 2017. Revisi ini dilakukan berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20, 21, 22, dan 23 Tahun 2016. Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasa-rana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah memuat tentang Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk 2 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK mencapai kompetensi lulusan. Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang merupakan kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah. Selain disesuaikan dan didasarkan pada struktur Kurikulum Tingkat Nasional 2013, KIKD Mata Pelajaran Bahasa Sunda didasarkan pada Surat Edaran Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat Nomor 423/2372/Set-Disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/ MA. Di samping itu, penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah didasari pula oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 14 Tahun 2014 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda, diajarkan pada pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bersumber dari UUD 1945 yang menyangkut Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./ SMPLB, SMA/MAN/ SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan dan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang “pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia”. BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH 3 Hal di atas sejalan pula dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, di antaranya menyatakan bahwa: Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi dengan matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut. Hal ini diperkuat dengan Permendikbud Nomor 79 tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013, Pasal 9 dan Pasal 10, bahwa Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat mengembangkan muatan lokal. Bahasa Sunda, Bahasa Cirebon, dan Bahasa Melayu Betawi berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang juga merupakan bahasa ibu bagi masyarakat Jawa Barat di wilayah tertentu. Bahasa daerah juga menjadi bahasa pengantar pembelajaran di kelas-kelas awal SD/MI. Melalui pembelajaran bahasa daerah diperkenalkan kearifan lokal sebagai landasan etnopedagogis. Berdasarkan kenyataan tersebut, bahasa daerah sebagai salah satu khasanah dalam kebhineka-tunggal-ikaan bahasa dan budaya Nusantara akan menjadi landasan bagi pendidikan karakter dan moral bangsa. Oleh karena itu, bahasa daerah harus diperkenalkan di Taman Kanak-kanak (TK)/ Raudhatul Athfal (RA) dan diajarkan di sekolah-sekolah mulai Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliah (MA). Untuk kepentingan itu, telah disusun dan direvisi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan satuan pendidikan tersebut. Pembelajaran bahasa dan sastra daerah diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya dan budaya Sunda, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat Jawa Barat, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa dan sastra daerah diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Daerah dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap budaya dan hasil karya sastra daerah. 4 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK Kompetensi inti mata pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang memiliki kesamaan dengan kompetensi inti mata pelajaran lainnya merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra daerah. Kompetensi Inti ini menjadi dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, dan nasional. Secara substansial terdapat empat Kompetensi Inti yang sejalan dengan pembentukan kualitas insan yang unggul, yakni (1) sikap keagamaan (beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) untuk menghasilkan manusia yang pengkuh agamana (spiritual quotient), (2) sikap kemasyarakatan (berakhlak mulia) untuk menghasilkan manusia yang jembar budayana (emotionalquotient), (3) menguasai pengetahuan, teknologi, dan seni (berilmu dan cakap) untuk menghasilkan manusia yang luhung élmuna (intellectualquotient), dan (4) memiliki keterampilan (kreatif dan mandiri) untuk menghasilkan manusia yang rancagé gawéna (actional quotient). Keempat Kompetensi Inti tersebut merupakan pengejawantahan dari tujuan pendidikan nasional (Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3), yakni “untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah ini, selaras dengan alasan pengembangan kurikulum 2013, diharapkan peserta didik memiliki: 1. 2. 3. 4. 5. Kemampuan berkomunikasi; Kemampuan berpikir jernih dan kritis; Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan; Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab; Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda; 6. Kemampuan hidup dalam maysrakat yang mengglobal; 7. Minat yang luas dalam kehidupan; 8. Kesiapan untuk bekerja; 9. Kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya; dan 10. Rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH 5 B. Struktur Kurikulum Muatan Lokal Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA dinyatakan bahwa Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi dengan matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut. Dasar pendidikan muatan lokal adalah Permendikbud Nomor 79 tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013. Dalam peraturan itu yang dimaksud dengan muatan lokal adalah bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya. Muatan lokal dikembangkan atas prinsip: (1) kesesuaian dengan perkembangan peserta didik; (2) keutuhan kompetensi; (3) fleksibilitas jenis, bentuk, dan pengaturan waktu penyelenggaraan; dan (4) kebermanfaatan untuk kepentingan nasional dan menghadapi tantangan global. Pendidikan Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan melalui pemerintah daerah, dalam hal ini Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat. Kewenangan pemerintah daerah untuk mengembangkan bahasa daerah diperkuat oleh UU nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Pasal 42 Ayat (1) dan Ayat (2) berbunyi sebagai berikut. (1) Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia. 6 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK (2) Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah di bawah koordinasi lembaga kebahasaan. Mengingat kewenangan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan membina bahasa daerah, adanya kebijakan kurikulum tingkat daerah, dan keberagaman pemerintah daerah dalam menetapkan konten muatan lokal maka untuk Kurikulum 2013 ditetapkan pendidikan bahasa daerah tetap menjadi wewenang pemerintah daerah. Kurikulum 2013 menyediakan muatan lokal untuk pendidikan bahasa daerah dan pendidikan seni budaya. Berkaitan dengan bunyi undang-undang tersebut, maka Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda termasuk mata pelajaran muatan lokal di wilayah Provinsi Jawa Barat. Kedudukannya dalam proses pendidikan sama dengan kelompok mata pelajaran inti dan pengembangan diri. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Sunda juga diujikan dan nilainya wajib dicantumkan dalam buku rapor. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan Surat Keputusan No. 423/2372/Set-disdik tanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/ MA). Kedudukan Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah dalam Struktur Kurikulum Nasional adalah sebagai berikut. Tabel 1: Struktur Kurikulum Tingkat Daerah Jenjang SD/MI No. Jumlah Jam Pelajaran Tiap Kelas Komponen Kelompok A 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Ilmu Pengetahuan Alam 6. Ilmu Pengetahuan Sosial Kelompok B 7. Seni Budaya dan Prakarya 8. Pendidikan Jasamani, Olahraga, dan Kesehatan 9. Bahasa dan Sastra Daerah Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu I II III IV V VI 4 6 8 5 - 4 6 8 6 - 4 6 10 6 - 4 4 7 6 3 3 4 4 7 6 3 3 4 4 7 6 3 3 4 4 2 4 4 2 4 4 2 5 4 2 5 4 2 5 4 2 32 34 36 38 38 38 BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH 7 Tabel 2: Struktur Kurikulum Tingkat Daerah Jenjang SMP/MTs. No. Komponen Kelompok A 1. Agama dan Budi Pekerti Pendidikan Pancasila & 2. Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Ilmu Pengetahuan Alam 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 7. Bahasa Inggris Kelompok B 8. Seni Budaya Pendidikan Jasmani, Olahraga, 9. dan Kesehatan 10. Prakarya 11. Bahasa dan Sastra Daerah Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu Jumlah Jam Pelajaran Tiap Kelas VI VIII IX 3 3 3 3 3 3 6 5 5 4 4 6 5 5 4 4 6 5 5 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 40 2 2 40 2 2 40 Tabel 3: Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kelompok Mata Pelajaran Wajib No. Komponen Kelompok A (Wajib) 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Pendidikan Pancasila & 2. Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Sejarah Indonesia 6. Bahasa Inggris Kelompok B (Wajib) 7. Seni Budaya Pendidikan Jasmani, Olahraga, 8. dan Kesehatan 10. Prakarya dan Kewirausahaan 11. Bahasa dan Sastra Daerah Jumlah Jampel A & B per Minggu 8 Jumlah Jam Pelajaran Tiap Kelas X XI XII 3 3 3 2 2 E 4 4 2 2 4 4 2 2 4 4 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 26 2 2 26 2 2 26 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK Kelompok C (Peminataan) Mata pelajaran peminatan Akademik (untuk SMA/MA) 18 20 20 Jumlah Jampel yang harus ditempuh per minggu 44 46 46 Tabel 4: Struktur Kurikulum SMA/MA MATA PELAJARAN KELAS X XI XII 26 26 26 1. Matematika 3 4 4 2. Biologi 3 4 4 3. Fisika 3 4 4 4. Kimia 3 4 4 1. Geografi 3 4 4 2. Sejarah 3 4 4 3. Sosiologi dan Antropologi 3 4 4 4. Ekonomi 3 4 4 1. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4 2. Bahasa dan Sastra Daerah 3 4 4 3. Bahasa dan Sastra Inggris 4. Bahasa dan Sastra Asing Lainnya 5. Antropologi 3 4 4 3 4 4 3 4 4 Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat 6 4 4 Jumlah Pelajaran yang tersedia per minggu 71 82 82 Jumlah Jampel yang harus ditempuh per minggu 44 46 46 Kelompok A dan B (Wajib) C. Kelompok Peminatan I II. III Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam Peminatan Ilmu-ilmu Sosial Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya Mata Pelajaran Pilihan Pendalaman BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH 9 Tabel 5: Struktur Kurikulum SMK/MAK MATA PELAJARAN Kelompok A (Wajib) 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Sejarah Indonesia 6. Bahasa Inggris Kelompok B (Wajib) 7. Seni Budaya 8. Bahasa dan Sastra Daerah 9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 10. Prakarya dan Kewirausahaan Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu Kelompok C (Peminatan) Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK/ MAK) JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU ALOKASI WAKTU PER MINGGU X XI XII 3 2 4 4 2 2 3 2 4 4 2 2 3 2 4 4 2 2 2 2 3 2 26 2 2 3 2 26 2 2 3 2 26 24 24 24 50 50 50 C. Perbaikan Kurikulum Tingkat Daerah Berbasis Kurikulum 2013 Dengan adanya revisi Kurikulum 2013 pada tingkat nasional, Kurikulum Tingkat Daerah Kurikulum Muatan Lokal pun mengalami perubahan. Nama kurikulum tidak berubah menjadi kurikulum nasional, tapi tetap Kurikulum 2013 Edisi Revisi yang berlaku secara Nasional.Perubahan tersebut didasarkan pada tiga Permendikbud, yakni Permendikbud No. 20 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi, Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, dan Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Meskipun ada revisi, struktur matapelajaran dan lama belajar di sekolah tidak diubah. Poin utama revisi Kurikulum 2013 adalah meningkatkan hubungan atau keterkaitan antara kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar 10 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK (KD). Jika diintisarikan, terdapat lima poin penting revisi Kurikulum 2013. 1. Peningkatan hubungan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti 1 (Aspek Keagamaan) dan Kompetensi Inti 2 (Aspek Sosial) tidak lagi dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar hanya dijabarkan dari Kompetensi Inti 2 (Pengetahuan) dan Kompetensi Inti 4 (Keterampilan). a. Penomoran KI dan KD tidak lagi ditandai dengan jenjang pendidikan (kelas), tetapi sesuai dengan nomor urutan KI. Nomor KI sebanyak satu digit angka (KI 3), sedangkan nomor KD sebanyak dua digit angka (KD 3.1). b. Dalam rumusan KD lama yang awalnya hanya menggambarkan materi kesastraan saja, pada rumusan KD baru ditambahkan unsurunsur kebahasaan. Hal ini menunjukkan bahwa belajar bahasa daerah dilaksanakan melalui sastra daerah. c. Permusan KD yang awalnya terlalu spesifik dan operasioal, kemudian pada edisi revisi diubah menjadi rumusan yang lebih umum agar tidak menyulitkan pendidik dalam menyusun indikator. d. Rumusan KD pada jenjang SD/MI disesuaikan dengan materi pokok dan tema nasional. Untuk beberapa tema KD disesuaikan dengan tema kedaerahan. e. Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang pendidikan memperhatikan (1) perkembangan psikologis anak; (2) lingkup dan kedalaman; (3) kesinambungan; (4) fungsi satuan pendidikan; dan (5) lingkungan. Dipertimbangkan pula penguasaan pengetahuan dan keterampilan berbahasa dan bersastra secara gradual daerah sesuai dengan jenjang pendidikan. f. Pemetaan materi ajar bahasa daerah mempertimbangkan keragaman lokalitas dan mewadahi fenomena kebahasaan dan pola komunikasi yang berkembang di lingkungan masyarakat. 2. Proses berpikir siswa tidak lagi dibatasi. Pada kurikulum yang lama, berlaku sistem pembatasan, yaitu anak SD sampai memahami, SMP menganalisis, dan SMA mencipta. Pada kurikulum hasil revisi ini, anak SD boleh berpikir sampai tahap penciptaan. Tentunya dengan kadar penciptaan yang sesuai dengan usianya. 3. Penggunaan metode pembelajaran aktif. Guru berperan menjadi fasilitator pembelajaran yang membuat siswa menyenangi kegiatan belajarBAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH 11 mengajar. Adanya penerapan Pendekatan 5M (Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, dan Mencipta). Pendekatan Saintifik 5M bukanlah satu-satunya yang dapat diacu menjadi metode saat mengajar. Apabila digunakan, maka susunan 5Mitu tidak harus berurutan.Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri (inquiry) dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. 4. Penyederhanaan aspek penilaian siswa oleh guru. Pada Kurikulum 2013 versi lawas, seluruh guru wajib menilai aspek sosial dan spiritual (keagamaan) siswa. Sistem ini yang lantas dikeluhkan banyak guru. Dalam skema yang baru, penilaian sosial dan keagamaan siswa cukup dilakukan oleh guru PPKn dan guru Pendidikan Agama-Budi Pekerti. Sementara guru fisika dan mata pelajaran lainnya hanya menilai aspek akademik sesuai bidang yang diajarkan saja.Guru mata pelajaran lain boleh menilai aspek sosial sewajarnya. seperti terkait kenakalan atau misalnya saat siswa ketahuan mencontek. a. Penilaian sikap KI-1 dan KI-2 sudah ditiadakan di setiap mata pelajaran hanya Matapelajaran Agama dan PPKn, namun KI tetap dicantumkankan dalam penulisan RPP. b. Jika ada 2 nilai praktik dalam satu KD, maka yang diambil adalah nilai yang tertinggi. Penghitungan nilai keterampilan dalam satu KD ditotal (praktek, produk, portofolio) dan diambil nilai rata-rata untuk pengetahuan, bobot penilaian harian, dan penilaian akhir semester itu sama. c. Perubahan terminologi ulangan harian menjadi penilaian harian, UAS menjadi Penilaian Akhir Semester untuk Semester 1 dan Penilaian Akhir Tahun untuk Semester 2. Oleh karena itu, sudah tidak ada lagi UTS, langsung ke Penilaian Akhir Semester. d. Skala penilaian menjadi 1-100. Sementara itu, penilaian sikap diberikan dalam bentuk Predikat dan Deskripsi. e. Remedial diberikan untuk nilai siswa yang kurang, namun sebelumnya siswa diberikan pembelajaran ulang. Nilai Remedial adalah nilai yang dicantumkan dalam hasil. 12 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK f. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran. 5. Perencanaan pembelajaran mencakup silabus dan Recana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). a. Silabus Kurikulum 2013 edisi revisi lebih ramping, hanya tiga kolom, yakni KD, Materi Pembelajaran, dan Kegiatan Pembilajaran. b. Di dalam RPP tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran berikut dengan rubrik penilaian (jika ada). D. Kekhasan Kurikulum Tingkat Daerah Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda di dalamnya memuat materi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik. Pembelajarannya diatur secara mandiri serta menopang peningkatan kemampuan penguasaan kurikulum nasional. Program pembelajaran bahasa dan sastra Sunda yang dikembangkanmemperhatikan rambu-rambu pengembangan muatan lokal yang tertuang dalam lampiran Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013, Pasal 9 dan Pasal 10, bahwa Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat mengembangkan muatan lokal. Permendikbud ini merupakan revisi dari Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, di antaranya kedekatan secara fisik dan secara psikis.Dekat secara fisik berarti bahwa terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencerna informasi sesuai dengan usia peserta didik. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuannya, yaitu bahasa, sastra, budaya Sunda sebagai kearifan lokal. Setiap sekolah wajib melaksanakannya agar peserta didik memperoleh pengalaman berbahasa, bersastra, dan berbudaya Sunda. Pendidik yang mengampu mata pelajaran ini diharapkan mampu membangkitkan minat belajar, rasa keingintahuannya, menumbuhkembangkan kesadaran, serta kemampuan apresiasi peserta didik terhadap budayanya masyarakatnya. Hal ini merupakan wujud pembentukan karakter yang BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH 13 memungkinkan seseorang hidup secara beradab dan toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. Mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda dikemas sedemikian rupa agar menarik bagi perserta didik. Kemasan yang menarik dan perencanaan yang tepat akan mampu mengembangkan beragam kompetensi peserta didik baik secara konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur etika, estetika, logika, dan kinestetika. E. Keragaman Lokalitas dan Bahasa Pengantar Pembelajaran Untuk mewadahi keragaman lokalitas perlu dipertimbangkan bahasa dan budaya yang berkembang di lingkungan belajar peserta didik. Kenyataan menunjukkan bahwa selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasabahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi pemerintah. Misalnya, sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah bahwa yang dimaksud dengan bahasa daerah di Jawa Barat adalah bahasa Sunda, bahasa Cirebon, dan bahasa Melayu-Betawi. Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang peserta didiknya berbahasa ibu bukan bahasa Sunda, kompetensi dasar itu perlu disesuaikan dengan keadaan kebahasaan dan budaya daerah setempat. Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar, tetapi dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan. Berkaitan dengan kategorisasi lokal, di Jawa Barat ada masyarakat yang berbahasa ibu bahasa Sunda lulugu ada pula yang menggunakan bahasa Sunda wewengkon. Bahkan di pesisir utara dan sebagian besar wilayah Cirebon mempunyai bahasa ibu yang bukan bahasa Sunda. Masyarakat penuturnya menyebutnya sebagai bahasa Cirebon, yang awalnya merupakan perpaduan antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Sehubungan dengan kenyataan seperti itu, bahan pembelajaran bahasa Sunda tentu tidak akan seragam. Penentuan bahan pembelajaran diserahkan sepenuhnya kepada pendidik di tempatnya masing-masing dengan mengadakan perembukan terpumpun dalam wadah Pusat Kegiatan 14 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK Guru (PKG). Lebih jauh lagi, penentuan yang lebih spesifik lagi diserahkan kepada guru di sekolah yang bersangkutan. Kategorisasi lokal dalam penentuan bahan pembelajaran dapat dibedakan atas tiga kategori A, B, dan C. Ketiga kategori lokal tersebut masing-masing memiliki ciri tersendiri. 1. Kategori A berlaku ditempat-tempat yang masyarakatnya menggunaan bahasa Sunda lulugu, yakni bahasa yang kini dianggap baku dan resmi menurut ukuran umum di Jawa Barat. Sebagi contoh yang termasuk kategori ini adalah daerah Bandung dan sekitarnya dengan mengabaikan beberapa kosakata wewengkon yang memang hanya sedikit. 2. Kategori B berlaku di tempat-tempat yang masyarakatnya menggunakan bahasa Sunda wewengkon, yakni bahasa yang sampai saat ini dianggap sebagai ragam bahasa yang mempunyai perbedaan dengan bahasa lulugu, akan tetapi tetap dianggap sebagai bahasa Sunda. Perbedaan tersebut berada pada tataran fonetik dan semantik, di samping perbedaan onomasiologis (konsep yang sama dalam kosakata yang berbeda) dan perbedaan semasiologis (konsep yang berbeda dengan kosakata yang sama). Sebagai conto yang termasuk kategori B adalah bahasa Sunda di Kuningan dan Karawang. 3. Kategori C berlaku di tempat-tempat yang masyarakatnya kental menggunakan bahasa wewengkon atau bahasa daerah khusus seperti bahasa Cirebon (bahasa Sunda Dialek Cirebon atau bahasa Jawa Dialek Cirebon) dan bahasa Melayu Dialek Betawi. Misalnya, di sebagian wilayah Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon, selain diajarkan bahasa Sunda sebagai muatan lokal wajib, juga diperkenankan untuk mengajarkan bahasa Cirebon sebagai muatan lokal pilihan. Khusus di daerah ini, untuk Kelas I-III SD, alokasi waktu untuk pelajaran bahasa Sunda dapat digunakan untuk pelajaran bahasa daerah setempat. Keadaan yang sama dapat pula berlaku bagi sebagian Kota dan Kabupaten Bekasi serta Kota Depok yang masyarakatnya menggunakan Bahasa Melayu Dialek Betawi, meskipun sampai saat ini belum dapat diajarkan di sekolah-sekolah. Kategorisasi lokal tersebut dapat mengikuti perimbangan komponen kompetensi bahasa (pemahaman dan penggunaan), ragam bahasa (lulugu dan wewengkon), dan bahasa pengantar. BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH 15 (a) Di wilayah kategori A, diutamakan pemahaman dan penggunaan bahasa, materi bahasa Sunda baku, dan menggunakan pengantar bahasa Sunda baku. (b) Di wilayah kategori B, diutamakan pemahaman dan penggunaan bahasa, materi bahasa Sunda baku dan bahasa Sunda wewengkon seimbang, dan menggunakan pengantar bahasa Sunda baku. (c) Di wilayah kategori C, diutamakan pemahaman bahasa, materi bahasa Sunda baku dan bahasa Sunda wewengkon atau bahasa setempat seimbang, dan dapat menggunakan bahasa pengantar bahasa Sunda wewengkon (bahasa setempat) atau menggunakan bahasa Indonesia. Di sekolah-sekolah yang mempunyai kondisi khusus, seperti di sekolahsekolah yang peserta didiknya banyak yang berbahasa ibu bukan bahasa Sunda, walaupun sebenarnya termasuk kategori A atau kategori B, dapat ditentukan kebijakan lain. Pada prinsipnya bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Sunda adalah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat digunakan bahasa Indonesia atau bahasa setempat, baik sebagian maupun sepenuhnya, atau menggunakan dwibahasa Sunda-Indonesia. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsur-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa Sunda wewengkon, kata-kata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau meningkatkan kualitas pembelajaran. F. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar 1. Pemanfaatan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi 16 Teknologi informasi dan komunikasi dapat berupa media cetak dan elektronik. Kini perkembangannya semakin pesat dan canggih. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi pembelajara bahasa dan sastra Sunda. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu semua itu dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas dan kelancaran pembelajaran bahasa dan sastra Sunda. KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 2. Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Budaya Sumber pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dapat pula berupa lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda. Peserta didik diupayakan agar berhubungan langsung dengan masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan budaya Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi dalam pembelajaran bahasa Sunda. Berkaitan dengan pembelajaran sastra, peserta didik diupayakan untuk mengetahui kehidupan sastra secara eksplisit maupun implisit dengan mengapresiasi dan mengekspresikan isinya. 3. Bacaan Wajib Pembelajaran bahasa dan Sastra Sunda harus didukung oleh adanya buku babon, buku pendukung pembelajaran, atau buku-buku bacaan kanonik untuk mendorong siswa gemar membaca dan membangkitkan minat dan kesenangannya mempelajari bahasa dan sastra Sunda. Buku yang akan digunakan dalam pembelajaran bahasa Sunda adalah buku-buku yang sebelumnya telah dinyatakan lolos seleksi penilaian oleh lembaga berwenang serta dan proses seleksinya harus memperhatikan kejujuran dan kualitas buku. Sebagai upaya meningkatkan apresiasi sastra dan gemar membaca, setiap peserta didik pada setiap jenjang pendidikan diwajibkan membaca sejumlah karya sastra (puisi, prosa, dan drama) yang sesuai dengan tingkatannya dalam jumlah yang memadai. Pemilihan buku bacaan sastra ini disesuikan dengan tingkat perkembangan psikologis peserta. Upaya ini juga berkaitan dengan gerakan literasi sekolah yang menjadi unsur penunjang dalam kurikulum yang berlaku saat ini. BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH 17 18 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK BAB II KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR (kikd) MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA A. Rasional Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda adalah mata pelajaran Muatan lokal yang berdiri sendiri. Ketetapan kebijakan ini sejalan dengan Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pasal 1 s.d 4. Atas dasar itulah, maka materi pembelajaran yang tertuang dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mengutamakan keunggulan dan kearifan daerah. KI-KD Kurikulum 2013 Muatan Lokal Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda serta revisinya diberlakukan berdasarkan peraturan perundang- undangan sebagai berikut. (1) UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (2) UU No. 24/2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan; (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./ SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan; (4) Permendikbud No. 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA; (5) Permendikbud No. 79/2014 tentang Kurikulum 2013, Pasal 5 (a) dan (b), yaitu materi mata pelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Sunda yang dirumuskan dalam bentuk dokumen berupa KompetensiDasar dan Silabus; (6) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 20, 21, 22, dan 23 Tahun 2016 tentang Standar Kelulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian; (7) Perda No. 14/2014 tentang Pemeliharan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah; (8) Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 69 Tahun 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah pada Jenjang Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; (9) Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor 423/2372/ Set-disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA; serta (10) Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang Pemeliharaan Bahasa-bahasa Ibu di Dunia. 20 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK B. Pengertian Dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2014 tentang KIKD Pelajaran pada Kurikulum 2013 disebutkan bahwa kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas, sedangkan kompetensi dasar merupakan merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Sunda adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda. C. Fungsi Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai acuan bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara terpadu. Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara. Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran Bahasa Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial budaya regional Jawa Barat; (2) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya; (3) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4) sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa Sunda untuk berbagai keperluan; (5) sarana pengembangan penalaran; dan (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya daerah (Sunda). D. Tujuan Pertimbangan itu berkonsekuensi pula pada tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda yang secara umum agar peserta didik mencapai tujuan-tujuan berikut. BAB II: KIKD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda 21 1. Peserta didik menyenangi pengalamannya berbahasa Sunda baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. 2. Peserta didik memahami dan mampu menggunakan bahasa Sunda dalam berbagai konteks komunikasi untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosi, dan kematangan sosial. 3. Peserta didik menghargai bahasa Sunda sebagai bagian dari warisan kebudayaan masyarakat Sunda dan bagian dari kekayaan kebudayaan nasional. 4. Peserta didik mampu menghargai, membanggakan, menikmati, dan memanfaatkan karya sastra Sunda untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan, dan memahami budaya serta intelektualitas manusia Sunda. E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA JENJANG SMA/SMK/MA/MAK KELAS X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler. Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu “1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial yaitu, “2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif melalui keteladanan, pemberian nasehat, penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara berkesinambungan serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah 22 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini. KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya tentang (a) ilmu pengetahuan, (b) teknologi, (c) seni, (d) budaya, dan (e) humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara (a) efektif, (b) kreatif, (c) produktif, (d) kritis, (e) mandiri, (f) kolaboratif, (g) komunikatif, dan (h) solutif, dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan metode sesuai dengan kaidah keilmuan. KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI DASAR 4 3.1. Menganalisis unsur kebahasaan dan rasa bahasa teks terjemahan. 4.1. Menerjemahkan teks ke dalam bahasa Sunda atau sebaliknya dengan memperhatikan unsur kebahasaan dan rasa bahasa. 3.2. Menganalisis isi, struktur, dan unsur kebahasaan teks babad/ sejarah Sunda. 4.2. Menyajikan isi teks babad/sejarah Sunda dengan memperhatikan struktur dan unsur kebahasaan. 3.3 Menganalisis isi dan unsur kebahasaan teks wawancara. 4.3 Merancang, melakukan dan menyusun laporan wawancara dengan memperhatikan kesantunan berbahasa. BAB II: KIKD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda 23 3.4. Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan laporan kegiatan. 4.4. Menulis laporan kegiatan dengan memperhatikan struktur dan unsur kebahasaan. 3.5. Membandingkan jenis dongeng, berdasarkan struktur, unsur kebahasaan dan fungsi sosial. 4.5. Menampilkan berbagai jenis dongeng dengan cara ngadongeng, monolog, dramatisasi. 3.6. Membandingkan bentuk, struktur dan unsur kebahasaan teks kawih Sunda klasik dan pop. 4.6. Melantunkan kawih Sunda klasik dan pop dengan memperhatikan ekspresi dan teknik vokal. 3.7. Menganalisis isi, unsur, struktur dan aspek kebahasaan sajak. 4.7. Menampilkan sajak dengan cara membaca, mendeklamasikan, musikalisasi atau dramatisasi. 3.8 Menganalisis bentuk dan tipe aksara Sunda sesuai dengan kaidah-kaidahnya. 4.8. Mendemonstrasikan aksara Sunda sesuai dengan kaidah-kaidahnya. KELAS XI Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler. Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu “1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial yaitu, “2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif melalui keteladanan, pemberian nasehat, penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara berkesinambungan serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.” Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. 24 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini. KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya tentang (a) ilmu pengetahuan, (b) teknologi, (c) seni, (d) budaya, dan (e) humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KOMPETENSI DASAR 3 KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara (a) efektif, (b) kreatif, (c) produktif, (d) kritis, (e) mandiri, (f) kolaboratif, (g) komunikatif, dan (h) solutif, dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan metode sesuai dengan kaidah keilmuan. KOMPETENSI DASAR 4 3.1 Menganalisis isi, struktur, serta aspek kebahasaan cerita wawacan. 4.1 Mentransformasikan cerita wawacanke dalam prosa atau mengkreasikan ke dalam bentuk pertunjukan (seperti beluk, jemblungan, dramatisasi). 3.2. Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan carita pondok. 4.2. Menulis caritapondok sederhana dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan. BAB II: KIKD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda 25 KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 3.3. Menganalisis isi, pola penyajian, dan unsur kebahasaan teks berita dari media massa cetak atau elektronik. 4.3. Menyusun teks berita berdasarkan pengamatan atau hasil wawancara sesuai dengan struktur dan kaidah kebahasaan. 3.4. Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan teks panata acara dalam kegiatan diskusi, rapat, debat, dan sejenisnya. 4.4. Mendemonstrasikan panata acara dalam kegiatan diskusi, rapat, debat, dan sejenisnya yang sesuai dengan konteks penggunaan bahasa. 3.5. Menganalisis isi, struktur, dan unsur kebahasaan teks biantara. 4.5. Mendemonstrasikan biantara dengan memperhatikan kesantunan dan penggunaan kaidah bahasa. 3.6. Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan teks biografi. 4.6. Menulis teks biografi sederhana dengan memperhatikan struktur dan penggunaan kaidah bahasa. 3.7. Menganalisis isi, struktur, dan unsur kebahasaan teks/naskah drama. 4.7. Menampilkan drama berdasarkan teks/naskah dengan memperhatikan intonasi dan ekspresi. 3.8. Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan teks resensi (buku, film, musik, pertunjukan) 4.8. Menulis resensi (buku, film, musik, pertunjukan) dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan. KELAS XII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler. Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu “1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial yaitu, “2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif melalui keteladanan, pemberian nasehat, penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara berkesinambungan serta 26 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.” Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini. KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya tentang (a) ilmu pengetahuan, (b) teknologi, (c) seni, (d) budaya, dan (e) humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KOMPETENSI DASAR 3 3.1. Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan teks bahasan tradisi Sunda. KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara (a) efektif, (b) kreatif, (c) produktif, (d) kritis, (e) mandiri, (f) kolaboratif, (g) komunikatif, dan (h) solutif, dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan metode sesuai dengan kaidah keilmuan. KOMPETENSI DASAR 4 4.1. Menyajikan bahasan tradisi setempat melalui berbagai media (seperti mading, pameran fotografi, film dokumenter) dengan memperhatikan kaidah bahasa Sunda. BAB II: KIKD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda 27 KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 3.2. Menganalisis isi, struktur, dan unsur kebahasaan petikan cerita wayang. 4.2. Mengkreasikan petikan cerita wayang secara lisan/tulisan ke dalam bentuk lain (seperti drama, caritapondok, puisi) dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan. 3.3. Menganalisis isi, struktur, unsur dan aspek kebahasaan petikan cerita pantun. 4.3. Mengkreasikan cerita pantun secara lisan/tulisan ke dalam bentuk lain (seperti drama, caritapondok, puisi) dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan. 3.4. Menganalisis isi, struktur, dan unsur kebahasaan novel. 4.4. Menyajikan hasil analisis novel melalui berbagai media (seperti bagan, cerita bergambar, animasi) dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan. 3.5. Menganalisis isi, struktur, dan unsur kebahasaan sisindiran. 4.5. Menyusun dan menampilkan sisindiran secara lisan/tulisan sesuai dengan konteks dan fungsi sosialnya. 3.6. Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan teks artikel berbahasa Sunda. 4.6. Menulis artikel sederhana berbahasa Sunda dengan memperhatikan struktur dan penggunaan kaidah kebahasaan. Keterangan: Pada prinsipnya kompetensi bahasa dan sastra Sunda untuk peserta didik SMA/SMK/MA/MAK relatif sama. Akan tetapi, pemilihan KD dan materi pokok di SMK/MAK disesuaikan dengan vokasional, kondisi, dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah masing-masing. Bagi SMK/MAK yang melaksanakan empat tahun akademik, pendidik dapat memilih enam KD dan materi yang berfokus pada praktek dan unjuk kerja berbahasa Sunda yang berkaitan dengan kekhasan vokasional sekolah. Misalnya: (a) menulis laporan, (b) menyusun berita, (c) mendemonstrasikan panata acara, (d) menulis aksara Sunda, (e) mendemonstrasikan biantara, (f) menulis artikel, dan (g) mengkreasikan kawih. 28 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK Lampiran-LAMPIRAN Lampiran 1 SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA SMA/SMK/MA/MAK A. Pengertian SIlabus Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) termasuk ke dalam desain pembelajaran perencanaan pembelajaran yang mengacu kepada standar isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. B. Komponen Silabus Di dalam lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses disebutkan bahwa silabus paling sedikit memuat beberapa komponen, yakni: 1. Identitas mata pelajaran (misalnya: Bahasa dan Sastra Sunda); 2. Identitas sekolah, diisi dengan satuan pendidikan dan kelas (SD/Kelas I); 30 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 3. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran; 4. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran; 5. Tema (khusus SD/MI), 6. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi; 7. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan; 8. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik; 9. Alokasi waktu, sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan 10. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan. Komponen silabus tersebut termasuk komponen yang lengkap. Dalam perkembangan selanjutnya dan perbaikan Kurikulum 2013, komponen silabus hanya terdiri atas tiga komponen, yakni (1) kompetensi dasar, (2) materi pembelajaran, dan (3) kegiatan pembelajaran. C. Pengembangan Silabus Pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi dalam rangka mewujudkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, dan inovatif. Oleh karena itu proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. LAMPIRAN-LAMPIRAN 31 Memperhatikan konteks global dan kemajemukan masyarakat Indonesia, misi dan orientasi Kurikulum 2013 diterjemahkan dalam praktik pendidikan dengan tujuan khusus agar peserta didik memiliki kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan masyarakat di masa kini dan di masa mendatang, seperti tampak pada gambar 1. Gambar 1 Kompetensi yang dimaksud yaitu: (1) menumbuhkan sikap religius dan etika sosial yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; (2) menguasai pengetahuan; (3) memiliki keterampilan atau kemampuan menerapkan pengetahuan dalam rangka melakukan penyelidikan ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuatan karya kreatif yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran bahasa dan Sastra Sunda yang dikembangkan di setiap jenjang pendidikan harus mempertimbangkan pemanfaatan tekhnologi informasi dan komunikasi. Untuk itu kemampuan pendidik dalam menggunakan dan memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi menjadi faktor penting agar pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mampu menjawab tantangan abad moderen dewasa ini. Selain penggunaan dan pemanfaatan teknonolgi, pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda juga harus memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta didik, sehingga mata pelajaran ini dapat menjadi penyaring dari masuknya kebudayaan asing sekaligus mendorong peserta didik untuk memiliki kearifan terhadap budaya lokal atau budaya masyarakat setempatnya. 32 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK Silabus mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda SD/MI, SMP/MTs, SMA/ MA/MAK disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum; mudah diajarkan oleh guru (teachable); mudah dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapainnya (measurable); dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik. Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut, komponen silabus mencakup kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru dapat mengembangkan berbagai model yang sesuai dengan karakteristik masingmasing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini guru diharapkan kreatif dalam pengembangan materi, pengelolaan proses pembelajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan peserta didik. KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS X Alokasi Waktu: 2 jam pelajaran/minggu Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karaktersitik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. LAMPIRAN-LAMPIRAN 33 34 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK •Topik Teks wangun prosa/puisi •Unsur Kebahasaan - Diksi - EYD Basa Sunda - Tatakrama bahasa Sunda - Menerjemahkan teks berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Sunda atau sebaliknya dengan memperhatikan unsurkebahasaan - Memilih/menggunakan padanan kata dengan tepat - Membacakan hasil Terjemahan - Mengoreksi hasil Terjemahan dengan teman sebangku atau kelompok - Menyunting/memperbaiki teks Terjemahannya •Struktur kalimat - Bagian pembuka - Bagian Eusi - Bagian Penutup 4.1 Menerjemahkan teks ke dalam bahasa Sunda atau sebaliknya dengan memperhatikan unsur kebahasaan dan rasa bahasa Memilih teks berbahasa Indonesia untuk diterjemahkan Mengidentifikasi kata-kata/ungkapan yang sulit dimengerti Menanyakan hal-hal yang tidak diketahui atau yang berbeda. Memahami isi teks yang diterjemahkan Memperhatikan alur teks terjemahan Memahami pesan/amanat teks terjemahan - - - - - - •Fungsi sosial Meneladani Nilai moral dan pendidikan dalam teks terjemahan yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari 3.1 Menganalisis unsur kebahasaan dan rasa bahasa teks terjemahan. Kegiatan Pembelajaran Materi Pembelajaran Kompetensi Dasar Pembelajaran untuk kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan sebagai berikut ini. Penumbuhan dan pengembangan Kompetensi Sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. LAMPIRAN-LAMPIRAN 35 4.2. Menyajikan isi teks babad/ sejarah Sunda dengan memperhatikan struktur dan unsur kebahasaan. 3.2 Menganalisis isi, struktur, dan unsur kebahasaan teks babad/ sejarah Sunda. •Topik Teks babad/sejarah Sunda •Unsur Kebahasaan - Diksi - EYD Basa Sunda - Tatakrama bahasa Sunda •Struktur kebahasaan - Bubuka - Eusi - panutup •Fungsi sosial Meneladani Nilai moral dan pendidikan dalam teks babad/sejarah Sunda yang diimplementasikan dalam kehidupan seharihari - Meringkas isi teks babad/sejarah Sunda, sesuai dengan struktur dan unsur kebahasaan. - Mengoreksi hasil ringkasan isi teks babad/sejarah Sunda, dengan teman sebangku atau kelompok - Menceritakan kembali isi teks babad/sejarah Sunda. Memilih teks babad/sajarah Sunda Memahami struktur kebahasaan teks babad/sejarah Sunda. Memahami setiap kejadian sejarah dalam teks babad/ sajarah Sunda Menemukan keterkaitan antara tokoh dan kejadian sejarah dengan kenyataan daerah setempat - Menentukan galur teks babad/ sajarah Sunda - - - - 36 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 4.3. Merancang, melakukan dan Menyusun laporan wawancara dengan memperhatikan kesantunan berbahasa. 3.3. Menganalisis isi, struktur, dan unsur kebahasaan teks wawancara. •Topik Wawancara tokoh/nara sumber •Unsur Kebahasaan - Diksi - EYD Basa Sunda - Tatakrama bahasa Sunda •Struktur kebahasaan - Tema - Daftar pertanyaan - Bubuka - Eusi - panutup •Fungsi sosial Meneladani Nilai moral dan pendidikan dalam teks wawancara. yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari - - - - - - - - - - - - Menentukan narasumber Menentukan media wawancara Melaksanakan wawancara Mendiskusikan tentang isi wawancara dan kaidah-kaidahnya. Menyusun rangkaian wawancara. Mengoreksi dan menyunting/memperbaiki teks wawancara dengan teman sebangku atau kelompok Membaca dan mengamati beberapa contoh teks wawancara Memahami isi wawancara Mengidentifikasi struktur wawancara Memahami unsur-unsur kebahasaan teks wawancara. Menyimpulkan tentang kaidah-kaidah wawancara Menyajikan hasil analisis unsur kebahasaan wawancara secara lisan dan tertulis LAMPIRAN-LAMPIRAN 37 4.4. Menulis laporan kegiatan dengan memperhatikan struktur dan unsur kebahasaan. 3.4. Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan laporan kegiatan. •Struktur - Bubuka - Eusi - Panutup •Unsur Kebahasaan - Diksi - EYD Basa Sunda - Tatakrama bahasa Sunda •Topik Laporan kegiatan •Fungsi sosial Meneladani Nilai moral dan pendidikan dalam laporan kegiatan yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari Membaca dan mengamati beberapa contoh laporan kegiatan. Menentukan ciri-ciri laporan kegiatan Membedakan laporan kegiatan dengan bentuk yang lain Mengidentifikasi struktur laporan kegiatan. Memahami unsur-unsur kebahasaan laporan kegiatan. Menyimpulkan tentang unsur-unsur kebahasaan laporan kegiatan. Menyajikan hasil analisis unsur kebahasaan laporan kegiatan. Secara lisan dan tertulis Menentukan tema laporan kegiatan. Menyusun kerangka laporan kegiatan Menulis laporan kegiatan Mengoreksi hasil laporan kegiatan dengan teman sebangku atau kelompok - Menyunting/memperbaiki hasil laporan kegiatan - - - - - - - - - - - 38 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 4.5. Menampilkan berbagai jenis dongeng dengan cara ngadongeng, monolog, dramatisasi. 3.5. Membandingkan jenis dongeng berdasarkan struktur, unsur kebahasaan dan fungsi sosial •Struktur teks - Bagian pembuka - Bagian isi - Bagian penutup •Unsur kebahasaan - Kosa kata - Makna denotatif - Ejahan - Tanda baca - Struktur kalimat •Topik Membandingkan dongeng Sasakala, Sasatoan, Mitos, Parabel, Sage •Fungsi sosial Meneladani nilainilai moral yang terkandung dalam jenis-jenis dongeng untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari - Menyimak jenis-jenis dongeng dengan menggunakan berbagai macam media pembelajaran. - Mencatat dan membahas kosa kata yang belum dipahami. - Bertanya jawab tentang perbedaan jenis dongeng yang telah disimak. - Membuat ihtisar dongeng yang telah disimaknya. - Berlatih dengan teman sebangku dan saling menilai. - Menanyakan hal-hal yang tidak diketahui - Menampilkan salah satu jenis dongeng yang telah disiapkannya. - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya. LAMPIRAN-LAMPIRAN 39 4.6 Melantunkan kawih klasik dan pop Sunda dengan memperhatikan ekspresi dan teknik vokal. 3.6 Membandingkan bentuk, struktur, dan unsur kebahasaan teks kawih klasik dan pop Sunda. •Melantunkan salah satu kawih Sunda klasik dan pop. - Mendengarkan salah satu kawih Sunda klasik dan pop. - Mencatat dan membahas kosa kata yang belum dipahami. Menanggapi nilai estetika antara kawih Sunda klasik - Bertanya jawab tentang perbedaan jenis kawih Sunda klasik dan pop yang telah disimak. dan Pop - Membaca salah satu teks kawih Sunda klasik dan pop. •Struktur teks - Mengapresiasi salah satu kawih Sunda klasik dan pop. - Pilihan kata (diksi) - Melantunkan salah satu kawih Sunda klasik dan pop. - Purwakanti - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya. •Unsur Kebahasaan - Makna denotatif - Nada - Wirahma - Artikulasi •Topik •Fungsi sosial 40 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 4.7 Menampilkan sajak dengan cara membaca, mendeklamasikan, dramatisasi atau musikalisasi. 3.7 Menganalisis isi, unsur, struktur dan aspek kebahasaan sajak. kekayaan bahasa Sunda. (idiom, kosa kata) dalam penampilan sajak •Unsur Kebahasaan - Istilah khusus terkait dengan idiom dan kosa kata, bahasa yang muncul pada teks sajak - Ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, dan tanda baca. •Topik - Tema, nada, pilihan kata (diksi), rasa, amanat kata, dan idiom. - Teks sajak berisi kosa •Struktur Teks Menerapkan idiom, kosakata dan bahasa dalam menampilkan sajak. •Fungsi sosial - Membaca dan mengamati teks sajak yang mengandung berbagai macam kosa kata, dan idiom yang merupakan kekayaan bahasa Sunda. - Menyimak dan menampilkan salah satu sajak dengan menggunakan berbagai macam media. - Bertanya jawab tentang aspek kebahasaan yang terdapat dalam sajak. - Menampilkan salah satu sajak dengan cara (membaca, deklamasi, musikalisasi, dramatisasi) - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya LAMPIRAN-LAMPIRAN 41 •Fungsi sosial Lambang jati diri serta rasa bangga dalam melestarikan tradisi Sunda. - Mengamati teks dan tayangan aksara Sunda melalui media pembelajaran. - Mengidentifikasi ciri-ciri, pengertian, jenis, tujuan, sistematika dan teknik-teknik aksara Sunda. - Mengkonfirmasi hasil temuan sementara dan menanyakan/ berkonsultasi kepada guru tentang sistematika dan kaidah-kaidah penulisan yang benar. - Menulis teks pendek yang menggunakan aksara Sunda sesuai dengan kaidah-kaidahnya. - Mengkomunikasikan pengalaman penyusunan teks aksara Sunda di antaranya berupa kesan-kesan, komentar, permasalahan. - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya. Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karaktersitik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. KELAS XI Alokasi Waktu: 2 jam pelajaran/minggu Aksara Sunda yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI. •Struktur Teks - Ciri aksara Sunda 4.8 Mendemonstrasi- Bentuk aksara Sunda kan aksara - Kaidah aksara Sunda Sunda sesuai dengan kaidah- •Unsur Kebahasaan kaidahnya. - Diksi - Ejaan dan tanda baca. •Topik 3.8 Menganalisis bentuk dan tipe aksara Sunda sesuai dengan kaidahkaidahnya. 42 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK Materi Pembelajaran • Topik Wawacan yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI. 3.1 Menganalisis isi, struktur, • Fungsi Sosial: serta unsur kebahasaan Nilai moral dan pendidikan petikan cerita wawacan. yang bisa yang bisa diimplementasikan dalam 4.1 Mentransformasikan kehidupan sehari-hari. cerita wawacan ke dalam prosa atau • Struktur teks: mengkreasikan - Struktur wawacan. ke dalam bentuk - Bentuk wawacan (prosa, pertunjukan (seperti dramatisasi). beluk, jemblungan, dramatisasi). • Unsur Kebahasaan: - Istilah khusus yang ditemukan di dalam teks. - Parafrase wawacan sesuai dengan ejaan yang tepat. Kompetensi Dasar - Membaca dan mengidentifikasi bentuk carita buhunwawacan sebagai warisan budaya Sunda. - Memahami isi wawacan yang disimak baik dari segi isi maupun unsur kebahasaan. - Menemukan dan mengumpulkan istilah-istilah khusus yang terdapat dalam teks wawacan. - Menggali informasi dan membandingkan bentuk carita buhun (dongéng, carita pantun, wawacan, carita naskah jeung guguritan). - Menyusun petikan téks wawacan dengan cara memparafrase teks ke dalam bentuk prosa atau dramatisasi. - Menyajikan petikan teks wawacan hasil mengkreasi siswa dalam bentuk pertunjukan (seperti beluk, jemblungan, dramatisasi). - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar. Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran untuk kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan sebagai berikut ini. Penumbuhan dan pengembangan Kompetensi Sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. LAMPIRAN-LAMPIRAN 43 4.2 Menulis carita pondok sederhana dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan. 3.2 Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan carita pondok. • Fungsi Sosial: Nilai moral dan pendidikan yang bisa yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. • Struktur Teks - Ciri-ciri carita pondok. - Unsur Sastra (unsurunsur intrinsik dan ektrinsik cerita). • Unsur Kebahasaan: - Diksi - Pakeman basa - Ejaan dan tanda baca. - Paduan paragraf. - Kesesuaian antara tema dan isi. - Kalimat langsung dan tidak langsung. • Topik Menulis Carita Pondok yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI. - - - - - - - Membaca teks Carita pondok. Menanyakan dan mengumpulkan istilah-istilah khusus yang ditemukan di dalam teks Carita pondok. Mengidentifikasi ciri-ciri Carita pondok. Menganalisis unsur sastra yang terdapat di dalam Carita pondok. Menyusun kerangka Carita pondok . Menulis karangan Carita pondok menjadi sebuah karangan yang utuh dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan. Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar. 44 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 4.3 Menyusun teks berita berdasarkan pengamatan atau hasil wawancara sesuai dengan struktur dan kaidah kebahasaan. 3.3 Menganalisis isi, pola penyajian, dan unsur kebahasaan teks berita dari media massa cetak atau elektronik. • Fungsi Sosial: Nilai moral dan pendidikan yang bisa yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. • Teks Warta • Struktur - Bubuka - Eusi - Penutup • Pola Penyajian - Prinsip - Proses tahapan nulis warta - Prosedur • Unsur Kabahasaan - Diksi - Ejaan dan tanda baca - Paduan paragraf - Kesesuaian antara topik dengan isi • Topik Nulis Teks Berita (Warta) yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI. - - - - - - - Membandingkan teks warta dari media massa cetak dan elektronik. Menyebutkan bagian-bagian warta dengan sistematis dan benar. Mencari dari berbagai sumber informasi tentang prosedur nulis warta dan kaidah-kaidahnya. Menjelaskan langkah-langkah membuat warta dengan cermat dan benar. Merancang teks warta berdasarkan hasil pengamatan atau hasil wawancara. Menulis warta dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan. Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar. LAMPIRAN-LAMPIRAN 45 4.4 Mendemonstrasikan panata acara dalam kegiatan diskusi, rapat, debat, dan sejenisnya yang sesuai dengan konteks penggunaan bahasa. 3.4 Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan teks panata acara dalam kegiatan diskusi, rapat, debat, dan sejenisnya. • Topik Panata Acara yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI. • Fungsi Sosial: Menumbuhkan sikap saling menghormati sesama. • Struktur - Bubuka - Eusi - Panutup • Unsur Kabahasaan - Diksi - Tata krama basa - Ejaan dan tanda baca - Kesesuaian - Mambaca contoh teks Panata acara dan mencermati kaidahkaidahnya. - Mencari dari berbagai sumber informasi tentang prosedur panata acara dan kaidah-kaidahnya. - Menyusun panata acara sesuai dengan kaidahkaidahnya. - Menampilkan panata acara dalam kegiatan seperti diskusi, rapat, debat. - Menanggapi tampilan panata acara dalam konteks penggunaan bahasa. - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar. 46 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 3.5 Menganalisis isi, struktur, dan unsur kebahasaan teks biantara. 4.5 Mendemonstrasikan biantara dengan memperhatikan kesantunan dan penggunaan kaidah bahasa. • Fungsi Sosial: Menumbuhkan sikap saling menghormati sesama. • Teks Biantara • Struktur - Bubuka (salam bubuka, mukadimah, pangwilujeng ka nu haladir) - Eusi - Panutup (Sandaksunduk ménta hampura, du’a, salam panutup) • Unsur Kabasaan - Tatakrama basa - Diksi - Paduan paragraf • Topik Biantara yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI. - - - - - - - Membaca dan mengamati teks biantara. Mendikusikan tentang aspek kebahasaan (istilah-istilah yang dianggap sulit, purwakanti, dan gaya basa) yang terdapat dalam teks biantara. Mencari dari berbagai sumber mengenai teks biantara yang bisa dijadikan referensi pembelajaran. Merancang dan menyusun teks biantara. Menyajikan teks biantara dengan memperhatikan penggunaan kaidah basa. Menanggapi tampilan Biantara dalam konteks penggunaan bahasa. Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar. LAMPIRAN-LAMPIRAN 47 3.6 Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan teks biografi. 4.6 Menulis teks biografi sederhana dengan memperhatikan struktur dan penggunaan kaidah bahasa. • Fungsi Sosial: Nilai moral dan pendidikan yang bisa yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. • Teks Biografi • Struktur - Unsur-unsur Biografi - Karakteristik teks biografi • Unsur Kebahasaan - Diksi - Ejaan dan penggunaan tanda baca. - Paduan paragraf • Topik Biografi yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI. - - - - - - Membaca dan mengamati teks biografi. Mendiskusikan unsur-unsur teks biografi. Menggali informasi tentang biografi dari berbagai referensi. Menulis biografi berdasarkan unsur-unsur biografi dengan memperhatikan penggunaan kaidah bahasa. Mengevaluasi hasil biografi. Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar. 48 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 4.7 Menampilkan drama berdasarkan teks/naskah dengan memperhatikan intonasi dan ekspresi. 3.7 Menganalisis isi, struktur, dan unsur kebahasaan teks/naskah drama. • Fungsi Sosial Nilai moral dan pendidikan yang bisa yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. • Struktur - Unsur-unsur teks drama. - Unsur-unsur pintonan drama. - Genre drama • Unsur kebahasaan - Diksi - Tata krama basa - Artikulasi - Lentong - Ejaan jeung tanda baca • Topik Drama yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI. - - - - - - Membaca dan mengamati teks/naskah drama. Mendikusikan tentang aspek kebahasaan (istilah-istilah yang dianggap sulit, purwakanti, dan gaya basa) yang terdapat dalam teks/naskah drama. Mencari dari berbagai sumber mengenai teks/naskah drama yang bisa dijadikan referensi pembelajaran. Merancang dan menyusun teks/naskah drama dengan memperhatikan penggunaan kaidah basa. Menampilkan drama berdasarkan teks/naskah dengan memperhatikan intonasi dan ekspresi. Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar. LAMPIRAN-LAMPIRAN 49 3.8 Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan teks resensi (buku, film, musik, pertunjukan). 4.8 Menulis resensi (buku, film, musik, pertunjukan) dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan. • Fungsi Sosial Nilai moral dan pendidikan yang bisa yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. • Struktur - Identitas sumber resensi. - Ciri-ciri resensi • Unsur kebahasaan - Diksi - Ejaan dan tanda baca - Paduan paragraf - Kesesuaian isi resensi • Topik Drama yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI. - - - - - - Membaca dan mengamati sumber resensi. Mendikusikan tentang aspek kebahasaan. Mencari dari berbagai sumber mengenai resensi sebagai bahan rujukan. Merancang dan menyusun resensi dengan memperhatikan penggunaan kaidah basa. Menulis resensi sesuai dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan. Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar. 50 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 3.1 Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan teks bahasan tradisi Sunda. 4.1 Menyajikan bahasan tradisi setempat melalui berbagai media (seperti mading, pameran fotografi, film dokumenter) dengan memperhatikan kaidah bahasa Sunda. Kompetensi Dasar •Fungsi sosial Menjaga hubungan interpersonal dengan masyarakat setempat serta menumbuhkan rasa bangga dalam melestarikan tradisi Sunda. •Unsur kebahasaan - Pakeman basa - Diksi - Tatakrama basa Materi Pembelajaran - Membaca isi teks bahasan tradisi Sunda. - Menanyakan hal-hal yang tidak diketahui atau yang berbeda. - Menelaah dan mendiskusikan struktur dan unsur bahasan tradisi Sunda. - Menyusun teks berbahasa Sunda tentang bahasan tradisi Sunda setempat. - Menyajikan bahasan tradisi setempat melalui berbagai media (seperti mading, pameran fotografi, film dokumenter). - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar. Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran untuk kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan sebagai berikut ini. Penumbuhan dan pengembangan Kompetensi Sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karaktersitik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Alokasi Waktu: 2 jam pelajaran/minggu KELAS XII LAMPIRAN-LAMPIRAN 51 4.2 Mengkreasikan petikan carita wayang secara lisan/tulisan (seperti drama, carita pondok, puisi) dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan. 3.2 Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan petikan carita wayang. Kompetensi Dasar •Fungsi sosial Menumbuhkan rasa trisilas (silih asah, silih asih, silih asuh) serta nilai moral dan pendidikan yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. •Unsur Kebahasaan - Istilah khusus pawayangan. - Pakeman basa - Diksi •Topik Petikan carita wayang yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI. •Topik Bahasan tradisi Sunda yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat dalam KI. Materi Pembelajaran - Membaca petikan téks carita wayang. - Mengidentifikasi ciri-ciri carita wayang. - Menanyakan hal-hal yang tidak diketahui dari teks cerita wayang. - Menganalisis unsur-unsur carita wayang. - Memahami perbandingan antara cerita dongéng dan carita wayang. - Mengkreasikan hasil temuannya dalam bentuk lisan/ tulisan (seperti drama, carita pondok, puisi). - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya. Kegiatan Pembelajaran 52 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 3.3 Menganalisis isi, struktur, dan unsur kebahasaan petikan carita pantun. 4.3 Mengkreasikan carita pantun secara lisan/tulisan (seperti drama, carita pondok, puisi) dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasan. Kompetensi Dasar •Struktur Teks - Jenis Rajah - Monolog - Dialog - Galur carita pantun •Unsur Kebahasaan - Istilah khusus terkait dengan carita pantun. - Diksi - Ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, dan tanda baca. •Topik Petikan carita pantun yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI. •Fungsi sosial Nilai moral dan pendidikan yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Materi Pembelajaran - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya - Mengkreasikan carita pantun secara lisan/tulisan (seperti drama, carita pondok, puisi). - Menganalisis unsur kebahasaan carita pantun. - Bertanya jawab isi yang terkandung pada carita pantun. - Mengidentifikasi bentuk carita pantun. - Menyimak dan atau membaca dengan seksama contoh petikan carita pantun. Kegiatan Pembelajaran LAMPIRAN-LAMPIRAN 53 •Fungsi sosial Nilai moral dan pendidikan yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. 3.4 Menganalisis isi, struktur, dan unsur kebahasaan novel. Petikan novel yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI. 4.4 Menyajikan hasil analisis novel melalui •Struktur Teks berbagai media - Ciri novel (seperti bagan, - Unsur sastra (intrinsik & cerita bergambar, ekstrinsik) animasi) dengan memperhatikan •Unsur Kebahasaan struktur dan kaidah - Diksi kebahasaan. - Ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, dan tanda baca. - Kalimat langsung dan tidak langsung. •Topik Materi Pembelajaran Kompetensi Dasar - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya. - Menyajikan hasil analisis novel melalui berbagai media (seperti bagan, cerita bergambar, animasi) - Menginterpretasikan isi novel sesuai dengan kaidahkaidahnya. - Menganalisis bahasa yang dipergunakan serta unsur intrinsik dalam novel dengan teliti. - Memahami isi novel dengan teliti. - Mengidentifikasi unsur-unsur novel dengan cermat. Kegiatan Pembelajaran 54 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 3.5 Menganalisis isi, struktur, dan unsur kebahasaan sisindiran. 4.5 Menyusun dan menampilkan sisindiran secara lisan/tulisan sesuai dengan konteks dan fungsi sosialnya. Kompetensi Dasar •Unsur Kebahasaan - Pilihan kata (diksi) - Ucapan, makna kata, intonasi, ejaan, tanda baca. •Topik Menyusun dan menampilkan sisindiran - Pada - Padalisan - Guru Wilangan - Guru lagu - Aturan penulisan •Struktur Teks •Fungsi sosial Menemukan makna dan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam sisindiran Materi Pembelajaran - Mengamati contoh sisindiran untuk mengetahui fungsi sosial. - Membaca contoh sisindiran. - Secara berkelompok menganalisis unsur-unsur sisindiran untuk mengetahui fungsi sosial. - Mendiskusikan isi sisindiran yang dibacanya untuk mengetahui fungsi sosial. - Menyusun dan menampilkan sisindiran, dengan ucapan dan tekanan kata yang benar. - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya Kegiatan Pembelajaran LAMPIRAN-LAMPIRAN 55 •Fungsi sosial Nilai moral dan pendidikan yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. 3.6 Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan teks artikel berbahasa Sunda. 4.6 Menulis artikel sederhana berbahasa Sunda dengan memperhatikan struktur dan penggunaan kaidah kebahasaan. Artikel yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI. •Struktur Teks - Jenis artikel - Ciri artikel - Struktur artikel •Unsur Kebahasaan - Diksi - Ejaan dan tanda baca. - Paduan paragraf - Kesesuaian isi dengan tema. •Topik Materi Pembelajaran Kompetensi Dasar - Membaca teks artikel dengan memperhatikan ciri dan tema pada artikel. - Bertanya-jawab tentang ciri-ciri artikel. - Menjelaskan ciri-ciri artikel dengan teliti dan sistematis. - Menentukan tema teks artikel secara tepat dan bertanggug jawab. - Menyusun kerangka pembuatan artikel secara sistematis. - Menulis artikel sederhana berbahasa Sunda sesuai dengan kerangka yang telah dibuat. - Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya. Kegiatan Pembelajaran 56 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA LAMPIRAN-LAMPIRAN 57 A. Batasan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih. B. Komponen RPP Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, komponen RPP terdiri atas: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 58 Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; Identitas mata pelajaran atau tema/subtema; Kelas/semester; Materi pokok; Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai; Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; Kompetensi dasar (KD) dan indikator pencapaian kompetensi; Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi; Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai; KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 10. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran; 11. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan; 12. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan 13. Penilaian hasil pembelajaran. C. Prinsip Penyusunan RPP Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut. 1. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. 2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik. 3. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. 4. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. 5. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. 6. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. 7. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 8. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. LAMPIRAN-LAMPIRAN 59 D. Langkah Penyusunan RPP RPP merupakan panduan yang akan diimplementasikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Inti dalam RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran. 1. Penetapan Identitas RPP Identitas RPP mencakup komponen: a. Identitas sekolah b. Identitas matapelajaran c. Tema (khusus untuk SD/MI) d. Materi pokok e. Alokasi waktu 2. Penyusunan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 3. Penetapan KD dan penyusunan indikator pencapaian kompetensi KD dipilih dan ditetapkan berdasarkan KI-KD, kemudian dijabarkan menjadi indikator pencapaian kompetensi. Rumusan indikator disusun menggunakan kata kerja operasional sesuai dengan ranah kompetensi pengetahuan (kognitif) dan ranah kompetensi keterampilan (psikomotor). 4. Penyusunan materi pembelajaran Materi pembelajaran disusun dengan memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. 5. Pemilihan dan penetapan metode pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai. 6. Pemilihan dan penetapan media pembelajaran Media pembelajaran berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran. Media pembelajaran dipilih dan ditetapkan sesuai dengan materi pembelajaran dan situasi pembelajaran. 60 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 7. Pemilihan dan penetapan sumber belajar Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. Sumber belajar yang digunakan dicantumkan dalam RPP. 8. Penyusunan langkah pembelajaran Langkah pembelajaran disusun dalam tiga tahap kegiatan, yakni kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. a. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib menyusun: 1) Orientasi, untuk menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran dan memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan diajarkan; 2) Motivasi belajar peserta didik secara kontekstual dengan merumuskan manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang peserta didik; 3) Apersepsi, dengan merumuskan kaitan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; 4) Pemberian acuan, menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai dan cakupan materi. b. Kegiatan Inti 1) Menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. 2) Dalam memperkuat pendekatan saintifik, tematik, dan tematik terpadu, sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). 3) Memuat pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi pada pembelajaran. Sikap dimiliki melalui proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, LAMPIRAN-LAMPIRAN 61 mengevaluasi, hingga mencipta. Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. c. Kegiatan Penutup 1) Menyusun refleksi untuk mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung; serta memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; 2) Merumuskan rencana kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; 3) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. 9. Penyusunan penilaian hasil pembelajaran Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authenticassesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik yang mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) pada aspek pengetahuan dan dampak pengiring (nurturant effect) pada aspek sikap. a. Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. b. Penilaian proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat: (1) lembar pengamatan, (2) angket sebaya, (3) rekaman, (4) catatan anekdot, dan (5) refleksi. c. Penilaian hasil pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dan di akhir satuan pelajaran dengan menggunakan metode dan alat: (1) tes lisan/perbuatan dan (2) tes tulis. Tes tulis berbentuk uraian atau esai. 62 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK Contoh RPP: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA/SMK/MA/MAK .... : Bahasa Sunda : XII / I : Carita Wayang : 6 x 45 menit (3x pertemuan) A. Tujuan Pembelajaran Setelah proses menggali informasi melalui berbagai fakta, menanya konsep, berdiskusi atas fakta dan konsep, menginterprestasi mengasosiasi dan mengomunikasikan, peserta didik dapat: 1. Membaca, menyimak dan memahami teks carita wayang 2. Menjelaskan isi carita wayang 3. Mengamati kaidah-kaidah carita wayang 4. Menceritakan kembali carita wayang B. Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi Dasar 3.2 Menganalisis isi, struktur dan unsur kebahasaan petikan carita wayang. 4.2 Mengkreasikan petikan carita wayang secara lisan/tulisan ke dalam bentuk lain (drama, carita pondok, puisi) dengan memperhatikan struktur dan kaidah kebahasaan. Indikator Pencapaian Kompetensi 3.2.1 Mengidentifikasi, menganalisis, dan membandingkan carita wayang sesuai dengan kaidah-kaidahnya 3.2.2 Membaca téks carita wayang 3.2.3 Mengidentifikasi ciri-ciri carita wayang 3.2.4 Menganalisis unsur-unsur carita wayang. 3.2.5 Memahami perbandingan antara cerita dongéng dan carita wayang 4.2.1 Menanggapi dan mengekspresikan carita wayangsesuai dengan kaidah-kaidahnya 4.2.2 Menceritakan kembali isi carita wayang 4.3.5 Mengubah cerita wayang ke dalam bentuk nasakah darama LAMPIRAN-LAMPIRAN 63 C. Materi Pembelajaran Fakta: • Berbagai contoh teks carita wayang dari berbagai sumber Konsep: • Ciri-ciri, pengertian, perbedaan jenis, tema, dan tujuan carita wayang • Struktur carita wayang • Unsur-unsur carita wayang Prinsip: • Karakteristik carita wayang • Ciri-ciri kebahasaan dalam carita wayang • Istilah-istilah dalam pagelaran wayang Prosedur: • Langkah-langkah penyusunan teks carita wayang • Proses penyajian laporan hasil penyusunan téks carita wayang • D. Metode Pembelajaran 1. Pendekatan Pembelajaran: Saintifik 2. Model Pembelajaran: Model Pembelajaran Inkuiri 3. Tenknik Pembelajaran: Ceramah, Praktek, Diskusi E. Media dan Alat Pembelajaran 1. Media: Audio-Visual (video, gambar ilustrasi, dan powerpoint materi carpon) 2. Alat/Bahan: Laptop dan LCD F. Sumber Pembelajaran 1. Durahman, Duduh. 1984. Catetan Prosa Sunda. Bandung: Medal Agung. 2. Lembaga Basa jeung Sastra Sunda.1983. Kamus Umum Basa Sunda. Bandung: Tarate. 3. Rahmat Taufik Hidayat, spk.2005. Peperenian Urang Sunda. Bandung: Kiblat 4. http://tekadpangestu.wordpress.com/ diakses dan diunduh 06 Desember 2013 64 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK G. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1 Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu Pendahuluan • Guru memberi salam, berdoa bersama, kemudian bertegur sapa dengan peserta didik; Bagaimana kabar kalian hari ini? sudah siapkah belajar?Siapa saja yang tidak bisa hadir dalam pembelajaran hari ini? • Guru melakukan pengkondisian KBM; mengecek kebersihan kelas minimal di sekitar meja dan kursi tempat duduk peserta didik. • Guru memberikan informasi tentang materi pembelajaran yang akan dilaksanakan (carita wayang) • Peserta didik menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. • Apersepsi (membimbing peserta didik dalam kesatuan persepsi untuk mengidentifikasi kaidah-kaidah carita wayang) dan Motivasi (menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik agar mereka terampil menganalisis teks carita wayang serta mengemukakan temuan, pandangan, dan pertanyaan-pertanyaan yang ingin diajukan). 15 menit Inti • Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok belajar sesuai kebutuhan KBM. • Guru memberikan contoh naskah teks carita wayang kepada setiap peserta didik. • Peserta didik membaca dan mengamati contoh teks carita wayang. • Peserta didik mengamati dan memahami ciri-ciri carita wayang. • Peserta didik menganalisis unsur-unsur carita wayang sebagai prosa. • Peserta didik menganalisis perkembangan pagelaran wayang dalam sastra Sunda. • Guru memonitor kegiatan kelompok peserta didik selama multimedia berlangsung. 60 menit LAMPIRAN-LAMPIRAN 65 • Setiap peserta didik mencermati (mengamati dan menganalisis naskah yang dibacanya) dan melakukan catatan kecil hasil penemuan analisis teks yang akan didiskusikan antar kelompok nanti. • Secara individu, hasil temuan peserta didik berupa identifikasi-identifikasi tentang analisis isi, kaidahkaidah, struktur, jenis, tema dan sistematika carita wayang berdasarkan naskah dan tayangan media yang dicermatinya. • Antarpeserta didik dalam kelompok saling mengkonfirmasi dan bertanya tentang analisa isi, jenis dan tema teks carita wayang masing-masing untuk dibahas jika ada perbedaan temuan. • Dari berbagai pertanyaan dan penyataan yang muncul, kelompok melakukan klasifikasi kaidah-kaidah carpon dan mendefinisikan dasar temuannya. • Kelompok mengkonfirmasi hasil temuan sementara dan menanyakan/berkonsultasi kepada guru tentang sistematika dan kaidah-kaidah penulisan yang benar. • Beberapa indikator pertanyaan peserta didik di antaranya tentang ciri-ciri dan unsur-unsur carita wayang. • Peserta didik mencoba merumuskan struktur teks carita wayang yang dikajinya, dan membahasnya seraya bertukar temuan bersama anggota kelompok. • Menguraikan sistematika teks carita wayang dari naskah yang dikajinya, dengan bertukar informasi atau melakukan konfirmasi dengan kelompok lain. • Peserta didik mencoba menyimpulkan atau melegitimasi atas temuan kajian naskah yang dibahasnya. Penutup 66 • Bersama peserta didik menyimpulkan karakteristik teorikal carpon (konsep, isi, jenis, tema, struktur, sistematika dan kaidah-kaidah). • Melaksanakan tes untuk evaluasi pemahaman (contoh tes ada pada poin penilaian). • Mengakhiri KBM dengan doa dan salam. KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 20 menit Pertemuan 2 Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu Pendahuluan • Peserta didik merespon salam dan dilanjutkan dengan pengondisian kelas. • Tanya jawab tentang karakteristik teorikal carita wayang pada pertemuan sebelumnya. • Peserta didik menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya (karakteristik teorikal carita wayang) dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan (penyusunan teks carpon). • Peserta didik menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. • Tanya jawab tentang evaluasi pembelajaran sebelumnya, serta pemberian motivasi untuk KBM yang selanjutnya. 20 menit Inti • Peserta didik mengamati dan meninjau kembali rumusan karakteristik carita wayang. • Peserta didik mengamati langkah-langkah prosedural penyusunan teks carita wayang dari guru. • Guru memberikan batasan jenis teks carita wayang yang akan disusun oleh peserta didik (bentuk ringkasan, transliterasi, atau penggalan). • Secara individu peserta didik mempersiapkan data atau referensi acuan untuk penyusunan teks carita wayang. • Masing-masing peserta didik dipersilakan mengemukakan pendapat atau pandangannya mengenai pilihan jenis dan carita wayang yang diambilnya. • Masing-masing peserta didik dipersilakan mengemukakan kesulitan atau permasalahan yang mungkin timbul atas pilihan jenis dan tema carita wayang yang diambilnya. • Masing-masing peserta didik mulai menganalisis dan menyusun teks carita wayang dengan menggunakan teks carita wayang pada KBM sebelumnya sebagai pembanding. • Masing-masing peserta didik mencoba menyusun teks carita wayang sesuai dengan kaidah-kaidah atau sistematika teorikal carita wayang. 60 menit LAMPIRAN-LAMPIRAN 67 • Masing-masing peserta didik memilih dan memilah diksi serta kalimat-kalimat dalam teks carita wayang sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang benar • Peserta didik menganalisis hasil penyusunan teks baik dari segi tata bahasa, sistematika, dan isi teks carita wayang. • Peserta didik mengedit atau menyunting teks masingmasing guna tahap penyelasaian akhir (finishing). • Selama kegiatan berlangsung, guru berperan aktif sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran peserta didik. • Peserta didik mengumpulkan hasil project teks carita wayang kepada guru. • Peserta didik mengkomunikasikan pengalaman penyusunan teks carita wayang di antaranya berupa kesan-kesan, komentar, permasalahan, ataupun halhal lainnya. • Umpan balik antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan guru tentang evaluasi proses pembelajaran. • Mengingatkan atau mempersiapkan peserta didik untuk tehnis-tehnis KBM mendatang. • Menutup atau mengakhiri KBM seraya mengucapkan salam. 10 menit Kegiatan Deskripsi Alokasi waktu Pendahuluan • Peserta didik merespon salam dan dilanjutkan dengan pengondisian kelas. • Tanya jawab tentang kajian teorikal perkembangan pagelaran wayang pada pertemuan sebelumnya. • Peserta didik menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya (penyusunan teks carita wayang) dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan (menceritakan kembali isi carita wayang pada sebuah pagelaran wayang). 20 menit Penutup Pertemuan 3 68 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK • Peserta didik menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. • Tanya jawab tentang evaluasi pembelajaran sebelumnya, serta pemberian motivasi untuk KBM yang selanjutnya. Inti • Peserta didik mengamati dan meninjau kembali teks carita wayang yang telah disusunnya. • Peserta didik mengamati langkah-langkah prosedural menceritakan kembali carita wayang dari guru. • Guru memberikan batasan teknis menceritakan kembali carita wayang yang akan dilaksanakan oleh peserta didik (basa, diksi, lentong, wirahma dan pidangan). • Masing-masing peserta didik dipersilakan mengemukakan pendapat atau pandangannya mengenai batasan teknis menceritakan kembali isi cerita sebuah pagelaran wayang. • Masing-masing peserta didik dipersilakan mengemukakan kesulitan atau permasalahan yang mungkin timbul batasan teknis yang diambilnya. • Masing-masing peserta didik mulai melakukan penceritaan kembali (retelling). • Masing-masing peserta didik mencoba menilai secara subjektif atas penampilan temannya. • Masing-masing peserta didik membuat rincian tertulis pandangan atau penilaian terhadap penampilan temannya sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang benar. • Selama kegiatan berlangsung, guru berperan aktif sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran peserta didik. • Peserta didik mengemukakan pandangan atau penilaian terhadap • penampilan temannya sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang benar. • Peserta didik mengkomunikasikan pengalaman menceritakan kembali carita wayang, di antaranya berupa kesan-kesan, komentar, permasalahan, ataupun hal-hal lainnya. 60 menit LAMPIRAN-LAMPIRAN 69 Penutup • Umpan balik antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan guru tentang evaluasi proses pembelajaran. • Mengingatkan atau mempersiapkan peserta didik untuk tehnis-tehnis KBM mendatang. • Menutup atau mengakhiri KBM seraya mengucapkan salam. 10 menit H. Penilaian Bentuk dan Instrumen Penilaian: a. Tes tulis bentuk uraian Indikator Pencapaian Kompetensi • Membaca dan mengamati beberapa contoh teks carita wayang. • Mengamati dan memahami ciri-ciri carita wayang. • Menganalsis perkembangan pagelaran wayang dalam sastra Sunda Bentuk Penilaian Quisioner & Tes Uraian Instrumen 1. Sebutkeun wangenan atawa définisi wayang numutkeun Ruhaliah! 2. Carita épos India Mahabarata jeung Ramayana asup ka Indonesia dina abad ka sabaraha? Saha nu mawana? 3. Di mana tempat mimiti mekarna seni wayang golék di Pasundan téh? 4. Dina mangsa harita, saha nu nyekel kakawasaan pamaréntahan Cirebon téh? 5. Salian ti wayang golék, di Pasundan téh kungsi aya wangun wayang naon deui? Di mana ayana? jeung sebutkeun lalakon caritana! b. Penilaian tugas Aspek Penilaian Teks Carita Wayang Nama Siswa Ketepatan Ketepatan Kedalam- Sistemati- Keotentik1. 2. 3. 4. 5. 70 Waktu Isi an Isi ka Tulisan an Tulisan Skor rata-rata Nilai 3 4 4 3 3 3,33 83 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK 6. 7. .... c. Penilaian keterampilan menceritakan kembali carita wayang Aspek yang Dinilai Nama Siswa Tata Basa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. .... 3 Lentong/ Sikep/ Wirahma Pesemon 4 4 Mengetahui Kepala Sekolah, (.................................) Pidangan Skor rata-rata Nilai 3 3,33 81 --------------------, --------------Guru Mata Pelajaran, (.......................................) LAMPIRAN-LAMPIRAN 71 72 KURIKULUM TINGKAT DAERAH MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK