Revisi KIKD SMA-SMK

advertisement
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MUATAN LOKAL
MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013
REVISI 2017
JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MUATAN LOKAL
MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013
REVISI 2017
JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PENDIDIKAN
2017
SUSUNAN TIM PENGEMBANG
KURIKULUM TINGKAT DAERAH MUATAN LOKAL
MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA
BERDASARKAN KURIKULUM 2013 REVISI 2017
Penanggung Jawab
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Dr. Ir. Ahmad Hadadi, M.Si.
Pengarah
Kepala Balai Pengembangan Bahasa dan Kesenian Daerah
Drs. H. Husen R. Hasan, M.Pd.
Tenaga Ahli
Prof. Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum. (UPI)
Dr. H. Dingding Haerudin, M.Pd. (UPI)
Dr. H. Usep Kuswari, M.Pd. (UPI)
Dr. Dedi Koswara, M.Hum. (UPI)
Tim Pengembang Kurikulum Muatan Lokal
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Tim Pengembang Kurikulum SD/MI
Ida Widaningsih, S.Pd., M.M.
Nita Rosyana, S.Pd., M.M.Pd.
Sri Asdianwati, S.Pd., M.Pd.
Tim Pengembang Kurikulum SMP/MTs
Susi Budiwati, S.Pd., M.Pd.
Elah, S.Pd., M.Pd.
Uus Rustandi, S.Pd., M.Pd.
Tim Pengembang Kurikulum SMA/MA
Darpan, S.Pd., M.Pd.
Dra. Hermin Ruliati
Ivan Adzam Wahyudin, S.Pd.
Tim Pengembang Kurikulum SMK/MAK
Drs. Moch. Ridwan Iskandar, M.Pd.
Rani Rabiussani, S.Pd.
Ilah Nurlelah, S.Pd.
Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Nomor : 819/8653-Setdisdik
Tanggal : 20 Pebruari 2017
S
AMBUTAN
KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
Sejak tahun 2001 rencana perubahan kurikulum sudah sampai ke
sekolah. Kurikulum 1994 diganti dengan kurikulum baru yang berorientasi
kepada kompetensi. Sementara itu, dalam rangka pemantapannya, beberapa
mata pelajaran yang termasuk muatan nasional sudah diujicobakan, sehingga
masa transisi pembelajaran antara kurikulum lama dengan yang baru makin
terasa.
Balai Pengembangan Bahasa Daerah Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat sejak
tahun 2003 sudah mengadakan pemantauan terhadap kenyataan ini, khususnya yang
berkaitan dengan (1) kurikulum, (2) bahan ajar, (3) sarana dan sumber belajar, dan
(4) pelaksanaan pengajaran. Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat tiga
jenis kurikulum, yakni Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan
Kurikulum Tingkat Sekolah. Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan
secara nasional. Kurikulum Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah
berdasarkan Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masingmasing. Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan diberlakukan pada setiap
jenjang sekolah.
Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD)
Mata Pelajaran Bahasa Sunda. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda ini dikeluarkan sebagai arahan atau pedoman
bagi guru dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Isinya memuat kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), yang harus disusun
dan dikembangkan lagi oleh guru dan sekolah menjadi kurikulum yang berisi KI,
KD, indikator, pengalaman belajar, lingkup materi, dan jenis evaluasi. Penyusunan
kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan dan kondisi setempat.
Masih berhubungan dengan keadaan setempat yang berbeda satu dengan
lainnya, perlu dipertimbangkan pengelompokan keadaan (kategorisasi lokal), baik
di wilayah pemakaian bahasa Sunda maupun wilayah yang memiliki dialek bahasa
vi
Sunda atau bahasa daerah lain seperti Melayu-Betawi di daerah Depok dan Bekasi
serta Bahasa Cirebon di wilayah Cirebon dan Indramayu. Bahasa-bahasa tersebut
termasuk bahasa daerah yang hidup di Propinsi Jawa Barat sesuai dengan Peraturan
Daerah Jawa Barat No. 5/2003 tentang Pelestarian Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah
yang kemudian diubah menjadi Perda No. 14/2014.
Sebagai Kurikukulum Tingkat Daerah Muatan Lokal yang bengacu pada
Kurikulum Nasional, KIKD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda berbasis
Kurikulum 2013 dilakukan revisi pada tahun 2017. Revisi tersebut berkaitan dengan
perumusan KD dan pemetaan materi ajar bahasa daerah mempertimbangkan
keragaman lokalitas dan mewadahi fenomena kebahasaan dan pola komunikasi yang
berkembang di lingkungan masyarakat.
Revisi Kurikulum ini dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat,
yang untuk kepentingan regional Jawa Barat disusun berdasarkan Pergub Jabar Nomor
69 Tahun 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan menengah di Jawa Barat, dan Surat Keputusan Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor 819/8653-Setdisdik tanggal 20 Pebruari
2017 tentang Tim Pengembang Kurikulum Mulok Bahasa dan Sastra Sunda
Terima kasih kepada Tim Ahli dan Tim Pengembang Kurikulum (TPK)
Jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, yang telah berkenan melakukan revisi
Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa Sunda berbasis Kurikulum
2013. Semoga semua ini dapat dirasakan manfaatnya oleh dunia pendidikan
kita.
Bandung, Maret 2017
Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat,
Dr. Ir. H. Ahmad Hadadi, M.Si.
Pembina Utama Madya
NIP. 196112311987031042
vii
K
ATA PENGANTAR
KEPALA BALAI
PENGEMBANGAN BAHASA DAN KESENIAN DAERAH
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah di sekolah-sekolah yang awalnya
menggunakan Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum KTSP, mulai
menggunakan Kurikulum Mulok yang baru, terutama di sekolah-sekolah yang menjadi
percontohan. Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah
yang mengacu pada Kurikulum 2013 ini terdiri dari Struktur Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar (KIKD) serta Silabusnya. Sebagai penunjang pembelajaran, BPBKD
juga mengupayakan penyusunan buku ajar sesuai rambu-rambu yang ditetapkan
oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Seperti diketahui, implementasi Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah hingga saat
ini pun sangat dinamis. Berbagai revisi dan perubahan terjadi hampir setiap tahun,
terutama menyangkut berbagai perangkat implementasinya di lapangan. Tahun 2016,
revisi bahkan menyangkut struktur inti kurikulum dengan adanya perubahan pada
tataran KIKD dan landasan konseptualnya. Sedikitnya ada empat Peraturan Mentri
(Permen) Pendidikan dan Kebudayaan dikeluarkan untuk mengganti Permen lama
berkaitan dengan revisi Kurikulum. Antara lain Permendikbud No. 20 tahun 2016
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan menengah, Permendikbud No.
21 tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud
No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan dan Dasar dan Menengah,
dan Permendikbud No. 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Melihat dinamika
yang terjadi pada Kurikulum 2013 tersebut, sudah seharusnya pula Kurikulum Mulok
Bahasa dan Sastra Daerah menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di atas.
Di samping itu, implementasi Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Daerah sendiri menemui beberapa masalah, antara lain ditemukan pada
struktur isi kurikulum yang masih dianggap kompleks dan sulit untuk dipahami oleh
siswa. Kurikulum Bahasa dan Sastra Daerah juga dianggap tidak memiliki tujuan yang
jelas di setiap jenjang pendidikan. Tidak dijelaskan apa skala prioritas yang ingin
dicapai dari pengajaran bahasa Sunda di tingkat, SD, SMP, dan SMA, karena masih
ditemukan materi-materi pelajaran yang bertumpuk dan berulang-ulang.
viii
Kendala lain yang juga sering disuarakan oleh masyarakat dan para guru
adalah tidak meratanya kurikulum diberlakukan di setiap satuan pendidikan karena
berbagai hal, kendati Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Daerah telah ditetapkan penggunaannya melalui Pergub. Kritik juga muncul dari
masyarakat berkaitan dengan kekeliruan bahan ajar dan karakter Kurikulum Muatan
Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang cenderung terlalu meniru
struktur kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia.
Berkaitan dengan masalah-masalah tersebut di atas, perlu adanya upaya untuk
merevisi dan mengembangkan kembali Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Daerah untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Namun
sebelum revisi dilakukan, diperlukan landasan konseptual yang jelas menyangkut apa
saja yang harus menjadi pertimbangan tim review. Diperlukan poko-pokok pikiran
yang jelas untuk nanti digunakan oleh tim pengembang Kurikulum Muatan Lokal
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah sebagai landasan bekerja.
Buku ini merupakan dokumen kurikulum tingkat daerah Provinsi Jawa Barat
yaitu Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Berbasis
Kurikulum 2013 yang telah direvisi. Dokumen kurikulum diharapkan dapat dijadikan
pedoman pembelajaran muatan lokal bahasa dan sastra Sunda pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah di Jawa Barat, terhitung mulai tahun pelajaran
2017/2018.
Semoga buku ini ada kemanfaatan di dalamnya dan pada akhirnya akan
membawa pada perbaikan dalam pembinaan, pengembangan dan pelestarian
bahasa dan sastra daerah melalui jalur pendidikan di Jawa Barat.
Bandung, Maret 2017
Kepala Balai
Pengembangan Bahasa dan Kesenian Daerah,
Drs. H. Husen R. Hasan, M.Pd.
Pembina Tk. I
NIP. 196110051986031014
ix
D
AFTAR ISI
SAMBUTAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN
PROVINSI JAWA BARAT ................................................................... v
KATA PENGANTAR KEPALA BALAI PENGEMBANGAN
BAHASA DAN KESENIAN DAERAH DINAS PENDIDIKAN
PROVINSI JAWA BARAT ................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................ ix
BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH ..................... A. Rasional
................................................................................. B. Struktur Kurikulum Muatan Lokal................................................... C. Perbaikan Kurikulum Tingkat Daerah Berbasis Kurikulum 2013..... D. Kekhasan Kurikulum Tingkat Daerah............................................. E. Keragaman Lokalitas dan Bahasa Pengantar Pembelajaran......... F. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar....................................... 1
2
6
10
13
14
16
BAB II: . KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR (kikd)
.
MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA ....... A. Rasional ....................................................................................... B. Pengertian..................................................................................... C. Fungsi........................................................................................... D. Tujuan........................................................................................... E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Bahasa Dan Sastra Sunda Jenjang SMA/SMK/MA/MAK............... Lampiran-LAMPIRAN.........................................................................
Lampiran 1: SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA
.
SUNDA SMA/SMK/MA/MAK ................................................ A. Pengertian SIlabus........................................................................ B. Komponen Silabus......................................................................... C. Pengembangan Silabus................................................................. x
19
20
21
21
21
22
29
30
30
30
31
Lampiran 2: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
.
SMA/SMK/MA/MAK MATA PELAJARAN BAHASA
.
DAN SASTRA SUNDA ......................................................... A. Batasan ........................................................................................ B. Komponen RPP............................................................................. C. Prinsip Penyusunan RPP............................................................... D. Langkah Penyusunan RPP............................................................ xi
59
59
59
60
61
BAB I
STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH
A. Rasional
Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat tiga jenis kurikulum,
yakni Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum
Tingkat Sekolah. Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan
secara nasional. Kurikulum Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di
daerah berdasarkan Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan
daerah masing-masing. Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan
diberlakukan pada setiap jenjang sekolah.
Kurikulum Tingkat Nasional yang disebut Kurikulum 2013 telah
mengalami revisi sehingga disebut Kurikulum 2013 edisi revisi. Kurikulum
Tingkat Daerah pun turut mengalami perbaikan sehingga disebut Kurikulum
Tingkat Daerah Muatan Lokal berbasis Kurikulum 2013 revisi 2017. Revisi
ini dilakukan berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 20, 21, 22, dan 23 Tahun 2016.
Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai acuan utama
pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasa-rana, standar
pengelolaan, dan standar pembiayaan. Dengan diberlakukanya Peraturan
Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah memuat tentang Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Kompetensi Inti meliputi
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Ruang lingkup
materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan berdasarkan
Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dengan diberlakukannya
Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran
pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk
2
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
mencapai kompetensi lulusan. Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri ini,
maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 Tentang
Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Pendidikan yang merupakan kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat,
prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta
didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik
pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dengan diberlakukannya
Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD)
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah. Selain disesuaikan dan didasarkan
pada struktur Kurikulum Tingkat Nasional 2013, KIKD Mata Pelajaran Bahasa
Sunda didasarkan pada Surat Edaran Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat
Nomor 423/2372/Set-Disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran
Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/
MA.
Di samping itu, penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
(KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah didasari pula oleh Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat No. 14 Tahun 2014 tentang Pemeliharaan Bahasa,
Sastra, dan Aksara Daerah, yang menetapkan bahasa daerah, antara lain,
bahasa Sunda, diajarkan pada pendidikan dasar di Jawa Barat. Kebijakan
tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah
dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang bersumber
dari UUD 1945 yang menyangkut Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan
pula dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang
menyatakan bahwa dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./ SMPLB, SMA/MAN/
SMALB, dan SMK/MAK diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan dan
Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang “pemeliharaan bahasa-bahasa
ibu di dunia”.
BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH
3
Hal di atas sejalan pula dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, di antaranya menyatakan bahwa: Bahasa
Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi dengan
matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah
apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan
dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan
pendidikan tersebut. Hal ini diperkuat dengan Permendikbud Nomor 79 tahun
2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013, Pasal 9 dan Pasal 10, bahwa
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat mengembangkan muatan
lokal.
Bahasa Sunda, Bahasa Cirebon, dan Bahasa Melayu Betawi
berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang juga merupakan bahasa
ibu bagi masyarakat Jawa Barat di wilayah tertentu. Bahasa daerah juga
menjadi bahasa pengantar pembelajaran di kelas-kelas awal SD/MI. Melalui
pembelajaran bahasa daerah diperkenalkan kearifan lokal sebagai landasan
etnopedagogis.
Berdasarkan kenyataan tersebut, bahasa daerah sebagai salah satu
khasanah dalam kebhineka-tunggal-ikaan bahasa dan budaya Nusantara
akan menjadi landasan bagi pendidikan karakter dan moral bangsa. Oleh
karena itu, bahasa daerah harus diperkenalkan di Taman Kanak-kanak (TK)/
Raudhatul Athfal (RA) dan diajarkan di sekolah-sekolah mulai Sekolah Dasar
(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah
Tsanawiyah (MTs), sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliah (MA). Untuk kepentingan itu, telah disusun
dan direvisi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan satuan
pendidikan tersebut.
Pembelajaran bahasa dan sastra daerah diharapkan membantu peserta
didik mengenal dirinya dan budaya Sunda, mengemukakan gagasan dan
perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat Jawa Barat, dan menemukan serta
menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa dan sastra daerah diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Daerah dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap budaya dan hasil karya sastra daerah.
4
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
Kompetensi inti mata pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang
memiliki kesamaan dengan kompetensi inti mata pelajaran lainnya merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap bahasa dan sastra daerah. Kompetensi Inti ini menjadi dasar
bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional,
dan nasional. Secara substansial terdapat empat Kompetensi Inti yang
sejalan dengan pembentukan kualitas insan yang unggul, yakni (1) sikap
keagamaan (beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) untuk
menghasilkan manusia yang pengkuh agamana (spiritual quotient), (2) sikap
kemasyarakatan (berakhlak mulia) untuk menghasilkan manusia yang jembar
budayana (emotionalquotient), (3) menguasai pengetahuan, teknologi, dan
seni (berilmu dan cakap) untuk menghasilkan manusia yang luhung élmuna
(intellectualquotient), dan (4) memiliki keterampilan (kreatif dan mandiri) untuk
menghasilkan manusia yang rancagé gawéna (actional quotient).
Keempat Kompetensi Inti tersebut merupakan pengejawantahan dari
tujuan pendidikan nasional (Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 3), yakni “untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Daerah ini, selaras dengan alasan pengembangan kurikulum
2013, diharapkan peserta didik memiliki:
1.
2.
3.
4.
5.
Kemampuan berkomunikasi;
Kemampuan berpikir jernih dan kritis;
Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan;
Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab;
Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan
yang berbeda;
6. Kemampuan hidup dalam maysrakat yang mengglobal;
7. Minat yang luas dalam kehidupan;
8. Kesiapan untuk bekerja;
9. Kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya; dan
10. Rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.
BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH
5
B. Struktur Kurikulum Muatan Lokal
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA dinyatakan bahwa Bahasa Daerah sebagai muatan
lokal dapat diajarkan secara terintegrasi dengan matapelajaran Seni Budaya
dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu
untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran
per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.
Dasar pendidikan muatan lokal adalah Permendikbud Nomor 79 tahun
2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013. Dalam peraturan itu yang
dimaksud dengan muatan lokal adalah bahan kajian atau mata pelajaran
pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang
potensi dan keunikan lokal untuk membentuk pemahaman peserta didik
terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya. Muatan lokal
dikembangkan atas prinsip: (1) kesesuaian dengan perkembangan peserta
didik; (2) keutuhan kompetensi; (3) fleksibilitas jenis, bentuk, dan pengaturan
waktu penyelenggaraan; dan (4) kebermanfaatan untuk kepentingan nasional
dan menghadapi tantangan global.
Pendidikan Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah
merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran
yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan melalui
pemerintah daerah, dalam hal ini Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Barat.
Kewenangan pemerintah daerah untuk mengembangkan bahasa
daerah diperkuat oleh UU nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa
dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Pasal 42 Ayat (1) dan Ayat
(2) berbunyi sebagai berikut.
(1) Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi
bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya
dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman
dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
6
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
(2) Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan
oleh pemerintah daerah di bawah koordinasi lembaga kebahasaan.
Mengingat kewenangan pemerintah daerah dalam mengembangkan
dan membina bahasa daerah, adanya kebijakan kurikulum tingkat daerah,
dan keberagaman pemerintah daerah dalam menetapkan konten muatan
lokal maka untuk Kurikulum 2013 ditetapkan pendidikan bahasa daerah tetap
menjadi wewenang pemerintah daerah. Kurikulum 2013 menyediakan muatan
lokal untuk pendidikan bahasa daerah dan pendidikan seni budaya.
Berkaitan dengan bunyi undang-undang tersebut, maka Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda termasuk mata pelajaran muatan lokal di wilayah
Provinsi Jawa Barat. Kedudukannya dalam proses pendidikan sama dengan
kelompok mata pelajaran inti dan pengembangan diri. Oleh karena itu, mata
pelajaran Bahasa Sunda juga diujikan dan nilainya wajib dicantumkan dalam
buku rapor.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan Surat Keputusan
No. 423/2372/Set-disdik tanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran
Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/
MA). Kedudukan Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah dalam Struktur
Kurikulum Nasional adalah sebagai berikut.
Tabel 1: Struktur Kurikulum Tingkat Daerah Jenjang SD/MI
No.
Jumlah Jam Pelajaran Tiap
Kelas
Komponen
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelompok B
7. Seni Budaya dan Prakarya
8. Pendidikan Jasamani, Olahraga, dan Kesehatan
9. Bahasa dan Sastra Daerah
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
I
II
III
IV
V
VI
4
6
8
5
-
4
6
8
6
-
4
6
10
6
-
4
4
7
6
3
3
4
4
7
6
3
3
4
4
7
6
3
3
4
4
2
4
4
2
4
4
2
5
4
2
5
4
2
5
4
2
32
34
36
38
38
38
BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH
7
Tabel 2: Struktur Kurikulum Tingkat Daerah Jenjang SMP/MTs.
No.
Komponen
Kelompok A
1.
Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Pancasila &
2.
Kewarganegaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Matematika
5.
Ilmu Pengetahuan Alam
6.
Ilmu Pengetahuan Sosial
7.
Bahasa Inggris
Kelompok B
8.
Seni Budaya
Pendidikan Jasmani, Olahraga,
9.
dan Kesehatan
10.
Prakarya
11.
Bahasa dan Sastra Daerah
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu
Jumlah Jam Pelajaran Tiap Kelas
VI
VIII
IX
3
3
3
3
3
3
6
5
5
4
4
6
5
5
4
4
6
5
5
4
4
3
3
3
3
3
3
2
2
40
2
2
40
2
2
40
Tabel 3: Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kelompok Mata
Pelajaran Wajib
No.
Komponen
Kelompok A (Wajib)
1.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Pancasila &
2.
Kewarganegaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Matematika
5.
Sejarah Indonesia
6.
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7.
Seni Budaya
Pendidikan Jasmani, Olahraga,
8.
dan Kesehatan
10.
Prakarya dan Kewirausahaan
11.
Bahasa dan Sastra Daerah
Jumlah Jampel A & B per Minggu
8
Jumlah Jam Pelajaran Tiap Kelas
X
XI
XII
3
3
3
2
2
E
4
4
2
2
4
4
2
2
4
4
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
26
2
2
26
2
2
26
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
Kelompok C (Peminataan)
Mata pelajaran peminatan Akademik (untuk
SMA/MA)
18
20
20
Jumlah Jampel yang harus ditempuh per
minggu
44
46
46
Tabel 4: Struktur Kurikulum SMA/MA
MATA PELAJARAN
KELAS
X
XI
XII
26
26
26
1. Matematika
3
4
4
2. Biologi
3
4
4
3. Fisika
3
4
4
4. Kimia
3
4
4
1. Geografi
3
4
4
2. Sejarah
3
4
4
3. Sosiologi dan Antropologi
3
4
4
4. Ekonomi
3
4
4
1. Bahasa dan Sastra Indonesia
3
4
4
2. Bahasa dan Sastra Daerah
3
4
4
3. Bahasa dan Sastra Inggris
4. Bahasa dan Sastra Asing
Lainnya
5. Antropologi
3
4
4
3
4
4
3
4
4
Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat
6
4
4
Jumlah Pelajaran yang tersedia per minggu
71
82
82
Jumlah Jampel yang harus ditempuh per minggu
44
46
46
Kelompok A dan B (Wajib)
C. Kelompok Peminatan
I
II.
III
Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial
Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya
Mata Pelajaran Pilihan Pendalaman
BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH
9
Tabel 5: Struktur Kurikulum SMK/MAK
MATA PELAJARAN
Kelompok A (Wajib)
1.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Matematika
5.
Sejarah Indonesia
6.
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7.
Seni Budaya
8.
Bahasa dan Sastra Daerah
9.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
10. Prakarya dan Kewirausahaan
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK/
MAK)
JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU
ALOKASI WAKTU PER
MINGGU
X
XI
XII
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
2
2
3
2
26
2
2
3
2
26
2
2
3
2
26
24
24
24
50
50
50
C. Perbaikan Kurikulum Tingkat Daerah
Berbasis Kurikulum 2013
Dengan adanya revisi Kurikulum 2013 pada tingkat nasional, Kurikulum
Tingkat Daerah Kurikulum Muatan Lokal pun mengalami perubahan. Nama
kurikulum tidak berubah menjadi kurikulum nasional, tapi tetap Kurikulum 2013
Edisi Revisi yang berlaku secara Nasional.Perubahan tersebut didasarkan
pada tiga Permendikbud, yakni Permendikbud No. 20 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud No.
21 Tahun 2016 tentang Standar Isi, Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses, dan Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian.
Meskipun ada revisi, struktur matapelajaran dan lama belajar di
sekolah tidak diubah. Poin utama revisi Kurikulum 2013 adalah meningkatkan
hubungan atau keterkaitan antara kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar
10
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
(KD). Jika diintisarikan, terdapat lima poin penting revisi Kurikulum 2013.
1. Peningkatan hubungan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD). Kompetensi Inti 1 (Aspek Keagamaan) dan Kompetensi Inti 2
(Aspek Sosial) tidak lagi dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD).
Kompetensi Dasar hanya dijabarkan dari Kompetensi Inti 2 (Pengetahuan)
dan Kompetensi Inti 4 (Keterampilan).
a. Penomoran KI dan KD tidak lagi ditandai dengan jenjang pendidikan
(kelas), tetapi sesuai dengan nomor urutan KI. Nomor KI sebanyak
satu digit angka (KI 3), sedangkan nomor KD sebanyak dua digit
angka (KD 3.1).
b. Dalam rumusan KD lama yang awalnya hanya menggambarkan
materi kesastraan saja, pada rumusan KD baru ditambahkan unsurunsur kebahasaan. Hal ini menunjukkan bahwa belajar bahasa daerah
dilaksanakan melalui sastra daerah.
c. Permusan KD yang awalnya terlalu spesifik dan operasioal, kemudian
pada edisi revisi diubah menjadi rumusan yang lebih umum agar tidak
menyulitkan pendidik dalam menyusun indikator.
d. Rumusan KD pada jenjang SD/MI disesuaikan dengan materi pokok
dan tema nasional. Untuk beberapa tema KD disesuaikan dengan
tema kedaerahan.
e. Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar
jenjang pendidikan memperhatikan (1) perkembangan psikologis
anak; (2) lingkup dan kedalaman; (3) kesinambungan; (4) fungsi satuan
pendidikan; dan (5) lingkungan. Dipertimbangkan pula penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berbahasa dan bersastra secara
gradual daerah sesuai dengan jenjang pendidikan.
f. Pemetaan materi ajar bahasa daerah mempertimbangkan keragaman
lokalitas dan mewadahi fenomena kebahasaan dan pola komunikasi
yang berkembang di lingkungan masyarakat.
2. Proses berpikir siswa tidak lagi dibatasi. Pada kurikulum yang lama,
berlaku sistem pembatasan, yaitu anak SD sampai memahami, SMP
menganalisis, dan SMA mencipta. Pada kurikulum hasil revisi ini, anak
SD boleh berpikir sampai tahap penciptaan. Tentunya dengan kadar
penciptaan yang sesuai dengan usianya.
3. Penggunaan metode pembelajaran aktif. Guru berperan menjadi fasilitator
pembelajaran yang membuat siswa menyenangi kegiatan belajarBAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH
11
mengajar. Adanya penerapan Pendekatan 5M (Mengingat, Memahami,
Menerapkan, Menganalisis, dan Mencipta). Pendekatan Saintifik 5M
bukanlah satu-satunya yang dapat diacu menjadi metode saat mengajar.
Apabila digunakan, maka susunan 5Mitu tidak harus berurutan.Pemilihan
pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau
inkuiri (inquiry) dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran
yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan.
4. Penyederhanaan aspek penilaian siswa oleh guru. Pada Kurikulum
2013 versi lawas, seluruh guru wajib menilai aspek sosial dan spiritual
(keagamaan) siswa. Sistem ini yang lantas dikeluhkan banyak guru.
Dalam skema yang baru, penilaian sosial dan keagamaan siswa cukup
dilakukan oleh guru PPKn dan guru Pendidikan Agama-Budi Pekerti.
Sementara guru fisika dan mata pelajaran lainnya hanya menilai aspek
akademik sesuai bidang yang diajarkan saja.Guru mata pelajaran lain
boleh menilai aspek sosial sewajarnya. seperti terkait kenakalan atau
misalnya saat siswa ketahuan mencontek.
a. Penilaian sikap KI-1 dan KI-2 sudah ditiadakan di setiap mata
pelajaran hanya Matapelajaran Agama dan PPKn, namun KI tetap
dicantumkankan dalam penulisan RPP.
b. Jika ada 2 nilai praktik dalam satu KD, maka yang diambil adalah
nilai yang tertinggi. Penghitungan nilai keterampilan dalam satu KD
ditotal (praktek, produk, portofolio) dan diambil nilai rata-rata untuk
pengetahuan, bobot penilaian harian, dan penilaian akhir semester
itu sama.
c. Perubahan terminologi ulangan harian menjadi penilaian harian, UAS
menjadi Penilaian Akhir Semester untuk Semester 1 dan Penilaian
Akhir Tahun untuk Semester 2. Oleh karena itu, sudah tidak ada lagi
UTS, langsung ke Penilaian Akhir Semester.
d. Skala penilaian menjadi 1-100. Sementara itu, penilaian sikap
diberikan dalam bentuk Predikat dan Deskripsi.
e. Remedial diberikan untuk nilai siswa yang kurang, namun sebelumnya
siswa diberikan pembelajaran ulang. Nilai Remedial adalah nilai yang
dicantumkan dalam hasil.
12
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
f. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan
evaluasi hasil pembelajaran.
5. Perencanaan pembelajaran mencakup silabus dan Recana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
a. Silabus Kurikulum 2013 edisi revisi lebih ramping, hanya tiga kolom,
yakni KD, Materi Pembelajaran, dan Kegiatan Pembilajaran.
b. Di dalam RPP tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran
yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran berikut
dengan rubrik penilaian (jika ada).
D. Kekhasan Kurikulum Tingkat Daerah
Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda di
dalamnya memuat materi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan
peserta didik yang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir,
emosional, dan sosial peserta didik. Pembelajarannya diatur secara mandiri
serta menopang peningkatan kemampuan penguasaan kurikulum nasional.
Program
pembelajaran
bahasa
dan
sastra
Sunda
yang
dikembangkanmemperhatikan rambu-rambu pengembangan muatan lokal
yang tertuang dalam lampiran Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang
Muatan Lokal Kurikulum 2013, Pasal 9 dan Pasal 10, bahwa Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat mengembangkan muatan lokal.
Permendikbud ini merupakan revisi dari Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum, di antaranya kedekatan secara fisik
dan secara psikis.Dekat secara fisik berarti bahwa terdapat dalam lingkungan
tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis
berarti bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan
berpikir dan mencerna informasi sesuai dengan usia peserta didik.
Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda memiliki kekhasan tersendiri
sesuai dengan kaidah keilmuannya, yaitu bahasa, sastra, budaya Sunda
sebagai kearifan lokal. Setiap sekolah wajib melaksanakannya agar peserta
didik memperoleh pengalaman berbahasa, bersastra, dan berbudaya
Sunda. Pendidik yang mengampu mata pelajaran ini diharapkan mampu
membangkitkan minat belajar, rasa keingintahuannya, menumbuhkembangkan
kesadaran, serta kemampuan apresiasi peserta didik terhadap budayanya
masyarakatnya. Hal ini merupakan wujud pembentukan karakter yang
BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH
13
memungkinkan seseorang hidup secara beradab dan toleran dalam
masyarakat dan budaya yang majemuk.
Mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda dikemas sedemikian rupa agar
menarik bagi perserta didik. Kemasan yang menarik dan perencanaan yang
tepat akan mampu mengembangkan beragam kompetensi peserta didik baik
secara konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi,
dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur etika, estetika,
logika, dan kinestetika.
E. Keragaman Lokalitas dan Bahasa
Pengantar Pembelajaran
Untuk mewadahi keragaman lokalitas perlu dipertimbangkan bahasa
dan budaya yang berkembang di lingkungan belajar peserta didik. Kenyataan
menunjukkan bahwa selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasabahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah
administrasi pemerintah. Misalnya, sebagaimana diatur dalam Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pemeliharaan
Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah bahwa yang dimaksud dengan bahasa
daerah di Jawa Barat adalah bahasa Sunda, bahasa Cirebon, dan bahasa
Melayu-Betawi. Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang peserta
didiknya berbahasa ibu bukan bahasa Sunda, kompetensi dasar itu perlu
disesuaikan dengan keadaan kebahasaan dan budaya daerah setempat.
Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar, tetapi dipilih
mana yang mungkin bisa dilaksanakan.
Berkaitan dengan kategorisasi lokal, di Jawa Barat ada masyarakat yang
berbahasa ibu bahasa Sunda lulugu ada pula yang menggunakan bahasa
Sunda wewengkon. Bahkan di pesisir utara dan sebagian besar wilayah
Cirebon mempunyai bahasa ibu yang bukan bahasa Sunda. Masyarakat
penuturnya menyebutnya sebagai bahasa Cirebon, yang awalnya merupakan
perpaduan antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa.
Sehubungan dengan kenyataan seperti itu, bahan pembelajaran
bahasa Sunda tentu tidak akan seragam. Penentuan bahan pembelajaran
diserahkan sepenuhnya kepada pendidik di tempatnya masing-masing
dengan mengadakan perembukan terpumpun dalam wadah Pusat Kegiatan
14
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
Guru (PKG). Lebih jauh lagi, penentuan yang lebih spesifik lagi diserahkan
kepada guru di sekolah yang bersangkutan.
Kategorisasi lokal dalam penentuan bahan pembelajaran dapat
dibedakan atas tiga kategori A, B, dan C. Ketiga kategori lokal tersebut
masing-masing memiliki ciri tersendiri.
1. Kategori A berlaku ditempat-tempat yang masyarakatnya menggunaan
bahasa Sunda lulugu, yakni bahasa yang kini dianggap baku dan resmi
menurut ukuran umum di Jawa Barat. Sebagi contoh yang termasuk
kategori ini adalah daerah Bandung dan sekitarnya dengan mengabaikan
beberapa kosakata wewengkon yang memang hanya sedikit.
2. Kategori B berlaku di tempat-tempat yang masyarakatnya menggunakan
bahasa Sunda wewengkon, yakni bahasa yang sampai saat ini dianggap
sebagai ragam bahasa yang mempunyai perbedaan dengan bahasa
lulugu, akan tetapi tetap dianggap sebagai bahasa Sunda. Perbedaan
tersebut berada pada tataran fonetik dan semantik, di samping perbedaan
onomasiologis (konsep yang sama dalam kosakata yang berbeda) dan
perbedaan semasiologis (konsep yang berbeda dengan kosakata yang
sama). Sebagai conto yang termasuk kategori B adalah bahasa Sunda di
Kuningan dan Karawang.
3. Kategori C berlaku di tempat-tempat yang masyarakatnya kental
menggunakan bahasa wewengkon atau bahasa daerah khusus
seperti bahasa Cirebon (bahasa Sunda Dialek Cirebon atau bahasa
Jawa Dialek Cirebon) dan bahasa Melayu Dialek Betawi. Misalnya, di
sebagian wilayah Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kota
Cirebon, selain diajarkan bahasa Sunda sebagai muatan lokal wajib,
juga diperkenankan untuk mengajarkan bahasa Cirebon sebagai muatan
lokal pilihan. Khusus di daerah ini, untuk Kelas I-III SD, alokasi waktu
untuk pelajaran bahasa Sunda dapat digunakan untuk pelajaran bahasa
daerah setempat. Keadaan yang sama dapat pula berlaku bagi sebagian
Kota dan Kabupaten Bekasi serta Kota Depok yang masyarakatnya
menggunakan Bahasa Melayu Dialek Betawi, meskipun sampai saat ini
belum dapat diajarkan di sekolah-sekolah.
Kategorisasi lokal tersebut dapat mengikuti perimbangan komponen
kompetensi bahasa (pemahaman dan penggunaan), ragam bahasa (lulugu
dan wewengkon), dan bahasa pengantar.
BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH
15
(a) Di wilayah kategori A, diutamakan pemahaman dan penggunaan bahasa,
materi bahasa Sunda baku, dan menggunakan pengantar bahasa Sunda
baku.
(b) Di wilayah kategori B, diutamakan pemahaman dan penggunaan bahasa,
materi bahasa Sunda baku dan bahasa Sunda wewengkon seimbang,
dan menggunakan pengantar bahasa Sunda baku.
(c) Di wilayah kategori C, diutamakan pemahaman bahasa, materi bahasa
Sunda baku dan bahasa Sunda wewengkon atau bahasa setempat
seimbang, dan dapat menggunakan bahasa pengantar bahasa Sunda
wewengkon (bahasa setempat) atau menggunakan bahasa Indonesia.
Di sekolah-sekolah yang mempunyai kondisi khusus, seperti di sekolahsekolah yang peserta didiknya banyak yang berbahasa ibu bukan bahasa
Sunda, walaupun sebenarnya termasuk kategori A atau kategori B, dapat
ditentukan kebijakan lain.
Pada prinsipnya bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran
bahasa dan sastra Sunda adalah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau
daerah yang mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat
digunakan bahasa Indonesia atau bahasa setempat, baik sebagian maupun
sepenuhnya, atau menggunakan dwibahasa Sunda-Indonesia. Akan tetapi,
selalu disertai usaha untuk secara berangsur-angsur bisa memahami
petunjuk dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa Sunda
wewengkon, kata-kata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau
meningkatkan kualitas pembelajaran.
F. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar
1. Pemanfaatan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi
16
Teknologi informasi dan komunikasi dapat berupa media cetak dan
elektronik. Kini perkembangannya semakin pesat dan canggih.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan
untuk memfasilitasi pembelajara bahasa dan sastra Sunda. Dalam
batas-batas dan cara-cara tertentu semua itu dapat dimanfaatkan untuk
membantu meningkatkan kualitas dan kelancaran pembelajaran bahasa
dan sastra Sunda.
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
2. Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Budaya
Sumber pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dapat pula berupa
lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda. Peserta didik
diupayakan agar berhubungan langsung dengan masyarakat untuk
mengetahui kehidupan bahasa dan budaya Sunda saat ini, yang
selanjutnya dijadikan informasi dalam pembelajaran bahasa Sunda.
Berkaitan dengan pembelajaran sastra, peserta didik diupayakan untuk
mengetahui kehidupan sastra secara eksplisit maupun implisit dengan
mengapresiasi dan mengekspresikan isinya.
3. Bacaan Wajib
Pembelajaran bahasa dan Sastra Sunda harus didukung oleh adanya
buku babon, buku pendukung pembelajaran, atau buku-buku bacaan
kanonik untuk mendorong siswa gemar membaca dan membangkitkan
minat dan kesenangannya mempelajari bahasa dan sastra Sunda.
Buku yang akan digunakan dalam pembelajaran bahasa Sunda adalah
buku-buku yang sebelumnya telah dinyatakan lolos seleksi penilaian oleh
lembaga berwenang serta dan proses seleksinya harus memperhatikan
kejujuran dan kualitas buku.
Sebagai upaya meningkatkan apresiasi sastra dan gemar membaca,
setiap peserta didik pada setiap jenjang pendidikan diwajibkan membaca
sejumlah karya sastra (puisi, prosa, dan drama) yang sesuai dengan
tingkatannya dalam jumlah yang memadai. Pemilihan buku bacaan sastra
ini disesuikan dengan tingkat perkembangan psikologis peserta. Upaya
ini juga berkaitan dengan gerakan literasi sekolah yang menjadi unsur
penunjang dalam kurikulum yang berlaku saat ini.
BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH
17
18
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
BAB II
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
(kikd)
MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA
A. Rasional
Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda adalah mata pelajaran
Muatan lokal yang berdiri sendiri. Ketetapan kebijakan ini sejalan dengan
Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pasal 1 s.d
4. Atas dasar itulah, maka materi pembelajaran yang tertuang dalam mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mengutamakan keunggulan dan kearifan
daerah.
KI-KD Kurikulum 2013 Muatan Lokal Mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Sunda serta revisinya
diberlakukan berdasarkan peraturan perundang-
undangan sebagai berikut. (1) UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah
dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (2) UU No. 24/2009
tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan;
(3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa
dari SD/MI/SDLB, SMP/MTs./ SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK
diberikan pengajaran muatan lokal yang relevan; (4) Permendikbud No. 67,
68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA; (5)
Permendikbud No. 79/2014 tentang Kurikulum 2013, Pasal 5 (a) dan (b),
yaitu materi mata pelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Sunda yang
dirumuskan dalam bentuk dokumen berupa KompetensiDasar dan Silabus; (6)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 20,
21, 22, dan 23 Tahun 2016 tentang Standar Kelulusan, Standar Isi, Standar
Proses, dan Standar Penilaian; (7) Perda No. 14/2014 tentang Pemeliharan
Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah; (8) Peraturan Gubernur Jawa Barat
No. 69 Tahun 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra
Daerah pada Jenjang Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; (9) Surat
Edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor 423/2372/
Set-disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal
Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA; serta (10)
Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang Pemeliharaan Bahasa-bahasa
Ibu di Dunia.
20
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
B. Pengertian
Dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2014 tentang KIKD Pelajaran
pada Kurikulum 2013 disebutkan bahwa kompetensi inti merupakan tingkat
kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki
seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas, sedangkan kompetensi dasar
merupakan merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang
harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing
satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.
Kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Sunda
adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda.
C. Fungsi
Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai acuan
bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi pengembangan pengetahuan,
keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram
secara terpadu.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun dengan
mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan
sastra Sunda sebagai sastra Nusantara. Pertimbangan itu berkonsekuensi
pada fungsi mata pelajaran Bahasa Sunda sebagai (1) sarana pembinaan
sosial budaya regional Jawa Barat; (2) sarana peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian dan pengembangan
budaya; (3) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk
meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4)
sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa Sunda untuk
berbagai keperluan; (5) sarana pengembangan penalaran; dan (6) sarana
pemahaman aneka ragam budaya daerah (Sunda).
D. Tujuan
Pertimbangan itu berkonsekuensi pula pada tujuan pembelajaran
bahasa dan sastra Sunda yang secara umum agar peserta didik mencapai
tujuan-tujuan berikut.
BAB II: KIKD Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Sunda
21
1. Peserta didik menyenangi pengalamannya berbahasa Sunda baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan.
2. Peserta didik memahami dan mampu menggunakan bahasa Sunda
dalam berbagai konteks komunikasi untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan emosi, dan kematangan sosial.
3. Peserta didik menghargai bahasa Sunda sebagai bagian dari warisan
kebudayaan masyarakat Sunda dan bagian dari kekayaan kebudayaan
nasional.
4. Peserta didik mampu menghargai, membanggakan, menikmati, dan
memanfaatkan karya sastra Sunda untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan, dan memahami budaya serta intelektualitas
manusia Sunda.
E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA
SUNDA JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
KELAS X
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi
sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu “1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi
Sikap Sosial yaitu, “2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung
jawab, responsif, dan pro-aktif melalui keteladanan, pemberian nasehat,
penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara berkesinambungan serta
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.”.
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung
(indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah
22
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan
kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut.
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan
sebagai berikut ini.
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik,
detil, dan kompleks berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang (a)
ilmu pengetahuan, (b) teknologi,
(c) seni, (d) budaya, dan (e)
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan
pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
4. Menunjukkan keterampilan menalar,
mengolah, dan menyaji secara (a)
efektif, (b) kreatif, (c) produktif, (d)
kritis, (e) mandiri, (f) kolaboratif, (g)
komunikatif, dan (h) solutif, dalam
ranah konkret dan abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta
mampu menggunakan metode
sesuai dengan kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR 3
KOMPETENSI DASAR 4
3.1. Menganalisis unsur kebahasaan
dan rasa bahasa teks terjemahan.
4.1. Menerjemahkan teks ke dalam
bahasa Sunda atau sebaliknya dengan
memperhatikan unsur kebahasaan
dan rasa bahasa.
3.2. Menganalisis isi, struktur, dan
unsur kebahasaan teks babad/
sejarah Sunda.
4.2. Menyajikan isi teks babad/sejarah
Sunda dengan memperhatikan
struktur dan unsur kebahasaan.
3.3 Menganalisis isi dan unsur
kebahasaan teks wawancara.
4.3 Merancang, melakukan dan
menyusun laporan wawancara
dengan memperhatikan kesantunan
berbahasa.
BAB II: KIKD Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Sunda
23
3.4. Menganalisis isi, struktur dan
unsur kebahasaan laporan
kegiatan.
4.4. Menulis laporan kegiatan dengan
memperhatikan struktur dan unsur
kebahasaan.
3.5. Membandingkan jenis dongeng,
berdasarkan struktur, unsur
kebahasaan dan fungsi sosial.
4.5. Menampilkan berbagai jenis
dongeng dengan cara ngadongeng,
monolog, dramatisasi.
3.6. Membandingkan bentuk,
struktur dan unsur kebahasaan
teks kawih Sunda klasik dan pop.
4.6. Melantunkan kawih Sunda klasik dan
pop dengan memperhatikan ekspresi
dan teknik vokal.
3.7. Menganalisis isi, unsur, struktur
dan aspek kebahasaan sajak.
4.7. Menampilkan sajak dengan cara
membaca, mendeklamasikan,
musikalisasi atau dramatisasi.
3.8 Menganalisis bentuk dan tipe
aksara Sunda sesuai dengan
kaidah-kaidahnya.
4.8. Mendemonstrasikan aksara Sunda
sesuai dengan kaidah-kaidahnya.
KELAS XI
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi
sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu “1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi
Sikap Sosial yaitu, “2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung
jawab, responsif, dan pro-aktif melalui keteladanan, pemberian nasehat,
penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara berkesinambungan serta
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.”
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung
(indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah
dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan
kondisi peserta didik.
24
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut.
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan
sebagai berikut ini.
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
3. Memahami, menerapkan,
menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik,
detil, dan kompleks berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang (a)
ilmu pengetahuan, (b) teknologi,
(c) seni, (d) budaya, dan (e)
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KOMPETENSI DASAR 3
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
4.
Menunjukkan keterampilan menalar,
mengolah, dan menyaji secara (a)
efektif, (b) kreatif, (c) produktif, (d)
kritis, (e) mandiri, (f) kolaboratif, (g)
komunikatif, dan (h) solutif, dalam
ranah konkret dan abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu
menggunakan metode sesuai dengan
kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR 4
3.1 Menganalisis isi, struktur,
serta aspek kebahasaan cerita
wawacan.
4.1 Mentransformasikan cerita
wawacanke dalam prosa atau
mengkreasikan ke dalam bentuk
pertunjukan (seperti beluk,
jemblungan, dramatisasi).
3.2. Menganalisis isi, struktur dan
unsur kebahasaan carita pondok.
4.2. Menulis caritapondok sederhana
dengan memperhatikan struktur dan
kaidah kebahasaan.
BAB II: KIKD Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Sunda
25
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
3.3. Menganalisis isi, pola penyajian,
dan unsur kebahasaan teks
berita dari media massa cetak
atau elektronik.
4.3. Menyusun teks berita berdasarkan
pengamatan atau hasil wawancara
sesuai dengan struktur dan kaidah
kebahasaan.
3.4. Menganalisis isi, struktur dan
unsur kebahasaan teks panata
acara dalam kegiatan diskusi,
rapat, debat, dan sejenisnya.
4.4. Mendemonstrasikan panata acara
dalam kegiatan diskusi, rapat, debat,
dan sejenisnya yang sesuai dengan
konteks penggunaan bahasa.
3.5. Menganalisis isi, struktur, dan
unsur kebahasaan teks biantara.
4.5. Mendemonstrasikan biantara dengan
memperhatikan kesantunan dan
penggunaan kaidah bahasa.
3.6. Menganalisis isi, struktur dan
unsur kebahasaan teks biografi.
4.6. Menulis teks biografi sederhana
dengan memperhatikan struktur dan
penggunaan kaidah bahasa.
3.7. Menganalisis isi, struktur, dan
unsur kebahasaan teks/naskah
drama.
4.7. Menampilkan drama berdasarkan
teks/naskah dengan memperhatikan
intonasi dan ekspresi.
3.8. Menganalisis isi, struktur dan
unsur kebahasaan teks resensi
(buku, film, musik, pertunjukan)
4.8. Menulis resensi (buku, film, musik,
pertunjukan) dengan memperhatikan
struktur dan kaidah kebahasaan.
KELAS XII
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi
sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu “1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi
Sikap Sosial yaitu, “2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung
jawab, responsif, dan pro-aktif melalui keteladanan, pemberian nasehat,
penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara berkesinambungan serta
26
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.”
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung
(indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah
dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan
kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan
sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih
lanjut.
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan
sebagai berikut ini.
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil,
dan kompleks berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang (a) ilmu
pengetahuan, (b) teknologi, (c)
seni, (d) budaya, dan (e) humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan pada
bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KOMPETENSI DASAR 3
3.1. Menganalisis isi, struktur
dan unsur kebahasaan teks
bahasan tradisi Sunda.
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
4.
Menunjukkan keterampilan menalar,
mengolah, dan menyaji secara (a)
efektif, (b) kreatif, (c) produktif, (d)
kritis, (e) mandiri, (f) kolaboratif, (g)
komunikatif, dan (h) solutif, dalam
ranah konkret dan abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu
menggunakan metode sesuai dengan
kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR 4
4.1. Menyajikan bahasan tradisi setempat
melalui berbagai media (seperti
mading, pameran fotografi, film
dokumenter) dengan memperhatikan
kaidah bahasa Sunda.
BAB II: KIKD Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Sunda
27
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
3.2. Menganalisis isi, struktur, dan
unsur kebahasaan petikan cerita
wayang.
4.2. Mengkreasikan petikan cerita wayang
secara lisan/tulisan ke dalam bentuk
lain (seperti drama, caritapondok,
puisi) dengan memperhatikan struktur
dan kaidah kebahasaan.
3.3. Menganalisis isi, struktur, unsur
dan aspek kebahasaan petikan
cerita pantun.
4.3.
Mengkreasikan cerita pantun secara
lisan/tulisan ke dalam bentuk lain
(seperti drama, caritapondok, puisi)
dengan memperhatikan struktur dan
kaidah kebahasaan.
3.4. Menganalisis isi, struktur, dan
unsur kebahasaan novel.
4.4.
Menyajikan hasil analisis novel
melalui berbagai media (seperti bagan,
cerita bergambar, animasi) dengan
memperhatikan struktur dan kaidah
kebahasaan.
3.5. Menganalisis isi, struktur, dan
unsur kebahasaan sisindiran.
4.5.
Menyusun dan menampilkan
sisindiran secara lisan/tulisan sesuai
dengan konteks dan fungsi sosialnya.
3.6. Menganalisis isi, struktur dan
unsur kebahasaan teks artikel
berbahasa Sunda.
4.6. Menulis artikel sederhana berbahasa
Sunda dengan memperhatikan
struktur dan penggunaan kaidah
kebahasaan.
Keterangan:
Pada prinsipnya kompetensi bahasa dan sastra Sunda untuk peserta
didik SMA/SMK/MA/MAK relatif sama. Akan tetapi, pemilihan KD dan materi
pokok di SMK/MAK disesuaikan dengan vokasional, kondisi, dan pelaksanaan
pembelajaran di sekolah masing-masing.
Bagi SMK/MAK yang melaksanakan empat tahun akademik, pendidik
dapat memilih enam KD dan materi yang berfokus pada praktek dan unjuk
kerja berbahasa Sunda yang berkaitan dengan kekhasan vokasional sekolah.
Misalnya: (a) menulis laporan, (b) menyusun berita, (c) mendemonstrasikan
panata acara, (d) menulis aksara Sunda, (e) mendemonstrasikan biantara, (f)
menulis artikel, dan (g) mengkreasikan kawih.
28
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
Lampiran-LAMPIRAN
Lampiran 1
SILABUS MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA
SMA/SMK/MA/MAK
A. Pengertian SIlabus
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) termasuk
ke dalam desain pembelajaran perencanaan pembelajaran yang mengacu
kepada standar isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar,
perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan
Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran.
B. Komponen Silabus
Di dalam lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses disebutkan bahwa silabus paling sedikit memuat beberapa
komponen, yakni:
1. Identitas mata pelajaran (misalnya: Bahasa dan Sastra Sunda);
2. Identitas sekolah, diisi dengan satuan pendidikan dan kelas (SD/Kelas
I);
30
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
3. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan
mata pelajaran;
4. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata
pelajaran;
5. Tema (khusus SD/MI),
6. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi;
7. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
8. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
9. Alokasi waktu, sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
10. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Komponen silabus tersebut termasuk komponen yang lengkap. Dalam
perkembangan selanjutnya dan perbaikan Kurikulum 2013, komponen silabus
hanya terdiri atas tiga komponen, yakni (1) kompetensi dasar, (2) materi
pembelajaran, dan (3) kegiatan pembelajaran.
C. Pengembangan Silabus
Pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan
insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi dalam rangka mewujudkan
insan Indonesia yang produktif, kreatif, dan inovatif. Oleh karena itu proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
31
Memperhatikan konteks global dan kemajemukan masyarakat Indonesia,
misi dan orientasi Kurikulum 2013 diterjemahkan dalam praktik pendidikan
dengan tujuan khusus agar peserta didik memiliki kompetensi yang diperlukan
bagi kehidupan masyarakat di masa kini dan di masa mendatang, seperti
tampak pada gambar 1.
Gambar 1
Kompetensi yang dimaksud yaitu: (1) menumbuhkan sikap religius
dan etika sosial yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara; (2) menguasai pengetahuan; (3) memiliki keterampilan atau
kemampuan menerapkan pengetahuan dalam rangka melakukan penyelidikan
ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuatan karya kreatif yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran bahasa dan Sastra Sunda yang dikembangkan
di setiap jenjang pendidikan harus mempertimbangkan pemanfaatan
tekhnologi informasi dan komunikasi. Untuk itu kemampuan pendidik dalam
menggunakan dan memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi
menjadi faktor penting agar pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mampu
menjawab tantangan abad moderen dewasa ini. Selain penggunaan dan
pemanfaatan teknonolgi, pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda juga harus
memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta didik, sehingga mata pelajaran
ini dapat menjadi penyaring dari masuknya kebudayaan asing sekaligus
mendorong peserta didik untuk memiliki kearifan terhadap budaya lokal atau
budaya masyarakat setempatnya.
32
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
Silabus mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda SD/MI, SMP/MTs, SMA/
MA/MAK disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana
sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan
format dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak
halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap
mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya.
Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide,
desain, dan pelaksanaan kurikulum; mudah diajarkan oleh guru (teachable);
mudah dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapainnya
(measurable); dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal
untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik.
Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan
kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta
mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut,
komponen silabus mencakup kompetensi dasar, materi pembelajaran,
dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam
silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas.
Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru dapat
mengembangkan berbagai model yang sesuai dengan karakteristik masingmasing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini guru diharapkan
kreatif dalam pengembangan materi, pengelolaan proses pembelajaran,
penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan
peserta didik.
KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
KELAS X
Alokasi Waktu: 2 jam pelajaran/minggu
Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran
tidak langsung (indirect teaching) pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan
dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya
sekolah dengan memperhatikan karaktersitik mata pelajaran serta kebutuhan
dan kondisi peserta didik.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
33
34
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
•Topik
Teks wangun prosa/puisi
•Unsur Kebahasaan
- Diksi
- EYD Basa Sunda
- Tatakrama bahasa
Sunda
- Menerjemahkan teks berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Sunda
atau sebaliknya dengan memperhatikan unsurkebahasaan
- Memilih/menggunakan padanan kata dengan tepat
- Membacakan hasil Terjemahan
- Mengoreksi hasil Terjemahan dengan teman sebangku atau
kelompok
- Menyunting/memperbaiki teks Terjemahannya
•Struktur kalimat
- Bagian pembuka
- Bagian Eusi
- Bagian Penutup
4.1 Menerjemahkan
teks ke dalam
bahasa Sunda
atau sebaliknya
dengan
memperhatikan
unsur
kebahasaan dan
rasa bahasa
Memilih teks berbahasa Indonesia untuk diterjemahkan
Mengidentifikasi kata-kata/ungkapan yang sulit dimengerti
Menanyakan hal-hal yang tidak diketahui atau yang berbeda.
Memahami isi teks yang diterjemahkan
Memperhatikan alur teks terjemahan
Memahami pesan/amanat teks terjemahan
-
-
-
-
-
-
•Fungsi sosial
Meneladani Nilai moral
dan pendidikan dalam
teks terjemahan yang
diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari
3.1 Menganalisis
unsur
kebahasaan dan
rasa bahasa teks
terjemahan.
Kegiatan Pembelajaran
Materi Pembelajaran
Kompetensi Dasar
Pembelajaran untuk kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan sebagai berikut ini.
Penumbuhan dan pengembangan Kompetensi Sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung
dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
35
4.2. Menyajikan isi
teks babad/
sejarah Sunda
dengan
memperhatikan
struktur
dan unsur
kebahasaan.
3.2 Menganalisis
isi, struktur,
dan unsur
kebahasaan
teks babad/
sejarah Sunda.
•Topik
Teks babad/sejarah
Sunda
•Unsur Kebahasaan
- Diksi
- EYD Basa Sunda
- Tatakrama bahasa
Sunda
•Struktur kebahasaan
- Bubuka
- Eusi
- panutup
•Fungsi sosial
Meneladani Nilai moral
dan pendidikan dalam
teks babad/sejarah Sunda
yang diimplementasikan
dalam kehidupan seharihari
- Meringkas isi teks babad/sejarah Sunda, sesuai dengan struktur dan
unsur kebahasaan.
- Mengoreksi hasil ringkasan isi teks babad/sejarah Sunda, dengan
teman sebangku atau kelompok
- Menceritakan kembali isi teks babad/sejarah Sunda.
Memilih teks babad/sajarah Sunda
Memahami struktur kebahasaan teks babad/sejarah Sunda.
Memahami setiap kejadian sejarah dalam teks babad/ sajarah Sunda
Menemukan keterkaitan antara tokoh dan kejadian sejarah dengan
kenyataan daerah setempat
- Menentukan galur teks babad/ sajarah Sunda
-
-
-
-
36
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
4.3. Merancang,
melakukan
dan Menyusun
laporan
wawancara
dengan
memperhatikan
kesantunan
berbahasa.
3.3. Menganalisis
isi, struktur,
dan unsur
kebahasaan
teks
wawancara.
•Topik
Wawancara tokoh/nara
sumber
•Unsur Kebahasaan
- Diksi
- EYD Basa Sunda
- Tatakrama bahasa
Sunda
•Struktur kebahasaan
- Tema
- Daftar pertanyaan
- Bubuka
- Eusi
- panutup
•Fungsi sosial
Meneladani Nilai moral
dan pendidikan dalam
teks wawancara. yang
diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Menentukan narasumber
Menentukan media wawancara
Melaksanakan wawancara
Mendiskusikan tentang isi wawancara dan kaidah-kaidahnya.
Menyusun rangkaian wawancara.
Mengoreksi dan menyunting/memperbaiki teks wawancara dengan
teman sebangku atau kelompok
Membaca dan mengamati beberapa contoh teks wawancara
Memahami isi wawancara
Mengidentifikasi struktur wawancara
Memahami unsur-unsur kebahasaan teks wawancara.
Menyimpulkan tentang kaidah-kaidah wawancara
Menyajikan hasil analisis unsur kebahasaan wawancara secara lisan
dan tertulis
LAMPIRAN-LAMPIRAN
37
4.4. Menulis laporan
kegiatan dengan
memperhatikan
struktur
dan unsur
kebahasaan.
3.4. Menganalisis
isi, struktur
dan unsur
kebahasaan
laporan
kegiatan.
•Struktur
- Bubuka
- Eusi
- Panutup
•Unsur Kebahasaan
- Diksi
- EYD Basa Sunda
- Tatakrama bahasa
Sunda
•Topik
Laporan kegiatan
•Fungsi sosial
Meneladani Nilai moral
dan pendidikan dalam
laporan kegiatan yang
diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari
Membaca dan mengamati beberapa contoh laporan kegiatan.
Menentukan ciri-ciri laporan kegiatan
Membedakan laporan kegiatan dengan bentuk yang lain
Mengidentifikasi struktur laporan kegiatan.
Memahami unsur-unsur kebahasaan laporan kegiatan.
Menyimpulkan tentang unsur-unsur kebahasaan laporan kegiatan.
Menyajikan hasil analisis unsur kebahasaan laporan kegiatan. Secara
lisan dan tertulis
Menentukan tema laporan kegiatan.
Menyusun kerangka laporan kegiatan
Menulis laporan kegiatan
Mengoreksi hasil laporan kegiatan dengan teman sebangku atau
kelompok
- Menyunting/memperbaiki hasil laporan kegiatan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
38
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
4.5. Menampilkan
berbagai
jenis dongeng
dengan cara
ngadongeng,
monolog,
dramatisasi.
3.5. Membandingkan jenis
dongeng
berdasarkan
struktur, unsur
kebahasaan dan
fungsi sosial
•Struktur teks
- Bagian pembuka
- Bagian isi
- Bagian penutup
•Unsur kebahasaan
- Kosa kata
- Makna denotatif
- Ejahan
- Tanda baca
- Struktur kalimat
•Topik
Membandingkan
dongeng Sasakala,
Sasatoan, Mitos, Parabel,
Sage
•Fungsi sosial
Meneladani nilainilai moral yang
terkandung dalam
jenis-jenis dongeng
untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari
- Menyimak jenis-jenis dongeng dengan menggunakan berbagai macam
media pembelajaran.
- Mencatat dan membahas kosa kata yang belum dipahami.
- Bertanya jawab tentang perbedaan jenis dongeng yang telah disimak.
- Membuat ihtisar dongeng yang telah disimaknya.
- Berlatih dengan teman sebangku dan saling menilai.
- Menanyakan hal-hal yang tidak diketahui
- Menampilkan salah satu jenis dongeng yang telah disiapkannya.
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
39
4.6 Melantunkan
kawih klasik
dan pop
Sunda dengan
memperhatikan
ekspresi dan
teknik vokal.
3.6 Membandingkan
bentuk, struktur,
dan unsur
kebahasaan teks
kawih klasik dan
pop Sunda.
•Melantunkan salah satu
kawih Sunda klasik dan
pop.
- Mendengarkan salah satu kawih Sunda klasik dan pop.
- Mencatat dan membahas kosa kata yang belum dipahami.
Menanggapi nilai estetika
antara kawih Sunda klasik - Bertanya jawab tentang perbedaan jenis kawih Sunda klasik dan pop
yang telah disimak.
dan Pop
- Membaca salah satu teks kawih Sunda klasik dan pop.
•Struktur teks
- Mengapresiasi salah satu kawih Sunda klasik dan pop.
- Pilihan kata (diksi)
- Melantunkan salah satu kawih Sunda klasik dan pop.
- Purwakanti
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya.
•Unsur Kebahasaan
- Makna denotatif
- Nada
- Wirahma
- Artikulasi
•Topik
•Fungsi sosial
40
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
4.7 Menampilkan
sajak dengan
cara membaca,
mendeklamasikan,
dramatisasi
atau
musikalisasi.
3.7 Menganalisis isi,
unsur, struktur
dan aspek
kebahasaan
sajak.
kekayaan bahasa Sunda.
(idiom, kosa kata) dalam
penampilan sajak
•Unsur Kebahasaan
- Istilah khusus terkait
dengan idiom dan
kosa kata, bahasa yang
muncul pada teks sajak
- Ucapan, tekanan kata,
intonasi, ejaan, dan
tanda baca.
•Topik
- Tema, nada, pilihan kata
(diksi), rasa, amanat
kata, dan idiom.
- Teks sajak berisi kosa
•Struktur Teks
Menerapkan idiom,
kosakata dan bahasa
dalam menampilkan
sajak.
•Fungsi sosial
- Membaca dan mengamati teks sajak yang mengandung berbagai
macam kosa kata, dan idiom yang merupakan kekayaan bahasa Sunda.
- Menyimak dan menampilkan salah satu sajak dengan menggunakan
berbagai macam media.
- Bertanya jawab tentang aspek kebahasaan yang terdapat dalam sajak.
- Menampilkan salah satu sajak dengan cara (membaca, deklamasi,
musikalisasi, dramatisasi)
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya
LAMPIRAN-LAMPIRAN
41
•Fungsi sosial
Lambang jati diri serta
rasa bangga dalam
melestarikan tradisi
Sunda.
- Mengamati teks dan tayangan aksara Sunda melalui media
pembelajaran.
- Mengidentifikasi ciri-ciri, pengertian, jenis, tujuan, sistematika dan
teknik-teknik aksara Sunda.
- Mengkonfirmasi hasil temuan sementara dan menanyakan/
berkonsultasi kepada guru tentang sistematika dan kaidah-kaidah
penulisan yang benar.
- Menulis teks pendek yang menggunakan aksara Sunda sesuai dengan
kaidah-kaidahnya.
- Mengkomunikasikan pengalaman penyusunan teks aksara Sunda di
antaranya berupa kesan-kesan, komentar, permasalahan.
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya.
Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching)
pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan
budaya sekolah dengan memperhatikan karaktersitik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
KELAS XI
Alokasi Waktu: 2 jam pelajaran/minggu
Aksara Sunda yang dapat
menumbuhkan perilaku
yang termuat di KI.
•Struktur Teks
- Ciri aksara Sunda
4.8 Mendemonstrasi- Bentuk aksara Sunda
kan aksara
- Kaidah aksara Sunda
Sunda sesuai
dengan kaidah- •Unsur Kebahasaan
kaidahnya.
- Diksi
- Ejaan dan tanda baca.
•Topik
3.8 Menganalisis
bentuk dan
tipe aksara
Sunda sesuai
dengan kaidahkaidahnya.
42
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
Materi Pembelajaran
• Topik
Wawacan yang dapat
menumbuhkan perilaku
yang termuat di KI.
3.1 Menganalisis isi, struktur, • Fungsi Sosial:
serta unsur kebahasaan
Nilai moral dan pendidikan
petikan cerita wawacan.
yang bisa yang bisa
diimplementasikan dalam
4.1 Mentransformasikan
kehidupan sehari-hari.
cerita wawacan ke
dalam prosa atau
• Struktur teks:
mengkreasikan
- Struktur wawacan.
ke dalam bentuk
- Bentuk wawacan (prosa,
pertunjukan (seperti
dramatisasi).
beluk, jemblungan,
dramatisasi).
• Unsur Kebahasaan:
- Istilah khusus yang
ditemukan di dalam teks.
- Parafrase wawacan
sesuai dengan ejaan yang
tepat.
Kompetensi Dasar
- Membaca dan mengidentifikasi bentuk carita
buhunwawacan sebagai warisan budaya Sunda.
- Memahami isi wawacan yang disimak baik dari segi isi
maupun unsur kebahasaan.
- Menemukan dan mengumpulkan istilah-istilah khusus
yang terdapat dalam teks wawacan.
- Menggali informasi dan membandingkan bentuk carita
buhun (dongéng, carita pantun, wawacan, carita
naskah jeung guguritan).
- Menyusun petikan téks wawacan dengan cara
memparafrase teks ke dalam bentuk prosa atau
dramatisasi.
- Menyajikan petikan teks wawacan hasil mengkreasi
siswa dalam bentuk pertunjukan (seperti beluk,
jemblungan, dramatisasi).
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran untuk kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan sebagai berikut ini.
Penumbuhan dan pengembangan Kompetensi Sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung
dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
43
4.2 Menulis carita pondok
sederhana dengan
memperhatikan
struktur dan kaidah
kebahasaan.
3.2 Menganalisis isi, struktur
dan unsur kebahasaan
carita pondok.
• Fungsi Sosial:
Nilai moral dan pendidikan
yang bisa yang bisa
diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
• Struktur Teks
- Ciri-ciri carita pondok.
- Unsur Sastra (unsurunsur intrinsik dan
ektrinsik cerita).
• Unsur Kebahasaan:
- Diksi
- Pakeman basa
- Ejaan dan tanda baca.
- Paduan paragraf.
- Kesesuaian antara tema
dan isi.
- Kalimat langsung dan
tidak langsung.
• Topik
Menulis Carita Pondok
yang dapat menumbuhkan
perilaku yang termuat di KI.
-
-
-
-
-
-
-
Membaca teks Carita pondok.
Menanyakan dan mengumpulkan istilah-istilah khusus
yang ditemukan di dalam teks Carita pondok.
Mengidentifikasi ciri-ciri Carita pondok.
Menganalisis unsur sastra yang terdapat di dalam
Carita pondok.
Menyusun kerangka Carita pondok .
Menulis karangan Carita pondok menjadi sebuah
karangan yang utuh dengan memperhatikan struktur
dan kaidah kebahasaan.
Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
44
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
4.3 Menyusun teks
berita berdasarkan
pengamatan atau hasil
wawancara sesuai
dengan struktur dan
kaidah kebahasaan.
3.3 Menganalisis isi, pola
penyajian, dan unsur
kebahasaan teks berita
dari media massa cetak
atau elektronik.
• Fungsi Sosial:
Nilai moral dan pendidikan
yang bisa yang bisa
diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
• Teks Warta
• Struktur
- Bubuka
- Eusi
- Penutup
• Pola Penyajian
- Prinsip
- Proses tahapan nulis warta
- Prosedur
• Unsur Kabahasaan
- Diksi
- Ejaan dan tanda baca
- Paduan paragraf
- Kesesuaian antara topik
dengan isi
• Topik
Nulis Teks Berita (Warta)
yang dapat menumbuhkan
perilaku yang termuat di KI.
-
-
-
-
-
-
-
Membandingkan teks warta dari media massa cetak
dan elektronik.
Menyebutkan bagian-bagian warta dengan sistematis
dan benar.
Mencari dari berbagai sumber informasi tentang
prosedur nulis warta dan kaidah-kaidahnya.
Menjelaskan langkah-langkah membuat warta dengan
cermat dan benar.
Merancang teks warta berdasarkan hasil pengamatan
atau hasil wawancara.
Menulis warta dengan memperhatikan struktur dan
kaidah kebahasaan.
Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
45
4.4 Mendemonstrasikan
panata acara dalam
kegiatan diskusi, rapat,
debat, dan sejenisnya
yang sesuai dengan
konteks penggunaan
bahasa.
3.4 Menganalisis isi, struktur
dan unsur kebahasaan
teks panata acara dalam
kegiatan diskusi, rapat,
debat, dan sejenisnya.
• Topik
Panata Acara yang dapat
menumbuhkan perilaku
yang termuat di KI.
• Fungsi Sosial:
Menumbuhkan sikap saling
menghormati sesama.
• Struktur
- Bubuka
- Eusi
- Panutup
• Unsur Kabahasaan
- Diksi
- Tata krama basa
- Ejaan dan tanda baca
- Kesesuaian
- Mambaca contoh teks
Panata acara dan
mencermati kaidahkaidahnya.
- Mencari dari berbagai sumber informasi tentang
prosedur panata acara dan kaidah-kaidahnya.
- Menyusun panata acara sesuai dengan kaidahkaidahnya.
- Menampilkan panata acara dalam kegiatan seperti
diskusi, rapat, debat.
- Menanggapi tampilan panata acara dalam konteks
penggunaan bahasa.
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
46
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
3.5 Menganalisis isi, struktur,
dan unsur kebahasaan
teks biantara.
4.5 Mendemonstrasikan
biantara dengan
memperhatikan
kesantunan dan
penggunaan kaidah
bahasa.
• Fungsi Sosial:
Menumbuhkan sikap saling
menghormati sesama.
• Teks Biantara
• Struktur
- Bubuka (salam
bubuka, mukadimah,
pangwilujeng ka nu
haladir)
- Eusi
- Panutup (Sandaksunduk ménta hampura,
du’a, salam panutup)
• Unsur Kabasaan
- Tatakrama basa
- Diksi
- Paduan paragraf
• Topik
Biantara yang dapat
menumbuhkan perilaku
yang termuat di KI.
-
-
-
-
-
-
-
Membaca dan mengamati teks biantara.
Mendikusikan tentang aspek kebahasaan (istilah-istilah
yang dianggap sulit, purwakanti, dan gaya basa) yang
terdapat dalam teks biantara.
Mencari dari berbagai sumber mengenai teks biantara
yang bisa dijadikan referensi pembelajaran.
Merancang dan menyusun teks biantara.
Menyajikan teks biantara dengan memperhatikan
penggunaan kaidah basa.
Menanggapi tampilan Biantara dalam konteks
penggunaan bahasa.
Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
47
3.6 Menganalisis isi, struktur
dan unsur kebahasaan
teks biografi.
4.6 Menulis teks biografi
sederhana dengan
memperhatikan struktur
dan penggunaan kaidah
bahasa.
• Fungsi Sosial:
Nilai moral dan pendidikan
yang bisa yang bisa
diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
• Teks Biografi
• Struktur
- Unsur-unsur Biografi
- Karakteristik teks
biografi
• Unsur Kebahasaan
- Diksi
- Ejaan dan penggunaan
tanda baca.
- Paduan paragraf
• Topik
Biografi yang dapat
menumbuhkan perilaku
yang termuat di KI.
-
-
-
-
-
-
Membaca dan mengamati teks biografi.
Mendiskusikan unsur-unsur teks biografi.
Menggali informasi tentang biografi dari berbagai
referensi.
Menulis biografi berdasarkan unsur-unsur biografi
dengan memperhatikan penggunaan kaidah bahasa.
Mengevaluasi hasil biografi.
Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
48
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
4.7 Menampilkan drama
berdasarkan teks/naskah
dengan memperhatikan
intonasi dan ekspresi.
3.7 Menganalisis isi, struktur,
dan unsur kebahasaan
teks/naskah drama.
• Fungsi Sosial
Nilai moral dan pendidikan
yang bisa yang bisa
diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
• Struktur
- Unsur-unsur teks drama.
- Unsur-unsur pintonan
drama.
- Genre drama
• Unsur kebahasaan
- Diksi
- Tata krama basa
- Artikulasi
- Lentong
- Ejaan jeung tanda baca
• Topik
Drama yang dapat
menumbuhkan perilaku
yang termuat di KI.
-
-
-
-
-
-
Membaca dan mengamati teks/naskah drama.
Mendikusikan tentang aspek kebahasaan (istilah-istilah
yang dianggap sulit, purwakanti, dan gaya basa) yang
terdapat dalam teks/naskah drama.
Mencari dari berbagai sumber mengenai teks/naskah
drama yang bisa dijadikan referensi pembelajaran.
Merancang dan menyusun teks/naskah drama dengan
memperhatikan penggunaan kaidah basa.
Menampilkan drama berdasarkan teks/naskah dengan
memperhatikan intonasi dan ekspresi.
Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
49
3.8 Menganalisis isi, struktur
dan unsur kebahasaan
teks resensi (buku, film,
musik, pertunjukan).
4.8 Menulis resensi (buku,
film, musik, pertunjukan)
dengan memperhatikan
struktur dan kaidah
kebahasaan.
• Fungsi Sosial
Nilai moral dan pendidikan
yang bisa yang bisa
diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
• Struktur
- Identitas sumber resensi.
- Ciri-ciri resensi
• Unsur kebahasaan
- Diksi
- Ejaan dan tanda baca
- Paduan paragraf
- Kesesuaian isi resensi
• Topik
Drama yang dapat
menumbuhkan perilaku
yang termuat di KI.
-
-
-
-
-
-
Membaca dan mengamati sumber resensi.
Mendikusikan tentang aspek kebahasaan.
Mencari dari berbagai sumber mengenai resensi
sebagai bahan rujukan.
Merancang dan menyusun resensi dengan
memperhatikan penggunaan kaidah basa.
Menulis resensi sesuai dengan memperhatikan
struktur dan kaidah kebahasaan.
Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
50
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
3.1 Menganalisis isi,
struktur dan unsur
kebahasaan teks
bahasan tradisi
Sunda.
4.1 Menyajikan bahasan
tradisi setempat
melalui berbagai
media (seperti
mading, pameran
fotografi, film dokumenter) dengan
memperhatikan
kaidah bahasa
Sunda.
Kompetensi Dasar
•Fungsi sosial
Menjaga hubungan
interpersonal dengan
masyarakat setempat
serta menumbuhkan
rasa bangga dalam
melestarikan tradisi
Sunda.
•Unsur kebahasaan
- Pakeman basa
- Diksi
- Tatakrama basa
Materi Pembelajaran
- Membaca isi teks bahasan tradisi Sunda.
- Menanyakan hal-hal yang tidak diketahui atau yang
berbeda.
- Menelaah dan mendiskusikan struktur dan unsur
bahasan tradisi Sunda.
- Menyusun teks berbahasa Sunda tentang bahasan
tradisi Sunda setempat.
- Menyajikan bahasan tradisi setempat melalui berbagai
media (seperti mading, pameran fotografi, film
dokumenter).
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajar.
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran untuk kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan sebagai berikut ini.
Penumbuhan dan pengembangan Kompetensi Sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung
dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching)
pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan
budaya sekolah dengan memperhatikan karaktersitik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Alokasi Waktu: 2 jam pelajaran/minggu
KELAS XII
LAMPIRAN-LAMPIRAN
51
4.2 Mengkreasikan
petikan carita
wayang secara
lisan/tulisan
(seperti drama,
carita pondok,
puisi) dengan
memperhatikan
struktur dan kaidah
kebahasaan.
3.2 Menganalisis isi,
struktur dan unsur
kebahasaan petikan
carita wayang.
Kompetensi Dasar
•Fungsi sosial
Menumbuhkan rasa
trisilas (silih asah,
silih asih, silih asuh)
serta nilai moral dan
pendidikan yang bisa
diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
•Unsur Kebahasaan
- Istilah khusus
pawayangan.
- Pakeman basa
- Diksi
•Topik
Petikan carita wayang
yang dapat menumbuhkan
perilaku yang termuat di
KI.
•Topik
Bahasan tradisi Sunda
yang dapat menumbuhkan
perilaku yang termuat
dalam KI.
Materi Pembelajaran
- Membaca petikan téks carita wayang.
- Mengidentifikasi ciri-ciri carita wayang.
- Menanyakan hal-hal yang tidak diketahui dari teks cerita
wayang.
- Menganalisis unsur-unsur carita wayang.
- Memahami perbandingan antara cerita dongéng dan
carita wayang.
- Mengkreasikan hasil temuannya dalam bentuk lisan/
tulisan (seperti drama, carita pondok, puisi).
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya.
Kegiatan Pembelajaran
52
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
3.3 Menganalisis isi,
struktur, dan unsur
kebahasaan petikan
carita pantun.
4.3 Mengkreasikan
carita pantun
secara lisan/tulisan
(seperti drama,
carita pondok,
puisi) dengan
memperhatikan
struktur dan kaidah
kebahasan.
Kompetensi Dasar
•Struktur Teks
- Jenis Rajah
- Monolog
- Dialog
- Galur carita pantun
•Unsur Kebahasaan
- Istilah khusus terkait
dengan carita pantun.
- Diksi
- Ucapan, tekanan kata,
intonasi, ejaan, dan
tanda baca.
•Topik
Petikan carita pantun yang
dapat menumbuhkan
perilaku yang termuat di
KI.
•Fungsi sosial
Nilai moral dan
pendidikan yang bisa
diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Materi Pembelajaran
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya
- Mengkreasikan carita pantun secara lisan/tulisan
(seperti drama, carita pondok, puisi).
- Menganalisis unsur kebahasaan carita pantun.
- Bertanya jawab isi yang terkandung pada carita pantun.
- Mengidentifikasi bentuk carita pantun.
- Menyimak dan atau membaca dengan seksama contoh
petikan carita pantun.
Kegiatan Pembelajaran
LAMPIRAN-LAMPIRAN
53
•Fungsi sosial
Nilai moral dan
pendidikan yang bisa
diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
3.4 Menganalisis isi,
struktur, dan unsur
kebahasaan novel.
Petikan novel yang dapat
menumbuhkan perilaku
yang termuat di KI.
4.4 Menyajikan hasil
analisis novel melalui
•Struktur Teks
berbagai media
- Ciri novel
(seperti bagan,
- Unsur sastra (intrinsik &
cerita bergambar,
ekstrinsik)
animasi) dengan
memperhatikan
•Unsur Kebahasaan
struktur dan kaidah
- Diksi
kebahasaan.
- Ucapan, tekanan kata,
intonasi, ejaan, dan
tanda baca.
- Kalimat langsung dan
tidak langsung.
•Topik
Materi Pembelajaran
Kompetensi Dasar
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya.
- Menyajikan hasil analisis novel melalui berbagai media
(seperti bagan, cerita bergambar, animasi)
- Menginterpretasikan isi novel sesuai dengan kaidahkaidahnya.
- Menganalisis bahasa yang dipergunakan serta unsur
intrinsik dalam novel dengan teliti.
- Memahami isi novel dengan teliti.
- Mengidentifikasi unsur-unsur novel dengan cermat.
Kegiatan Pembelajaran
54
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
3.5 Menganalisis isi,
struktur, dan
unsur kebahasaan
sisindiran.
4.5 Menyusun dan
menampilkan
sisindiran secara
lisan/tulisan sesuai
dengan konteks dan
fungsi sosialnya.
Kompetensi Dasar
•Unsur Kebahasaan
- Pilihan kata (diksi)
- Ucapan, makna kata,
intonasi, ejaan, tanda
baca.
•Topik
Menyusun dan
menampilkan sisindiran
- Pada
- Padalisan
- Guru Wilangan
- Guru lagu
- Aturan penulisan
•Struktur Teks
•Fungsi sosial
Menemukan makna dan
nilai-nilai kehidupan
yang terkandung dalam
sisindiran
Materi Pembelajaran
- Mengamati contoh sisindiran untuk mengetahui fungsi
sosial.
- Membaca contoh sisindiran.
- Secara berkelompok menganalisis unsur-unsur
sisindiran untuk mengetahui fungsi sosial.
- Mendiskusikan isi sisindiran yang dibacanya untuk
mengetahui fungsi sosial.
- Menyusun dan menampilkan sisindiran, dengan ucapan
dan tekanan kata yang benar.
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya
Kegiatan Pembelajaran
LAMPIRAN-LAMPIRAN
55
•Fungsi sosial
Nilai moral dan
pendidikan yang bisa
diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
3.6 Menganalisis isi,
struktur dan unsur
kebahasaan teks
artikel berbahasa
Sunda.
4.6 Menulis artikel
sederhana
berbahasa
Sunda dengan
memperhatikan
struktur dan
penggunaan kaidah
kebahasaan.
Artikel yang dapat
menumbuhkan perilaku
yang termuat di KI.
•Struktur Teks
- Jenis artikel
- Ciri artikel
- Struktur artikel
•Unsur Kebahasaan
- Diksi
- Ejaan dan tanda baca.
- Paduan paragraf
- Kesesuaian isi dengan
tema.
•Topik
Materi Pembelajaran
Kompetensi Dasar
- Membaca teks artikel dengan memperhatikan ciri dan
tema pada artikel.
- Bertanya-jawab tentang ciri-ciri artikel.
- Menjelaskan ciri-ciri artikel dengan teliti dan sistematis.
- Menentukan tema teks artikel secara tepat dan
bertanggug jawab.
- Menyusun kerangka pembuatan artikel secara
sistematis.
- Menulis artikel sederhana berbahasa Sunda sesuai
dengan kerangka yang telah dibuat.
- Melakukan refleksi tentang proses dan hasil belajarnya.
Kegiatan Pembelajaran
56
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH
TSANAWIYAH (SMP/MTs)
MATA PELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA SUNDA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
57
A. Batasan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam
upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis
agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali
pertemuan atau lebih.
B. Komponen RPP
Menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses,
komponen RPP terdiri atas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
58
Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
Kelas/semester;
Materi pokok;
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran
yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
Kompetensi dasar (KD) dan indikator pencapaian kompetensi;
Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi;
Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang
akan dicapai;
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
10. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;
11. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
12. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan,
inti, dan penutup; dan
13. Penilaian hasil pembelajaran.
C.
Prinsip Penyusunan RPP
Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut.
1. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat
intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang
budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik.
3. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi,
minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
4. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan,
dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
5. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
6. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
7. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata
pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
8. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
59
D. Langkah Penyusunan RPP
RPP merupakan panduan yang akan diimplementasikan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Inti dalam RPP adalah rencana kegiatan
pembelajaran.
1. Penetapan Identitas RPP
Identitas RPP mencakup komponen:
a. Identitas sekolah
b. Identitas matapelajaran
c. Tema (khusus untuk SD/MI)
d. Materi pokok
e. Alokasi waktu
2. Penyusunan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
3. Penetapan KD dan penyusunan indikator pencapaian kompetensi
KD dipilih dan ditetapkan berdasarkan KI-KD, kemudian dijabarkan
menjadi indikator pencapaian kompetensi. Rumusan indikator
disusun menggunakan kata kerja operasional sesuai dengan ranah
kompetensi pengetahuan (kognitif) dan ranah kompetensi keterampilan
(psikomotor).
4. Penyusunan materi pembelajaran
Materi pembelajaran disusun dengan memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator ketercapaian kompetensi.
5. Pemilihan dan penetapan metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang
akan dicapai.
6. Pemilihan dan penetapan media pembelajaran
Media pembelajaran berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran. Media pembelajaran dipilih dan ditetapkan
sesuai dengan materi pembelajaran dan situasi pembelajaran.
60
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
7. Pemilihan dan penetapan sumber belajar
Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. Sumber belajar yang
digunakan dicantumkan dalam RPP.
8. Penyusunan langkah pembelajaran
Langkah pembelajaran disusun dalam tiga tahap kegiatan, yakni kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib menyusun:
1) Orientasi, untuk menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik
untuk mengikuti proses pembelajaran dan memusatkan perhatian
peserta didik pada materi yang akan diajarkan;
2) Motivasi belajar peserta didik secara kontekstual dengan
merumuskan manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan
sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal,
nasional dan internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik
dan jenjang peserta didik;
3) Apersepsi, dengan merumuskan kaitan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari;
4) Pemberian acuan, menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai dan cakupan materi.
b. Kegiatan Inti
1) Menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
2) Dalam memperkuat pendekatan saintifik, tematik, dan tematik
terpadu, sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual,
baik individual maupun kelompok, disarankan yang menghasilkan
karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
3) Memuat pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang terintegrasi pada pembelajaran. Sikap dimiliki melalui
proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, hingga mengamalkan. Pengetahuan dimiliki melalui
aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
LAMPIRAN-LAMPIRAN
61
mengevaluasi, hingga mencipta. Keterampilan diperoleh melalui
kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta.
c. Kegiatan Penutup
1) Menyusun refleksi untuk mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas
pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya
secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak
langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
serta memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran;
2) Merumuskan rencana kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok;
3) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya.
9. Penyusunan penilaian hasil pembelajaran
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian
otentik (authenticassesment) yang menilai kesiapan peserta didik,
proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga
komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan
belajar peserta didik yang mampu menghasilkan dampak instruksional
(instructional effect) pada aspek pengetahuan dan dampak pengiring
(nurturant effect) pada aspek sikap.
a. Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program
perbaikan (remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau
pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik digunakan
sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai
dengan Standar Penilaian Pendidikan.
b. Penilaian proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran
dengan menggunakan alat: (1) lembar pengamatan, (2) angket
sebaya, (3) rekaman, (4) catatan anekdot, dan (5) refleksi.
c. Penilaian hasil pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran
dan di akhir satuan pelajaran dengan menggunakan metode dan alat:
(1) tes lisan/perbuatan dan (2) tes tulis. Tes tulis berbentuk uraian
atau esai.
62
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
Contoh RPP:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Materi Pokok
Alokasi Waktu
: SMA/SMK/MA/MAK ....
: Bahasa Sunda
: XII / I
: Carita Wayang
: 6 x 45 menit (3x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses menggali informasi melalui berbagai fakta, menanya
konsep, berdiskusi atas fakta dan konsep, menginterprestasi mengasosiasi dan mengomunikasikan, peserta didik dapat:
1. Membaca, menyimak dan memahami teks carita wayang
2. Menjelaskan isi carita wayang
3. Mengamati kaidah-kaidah carita wayang
4. Menceritakan kembali carita wayang
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar
3.2 Menganalisis isi,
struktur dan unsur
kebahasaan petikan
carita wayang.
4.2 Mengkreasikan petikan carita wayang
secara lisan/tulisan
ke dalam bentuk lain
(drama, carita pondok, puisi) dengan
memperhatikan
struktur dan kaidah
kebahasaan.
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.2.1 Mengidentifikasi, menganalisis, dan
membandingkan carita wayang sesuai
dengan kaidah-kaidahnya
3.2.2 Membaca téks carita wayang
3.2.3 Mengidentifikasi ciri-ciri carita wayang
3.2.4 Menganalisis unsur-unsur carita wayang.
3.2.5 Memahami perbandingan antara cerita
dongéng dan carita wayang
4.2.1 Menanggapi dan mengekspresikan carita
wayangsesuai dengan kaidah-kaidahnya
4.2.2 Menceritakan kembali isi carita wayang
4.3.5 Mengubah cerita wayang ke dalam
bentuk nasakah darama
LAMPIRAN-LAMPIRAN
63
C. Materi Pembelajaran
Fakta:
• Berbagai contoh teks carita wayang dari berbagai sumber
Konsep:
• Ciri-ciri, pengertian, perbedaan jenis, tema, dan tujuan carita wayang
• Struktur carita wayang
• Unsur-unsur carita wayang
Prinsip:
• Karakteristik carita wayang
• Ciri-ciri kebahasaan dalam carita wayang
• Istilah-istilah dalam pagelaran wayang
Prosedur:
• Langkah-langkah penyusunan teks carita wayang
• Proses penyajian laporan hasil penyusunan téks carita wayang
•
D. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan Pembelajaran: Saintifik
2. Model Pembelajaran: Model Pembelajaran Inkuiri
3. Tenknik Pembelajaran: Ceramah, Praktek, Diskusi
E. Media dan Alat Pembelajaran
1. Media: Audio-Visual (video, gambar ilustrasi, dan powerpoint materi
carpon)
2. Alat/Bahan: Laptop dan LCD
F. Sumber Pembelajaran
1. Durahman, Duduh. 1984. Catetan Prosa Sunda. Bandung: Medal
Agung.
2. Lembaga Basa jeung Sastra Sunda.1983. Kamus Umum Basa
Sunda. Bandung: Tarate.
3. Rahmat Taufik Hidayat, spk.2005. Peperenian Urang Sunda.
Bandung: Kiblat
4. http://tekadpangestu.wordpress.com/ diakses dan diunduh 06
Desember 2013
64
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
G. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan
Deskripsi
Alokasi
waktu
Pendahuluan
• Guru memberi salam, berdoa bersama, kemudian
bertegur sapa dengan peserta didik; Bagaimana kabar
kalian hari ini? sudah siapkah belajar?Siapa saja yang
tidak bisa hadir dalam pembelajaran hari ini?
• Guru melakukan pengkondisian KBM; mengecek
kebersihan kelas minimal di sekitar meja dan kursi
tempat duduk peserta didik.
• Guru memberikan informasi tentang materi
pembelajaran yang akan dilaksanakan (carita wayang)
• Peserta didik menerima informasi kompetensi, materi,
tujuan, manfaat, dan langkah-langkah pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
• Apersepsi (membimbing peserta didik dalam kesatuan
persepsi untuk mengidentifikasi kaidah-kaidah carita
wayang) dan Motivasi (menumbuhkan kepercayaan
diri peserta didik agar mereka terampil menganalisis
teks carita wayang serta mengemukakan temuan,
pandangan, dan pertanyaan-pertanyaan yang ingin
diajukan).
15
menit
Inti
• Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok
belajar sesuai kebutuhan KBM.
• Guru memberikan contoh naskah teks carita wayang
kepada setiap peserta didik.
• Peserta didik membaca dan mengamati contoh teks
carita wayang.
• Peserta didik mengamati dan memahami ciri-ciri carita
wayang.
• Peserta didik menganalisis unsur-unsur carita wayang
sebagai prosa.
• Peserta didik menganalisis perkembangan pagelaran
wayang dalam sastra Sunda.
• Guru memonitor kegiatan kelompok peserta didik
selama multimedia berlangsung.
60
menit
LAMPIRAN-LAMPIRAN
65
• Setiap peserta didik mencermati (mengamati dan
menganalisis naskah yang dibacanya) dan melakukan
catatan kecil hasil penemuan analisis teks yang akan
didiskusikan antar kelompok nanti.
• Secara individu, hasil temuan peserta didik berupa
identifikasi-identifikasi tentang analisis isi, kaidahkaidah, struktur, jenis, tema dan sistematika carita
wayang berdasarkan naskah dan tayangan media yang
dicermatinya.
• Antarpeserta didik dalam kelompok saling
mengkonfirmasi dan bertanya tentang analisa isi, jenis
dan tema teks carita wayang masing-masing untuk
dibahas jika ada perbedaan temuan.
• Dari berbagai pertanyaan dan penyataan yang muncul,
kelompok melakukan klasifikasi kaidah-kaidah carpon
dan mendefinisikan dasar temuannya.
• Kelompok mengkonfirmasi hasil temuan sementara
dan menanyakan/berkonsultasi kepada guru tentang
sistematika dan kaidah-kaidah penulisan yang benar.
• Beberapa indikator pertanyaan peserta didik di
antaranya tentang ciri-ciri dan unsur-unsur carita
wayang.
• Peserta didik mencoba merumuskan struktur teks
carita wayang yang dikajinya, dan membahasnya
seraya bertukar temuan bersama anggota kelompok.
• Menguraikan sistematika teks carita wayang dari
naskah yang dikajinya, dengan bertukar informasi atau
melakukan konfirmasi dengan kelompok lain.
• Peserta didik mencoba menyimpulkan atau
melegitimasi atas temuan kajian naskah yang
dibahasnya.
Penutup
66
• Bersama peserta didik menyimpulkan karakteristik
teorikal carpon (konsep, isi, jenis, tema, struktur,
sistematika dan kaidah-kaidah).
• Melaksanakan tes untuk evaluasi pemahaman
(contoh tes ada pada poin penilaian).
• Mengakhiri KBM dengan doa dan salam.
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
20
menit
Pertemuan 2
Kegiatan
Deskripsi
Alokasi
waktu
Pendahuluan
• Peserta didik merespon salam dan dilanjutkan
dengan pengondisian kelas.
• Tanya jawab tentang karakteristik teorikal carita
wayang pada pertemuan sebelumnya.
• Peserta didik menerima informasi tentang
keterkaitan pembelajaran sebelumnya (karakteristik
teorikal carita wayang) dengan pembelajaran yang
akan dilaksanakan (penyusunan teks carpon).
• Peserta didik menerima informasi kompetensi,
materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
• Tanya jawab tentang evaluasi pembelajaran
sebelumnya, serta pemberian motivasi untuk KBM
yang selanjutnya.
20
menit
Inti
• Peserta didik mengamati dan meninjau kembali
rumusan karakteristik carita wayang.
• Peserta didik mengamati langkah-langkah prosedural
penyusunan teks carita wayang dari guru.
• Guru memberikan batasan jenis teks carita wayang
yang akan disusun oleh peserta didik (bentuk
ringkasan, transliterasi, atau penggalan).
• Secara individu peserta didik mempersiapkan data
atau referensi acuan untuk penyusunan teks carita
wayang.
• Masing-masing peserta didik dipersilakan
mengemukakan pendapat atau pandangannya
mengenai pilihan jenis dan carita wayang yang
diambilnya.
• Masing-masing peserta didik dipersilakan
mengemukakan kesulitan atau permasalahan yang
mungkin timbul atas pilihan jenis dan tema carita
wayang yang diambilnya.
• Masing-masing peserta didik mulai menganalisis dan
menyusun teks carita wayang dengan menggunakan
teks carita wayang pada KBM sebelumnya sebagai
pembanding.
• Masing-masing peserta didik mencoba menyusun
teks carita wayang sesuai dengan kaidah-kaidah atau
sistematika teorikal carita wayang.
60
menit
LAMPIRAN-LAMPIRAN
67
• Masing-masing peserta didik memilih dan memilah
diksi serta kalimat-kalimat dalam teks carita wayang
sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang benar
• Peserta didik menganalisis hasil penyusunan teks baik
dari segi tata bahasa, sistematika, dan isi teks carita
wayang.
• Peserta didik mengedit atau menyunting teks masingmasing guna tahap penyelasaian akhir (finishing).
• Selama kegiatan berlangsung, guru berperan aktif
sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran
peserta didik.
• Peserta didik mengumpulkan hasil project teks carita
wayang kepada guru.
• Peserta didik mengkomunikasikan pengalaman
penyusunan teks carita wayang di antaranya berupa
kesan-kesan, komentar, permasalahan, ataupun halhal lainnya.
• Umpan balik antarpeserta didik dan antara
peserta didik dengan guru tentang evaluasi proses
pembelajaran.
• Mengingatkan atau mempersiapkan peserta didik
untuk tehnis-tehnis KBM mendatang.
• Menutup atau mengakhiri KBM seraya mengucapkan
salam.
10
menit
Kegiatan
Deskripsi
Alokasi
waktu
Pendahuluan
• Peserta didik merespon salam dan dilanjutkan
dengan pengondisian kelas.
• Tanya jawab tentang kajian teorikal perkembangan
pagelaran wayang pada pertemuan sebelumnya.
• Peserta didik menerima informasi tentang
keterkaitan pembelajaran sebelumnya (penyusunan
teks carita wayang) dengan pembelajaran yang
akan dilaksanakan (menceritakan kembali isi carita
wayang pada sebuah pagelaran wayang).
20
menit
Penutup
Pertemuan 3
68
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
• Peserta didik menerima informasi kompetensi,
materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
• Tanya jawab tentang evaluasi pembelajaran
sebelumnya, serta pemberian motivasi untuk KBM
yang selanjutnya.
Inti
• Peserta didik mengamati dan meninjau kembali teks
carita wayang yang telah disusunnya.
• Peserta didik mengamati langkah-langkah prosedural
menceritakan kembali carita wayang dari guru.
• Guru memberikan batasan teknis menceritakan
kembali carita wayang yang akan dilaksanakan oleh
peserta didik (basa, diksi, lentong, wirahma dan
pidangan).
• Masing-masing peserta didik dipersilakan
mengemukakan pendapat atau pandangannya
mengenai batasan teknis menceritakan kembali isi
cerita sebuah pagelaran wayang.
• Masing-masing peserta didik dipersilakan
mengemukakan kesulitan atau permasalahan yang
mungkin timbul batasan teknis yang diambilnya.
• Masing-masing peserta didik mulai melakukan
penceritaan kembali (retelling).
• Masing-masing peserta didik mencoba menilai
secara subjektif atas penampilan temannya.
• Masing-masing peserta didik membuat rincian
tertulis pandangan atau penilaian terhadap
penampilan temannya sesuai dengan kaidah-kaidah
kebahasaan yang benar.
• Selama kegiatan berlangsung, guru berperan aktif
sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran
peserta didik.
• Peserta didik mengemukakan pandangan atau
penilaian terhadap
• penampilan temannya sesuai dengan kaidah-kaidah
kebahasaan yang benar.
• Peserta didik mengkomunikasikan pengalaman
menceritakan kembali carita wayang, di antaranya
berupa kesan-kesan, komentar, permasalahan,
ataupun hal-hal lainnya.
60
menit
LAMPIRAN-LAMPIRAN
69
Penutup
• Umpan balik antarpeserta didik dan antara
peserta didik dengan guru tentang evaluasi proses
pembelajaran.
• Mengingatkan atau mempersiapkan peserta didik
untuk tehnis-tehnis KBM mendatang.
• Menutup atau mengakhiri KBM seraya mengucapkan
salam.
10
menit
H. Penilaian
Bentuk dan Instrumen Penilaian:
a. Tes tulis bentuk uraian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
• Membaca dan
mengamati
beberapa contoh
teks carita wayang.
• Mengamati dan
memahami ciri-ciri
carita wayang.
• Menganalsis
perkembangan
pagelaran wayang
dalam sastra Sunda
Bentuk
Penilaian
Quisioner
&
Tes Uraian
Instrumen
1. Sebutkeun wangenan atawa définisi
wayang numutkeun Ruhaliah!
2. Carita épos India Mahabarata jeung
Ramayana asup ka Indonesia dina abad
ka sabaraha? Saha nu mawana?
3. Di mana tempat mimiti mekarna seni
wayang golék di Pasundan téh?
4. Dina mangsa harita, saha nu nyekel
kakawasaan pamaréntahan Cirebon téh?
5. Salian ti wayang golék, di Pasundan téh
kungsi aya wangun wayang naon deui?
Di mana ayana? jeung sebutkeun lalakon
caritana!
b. Penilaian tugas
Aspek Penilaian Teks Carita Wayang
Nama Siswa Ketepatan Ketepatan Kedalam- Sistemati- Keotentik1.
2.
3.
4.
5.
70
Waktu
Isi
an Isi
ka Tulisan
an Tulisan
Skor
rata-rata
Nilai
3
4
4
3
3
3,33
83
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
6.
7.
....
c. Penilaian keterampilan menceritakan kembali carita wayang
Aspek yang Dinilai
Nama Siswa
Tata Basa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
....
3
Lentong/
Sikep/
Wirahma
Pesemon
4
4
Mengetahui
Kepala Sekolah,
(.................................)
Pidangan
Skor
rata-rata
Nilai
3
3,33
81
--------------------, --------------Guru Mata Pelajaran,
(.......................................)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
71
72
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
MULOK MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
BERBASIS KURIKULUM 2013 REVISI 2017 JENJANG SMA/SMK/MA/MAK
Download