Partisipasi Pemilih (KPU Kabupaten Tasikmalaya)

advertisement
LAPORANPENELITIAN
SURVEY
PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT)
KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015
KERJASAMA
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA
DENGAN
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FISIP
UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tasikmalaya dapat menyelesaikan laporan
penelitian Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turnout) Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2015 dengan baik.
Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian Program penelitian Komisi
Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), mengenai partisipasi masyakarat
dalam pemilu, yang harapanya dapat memberikan kontribusi positif dalam
menyelesaikan berbagai persoalan terkait partisipasi dalam masyarakat.
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tasikmalaya, salah satu yang terpilih untuk
melaksanakan riset mengenai partisipasi pemilih dengan fokus kehadiran dan
ketidakhadiran pemilih di TPS (Voter Turnout). Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan dengan menggandeng mitra kerjasama dengan Program Studi Ilmu
Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
Selanjutnya hasil penelitian ini akan dipublikasikan kepada masyarakat. Dan
menyerahkan laporan penelitian ini kepada KPU tingkat dan KPU RI.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih semua pihak yang terlibat
atas terlaksananya penelitian ini khususnya kepada Tim Peneliti dari Program
Studi Ilmu Politik Universitas Siliwangi, sebagai mitra penelitian yang telah
membantu program penelitian ini sehingga program ini dapat dilaksanakan dan
berjalan lancar.
Tasikmalaya, 24 Juli 2015
Ketua KPU Kab. Tasikmalaya
H. Deden Nurul Hidayat, M.M
ii
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR --- ii
DAFTAR ISI --- iii
DAFAR TABEL --- v
DAFTAR GRAFIK --- vi
EKSEKUTIF SUMMARY --- vii
BAB I. PENDAHULUAN --- 1
A. Latar Belakang --- 1
B. Masalah --- 3
C. Tujuan --- 3
BAB II. KERANGKA KONSEP --- 4
A. Partisipasi Pemilih (Voter Turnout) --- 4
B. Golput (Tidak Memilih) --- 4
BAB III. METODE PENELITIAN --- 6
A. Metode Penelitian --- 6
B. Populasi dan Sample --- 6
C. Teknik Penarikan Sample --- 6
D. Target Responden --- 7
E. Teknik Pengambilan Data --- 7
F. Tahapan Survey --- 8
G. Waktu Pengambilan Data --- 8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN --- 9
A. PROFIL RESPONDEN --- 9
B. PEMAHAMAN DAN PERSEPSI PEMILIH TERHADAP PEMILU/
PEMILUKADA --- 12
1. Persepsi pemilih terhadap istilah demokrasi dengan Pemilihan Umum
(Pemilu) --- 12
2. Persepsi pemilih terhadap pentingnya diadakan pemilu/pemilukada --- 14
3. Persepsi pemilih terhadap keikutsertaannya pada pemilihan (sebagai hak
atau kewajiban) --- 15
4. Informasi tentang pemilu yang paling dibutuhkan ---16
5. Preferensi Pemilih Terhadap Sumber Informasi Untuk Pemilu --17
6. Preferensi terhadap pemimpin --- 19
7. Persepsi Pemilih Terhadap Kejujuran Pemilu/Pemilukada Yang Pernah
Dilakukan --- 20
8. Preferensi Tingkat Kepercayaan Masyarakat terhadap Pemilu --- 21
9. Persepsi Pemilih Terhadap Ketentuan Hukum Dari Praktik Politik Uang --22
iii
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
C. PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) KABUPATEN
TASIKMALAYA --- 23
1. Kehadiran dan Ketidakhadiran Pemilih di TPS --- 23
2. Alasan Kehadiran Pemilih --- 25
3. Alasan Ketidakhadiran Pemilih 28
4. Kegiatan Responden (pemilih) yang lakukan di Bilik Suara --- 32
5. Golput (Golongan Putih), Prosentasi Memilih Dan Tidak Memilih --- 32
D. FAKTOR – FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA NON
VOTING (TIDAK MEMILIH) --34
BAB V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI --- 37
A. Simpulan --- 37
B. Rekomendasi --- 38
REFERENSI --- 39
iv
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Sebaran Sample Survey --- 7
Tabel 4.1. Pengelompokan alasan tidak ikut memilih --- 34
v
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1.
Grafik 4.2.
Grafik 4.3.
Grafik 4.4.
Grafik 4.5.
Grafik 4.6.
Grafik4.7.
Jenis Kelamin Responden --- 9
Usia Responden --- 10
Agama Responden --- 10
Tingkat Pendidikan responden --- 11
Pekerjaan dari responden --- 12
Pemahaman Responden terhadap istilah Demokrasi --- 13
Persepsi pemilih Kabupten Tasikmalaya terhadap pentingnya
DIADAKAN Pemilu/Pemilukada. Base : Semua responden
(n : 400) --- 15
Grafik 4.8. Persepsi pemilih Kabupaten Tasikmalaya terhadap keikutsertaannya
pada pemilihan sebagai hak atau kewajiban Base : Semua responden
(n : 400) --- 16
Grafik 4.9 Informasi tentang Pemilu yang paling dibutuhkan pemilih Kabupaten
Tasikmalaya Base : Semua responden (n : 400) --- 17
Grafik 4.10. Sumber informasi paling disuka untuk Pemilu 2014 (top 8)
Base : Semua responden (n : 400) --- 18
Grafik 4.11 – Grafik 4.14 Kriteria yang menjadi pertimba ngan pemilih Kabupaten
Tasikmalaya dalam memilih Presiden, DPR/DPRD, Gubernur dan
Bupati/Walikota Base : Semua responden (n : 400) --- 19 -20
Grafik 4.15. Persepsi pemilih Kabupaten Tasikmalaya terhadap kejujuran proses
dan hasil Pemilu. Base : Semua responden (n : 400) --- 21
Grafik 4.16. Persepsi Kesesuaian Pemilu --- 21
Grafik. 4.17. Persepsi pemilih Kabupaten Tasikmalaya terhadap Pencegahan
Money Politik --- 22
Grafik 4.18 Prosentase Kehadiran dan Ketidakhadiran Pemilih dalam Pemilu --23
Grafik 4.19 Perbandingan Partisipasi Pemilih (Voter turnout) Pileg 2009, Pilpres
2009 , Pileg 2014 dan Pilpres 2014 --- 24
Grafik 4.20 Perbandingan Non -Partisipasi Pemilih (Non- Voter) Pileg 2009,
Pilpres 2009 , Pileg 2014 dan Pilpres 2014 --- 25
Grafik 4.21 Alasan Kehadiran Pemilih pada Pileg 2009 dan Pileg 2014. --- 26
Grafik 4.22 Alasan Kehadiran Pemilih pada Pilpres 2009 dan Pilpres 2014 --27
Grafik. 4.23. Alasan Tidak hadir di TPS Pileg 2009 --- 28
Grafik. 4.24. Alasan Tidak hadir di TPS Pilpres 2009 --- 29
Grafik. 4.25. Alasan Tidak hadir di TPS Pileg 2014 --- 30
Grafik. 4.26. Alasan Tidak hadir di TPS Pilpres 2014 --- 31
Grafik. 4.27. Apa yang dilakukan di dalam Bilik Suara --- 32
Grafik. 4.28.Jumlah Golput Pileg 2009- Pilpres 2014 Kab. Tasikmalaya --- 33
Grafik. 4.28. Alasan Golput Pileg --- 34
Grafik. 4.29. Alasan Golput Pilpres --- 36
vi
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
EXECUTIVE SUMMARY
SURVEY PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT)
KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015
Oleh Tim Peneliti KPU Kab.Tasikmalaya dan Prodi Ilmu Politik Univ. Siliwangi :
Prof. Dr. H. Dedi Heryadi, M.Pd (Pengarah), Edi Kusmayadi, M.Si
(Penanggungjawab), Akhmad Satori, S.IP., M.Si (Ketua tim), Moh. Ali Andrias,
S.IP., M.Si, Taufik Nurohman, S.IP (Anggota) Mahasiswa FISIP (Enumerator)
Studi ini bermaksud melihat tingkat partisipasi politik masyarakat dalam
pemilihan umum khususnya turn of voter dalam pemilu di Kabupaten
Tasikmalaya. Pertanyaan penelitian ini meliputi yaitu (1) Kenapa
angka
Partisipasi pemilu legislatif turun dibanding pemilu sebelumnya ?, (2) kenapa
angka partisipasi Pilpres menympang dari pola Pemilu sebelumnya? Penelitian
menggunakan metoda kuantitatif Survey, Ciri khas penelitian ini adalah data
dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan
kuesioner. Salah satu keuntungan utama dari penelitian ini adalah mungkinnya
pembuatan generalisasi untuk populasi yang besar. populasi penelitian ini
sebesar 1.343.188 orang, dengan ditetapkan tingkat kepercayaan 95 % atau
margin of error 0,5 %, sehingga dengan menggunakan rumus Slovin didapat
ukuran sampel sebesar 399,88 dengan pembulatan menjadi 400 orang.
Penelitian ini menghasilkan temuan: (1) Tingkat partisipasi pemilih dilihat
dari kehadiran dan ketidakhadiran pada pemilu legislatif di Kabupaten
Tasikmalaya tidak banyak mengalami perubahan.
Tetapi pada pemilihan
presiden. apa yang terjadi di tingkat Kabupaten Tasikmalaya memiliki pola yang
sama dengan apa yang terjadi di tingkat nasional terjadi peningkatan partisipasi
pemilih sebanyak 5 %. (2) Terjadi pola yang berbeda dalam hal tingkat
partisipasi pemilih dalam pemilu legislatif dengan pemilihan presiden/wakil
presiden, hal ini disebabkan oleh pemahaman masyarakat yang melihat
pemilihan presiden jauh lebih sederhana daripada pemilu legislatif. (3) Perilaku
tidak memilih atau yang lebih dikenal dengan istilah golput selalu ada dalam
setiap pemilihan. Hal ini karena golput ketika ditelusuri tidak hanya muncul
karena faktor internal pemilih saja seperti faktor-faktor yang berkaitan dengan
ideologis dan rasionalitas tetapi juga golput dapat muncul karena faktor-faktor
dari luar pemilih seperti faktor teknis atau administratif yang memaksa seorang
yang memiliki hak pilih namun tidak dapat menggunakan hak pilihnya. (4)
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya golput yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Temuan penelitian menjelaskan bahwa faktor ekternal disebabkan
karena faktor teknis dan administratif, sedangkan faktor internal meliputi
berbagai pertimbangan dari diri pemilih baik itu pertimbangan ideologis,
sosiologis maupun rasionalitas (ekonomi politik).
Kata Kunci : voter turnout, golput, ideologis, rasionalitas, sosiologis
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Studi ini bermaksud melihat tingkat partisipasi politik masyarakat dalam
pemilihan umum khususnya turn of voter dalam pemilu di Kabupaten
Tasikmalaya. Partisipasi politik penting untuk diteliti mengingat keberhasilan dari
sebuah pemilihan dapat dilihat dari tingkat pasrtisipasi masyarakat, hal ini
berangkat dari asumsi bahwa partisipasi politik merupakan aspek penting dalam
sebuah tatanan negara demokrasi, sekaligus merupakan ciri khas adanya
modernisasi politik.
Dalam sebuah negara modern, berkaitan dengan demokrasi partisipasi politik
berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat terhadap jalannya suatu
pemerintahan. Dalam suatu Pemilu, partisipasi politik berpengaruh terhadap
legitimasi masyarakat kepada pasangan calon yang terpilih. Setiap masyarakat
memiliki preferensi dan kepentingan masing-masing untuk menentukan pilihan
mereka dalam pemilu. Bisa dikatakan bahwa masa depan pejabat publik yang
terpilih dalam suatu Pemilu tergantung pada preferensi masyarakat sebagai
pemilih. Tidak hanya itu, partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu dapat
dipandang sebagai kontrol masyarakat terhadap suatu pemerintahan. Kontrol
yang diberikan beragam tergantung dengan tingkat partisipasi politik masingmasing.
Namun apa yang terjadi di lapangan khususnya pada pemilu yang dilaksanakan
di Indonesia, partisipasi pemilih mengalami pergerakan yang fluktuatif. Artinya,
partisipasi pemilih dari pemilu ke pemilu selanjutnya tidak dalam posisi yang
selalu bergerak naik namun sebaliknya tingkat partisipasi pemilih dari pemilu
1999 sampai 2009 mengalami penurunan. Secara nasional tingkat partisipasi
pemilih pada Pemilu legislatif 1999 adalah 93 %, sedangkan Pemilu 2004 tingkat
partisipasinya sebesar 84 %. Artinya dari pemilu 1999 ke pemilu 2004 mengalami
penurunan tingkat partisipasi sebesar 9 %. Sementara itu tingkat partisipasi pada
pemilu 2009 adalah 71 % yang artinya mengalami penurunan sebesar 13 %.
Namun, tingkat partisipasi pemilih mengalami kenaikan pada pemilu 2014
sebesar 4% karena tingkat partisipasi pemilih pada pemilu 2014 tercatat sebesar
75 %.
Secara teoritis, banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam
berpartisipasi dalam politik khususnya dalam pemilihan umum. Dalam teori
pilihan rasional misalnya, yang memandang bahwa individu pemilih bukan
merupakan pribadi yang terdeterminasi dalam menentukan pilihannya
menjelaskan bahwa arah pilihan dari individu pemilih dalam menentukan
pilihannya lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar dirinya. Teori ini
memandang individu pemilih sebagai seseorang yang secara sukarela atau bebas
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan yang menguntungkan dirinya.
Dari berbagai pilihan baik partai politik maupun calon kandidat pemimpim dalam
sebuah pemilihan, seseorang menentukan pilihan berdasarkan pertimbangan
rasional tersebut. Point utama dalam teori pilihan rasional adalah bahwa faktor
utama yang mendorong seseorang berpartisipasi dalam kehidupan politik adalah
kepuasan finansial. Dengan demikian, partisipasi politik lebih berdasarkan pada
perhitungan untung-rugi yang kemungkinan akan diperoleh pemilih.
Berbeda dengan penjelasan yang dijelaskan oleh teori pilihan rasional, teori
struktur sosial memandang bahwa motivasi yang mendorong seseorang
menentukan berpartisipasi dikarenakan faktor-faktor yang berada di luar individu.
Artinya individu pemilih terdeterminasi oleh faktor sosial terkonstruksi yang
mendorong pemilih untuk menentukan pilihannya dalam pemilu. Faktor-faktor
tersebut diantaranya adalah kepercayaan, afiliasi kelompok sosial, dan identitas
sosial.
Studi yang pernah dilakukan oleh Tia Subekti (2014) yang mengkaji partisipasi
politik dalam Pemilukada di Kabupaten Magetan pada tahun 2013 menjelaskan
bahwa secara garis besar ada dua hal yang dapat mempengaruhi tingkat
partisipasi politik masyarakat yaitu pengaruh lembaga sosial dan rasionalitas
masyarakat. Adapun lembaga sosial lembaga sosial yang turut berperan dalam
meningkatkan partisipasi politik masyarakat tersebut antara lain adalah KPUD,
Partai Politik, Media Massa, dan Ormas. Adapun rasionalitas masyarakat terkait
dengan sifat dasar manusia sebagai makhluk individu memiliki tingkat
rasionalitas yang sangat tinggi. Sifat dasar dari makhluk rasional adalah kalkulasi
untung rugi yang menjadi dasar setiap tindakannya.
Hubungannya dengan Pemilu, rasionalitas masyarakat muncul ketika mereka
berpikir keuntungan apa yang akan mereka dapatkan ketika mereka
menggunakan hak pilihnya. Padahal disisi lain mereka sudah jelas mengeluarkan
ongkos dalam Pemilu. Ongkos dalam hal ini sudah pasti tenaga dan waktu,
bahkan bisa jadi uang. Misalnya untuk transportasi menuju TPS. Masyarakat
mulai berfikir apakah barang yang mereka dapatkan nantinya sebanding dengan
ongkos yang mereka keluarkan. Hasil Pemilu merupakan sebuah barang ketika
hasil tersebut telah berubah menjadi sebuah keputusan yang telah ditetapkan
oleh KPU. Namun dalam hal ini apakah barang hasil Pemilu tersebut telah
memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat. Bagi masyarakat keuntungan
hanya didapat oleh calon yang terpilih, sedangkan dampak langsung bagi mereka
tidak mereka dapatkan.
Kajian teoritik diatas secara garis besar menjelaskan faktor-faktor yang
melatarbelakangi seseorang pemilih memutuskan untuk mendatangi tempat
pemungutan suara dan kemudian menentukan pilihan terhadap pilihan-pilihan
kandidat dan partai politik yang ditawarkan. Dengan demikian, studi ini kemudian
akan menggunakan teori-teori tersebut sebagai framework untuk mengetahui
alasan-alasan dibalik keputusan yang diambil oleh masyarakat Kabupaten
Tasikmalaya untuk berpartisipasi dalam setiap pemilu.
2
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
B. MASALAH
Masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu (1)
Kenapa angka Partisipasi pemilu legislatif turun dibanding pemilu sebelumnya ?,
(2) kenapa angka partisipasi Pilpres menympang dari pola Pemilu sebelumnya?,
(3) kenapa golput tetap hadir?, (4) apa saja faktor-faktor penyebab Golput?
C. TUJUAN
1.
Secara umum tujuan dari kegiatan ini adalah membantu memetakan tingkat
partisipasi pemilih di Kabupaten Tasikmalaya.
2.
Tujuan Khusus:
a. Mengetahui seberapa besar kehadiran dan ketidakhadiran di TPS pada
pemilu di Kabupaten Tasikmalaya
b. Mengetahui seberapa besar pengaruh rasionalitas masyarakat terhadap
tingkat partisipasi politik masyarakat dalam pemilu di kabupaten
Tasikmalaya
c. Mengetahui faktor faktor dan alasan tidak memilih/ Golput
3
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
A. PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT)
Partisipasi pemilih (voter turnout) yang dimaksud adalah prosentase pemilih
terdaftar yang menggunakan hak pilihnya. Suara tidak sah tetap dihitung sebagai
partisipasi pemilih—pemilih menggunakan hak suaranya meski suaranya tidak
sah. Perhitungan diperoleh dari jumlah pemilih yang menggunakan haknya dibagi
dengan jumlah pemilih terdaftar.
Bentuk partisipasi politik yang paling mudah diukur intensitasnya adalah
persentase orang yang menggunakan hak pilih pada saat pemilu (voter turnout)
dibanding dengan jumlah seluruh warga negara yang berhak memilih. Persoalan
yang ada saat ini adalah jika dihitung secara rata-rata partisipasi pemilih di
Indonesia terus mengalami penurunan konsisten sebesar sepuluh persen dari
tiga periode pemilu sejak pemilihan umum demokratis pertama kali
diselenggarakan di Indonesia pascaruntuhnya rezim Orde Baru.
B. GOLPUT DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Golput dalam terminologi ilmu politik seringkali disebut dengan non-voter.
Terminologi ini menunjukkan besaran angka yang dihasilkan dari event pemilu di
luar voter turnout.
Louis Desipio, Natalie Masuoka dan Christopher Stout (2007) mengkategorikan
Non–Voter tersebut menjadi tiga ketegori yakni ; (a) Registered Not Voted ;
yaitu kalangan warga negara yang memiliki hak pilih dan telah terdaftar namun
tidak menggunakan hak pilih, (b) Citizen not Registered ; yaitu kalangan
warga negara yang memiliki hak pilih namun tidak terdaftar sehingga tidak
memiliki hak pilih dan (c) Non Citizen ; mereka yang dianggap bukan warga
negara (penduduk suatu daerah) sehingga tidak memiliki hak pilih.
Arbi Sanit (1992) mengidentifikasi bahwa golput adalah mereka secara sadar
yang tidak puas dengan keadaan sekarang, karena aturan main demokrasi
diinjak-injak parpol dan juga tidak berfungsinya lembaga demokrasi (parpol)
sebagaimana kehendak rakyat dalam sistem demokrasi. (Kusmayadi, 2015)
Secara teoritis, ada dua penjelasan teori mengapa seseorang tidak ikut memilih
dalam pemilihan. Penjelasan pertama bersumber dari teori-teori mengenai
perilaku pemilih (voter behavior). Penjelasan ini memusatkan perhatian pada
individu. Besar kecilnya partisipasi pemilih (voting turnout) dilacak pada sebabsebab dari individu pemilih. (Kusmayadi, 2015)
4
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Ada tiga teori besar yang menjelaskan mengapa seseorang tidak memilih ditinjau
dari sudut pemilih ini.
Pertama, teori sosiologis. Seseorang tidak ikut dalam pemilihan dijelaskan
sebagai akibat dari latar belakang sosiologis tertentu, seperti agama, pendidikan,
pekerjaan, ras dan sebagainya. Faktor jenis pekerjaan juga dinilai bisa
mempengaruhi keputusan orang ikut pemilihan atau tidak
Kedua, teori psikologis. Keputusan seseorang untuk ikut memilih atau tidak
ditentukan oleh kedekatan dengan partai atau kandidat yang maju dalam
pemilihan. Makin dekat seseorang dengan partai atau kandidat tertentu makin
besar kemungkinan seseorang terlibat dalam pemilihan.
Ketiga, teori ekonomi politik. Teori ini menyatakan keputusan untuk memilih
atau tidak dilandasi oleh pertimbangan rasional, seperti ketidakpercayaan dengan
pemilihan yang bisa membawa perubahan lebih baik. Atau ketidakpercayaan
masalah akan bisa diselesaikan jika pemimpin baru terpilih, dan sebagainya.
Pemilih yang tidak percaya dengan pemilihan akan menciptakan keadaan lebih
baik, cenderung untuk tidak ikut memilih.
Selain teori yang memusatkan perhatian pada individu pemilih, fenomena voting
turnout juga bisa dijelaskan dengan teori dari sisi struktur. Di sini besar kecilnya
partisipasi pemilih tidak diterangkan dari sudut pemilih, tetapi dari struktur atau
sistem suatu negara. Paling tidak ada tiga penjelas yang umum dipakai oleh
pengamat atau ahli. Pertama, sistem pendaftaran (registrasi) pemilih. Untuk bisa
memilih, umumnya calon pemilih harus terdaftar sebagai pemilih terlebih dahulu.
Kemudahan dalam pendaftaran pemilih bisa mempengaruhi minat seseorang
untuk terlibat dalam pemilihan. Sebaliknya, sistem pendaftaran yang rumit dan
tidak
teratur
bisa
mengurangi
minat
orang
dalam
pemilihan.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Voter_turnout.)
5
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
BAB III
METODE PENELITIAN DAN ANALISIS
A. METODE PENELITIAN
Metode merupakan cara atau alat untuk mencapai suatu tujuan. Pada penelitian
ini akan digunakan metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survai
untuk maksud penjelasan (explanatory atau confirmatory). Ciri khas penelitian ini
adalah data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan
menggunakan kuesioner. Salah satu keuntungan utama dari penelitian ini adalah
mungkinnya pembuatan generalisasi untuk populasi yang besar.
B. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dalam riset ini adalah masyarakat Kabupaten Tasikmalaya yang telah
memiliki hak pilih pada pemilu legislatif 2014. Berdasarkan data dari KPUD
Kabupaten Taikmalaya, jumlah pemilih pada pemilu legislatif tahun 2014 adalah
1.343.188 orang yang tersebar di 39 kecamatan se-Kabupaten Tasikmalaya.
Untuk menentukan ukuran sampel penelitian ini akan menggunakan
rumus slovin :
Dimana:
n = ukuran sampel
N = populasi
e = margin of error (tingkat kesalahan)
Jika populasi penelitian ini sebesar 1.343.188 orang, dengan ditetapkan tingkat
kepercayaan 95 % atau margin of error 0,5 %, sehingga dengan menggunakan
rumus Slovin didapat ukuran sampel sebesar 399,88 dengan pembulatan
menjadi 400 orang.
Begitu pula dengan penentuan kecamatan di gunakan rumus slovin, dengan
jumlah kecamatan 39 kecamatan, maka di hasilkan sample sebanyak, 7,89
kecamatan dengan pembulatan menjadi 8 kecamatan
6
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
C. TEKNIK PENARIKAN SAMPEL
Penarikan sampel dilakukan dengan prinsip probabilitas yaitu Multistage Random
Sampling (MRS) atau disebut cluster sampling. Teknik ini memungkinkan setiap
anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih atau tidak dipilih
menjadi responden, sehingga pengukuran pendapat dapat dilakukan dengan
hanya melibatkan sedikit responden.
Fase pertama yang akan dilakukan adalah populasi Kabupaten distratifikasi atas
perwakilan cluster wilayah Kabupaten Tasikmalaya wilayah barat, timur, utara,
selatan dan tengah. Sehingga akan didapat lima cluster wilayah sampling.
Fase kedua adalah menetapkan desa/kelurahan sebagai Primary Sampling Unit
(PSU), dan karena itu random sistematik dilakukan terhadap desa/kelurahan di
masing-masing kecamatan sesuai dengan proporsi populasi.
Daerah Kabupaten Tasikmalaya yang dilibatkan dalam survei ini meliputi 8
Kacamatan, dengan mempertimbangkan adanya keterwakilan Kecamatan,
tingkat tidak memilih pada Pemilu 2014 dan ketersebaran daerah.
Total sample 400 responden didistribusikan secara proporsional terhadap 8
kecamatan terpilih.
Secara khusus, cakupan area dan distribusi
Kabupaten/Kotamadya adalah sebagai berikut :
sampel
pada
setiap
Tabel. 3.1. Sebaran Sample Survey
NO
KECAMATAN
1
2
3
4
5
6
7
8
Singaparna
Cigalontang
Rajapolah
Jamanis
Ciawi
Manonjaya
Karang Nunggal
Sukaraja
WILAYAH
PRESENTASE
TIDAK
MEMILIH
TAHUN 2014
Tengah
31,1 %
Tengah
29,7 %
Barat
29,5 %
Barat
35,1%
Barat Laut
30,2 %
Timur
29,6 %
Selatan
32,4 %
Selatan
25,2 %
TOTAL
DESA
RESPONDEN
3
4
3
3
3
4
3
3
29
50
50
50
50
50
50
50
50
400
7
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
D. TARGET RESPONDEN
Adalah mereka yang memiliki hak pilih pada Pemilu 2014 mendatang, yaitu :
1. Warga negara Indonesia;
2. Berusia 17 tahun pada April 2014 yang lalu atau yang sudah menikah;
3. Bukan Polisi atau TNI
E. TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Data akan diperoleh dengan mendatangi langsung responden kemudian
menyebarkan kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner utama
untuk mengetahui tingkat, dan alasan pemilih atas kehadiran dan
ketidakhadiran para responden di TPS. Kuesioner bersifat tertutup.
F. TAHAPAN SURVEI
1. Pre-survei. Aktivitas yang dilakukan adalah mengetahui berbagai informasi
dasar seperti konstelasi politik, pembagian wilayah, dan distribusi proporsi
penduduk dan pemilih. Berguna untuk menentukan sampel.
2. Merancang Instrumen Survei. instrumen survei adalah berupa pertanyaanpertanyaan yang bersifat tertutup. Data yang terkumpul kemudian
diklasifikasi sedemikian rupa untuk dijadikan indikator dalam survei ini.
3. Survei Lapangan. Merupakan aktivitas turun ke lapangan. Aktivitas ini
merupakan kegiatan turun lapangan untuk mendapatkan data utama melalui
instrumen survei.
4. Setelah data terkumpul akan dilakukan reduksi data, klasifikasi data dan
pengorganisasian data. Data diolah dengan analisis deskriptif. Hasil dari
analisis berupa laporan penelitian.
G. WAKTU PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal Mei – Juli 2015.
8
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PROFIL LATAR BELAKANG RESPONDEN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey, dengan
menggunakan teknik cluster random sampling untuk penentuan wilayah dan
tekhnik random sampling untuk menentukan sampkle atau respondennya.
Total 400 responden yang didapatkan dengan metode random sampling
menghasilkan responden pemilih yang beragam, dengan profil latar belakang
yang berbeda – beda. Grafik 4.1 – Grafik 4.5 menunjukkan komposisi total 400
responden berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, Agama, pendidikan
tertinggi, mata pencaharian responden.
Secara khusus, Grafik 4.1 menunjukkan bahwa total 400 responden terdiri dari
(38.9%) responden laki-laki dan (61.1%) responden perempuan.
Grafik 4.1. Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Responden
39%
Laki-laki
61%
Perempuan
Grafik 4.2 menunjukkan bahwa komposisi terbesar responden terdiri dari pemilih
Pemula (usia < 17 tahun) sebanyak (1.8 %), dilanjutkan dengan pemilih muda
(usia 17 – 25 tahun) sebanyak (22.2%), Pemilih Dewasa (usia 26-35 tahun)
dan (usia 36-45 tahun) masing masing (24.1%) dan (33.3 %), selanjutnya
pemilih matang (usia 46-55 tahun) dan yang terakhir pemilih lanjut usia (usia 5665 tahun) dan (usia lebih dari 65 tahun) berturut turut sebanyak 5.5% dan 0
%.
9
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Grafik 4.2. Usia Responden
Usia Responden
> 65 tahun
56 - 65 tahun
0%
5,5 %
12,9 %
46 - 55 tahun
33,3 %
36 - 45 tahun
24,1 %
26 - 35 tahun
22,2 %
17 - 25 tahun
< 17 tahun
1,8 %
Grafik 4.3 menunjukkan bahwa Agama Islam merupakan Agama mayoritas di
Kabupaten Tasikmalaya dari temuan responden dalam survei ini, sebanyak 98,1
% responden mengaku beragama Islam, hanya 1,9 % yang beragama Kristen
Protestan, sedangkan agama lainya 0 %.
Grafik 4.3. Agama Responden
Agama Reponden
1%0
Islam
Kristen
Katholik
Budha
Hindu
99%
10
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Grafik 4.4 menunjukkan bahwa komposisi terbesar responden terdiri dari pemilih
dengan pendidikan tertinggi adalah SMA sebanyak (33.3%). Kemudian diikuti
oleh pemilih dengan pendidikan maksimal SMP dan SD, masing-masing sebanyak
(27,8%) dan (31.5%). tidak tamat SD (1,8 %), tidak sekolah (2,5 %)
Responden dengan tingkat pendidikan tertinggi Diploma atau Universitas adalah
sebanyak (3.1%) dan yang prosentase responden yang pendidikannya
mencapai pasca sarjana hanya (1.0 %).
Grafik 4.4. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan
1%
Pasca Sarjana
3%
Sarjana
0,10%
Diploma/Akademi
SLTA/sederajat
33,30%
SLTP/sederajat
27,80%
SD/sederajat
Tidak/belum tamat SD
Tidak sekolah/ Belum pernah…
31,50%
1,80%
2,50%
0,00% 10,00%
20,00% 30,00%
40,00%
Grafik 4.5 menunjukkan bahwa pekerjaan yang menempati komposisi terbesar
responden terdiri dari pemilih adalah Petani dan Buruh sebanyak (40.7 %) dan
(20.3 %). Kemudian diikuti oleh pemilih dengan pekerjaan Karyawan Swasta
dan Wiraswasta, sama sama sebesar (9,3 %) Ibu Rumah tangga sebesar (7,4
%), bisa dimaklumi karena rata rata survei dilakukan siang hari, yang menjadi
sample responden adalah seorang ibu rumah tangga. Pengangguran (3,7 %)
Selanjutnya berturut turut menempati urutan selanjutnya responden dengan
pekerjaan Supir, PNS dan Mahasiswa, masing masing sebanyak (1,8 %),
pekerjaan Supir 1% sedangkan pekerjaan yang lain 0%
11
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Grafik 4.5. Pekerjaan Responden
Pekerjaan Responden
Petani
Nelayan
40,70%
Karyawan swasta
Wiraswasta
PNS
Guru
Supir (angkot,ojek,dll)
20,30%
Pegawai BUMN
Ibu rumah tangga
Pensiunan
9,30%
9,30%
0
1,80% 0 1% 0
Buruh
7,40%
1,80% 3,70%
1,80% 0
0
Pengangguran
Pada bagian Profil Responden, data diatas diharapkan dapat di jadikan acuan
analisis mengenai pertanyaan pokok variabel penelitian survei ini, informasi
mengenai jenis kelamin (gender), usia, agama, tingkat pendidikan dan
pekerjaan responden sangat berpengaruh terhadap persepsi pemilih.
B. PEMAHAMAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU
1. Persepsi keterkaitan antara Istilah Demokrasi dengan Pemilihan
Umum (Pemilu)
Survei ini diawali dengan mencari pemahaman dan presepsi masyarakat
kabupaten tasikmalaya mengenai seberapa penting pemilihan umum diadakan.
Pertanyaan pertama yang disampaikan adalah keterkaita antara pemilu dengan
demokrasi, ketika di tanyakan apakah responden pernah mendengar istilah
demokrasi, sebanyak (73.3%) pemilih Kabupaten Tasikmalaya mengklaim
bahwa mereka pernah mendengar istilah demokrasi (Grafik .4.6).
12
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Grafik. 4.6. Pemahaman Responden terhadap istilah Demokrasi
Pemahaman Istilah
Demokrasi
Hanya pernah mendengar, tidak
paham dengan definisinya (30.15%)
Belum
Pernah
32%
Pemahaman terhadap Demokrasi (56,25%)
Pernah
Menden
gar
68%










Bebas memilih
Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat
Salah satu perwujudan Pancasila
Kejujuran
Bebas mengeluarkan pendapat
Keadilan
Bebas melakukan apa saja yang
diinginkan
Berhubungan dengan Pemilu,
pemilihan pemimpin/wakil rakyat
secara langsung
Segala keputusan dilakukan
berdasarkan musyawarah mufakat
dan suara terbanyak
Melakukan demonstrasi dimanamana
Dengan melakukan analisa lebih jauh terhadap tingkat pemahaman pemilih
Kabupaten Tasikmalaya terhadap konsep demokrasi, diketahui bahwa dengan
mengklaim ―pernah mendengar istilah demokrasi‖, tidak mengindikasikan bahwa
semua pemilih Kabupaten Tasikmalaya tersebut memiliki pemahaman yang baik
mengenai konsep demokrasi itu sendiri. Dari (68,4 %) pemilih Kabupaten
Tasikmalaya yang mengklaim pernah mendengar istilah demokrasi, sebagian
besar pemilih Kabupaten Tasikmalaya dapat menjelaskan konsep demokrasi
(dengan berbagai opini menurut cara pandang masing-masing terhadap
demokrasi itu sendiri) seperti misalnya: demokrasi sebagai kebebasan dari rakyat
(bebas
memilih,
bebas
mengeluarkan
pendapat),
segala
peraturan/kebijakan/program pemerintah harus berasaskan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat.
Namun ada juga pemilih Kabupaten Tasikmalaya yang hanya sebatas pernah
mendengar istilah demokrasi tanpa dapat menjelaskan kembali apa konsep
demokrasi itu sendiri, yaitu sebesar (31.6%).
13
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
2. Persepsi Seberapa Penting Pemilihan Umum Diadakan
Grafik 4.7 menunjukkan bahwa secara umum, lebih dari 80% pemilih Kabupaten
Tasikmalaya memiliki persepsi positif terhadap setiap jenis pemilihan yang
dilakukan di Indonesia, baik pemilihan Presiden, pemilihan DPR/DPRD, pemilihan
DPD, pemiihan Gubernur ataupun pemilihan Bupati/Walikota. Mereka
menganggap bahwa pemilihan – pemilihan diatas sangat penting untuk
diadakan.
Uniknya dari responden hanya maksimal (0,2 %) pemilih yang menganggap
bahwa pemilihan DPR/DPRD dan DPD tidak penting untuk diadakan.
Secara khusus, dua jenis pemilihan yang dianggap sangat penting oleh minimal
85% pemilih adalah pemilihan Bupati/Walikota (88,86%) dan Gubernur
(87.04%).
Sedangkan pada pemilihan Presiden, DPR/DPRD dan DPD, hanya terdapat
masing-masing (84,91%), (83,33%), dan (79.63%) pemilih yang
menganggap bahwa pemilihan tersebut sangat penting untuk diadakan.
Namun jika analisa lebih jauh, lebih rendahnya persentase pemilih yang
menganggap pemilihan DPR/DPRD dan DPD sangat penting disebabkan karena
masih adanya pemilih yang tidak merasakan manfaat dari lembaga DPR/DPR dan
DPD.
Jika kita lihat lebih jauh terhadap tingkat skala kepentingan yang diberikan oleh
pemilih, dapat diketahui bahwa pemilih memberikan tingkat kepentingan yang
paling kuat terhadap pemilihan Gubernur dan Bupati. Dari total pemilih yang
punya persepsi positif terhadap pentingnya diadakan pemilihan Gubernur dan
Bupati, lebih dari 85 % pemilih diantaranya menganggap bahwa pemilihan
Gubernur dan Bupati sangat penting untuk diadakan.
Analisis yang diperoleh dari data diatas skala kepentingan pemilihan
kepemimpinan lokal lebih kuat di bandingkan dengan pemilihan Legislatif
maupun pilpres sekalipun, pemilih memberikan perhatian lebih pada suksesi
kepemimpinan di daerah, di anggap wajar karena kemungkinan terbesara
alasanya ialah pemilihan Gubernur dan Bupati bisa secara langsung
mempengaruhi kehidupan mereka.
14
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Grafik 4.7. Persepsi pemilih Kabupten Tasikmalaya terhadap
pentingnya DIADAKAN Pemilu/Pemilukada. Base : Semua responden
(n : 400)
15,09%
14,81%
18,52%
84,91%
83,33%
79,63%
Presiden
DPR/DPRD
Sangat Penting
Penting
DPD
12,96%
11,32%
87,04%
88,68%
Gubernur
Tidak Penting
Bupati
Sangat Tidak Penting
3.
Persepsi Pemilih Terhadap Keikutsertaannya Pada Pemilihan
(Sebagai Hak Atau Kewajiban)
Salah satu perwujudan dari pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan yaitu diberikan pengakuan kepada rakyat untuk
berperan serta secara aktif dalam menentukan wujud penyelenggaraan
pemerintahan tersebut. Sarana yang diberikan untuk mewujudkan kedaulatan
rakyat tersebut yaitu diantaranya dilakukan melalui kegiatan pemilihan umum.
Kegiatan pemilihan umum (general election) juga merupakan salah satu sarana
penyaluran hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Oleh karena itu, dalam
rangka pelaksanaan hak-hak asasi warga negara adalah keharusan bagi
pemerintah untuk menjamin terlaksananya penyelenggaraan pemilihan umum
sesuai dengan jadwal ketatanegaraan yang telah ditentukan. Sesuai dengan
prinsip kedaulatan rakyat di mana rakyatlah yang berdaulat, maka semua aspek
penyelenggaraan pemilihan umum itu sendiri pun harus juga dikembalikan
kepada rakyat untuk menentukannya. Adalah pelanggaran terhadap hak-hak
asasi apabila pemerintah tidak menjamin terselenggaranya pemilihan umum,
mem perlambat penyelenggaraan pemilihan umum tanpa per setujuan para wakil
rakyat, ataupun tidak melakukan apa-apa sehingga pemilihan umum tidak
terselenggara sebagaimana mestinya.
15
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Pada hasil penelitian di Kabupaten Tasikmalaya, beberapa pemilih
keikutsertaannya pada Pemilu/Pemilukada didorong oleh adanya persepsi bahwa
mengikuti Pemilu/Pemilukada adalah suatu hak atau kewajiban dari warga
negara. Pada sub bab berikutnya mengenai tingkat keinginan pemilih untuk
mengikuti Pemilihan Umum, kita akan melihat bahwa terdapat dua alasan
terbesar yang mendorong pemilih untuk mengikuti Pemilu, salah satunya adalah
alasan yang terkait dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia
(Grafik 4.8).
Secara khusus kepada responden pemilih juga ditanyakan mengenai persepsi
mereka mengenai keikutsertaannya pada pemilihan dikaitkan dengan hak dan
kewajiban. Grafik 4.8. menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih punya
persepsi bahwa mengikuti pemilihan adalah hak dan kewajiban (yaitu sebanyak
50.00%). Sedangkan pemilih yang lain berpendapat bahwa mengikuti pemilihan
adalah hak, bukan kewajiban (27.78%) dan kewajiban, bukan hak (22,22 %).
Grafik 4.8. Persepsi pemilih Kabupaten Tasikmalaya terhadap
keikutsertaannya pada pemilihan sebagai hak atau kewajiban Base :
Semua responden (n : 400)
Persepsi Hak dan Kewajiban Pemilu
0
Hak
50%
27,78%
Kewajiban
Hak dan Kewajiban
Tidak Tahu
22,22%
4. Informasi Tentang Pemilu Yang Paling Dibutuhkan
Menurut Lembaga Kajian Demokrasi dan Hak Asasi (Demos), dalam konteks
pelaksanaan tahapan pemilu, keterbukaan informasi menjadi sebuah hal penting
diperhatikan oleh seluruh lembaga yang berkaitan dengan pemilihan umum, baik
penyelenggara, parpol hingga masyarakat sebagai elemen utama keberhasilan
pemilihan umum tersebut berlangsung. Keterbukaan Informasi di dalam pemilu
16
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
menjadi salah satu dari sekian banyak indikator penyelenggaraan pemilu yang
jujur dan demokratis, serta merupakan hak asasi manusia, yaitu hak untuk tahu
(right to know).
Hasil Survey menunjukan paling tidak ada tiga jenis informasi utama tentang
Pemilu yang paling banyak dibutuhkan oleh pemilih Kabupaten Tasikmalaya
adalah informasi mengenai (i) visi misinya Partai atau calon anggota DPR/DPRD
dan, (ii) nama-nama calon legislatif, dan (iii) Jumlah dan nama Parpol.
Tanggal Pelaksanaan pemilu hanya (1,85 %) yang menganggap penting,
dikaitkan dengan pentingnya pemilu hal ini menunjukan bahwa pemilih sudah
mempunyai pengetahuan tentang tekhnis pemilu, selain sosialisasi yang
disampaikanKPU/KPUD dianggap berhasil. Namun ada pula pemilih yang tidak
membutuhkan informasi apapun tentang Pemilu yaitu sebanyak (1.85%).
Kelompok pemilih yang menyatakan bahwa mereka tidak membutuhkan
informasi apapun tentang Pemilu bisa berkemungkinan dua hal, yaitu pemilih
tersebut sudah cukup memiliki banyak informasi tentang Pemilu atau mereka
memang tidak berkeinginan untuk mendapatkan informasi apapun mengenai
Pemilu (walaupun pada kenyataannya mereka tidak memiliki cukup informasi).
Grafik 4.9 Informasi tentang Pemilu yang paling dibutuhkan pemilih
Kabupaten Tasikmalaya Base : Semua responden (n : 400)
Tidak Tahu
Tidak ada
Cara menandai Surat Suara
Tanggal Pelaksanaan Pemilu
0
1,85%
0
1,85%
44,44%
Visi-Misi/Program Partai atau Caleg
37,04%
Nam-nama Caleg
Jumlah dan Nama Parpol
14,81%
17
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
5. Preferensi Pemilih Terhadap Sumber Informasi Untuk Pemilu
Selain ditanyakan mengenai jenis informasi mengenai Pemilu yang dibutuhkan
oleh pemilih, kepada responden juga ditanyakan mengenai sumber informasi
yang lebih pemilih sukai untuk mendapatkan sumber informasi mengenai Pemilu.
Grafik 4.10 menunjukkan bahwa kampanye dan sosialisasi masih menjadi sumber
informasi paling disuka oleh pemilih sebanyak (46,30%). Sebagai alternatif
kampanye atau sosialisasi, terdapat beberapa sumber informasi lain yang
disebutkan, seperti surat kabar (12, 96 %), televisi (9,26%),
poster/baliho/brosur/stiker (11,11%), teman/tetangga (7,41 %) serta peran
lembaga KPU/KPUD masih dibutuhkan pemilih sebanyak (12,96 %).
Tingginya minat pemilih terhadap kampenye dan sosialisasi, bila dilihat dari data
tentang tinggi penerimaan uang kampanye, dapat diprediksi bahwa masyarakat
kabupeten Tasikmalaya masih menganggap kampanye dan sosialisasi
memberikan keuntungan secara material, selain masyarakat membutuhkan
informasi visi misi, dan nama calon yang disampaikan melalui kampanye dan
sosiaisasi.
Peribahasa lokal yang mengatakan ―karaos, Kahartos dan artos‖ (dapat kaos,
dapat pengertian dan dapat uang - red.) selalu jadi jargon yang ampuh dalam
setiap pelaksanaan kampanye baik Partai, Caleg maupun Caprs di Kabupaten
Tasikmalaya.
Grafik 4.10. Sumber informasi paling disuka untuk Pemilu 2014 (top 8)
Base : Semua responden (n : 400)
46,30%
9,26%
12,96%
7,41%
12,96%
11,11%
0
18
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
6. Preferensi Terhadap Pemimpin
Secara umum, pemilih di Kabupaten Tasikmalaya memiliki kriteria yang
cenderung sama dalam memilih pemimpin atau wakil rakyat, baik untuk level
Presiden, DPR/DPRD, Gubernur ataupun Bupati/Walikota. Empat kriteria utama
yang dianggap penting bagi pemilih di Kabupaten Tasikmalaya dalam memilih
pemimpin atau wakil rakyat adalah Visi misi dan program kerja, Pendidikan,
Agama, dan Pengalaman kerja. Kecuali agama, urutan 3 kriteria lainnya saja
yang berbeda pada masing-masing kategori pemimpin yang ditanyakan.
Visi misi dan program kerja menjadi urutan terpenting pertama dan Pendidikan
adalah urutan berikutnya sebagai kriteria calon Presiden dan pemimpin daerah
(Gubernur, Bupati/walikota) agar dipilih oleh pemilih di Kabupaten Tasikmalaya .
Sedangkan Pendidikan menjadi urutan penting pertama dan visi misi serta
program kerja menduduki urutan berikutnya untuk kriteria calon DPR/DPRD.
Pengalaman kerja dan agama menjadi kriteria urutan ketiga dan keempat untuk
semua kategori calon pemimpin (baik Presiden, DPR/DPRD maupun gubernur
serta Bupati/Walikota) agar dipilih oleh para pemilih di Kabupaten Tasikmalaya .
Untuk Partai Politik, rangking preferensi pemilih Parpol di urutkan kriteria
sebagai berikut, Visi Misi Parpol, Kualitas Caleg, ideologi dan hanya sedikit
memilih karena Elit Parpol.
Grafik 4.11 – Grafik 4.14 Kriteria yang menjadi pertimba ngan pemilih
Kabupaten Tasikmalaya
dalam memilih Presiden, DPR/DPRD,
Gubernur dan Bupati/Walikota Base : Semua responden (n : 400)
PARPOL
36,54%
Kualitas Caleg
Elit Parpol
Ideologi
DPR/DPRD
5,77%
Kekayaan Pribadi
1,85%
Suku
1,85%
Agama
Pengalaman kerja
15,38%
Pendidikan
Visi misi dan
Program Kerja
42,31%
Visi misi dan…
14,81%
7,41%
14,81%
59,36%
19
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
PRESIDEN
Jenis kelamin
GUBERNUR/
BUPATI
0
Suku
Agama
Agama
Pengalaman kerja
Visi misi dan
Program Kerja
11,11%
11,11%
Pengalaman kerja
Pendidikan
3,70%
5,56%
16,67%
Pendidikan
64,81%
Visi misi dan
Program Kerja
5,56%
14,81%
62,69%
7. Persepsi Pemilih Terhadap Kejujuran Pemilu/Pemilukada Yang
Pernah Dilakukan
Kejujuran seharusnya menjadi aspek yang dijunjung tinggi dalam pelaksanaan
Pemilu, dalam proses pelaksanaannya maupun hasilnya. Pada beberapa pemilih
di Kabupaten Tasikmalaya, aspek kejujuran bahkan mempengaruhi keputusan
mereka dalam mengikuti pemilihan.
Kita akan memberikan gambaran mengenai bagaimana persepsi pemilih di
Kabupaten Tasikmalaya terhadap kejujuran pemilihan (baik terhadap proses
pelaksanaannya maupun hasilnya), persepsi terhadap pihak pemantau
independen dan persepsi terhadap partisipasi pemilih dalam mewujudkan
kejujuran dalam pemilihan.
Grafik 4.15 menunjukkan bahwa terdapat 3 kelompok pemilih berdasarkan
persepsi mereka terhadap kemungkinan proses pelaksanaan Pemilu, yaitu
apakah Pemiluakan berlangsung jujur atau tidak:
- Kelompok pemilih yang memiliki persepsi positif bahwa Pemilu akan
berlangsung sangat bebas, jujur dan adil, yaitu sebanyak (72,22%).
- Kelompok pemilih yang belum dapat memastikan apakah Pemilu akan
berlangsung jujur dan adil, yaitu sebanyak (24,07%).
- Kelompok pemilih yang memiliki keyakinan kuat bahwa Pemilu
berlangsung Bebas, secara jujur, yaitu sejumlah (3,70 %).
tidak akan
20
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Grafik 4.15 Persepsi pemilih Kabupaten Tasikmalaya terhadap
kejujuran proses dan hasil Pemilu. Base : Semua responden (n : 400)
Persepsi Kejujuran Pemilu/Pemilukada
0%
Sangat bebas, jujur dan
adil
4%
Sudah bebas tetapi tidak
jujur dan adil
24%
Tidak Bebas, jujur dan
adil
Sangat tidak Bebas,
jujur dan adil
72%
Tidak Tahu
8. Preferensi Tingkat Kepercayaan Masyarakat terhadap Pemilu
Kepada responden pemilih diminta mengukur keberhasilan Pemilu dengan
kesesuaian pilihanya. Ketika ditanya apakah hasil pemilu/pemilukada selama ini
sudah menggambarkan pilihan masyarakat, bisa dilihat dalam grafik berikut ini :
Grafik. 4.16. Persepsi Kesesuaian Pemilu
Sangat tidak menggambarkan pilihan
masyarakat
Tidak menggambarkan pilihan masyarakat
Belum menggambarkan pilihan
masyarakat
Sudah menggambarkan pilihan
masyarakat
2%
0%
21%
24%
Sangat menggambarkan pilihan
masyarakat
54%
0,00% 10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%
Persepsi Kesesuaian Pemilu/Pemilukada
21
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
9. Persepsi Pemilih Terhadap Ketentuan Hukum Dari Praktik Politik
Uang
Mengaitkan praktik politik uang dengan peraturan atau hukum yang berlaku,
kepada responden ditanyakan pemahaman mereka mengenai ketentuan
hukumnya, baik bagi pihak calon/partai politik yang memberikan
uang/barang/jasa maupun bagi masyarakat yang menerima pemberian
uang/barang/jasa dari calon/partai politik tersebut.
Terhadap hal diatas, setiap pemilih memiliki pemahaman yang berbeda – beda.
Jika kita kombinasikan pemahaman pemilih mengenai ketentuan hukum bagi
pihak calon/partai politik yang memberikan dan ketentuan hukum bagi pihak
masyarakat yang menerima pemberian tersebut, kita akan mendapatkan 4
kelompok pemilih, yaitu :
1. Kelompok pemilih yang memahami bahwa pihak calon/partai politik pemberi
ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang, adalah sama – sama
melanggar hukum;
2. Kelompok pemilih yang memahami bahwa baik pihak calon/partai politik
pemberi ataupun pihak masyarakat penerima uang/barang adalah sama – sama
tidak melanggar hukum;
3. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak calon/partai politik
pemberi, yang melanggar hukum;
5. Kelompok pemilih yang memahami bahwa hanya pihak masyarakat penerima,
yang melanggar hukum.
Grafik. 4.17. Persepsi pemilih Kabupaten Tasikmalaya
Pencegahan Money Politik
terhadap
Mencegah Money Politik
Penting; 27,78%
Sangat Penting;
68,52%
Sangat Tidak
Penting; 2
Tidak Penting;
1,85%
22
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
C. PARTISIPASI PEMILIH (VOTER TURNOUT) PADA PEMILU
1. Kehadiran atau Ketidakhadiran Pemilih ke TPS
Partisipasi politik masyarakat merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari
proses demokratisasi. Keinginan ini menjadi sangat penting bagi masyarakat
dalam proses pembangunan politik bagi negara-negara berkembang seperti di
indonesia, karena di dalamnya ada hak dan kewajiban masyarakat yang dapat
dilakukan salah satunya adalah berlangsung dimana proses pemilihan kepala
negara sampai dengan pemilihan walikota dan bupati dilakukan secara langsung.
Partisipasi pemilih bisa dilukur dari tinggi rendahnya tingkat kehadir lian dan
ketidakhadiran pemilih ke TPS.
Survei ini, data yang digunakan untuk mengukur tingkat partisipasi pemilih (voter
turnout) kabupaten tasikmalaya tahun 2015, diambil dari pelaksanaan 4 pemilu
yang telah diadakan, yaitu pemilu legislatif 2009, pilpres 2009, pemilu legislatif
2014 dan terakhir pemilu presiden langsung tahun 2014.
Partisipasi pemilih (voter turnout) yang dimaksud adalah prosentase pemilih
terdaftar yang hadi dan datang menggunakan hak pilihnya. Suara tidak sah tetap
dihitung sebagai partisipasi pemilih—pemilih menggunakan hak suaranya meski
suaranya tidak sah. Perhitungan diperoleh dari jumlah pemilih yang
menggunakan haknya dibagi dengan jumlah pemilih terdaftar. Pemilu 20092014. Data diolah dari Sumber primer.
Grafik 4.18 Prosentase Kehadiran dan Ketidakhadiran Pemilih dalam
Pemilu
Kehadiran dan Ketidakhadiran Pemilih
Hadir
Pilpres Tahun 2014
Tidak
88,89%
11,11%
Pemilu Tahun 2014
81,48%
18,52%
Pilpres Tahun 2009
83,33%
16,67%
Pemilu Tahun 2009
81,48%
18,52%
23
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Grafik 4.18. menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih Kabupaten Tasikmalaya
yaitu (81.48%), pada pemilu legislatif 2009, datang ke TPS, dengan prosentase
ketidakhadiran sebanyak (18,52 %) . Berbeda sedikit seisihnya jumlah
partisipasi kehadiran pada pemilihan presiden tahun 2009, TPS-TPS di kabupaten
Tasikmalaya di hadiri oleh (83.33%) dari pemilih yang terdaftar sebagai
pemilih, dan kurang dari (17%) pemilih memilih tidak menyambangi tempat
pemungutan suara.
Tahun 2014, partisipasi pemilih kabupaten Tasikmalaya untuk pemilihan umum
legislatif, dari survey yang dilakukan, diperoleh angka yang sama dengan pada
pemilu legislatif tahun 2009, yaitu (81.48%), minus (18,52 %) pemilih absen
hadir. Prosentase kehadiran terbesar yaitu sebanyak (88.89%) pemilih
Kabupaten Tasikmalaya datang ke TPS pada Pemilu Presiden 2014, hanya
(11,11%) pemilih yang menyatakan mereka tidak datang/ tidak hadir pada
Pemilu 2014.
Jika di bandingkan antara jumlah kehadiran dan ketidakhadiran pemilih, dapat
dilihat bahwa selisih antara satu pemilu dan pemilu yang lain tidaklah jauh
berbeda, hanya selisih beberapa persen saja, angkanya tidak lebih dari 5 %
antara pileg dan pilpres, kecuali untuk pilpres tahun 2014, jumlah selisis angka
kehadiran maupun ketidak hadiran mencapai lebih dari 5 % atau sekitar 5,56
% lebih banyak dari pelaksanaan pilpres periode sebelumnya atau tahun 2009,
seperti yang tergambar dalam Grafik 4.19 - 4.20, di bawah ini.
Grafik 4.19 Perbandingan Partisipasi Pemilih (Voter turnout) Pileg
2009, Pilpres 2009 , Pileg 2014 dan Pilpres 2014
Perbandingan Partisipasi Pemilih 2009-2014
Pileg 2009
Pilpres 2009
Pileg 2014
Pilpres 2014
88,52%
83,33%
81,48%
81,48%
Partisipasi
24
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Grafik. 4.20. menunjukan perbandingan jumlah pemilih yang terdaftar di DPT
yang tidak hadir ke TPS. Angka ketidakhadiran pemilih di TPS tersebut, hanya
menunjukan pemilih non partisipan, tetapi bukan merupakan ukuran seseorang
untuk golput, ada banyak faktor pemilih dikatakan golput.
Grafik 4.20 Perbandingan Non -Partisipasi Pemilih (Non- Voter) Pileg
2009, Pilpres 2009 , Pileg 2014 dan Pilpres 2014
Perbandingan Non- Partisipasi 2009-2014
Pileg 2009
Pilpres 2009
18,67%
Pileg 2014
Pilpres 2014
18,52%
16,67%
11,11%
Non-Partisipasi
2. Alasan Kehadiran Pemilih
Umumnya keputusan untuk kehadiran atau ketiadaan hadiran mereka (pemilih
Kab. Tasikmalaya) pada 4 pemilihan umum tersebut didasari oleh alasan karena
adanya keyakinan bahwa nama mereka pasti terdaftar di daftar pemilih tersebut.
Selain itu, faktor faktor lain juga menjadi alasan bagi pemilih untuk hadir di
tempat pemungutan suara seperti yang di tampilkan dalam Grafik 4.21 di bawah
ini:
25
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Grafik 4.21 Alasan Kehadiran Pemilih pada Pileg 2009 dan Pileg 2014.
Column1
Karena Hadiah /Uang
Pileg Tahun 2014
Malu jika tidak ke TPS
Atas desakan Orang lain
Ingin melihat hasil pemilu
Ingin melihat pelaksanaan
pemungutan suara
PiLeg Tahun 2009
Ingin memilih Caleg dan
Parpol
Ingin memilih Parpol
-
20,00
40,00
60,00
80,00
Dari grafik 4.21 diatas terlihat bahwa sebagian besar masyarakat datang ke TPS
pada pemilu legislatif tahun 2009 beralasan untuk memilih caleg dan partai yakni
sebesar 61,36 %. Hal ini artinya masyarakat menaruh perhatian yang besar
tidak hanya pada sistem perwakilan melalui partai politik tetapi juga masyarakat
memberikan perhatian juga pada persoalan kepada siapa secara personal
mereka memberikan suaranya. Selain mempunyai harapan pada partai politik
mereka juga mempunyaiu harapan kepada wakil-wakil mereka yang kelak akan
menjadi penyambung lidah dan pelaksana apa yang menjadi harapan mereka.
Selain itu juga, dari data ini terlihat bahwa masyarakat kabupaten Tasikmalaya
sudah mengetahui dan memahami sistem pemilihan yang dilaksanakan pada
pemilu legislatif 2009 yakni melalui mekanisme pemilihan secara langsung partai
politik dan calon legislatifnya.
Grafik ini juga dapat digunakan untuk melihat partisipasi politik masyarakat.
Disini terlihat hanya sedikit dari masyarakat yang datang ke TPS dengan tujuan
hanya untuk melihat proses pemungutan suara tanpa bermaksud untuk
memberikan suaranya seperti ingin melihat pelaksanaan pemungutan suara
sebesar 4,45 %, ingin melihat hasil perhitungan suara sebesar 6,82 % ataupun
datang ke TPS atas desakan orang lain dan hanya karena malu jika tidak datang
ke TPS masing-masing sebesar 4,55 %.
26
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Jika membandingkan pemilu legislatif tahun 2009 dengan 2014 dari grafik diatas
maka terlihat keajegan partisipasi masyarakat dalam kehadirannya di TPS bahwa
masyarakat datang ke TPS sebagian besar bermaksud untuk memilih partai
politik dan calon legislatif. Hal ini juga terlihat pada presentase yang sangat kecil
pada alasan diluar alasan untuk memilih partai dan calon anggota legislatif.
Grafik 4.22 Alasan Kehadiran Pemilih pada Pilpres 2009 dan Pilpres
2014.
93,75
80,00
Ingin memilih
presiden/wapres yang sesuai
dengan hati nurani
Ingin melihat pelaksanaan
pemungutan suara
Ingin melihat hasil pemilihan
Atas desakan orang lain
Malu jika tidak datang ke TPS
8,89
4,44 2,22 4,44
0
Pilpres Tahun 2009
2,08 0 4,17 0 0
Karena dijanjikan
hadiah/uang oleh seseorang
Pilpres Tahun 2014
Dari grafik 4.22. diatas yang menggambarkan alasan kehadiran masyarakat ke
TPS pada pemilihan presiden pada tahun 2009 terlihat bahwa masyarakat sangat
antusias untuk memilih calon presiden dan wakil presiden yang sudah menjadi
pilihan mereka. Ini terlihat dari jawaban responden yang menunjukan skor yang
sangat tinggi untuk alasan kedatangan mereka ke TPS adalah untuk memilih
presiden dan wakil presiden yang sesuai dengan hati nurani mereka yakni
sebesar 80,00 %. Sementara itu masyarakat yang datang ke TPS hanya untuk
melihat proses pemungutan suara hanya sebesar 4,44 %, yang hanya datang
ke TPS karena malu jika tidak datang ke TPS sebesar 8,89 %. Sementara itu
masyarakat yang datang ke TPS karena ada desakan dari pihak lain sebesar
2,22% dan yang datang karena telah dijanjikan hadiah atau uang dari
seseorang sebesar 4,44 %.
Hal ini artinya masyarakat menaruh perhatian lebih besar pada pemilihan
presiden secara langsung. Dimana, masyarakat merasa bahwa mereka ikut
menentukan bagi suskesi kepemimpinan negeri ini khususnya lima tahun setelah
pelaksanaan pemilu. Walaupun hasil penelitian menunjukan ada sebagian
27
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
masyarakat yang datang ke TPS tetapi tidak bermaksud untuk memilih presiden
dan wakil presiden pilihan mereka tetapi presentasinya sangat kecil. Sehingga
kemudian dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pemilihan
presiden pada tahun 2009 dapat dikatakan baik karena mereka sebagian besar
dari mereka benar-benar untuk memilih presiden dan wakil presiden.
Jika melihat alasan kedatangan masyarakat ke TPS pada pemilihan presiden
tahun 2014 juga tidak berbeda dengan pemilihan presiden pada tahun 2009
bahwa sebagian besar dari masyarakat datang ke TPS untuk memilih presiden
dan wakil presiden yang sesuai dengan hati nurani mereka bahkan menunjukan
peningkatan dengan mencapai angka 93, 75 %.
3. Alasan Ketidakhadiran Pemilih
Grafik 4.23. Alasan Tidak datang ke TPS Pileg 2009
Alasan Tidak datang ke TPS Pileg 2009
Sibuk Bekerja/ Sekolah
40,00%
35,00%
Masalah Administrasi
30,00%
Sedang Bepergian
25,00%
Terlalu Banyak Calon
20,00%
Pemilu Bukan Metode Tepat
15,00%
Pemilu Bermasalah
10,00%
Merasa Tidak Bermanfaat
5,00%
0,00%
Pileg Tahun 2009
Tidak ada yang menjanjikan
Uang/Hadiah
Tidak semua masyarakat yang pada hari pelaksanaan pemungutan suara pada
pemilu legislatif tahun 2009 datang ke TPS. Dari hasil penelitian ada beberapa
alasan responden yang pada saat hari pemungutan suara tidak datang ke TPS.
Hasil penelitian menunjukan bahwa alasan yang paling banyak dari
ketidakhadirannya di TPS pada hari pemungutan suara adalah bahwa mereka
sedang bepergian yang mencapai skor sebanyak (36,36 % ), kemudian secara
berurutan disusul oleh alasan sibuk bekerja/sekolah dan masalah administrasi
yang keduanya sebesar (18,18%). Selain itu juga ada juga yang berpendapat
bahwa pada pemilu legislatif tahun 2009 terlalu banyak calon yang harus dipilih
salah satunya sehingga mereka enggan untuk datang ke TPS. Alasan seperti ini
28
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
menurut hasil penelitian mencapai skor sebesar (9,09%). Selanjutnya, ada juga
responden yang menyatakan bahwa penyelenggaraan pemilu dan rawan
kecurangan sehingga pada pemungutan suara enggan untuk datang ke TPS.
Terakhir alasan ketidakhadiran responden pada hari pemungutan suara di TPS
adalah merasa pemilu tidak bermanfaat apa-apa. Dua alasan terakhir keduanya
mencapai skor sebesar (9.09 %)
Jika melihat grafik 4.25. Alasan ketidakhadiraan di TPS diatas menunjukan
bahwa adanya kemungkinan masyarakat yang tidak memakai hak suaranya
tetapi tidak bermaksud untuk mengambil tindakan golput. Hal ini karena grafik
tersebut menunjukan skor tertinggi dari alasan ketidakhadiran disebabkan karena
bepergian bukan karena bagian dari sikap golput. Dengan demikian, diperlukan
sebuah formula untuk mempermudah masyarakat yang dalam kondisi sedang
bepergian tetapi dapat dengan mudah memberikan hak suaranya.
Grafik. 4.24. Alasan Tidak hadir di TPS Pilpres 2009
Alasan Tidak hadir di TPS Pilpres 2009
Pemilu
Bermasalah;
9,09%
Sibuk Bekerja/
Sekolah; 18,18%
Pemilu Bukan
Metode Tepat;
9,09%
Terlalu Banyak
Calon; 9,09%
Masalah
Administrasi;
18,18%
Sedang
Bepergian;
27,27%
Sama halnya seperti yang terjadi pada pemilu legislatif tahun 2009, pada
pemilihan presiden/wakil presiden tahun 2009 pun menunjukan fenomena yang
serupa yakni alasan ketidakhadiran masyarakat pada saat pemungutan suara di
TPS yang menduduki angka terbanyak adalah pada alasan sedang bepergian
yang menunjukan angka 27,27 %, sementara itu responden yang tidak datang
ke TPS pada saat pemungutan suara karena sibuk bekerja/sekolah dan masalah
administrasi keduanya menunjukan angka 18,18%. Sedangkan yang menjawab
bahwa pemilu bukan metode yang tepat dalam menentukan kepemimpinan di
Indonesia, penyelenggaraan pemilu bermasalah dan rawan kecurangan serta
jumlah calon yang terlalu banyak menunjukan angka 9,09%.
29
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Grafik diatas menunjukan persoalan yang sama seperti pada pemilu legislatif
2009 bahwa sebagian besar responden yang tidak datang ke TPS pada saat
pemungutan suara adalah karena bepergian. Hal ini juga membuka kemungkinan
bahwa sebenarnya mereka tidak bermaksud untuk mengambil sikap golput.
Namun kondisi dimana mereka tengah bepergianlah yang menyebabkan mereka
tidak memberikan hak suaranya. Hal ini dapat diperkuat lagi jika
mengakumulasikan alasan sedang bepergian tersebut dengan masalah
administrasi yang memaksa mereka tidak dapat menggunakan hak pilihnya.
Adapun jika melihat rasionalitas pemilih yang lebih memilih bekerja dibandingkan
dengan datang ke TPS, jika hal ini menjadi penyebab seseorang itu golput hanya
menunjukan angka yang sedikit.
Grafik. 4.25. Alasan Tidak hadir di TPS Pileg 2014
Alasan Tidak datang di TPS Pileg tahun 2014
8,33%
Tidak ada yang menjanjikan
Uang/Hadiah
Merasa Tidak Bermanfaat
8,33%
Pemilu Bermasalah
0,00%
Pemilu Bukan Metode Tepat
8,33%
Terlalu Banyak Calon
0%
Sedang Bepergian
25%
0%
Masalah Administrasi
50%
Sibuk Bekerja/ Sekolah
Grafik diatas menujukan bahwa terjadi perbedaan dengan apa yang terjadi pada
pemilu legislatif maupun pada pemilihan presiden di tahun 2009. Pada pemilu
legislatif tahun 2014 sebagian besar responden yang tidak datang ke TPS
beralasan karena sibuk bekerja/sekolah yang menunjukan angka 50%.
Sementara itu yang beralasan sedang berpergian sebanyak 25%. Sedangkan
yang beralasan bahwapemilu bukan metode yang tepat untuk kepemimpinan di
Indonesia, merasa tidak bermanfaat apa-apa dan tidak ada yang menjanjikan
uang/hadiah menunjukan angka 8,33%.
Dengan melihat grafik diatas, terlihat bahwa masyarakat semakin berfikir rasional
misalnya masyarakat lebih memilih bekerja yang dapat menghasilkan
keuntungan dibandingkan dengan mendatangi TPS pada saat pemungutan suara
yang dianggapnya tidak mendatangkan keuntungan secara langsung bagi dirinya
bahkan sebaliknya dengan mendatangi TPS untuk memberikan hak pilihnya
30
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
dianggapnya justru mendatangkan kerugian karena saat itu mereka kehilangan
waktu untuk bekerja.
Grafik. 4.26. Alasan Tidak hadir di TPS Pilpres 2014
AlasanTidak datang ke TPS Pilpres tahun 2014
4,15%
2,85% 0
1,05%
2,45%
Sibuk Bekerja/ Sekolah
Masalah Administrasi
32,25%
Sedang Bepergian
Terlalu Banyak Calon
Pemilu Bukan Metode Tepat
Pemilu Bermasalah
47,50%
9,75%
Merasa Tidak Bermanfaat
Grafik diatas menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat yang tidak datang
ke TPS pada saat pemungutan suara Pemilihan presiden/wakil presiden tahun
2014 adalah karena mereka sedang berpergian yang mencapai angka 47,50 %.
Sementara itu, karena sibuk bekerja sebesar 32,25%, karena masalah
administrasi sebesar 9,75 %. Sedangkan ketidakhadiran masyarakat karena
terlalu banyak calon, pemilu bukan metode yang tepat dalam kepemimpinan di
Indonesia, pemilu bermasalah dan rawan kecurangan serta yang menganggap
bahwa pemilihan presiden tidak bermanfaat apa-apa masing masing kurang dari
5 %.
Data hasil penelitian yang tergambar dalam grafik tersebut diatas menunjukan
bahwa sebenarnya ketidakhadiran masyarakat di TPS pada saat pemungutan
suara pada pemilihan presiden tahun 2014 bukan berarti mereka menunjukan
sikap golput karena alasan-alasan ketidakhadiran di TPS yang secara teoritis
masuk kedalam bentuk-bentuk perilaku golput tidak melebihi 5 %. Dengan
demikian untuk memperbaiki angka partisipasi memilih dari masyarakat
diperlukan adanya mekanisme yang memungkinkan masyarakat untuk dapat
menggunakan hak pilihnya walaupun dalam kondisi sibuk bekerja atau sedang
berpergian. Selain itu, yang perlu dilakukan adalah memperbaiki administrasi
dalam proses pendataan pemilih sehingga masalah administrasi yang dapat
menghalangi hak masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya.
31
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
4. Kegiatan Responden (pemilih) yang lakukan di Bilik Suara
Hasil perolehan Suara Pemilihan, di tentukan oleh bagaimana dan apa yang
dilakukan pemilih di dalam bilik suara, grafik berikut ini menunjukan data yang
diperoleh dari survey ketika ditanyakan kepada responden apa yang dilakukan
ketika di bilik suara.
Grafik. 4.27. Apa yang dilakukan di dalam Bilik Suara
Pileg 2014
Tidak Memilih/
Membuat Suara
Rusak
Pilpres 2014
Pileg 2009
Pilpres 2009
8,7
10,87
65,22
Memilih Parpol dan
Caleg
Tidak Memilih/
Membuat Suara
Rusak
6,52
8,7
60,87
19,57
Memilih Parpol
19,57
Memilih Pasangan
Presiden dan Wapres
93,48
6,25
Memilih Caleg
91,3
8,7
Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa selain memilih parpol, Memilih Caleg atau
memilih caleg dan parpol dalam pemilu legislatif baik tahun 2009 maupun 2014,
dan memilih Presiden dan Wapres pada Pilpres 2009 dan 2014, terdapat hasil
yang memgaku tidak memilih atau bahkan merusak surat suara. Ini
membuktikan bahwa perilaku tidak memilih atau non voting behaviour atau
golput bisa bertambah selain ketidak hadiran pemilih di TPS.
5. Golput (Golongan Putih), Prosentasi Memilih Dan Tidak Memilih
Golput dalam terminologi ilmu politik seringkali disebut dengan non-voter.
Terminologi ini menunjukkan besaran angka yang dihasilkan dari event pemilu di
luar voter turnout.
Dari definisi tersebut dapat di katakan bahwa Golput merupakan gabungan
antara angka ketidakhadiran di Tempat Pemungutan Suara (TPS) bagi pemilih
yang terdaftar di DPT ditambah besarnya angka suara tidak sah dari pemilih
32
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
yang tidak menggunakan hak pilihnya dengan benar. Dengan demikian secara
jumlah, angka golput seharusnya lebih besar dibandingkan dengan angka
ketidakhadiran pemilih yang terdaftar di DPT.
Grafik. 4.28. Jumlah Golput Pileg 2009- Pilpres 2014 Kab. Tasikmalaya
Jumlah Golput 2009-2014
30,00%
25,00%
20,00%
15,00%
10,00%
5,00%
0,00%
Pileg 2009
Suara Tidak Sah
Tidak Hadir
Pilpres
2009
Pileg 2014
Pilpres
2014
Pileg 2009
10,87%
Pilpres 2009
8,70%
Pileg 2014
8,70%
Pilpres 2014
6,52%
18,56%
16,67%
18,56%
11,11%
Di Grafik 4.23. diatas, dapat di ketahui bahwa jumlah prosentase Golput (1) Pileg
2009 sebesar (29,43 %), (2) pada Pilpres 2009 sebesar 25, 37 %, (3) Pileg
2014 sebesar (27, 26 %) dan (4) Pilpres 2014 sebesar (17, 63 %)
Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa tingkat golput pada Pileg tahun 2009,
Pilpres tahun 2009, dan Pileg tahun 2014 di kabupaten Tasikmalaya berkisar
antara 24-30 % , kecuali pada pilpres 2014 selisih angkanya dengan Pilpres
periode sebelumnya berbeda signifikan berkisar antara 7 – 10 %.
Perbandingan rata-rata angka golput hasil perolehan suara pilpres 2014 dari KPU
Kabupaten Tasikmalaya dengan hasil survey ini untuk pilpres 2014, hanya
selisih antara 1-2 % saja.
33
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
D. FAKTOR PENYEBAB GOLPUT DALAM PEMILU DI KABUPATEN
TASIKMALAYA
Grafik. 4.28. Alasan Golput Pileg
Alasan Golput Pileg
Pileg 2014
8. Tidak ada yang menjanjikan hadiah/uang
7. Merasa tidak bermanfaat apa-apa
6. Tidak ada kedekatan personal dengan…
5. Pilihan Partai/caleg terlalu banyak
Pileg 2009
0%
0%
0%
16,67%
0%
16,67%
25%
0%
4. Merasa tidak akan berpengaruh pada…
16,67%
3. Merasa tidak akan memperoleh manfaat…
25%
25%
33,33%
2. Tidak ada caleg/parpol yang berkualitas
1. Tidak mengetahui program-program…
16,67%
25%
0%
0%
Grafik diatas menunjukan bahwa alasan golput pada pemilu legislatif tahun 2009
yang paling tinggi adalah karena merasa tidak memperoleh manfaat langsung
yakni sebesar 33,33% ini menunjukan bahwa pada tahun 2009 trend yang
terjadi pada masyarakat khususnya pemilih adalah masyarakat yang memiliki
rasionalitas yang tinggi tetapi dengan rentang waktu yang pendek. Artinya
masyarakat cenderung melihat sebuah keuntungan yang dapat didapat secara
langsung. Hal ini juga terjadi pada proses pemilu legislatif tahun 2009 dimana
perilaku golput didominasi oleh golput rasionalis.
Namun ini berbeda dengan apa yang terjadi pada pemilu legislatih tahun 2014,
dimana alasan-alasan ideologis dengan alasan rasionalitas ada pada poin yang
seimbang misalnya alasan golput karena tidak ada calon legislatif yang
berkualitas seimbang dengan alasan karena tidak memperoleh keuntungan
secara langsung. Hal ini artinya fenomena golput yang terjadi pada pemilu 2014
tidak hanya karena alasan rasionalitas tetapi juga ada alasan ideologi. Dengan
demikian dengan melihat hal ini dapat diperkirakan bahwa kesadaran politik dari
masyarakat mengalami peningkatan.
34
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Alasan Golput pada Pilpres
Pilpres 2014
8. Tidak ada yang menjanjikan hadiah/uang
7. Merasa tidak bermanfaat apa-apa
6. Tidak ada kedekatan personal dengan
caleg/parpol
Pilpres 2009
1,80%
0
2,55%
0
2,25%
11,11%
4,40%
5. Tidak ada kedekatan dengan parpol
pengusung/tim sukses
11,11%
24,75%
4. Merasa tidak akan berpengaruh pada
kebaikan masyarakat
22,22%
14,60%
3. Merasa tidak akan memperoleh manfaat
langsung
2. Tidak ada calon presiden/wapres yang
berkualitas
1. Tidak mengetahui program-program calon
presiden/wapres
11,11%
7,50%
0%
42,15%
44,44%
Jika melihat grafik diatas baik pada pemilihan presiden/wakil presiden tahun
2009 maupun 2014 terlihat bahwa alasan yang mendominasi dari responden
yang memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya adalah karena mereka tidak
mengetahui program-program dari para calon presiden dan wakil presiden.
Sementara itu yang menempati posisi kedua dari alasan adalah karena mereka
berpendapat bahwa pemilihan presiden dan wakil presiden tidak akan
berpengaruh pada kebaikan masyarakat.
Dengan demikian khusus pada pemilihan presiden alasan perilaku golput lebih
besar pada alasan-alasan ideologi bukan pada alasan-alasan rasionalitas yang
berdasarkan hasil penelitian ini mempunyai nilai lebih rendah. Oleh sebab itu
untuk mengurangi jumlah golput non-teknis (ideologis dan rasionalis) diperlukan
upaya-upaya seperti sosialiasi yang dapat meyakinkan masyarakat bahwa
penggunaan hak pilihnya merupakan suatu hal yang penting dan sangat
menentukan bagi keberlangsungan kehidupan bernegara di negeri ini.
Dari sejumlah alasan yang dikemukakan oleh responden diatas, kita bisa
membagi faktor/ alasan tidak ikut pemilihan (golput) dalam Dua kategori besar.
35
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
Pertama, Faktor Eksternal, yaitu faktor atau alasan tersebut datang dari luar
dirinya. Dibagi menjadi kelompok alasan administratif dan alasan teknis.
Seorang pemilih tidak ikut memilih karena terbentur dengan prosedur
administrasi—seperti tidak tahu nama terdaftar dalam daftar pemilih, belum
mendapat kartu pemilih atau kartu undangan. Riset ini menemukan responden
tidak memilih karena tidak memiliki kartu pemilih, tidak memiliki KTP, dan alasan
administr tif lainnya yang menyebabkan pemilih tidak bisa menggunakan haknya.
Alasan ini yang banyak mempengaruhi pemilih untuk tidak hadir ke TPS.
Sedangkan alasan teknis, seseorang memutuskan tidak ikut memilih karena
tidak ada waktu untuk memilih— sedang ada keperluan, harus ke luar kota di
saat hari pemilihan dan sebagainya.
Kedua, Faktor Internal yaitu faktor yang bersumber dari dirinya sendiri. Dengan
Kelompok alasan, Ideologis, Rational Choice dan Sosiologis, misalnya Pemilih
memutuskan tidak menggunakan haknya karena secara sadar memang
memutuskan untuk tidak memilih.Pemilu dipandang tidak ada gunanya, tidak
akan membawa perubahan, atau tidak ada calon yang disukai dan sebagainya. Di
sini seseorang memutuskan tidak memilih sebagai bentuk protes atau
ketidakpuasan, baik terhadap penyelenggaraan Pemilu mapun calon yang maju
dalam pemilu
Tabel 4.1 Pengelompokan Faktor /alasan tidak ikut memilih (golput)
NO
FAKTOR
GOLPUT
KELOMPOK
ALASAN
Administratif
SPESIFIK ALASAN
Tidak terdaftar di DPT
Tidak mendapatkan surat undangan
Tidak terdaftar pada Daftar Pemilih
1
Faktor Eksternal
Tidak memiliki KTP
Teknis
Sedang bepergian
Sakit
Terlalu banyak partai
Pilihan Rasional
/ekonomi Politik
Sibuk bekerja/sekolah
Menganggap bahwa mengikuti Pemilu tidak akan membuat
perubahan dan tidak aad manfaatnya.
Tidak ada yang menjanjikan hadiah
2
Faktor internal
Sosiologis
Bingung dengan banyaknya pilihan partai politik dan
kandidat
Malu/minder untuk datang ke TPS
Ideologis
Bertentangan dengan ideologi
Banyak terjadi kecurangan dalam pemilihan
Tidak percaya dengan calon
Tidak ada calon yang dirasa cocok
36
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
Dari hasil pembahasan dan analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat partisipasi pemilih dilihat dari kehadiran dan ketidakhadiran pada
pemilu legislatif di Kabupaten Tasikmalaya jika dilihat dari dua pemilu
legislatif terakhir tidak banyak mengalami perubahan. Walaupun secara
nasional tercatat bahwa tingkat partisipasi dari dua pemilu legislatif
terakhir mengalami penurunan tetapi temuan penelitian ini
menggambarkan hal yang berbeda. Artinya apa yang terjadi pada
cakupan nasional tidak selalu berbanding lurus dengan apa yang terjadi di
tingkat lokal. Walaupun temuan penelitian menujukan hal yang berbeda
ketika melihat pemilihan presiden. Dimana, apa yang terjadi di tingkat
Kabupaten Tasikmalaya memiliki pola yang sama dengan apa yang terjadi
di tingkat nasional yakni terjadi peningkatan partisipasi pemilih ketika
melihat perbandingan dua pemilihan presiden terakhir.
2. Terjadi pola yang berbeda dalam hal tingkat partisipasi pemilih dalam
pemilu legislatif dengan pemilihan presiden/wakil presiden. Temuan
penelitian menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh pemahaman
masyarakat yang melihat pemilihan presiden jauh lebih sederhana
daripada pemilu legislatif. Jika dalam pemilihan presiden, para pemilih
hanya dihadapkan pada pilihan yang sedikit sedangkan dalam pemilu
legislatif masyarakat dihadapkan pada pilihan yang sangat banyak. Hal ini
sangat menentukan karena sebagian besar masyarakat dalam setiap
pemilihan menginginkan kejelasan mengenai visi-misi dan program –
program para kontestan yang bertarung dalam setiap pemilihan baik
legislatif maupun pemilihn presiden.
3. Perilaku tidak memilih atau yang lebih dikenal dengan istilah golput selalu
ada dalam setiap pemilihan. Hal ini karena golput ketika ditelusuri tidak
hanya muncul karena faktor internal pemilih saja seperti faktor-faktor
yang berkaitan dengan ideologis dan rasionalitas tetapi juga golput dapat
muncul karena faktor-faktor dari luar pemilih seperti faktor teknis atau
administratif yang memaksa seorang yang memiliki hak pilih namun tidak
dapat menggunakan hak pilihnya.
37
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
4. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya golput sebagaimana yang
dimaksud dalam point tiga yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Temuan penelitian menjelaskan bahwa faktor ekternal yang
menyebabkan masyarakat termasuk pada kategori golput meliputi faktor
teknis dan administratif seperti ketika seseorang yang tengah dalam
kondisi berpergian, orang tersebut tidak dapat menggunakan hak pilihnya
karena ia tidak terdaftar dalam DPT pada TPS terdekat. Sedangkan faktor
administratif misalnya seseorang penduduk di suatu daerah tetapi tidak
terdaftar dalam DPT. Sementara itu, faktor internal meliputi berbagai
pertimbangan dari diri pemilih baik itu pertimbangan ideologis, sosiologis
maupun rasionalitas (ekonomi politik). Temuan penelitian ini rasionalistas
pemilih sudah sangat tinggi, masih ada sentimen keagamaan dalam
preferensi pilihan dan beberapa faktor sosiologis masih ada walaupun
dalam presentase yang tidak terlalu besar. Hal-hal seperti itu akan selalu
ada dalam setiap penyelenggaraan pemilu, sehingga golput akan selalu
hadir dalam setiap penyelenggaraan pemilu baik pemilu legislatif,
pemilihan presiden/wakil presiden maupun pemilihan kepala daerah.
B. REKOMENDASI
Berdasarkan temuan lapangan dan simpulan yang didapat pada penelitian ini
maka dapat diajukan beberapa rekomendasi bebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan partisipasi pemilih ada beberapa hal yang perlu
dilakukan yaitu perbaikan sistem pemilihan agar dapat terlaksana lebih
jujur, adil, bebas dan rahasia serta menghasilkan para pemimpin yang
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dan juga dapat
mewujudkan harapan masyarakat yang diamanahkan kepada para
pemimpin tersebut.
2. Dengan beragamnya tingkat pemahaman masyarakat terhadap persoalan
kepartaian dan kepemiluan, penyelenggara pemilu perlu melakukan
sosialisasi yang lebih komprehensif mengenai para kandidat yang
bertarung dalam arena pemilihan termasuk sosialisasi terkait dengan visimisi dan program-program dari setiap kontestan. Dengan demikian
masyarakat atau pemilih dapat lebih mengenal terlebih dahulu siapa yang
akan dipilihnya.
3. Penyelenggara pemilu perlu menekan angka golput dengan membenahi
persoalan-persoalan yang dapat menjadi penyebab eksternal terjadinya
perilaku golput seperti membuat mekanisme yang lebih dapat dipahami
oleh setiap masyarakat dan memudahkan sehingga dapat menekan
38
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
permasalahan administrasi yang dapat menghalangi setiap orang yang
mempunyai hak pilih menggunakan hak pilihnya.
4. Penyelenggara pemilu perlu meningkatkan peranannya tidak hanya
sebagai penyelenggara pemilu secara teknis tetapi juga menjalankan
fungsi pendidikan politik guna meningkatkan kesadaran politik
masyarakat untuk ikut menentukan arah kebijakan negara melalui
pemilihan umum.
39
Survey Partisipasi Pemilih (Voter Turn Out) Kab. Tasikmalaya 2015
REFERENSI
Edi Kusmayadi, 2015, Dinamika Realitas Politik Lokal, De Publish Yogyakarta.
IDEA. 2002. Voter turnout Since 1945: A Global Report, 2002, hal. 80-82.
Lingkaran Survey Indonesia. 2007. Golput dalam Pilkada, Kajian Bulanan
Lingkaran Survey Indonesia, EDISI 05 - September 2007
Poling Centre. 2013. Laporan final naratif Survei dasar terhadap KAP pemilih di
Enam propinsi_Kabupaten Tasikmalaya, 23 November 2013.
Setiawaty, Diah, 2010. Partisipasi dan Pendidikan Pemilu Programatik
.http://www.rumahpemilu.org/in/read/5552/Partisipasi-dan-PendidikanPemilu-Programatik-oleh-Diah-Setiawaty
40
Download