Apha. 1989. Standart Methods For The Examanition of Water

advertisement
PENGARUH KOMBINASI PUPUK ORGANIK (SAMPAH SAYURAN), UREA DAN TSP
TERHADAP KELIMPAHAN ZOOPLAKTON DALAM MEDIA RAWA GAMBUT
By
M.alfaraby1), Syafriadiman2), Niken Ayu Pamukas2)
ABSTRACT
Peat soils have the poor water quality, due to its low pH, wich ranges between 3 - 5, reddishbrown color of the water and minerals and contains very few ground-state nutrient-poor ponds.
Household waste can not be used. This study was Faculty of Fisheries and marine Sciences
University of Riau. The results of this research that the grade of NPK was very significan effectly on
zooplankton abudance and showed that the zooplankton species were found from all the treatments
consisted of for classes, namely Protozoa, Rotatoria, Crustacea and Insecta. Types of zooplankton
derived from protozoa class consists of 4 types of Coccomonas sp, Euglena sp, Ochromonas sp and
Pleodarina sp, whereas Rotatoria class consists of two types of Brachionus angularia and Keratella
cochlearis, types of classes crustacea consists of 3 types of Cyclops sp, Moina sp, and Daphnia sp.
The first population peak abudance in all treatments at 12th day with the total abudance in each
treatmen of P0 (1,947 ind/l), P1 to (4,623 ind/l), P2 to (9,490 ind/l), P3 to (6,327 ind/l). While the
second peaks abudance population in all treatments occurred 26 day total abudance in each
treatments is P0 (3,772 ind/l), P1 to (6,813 ind/l), P2 to (13,505 ind/l), P3 to (11,193 ind/l). Based on
the highest total abudance of 14 times sampling the highest abudance was acieved by P2 treatment
(9,490 ind/l)) the 12th day, whereas the second-highest of total abudance of P2 occurred at 26th day
(13,505 ind/l).
Keywords: Land of peat, zooplankton, Household waste
PENDAHULUAN
Luasnya lahan gambut yang belum
termanfaatkan merupakan salah satu alternatif
untuk usaha ekstensifikasi budidaya kedepan.
Namun demikian, lahan gambut memiliki
beberapa masalah untuk dijadikan areal
perkolaman, gambut memilki kualitas air yang
kurang baik, karena pH nya rendah, yaitu
berkisar antara 3 – 5, warna air coklat tua
kemerahan dan sedikit sekali mengandung
mineral serta keadaan dasar kolam yang miskin
unsur hara (Suherman et al. 2000). Luas lahan
gambut yang dimiliki oleh Provinsi Riau yaitu
4.043.600 ha (BB Litbang SDLP, 2008).
Sampai saat ini lahan gambut yang begitu luas
belum termanfaatkan dengan baik. Hal ini
dikarenakan pengelolaan kualitas airnya sulit,
sebagian banyak petani ikan yang merugi akibat
terjadinya kematian benih ikan akibat pH yang
asam dan pertumbuhannya yang lambat, serta
terbatasnya pakan alami yang ada di dalam
kolam gambut (Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian,
2008).
Oleh karena itu, usaha untuk memenuhi
kualitas tanah gambut perlu dilakukan,
walaupun sudah banyak jenis pupuk untuk
memperbaiki kualitas tanah gambut, namun saat
ini belum ada formulasi pupuk yang cocok
untuk tanah gambut, apalagi yang diformulasi
dari berbagai jenis sampah, seperti sampah
rumah tangga.
Sampah rumah tangga adalah sesuatu
yang tidak dapat digunakan lagi dan bersifat
padat. Sementara di dalam UU No 18 Tahun
2008 tentang pengelolaan sampah, disebutkan
bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari - hari
manusia atau proses alam yang berbentuk padat
atau semi padat berupa zat organik atau
anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat
terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi
dan dibuang ke lingkungan. Oleh karena itu,
sampah rumah tangga tersebut diharapkan dapat
digunakan sebagai pupuk yang sedemikian
sehingga diformulasi untuk pupuk kolam
budidaya perikanan khususnya di lahan gambut,
sampah rumah tangga diantaranya adalah sisasisa sayuran, seperti bayam, sawi, kangkung dan
daun singkong.
Menurut Cliford dalam Silalahi (2001),
menyatakan bahwa sasaran pemupukan adalah
untuk menumbuhkan fitoplankton sebagai
sumber makanan zooplankton yang akan
dimanfaatkan oleh ikan sebagai sumber
makanan alami.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh pupuk yang diformulasi berdasarkan
kualitas (grade) N-P-K dari berbagai jenis
sampah sayuran (bayam, sawi, kangkung dan
daun
singkong)
terhadap
kelimpahan
zooplankton.
zooplankton diambil dari tempat pengambilan
tanah gambut yaitu di Desa Rimbo Panjang.
Sedangkan pupuk yang digunakan yaitu pupuk
yang diformulasi sendiri dari berbagai jenis
sampah sayuran yaitu kangkung (Ipomoea
aquatica), kol (Brassica oleracea), sawi
(Branssica juncea), daun singkong (Manihot
utilissima) Urea dan TSP. Bahan dan alat yang
digunakan untuk pengukuran kualitas air.
Metode
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen,
dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan satu faktor dan empat
taraf perlakuan dengan 3 kali ulangan (Sudjana,
1991). Perlakuan yang digunakan pada
penelitian ini adalah pupuk padat yang
diformulasi sendiri yaitu dari berbagai jenis
sayuran (kangkung, kol, sawi, dan daun
singkong), Urea dan TSP sedemikian rupa
sehingga kualitas (grade) pupuk N-P-K seperti
berikut.
P0 : Tanpa pemberian pupuk (kontrol )
P1 : Pupuk N - P - K kualitas 30 : 30 : 10
P2 : Pupuk N - P - K kualitas 30 : 30 : 20
P3 : Pupuk N - P - K kualitas 30 : 30 : 30
Model matematisnya adalah:
Yij = µ + τi + εij
Keterangan ;
Yij = Kelimpahan Fitoplankton ke-i dan ke-j
µ = Efek rata-rata yang sebenarnya
τi = Pengaruh pemberianpupuk yang
difomulasi ke -i
έij = Pengaruh galat dari perlakuan pemberian
pupuk organik padat ke-i dengan ulangan
ke-j
i = 0, 1, 2, dan 3
j = Ulangan ke 1, 2, dan 3
METODE
1.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada
bulan Desember 2011 selama 28 hari di
Laboratorium Pengelolaan Kualitas Air Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wadah penelitian berupa
drum plastik (sebanyak 12 unit berdiameter 45
cm), air rawa dan tanah gambut. Tanah dasar
wadah (setinggi 30 cm ) yang digunakan adalah
tanah gambut dangkal dan air rawa (setinggi
50 cm ) (Lampiran 1) sebagai media kultur
1. Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan penelitian perlu
dilakukan persiapan sebagai berikut; 1)
persiapan wadah penelitian, 2) penentuan
kualitas Tanah, 3) pengapuran dengan CaCO3
dan pemberian pupuk formulasi sesuai grade
pupuk dan 4) pengukuran parameter kualitas air
dalam wadah penelitian, 5) pengambilan sampel
zooplankton, 6) pengamatan dan identifikasi
zooplankton.
1.1. Persiapan Wadah Penelitian
Wadah yang digunakan dalam penelitian
ini adalah berupa drum plastik berukuran
diameter 45 cm dan tinggi 1 meter. Wadah
disusun secara berbaris berjarak 30 cm antara
wadah yang satu dengan yang lain kemudian
diletakkan di samping Utara Laboratorium
Pengelolaan Kualitas Air bagian outdoor dan
diberi label perlakuan serta ditempatkan secara
acak. Tanah dasar yang digunakan dalam media
penelitian ini adalah tanah gambut dengan
ketinggian 30 cm. Persiapan media budidaya
perlakuan dengan cara mengambil air dari tanah
gambut desa Rimbo Panjang, kemudian disaring
dengan plankton net. Air yang telah disaring
tersebut dimasukkan ke dalam wadah penelitian
dengan ketinggian 50 cm dari permukaan tanah
dasar wadah kolam. Sebelum wadah diisi
dengan air, terlebih dahulu dilakukan
pengukuran awal parameter kualitas tanah,
antara lain : Kandungan Bahan Organik Tanah,
Fosfor dan Nitrat tanah.
seperti berikut: 1) Tanah kering yang sudah
diayak ditimbang sebanyak 20 g, 2) tanah
tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala 1000
ml, 3) tanah di gelas piala tersebut ditambahkan
20 ml aquades, kemudian diaduk sampai
homogen. 4) setelah homogen pHnya diukur, 5)
setelah pHnya diukur tambahkan 20 ml larutan
buffer nitrophenol kemudian diaduk selama 20
menit, dan 6) larutan diukur pHnya, dan 7)
penentuan kebutan kapur CaCO3 berdasarkan
Tabel Boyd (1979). (Lampiran. 23)
1.3.2. Cara Pemberian Kapur
Sebelum tanah diberi kapur di dalam
wadah penelitian terlebih dahulu tanah
dilumpurkan, kemudian ditentukan dosisnya
dimasukkan ke dalam wadah penelitian. Kapur
ditebar secara merata pada setiap wadah
penelitian, kemudian diaduk dengan pengaduk
yang sudah disiapkan, pengadukan bertujuan
untuk mempercepat reaksi kapur ke tanah.
Setelah kapur merata pada tanah pengadukan
dihentikan.
1.2. Pengukuran kualitas Tanah
Pengukuran kualitas tanah dilakukan
sebelum dan sesudah
pemberian
pupuk
formulasi. Parameter-parameter kualitas tanah
yang diukur selama penelitian adalah Fosfor
tanah, Nitrat tanah, dan Kandungan Bahan
Organik Tanah. Prosedur masing - masing
parameter kualitas tanah dalam Lampiran 4.
Pengukuran
masing-masing
parameter
dilakukan pada awal, tengah, dan akhir
penelitian.
1.4.Pembuatan dan Pemberian Pupuk
Formulasi
1.4.1. Pembuatan Pupuk Formulasi
Sampah organik rumah tangga tersebut
dikumpulkan terlebih dahulu dan dipisahkan
berdasarkan jenis sampahnya seperti kangkung
(Ipomoea aquatica), daun singkong (Manihot
utilissima), sawi (Brassica juncea), dan kol
(Brassica oleracea). Kemudian sampah tersebut
dijemur hingga kadar airnya sampai kering
setelah itu sampah tersebut dibakar dengan
menggunakan suhu 60 oC. Hasil dari
pembakaran sayur tersebut
berbentuk abu
berwarna hitam (Fly ash). Kemudian, abu
berwarna hitam (Fly ash) tersebut dianalisis
untuk mengetahui kualitas/grade N-P-K. Untuk
memenuhi grade N-P-K perlakuan dibutuhkan
penambahan Urea dan TSP sehingga pupuk siap
untuk digunakan dapat dilihat Tabel 1.
Nilai persentase penurunan kandungan
Nitrat Tanah, Fosfor Tanah, dan Kandungan
Bahan Organik masing-masingnya diperoleh
dengan cara tanah akhir dikurang rata-rata tanah
awal, selanjutnya nilai yang didapat dibagi
dengan nilai awal kemudian dikalikan dengan
100%.
1.3. Pengapuran dengan CaCO3
1.3.1. Penentuan Dosis Kapur
Jenis kapur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah CaCO3. Pemberian kapur
bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dan air.
Prosedur pemberian kapur dilakukan dengan
cara yang telah dilakukan oleh (Boyd, 1979),
Dosis pupuk formulasi limbah rumah tangga,
Urea dan TSP
Perlakuan
kualitas N- P-K
P0 (0 :0 :0 )
P1 (30 :30:10 )
P 2 ( 30 :30:20 )
P3 (30 :30:30 )
Campuran
sayuran organik
g
0
100
200
300
Penambahan
Urea
TSP
g
g
0
0
73
71
72
68
71
65
1.4.2. Pemberian Pupuk Formulasi
Pemberian pupuk formulasi dilakukan
selama penelitian diberikan dua kali awal ke-1
& tengah ke-16 dengan cara, menimbang pupuk
sesuai dengan perlakuan dan dimasukkan ke
dalam wadah penelitian. Perlakuan yang diuji
pada penelitian ini yaitu N : P : K adalah
30:30:10 %, 30:30:20% dan 30:30:30%.
1.5. Pengukuran Parameter Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan sebelum
dan sesudah pemberian pupuk. Parameter
kualitas air yang diukur selama penelitian
adalah parameter fisika (suhu dan kekeruhan)
dan kimia (pH, DO, CO2 bebas, Nitrat air dan
Orthofosfat). Prosedur pengukuran parameterparameter tersebut seperti dalam Lampiran 6.
Pengukuran Suhu, pH dan DO dilakukan 2 hari
sekali setiap pagi, siang dan sore hari, dan
parameter kualitas air lainnya dilakukan tiga
kali selama penelitian yakni pada awal, tengah
dan akhir penelitian di lakukan.
1.6. Pengambilan Sampel Zooplankton
Pengambilan
sampel
zooplankton
dilakukan setiap 2 hari sekali selama 28 hari.
Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
pada hari keberapa puncak kelimpahan dan
penurunan kelimpahan zooplankton yang
terjadi. Air sampel diambil sebanyak 1 liter dari
setiap wadah lalu disaring dengan menggunakan
plankton net mesh size 25 mikron hingga
bervolume 50 ml. Sisa sampel air yang telah
tersaring ditampung dalam ember kemudian
dimasukkan kembali ke dalam wadah.
Sedangkan air sampel dimasukkan ke dalam
botol sampel dan diberi formalin 5% sebagai
pengawet (APHA, 1995). Tujuan pengawetan
plankton adalah untuk mempertahankan sampel
yang diperoleh agar tetap utuh. Setelah itu botol
sampel diberi label keterangan tentang tanggal
pengambilan dan kode sesuai dengan wadah
yang telah ditentukan.
1.7. Pengamatan dan Identifikasi
Zooplankton
Identifikasi
zooplankton
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
Lacklay
Microtransect Counting yaitu dengan cara
mengambil air sampel menggunakan pipet tetes.
Selanjutnya diteteskan pada gelas objek lalu
ditutup dengan gelas penutup (cover glas).
Sampel
diamati
dengan
menggunakan
mikroskop binokuler dengan perbesaran 10x40
kali. Kepadatan zooplankton diketahui dengan
cara menghitung zooplankton yang terdapat
pada kotak bujur sangkar yang mempunyai sisi
1 mm. Untuk menghitung kelimpahan
Fitoplankton adalah menggunakan rumus
menurut Fakultas Perikanan IPB (1992) sebagai
berikut ;
C
1
Kelimpahan Zooplankton N = n x A X
X
B
D
E
Dimana :
N = Jumlah total zooplankton (individu/liter)
n = Jumlah rata – rata total individu
zooplankton pada setiap lapangan
pandang .
A = Luas cover glass (484 mm2)
B = Luas satu lapang pandang (2,4041 mm2)
C = Volume air yang tersaring (50 ml)
D = Volume air sampel (1 ml)
E = Volume air yang disaring (3 liter)
Identifikasi
sampel
Zooplankton
mengacu pada buku identifikasi Yunfang
(1995), Needham dan needham (1963),
Horuyuki (1977). Pengambilan sampel untuk
pengamatan
zooplankton,
penghitungan
kelimpahan dan identifikasi zooplankton.
Identifikasi dilakukan sampai tingkat spesies
tetapi kalau tidak memungkinkan hanya pada
tingkat genus.
Untuk melihat indeks keragaman jenis
fitoplankton menurut Shannon - Weiner (dalam
Siagian, 1997) adalah sebagai berikut :
S
H =   pi log2 Pi
in
Dimana :
H’ = Indeks Keragaman Jenis
s = Banyaknya Jenis
Pi = ni/N
Ni = Jumlah Individu pada spesies ke-i
N = Jumlah Individu semua
Menurut Pole (dalam Widyastuti, 2002),
berdasarkan indeks keanekaragaman jenis maka
diklasifikasikan menjadi:
- Apabila H > 3 : keanekaragaman tinggi
(individu mendekati seragam)
- Apabila H 1-3 : keanekaragaman sedang
(jumlah individu tidak seragam)
- Apabila H < 1 : keanekaragaman rendah
(ada salah satu yang dominan)
Untuk melihat Indeks Dominasi (C), yang
digunakan sesuai dengan rumus Simpson
(dalam Siagian, 1997).
s
C=
s
 ni / N  atau C =   pi 
2
i n
2
in
Dimana :
C = Indeks dominasi jenis
ni = Jumlah individu pada spesies ke-i
N = Total individu semua jenis
S = Banyak jenis
jika indeks mendekati 0 berarti tidak ada
organisme yang mendominasi.
2.
Analisis Data
Data yang diperoleh ditabulasikan dalam
bentuk Tabel. Kemudian untuk mengetahui
apakah kualitas dari pupuk yang diformulasi
memberikan pengaruh terhadap kelimpahan
fitoplankton dilakukan uji ANAVA (Sudjana,
1991). Pengambilan keputusan dalam penelitian
ini adalah mengikut langkah-langkah yang
disarankan oleh Syafriadiman (2006), yaitu
apabila p < 0,05 maka hipotesa diterima dan
jika nilai p > 0,05 maka hipotesa ditolak. Untuk
mengetahui
perbedaan
antar
perlakuan
dilakukan uji rentang Newman- Keuls (Sudjana,
1991). Sedangkan untuk parameter kualitas air
dan tanah dianalisis secara deskriptif.
Menurut Krebs (dalam Widyastuti,
2002) bila indeks dominasi (C) mendekati 1
berarti ada organisme yang mendominasi dan
Taksa
Protozoa
Coccomonas sp
Euglena sp
Ochromonas sp
Pleodarina sp
Jumlah
Rotatoria
Brachionus angularia
Keratella cochlearis
Jumlah
Crustacea
Cyclops sp
Moina sp
Daphnia sp
Jumlah
Insecta
Culex
Cironomus
Jumlah
Total
P0
HASIL
2. Hasil dan Pembahasan
P1
Perlakuan (ind/l)
P2
P3
2433
1460
1582
1460
6935
4137
3893
3285
3042
14357
4745
6935
5475
9490
26645
10950
7178
3893
7057
29078
1703
2312
4015
2677
1947
4623
4745
5597
10342
3528
4867
8395
2798
4258
3407
10463
5353
9368
9368
24090
12653
15573
14600
42827
8395
12410
13992
34797
1703
1217
2920
24333
4380
1825
6205
49275
9247
3650
12897
92710
1217
730
1947
74217
Keterangan : P0 = Grade :0:0:0 P1 = Grade (30:30:10%) P2 = Grade (30:30:20%) P3 = Grade (30:30:30%)
Dapat
diketahui
bahwa
jenis
zooplankton yang ditemukan dari semua
perlakuan terdiri dari 4 kelas yaitu Protozoa,
Rotatoria, Crustacea, dan Insecta. Jenis
zooplankton yang berasal dari kelas Protozoa
terdiri dari 4 jenis yaitu Coccomonas sp,
Euglena sp, Ochromonas sp dan Pleodarina sp,
sedangkan dari kelas Rotatoria terdiri dari 2
jenis Brachionus angularia
dan Keratella
cochlearis , dari kelas Crustacea terdiri dari 3
jenis Cyclops sp, Moina sp, dan Daphnia sp,
dan dari kelas Insecta terdiri dari 2 jenis Culex
dan Cironomus
Pada kelas Protozoa jenis yang paling
banyak ditemukan adalah di P2 Pleodarina sp,
yang paling sedikit ditemukan dari kelas ini
adalah di P0 Euglena dan Pleodarina, Kelas
Rotatoria jenis yang paling banyak ditemukan
adalah di P2 Keratella cochlearis dan yang
paling sedikit ditemukan adalah di
P0
Branchionus angularia. Kelas Crustacea jenis
yang paling banyak ditemukan adalah di P2
Moina sp dan yang paling sedikit ditemukan
pada P0 Cyclops sp. Kelas Insecta jenis paling
banyak ditemukan pada P2 Culex dan paling
sedikit ditemukan pada P0 Cironomus. Selama
penelitian semua jenis zooplankton ditemukan
pada semua perlakuan. Keberadaan dari jenis
zooplankton ini sangat erat kaitannya dengan
usaha budidaya khususnya sebagai pakan alami
bagi ikan.
Jumlah jenis dan kelimpahan yang
terdapat pada masing-masing perlakuan
berbeda-beda. Dari 12 taraf perlakuan, jumlah
jenis dan kelimpahan tertinggi terdapat pada
perlakuan P2. Hal ini diduga ada hubungan
dengan perbedaan kandungan unsur hara yang
terdapat dalam air akibat pemberian dosis pupuk
formulasi yang berbeda pada setiap perlakuan,
dimana dosis dengan grade pupuk (30-30-20)
yang terbaik pada P2 di tanah gambut
Sebagian besar pakan alami adalah plankton,
baik fitoplankton maupun zooplankton. Pakan
alami ini hidup bebas di berbagai perairan, baik
perairan tawar, payau atau laut dan mampu
berkembang biak secara cepat. Pakan ikan alami
dapat diproduksi secara masal pada lingkungan
yang terkendali dan memiliki daya penyesuaian
diri yang tinggi terhadap perubahan lingkungan.
Pakan ikan ini juga memiliki nilai gizi yang
cukup tinggi. Disamping itu juga memiliki
bentuk dan ukuran yang sesuai dengan lebar
bukaan mulut larva ikan. Kelimpahan
zooplankton berdasarkan hari-hari pengamatan
selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 1
16000
14000
Kelimpahan (ind/l)
12000
Perlakuan
10000
P0
P1
P2
P3
8000
6000
4000
2000
0
2
4
6
8
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Gambar 1 Hasil pengamatan selama penelitian
kelimpahan zooplankton pada setiap
perlakuan
Dari Gambar 1 dapat dilihat terjadi dua
kali puncak populasi kelimpahan yaitu puncak
kelimpahan pertama pada semua perlakuan
terjadi pada hari ke 12, yaitu pada P2 sebesar
9490 ind/l, dan puncak populasi kelimpahan
kedua terjadi pada hari ke 26, yaitu pada P2
sebesar 13505 ind/l. Hal ini disebabkan karena
perbedaan kualitas/grade N-P-K yang diberikan
pada masing - masing perlakuan juga berbeda,
sehingga terdapat perbedaan nutrien yang
dimanfaatkan oleh zooplankton dan
pada
perlakuan
P2
merupakan
kelimpahan
fitoplankton terbaik dari semua perlakuan
sehingga diikuti oleh kelimpahan zooplankton
yang memanfaatkan fitoplankton sebagai salah
satu sumber makan utama. Kemudian faktor
siklus hidup serta perubahan paremeter fisika kimia pada air dan tanah merupakan faktor yang
mengakibatkan kelimpahan zooplankton pada
tiap - tiap perlakuan berbeda.
Dari hasil Analisa Variansi (ANAVA)
(Lampiran 8), didapatkan F hitung > F Tabel
pada tingkat kepercayaan 99% yang berarti
bahwa, kombinasi pupuk organik (sampah
sayuran), Urea dan TSP memberikan pengaruh
yang sangat nyata terhadap peningkatan
kelimpahan zooplankton. Hal ini menunjukan
bahwa dengan pemberian pupuk formulasi
kelimpahan zooplankton semakin meningkat.
Uji lanjut Newman-Keuls pada (Lampiran 8).
Menyatakan P2 dan P3 adalah yang paling baik
dari P0 dan P1. Namun kelimpahan zooplankton
tertinggi terjadi pada P2 dan lebih baik dari P3.
Kemudian, rata-rata Indeks Keragaman dan
Indeks Dominansi dapat dilihat Gambar 2
Rata-rata Indeks Keragaman (H')
2.85
2.8
2.75
Rata-rata
Indeks
Keragaman
(H')
2.7
2.65
2.6
2.55
2.5
P0 P1
P2
P3
Rata-rata Indeks Dominansi (C)
0.162
0.16
0.158
0.156
Rata-rata
Indeks
Dominansi
(C)
0.154
0.152
0.15
0.148
0.146
0.144
P0 P1 P2 P3
Gambar 2 Hasil pengamatan selama penelitian
Indeks Keragaman dan Indeks
Dominansi zooplankton pada setiap
perlakuan
Gambar 2 menunjukan bahwa nilai
Indeks Keragaman tertinggi pada media tanah
gambut selama penelitian adalah pada perlakuan
P1 yaitu 2,8. ini berarti bahwa jenis zooplankton
pada P1 memiliki tingkat keragaman yang lebih
tinggi dibandingkan dengan P0, P2, dan P3.
Semakin tinggi tingkat keragaman suatu
perairan maka semakin beragam jenis
zooplankton yang dapat dimanfaatkan oleh ikan.
Pole (dalam Widyastuti, 2002) menyatakan
bahwa jika Indeks Keragaman (H’) berada pada
kisaran 1 – 3 maka organisme tersebut termasuk
dalam golongan sedang artinya jumlah individu
tidak seragam. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pada penelitian termasuk dalam golongan
organisme sedang atau jumlah individu tidak
seragam.
Sedangkan untuk Indeks Dominansi
pada Gambar 2 tertinggi pada media tanah
gambut yaitu pada P1 dan P3 yaitu 0,16. Krebs
dalam Widyustati (2002) menyatakan bila
Indeks Dominansi (C) mendekati 1 berarti ada
organisme yang mendominasi dan jika Indeks
Dominansi mendekati 0 berarti tidak ada
organisme yang mendominasi. Berdasarkan
Indeks Dominasi (C’) pada gambar dapat dilihat
bahwa Indeks Dominasi mendekati 0, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada organisme
yang mendominasi pada semua wadah
penelitian
2.1. Parameter Kualitas Tanah
2.1.1. Nitrat Tanah
Hasil pengukuran rata- rata nitrat tanah
selama penelitian diketahui bahwa rata- rata
kandungan nitrat mengalami penurunan pada
semua perlakuan selama penelitian. Untuk
melihat rata- rata kandungan nitrat tanah.
terjadinya penurunan nilai rata rata
kandungan nitrat tanah. Peningkatan kandungan
nitrat juga disebabkan oleh perubahan
ammonium menjadi nitrit dan nitrat (nitrifikasi)
sesuai dengan pendapat Hakim et al. (1986),
yang menyatakan ammonium merupakan
bentuk N yang pertama yang diperoleh dari
penguraian protein melalui proses enzimatik
yang dibantu oleh jasad heterotrofik seperti
bakteri, fungi dan actinomycetes.
2.1.2. Fosfat Tanah
Dari hasil pengukuran fosfat tanah selama
penelitian diketahui bahwa konsentrasi fosfat
tanah mengalami kenaikan dan penurunan pada
akhir penelitian kandungan fosfat tanah naik
sebesar 32,72% pada P1, 54,18% pada P2,
53,8% dan pada P3 sedangkan pada P0. Hal ini
sesuai dengan pendapat Nyakpa et al. (1988)
bahwa P yang ditambahkan dalam tanah masam
akan menjadi tidak larut, karena bereaksi
dengan logam terutama dengan besi dan
aluminium dalam tanah. Penurunan nilai fosfat
tanah selama penelitian, terjadi pada P0 yaitu
dari 0,275 ppm - 0,235 ppm.
2.1.3. Kandungan Bahan Organik Tanah
(KBOT)
Peningkatan Kandungan Bahan Orbanik
Tanah (KBOT) selama penelitian karena
dilakukannya kembali pemupukan pada
pertengahan penelitiaan, peningkatan bahan
organik tanah ini juga disebabkan oleh
perlakuaan pemberian pupuk sampah organik
yang diberikan dimana sampah organik rumah
tangga berfungsi sebagai pupuk yang
dimasukkan ke dalam wadah penelitian.
2.2. Parameter Kualitas Air
2.2.1. Suhu Air
Perbedaan suhu diakibatkan oleh
keadaan cuaca seperti hujan, panas dan lamanya
sinar matahari yang masuk ke wadah penelitian
yang ditempatkan di luar (out door).
2.2.2. pH air
Fluktuasi pH selama penelitian dan terjadi
penurunan pH diakhir penelitian, hal ini
disebabkan curah hujan yang bersifat asam
turun secara terus
menerus sehingga
menyebabkan pH air dalam wadah penelitian
mengalami penurunan.
2.2.3. Oksigen terlarut (DO)
Kisaran rata- rata DO selama penelitian
tidak berbeda jauh pada setiap perlakuan.
Kisaran rata- rata DO pada semua perlakuan
dalam penelitian ini berkisar antara 1,2 ppm- 4,3
ppm. Wardoyo (1981) menyatakan bahwa
kisaran oksingen terlarut dapat mendukung
kehidupan organisme secara normal yakni tidak
boleh kurang 2 ppm.
2.2.4. CO2 Bebas
Menunjukan bahwa nilai rata- rata
kandungan CO2 bebas yang paling tinggi
terdapat pada P1 (11,7 ppm ) dan masih
tergolong baik karna masih dapat ditoleransi
oleh ikan atau organisme lainnya.
2.2.5. Nitrat Air
Rata-rata nitrat air selama penelitian
berkisar antara 0,26 ppm - 0,658 ppm. Pada P0
berkisar antara 0,658 ppm- 0,329 ppm, pada PI
berkisar antara 0,428ppm -0,560 ppm, pada P2
berkisar antara 0,444 ppm - 0,557 ppm, dan
pada P3 berkisar antara 0,439 ppm - 0,658
ppm. Menunjukan bahwa terjadi peningkatan
kandungan nitrat pada semua perlakuan hingga
akhir penelitian. Peningkatan nitrat ini karena
tidak dimanfaatkan oleh organisme yang berada
di dalam wadah penelitian.
2.2.6. Orthofosfat Air
Rata-rata orthoposfat selama penelitian berkisar
antara 0,258 ppm - 0,627 ppm. Pada P0 berkisar
antara 0,258 ppm - 0,324 ppm, pada P1 berkisar
antara 0,376 ppm - 0,500, pada P2 berkisar
0,417 ppm -0,567 ppm, pada P3 berkisar antara
0,401 ppm -0,627 ppm. Faktor yang
menyebabkan kenaikan orthofosfat ini adalah
karena adanya pengapuran sebelum pemupukan
sehingga tejadi peningkatan pH tanah yang
mengakibatkan fosfor yang terikat dengan unsur
lain seperti Al dan Fe akan terlepas sehingga
fosfor menjadi tersedia dalam tanah.
2.2.7.Kekeruhan
Berdasarkan data pengukuran kekeruhan
yang diperoleh dilapangan, rata- rata nilai
kekeruhan pada awal dan akhir penelitian pada
masing- masing perlakuan adalah P0 berkisar
81NTU- 88 NTU, P1 berkisar 86 NTU – 89
NTU, P2 Berkisar 87 NTU- 92 NTU, dan P3
berkisar 93 NTU – 95 NTU. Perubahan
kekeruhan yang terjadi selama penelitian
disebabkan karena adanya bahan tersuspensi
seperti plankton, detritus, lumpur dan bahan
terlarut lainnya baik organik maupun anorganik
selain itu, penyamplingan fitoplankton juga
dapat menyebabkan perubahan kekeruhan.
3. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian pupuk limbah rumah tangga dengan
kualitas (grade) yang berbeda memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap
kelimpahan zooplankton. Puncak kelimpahan
pertama terjadi pada hari ke 12 dengan rata-rata
kelimpahaan pada masing-masing perlakuan
yaitu pada P0 sebesar 1947 ind/l, pada P1
sebesar 4623 ind/l, pada P2 sebesar 9490 ind/l,
dan pada P3 sebesar 6327 ind/l. Sedangkan
puncak populasi kelimpahan kedua pada semua
perlakuan terjadi pada hari ke 26 dengan ratarata kelimpahan P0 sebesar 3772 ind/l, pada P1
sebesar 6813 ind/l, pada P2 sebesar 13505 ind/l,
dan pada P3 sebesar 11193 ind/l. rata-rata total
kelimpahan tertinggi terjadi pada perlakuan P2
sebesar 6622 ind/l.
SARAN
Dalam
meningkatkan
kelimpahan
zooplankton di lahan gambut sebaiknya
menggunakan pupuk dengan kualitas (grade) NP-K (30-30-20)% yaitu 200 g sampah organik,
72 g Urea dan 68 gr TSP dalam 1 liter air
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Hasil Penelitian dengan
judul : “Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik
(Sampah Sayuran), Urea dan TSP Terhadap
Kelimpahan Zooplankton Dalam Media Rawa
Gambut”
Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu. Ir. Niken Ayu Pamukas, M.Si
dan
Bapak
Prof.
Dr.
Ir.
Syafriadiman, M.Sc selaku dosen
Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Ir. Bustari Hasan, M.Sc
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Bpk. Ir. Mulyadi M.Phil
dan Ibu Ir. Niken Ayu Pamukas,
M.Si Ketua Jurusan dan Sekertaris
Jurusan Budidaya Perairan, Bapak Ir.
Mulyadi. Mphil, Bapak Dr. Sofyan
H. Mphil dan Dr. Saberina Hasibuan,
S.Pi, M.T Selaku dosen Penguji
3. Ayahanda Asman ST. SA. dan
Ibunda Lismawati yang telah
Membesarkan dan mendidik dengan
penuh kesabaran, rasa cinta dan
kasih sayang.
DAFTAR PUSTAKA
Apha.
1989. Standart Methods For The
Examanition of Water. American
Public Health Association. INC.215 pp.
BB Litbang SDLP (Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian). 2008. Laporan tahunan
2008, Konsorsium penelitian dan
pengembangan perubahan iklim pada
sektor pertanian.
Balai Besar
Penelitian dan PengeLimbah. 120 hal.
Fakultas
Perikanan
IPB
(tidak
diterbitkan).
Boyd, C. E., 1979. Water Qwality in
Warmwater Fish Ponds. Auburn
University Agriculture Experimen
Station, Auburn. 359 pp.
Cliford, H. C 1985. The Marine and Fresh
Water Plankton. Michigan State
University Prees, Michigan. 562 pp.
Fakultas Perikanan IPB. 1992. Limnologi.
Metode Analisis Kualitas Air. Edisi 1.
Fakultas Perikanan. IPB. 122 hal (tidak
diterbitkan).
Hakim, N. M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G.
Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha., G. B.
Hong, H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 488
hal.
Hiroyuki, H. 1977. Ilustrations of Japanese
Fresh-Water Algae. Ucihida Rokakuho.
Puplisling co., Ltd. 1-2-3 kudamkita,
Chiyoda-ku. Tokyo. Japan. 935 p.
Needham, J.G. and P.R. Needham. 1963. A
guide to the study of fresh water
Biology. Fifth edition haldenday,
Nyakpa, M. Y. A., Lubis, M. A., Pulung, A. G.,
Amrah, A., Munawar, G. B. Ong, N.
Hakim. 1988. Kesuburan Tanah.
Lampung: Universitas Lampung. 258
hal.
Inc.728, montgonery street, San Franscisco.
California 109 P.
Siagian, M. 1997. Diktat Ekologi Perairan,
Fakultas Perikanan. Universitas Riau.
Pekanbaru. 77 hal
Sudjana,
1991.
Desain
dan
Analisis
Eksperimen. Edisi 1. Tarsito. Bandung.
42 hal.
Suherman, D. Sumawijaya, Nyoman, Sofyan, A.
Sukaca. 2000. Kajian Hidrologi Dan
Geoteknika Lahan Gambut, Studi
Kasus Daerah Kampar Riau, Pusat
Penelitian Geologi. Lipi, Bandung.
Syafriadiman. 2006. Penuntun Praktikum
Pengelolaan Kualitas Tanah Dasar.
Faperika UNRI. Pekanbaru. (tidak
diterbitkan)
Wardoyo. S.1981. Kriteria Kualitas Air untuk
Keperluan Pertanian dan Perikanan.
Training Dampak Lingkungan PPI II
II PUSDIPIL IPB. Tronto London,
538 p.
Widyastuti, H. 2002. Studi Mikro Alga Epilitik
di Sumber Air Panas Desa Rambah
Tengah Kecamatan Rambah Kab. Rokan
Hulu. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan UNRI. 52 hal (tidak
diterbitkan).
Yungfang, H.M.S. 1995. Algae of Fresh Water
Biota in China. China Ocean fress.
Beijing. 375 p.
Download