PENGARUH KOMBINASI PUPUK ORGANIK (SAMPAH SAYURAN), UREA DAN TSP TERHADAP KELIMPAHAN ZOOPLAKTON DALAM MEDIA RAWA GAMBUT By M.alfaraby1), Syafriadiman2), Niken Ayu Pamukas2) ABSTRACT Peat soils have the poor water quality, due to its low pH, wich ranges between 3 - 5, reddishbrown color of the water and minerals and contains very few ground-state nutrient-poor ponds. Household waste can not be used. This study was Faculty of Fisheries and marine Sciences University of Riau. The results of this research that the grade of NPK was very significan effectly on zooplankton abudance and showed that the zooplankton species were found from all the treatments consisted of for classes, namely Protozoa, Rotatoria, Crustacea and Insecta. Types of zooplankton derived from protozoa class consists of 4 types of Coccomonas sp, Euglena sp, Ochromonas sp and Pleodarina sp, whereas Rotatoria class consists of two types of Brachionus angularia and Keratella cochlearis, types of classes crustacea consists of 3 types of Cyclops sp, Moina sp, and Daphnia sp. The first population peak abudance in all treatments at 12th day with the total abudance in each treatmen of P0 (1,947 ind/l), P1 to (4,623 ind/l), P2 to (9,490 ind/l), P3 to (6,327 ind/l). While the second peaks abudance population in all treatments occurred 26 day total abudance in each treatments is P0 (3,772 ind/l), P1 to (6,813 ind/l), P2 to (13,505 ind/l), P3 to (11,193 ind/l). Based on the highest total abudance of 14 times sampling the highest abudance was acieved by P2 treatment (9,490 ind/l)) the 12th day, whereas the second-highest of total abudance of P2 occurred at 26th day (13,505 ind/l). Keywords: Land of peat, zooplankton, Household waste PENDAHULUAN Luasnya lahan gambut yang belum termanfaatkan merupakan salah satu alternatif untuk usaha ekstensifikasi budidaya kedepan. Namun demikian, lahan gambut memiliki beberapa masalah untuk dijadikan areal perkolaman, gambut memilki kualitas air yang kurang baik, karena pH nya rendah, yaitu berkisar antara 3 – 5, warna air coklat tua kemerahan dan sedikit sekali mengandung mineral serta keadaan dasar kolam yang miskin unsur hara (Suherman et al. 2000). Luas lahan gambut yang dimiliki oleh Provinsi Riau yaitu 4.043.600 ha (BB Litbang SDLP, 2008). Sampai saat ini lahan gambut yang begitu luas belum termanfaatkan dengan baik. Hal ini dikarenakan pengelolaan kualitas airnya sulit, sebagian banyak petani ikan yang merugi akibat terjadinya kematian benih ikan akibat pH yang asam dan pertumbuhannya yang lambat, serta terbatasnya pakan alami yang ada di dalam kolam gambut (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2008). Oleh karena itu, usaha untuk memenuhi kualitas tanah gambut perlu dilakukan, walaupun sudah banyak jenis pupuk untuk memperbaiki kualitas tanah gambut, namun saat ini belum ada formulasi pupuk yang cocok untuk tanah gambut, apalagi yang diformulasi dari berbagai jenis sampah, seperti sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga adalah sesuatu yang tidak dapat digunakan lagi dan bersifat padat. Sementara di dalam UU No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari - hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Oleh karena itu, sampah rumah tangga tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai pupuk yang sedemikian sehingga diformulasi untuk pupuk kolam budidaya perikanan khususnya di lahan gambut, sampah rumah tangga diantaranya adalah sisasisa sayuran, seperti bayam, sawi, kangkung dan daun singkong. Menurut Cliford dalam Silalahi (2001), menyatakan bahwa sasaran pemupukan adalah untuk menumbuhkan fitoplankton sebagai sumber makanan zooplankton yang akan dimanfaatkan oleh ikan sebagai sumber makanan alami. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pupuk yang diformulasi berdasarkan kualitas (grade) N-P-K dari berbagai jenis sampah sayuran (bayam, sawi, kangkung dan daun singkong) terhadap kelimpahan zooplankton. zooplankton diambil dari tempat pengambilan tanah gambut yaitu di Desa Rimbo Panjang. Sedangkan pupuk yang digunakan yaitu pupuk yang diformulasi sendiri dari berbagai jenis sampah sayuran yaitu kangkung (Ipomoea aquatica), kol (Brassica oleracea), sawi (Branssica juncea), daun singkong (Manihot utilissima) Urea dan TSP. Bahan dan alat yang digunakan untuk pengukuran kualitas air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor dan empat taraf perlakuan dengan 3 kali ulangan (Sudjana, 1991). Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini adalah pupuk padat yang diformulasi sendiri yaitu dari berbagai jenis sayuran (kangkung, kol, sawi, dan daun singkong), Urea dan TSP sedemikian rupa sehingga kualitas (grade) pupuk N-P-K seperti berikut. P0 : Tanpa pemberian pupuk (kontrol ) P1 : Pupuk N - P - K kualitas 30 : 30 : 10 P2 : Pupuk N - P - K kualitas 30 : 30 : 20 P3 : Pupuk N - P - K kualitas 30 : 30 : 30 Model matematisnya adalah: Yij = µ + τi + εij Keterangan ; Yij = Kelimpahan Fitoplankton ke-i dan ke-j µ = Efek rata-rata yang sebenarnya τi = Pengaruh pemberianpupuk yang difomulasi ke -i έij = Pengaruh galat dari perlakuan pemberian pupuk organik padat ke-i dengan ulangan ke-j i = 0, 1, 2, dan 3 j = Ulangan ke 1, 2, dan 3 METODE 1. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2011 selama 28 hari di Laboratorium Pengelolaan Kualitas Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah penelitian berupa drum plastik (sebanyak 12 unit berdiameter 45 cm), air rawa dan tanah gambut. Tanah dasar wadah (setinggi 30 cm ) yang digunakan adalah tanah gambut dangkal dan air rawa (setinggi 50 cm ) (Lampiran 1) sebagai media kultur 1. Prosedur Penelitian Sebelum melakukan penelitian perlu dilakukan persiapan sebagai berikut; 1) persiapan wadah penelitian, 2) penentuan kualitas Tanah, 3) pengapuran dengan CaCO3 dan pemberian pupuk formulasi sesuai grade pupuk dan 4) pengukuran parameter kualitas air dalam wadah penelitian, 5) pengambilan sampel zooplankton, 6) pengamatan dan identifikasi zooplankton. 1.1. Persiapan Wadah Penelitian Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa drum plastik berukuran diameter 45 cm dan tinggi 1 meter. Wadah disusun secara berbaris berjarak 30 cm antara wadah yang satu dengan yang lain kemudian diletakkan di samping Utara Laboratorium Pengelolaan Kualitas Air bagian outdoor dan diberi label perlakuan serta ditempatkan secara acak. Tanah dasar yang digunakan dalam media penelitian ini adalah tanah gambut dengan ketinggian 30 cm. Persiapan media budidaya perlakuan dengan cara mengambil air dari tanah gambut desa Rimbo Panjang, kemudian disaring dengan plankton net. Air yang telah disaring tersebut dimasukkan ke dalam wadah penelitian dengan ketinggian 50 cm dari permukaan tanah dasar wadah kolam. Sebelum wadah diisi dengan air, terlebih dahulu dilakukan pengukuran awal parameter kualitas tanah, antara lain : Kandungan Bahan Organik Tanah, Fosfor dan Nitrat tanah. seperti berikut: 1) Tanah kering yang sudah diayak ditimbang sebanyak 20 g, 2) tanah tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala 1000 ml, 3) tanah di gelas piala tersebut ditambahkan 20 ml aquades, kemudian diaduk sampai homogen. 4) setelah homogen pHnya diukur, 5) setelah pHnya diukur tambahkan 20 ml larutan buffer nitrophenol kemudian diaduk selama 20 menit, dan 6) larutan diukur pHnya, dan 7) penentuan kebutan kapur CaCO3 berdasarkan Tabel Boyd (1979). (Lampiran. 23) 1.3.2. Cara Pemberian Kapur Sebelum tanah diberi kapur di dalam wadah penelitian terlebih dahulu tanah dilumpurkan, kemudian ditentukan dosisnya dimasukkan ke dalam wadah penelitian. Kapur ditebar secara merata pada setiap wadah penelitian, kemudian diaduk dengan pengaduk yang sudah disiapkan, pengadukan bertujuan untuk mempercepat reaksi kapur ke tanah. Setelah kapur merata pada tanah pengadukan dihentikan. 1.2. Pengukuran kualitas Tanah Pengukuran kualitas tanah dilakukan sebelum dan sesudah pemberian pupuk formulasi. Parameter-parameter kualitas tanah yang diukur selama penelitian adalah Fosfor tanah, Nitrat tanah, dan Kandungan Bahan Organik Tanah. Prosedur masing - masing parameter kualitas tanah dalam Lampiran 4. Pengukuran masing-masing parameter dilakukan pada awal, tengah, dan akhir penelitian. 1.4.Pembuatan dan Pemberian Pupuk Formulasi 1.4.1. Pembuatan Pupuk Formulasi Sampah organik rumah tangga tersebut dikumpulkan terlebih dahulu dan dipisahkan berdasarkan jenis sampahnya seperti kangkung (Ipomoea aquatica), daun singkong (Manihot utilissima), sawi (Brassica juncea), dan kol (Brassica oleracea). Kemudian sampah tersebut dijemur hingga kadar airnya sampai kering setelah itu sampah tersebut dibakar dengan menggunakan suhu 60 oC. Hasil dari pembakaran sayur tersebut berbentuk abu berwarna hitam (Fly ash). Kemudian, abu berwarna hitam (Fly ash) tersebut dianalisis untuk mengetahui kualitas/grade N-P-K. Untuk memenuhi grade N-P-K perlakuan dibutuhkan penambahan Urea dan TSP sehingga pupuk siap untuk digunakan dapat dilihat Tabel 1. Nilai persentase penurunan kandungan Nitrat Tanah, Fosfor Tanah, dan Kandungan Bahan Organik masing-masingnya diperoleh dengan cara tanah akhir dikurang rata-rata tanah awal, selanjutnya nilai yang didapat dibagi dengan nilai awal kemudian dikalikan dengan 100%. 1.3. Pengapuran dengan CaCO3 1.3.1. Penentuan Dosis Kapur Jenis kapur yang digunakan dalam penelitian ini adalah CaCO3. Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dan air. Prosedur pemberian kapur dilakukan dengan cara yang telah dilakukan oleh (Boyd, 1979), Dosis pupuk formulasi limbah rumah tangga, Urea dan TSP Perlakuan kualitas N- P-K P0 (0 :0 :0 ) P1 (30 :30:10 ) P 2 ( 30 :30:20 ) P3 (30 :30:30 ) Campuran sayuran organik g 0 100 200 300 Penambahan Urea TSP g g 0 0 73 71 72 68 71 65 1.4.2. Pemberian Pupuk Formulasi Pemberian pupuk formulasi dilakukan selama penelitian diberikan dua kali awal ke-1 & tengah ke-16 dengan cara, menimbang pupuk sesuai dengan perlakuan dan dimasukkan ke dalam wadah penelitian. Perlakuan yang diuji pada penelitian ini yaitu N : P : K adalah 30:30:10 %, 30:30:20% dan 30:30:30%. 1.5. Pengukuran Parameter Kualitas Air Pengukuran kualitas air dilakukan sebelum dan sesudah pemberian pupuk. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah parameter fisika (suhu dan kekeruhan) dan kimia (pH, DO, CO2 bebas, Nitrat air dan Orthofosfat). Prosedur pengukuran parameterparameter tersebut seperti dalam Lampiran 6. Pengukuran Suhu, pH dan DO dilakukan 2 hari sekali setiap pagi, siang dan sore hari, dan parameter kualitas air lainnya dilakukan tiga kali selama penelitian yakni pada awal, tengah dan akhir penelitian di lakukan. 1.6. Pengambilan Sampel Zooplankton Pengambilan sampel zooplankton dilakukan setiap 2 hari sekali selama 28 hari. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pada hari keberapa puncak kelimpahan dan penurunan kelimpahan zooplankton yang terjadi. Air sampel diambil sebanyak 1 liter dari setiap wadah lalu disaring dengan menggunakan plankton net mesh size 25 mikron hingga bervolume 50 ml. Sisa sampel air yang telah tersaring ditampung dalam ember kemudian dimasukkan kembali ke dalam wadah. Sedangkan air sampel dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin 5% sebagai pengawet (APHA, 1995). Tujuan pengawetan plankton adalah untuk mempertahankan sampel yang diperoleh agar tetap utuh. Setelah itu botol sampel diberi label keterangan tentang tanggal pengambilan dan kode sesuai dengan wadah yang telah ditentukan. 1.7. Pengamatan dan Identifikasi Zooplankton Identifikasi zooplankton dilakukan dengan menggunakan metode Lacklay Microtransect Counting yaitu dengan cara mengambil air sampel menggunakan pipet tetes. Selanjutnya diteteskan pada gelas objek lalu ditutup dengan gelas penutup (cover glas). Sampel diamati dengan menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran 10x40 kali. Kepadatan zooplankton diketahui dengan cara menghitung zooplankton yang terdapat pada kotak bujur sangkar yang mempunyai sisi 1 mm. Untuk menghitung kelimpahan Fitoplankton adalah menggunakan rumus menurut Fakultas Perikanan IPB (1992) sebagai berikut ; C 1 Kelimpahan Zooplankton N = n x A X X B D E Dimana : N = Jumlah total zooplankton (individu/liter) n = Jumlah rata – rata total individu zooplankton pada setiap lapangan pandang . A = Luas cover glass (484 mm2) B = Luas satu lapang pandang (2,4041 mm2) C = Volume air yang tersaring (50 ml) D = Volume air sampel (1 ml) E = Volume air yang disaring (3 liter) Identifikasi sampel Zooplankton mengacu pada buku identifikasi Yunfang (1995), Needham dan needham (1963), Horuyuki (1977). Pengambilan sampel untuk pengamatan zooplankton, penghitungan kelimpahan dan identifikasi zooplankton. Identifikasi dilakukan sampai tingkat spesies tetapi kalau tidak memungkinkan hanya pada tingkat genus. Untuk melihat indeks keragaman jenis fitoplankton menurut Shannon - Weiner (dalam Siagian, 1997) adalah sebagai berikut : S H = pi log2 Pi in Dimana : H’ = Indeks Keragaman Jenis s = Banyaknya Jenis Pi = ni/N Ni = Jumlah Individu pada spesies ke-i N = Jumlah Individu semua Menurut Pole (dalam Widyastuti, 2002), berdasarkan indeks keanekaragaman jenis maka diklasifikasikan menjadi: - Apabila H > 3 : keanekaragaman tinggi (individu mendekati seragam) - Apabila H 1-3 : keanekaragaman sedang (jumlah individu tidak seragam) - Apabila H < 1 : keanekaragaman rendah (ada salah satu yang dominan) Untuk melihat Indeks Dominasi (C), yang digunakan sesuai dengan rumus Simpson (dalam Siagian, 1997). s C= s ni / N atau C = pi 2 i n 2 in Dimana : C = Indeks dominasi jenis ni = Jumlah individu pada spesies ke-i N = Total individu semua jenis S = Banyak jenis jika indeks mendekati 0 berarti tidak ada organisme yang mendominasi. 2. Analisis Data Data yang diperoleh ditabulasikan dalam bentuk Tabel. Kemudian untuk mengetahui apakah kualitas dari pupuk yang diformulasi memberikan pengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton dilakukan uji ANAVA (Sudjana, 1991). Pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah mengikut langkah-langkah yang disarankan oleh Syafriadiman (2006), yaitu apabila p < 0,05 maka hipotesa diterima dan jika nilai p > 0,05 maka hipotesa ditolak. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji rentang Newman- Keuls (Sudjana, 1991). Sedangkan untuk parameter kualitas air dan tanah dianalisis secara deskriptif. Menurut Krebs (dalam Widyastuti, 2002) bila indeks dominasi (C) mendekati 1 berarti ada organisme yang mendominasi dan Taksa Protozoa Coccomonas sp Euglena sp Ochromonas sp Pleodarina sp Jumlah Rotatoria Brachionus angularia Keratella cochlearis Jumlah Crustacea Cyclops sp Moina sp Daphnia sp Jumlah Insecta Culex Cironomus Jumlah Total P0 HASIL 2. Hasil dan Pembahasan P1 Perlakuan (ind/l) P2 P3 2433 1460 1582 1460 6935 4137 3893 3285 3042 14357 4745 6935 5475 9490 26645 10950 7178 3893 7057 29078 1703 2312 4015 2677 1947 4623 4745 5597 10342 3528 4867 8395 2798 4258 3407 10463 5353 9368 9368 24090 12653 15573 14600 42827 8395 12410 13992 34797 1703 1217 2920 24333 4380 1825 6205 49275 9247 3650 12897 92710 1217 730 1947 74217 Keterangan : P0 = Grade :0:0:0 P1 = Grade (30:30:10%) P2 = Grade (30:30:20%) P3 = Grade (30:30:30%) Dapat diketahui bahwa jenis zooplankton yang ditemukan dari semua perlakuan terdiri dari 4 kelas yaitu Protozoa, Rotatoria, Crustacea, dan Insecta. Jenis zooplankton yang berasal dari kelas Protozoa terdiri dari 4 jenis yaitu Coccomonas sp, Euglena sp, Ochromonas sp dan Pleodarina sp, sedangkan dari kelas Rotatoria terdiri dari 2 jenis Brachionus angularia dan Keratella cochlearis , dari kelas Crustacea terdiri dari 3 jenis Cyclops sp, Moina sp, dan Daphnia sp, dan dari kelas Insecta terdiri dari 2 jenis Culex dan Cironomus Pada kelas Protozoa jenis yang paling banyak ditemukan adalah di P2 Pleodarina sp, yang paling sedikit ditemukan dari kelas ini adalah di P0 Euglena dan Pleodarina, Kelas Rotatoria jenis yang paling banyak ditemukan adalah di P2 Keratella cochlearis dan yang paling sedikit ditemukan adalah di P0 Branchionus angularia. Kelas Crustacea jenis yang paling banyak ditemukan adalah di P2 Moina sp dan yang paling sedikit ditemukan pada P0 Cyclops sp. Kelas Insecta jenis paling banyak ditemukan pada P2 Culex dan paling sedikit ditemukan pada P0 Cironomus. Selama penelitian semua jenis zooplankton ditemukan pada semua perlakuan. Keberadaan dari jenis zooplankton ini sangat erat kaitannya dengan usaha budidaya khususnya sebagai pakan alami bagi ikan. Jumlah jenis dan kelimpahan yang terdapat pada masing-masing perlakuan berbeda-beda. Dari 12 taraf perlakuan, jumlah jenis dan kelimpahan tertinggi terdapat pada perlakuan P2. Hal ini diduga ada hubungan dengan perbedaan kandungan unsur hara yang terdapat dalam air akibat pemberian dosis pupuk formulasi yang berbeda pada setiap perlakuan, dimana dosis dengan grade pupuk (30-30-20) yang terbaik pada P2 di tanah gambut Sebagian besar pakan alami adalah plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton. Pakan alami ini hidup bebas di berbagai perairan, baik perairan tawar, payau atau laut dan mampu berkembang biak secara cepat. Pakan ikan alami dapat diproduksi secara masal pada lingkungan yang terkendali dan memiliki daya penyesuaian diri yang tinggi terhadap perubahan lingkungan. Pakan ikan ini juga memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Disamping itu juga memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai dengan lebar bukaan mulut larva ikan. Kelimpahan zooplankton berdasarkan hari-hari pengamatan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 16000 14000 Kelimpahan (ind/l) 12000 Perlakuan 10000 P0 P1 P2 P3 8000 6000 4000 2000 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 Gambar 1 Hasil pengamatan selama penelitian kelimpahan zooplankton pada setiap perlakuan Dari Gambar 1 dapat dilihat terjadi dua kali puncak populasi kelimpahan yaitu puncak kelimpahan pertama pada semua perlakuan terjadi pada hari ke 12, yaitu pada P2 sebesar 9490 ind/l, dan puncak populasi kelimpahan kedua terjadi pada hari ke 26, yaitu pada P2 sebesar 13505 ind/l. Hal ini disebabkan karena perbedaan kualitas/grade N-P-K yang diberikan pada masing - masing perlakuan juga berbeda, sehingga terdapat perbedaan nutrien yang dimanfaatkan oleh zooplankton dan pada perlakuan P2 merupakan kelimpahan fitoplankton terbaik dari semua perlakuan sehingga diikuti oleh kelimpahan zooplankton yang memanfaatkan fitoplankton sebagai salah satu sumber makan utama. Kemudian faktor siklus hidup serta perubahan paremeter fisika kimia pada air dan tanah merupakan faktor yang mengakibatkan kelimpahan zooplankton pada tiap - tiap perlakuan berbeda. Dari hasil Analisa Variansi (ANAVA) (Lampiran 8), didapatkan F hitung > F Tabel pada tingkat kepercayaan 99% yang berarti bahwa, kombinasi pupuk organik (sampah sayuran), Urea dan TSP memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap peningkatan kelimpahan zooplankton. Hal ini menunjukan bahwa dengan pemberian pupuk formulasi kelimpahan zooplankton semakin meningkat. Uji lanjut Newman-Keuls pada (Lampiran 8). Menyatakan P2 dan P3 adalah yang paling baik dari P0 dan P1. Namun kelimpahan zooplankton tertinggi terjadi pada P2 dan lebih baik dari P3. Kemudian, rata-rata Indeks Keragaman dan Indeks Dominansi dapat dilihat Gambar 2 Rata-rata Indeks Keragaman (H') 2.85 2.8 2.75 Rata-rata Indeks Keragaman (H') 2.7 2.65 2.6 2.55 2.5 P0 P1 P2 P3 Rata-rata Indeks Dominansi (C) 0.162 0.16 0.158 0.156 Rata-rata Indeks Dominansi (C) 0.154 0.152 0.15 0.148 0.146 0.144 P0 P1 P2 P3 Gambar 2 Hasil pengamatan selama penelitian Indeks Keragaman dan Indeks Dominansi zooplankton pada setiap perlakuan Gambar 2 menunjukan bahwa nilai Indeks Keragaman tertinggi pada media tanah gambut selama penelitian adalah pada perlakuan P1 yaitu 2,8. ini berarti bahwa jenis zooplankton pada P1 memiliki tingkat keragaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan P0, P2, dan P3. Semakin tinggi tingkat keragaman suatu perairan maka semakin beragam jenis zooplankton yang dapat dimanfaatkan oleh ikan. Pole (dalam Widyastuti, 2002) menyatakan bahwa jika Indeks Keragaman (H’) berada pada kisaran 1 – 3 maka organisme tersebut termasuk dalam golongan sedang artinya jumlah individu tidak seragam. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada penelitian termasuk dalam golongan organisme sedang atau jumlah individu tidak seragam. Sedangkan untuk Indeks Dominansi pada Gambar 2 tertinggi pada media tanah gambut yaitu pada P1 dan P3 yaitu 0,16. Krebs dalam Widyustati (2002) menyatakan bila Indeks Dominansi (C) mendekati 1 berarti ada organisme yang mendominasi dan jika Indeks Dominansi mendekati 0 berarti tidak ada organisme yang mendominasi. Berdasarkan Indeks Dominasi (C’) pada gambar dapat dilihat bahwa Indeks Dominasi mendekati 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada organisme yang mendominasi pada semua wadah penelitian 2.1. Parameter Kualitas Tanah 2.1.1. Nitrat Tanah Hasil pengukuran rata- rata nitrat tanah selama penelitian diketahui bahwa rata- rata kandungan nitrat mengalami penurunan pada semua perlakuan selama penelitian. Untuk melihat rata- rata kandungan nitrat tanah. terjadinya penurunan nilai rata rata kandungan nitrat tanah. Peningkatan kandungan nitrat juga disebabkan oleh perubahan ammonium menjadi nitrit dan nitrat (nitrifikasi) sesuai dengan pendapat Hakim et al. (1986), yang menyatakan ammonium merupakan bentuk N yang pertama yang diperoleh dari penguraian protein melalui proses enzimatik yang dibantu oleh jasad heterotrofik seperti bakteri, fungi dan actinomycetes. 2.1.2. Fosfat Tanah Dari hasil pengukuran fosfat tanah selama penelitian diketahui bahwa konsentrasi fosfat tanah mengalami kenaikan dan penurunan pada akhir penelitian kandungan fosfat tanah naik sebesar 32,72% pada P1, 54,18% pada P2, 53,8% dan pada P3 sedangkan pada P0. Hal ini sesuai dengan pendapat Nyakpa et al. (1988) bahwa P yang ditambahkan dalam tanah masam akan menjadi tidak larut, karena bereaksi dengan logam terutama dengan besi dan aluminium dalam tanah. Penurunan nilai fosfat tanah selama penelitian, terjadi pada P0 yaitu dari 0,275 ppm - 0,235 ppm. 2.1.3. Kandungan Bahan Organik Tanah (KBOT) Peningkatan Kandungan Bahan Orbanik Tanah (KBOT) selama penelitian karena dilakukannya kembali pemupukan pada pertengahan penelitiaan, peningkatan bahan organik tanah ini juga disebabkan oleh perlakuaan pemberian pupuk sampah organik yang diberikan dimana sampah organik rumah tangga berfungsi sebagai pupuk yang dimasukkan ke dalam wadah penelitian. 2.2. Parameter Kualitas Air 2.2.1. Suhu Air Perbedaan suhu diakibatkan oleh keadaan cuaca seperti hujan, panas dan lamanya sinar matahari yang masuk ke wadah penelitian yang ditempatkan di luar (out door). 2.2.2. pH air Fluktuasi pH selama penelitian dan terjadi penurunan pH diakhir penelitian, hal ini disebabkan curah hujan yang bersifat asam turun secara terus menerus sehingga menyebabkan pH air dalam wadah penelitian mengalami penurunan. 2.2.3. Oksigen terlarut (DO) Kisaran rata- rata DO selama penelitian tidak berbeda jauh pada setiap perlakuan. Kisaran rata- rata DO pada semua perlakuan dalam penelitian ini berkisar antara 1,2 ppm- 4,3 ppm. Wardoyo (1981) menyatakan bahwa kisaran oksingen terlarut dapat mendukung kehidupan organisme secara normal yakni tidak boleh kurang 2 ppm. 2.2.4. CO2 Bebas Menunjukan bahwa nilai rata- rata kandungan CO2 bebas yang paling tinggi terdapat pada P1 (11,7 ppm ) dan masih tergolong baik karna masih dapat ditoleransi oleh ikan atau organisme lainnya. 2.2.5. Nitrat Air Rata-rata nitrat air selama penelitian berkisar antara 0,26 ppm - 0,658 ppm. Pada P0 berkisar antara 0,658 ppm- 0,329 ppm, pada PI berkisar antara 0,428ppm -0,560 ppm, pada P2 berkisar antara 0,444 ppm - 0,557 ppm, dan pada P3 berkisar antara 0,439 ppm - 0,658 ppm. Menunjukan bahwa terjadi peningkatan kandungan nitrat pada semua perlakuan hingga akhir penelitian. Peningkatan nitrat ini karena tidak dimanfaatkan oleh organisme yang berada di dalam wadah penelitian. 2.2.6. Orthofosfat Air Rata-rata orthoposfat selama penelitian berkisar antara 0,258 ppm - 0,627 ppm. Pada P0 berkisar antara 0,258 ppm - 0,324 ppm, pada P1 berkisar antara 0,376 ppm - 0,500, pada P2 berkisar 0,417 ppm -0,567 ppm, pada P3 berkisar antara 0,401 ppm -0,627 ppm. Faktor yang menyebabkan kenaikan orthofosfat ini adalah karena adanya pengapuran sebelum pemupukan sehingga tejadi peningkatan pH tanah yang mengakibatkan fosfor yang terikat dengan unsur lain seperti Al dan Fe akan terlepas sehingga fosfor menjadi tersedia dalam tanah. 2.2.7.Kekeruhan Berdasarkan data pengukuran kekeruhan yang diperoleh dilapangan, rata- rata nilai kekeruhan pada awal dan akhir penelitian pada masing- masing perlakuan adalah P0 berkisar 81NTU- 88 NTU, P1 berkisar 86 NTU – 89 NTU, P2 Berkisar 87 NTU- 92 NTU, dan P3 berkisar 93 NTU – 95 NTU. Perubahan kekeruhan yang terjadi selama penelitian disebabkan karena adanya bahan tersuspensi seperti plankton, detritus, lumpur dan bahan terlarut lainnya baik organik maupun anorganik selain itu, penyamplingan fitoplankton juga dapat menyebabkan perubahan kekeruhan. 3. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk limbah rumah tangga dengan kualitas (grade) yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kelimpahan zooplankton. Puncak kelimpahan pertama terjadi pada hari ke 12 dengan rata-rata kelimpahaan pada masing-masing perlakuan yaitu pada P0 sebesar 1947 ind/l, pada P1 sebesar 4623 ind/l, pada P2 sebesar 9490 ind/l, dan pada P3 sebesar 6327 ind/l. Sedangkan puncak populasi kelimpahan kedua pada semua perlakuan terjadi pada hari ke 26 dengan ratarata kelimpahan P0 sebesar 3772 ind/l, pada P1 sebesar 6813 ind/l, pada P2 sebesar 13505 ind/l, dan pada P3 sebesar 11193 ind/l. rata-rata total kelimpahan tertinggi terjadi pada perlakuan P2 sebesar 6622 ind/l. SARAN Dalam meningkatkan kelimpahan zooplankton di lahan gambut sebaiknya menggunakan pupuk dengan kualitas (grade) NP-K (30-30-20)% yaitu 200 g sampah organik, 72 g Urea dan 68 gr TSP dalam 1 liter air Ucapan Terima Kasih Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Hasil Penelitian dengan judul : “Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik (Sampah Sayuran), Urea dan TSP Terhadap Kelimpahan Zooplankton Dalam Media Rawa Gambut” Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu. Ir. Niken Ayu Pamukas, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. Syafriadiman, M.Sc selaku dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Ir. Bustari Hasan, M.Sc Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Bpk. Ir. Mulyadi M.Phil dan Ibu Ir. Niken Ayu Pamukas, M.Si Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Budidaya Perairan, Bapak Ir. Mulyadi. Mphil, Bapak Dr. Sofyan H. Mphil dan Dr. Saberina Hasibuan, S.Pi, M.T Selaku dosen Penguji 3. Ayahanda Asman ST. SA. dan Ibunda Lismawati yang telah Membesarkan dan mendidik dengan penuh kesabaran, rasa cinta dan kasih sayang. DAFTAR PUSTAKA Apha. 1989. Standart Methods For The Examanition of Water. American Public Health Association. INC.215 pp. BB Litbang SDLP (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian). 2008. Laporan tahunan 2008, Konsorsium penelitian dan pengembangan perubahan iklim pada sektor pertanian. Balai Besar Penelitian dan PengeLimbah. 120 hal. Fakultas Perikanan IPB (tidak diterbitkan). Boyd, C. E., 1979. Water Qwality in Warmwater Fish Ponds. Auburn University Agriculture Experimen Station, Auburn. 359 pp. Cliford, H. C 1985. The Marine and Fresh Water Plankton. Michigan State University Prees, Michigan. 562 pp. Fakultas Perikanan IPB. 1992. Limnologi. Metode Analisis Kualitas Air. Edisi 1. Fakultas Perikanan. IPB. 122 hal (tidak diterbitkan). Hakim, N. M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha., G. B. Hong, H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 488 hal. Hiroyuki, H. 1977. Ilustrations of Japanese Fresh-Water Algae. Ucihida Rokakuho. Puplisling co., Ltd. 1-2-3 kudamkita, Chiyoda-ku. Tokyo. Japan. 935 p. Needham, J.G. and P.R. Needham. 1963. A guide to the study of fresh water Biology. Fifth edition haldenday, Nyakpa, M. Y. A., Lubis, M. A., Pulung, A. G., Amrah, A., Munawar, G. B. Ong, N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Lampung: Universitas Lampung. 258 hal. Inc.728, montgonery street, San Franscisco. California 109 P. Siagian, M. 1997. Diktat Ekologi Perairan, Fakultas Perikanan. Universitas Riau. Pekanbaru. 77 hal Sudjana, 1991. Desain dan Analisis Eksperimen. Edisi 1. Tarsito. Bandung. 42 hal. Suherman, D. Sumawijaya, Nyoman, Sofyan, A. Sukaca. 2000. Kajian Hidrologi Dan Geoteknika Lahan Gambut, Studi Kasus Daerah Kampar Riau, Pusat Penelitian Geologi. Lipi, Bandung. Syafriadiman. 2006. Penuntun Praktikum Pengelolaan Kualitas Tanah Dasar. Faperika UNRI. Pekanbaru. (tidak diterbitkan) Wardoyo. S.1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Training Dampak Lingkungan PPI II II PUSDIPIL IPB. Tronto London, 538 p. Widyastuti, H. 2002. Studi Mikro Alga Epilitik di Sumber Air Panas Desa Rambah Tengah Kecamatan Rambah Kab. Rokan Hulu. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNRI. 52 hal (tidak diterbitkan). Yungfang, H.M.S. 1995. Algae of Fresh Water Biota in China. China Ocean fress. Beijing. 375 p.