KEANEKARAGAMAN ZOOPLANKTON BERDASARKAN PERBEDAAN RONA LINGKUNGAN PERAIRAN TELAGA NGEBEL KABUPATEN PONOROGO JAWA TIMUR Rila Rahma Apriani, Hadi Suwono, dan Agus Dharmawan Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang Nomor 5 Malang Email: [email protected]; [email protected]; [email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian adalah mengetahui komposisi zooplankton, menganalisis keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan zooplankton serta menentukan hubungan faktor fisika-kimia dengan keanekaragaman zooplankton di Telaga Ngebel. Pengambilan zooplankton dilakukan pada 12 stasiun yang ditentukan berdasarkan perbedaan rona lingkungan perairan yaitu area keramba, inlet dan outlet, hutan lindung, serta area pemukiman penduduk. Sebanyak 14 famili yang terdiri atas 34 spesies zooplankton ditemukan. Keanakearagaman zooplankton berkisar antara 1,45-2,13 tergolong keanekaragaman tingkat sedang. Keanakeragaman zooplankton tertinggi terletak di stasiun 7 kedalaman 1,5 meter dan kekayaan tertinggi terletak di stasiun 8 kedalaman 1,5 meter. Stasiun 7 dan 8 merupakan area hutan lindung. Indeks kemerataan zooplankton berkisar 0,64-0,82 berarti kemerataan komunitas zooplankton termasuk merata/stabil. Ada hubungan antara faktor abiotik dengan indeks keanekaragaman sebesar 94,7%. Faktor kekeruhan merupakan faktor abiotik yang terhadap keanekaragaman zooplankton dengan nilai R2 sebesar 59,20%. Uji laboratorium menunjukkan kandungan fosfat perairan berkisar 0,27-0,36 mg/L termasuk katagori rendah. Kata Kunci: Keanekaragaman, Zooplankton, Telaga Ngebel. Telaga Ngebel adalah sebuah danau alami yang terletak di Desa Gondowido, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Telaga Ngebel dikelilingi oleh hutan lindung lereng Gunung Wilis sepanjang ± 1 km dan pemukiman penduduk yang menjadikan Telaga Ngebel mempunyai ciri khas pada rona lingkungannya. Selain mengandalkan wisata alam dengan pemandangan yang asri, Telaga Ngebel mempunyai perikanan air tawar yang potensial. Perikanan di Telaga Ngebel menggunakan sistem keramba jaring apung dengan ikan nila sebagai komoditas utama perikanan yang dikembangbiakkkan. Penelitian Hidayah (2010) menghasilkan data bahwa hasil perikanan di Telaga Ngebel semakin menurun dari tiap tahunnnya, yaitu dulunya 800 kg per petak hingga pada tahun 2010 mencapai 200-300 kg per petak. Salah satu faktor penyebab turunnya hasil panen ikan adalah penempatan keramba yang kurang tepat. Tepat tidaknya letak keramba sangat penting dipahami dalam pengembangan budidaya perikanan di Telaga Ngebel mengingat adanya heterogenitas lingkungan sekitar perairan Telaga Ngebel. Heterogenitas lingkungan perairan Telaga Ngebel menjadikan lingkungan perairan telaga berbeda-beda tiap area. Misalnya kondisi perairan di dekat hutan lindung berbeda dengan perairan yang berada di dekat pemukimam penduduk. Perairan di dekat pemukiman penduduk sering tercemar limbah rumah tangga karena saluran pembuangan pemukiman warga yang langsung dialirkan ke telaga. Hal ini berkaitan dengan adanya perbedaan dalam hal faktor fisika, kimia, dan biologi perairan telaga yang berpengaruh terhadap pengembangan budidaya perikanan yang selama ini belum diamati. Menurut Bambang dan Tjahjo (1997) beberapa fisikakimia yang mempengaruhi budidaya perikanan sistem keramba jaring apung, yaitu arus, suhu, kecerahan, salinitas, nitrogen dan fosfat, sedangkan faktor biologi yaitu plankton dan substrat. Faktor biologi berupa zooplankton sangat berperan dalam perikanan telaga. Zooplankton sebagai sumber makanan alami bagi ikan. Melimpahnya zooplankton di suatu perairan dapat mengurangi penggunaan pakan ikan buatan yang kurang ramah lingkungan. Ada atau tidak adanya populasi zooplankton dapat menentukan keberhasilan perikanan komersial di perairan tawar dan perairan laut (Wilkinson, 2001). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis zooplankton, menganalisis keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan zooplankton serta menentukan hubungan keanekaragaman zooplankton dengan faktor abiotik perairan Telaga Ngebel. Penelitian ini bertujuan menganalisis keanekaragaman zooplankton berdasarkan pada perbedaan rona lingkungan di perairan Telaga Ngebel. Hasil penelitian menggambarkan kelimpahan zooplankton di Telaga Ngebel yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penempatan keramba ikan secara tepat. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan data dilakukan di Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo Jawa Timur pada tanggal 2 Maret 2013 dan pengamatan sampel (identifikasi) dilakukan di Laboratorium Ekologi ruang 109 Gedung Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang (UM) pada bulan Maret sampai dengan April 2013. Teknik pencuplikan menggunakan purposive sampling yaitu teknik pencuplikan berdasarkan pertimbangan pada perbedaan rona lingkungan periaran Telaga Ngebel. Stasiun pengambilan sampel berjumlah 12 stasiun dengan pembagiannya menurut rona lingkungan yaitu masing-masing 3 stasiun pada area perairan dekat dengan hutan lindung, pemukiman penduduk, inlet dan outlet, serta area keramba. Peta lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Peta Lokasi Pengambilan Sampel Zooplankton di Telaga Ngebel Keterangan Gambar: 1, 2, dan 3 = area keramba 4, 5, dan 6 = area inlet dan outlet 7, 8, dan 9 = area hutan lindung 10, 11, dan 13 = area pemukiman penduduk Pengambilan sampel dilakukan pada 3 kedalaman yang ditentukan berdasarkan pengukuran kecerahan pada saat pengambilan sampel, yaitu kedalaman 0; 1,2; dan 1,5 meter. Pengambilan sampel diawali dengan pengukuran faktor abiotik perairan yaitu pH, DO, intensitas cahaya, suhu, dan kekeruhan, serta pengambilan sampel air untuk uji kandungan fosfat. Pengambilan air telaga menggunakan alat water bottle sample sebanyak 5 liter kemudian disaring dengan jaring plankton sehingga diperoleh 20 ml sampel. Sampel 20 ml tersebut kemudian dimasukkan ke dalam boton plakon dan diawetkan dengan formalin untuk diamati. Sampel zooplankton diamati menggunakan mikroskop binokuler listrik dengan meneteskannya ke dalam cawan Sedgwick-Ratter. Pengamatan zooplankton dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Identifikasi taksa zooplankton sesuai dengan ciri morfologi yang terlihat dengan bantuan buku identifikasi Fresh Water Biology oleh Edmondson (1959) dan Plankton of South Vietnam oleh Shirota (1966) serta perhitungan jumlah plankton yang diamati menggunakan counter. Data hasil perhitungan plankton kemudian dianalisis dengan rumus sebagai berikut. 1.Indeks Keanekaragaman (Shannon-Wiener), H’ = - ∑ Pi ln Pi, 2. Indeks Kemeratan (Evennes), E 3. Indeks Kekayaan (Richness), R H' ln .S S 1 ln .N Data keanekaragaman kemudian dianalisis varian (anava) menggunakan SPSS 17 dilanjutkan dengan uji BNT untuk mengetahui nilai indeks keanekaragaman yang paling berbeda nyata. Analisis regresi juga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor abiotik dengan keanekaragaman zooplankton. HASIL PENELITIAN Komposisi spesies menggambarkan jumlah spesies yang ditemukan di perairan Telaga Ngebel. Komposisi zooplankton di Telaga Ngebel sebanyak 34 spesies termasuk dalam 14 famili (Tabel 1). Tabel 1 Komposisi Zooplankton di Periaran Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo FAMILI GENUS SPESIES Euglyphidae Euglypha Euglypha ciliata Halteriidae Halteria Halteria grandinella Actinophyridae Actinophyrs Actinophyrs sol Asplanchnoidae Astramoeba Astramoeba radiosa Brachionidae Anuraeopsis Anuraeopsis fissa Brachionus Brachionus falcatus Brachionus forficula Brachionus bakeri Brachionus havanaensis Brachionus caudatus apsteini Keratella Keratella cochlearis Keratella crassa Keratella robusta Keratella valga tropica Euchlanidae Dipleuchanis Dipleuchanis propatula Lecanidae Lecane Lecane hastate Lecane ludwigi Lecane ungulate Monostyla Monostyla bulla Monostyla quadridentata Synchaeridae Polyathra Polyathra sp. Polyathra remata Polyathra vulgaris Trichocercidae Trichocerca Trichocerca parcellus Cyclopidae Acanthocyclops Acanthocyclops vernalis Diacyclops Diacyclops bicuspidatus Mesocyclops Mesocyclops edax Tropocyclops Tropocyclops sp. Daphniidae Ceriodaphnia Ceriodaphnia sp. Chydoridae Chydorus Chydorus sphaericus Dadaya Dadaya macrops Sididae Diaphanosoma Diaphanosoma sp. Sida Sida crystalline Chaoboridae Chaoborus Chaoborus larvae Nymphalidae Nauplius Nauplius sp. Analisis indeks keanekaragaman menggunakan Shannon-Wiener menghasilkan nilai indeks keanekaragaman zooplankton di Telaga Ngebel berkisar antara 1,45-2,13 yaitu tergolong keanekaragaman tingkat sedang. Nilai keanekaragaman zooplankton tiap stasiun pengambilan sampel kemudian dianalisis varian dan dihasilkan bahwa terdapat perbedaan pada indeks keanekaragaman tiap stasiun pengambilan sampel. Hasil uji lanjut BNT menunjukkan bahwa stasiun 7 dan 8 merupakan stasiun dengan indeks keanekaragaman yang paling berbeda nyata dengan stasiun lainnya. Stasiun 7 dan 8 merupakan area perairan telaga yang dekat dengan hutan lindung. Indeks kemerataan zooplankton di telaga berkisar antara 0,68-0,82 yaitu mendekati angka 1 yang berarti komunitas zooplankton perairan telaga mempunyai sebaran yang merata. Indeks kekayaan tertinggi pada Nilai kekayaan zooplankton tertinggi pada stasiun 8 kedalaman 1,5 meter sebesar 2,95 yaitu area hutan lindung. Nilai kekayaan zooplankton terendah terdapat pada stasiun 6 di permukaan telaga sebesar 1,29 yaitu area inlet dan outlet. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor abiotik dengan indeks keanekaragaman zooplankton di Telaga Ngebel dengan sumbangan sebesar 94,7%, sedangkan sebesar 5,3% disumbangkan oleh faktor lain selain faktor abiotik (faktor biotik). Hasil analisis pola sumbangan relatif mencari r2 parsial didapatkan dari nilai R2 total sebesar 94,7% dan dengan r2 parsial pH sebesar 15,87%, DO sebesar 0,39%, suhu sebesar 14,66%, intensitas cahaya sebesar 0,47%, dan kekeruhan sebesar 49,20%. PEMBAHASAN Komposisi komunitas zooplankton di perairan Telaga Ngebel yaitu banyaknya spesies yang ditemukan selama penelitian, berjumlah 34 spesies terbagi dalam 14 famili. Komposisi komunitas zooplankton sangat beragam jumlahnya pada tiap stasiun dan kedalaman pengambilan sampel.Kisaran nilai keanekaragaman komunitas zooplankton adalah antara 1,45-2,13. Nilai tersebut tergolong indeks keanekaragaman tingkat sedang menurut Shannon Wiener (1949) dalam Dahuri (1994). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dharmawan (2005) bahwa keanekaragaman cenderung akan rendah pada ekosistem yang secara fisik dibatasi (dibatasi faktor abiotik) dan cenderung tinggi pada ekosistem yang dibatasi (diatur faktor biotik). Perairan Telaga Ngebel tergolong ekosistem yang secara fisik dibatasi yaitu ekosistem yang dibatasi oleh faktor abiotik. Keanekaragaman zooplankton dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun terjadi gangguan terhadap komponen-komponennya (Wibisono, 2005). Nilai indeks keanekaragaman zooplankton di Telaga Ngebel menunjukkan bahwa kestabilan komunitas zooplankton tergolong sedang. Kemerataan zooplankton di telaga berkisar antara 0,63-0,82. Nilai tersebut menunjukkan mendekati angka 1 yang berarti komunitas zooplankton mempunyai sebaran yang merata serta menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perairan di Telaga Ngebel adalah heterogen. Menurut pendapat Daget (1976) dalam Dahuri (1994) indeks kemerataan juga dapat menunjukkan kondisi komunitas makhluk hidup. Nilai kemerataan zooplankton menunjukkan kondisi komunitas labil hingga stabil, berarti terdapat dinamika yang normal pada populasi di dalam komunitas zooplankton telaga, dalam arti komunitas tidak pernah dalam kondisi tertekan. Nilai kekayaan zooplankton tertinggi pada stasiun 8 kedalaman 1,5 meter sebesar 2,95. Pada kedalaman 0 dan 1,2 meter nilai kekayaan zooplankton tertinggi juga terdapat pada stasiun 7 dan 8. Stasiun 7 dan 8 merupakan area perairan telaga yang dekat dengan hutan lindung. Tingginya nilai keanekaragaman dan kekayaan zooplankton di area hutan lindung tersebut tidak lepas dari pengaruh faktor abiotik lingkungan perairan. Area perairan telaga dekat dengan hutan lindung jarang tercemar limbah rumah tangga maupun pertanian. Area perairan ini juga berjarak cukup jauh dari area keramba. Karakterisitik perairan tersebut mendukung tingginya tingkat keanekaragaman dan kekayaan zooplankton di area perairan telaga dekat dengan hutan lindung. Salah satu penelitian di Telaga Ngebel adalah penelitian Puspitasari (2012) yang menyimpulkan bahwa indeks keanekaragamanan zooplankton sebesar 1,81. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan penelitian kali ini, akan tetapi tetap dalam kisaran indeks keanekaragaman tingkat sedang menurut Tabel 2.1 kisaran indeks keanekaragaman menurut Shannon Wiener (1949) dalam Dahuri (1994). Penelitian kali ini lebih banyak menemukan spesies zooplankton dibandingkan penelitian terdahulu. Penelitian Puspitasari (2012) hanya ditemukan sebanyak 7 spesies zooplankton dengan stasiun pencuplikan sebanyak 6 stasiun (lebih sedkit dibanding penelitian ini), dan tanpa ada pencuplikan pada kedalaman yang berbeda. Penelitiannya sebelumnya juga belum pernah mengungkapkan keanekaragaman berdasarkan rona lingkungannya. Hasil analisis regresi adalah total sumbangan relatif dari masing-masing faktor abiotik perairan Telaga ngebel yang diukur yaitu sebesar 94,7%. Berarti faktor abiotik yang telah diukur (kekeruhan, DO, cahaya, suhu, dan pH) memberi pengaruh yang kuat pada indeks keanekaragaman zooplankton, sedangkan pengaruh sebesar 5,3% diberikan oleh faktor lainnya yaitu faktor biotik di perairan telaga seperti predasi dan kompetisi. Kekeruhan merupakan faktor abiotik yang paling menentukan keanekaragaman zooplankton di perairan Telaga Ngebel dengan nilai sumbangan efektif sebesar 59,20%. Kisaran nilai kekeruhan yang diukur pada waktu pengamatan adalah 9-18 mg/L. Nilai rata-rata kekeruhan paling tinggi sebesar 13,78 mg/liter terletak pada area keramba. Kekeruhan di area keramba ini disebabkan banyaknya bahan organik maupun anorganik yang terlarut di perairan. Bahan organik dapat berupa fitoplankton dan zooplankton, sedangkan bahan anorganik dapat berasal dari pellet (pakan buatan) ikan budidaya (Effendi, 2003). Kekeruhan yang tinggi menyebabkan kurangnya intensitas cahaya dalam perairan. Intensitas cahaya tersebut sangat berkaitan dengan keberadaan fitoplankton yaitu makanan zooplankton. Maka dari itu, semakin tinggi kekeruhan akan menurunkan komunitas zooplankton pada suatu peraiaran. PENUTUP Kesimpulan Hasil penelitian memberikan kesimpulan sebagai berikut. 1. Zooplankton ditemukan di perairan Telaga Ngebel sebanyak 34 spesies yang termasuk dalam 14 famili. 2. Keanekaragaman (H’) zooplankton di perairan Telaga Ngebel berkisar antara 1,45-2,13 tergolong keanekaragaman tingkat sedang. Indeks keanekaragaman area hutan lindung yaitu stasiun 7 pada kedalaman 1,5 meter dikategorikan keanekaragaman tertinggi sebesar 2,13. Indeks kemerataan zooplankton menunjukkan rentangan 0,63-0,82 berarti kemerataan komunitas zooplankton di Telaga Ngebel termasuk merata/stabil. Indeks kekayaan tertinggi sebesar 2,95 pada stasiun 8 kedalaman 1,5 meter. 3. Ada hubungan antara faktor abiotik dengan indeks keanekaragaman zooplankton dengan total sumbangan relatif sebesar 94,7%. Kekeruhan merupakan faktor abiotik dengan taraf signifikansi paling tinggi yaitu dengan nilai R2 hitung sebesar 59,2% yang berarti bahwa kekeruhan adalah faktor abiotik yang paling berpengaruh terhadap keanekaragaman zooplankton di Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan. 1. Petani keramba diharapkan untuk mempertimbangkan lokasi pemilihan keramba ikan agar meningkatkan hasil perikanan air tawar di Telaga Ngebel. 2. Dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap keanekaragaman ikan di Telaga Ngebel sehingga dapat diketahui ikan air tawar yang berpotensi sebagai ikan budidaya di Telaga Ngebel. DAFTAR RUJUKAN Bambang BR dan Tjahjo W. 1997. Pemilihan Lokasi Budidaya Ikan Laut. Buletin Budidaya Laut. Balai Budidaya Laut Lampung. No. 11. Hal: 35 – 46. Dahuri. 1994. Analisa Biota Perairan Fakultas Perikanan IPB. Bogor: IPB Press. Dharmawan, A, dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang: UM Press. Edomonson, W. T. 1959. Fresh Water Biology (Second Edition). Seatle: University of Washington. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisus. Handayani, A. 2011. Struktur Komunitas Zooplankton Sebelum dan Sesudah Penebaran Benur pada Tambak Udang Tradisional di Desa Bangunsari, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Hidayah, D. A. T. 2010. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Produksi Budidaya Ikan Nila Ditinjau Dari Aspek Geografis Di Telaga Ngebel Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang : Universitas Negeri Malang. Puspitasari, D. A. 2012. Struktur Komunitas Plankton di Telaga Ngebel Ponorogo, Jawa Timur, (online), Biologi Vol 1 No 1, (www.journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/501/62/243), diakses tanggal 8 April 2013. Shirota, A. 1966. The Plankton of South Vietnam: Freshwater and Marine Plankton. Over. Tech. Coop. Agen. Japan, 484 p. Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Wilkinson, D. 2001. Zooplankton – A Lake’s best Friend. Indiana Clean Lakes Program, (Online), Factsheet 11-01, (www.indiana.edu), diakses tanggal 14 Januari 2013.