KOMPOSISI JENIS DAN KELIMPAHAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN KEPULAUAN TANAKEKE KABUPATEN TAKALAR SKRIPSI Oleh: DEDOF INDRA AGUNG. B JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 1 KOMPOSISI JENIS DAN KELIMPAHAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN KEPULAUAN TANAKEKE KABUPATEN TAKALAR Oleh : DEDOF INDRA AGUNG. B Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 2 ABSTRAK DEDOF INDRA AGUNG. B (L 111 09 008) “Komposisi Jenis Dan Kelimpahan Zooplankton Di Kepulauan tanakeke Kabupaten Takalar” di bawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Syafiuddin, M.Si sebagai pembimbing utama dan Bapak Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si sebagai pembimbing anggota. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – September 2014 di perairan kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar, Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Biologi Laut, sedangkan analisis kualitas perairan dilakukan di Laboratorium Oseanografi Kimia. Kegiatan lapangan berupa pengambilan sampel plankton dan pengukuran parameter kualitas air (Suhu,Salinitas,DO, dan pH), sementara kegiatan laboratorium adalah identifikasi jenis plankton dengan bantuan mikroskop dan buku indentifikasi.Hasil penelitian pada komposisi jenis plankton yaitu terdapat 22 genera plankton yaitu: Acrocalanus, Calanus, Labidocera, Tortanidae, Naupli Parvocalanus, Larva Longipedia, Clausocalanus, Eupasids, Microsetella, Euterpina, Oithona, Pagurus, Cyprise, Cyprid Balanus, Latreutes, Balanus, Larva Spionid, Globigerina, Farella Campanula, Neglecta, Copidognathus dengan kepadatan jenis pada habitat mangrove – lamun sebanyak 26,4 ind/L, habitat lamun 33,1 ind/L dan habitat karang – lamun sebanyak 30,8 ind/L. Berdasarkan Uji One Way Anova pada perbedaan kepadatan zooplankton pada semua stasiun tidak berbeda nyata. Sementara pada indeks keanegaraman jenis zooplankton pada semua lokasi menunjukan kondisi tidak stabil dengan indeks keseragaman yang tinggi dan indeks dominansi yang rendah. Kata kunci: Plankton, zooplankton, Tanakeke 3 HALAMAN PENGESAHAN Judul Skripsi : Komposisi Jenis dan Kelimpahan Zooplankton Pada Perairan Kepulauan Tanakeke. Kab Takalar Nama Mahasiswa : Dedof Indra Agung. B Nomor Pokok : L 111 09 008 Program Studi : Ilmu Kelautan Skripsi telah diperiksa dan disetujui oleh: Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, Dr. Ir. Syafiuddin, M.Si NIP.196601201991031002 Dr.Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si NIP. 196901251993031002 Mengetahui, Dekan Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Ilmu Kelautan, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc. NIP. 196703081990031001 Dr. Mahatma, ST. M.Sc. NIP. 197010291995031001 Tanggal Lulus: i RIWAYAT HIDUP Dedof Indra Agung. B di lahirkan pada tanggal 17 juli 1991 di Unaaha, Sulawesi Tenggara. Anak ke tiga dari 4 orang bersaudara dari Ayahanda Abdul. Muis dan Ibunda Idawati. Penulis menyelesaikan pendidikan formalnya di Sekolah Dasar 1 Waworaha pada tahun 2003. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Unaaha pada tahun 2006 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Unaaha. Melalui Jalur Undangan Mahasiswa (JPPB) pada tahun 2009, penulis diterima di Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas hasanuddin. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi asisten Laboratorium di beberapa mata kuliah Oseanografi Kimia, Planktonologi, dan Widya Selam. Pada bidang keorganisasian penulis pernah aktif di senat mahasiswa kelautan pada bidang bakat dan kesenian, dan bergabung di Marine Science Diving Club Universitas Hasanuddin (MSDC – UH). Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir yaitu Kuliah Kerja Nyata Profesi di Desa Buku , Kec. Mapilli, Kab. Polewali Mandar pada periode Juni-Agustus 2012. Penelitian dengan judul skripsi “Komposisi Jenis dan Kelimpahan Zooplankon Di Perairan Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar” ii UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahirabbil Alamin. Tiada kata yang pantas diucapkan selain mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat melewati aral dan hambatan yang menghadang, dan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan di Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan skripsi, penulis banyak memperoleh hambatan, namun berkat usaha, kemauan dan doa serta dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat mengatasinya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Abdul. Muis dan Ibunda Idawati atas cinta dan kasih sayang yang begitu tulus tanpa henti dan selalu memberikan motivasi serta tanpa henti memberikan doa kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Syafiuddin, M.Si selaku pembimbing utama dan Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si selaku pembimbing anggota, atas dukungan, bantuan dan masukan serta bimbingan yang telah diberikan selama penelitian sampai pada penyusunan skripsi. 3. Para dosen penguji, Bapak Prof. Dr. Andi Iqbal Burhanuddin, M.Fish.Sc, Bapak Dr.Ir. Muh. Farid Samawi, M.Si dan Bapak Dr. Supriadi, ST, M.Si yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan kritik dan saran pada penelitian dan perbaikan skripsi penulis serta naseht - nasehat yang membangun kepribadian penulis lebih baik lagi. 4. Bapak Dr.Ir. Muh Hatta, M.Si sebagai penasehat akademik, atas segala bentuk pembelajaran, bimbingan dan nasihat selama masa studi. iii 5. Ibu Dr. Ir. St. Aisjah Farhum, M. Si sebagai Wakil Dekan I FIKP, yang telah membantu penulis dalam penyelesaian nilai. 6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Kelautan atas segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama masa studi sebagai bekal di kemudian hari. 7. Seluruh staf jurusan, sub bagian pendidikan, tata usaha, dan perpustakaan. Terima kasih atas bantuannya sehingga penulis dapat selesai dalam jenjang studi ini. 8. Saudaraku Iyang Izzak Buburanda, Nencia Ista Sari Buburanda dan Ikhil Sa’faad. Terima kasih atas dukungannya selama ini 9. Saudara seperjuanganku “KOSLET,09”, Nirwan, Syamsu Rizal, Fahri Anggriawan, Mayang Sari takdir, Muh. Yaya Anwar, Andi Mahatir, Muh. Safiullah, Riswan, Muh Takbir Dg sijaya, Musdalifah, Nurhikmah, Nurzahraeni, Nur Tri Handayani, Steven, Hasby, Eka Lisdayanti, Mohchyudho Eka Prasetya, Nurfadilah, Muh. Iccank, Muh, Aksan, Noviety Tandiseru, Liandri Agung, Tarsan, Nur Wahidah, Emmy Suliasti Ningsih, Sri Swarni Abu Bakar, Hasanah, Jeszy Patiri, Azmi Utami Putri, Eko Yunianto, Alief Akbar Rafsanjani, Sairul Rivan, Muh. Khalid, Fahrul, Andi Afif. 10. Kakanda Rahmat Mawaleda S.Kel dan dinda Fajria Sari Sakaria. Terima kasih atas bantuannya. 11. Sahabat dan saudaraku Abdianto Ilman, Arbiyansah Haseng, Adi Daradi, Dirgantara Putra Laremba. 12. Teman – teman “Ponggawa Percussion Ana Sepu” Mangsur, Rofil, Asdar, Landar, Dono dan seluruh anggota P’PAS. iv 13. Saudara seperjuangan KKN UNHAS Gel. 85 14. Keluarga besar Senat Mahasiswa Kelautan UNHAS dan Marine Science Diving Club. Ilmu, canda dan tawa yang telah engkau berikan takkan pernah dilupakan oleh penulis. 15. Dg. Mu‟ding dan warga Dusun Lantangpeo, Kepulauan Tanakeke, Kab. Takalar. 16. Semua pihak yang berjasa dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih. Penulis telah melakukan semua hal yang tebaik demi kesempurnaan skripsi ini, namun penulis hanyalah manusia biasa yang tak jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran yang sifatnya membangun sangatlah diperlukan untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Akhir kata semoga skripsi ini dapat digunakan untuk kemajuan dunia kelautan dan bermanfaat bagi pembacanya. Amiin Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh JALASVEVA JAYAMAHE Penulis , Dedof Indra Agung. B v DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................... i RIWAYAT HIDUP..................................................................................................... ii UCAPAN TERIMA KASIH....................................................................................... iii DAFTAR ISI............................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ix I. PENDAHULUAN...............................................................................................1 A. Latar Belakang ..............................................................................................1 B. Tujuan dan Kegunaan...................................................................................2 C. Ruang Lingkup ..............................................................................................3 II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................4 A. Definisi Plankton ...........................................................................................4 B. Zooplankton...................................................................................................4 1. Pengertian Zooplankton ............................................................................4 C. Kelimpahan Zooplankton ..............................................................................5 D. Distribusi Zooplankton ..................................................................................5 E. Peranan Zooplankton ....................................................................................6 F. Hubungan Zooplankton Dengan Kuda Laut .................................................7 G. Indeks Keanekaragaman ..............................................................................8 H. Indeks Keseragaman ....................................................................................8 I. Indeks Dominansi..........................................................................................9 J. Parameter Lingkungan..................................................................................9 1. Suhu...........................................................................................................9 2. Salinitas ...................................................................................................10 3. Oksigent Terlarut .....................................................................................10 4. pH ............................................................................................................11 III. METODE PENELITIAN...............................................................................12 A. Waktu dan Tempat ......................................................................................12 B. Alat dan Bahan ............................................................................................12 1. Lapangan .................................................................................................12 vi 2. Laboratorium ...........................................................................................13 C. Prosedur Penelitian .....................................................................................14 1. Tahap Persiapan .....................................................................................14 2. Tahap Penentuan Stasiun .......................................................................14 3. Pengambilan Sampel Air dan Pengukuran Parameter Pendukung .......14 4. Komposisi Jenis.......................................................................................16 5. Kelimpahan Zooplankton.........................................................................16 6. Indeks Keanekaragaman ........................................................................16 7. Indeks Keseragaman ..............................................................................18 8. Indeks Dominansi ....................................................................................18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................20 A. B. Parameter Lingkungan................................................................................20 1. Suhu.........................................................................................................20 2. Salinitas ...................................................................................................21 3. DO ( Oksigent Terlarut ) ..........................................................................21 4. pH ............................................................................................................22 Komposisi Jenis Zooplankton .....................................................................22 C. Kepadatan Zooplankton .............................................................................27 D. Indeks keanekaragaman (H’) ......................................................................29 E. Indeks Keseragaman (E) ............................................................................30 F. Indeks Dominansi (C) .................................................................................30 V. PENUTUP .......................................................................................................33 A. Kesimpulan..................................................................................................33 B. Saran ...........................................................................................................33 VI. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................34 vii DAFTAR TABEL Tabel 1. Parameter Lingkungan disetiap stasiun ..................................................20 Tabel 2. Hasil Pencacahan Genus Zooplankton ...................................................22 viii DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian .........................................................................12 Gambar 2. Presentase hasil pencacahan genus zooplankton yang ditemukan pada daerah Lamun – mangrove, Lamun, dan Lamun - Karang. .........................24 Gambar 3. Presentase Komposisi Jenis pada setiap stasiun ...............................26 Gambar 4. Presentase Rerata Kepadatan Total Zooplankton Tiap Stasiun ........28 Gambar 5. Indeks Keanekaragaman di Tiap Stasiun ...........................................29 Gambar 6. Indeks Keseragaman di Tiap Stasiun .................................................30 Gambar 7. Indeks Dominansi di Tiap Stasiun .......................................................32 ix I. A. PENDAHULUAN Latar Belakang Plankton merupakan organisme mikroskopis yang hidupnya melayang– layang atau mengapung di perairan baik laut maupun tawar disebabkan oleh arus. Peranan organisme ini sangat penting, salah satunya sebagai sumber makanan organisme lainnya yang hidup pada tingkatan tropik yang lebih tinggi dalam perairan. Pada dasarnya, plankton terbagi atas dua kelompok besar yaitu plankton tumbuhan (fitoplankton) dan plankton hewani (zooplankton) (Nontji, 2008). Organisme ini dapat ditemukan di hampir seluruh habitat perairan dengan kelimpahan dan komposisinya yang bervariasi. Variasi kelimpahan dan komposisinya bergantung pada kondisi suatu lingkungan. Beberapa faktor lingkungan abiotik seperti paramater fisik-kimia (suhu, intensitas cahaya, salinitas, dan pH) merupakan faktor-faktor yang berperan penting dalam menentukan perkembangbiakan zooplankton di perairan. Di samping itu, faktor biotik seperti tersedianya pakan (fitoplankton) dan banyaknya predator serta perilaku jenis-jenis zooplankton dalam bersaing memperebutkan makanan merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kelimpahan dan komposisi jenis-jenis zooplankton itu sendiri (Arinardi,1997). Seperti halnya fitoplankton yang berperan sebagai produser primer (penyedia energi pada jenjang tropik yang lebih tinggi), peranan zooplankton justru meneruskan energi tersebut dalam jenjang tropik yang lebih tinggi (Castro & Huber, 2007). Salah satu organisme yang memanfaatkan zooplankton sebagai bahan makananya adalah larva kuda laut. Ini sejalan dengan penelitian yang pernah 1 dilakukan oleh Redjeki (2007) yang memanfaatkan zooplankton jenis Copepoda sebagai pakan alami kuda laut. Perairan kepulauan Tanakeke termaksud salah satu perairan yang banyak di temukan kuda laut. Kuda laut bukan merupakan organisme yang ditemukan di hampir semua wilayah perairan. Terkhusus di wilayah Sulawesi Selatan, kuda laut hanya ditemukan pada perairan tertentu saja seperti halnya di perairan Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar (Syafiuddin, 2004). Kelangsungan hidup dan pertumbuhan kuda laut ditentukan oleh keberadaan zooplankton yang merupakan makanan dari larva kuda laut itu sendiri. Kuda laut dapat tumbuh dan berkembang di perairan Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar merupakan fenomena tersendiri pada perairan ini ditinjau dari sebagian besar wilayah perairan pesisir laut di Sulawesi Selatan. Perairan itu memiliki kekhasan tersendiri yang berbeda dengan wilayah perairan laut lainnya dalam wilayah ini. Untuk menjelaskan kekhasan ini, maka telah dilakukan penelitian awal khusus untuk mengidentifikasi jenis dan kelimpahan zooplankton sebagai makanan alami kuda laut, disamping itu penelitian tentang zooplankton memang belum banyak dilakukan di perairan ini. B. Tujuan dan Kegunaan Peneltian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan kelimpahan zooplankton di Pulau Tanakeke. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi informasi penting dalam mengetahui jenis dan kelimpahan zooplankton di perairan Kepulauan Tanakeke dimana perairan ini baik untuk pemeliharaan Kuda Laut. Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan pula menambah dan lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya hayati perairan. 2 C. Ruang Lingkup Penelitian ini dibatasi pada identifikasi jenis dan menghitung kelimpahan, keanekaragaman dan keseragaman zooplankton. Disamping itu, melakukan beberapa pengukuran parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, dan DO 3 I. A. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Plankton Plankton adalah organisme yang berukuran kecil (mikorskopis) yang melayang – layang di kolom air. Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas hingga organisme tersebut selalu terbawah oleh arus. Plankton mempunyai peranan penting dalam ekosistem laut, karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya (Nontji, 1987; Hutabarat dan Evans, 1986). Berdasarkan keadaaan biologisnya, Newell (1977) menggolongkan plankton menjadi dua kategori yaitu fitoplankton yang merupakan tumbuhan renik dan zooplankton yang merupakan hewan – hewan yang umumnya renik. B. Zooplankton 1. Pengertian Zooplankton Zooplankton adalah plankton yang bersifat hewani dengan bentuk yang sangat beraneka ragam. Zooplankton terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan, Zooplankton memiliki ukuran yang lebih besar dari fitoplankton (Nontji, 1987). Berdasarkan daur hidupnya, golongan zooplankton terbagi menjadi dua yaitu holoplankton dan meroplankton, Holoplankton adalah zooplankton yang menghabiskan semasa hidupnya sebagai plankton, sedangkan meroplankton adalah zooplankton yang hanya sebagian daur hidupnya saja yang bersifat sebagai plankton (Nybakken, 1992). 4 C. Kelimpahan Zooplankton Bagian terbesar dari organisme zooplankton adalah anggota filum Arthropoda dan hampir semuanya termasuk ke dalam kelas Crustacea. Holoplankton yang paling umum ditemukan dilaut adalah cepopoda. Copepoda merupakan zooplankton yang mendominasi di semua laut dan samudera, serta merupakan herbivora utama dalam perairan bahari dan memiliki kemampuan menentukan bentuk kurva populasi fitoplankton. Copepoda berperan sebagai mata rantai yang sangat penting antara produksi primer fitoplankton dengan karnivora besar dan kecil (Nybakken, 1992). Kepadatan zooplankton sangat tergantung pada kepadatan fitoplankton, karena fitoplankton adalah makanan bagi zooplankton, dengan demikian kuantitas atau kelimpahan zooplankton akan tinggi di perairan yang tinggi kandungan fitoplanktonnya (Arinardi, 1997). D. Distribusi Zooplankton Penyebaran fitoplankton lebih merata dibandingkan dengan penyebaran zooplankton. Zooplankton bermigrasi ke arah horizontal dan vertikal mengikuti kelompok fitoplankton. Jika sudah mencapai tingkat kepadatan tertentu perkembangan zooplankton akan berkurang dan memberi kesempatan pada fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga menghasilkan konsetrasi yang tinggi (Nybakken, 1992). Rangsangan utama yang mengakibatkan zooplankton melakukan migrasi harian vertikal adalah cahaya. Pola yang umum tampak adalah zooplankton terdapat di dekat permukaan laut pada makan hari, sedangkan menjelang dini hari dan datangnya cahaya mereka bergerak lebih ke perairan yang dalam. Saat 5 tengah hari atau ketika intensitas cahaya matahari maksimal, zooplankton berada pada kedalam paling jauh (Arinardi, 1997). Beberapa alasan zooplankton melakukan migrasi vertikal adalah untuk menghindari pemangsaan oleh para predator yang mendeteksi mangsa secara visual, mengubah posisi dalam kolom air, dan sebagai mekanisme untuk meningkatkan produksi dan menghemat energi (Nybakken, 1992). E. Peranan Zooplankton Zooplankton merupakan salah satu komponen dalam rantai makanan yang diukur dalam kaitan dengan nilai produksi suatu ekosistem. Hal ini dikarenakan zooplankton berperan ganda baik sebagai konsumen pertama maupun konsumen kedua. Zooplankton adalah rantai penghubung di antara plankton dan nekton (Pranoto, 2008). Menurut Nybakken (1988), zooplankton hidup sangat beraneka ragam, yang terdiri atas berbagai bentuk larva dan bentuk dewasa yang dimiliki hampir seluruh filum hewan. Organisme ini menempati posisi penting dalam rantai makanan dan jaring – jaring kehidupan di perairan. Kelimpahan zooplankton akan menentukan kesuburan suatu perairan. Oleh karena itu, dengan mengetahui keadaan plankton (zooplankton termasuk didalamnya) di suatu perairan, maka akan di ketahui kualitas perairan tersebut. Hal ini dapat diketahui dengan melihat kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi jenis zooplankton di perairan tersebut. Patterson (1998) menyatakan bahwa komunitas plankton sangat sensitif pada perubahan lingkungan. Perubahan pada struktur komunitas zooplankton (kelimpahan, keragaman, keanekaragaman, dan dominansi) mengindikasikan bahwa perairan tersebut telah terjadi gangguan atau terjadi perubahan – perubahan. 6 F. Hubungan Zooplankton Dengan Kuda Laut Kuda laut adalah hewan yang telah mengalami evolusi sejak tahun 40 juta tahun yang lalu (Fritzhe, 1997). Kuda laut merupakan jenis ikan hias yang disukai manusia, selain dijadikan sebagai ikan hias akuarium, kuda laut juga digunakan sebagai obat –obatan tradisional cina sehingga di ekspolitasi secara besar – besaran (Vincent, 1995). Selanjutnya menurut Burton and Maurice (1983) kuda laut memakan segala jenis hewan kecil yang berenang sesuai dengan bukaan mulutnya. Hewan ini memanfaatkan zooplankton sebagai pakan alami di perairan. Salah satu jenis zooplankton yang digunakan sebagai pakan kuda di suatu keramba ialah jenis dari Artemia. Berdasarkan penelitian Mira dan Yulianto (2007), digunakan Artemia dewasa untuk pemeliharaan di keramba apung, dan untuk pemeliharaan indoor digunakan Artemia dewasa, juvenile ikan seribu dan jentik – jentik nyamuk. Sedangkan untuk diperairan bebas, kuda laut banyak memangsa zooplankton dari kelompok Copepoda dan Crustacea bedasarkan penelitian Santoso (2014) ditemukan dalam usus kuda laut yang berjenis Hippocampus barbouri terdapat 2 Class yaitu malacostraca dan maxillopoda. Class malacostraca terdiri dari ordo Mysidiacea, Amphipoda, Euphausiacaea dan Isopoda sedangkan Class maxillopoda dari subclass copepoda terdiri dari ordo Harpacticoida, dan Calanoida. Secara umum dari semua jenis makanan yang ditemukan, seluruhnya tergolong sebagai zooplankton, ini menunjukkan bahwa kuda laut termasuk hewan karnivora. Secara umum, kuda laut adalah karnivora yang memangsa 7 zooplankton seperti copepoda, amphipoda dan mysida (Al-Baharna, 1986; Tipton & Bell, 1988; Whitfield, 1995; dan Kanou & Kohno, 2001). G. Indeks Keanekaragaman Indeks keanekaragaman atau “Diversity Indeks” diartikan sebagai suatu gambaran secara matematik yang melakukan struktur informasi – informasi mengenal jumlah spesies suatu organisme.cara yang paling sederhana untuk menyatakan indeks keanekaragaman adalah dengan menentukan presentase yang terdapat dalam suatu sampel,maka semakin besar keanekaragaman dalam lingkungan tersebut.harga ini juga sangat tergantung dari jumlah individu masingmasing spesies (Kaswadji, 1976). H. Indeks Keseragaman Dalam suatu komunitas, kemerataan individu tiap spesies dapat diketahui dengan menghitung indeks keseragaman. Indeks keseragaman ini merupakan suatu angka yang tidak bersatuan, yang besarnya antara 0 – 1. Semakin kecil indeks keseragaman, semakin kecil pula keseragaman suatu populasi, kecenderungan bahwa suatu mendominasi populasi semakin besar nilai indeks keseragaman, maka tersebut. Sebaliknya populasi menujukkan keseragamanam, yang berarti bahwa jumlah indivisu tiap spesies boleh dikatakan sama atau merata (Pasengo, 1995). I. Indeks Dominansi Dominansi jenis zooplankton dapat dilakukan dengan menghitung indeks dominansi. Nilai indeks dominansi mendekati satu jika suatu komunitas didominasi oleh jenis atau spesies yang mendominasi (Odum, 1971). Banyak sedikitnya suatu jenis yang terdapat dalam suatu contoh air akan mempengaruhi 8 indeks dominasi, meskipun nilai ini sangat tergantung dari jumlah individu masing – masing jenis atau spesies (Kaswadji, 1976). J. Parameter Lingkungan 1. Suhu Suhu merupakan parameter fisika yang penting untuk kehidupan organisme di perairan laut dan payau. Kenaikan suhu di atas toleransi organisme dapat meningkatkan laju metabolisme, sepertiper tumbuhan, reproduksi dan aktifitas organisme. Suhu sangat mempengaruhi organisme yang berada dalam suatu perairan sebagai metabolisme organisme itu sendiri. Menurut Pescod (1983) di lingkungan suatu organisme perairan, suhu sangat mempengaruhi perkembangan atau hambatan organisme tersebut. Menurut Arinardi (1997), suhu air di perairan Indonesia menunjukan ciri khas perairan tropis yaitu umumnya relative tinggi dengan perbedaan sebaran horizontal yang kecil (28-31 oC). Di perairan dimana terjadi upwelling, suhu air permukaan dapat turun sampai 25 0C, namun di perairan pantai yang relative dangkal,suhu air biasanya relative lebih tinggi dari pada yang di lepas pantai. Pengaruh suhu pada plankton tidak seragam di seluruh perairan terhadap masing – masing kelompo katau populasi. Pada telur yang sedang berkembang dan larva dari hewanlaut, toleransi terhadap suhu air laut cenderung bertambah ketika mereka menjadi lebih tua. Dalam perubahan suhu tersebut, pertumbuhan larva di percepat oleh suhu yang lebih tinggi (Romimohtahto dan Juwana, 2001). 2. Salinitas Salinitas adalah garam – garam terlaut dalam 1 kg air laut dan dinyatakan dalam satuan perseribu. Salinitas mempunyai peranan yang penting dalam 9 kehidupan organisme, misalnya dalam hal distribusi biota laut akuatik. Beberapa organisme ada yang tahan terhadap perubahan salinitas yang besar ada pula yang tahan terhadap salinitas yangkecil (Nybakken, 1992). Zooplankton memiliki tingkat kepakaan yang tinggi terhadap kandungan garam dalam suatu perairan.Pertumbuhan zooplankton akan lambat bahkan bisa meningkatkan kematian jika tingkat salinitas dalam perairan tersebut sangat tinggi atau ekstrim (odum, 1993). Menurut Sachlan (1982), plankton air tawar hidup pada salinitas 0 – 10 ppt, pada salinitas 10 – 20 ppt hidup plankton air tawar dan laut, sedangakan untuk plankton air laut organisme ini mentolerir tingkat salinitas yang lebih besar yaitu 20 ppt. 3. Oksigent Terlarut Oksigen terlarut adalah gas untuk respirasi yang sering menjadi faktor pembatas dalam lingkungan perairan. Ditinjau dari segi ekosistem, kadar oksigen terlarut menentukan kecepatan metabolisme dan respirasi serta sangat penting bagi kelangsungan dan pertumbuhan organisme air. Kandungan oksigen terlarut akan berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas (Sachlan, 1982; Nybakken, 1988). Menurut Hutagalung dkk (1997), adanya kenaikan suhu air, respirasi (khususnya malam hari), lapisan minyak di atas permukaan laut dan masuknya limbah organic yang mudah terurai ke lingkungan laut dapat menurunkan kadar oksigen dalam air laut. Kadar oksigent terlarut (Dissolved oxygen, DO) dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu air. Kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigent terlaut minimum sebanyak 5 mg oksigent setiap liter air (5 ppm). Selebihnya 10 bergantung kepada ketahanan organisme,derajat aktivitasnya, kehadiran pencemar, suhu air dan sebagainya (Anwar, 2008). 4. pH Derajat keasaman (pH) adalah jumlah ion hydrogen dalam suatu larutan merupakan suatu tolak ukur keasaman. Biota – biota laut memiliki kisaran untuk hidup pada nilai pH tertentu (Nybakken, 1992). Derajat keasaman yang ideal untuk kelangsungan hidup kuda laut adalah 7 – 8. Perairan yang bersifat asam dan yang sangat alkali dapat menyebabkan kematian dan menghentikan reproduksi pada kuda laut (Al Qodri dkk, 1998). Sitanggang (2002) menyatakan bahwa besar kecilnya nilai pH sangat dipengaruhi oleh kandungan karbondioksida (CO 2) di dalam air dimana karbondioksida merupakan hasil dari respirasi atau pernapasan ikan yang menghasilkan CO2 berbeda di siang hari dan malam hari. Ketika malam hari, kadar CO2 meningkat sehingga pH air juga naik. Ketika pagi dan siang hari, kadar CO2 akan turun sehingga pH air pun ikut turun. 11 II. A. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – September 2014 di perairan kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar terlihat Gambar 1. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Biologi Laut, sedangkan analisis kualitas perairan dilakukan di Laboratorium Oseanografi Kimia, Jurusan Kelautan, FIKP Universitas Hasanuddin, Makassar. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian B. Alat dan Bahan 1. Lapangan Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah plankton net no. 25 sebagai alat untuk menyaring zooplankton, GPS (Global Positioning System) untuk menentukan posisi; thermometer untuk mengukur suhu, Salinity Handrefactometer untuk mengukur salinitas dan, DO meter untuk mengukur DO (Dissolved Oxygen), botol plastik untuk menyimpan sampel air laut; botol plastik 12 kecil untuk menyimpan sampel zooplankton, cool box sebagai penyimpanan sampel, dan perahu sebagai alat transportasi pada saat pengambilan sampel. Bahan – bahan yang digunakan adalah kertas label dan spidol permanen untuk pelabelan sampel, alkohol 70% untuk mengawetkan sampel, aquades untuk mensterilkan alat – alat yang telah digunakan. 2. Laboratorium Alat yang digunakan dalam laboratorium adalah mikroskop untuk mengidentifikasi sampel zooplankton, SRC (Sedwick rafter counter) untuk menghitung sampelzooplankton, cover glass untuk menutup SCR, tissue untuk membersihkan kotoran, alat tulis untuk menulis data, sampel objek sebagai bahan yang akan diamati, dan buku identifikasi sebagai acuan identifikasi jenis zooplankton. Referansi buku yang digunakan untuk identifikasi yaitu : - MARINE ZOOPLANKTON PRACTICAL GUIDE. for the Northwestern Arabian Gulf Volume 1 - MARINE ZOOPLANKTON PRACTICAL GUIDE. for the Northwestern Arabian Gulf Volume 2 - MARINE ZOOPLANKTON OF SOUTHERN BRITAIN Part 1, (David V.P. Conway). - MARINE ZOOPLANKTON OF SOUTHERN BRITAIN Part 2, (David V.P. Conway). - A Guide to the M A R I N E P L A N K T O N of southern California 13 C. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini meliputi kegiatan persiapan observasi lapangan penetuan stasiun, pengambilan sampel air dan pengukuran pendukung, analisis data serta penyusunan laporan ahkir. 1. Tahap Persiapan Studi literatur dan survei awal lapangan untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai kondisi umum lokasi penelitian, serta menyiapkan peralatan yang digunakan dalam penelitian. 2. Tahap Penentuan Stasiun Penentuan stasiun penelitian dilakukan berdasarkan daerah tempat penangkapan kuda laut didaerah kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar. Penentuan lokasi dilakukan di tiga daerah penangkapan kuda laut, yaitu daerah lamun yang berdekatan dengan habitat mangrove bersubstrat lump ur berpasir, daerah lamun bersubstrat pasir, dan daerah yang diliputi ekosistem lamun dan karang. Hal ini dilakukan untuk membandingkan kelimpahan zooplankton pada ke tiga lokasi tersebut dengan mengambil sampel air laut. 3. Pengambilan Sampel Air dan Pengukuran Parameter Pendukung Pengambilan sampel air laut untuk mengukur parameter kimia dilakukan pada waktu surut. Pengambilan sampel zooplankton dilakukan dengan mengambil 40 liter air laut kemudian disaring menggunakan plankton net, hasil saringan selanjutnya ditampung ke dalam botol bervolume 25 ml, kemudian di awetkan dengan alkohol 70% sebanyak tiga tetes untuk selanjutnya di identifikasi di laboratorium. 14 Pengukuran kondisi perairan, dilakukan dengan pengukuran secara langsung dilapangan. Pengukuran ini meliputi suhu, Arus, salinitas, DO. Metode pengambilan data kondisi perairan sebagai berikut: Suhu (o C) Pengukuran suhu dilakukan pada permukaan perairan dengan mencelupkan thermometer langsung kedalam perairan dan membaca nilai yang tertera pada alat tersebut. Salinitas (o/oo) Pengukuran salinitas dilakukan dengan cara meneteskan air laut pada alat Handrafactometer kemudian membaca nilai skala yang tertera pada alat tersebut. Oksigen Terlarut Pengukuran oksigent terlarut dilakukan pada permukaan perairan dengan mencelupkan DO meter langsung ke dalam perairan dan membaca nilai yang tertera pada alat tersebut. Analisa Sampel Untuk mengidentifikasi dan menghitung kelimpahan zooplankton, menggunakan Sedwick rafter counter (SRC) dengan menggunakan pipet tetes sampai penuh dan tidak terjadi gelembung udara dibawah kaca penutup SRC cell. Selanjutnya SRC cell diamati dibawah mikroskop pada pembesaran 40 atau 100 kali. Setiap sampel dilakukan pengulangan pengamatan sebanyak 5 kali (Anugerah Nontji, 2006). 15 Untuk menghitung komposisi jenis, keanekaragaman, indeks dominasi kelimpahan, indeks dan indeks keseragaman digunakan rumus sebagai berikut : 4. Komposisi Jenis Untuk menghitung komposisi jenis digunakan rumus (Boyd, 1979): Komposisi jenis(%) = Dimana : ni N 5. X 100 % : Jumlah individu setiap jenis yang diamati : Jumlah total individu Kelimpahan Zooplankton Perhitungan zooplankton pada S-R menggunakan rumus (Boyd, 1979): Jml Individu/ml = Dimana : 6. C : Jumlah individu yang ditemukan L : Panjang alur S-R (50 mm) D : Tinggi alur S-R (1 mm) W : Lebar alur (20 mm) S : Jumlah alur yang dihitung (1000 alur) Indeks Keanekaragaman Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan rumus “Shannon Indeks of Diversity” (Odum, 1983) H’ = - ∑ ( ) ( ) 16 Dimana : H’ : Indeks Keanekaragaman ni : Jumlah individu setiap jenis N : Jumlah individu seluruh spesies Kisaran total Indeks Keanekaragaman dapat diklasifikasikan sebagai berikut (modifikasi Wilhem dan Dorris (1968) dalam Mason (1981)): H’ < 2,3026 : keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah 2,3026 <H’> 6,9078 : keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang H’ > 6,9078 : keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi. 17 7. Indeks Keseragaman Indeks Keseragaman dihitung dengan menggunakan rumus “Evenness Indeks” (Odum,1971) e= dimana : E : Indeks Keseragaman H’ : Indeks Keanekaraman S : Jumlah Seluruh spesies Indeks Keseragaman berkisar antara 0-1. Apabila nilai mendekati 1 sebaran individu antar jenis merata. Nilai E mendekati 0 apabila sebaran individu antar jenis tidak merata atau ada jenis tertentu yang dominan. 8. Indeks Dominansi Indeks dominansi dihitung dengan menggunakan rumus “indeks of Dominance” dari Simpson (Odum, 1983). C=∑ ( )2 Dimana : C : Dominansi Simpson ni : Jumlah individu tiap spesies N : Jumlah individu seluruh spesies 18 dengan kriteria (Odum, 1971) sebagai berikut : C mendekati 0 tidak ada jenis yang mendominansi dan C mendekati 1 terdapat jenis yang mendominansi. Analisis Data Dari hasil yang diperoleh baik parameter penunjang maupun kelimpahan keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi di analisis secara deskritif dalam bentuk grafik dan table. Uji Analysis of Variance (ANOVA) One way digunakan untuk melihat perbedaan Kepadatan zooplankton pada habitat lamun – mangrove, lamun, dan lamun – karang. 19 III. A. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Lingkungan Parameter oseanografi fisika dan kimia air laut sangat berpengaruh besar terhadapat kehidupan suatu organisme di perairan. Dari hasil penelitian di kepulauan Tanakeke parameter oseanografi fisika dan kimia masih sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan zooplankton. Parameter oseanografi yang terukur yaitu suhu, salinitas, arus, pH, DO, seperti yang dilihat pada tabel dibawah. Tabel 1. Parameter Lingkungan pada setiap stasiun LOKASI PARAMETER LINGKUNGAN MANGROVELAMUN LAMUN KARANGLAMUN SUHU (0C) 27,3 – 31,2 30 – 32,2 28,3 – 31,1 30 - 35 7,6 –7,9 5,9 – 8,9 28 - 30 7,5 – 7,9 7,7 – 8,3 30 - 35 8 – 8,2 7,6 – 8,6 0 SALINITAS ( /00) Ph DO (mg/l) 1. Suhu Suhu merupakan parameter yang penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap lingkungan laut. Table di atas terlihat perbedaan yang tidak terlalu signifikan pada ketiga daerah perairan tersebut kisran suhu antara 20 0C – 30 0C. ini menunjukan bahwa perairan Kepulauan Tanakeke cukup stabil dan masih berada dalam batas kelayakan bagi kehidupan zooplankton. Menurut Ray dan Rao ( 1964), secara umum suhu optimal bagrkembangan plankton ialah 20 0C – 30 0C. selanjutnya Shetty et al ( 1963) menyatakan bahwa setiap organisme hidup mempunyai batas toleransi terhadap suhu di sekitarnya. 20 2. Salinitas Nilai kisaran salinitas yang diperoleh selama penelitian, perairan Kepulauan Tanakeke yaitu 30 - 32 0/00. Dari hasil tersebut, diketahui bahwa kisaran salinitas yang terdapat pada perairan kepulauan Tanakeke berada dalam kisaran salinitas yang normal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pescod (1973) bahwa pada perairan samudra memiliki kisaran salinitas antara 34 - 350/00, sedangkan untuk perairan pantai memiliki kisaran salinitas normal antara 28 - 320/00. Untuk kisaran salinitas yang terdapat di perairan Kepulauan Tanakeke memungkinkan zooplankton untuk dapat berkembang biak dengan baik. Menurut Sachlan (1972),plankton laut dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebih besar dari 20 0/00. 3. DO ( Oksigent Terlarut ) Kisaran kandungan oksigent terlarut pada perairan Kepulauan Tanakeke yaitu 5 - 8 mg/l. Menurut Wickstead (1965) dalam Safira (2005) bahwa kandungan oksigent dalam perairan secara normal. Sehingga dapat dikatakan bahwa berdasarkan kandungan oksigent terlarutnya, perairan Kepulauan Tanakeke layak bagi pertumbuhan zooplankton. 4. pH Untuk pengukuran pH selama penilitan, diperoleh nilai kisaran pH yang tidak terlalu jauh berbeda pada setiap stasiun pengamatan, sesuai dengan pernyataan Koesoebiono (1981) bahwa pH air laut cenderung konstan. Dari hasil penelitian di dapatkan nilai pH dengan kisaran antara 7 – 8. Kisaran nilai tersebut masih sesuai untuk pertumbuhan plankton dan belum membatasi laju pertumbuhannya. Omori dan Ikeda (1984) menyatakan bahwa pH air laut dianggap sebagai salah 21 satu faktor utama yang membatasi laju pertumbuhan plankton dan nilainnya berkisaran antara 7,0 – 8,5. B. Komposisi Jenis Zooplankton Komposisi jenis zooplankton pada daerah pengamatan yang ditemukan di perairan Kepulauan Tanakeke di ke tiga stasiun lamun – mangrove, lamun, dan lamun – karang selama analisa di laboratorium ditemukan 21 genera yaitu Acrocalanus, Calanus, Labidocera, Tortanidae, Naupli Parvocalanus, Larva Longipedia, Clausocalanus, Eupasids, Microsetella, Euterpina, Oithona, Pagurus, Cyprise, Cyprid Balanus, Latreutes, Balanus, Larva Spionid, Globigerina, Farella Campanula, Neglecta, Copidognathus. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa distribusi zooplankton pada ke tiga stasiun tidak merata. Hanya 4 genus zooplankton yang distribusinya merata dan terdapat ketiga stasiun yaitu Oithona, Microsetella, Cyprid Balanus, dan Globigerina. Diduga ke empat genus tersebut dapat beradaptasi dengan baik. Menurut Prianto; Husnah & Aida, 2008 Jenis yang dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya akan mendominasi wilayah tersebut. 22 Tabel 2. Hasil Pencacahan Genus Zooplankton Stasiun/Jumlah No. 1 2 3 4 5 6 7 Kelas/Genus Crustacea Acrocalanus Calanus Labidocera Tortanidae Naupli Parvocalanus Larva Longipedia Clausocalanus Eupasids Microsetella Euterpina Oithona Malacostraca Pagurus Cyprise Latreutes Cyprid Balanus Polychaeta Larva Spionid Sarcodina Globigerina Farella Campanula Maxillopoda Balanus Sagittoidea Neglecta Archinida Copidognatus Mangrove – Lamun Lamun Karang Lamun Jumlah ind/L 0 1 5 3 0 0 0 5 4 1 2 0 4 2 7 8 3 0 7 10 0 0 8 3 4 1 7 0 0 17 6 23 9 1 2 9 0 9 16 1 10 29 10 33 0 0 0 1 1 0 9 1 1 4 1 2 2 4 10 4 1 0 1 2 2 2 14 18 0 1 0 1 4 0 0 4 0 5 1 6 0 Jumlah Total 4 0 4 184 23 1% 1% 1% 3% 2% 2% 2% 2% 2% 1% 1% 18% 4% 4% 16% 5% 5% 5% Gambar 2. 10% 5% 9% Oithona Microsetella Globigerina Larva Longipedia Eupasids Naupli Parvocalanus Euterpina Latreutes Tortanidae Labidocera Neglecta Acrocalanus Cyprise Cyprid Balanus Balanus Copidognatus Larva Spionid Calanus Pagurus Farella Campanula Clausocalanus Presentase hasil pencacahan genus zooplankton yang ditemukan pada daerah Lamun – mangrove, Lamun, dan Lamun - Karang. Berdasarkan pencacahan genus zooplankton pada seluruh stasiun (Tabel 2), di temukan kepadatan total genus adalah 184 ind/L. Untuk class Crustacea ditemukan 11 genera di seluruh Stasiun yaitu Acrocalanus, Calanus, Labidocera, Tortanidae, Naupli Parvocalanus, Larva Longipedia, Clausocalanus, Eupasids, Microsetella, Euterpina, Oithona. yang di dominasi oleh genus Oithona dengan jumlah 33 ind/L, pada class Malacostraca terdapat 4 genera yaitu Pagurus, Cyprise, Cyprise Balanus, Latreutes. class polychaeta terdapat 1 genus yaitu Larva Spionid, sedangkan genus Globigerina, Farella Campanula, Neglecta, Copidognathus terdapat pada Class lainnya. Untuk jumlah genus yang mendominasi di ketiga stasiun, mangrove – lamun, lamun, dan karang - lamun yaitu dari genus Oithona (28%) dan terdapat pada Stasiun lamun, sedangkan pada Stasiun mangrove – lamun dan karang – 24 lamun terdepat genus Eupasids (20%) dan Globigerina (21%) (Gambar 3). Ini sejalan dengan pernyataan Sachoemar dan Hendiarti (2006), Oithona merupakan salah satu genus dari copepoda yang banyak ditemukan dalam perairan indonesia seperti laut di Selatan Jawa Timur, Lombok, dan Bali Sedangkan menurut Lenz (2000) menyatakan bahwa Oithona merupakan salah satu genus yang memiliki kemampuan vertikal migrator yang kuat sehingga mudah ditemukan di banyak lokasi dan melimpah. 25 Mangrove - Lamun Lamun Karang - Lamun Calanus Labidocera Tortanidae Larva Longipedia Tortanidae Naupli Parvocalanus Microsetella Euterpina Larva Longipedia Eupasids Oithona Pagurus Microsetella Euterpina Cyprid Balanus Latreutes Oithona Cyprid Balanus Globigerina Farella Campanula Balanus Larva Spionid Neglecta Copidognathus Acrocalanus Labidocera Larva Longipedia Eupasids Oithona Cyprise Latreutes Globigerina Calanus Naupli Parvocalanus Clausocalanus Microsetella Pagurus Cyprid Balanus Larva Spionid Neglecta Globigerina 2% 3% 5% 3% 3% 13% 10% 1% 1% 1% 6% 5% 6% 6% 9% 21% 10% 8% 2% 11% 8% 10% 8% 8% 20% 3% 21% 1% 1% 1% 1% 3% 13% 6% 28% 8% 1% 1% 13% 13% 3% Gambar 3. Presentase Komposisi Jenis pada setiap stasiun 26 Dari kepadatan tertinggi zooplankton berdasarkan stasiun ditemukan genus Oithona lebih mendominansi dengan jumlah individu 28% . Kelimpahan genus Oithona ini banyak dimanfaatkan sebagai pakan hidup hewan laut salah satunya ialah juwana kuda laut, karena kandungan protein yang terkandung pada Oithona lebih tinggi yang berfungsi penting untuk mendukung sebagian besar kelulusan hidup dan pertumbuhan (Moyle dan Cech 1988, dalam Redjeki 2007). Dengan demikian juwana yang diberi perlakuan pakan yang mengandung unsur Oithona menunjukan tingkat kelulusan dan laju pertumbuhan yang baik (Redjeki, 2007). Oithona merupakan zooplankton yang diklasifikasikan kedalam : Phylum : Arthropoda class : Crustacea Sub class : Copepoda Ordo : Eucopepoda Sub Ordo : Cyclopoida, Familli : Cyclopoidae Genus : Oithona (Pratt dalam Anonim, 2004). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2007) yang melihat kebiasaan makan kuda laut jenis H. barbouri menyatakan bahwa makanan utama kuda laut yaitu dari ordo Amphipoda dan makanan tambahan dari ordo calanoida dan mysida. C. Kepadatan Zooplankton Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di perairan kepulauan Tanakeke Kab. Takalar. Ditemukan 21 genus zooplankton, dengan kepadatan genus yang berbeda – beda di setiap stasiun yang di amati (Gambar 4). 27 40.0 33.1 Rerata Kelimpahan Total Zooplankton ind/L 35.0 30.0 30.8 26.4 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 Mangrove - Lamun Lamun Karang - Lamun Gambar 4. Presentase Rerata Kepadatan Total Zooplankton Tiap Stasiun Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Analysis of Variance (ANOVA) menunjukkan bahwa kepadatan zooplankton antar stasiun tidak menunjukan perbedaan yang signifikan (p>0.05) (Lampiran 3). Meskipun kelimpahan zooplankton antar stasiun tidak menunjukan perbedaan yang signifikan, tetapi presentase kelimpahan zooplankton pada stasiun lamun lebih tinggi dibandingkan dengan di kedua habitat lainnya. Diduga jumlah individu zooplankton pada stasiun lamun mendominasi dari kedua stasiun lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Mahatir (2014) untuk melihat laju pertumbuhan kuda laut, kelimpahan zooplankton menunjukan lokasi habitat lamun merupakan lokasi yang paling melimpah keberadaan zooplanktonya. Sedangkan menurut (Azkab, 2000 dan Tangke, 2010) lamun memiliki tingkat produktivitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti eksoistem mangrove dan terumbu karang. 28 D. Indeks keanekaragaman (H’) Indeks Keanekaragaman 1.6 1.35 1.4 1.2 1 0.8 0.79 0.7 0.6 0.4 0.2 0 Mangrove - Lamun Lamun Karang - Lamun H' Gambar 5. Indeks Keanekaragaman di Tiap Stasiun Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman (Gambar 5) yang ditemukan pada perairan Kepulauan Tanakeke cenderung tidak stabil karena rendahnya keanekaragaman. Tingginya suatu indeks keanekaragaman menunjukan suatu ekosistem yang seimbang dan memberikan peranan yang besar untuk menjaga keseimbangan yang merusak ekosistem dan spesies yang dominan dalam suatu komunitas memperlihatkan kekuatan spesies itu dibanding dengan spesies yang lain (Arsil, 1999 dalam Dhianthani 2003). Ekosistem yang tidak seimbang akan mempengaruhi pakan alami sehingga jika pakan alami tidak tersedia maka kelangsungan hidup larva organisme akan terancam. Keragaman zooplankton pada daerah tropis cenderung rendah dibandingkan dengan daerah yang beriklim sedang, (Wetzel, 2001 dalam Sulastri et al , 2004). 29 E. Indeks Keseragaman (E) Hasil analisa indeks keseragaman zooplankton pada kepulauan tanakeke pada Stasiun karang – lamun keseragamannya tinggi , pada daerah mangrove – lamun nilai keseragamannya labil, sedangkan pada daerah lamun nilai indeks menunjukan bahwa Stasiun ini memiliki keseragaman yang kurang baik dikarenakan ada beberapa jenis zooplankton yang mendominasi pada daerah tersebut. (Gambar 6). Sastrioajie ; Peristiwady & La Pay (2012) menyatakan kategori nilai indek keseragaman (e) yaitu apabila nilai 0,00< e < 0,50 komunitas dalam kondisi tertekan, nilai 0,50 < e < 0,75 komunitas dalam kondisi labil dan nilai 0,75 < e <1,00 komunitas dalam kondisi stabil. Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pada Stasiun mangrove – lamun dan karang – lamun memiliki keseragaman zooplankton yang labil – stabil. 1 0.94 Indeks Keseragaman 0.9 0.8 0.7 0.6 0.56 0.5 0.43 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Mangrove - Lamun Lamun Karang - Lamun E Gambar 6. Indeks Keseragaman di Tiap Stasiun 30 F. Indeks Dominansi (C) Pada Gambar 7 dapat dilihat di kedua daerah penelitian yaitu Stasiun mangrove – lamun dan karang – lamun menunjukan tidak adanya jenis yang mendominasi, kecuali pada Stasiun lamun. Menurut Sastrioajie; Peristiwady & La Pay (2012) bahwa nilai indek dominansi (D) berada pada kategori rendah ketika 0,00 < D < 0,50, sedangkan kategori sedang untuk nilai 0,50 < D < 0,75 dan dominansi tinggi ditunjukkan pada nilai 0,75 < D<1,00. Dengan demikian keseimbangan komunitas zooplankton pada perairan kepulauan Tanakeke menunjukan kondisi perairan yang relatif baik. Umumnya apabila pada suatu komunitas perairan memiliki nilai H’ dan e nya tinggi, maka nilai D nya cenderung rendah. Sebaliknya apabila nilai H’ dan e nya rendah, maka nilai D nya tinggi, menunjukkan ada dominansi suatu spesies terhadap spesies lain dan dominansi yang cukup besar akan mengarah pada komunitas yang labil atau tertekan, (Masrizal & Azhar (2001). Menurut odum (1993) hilangnya suatu jenis yang dominan akan menimbulkan perubahan – perubahan penting tidak hanya dalam komunitas biotiknya sendiri tetapi akan juga dalam lingkungan fisiknya. Adanya dominansi suatu jenis zooplankton dapat diindikasikan perairan tersebut sudah tercemar atau kurang baik, sehingga hanya jenis tertentu saja yang bisa beradaptasi pada kondisi perairan tersebut . dominansi jenis suatu organisme salah satu indikator untuk menilai kualitas suatu perairan. 31 0.6 0.53 Indeks Dominansi 0.5 0.42 0.4 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Mangrove - Lamun Lamun Karang - Lamun C Gambar 7. Indeks Dominansi di Tiap Stasiun 32 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Ditemukan 21 genus zooplankton dari ketiga Stasiun yang tertinggi tergolong ke dalam kelompok Crustacea. 2. Genus OIthona mendominasi pada perairan kepulauan Tanakeke dengan kelimpahan jumlah genus 33 ind/l 3. Tidak terdapat perbedaan signifikan kepadatan zooplankton pada ketiga stasiun. B. Saran Diharapkan untuk penelitian lanjutan demi hasil yang lebih maksimal, perlu dilakukan penelitian mengenai genus oithona sebagai pakan alami kuda laut di perairan kepulauan Tanakeke. Melihat genus Oithona banyak di temukan di perairan tersebut. 33 V. DAFTAR PUSTAKA Arinardi, O.H. 1997. Hubungan Antara Kuantitas Fitoplankton dan Zooplankton di Perairan Sebelah Utara Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Oseanologi Indonesia. Anwar, N. 2008. Karateristik Fisika Kimia Perairan dan Kaitannya dengan Distribusi serta Kelimpahan Larva Ikan di Teluk Pelabuhan Ratu. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Al-Baharna W.S. 1986. Fishes of Bahrain. Ministry of Commerce and Agriculture, Directorate of Fisheries, State of Bahrain. Gov’t Press, Ministry of Information, Bahrain, 244 pp. Al Qodri, A. H., Sudjiharno., A. Hermawan., 1998. Pemeliharaan Induk dan Pematangan Gonad. Direktorat Jenderal Perikanan. Balai Budidaya Laut. Lampung. Azkab, M.H. 2000. Struktur dan Fungsi pada Komunitas Lamun. Oseana, Volume XXV, Nomor 1, 2000 : 1 – 11. Pusat Penelitian dan Pengembangan Osenologi-LIPI. Jakarta. Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish. Culture. Elsevier Scientific Publishing : Amsterdam. Boyd, C.E. 1979. Water Quality in Warm Water Fish Pound. Auburn University Agriculture Exp. Auburn. Burton, R dan Maurice, 1983. Sea Horse. Departement of Ichtyogy, American museum of History, USA. Castro. M. dan Huber, M.E. (2007). Marine Biology. New York : MeGraw – Hill Companies Inc.. Dianthani, D. 2003. Identifikasi Jenis Plankton Di Perairan Muara Badak, Kalimantan Timur. Makalah Falsafah Sains Program PascaSarjana. Institut Pertanian Bogor. Fritzche, R. A., 1997. Revision Of The Eastern Pacific Syngnathidae (Picces : Syngnathiformes), Including Both Recent And Fossil Forms. Proceeding Of The California Academy Of Sciences. http://www.oceanoasis.org/fieldguide/hipp-ing.html (diakses 18 Februari 2015). 34 Hasrul, S. M., 2009. Model Migrasi Zooplankton Secara Temporal Dengan Pendekatan Optik Laut Di Perairan Pulau Barrang Lompo, Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Jurusan Ilmu Kelautan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Hutagalung H. P. dan A. Rozak. 1997. Penentuan Kadar Nitrat. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota. H. P Hutagalung, D. setiaperma dan S. H. Riyono (Editor). Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi. LIPI, Jakarta. Hutagalung, Horas P. 1997. Pengambilandan Pengawetan Contoh Air Laut : Metoda Analisa Air Laut, Sedimen dan Biota. Buku 2 P3O LIPI. Jakarta. Hutabarat, S dan Evan, S.M. 1986. Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia. Press. Jakarta. Isnansetyo, Alim dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton & Zooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 116 pp. Kaswadji, R. F. 1976, Studi Pendahuluan dan Pengawetan Contoh Air Laut : Fitoplankton di Delta Upang Sumatra Selatan. Fakultas Perikanan, IPB. Kaswadji, R. F. 1976, Studi Pendahuluan Tentang Penyebaran dan Kelimpahan Fitoplankton di Delta Upang Sumatera Selatan. Fakultas Perikanan, IPB. Kanou K. & Kohno H. 2001. Early life history of a seahorse, Hippocampus mohnikei, in Tokyo Bay, Japan. Ichthyological Research 48, 361–368. Kitsos M.S., Tzomos T.H., Anagnospoulou L. & Koukouras A. 2008. Diet composition of the seahorses, Hippocampus guttulatus Cuvier, 1829 and Hippocampus hippocampus (L., 1758) (Teleostei, Syngnathidae) in the Aegean Sea. Journal of Fish Biology 72, 1259–1267. Masrizal & Azhar.2001. Kajian Komunitas dan Keanekaragaman Jenis Ikan Pada ekosistem Perairan di Taman Nasional Kerinci Seblat. Pusat Studi Lingkungan Hidup, UNAND Padang. Naskah Proposal yang diajukan kepada Yayasan KEHATI, Padang: 20 p. Mason, C. F. (1981). Biology of Freshwater Pollution, Longman, London. Mahatir, A. 2014. POLA PERTUMBUHAN KUDA LAUT (Hippocampus barbouri, Jordan & Richardson, 1908) YANG HIDUP PADA BEBERAPA TIPE STASIUNDI PERAIRAN KEPULAUAN TANAKEKE KABUPATEN TAKALAR. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar. 35 Mira, S. dan Yulianto K. 2007. Durasi Hidup Hippocampus Kuda Bleeker, 1852 Pada Percobaan Pemeliharaan Kuda Laut Secara Indoor Maupun Outdoor. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2007) 33: 281 – 293 Moyle, P. B. and J. C. Cech, Jr. 1988. Fishes : An Introduction to Ichthyology 2nd edition. Prentice- Hall Inc., USA. 559 pp. Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di Bui Tanpa Keberadaan Plankton. Pusat Penelitian Oseanografi, Jakarta. Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI. Jakarta. Nontji, A., 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta Nontji, A. 1987. Laut Nusantara.Penerbit Jembatan. Jakarta Nybakken, 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit Gramedia, Jakarta. PT. Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta. Odum, E.P. 1983. Basic Ekology. Saunders College Publishing. University of Georgia. New York. Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga . Gajah mada University Press. Jogjakarta. H. 134-162. Odum, E. P. 1971. Dasar – Dasar Ekologi. Gadjah mada University Press. Yogyakarta . Interscience Publication. New York. Pasengo. Y. L. 1995. Studi Dampak Limbah Pabrik Plywood Terhadap Kelimpahan dan Keanekaragaman Fitoplankton di Perairan Dangkal Desa Barowa Kecamatan Bua Kabupaten. Luwu. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Paterson, M. 1998. Ecological Monitoring and Assessment Network (Eman) Protocols for Measuring Biodiversity: Zooplankton in Fresh Waters. Department of Fisheries and Oceans Freshwater Institute 501 University Crescent Winnipeg, Manitoba. Pranoto, B. 2008. Struktur Komunitas Zooplankton Di Muarai Sungai Serang. Yokyakarta.http://ik-ijms.com/2008/10/18/struktur-komunitas-zooplanktondi-muarai-sungai-serang-yogyakarta/ diakses ada tanggal 29 agustus 2015 pukul 23.00 wita. Prianto, E. Husnah, & Aprianti, E. 2013. KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR EKOLOGI ZOOPLANKTON DI SUNGAI BANYUASIN SUMATERA 36 SELATAN. Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum. Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. Jakarta Utara Parkins, H. C., 1974. Air Pollution. Mc. Graw Hill. Tokyo. Puja Y., S. Juliaty dan S. Indah., 1998. Pemeliharaan Juwana Kuda Laut. Balai Budidaya Laut. Lampung. Penyediaan Pakan Alami Untuk Direktorat Jenderal Perikanan. Redjeki, S. 2007. Pemberian Copepoda Tunggal dan Kombinasi Sebagai Pakan Alami Kuda Laut (Hippocampus Kuda). Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Vol. 12 (1): 1-5. Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut. Djambatan. Jakarta. Satrioajie, W.N; T. Peristiwady & La Pay. 2012. Keanekaragaman Ikan di daerah Padang Lamun Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah. Bawal Vol. 4(1):9 - 17. Sachoemar, I.S dan N. Hendiarti. 2006. STRUKTUR KOMUNITAS DAN KERAGAMAN PLANKTON ANTARA PERAIRAN LAUT DI SELATAN JAWA TIMUR, BALI DAN LOMBOK. Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta. Santoso, B. (2014). ANALISIS JENIS MAKANAN KUDA LAUT Hippocampus barbouri, (Jordan & Richardson, 1908) PADA DAERAH PADANG LAMUN DI KEPULAUAN TANAKEKE, TAKALAR, SULAWESI SELATAN. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar. Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang. Syafiuddin. 2004. Pembenihan dan Penangkaran Sebagai Alternatif Pelestarian Populasi Kuda Laut (Hypocampus spp.) Di Alam. [email protected] Sitanggang, M., 2002. Mengatasi Penyakit Dan Hama Penyakit Ikan Hias. Agromedia Pustaka. Jakarta. Tambaru, R., dan Samawi., F., 1996. Beberapa Parameter Fisika – Kimia Air di Muara Sungai Tallo Kotamadya Ujung Pandang. Torani. Bulettin Ilmu Kelautan No. 2 Vol. 6 UNHAS Ujung Pandang. Tambaru, R., 2001. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Lamanya Masa Inkubasi Produktivitas Primer Di Perairan Teluk Harun. Tesis Pasca Sarjana. IPB. 37 Tangke. 2010. Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi). Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 3 Edisi 1 (Mei 2010). Thayib,S.S, 1977. Beberapa Catatan Menarik Mengenai Tangkur Kuda Laut (Hypocampus, spp). Warta Oseana G. Hal 1 – 5 Tipton K. & Bell S.S. 1988. Foraging patterns of two syngnathid fishes: importance of harpacticoid copepods. Marine Ecology Progress Series 47, 31–43. Vincent, A. 1995. Exploitation Of Seahorse and Pipe Fish,In Nagathe ICLARM, Quartely. P. 18 – 19 Whitfield A. 1995. Threatened fishes of the world: Hippocampus capensis Bouleger, 1900 (Syngnathidae). Environmental Biology of Fishes 44, 362. 38