BAB II TINJAUAN PERBANDINGAN KOMUNITAS

advertisement
BAB II
TINJAUAN PERBANDINGAN KOMUNITAS ZOOPLANKTON
DI DAERAH LITORAL SERTA ESTUARI CIPATIREMAN
PANTAI SINDANGKERTA
A.
Ekosistem
Ekosistem meliputi hubungan timbal balik antara faktor biotik (makhluk
hidup) dengan faktor abiotik (benda tidak hidup) beserta proses pertukaran energi
dan materi yang semua komponen tersebut saling berkaitan dan ketergantungan,
dalam mempengaruhi kelangsungan hidup makhluk hidup dengan lingkungannya
(Mulyadi, 2010: 2). Di dalam ekosistem, terjadinya siklus materi dan energi
berlangsung saling ketergantungan dan saling mempengaruhi. Apabila diantara
bagian (komponen) terganggu, maka akan mempengaruhi komponen lainnya,
sehingga kestabilan ekosistem akan terganggu. Ekosistem tidaklah statis,
melainkan
dinamis,
sehingga
bisa
berubah-ubah
sesuai
pengaruh
dan
perkembangan zaman, terutama pengaruh dari perkembangan pola berfikir
manusia terhadap alam dan semua aktivitas manusia yang mengubah keadaan
ekosistem. Ekosistem mengandung keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas
dengan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan interaksi kehidupan
dalam alam.
Tipe-tipe ekosistem secara umum ada tiga tipe, yaitu ekosistem air,
ekosistem darat, dan buatan. Ekosistem air (akuatik) terdiri dari ekosistem air
tawar dan ekosistem air laut. Pada ekosistem air laut dapat dibedakan atas
beberapa sub ekosistem yang meliputi ekosistem lautan, ekosistem terumbu
12
13
karang, ekosistem pantai, ekosistem estuari. Ekosistem pantai adalah ekosistem
laut yang letaknya berbatasan dengan ekosistem darat dan daerah pasang surut.
Kondisi dalam ekosistem ini sangat dipengaruhi siklus harian pasang surut air
laut. Sedangkan ekosistem estuari (muara) adalah ekosistem tempat bersatunya air
sungai dan air laut. Salinitas air dalam ekosistem ini berubah bertahap mulai dari
daerah tawar ke asin. Salinitas juga dipengaruhi siklus harian pasang surut.
Adapun nutrien dari sungai telah memperkaya daerah estuari dan membuat
berbagai komunitas tumbuhan seperti rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton dan hidup dan tumbuh subur. Di dalam suatu ekosistem terdiri dari
kumpulan
komunitas yang membentuk
hubungan timbal balik atau saling
berinteraksi. Yuliana (2014 dalam Faiqoh, 2009, h. 32)
1.
Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai berada di antara perbatasan daratan dan lautan. siklus
harian
arus air yang pasang surut, menjadi pengaruh utama pada ekosistem
pantai. Ekosistem pantai terletak di zona litoral, Adanya nutrien didalam air dan
arus serta didukung oleh faktor kimia dan fisika menjadikan pantai sebagai
perairan yang kaya keanekaragaman jenis. Suhu, pH, kadar oksigen, salinitas
merupakan parameter fisik yang penting untuk kehidupan organisme diperairan
pantai (Surtikanti, 2009, h. 81). Kawasan ini umumnya ditandai dengan adanya
hutan mangrove, serta perairan yang kaya akan bermacam mikroba. Unsur hayati
yang hidup di kawasan ini biasanya sangat variatif, memiliki adaptasi struktural
sehingga dapat melekat erat pada substrat keras untuk menjaga dirinya dari
14
hempasan ombak yang kencang. mulai dari kelompok plankton, moluska, rumput
laut hingga berbagai jenis ikan.
Zona litoral merupakan perairan dangkal yang memperoleh banyak cahaya
(Campbell, 2010, h. 341). Ketika air surut, wilayah ini akan mengering, dan
berubah menjadi pantai. Sedangkan ketika air pasang
wilayah
ini akan
tergenang oleh air. Zona litoral adalah daerah perairan yang dangkal dengan
penetrasi cahaya sampai ke dasar, biasanya pada zona litoral ini ditumbuhi oleh
tanaman air (Odum, 1994, h. 374). Pada daerah ini radiasi matahari, variasi
temperatur, dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini
dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Zona ini merupakan daerah pantai yang
terletak diantara pasang tertinggi dan surut terendah daerah ini mewakili daerah
peralihan dari kondisi lautan ke kondisi daratan. Daerah ini merupakan zona yang
melimpah dengan kehidupan (Nybakken, 1992, h. 35).
a.
Biota Pantai
Biota yang hidup dipantai dipengaruhi oleh karaketristik dari perairan
tersebut antara lain adalah ketersediaan cahaya, kedalaman air, serta kompleksitas
topografi. Banyak macam organisme di daerah pantai,
diantaranya plankton,
bakterioplankton, nekton, benthos dan meiofauna. Meiofauna dapat pula diartikan
sebagai kelompok metazoa kecil yang berada di antara mikrofauna dan
makrofauna. Meiofauna yang hidup pada substrat lunak (lumpur pasir) yaitu
Foraminifera. Foraminifera termasuk dalam Filum Protozoa yang mulai
berkembang pada jaman Kambrium. Mayoritas hidup pada lingkungan laut dan
15
mempunyai ukuran yang beragam mulai dari 3 µm sampai 3 mm (Haq and
Boersma, 1983 dalam Susanti, 2010, h. 30).
b. Pantai Sindangkerta
Pantai Sindangkerta, merupakan taman laut yang disebut taman lengsar.
Pantai ini merupakan pantai landai dengan hamparan pasir putih yang mempunyai
tanaman laut serta sebagai habitat penyu (Chelonia mydas) dalam penetasan
telurnya, terletak di desa Sindangkerta, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten
Tasikmalaya (Mulyadin,2014). Jaraknya sekitar 90 km dari pusat kota
Tasikmalaya, 200 km dari Kota Bandung, 380 km dari Jakarta dan sekitar 90 km
sebelah barat Pantai Pangandaran. Pantai tersebut memiliki letak geografis E 108 o
03'; S 7o 45' (Randani, 2015). Pantai sindangkerta dapat dijadikan sumber edukasi
bagi para peneliti. Kawasan pantai memiliki zona litoral yang berbatasan langsung
dengan daratan.
2.
Ekosistem Estuari
Estuari adalah bentuk teluk di pantai yang sebagian tertutup, di mana air
tawar dan air laut bertemu dan bercampur. Definisi ini memberi arti adanya
hubungan bebas antara laut dengan sumber air tawar, paling sedikit selama
setengah waktu dari setahun. (Nybakken 1992, hal. 290). Pada ekosistem estuari
ini air laut mengalir dalam saluran estuari selama pasang naik dan kembali ke laut
selama pasang surut. Seringkali air laut berdensitas lebih tinggi menempati dasar
saluran dan bercampur sedikit dengan air sungai yang berdensitas yang lebih
rendah dipermukan. (Campbell, 2010. h.342).
Menurut Nybakken (1992 dalam Faiqoh, 2009, h. 9) ketika air tawar
16
masuk ke estuaria dan bercampur dengan air laut, terjadi perubahan suhu dimana
suhu perairan estuaria lebih rendah pada musim dingin dan lebih tinggi pada
musim panas daripada perairan pantai sekitarnya. Variasi suhu yang besar ini
sebagai fungsi dari perbedaan antara suhu air laut dan air sungai. Pola aliran
estuari, dikombinasikan dengan sedimen yang dibawa oleh sungai dan air pasang,
menciptakan jejaring kompleks saluran pasang-surut, pulau, parit alami, dan
daratan lumpur. (Campbell, 2010. h.342).
a.
Biota Estuari
Wilayah
estuari merupakan suatu tempat yang sulit untuk ditempati,
daerah ini bersifat sangat produktif yang dapat mendukung sejumlah besar biota.
Oleh karena itu, umumnya daerah ini dikatakan bahwa estuari relatif hanya dapat
dihuni oleh beberapa spesies saja. Estuari menyokong banyak cacing, tiram,
kepiting, dan spesies ikan yang dikonsumsi manusia. Banyak invertebrata dan
ikan laut menggunakan estuari sebagai daerah berbiak atau bermigrasi melalui
estuari menuju habitat perairan tawar di hulu. Estuari juga menjadi wilayah
mencari makan yang amat penting bagi ungags air dan beberapa mamalia laut.
(Campbell, 2010. h.342).
b.
Estuari Cipatireman
Estuari Cipatireman ini berbatasan langsung dengan pantai Sindangkerta.
Wilayah ini pada umumnya dijadikan ladang pencaharian , karena mengandung
biota yang dapat dimanfaatkan , dan dapat meningkatkan tingkat perekonomian,
tidak jarang pula wilayah tersebut digunakan sebagai jalur transportasi air oleh
17
warga sekitar. Daerah ini merupakan tempat untuk berpijah dan membesarkan
anak-anaknya bagi beberapa spesies ikan. Adapun faktor yang menyebabkan
daerah ini mempunyai nilai produktivitas tinggi yaitu, disana terdapat suatu
penambahan bahan- bahan organik secara terus menerus yang berasala dari daerah
aliran sungai, perairan estuarin adalah dangkal, sehingga cukup menerima
matahari untuk membantu kehidupan didalamnya. Yuliana (2014 dalam Faiqoh,
2009, h. 22)
B.
Komunitas
Komunitas adalah prinsip ekologi yang penting, menekankan keteraturan
dalam kumpulan berbagai organisme yang hidup di setiap habitat. Komunitas
bukan hanya sekumpulan hewan dan tumbuhan yang hidup saling ketergantungan
satu sama lain tetapi merupakan suatu komposisi kekhasan taksonomi, dengan
pola hubungan antara trofik tertentu dan pada metabolismenya (Michael, 1994, h.
267).
Komunitas merupakan suatu kelompok populasi dari sejumlah spesies
yang berbeda disuatu wilayah. Ekologi komunitas mengkaji bagaimana interaksi
interaksi antar spesies, Seperti predasi dan kompetisi, mempengaruhi struktur dan
organisasi komunitas (Campbell, 2010. h. 327).
Komunitas dapat disebut dan diklasifikasi menurut bentuk atau sifat struktur
utama seperti misalnya jenis-jenis yang dominan, bentuk-bentuk hidup atau
indikator-indikator, habitat fisik dari komunitas, atau tanda-tanda fungsional
seperti tipe metabolisme komunitas (Odum, 1994, h. 180).
18
Komunitas biotik sebagai kumpulan populasi apa saja yang hidup dalam
daerah atau habitat fisik yang telah ditentukan, hal tersebut merupakan satuan
yang diorganisir sedemikian rupa, bahwa dia mempunyai sifat-sifat tambahan
terhadap komponen individu dan fungsi-fungsi sebagai suatu unit melalui
transformasi-transformasi metabolik yang bergandengan (Odum 1997).
Suatu komunitas di dalam lingkungan bisa dikatakan stabil dan mencapai
kemantapan jika suatu komunitas tersebut memiliki keanekaragaman jenis yang
lebih tinggi, dibandingkan dengan komunitas lain yang terkendala faktor
pembatas. Faktor pembatas yang mempengaruhi keanekaragaman diantaranya
iklim, suhu, gangguan geografis, serta aktivitas manusia yang secara periodik
dapat mengganggu kestabilan ekosistem .(Odum, 1993. h. 186)
Odum (1993 dalam Handayani & Patria, 2005, h. 80) menyampaikan
bahwa komunitas dapat disebut dan diklasifikasikan menurut:
1.
Bentuk atau sifat struktur utama, misalnya jenis dominan, bentuk- bentuk
hidup atau indikator-indikator,
2.
Habitat fisik dari komunitas, atau
3.
Sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional seperti misalnya tipe metabolisme
komunitas.
Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika
komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama
dan hampir sama. Sebaliknya jka suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan
jika hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.
19
1. Kelimpahan
kelimpahan adalah banyaknya individu yang menempati wilayah tertentu atau
jumlah individu suatu spesies per satuan luas atau persatuan volume. (Michael,
1984. h. 57). Sedangkan Nybakken (1992, hal. 27) mendefinisikan kelimpahan
sebagai pengukuran sederhana jumlah spesies yang terdapat dalam suatu
komunitas atau tingkatan trofik. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kelimpahan adalah jumlah atau banyaknya individu pada
suatu area tertentu dalam suatu komunitas.
Kelimpahan suatu spesies zooplankton dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, nutrien, oksigen, kecerahan air dan arus
air dapat mempengaruhi kelimpahan dari spesies tersebut. Selain faktor tersebut,
suatu spesies tidak dapat sintas dan bereproduksi di suatu lingkungan yang baru.
Hal tersebut diakibatkan oleh interkasi negatif dengan organisme lain dalam
bentuk pemangsaan, parasistisme atau kompetisi (Campbell, 2010. h. 331). Selain
itu, Kelimpahan relatif adalah proporsi yang direpresentasikan oleh masing –
masing spesies dari seluruh individu dalam suatu komunitas ( Campbell, 2010. h.
385).
2. Keanekaragaman
Keanekaragaman adalah jumlah total spesies dalam suatu area tertentu
atau diartikan juga sebagai jumlah spesies yang terdapat dalam suatu area antar
jumlah total individu dari spesies yang ada dalam suatu komunitas (Michael,1984:
57).
Menurut Nybakken (1992, h. 27) Keanekaragaman adalah suatu cara
pengukuran yang memadukan jumlah spesies (kelimpahan) dan penyebaran
20
jumlah individu (distribusi). Sedangkan keanekaragaman spesies mencakup
seluruh spesies yang ditemukan di bumi. Spesies dapat diartikan sebagai
sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda
dari kelompok-kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia.
Definisi spesies secara morfologis ini yang paling banyak digunakan oleh pada
taksonom yang mengkhususkan diri untuk mengklasifikasikan spesies dan
mengidentifikasi spesimen yang belum diketahui.
Keanekaragaman spesies memiliki dua komponen utama yaitu kekayaan
spesies (species richness) dan kelimpahan relatif (relative abundance). Sehingga
keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas sangat berkaitan dengan
kelimpahan spesies tersebut dalam area tertentu.
Selain itu, keanekaragaman
spesies merupakan suatu karakteristik ekologi yang dapat diukur dan khas untuk
organisasi ekologi pada tingkat komunitas. Keanekaragaman spesies suatu
komunitas terdiri dari berbagai macam organisme berbeda yang menyusun suatu
komunitas. (Campbell, 2010. h. 385).
C.
1.
Zooplankton
Definisi Zooplankton
Zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat
beranekaragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili
hampir seluruh filum hewan Zooplankton memiliki ukuran lebih besar dari
fitoplankton (Nontji, 1987).
Zooplankton bersifat heterotrofik, oleh karena itu untuk kelangsungan
hidupnya ia sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi
21
makanannya. Zooplankton merupakan organisme laut yang memainkan peran
yang sangat penting dalam menopang rantai makanan di laut. Walaupun daya
geraknya terbatas dan distribusinya ditentukan oleh keberadaan makanannya,
zooplankton berperan pada tingkat energi yang kedua yang menghubungkan
produsen utama (fitoplankton) dengan konsumen dalam tingkat makanan yang
lebih tinggi.
Peranan zooplankton sebagai konsumen pertama sangat berpengaruh
dalam rantai makanan suatu ekosistem perairan (Handayani & Patria, 2005, h.
75). Zooplankton mempunyai alat gerak berupa flagel, silia, atau kaki renang,
namun pergerakannya sangat lemah dan tidak dapat melawan pergerakan arus air
(Raymont, 1963 dalam Faiqoh, 2009, h. 13).Dalam banyak spesies zooplankton,
suatu pergerakan tegak adalah biasa serta berirama, dan terjadi setiap hari. Bentuk
yang berpindah ini hidup pada kedalaman tertentu selama siang hari, dan naik ke
permukaan menjelang malam, serta tenggelam kembali ke kedalaman normal
pada pagi hari (Michael, 1994, h. 209).
Walaupun beberapa zooplankton dapat melakukan gerakan berenang
yang aktif yang membantu mempertahankan posisi vertikal, zooplankton secara
keseluruhan tidak dapat melawan arus air. (Odum, 1994, h. 374). Zooplankton ada
yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Ada pula
yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan.
Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di
dasar
laut (bentos)
menjalani
awal
kehidupannya
sebagai
zooplankton
yakni ketika masih berupa terlur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang
22
dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi nekton
atau bentos. (Barus et al., 2001).
Menurut (Effendi, 1997). Ukurannya zooplankton yang paling umum
berkisar 0,2-2mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang
biasa berukuran sampai lebih satu meter.
Kelompok yang paling umum di temukan antara lain copepod (copepod),
eufausid
(euphausid),
misid
(mysid),
amfipod
(amphipod),
kaetognat
(chaetognath). Zooplankton dapat di jumpai mulai dari perairan pantai, perairan
estuaria di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis
hingga ke perairan kutub (Nontji, 2008).Beberapa contoh zoolpankton seperti
yang terlihat pada Gambar 2.1.
23
Gambar 2.1.
Beberapa Contoh Zooplankton Marga Kopepoda di Perairan
Indonesia. a. Calanus;b. Rhincalanus;c. Eucalanus;d.
Paracalanus;e.
Euchaeta;f.
Centropages;g.
Temora;h.
Pleuromamma;i. Candacia;j. Labidocera;k. Pontellopsi;l.
Acartia; m. Undinula; n. Scolecithrix;o. Acrocalanus.
(Sumber: Yamaji, 1979 dalam Nontji, 2008, h. 133)
2.
Klasifikasi Zooplankton
Sesuai dengan perkembangannya Sieburth et al. (1978) dalam Nontji
(2008, h. 16) membagi plankton menjadi beberapa kelompok berdasarkan ukuran,
sebaran vertikal, sebaran horizontal, dan daur hidup, seperti uraian berikut:
a.
Penggolongan Berdasarkan Ukuran
Berdasarkan ukurannya Sieburth et al. (1978) dalam Nontji (2008, h. 16-
18) mengelompokkan plankton menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai
berikut:
1) Megaplankton (20-200 cm)
Banyak yang menyebut kelompok ini megaloplankton. Plankton yang
termasuk dalam kelompok ini umumnya adalah ubur-ubur yang memiliki ukuran
diameter payungnya bisa mencapai lebih dari satu meter, sedangkan umbai-umbai
tentakelnya bisa sampai beberapa meter panjangnya.Contohnya ubur-ubur
Schyphomedusa.
2) Makroplankton (2-20 cm)
Plankton yang termasuk ke dalam kelompok ini umumnya masih berupa
larva. Contohnya adalah kelompok eusafid, sergestid dan pteropod.
24
3) Mesoplankton (0,2-20 mm)
Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti kopepod,
amfipod, ostrakod dan kaetognat, selain itu beberapa fitoplankton yang berukuran
besar juga masuk dalam kelompok ini, seperti Noticula.
4) Mikroplankton (20-200 µm)
Plankton yang termasuk ke dalam kelompok ini umumnya adalah
fitoplankton, seperti diatom dan dinoflageat.
5) Nanoplankton (2-20 µm)
Kelompok plankton yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
kokolitoforid dan berbagai mikroflageat.
6) Pikoplankton (0,2-2 µm)
Plankton yang termasuk ke dalam kelompok ini umumnya adalah bakteri,
termasuk sianobakteri seperti Synechoccus.
7) Femtoplankton (˂ 0,2 µm)
Plankton yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah virioplankton atau
virus laut (marine virus).
25
Gambar 2.2: Contoh Tipe – Tipe Makroplankton (2–20 cm, gambar bagian atas,
dari kiri ke kanan: ktenofora, krill, ubur-ubur, arrow worm) dan
mesozooplankton (0.2–20 mm, gambar bagian bawah, dari kiri ke
kanan: ostrakod, salp, larva ikan, kladoseran, kopepod, larva bulu
babi).
Sumber: (Iain M. Suthers dan David Rissik, 2009, hal. 17).
Gambar 2.3:
Contoh Tipe – Tipe Mikroplankton (20–200 µm, gambar bagian
atas, dari kiri ke kanan: radiolaria, rantai diatom, armoured
dinoflagellata, centric diatom, dinoflagellata, nauplius (larva
crustacean), ciliata) and tipe nano-plankton (2–20 µm, gambar
bagian bawah, dari kiri ke kanan: silikoflagellata, pennata diatom,
coccolithophore, flagellata, diatom).
Sumber: (Iain M. Suthers dan David Rissik, 2009, hal. 17)
b.
Penggolongan Berdasarkan Sebaran Vertikal
Plankton hidup di laut mulai dari lapisan tipis di permukaan sampai pada
kedalaman yang sangat dalam. Berdasarkan sebaran vertikalnya Nontji (2008, h.
22-26) mengelompokkan plankton menjadi beberapa kelompok, diantaranya :
26
1)
Epiplankton
Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai
kedalaman sekitar 100 m. Pada kelompok epiplankton ini ada juga yang hanya
hidup dilapisan yang sangat tipis di permukaan yang langsung berbatasan dengan
udara , Plankton semacam ini disebut neuston. Contohnya adalah Trichodesmium
(Gambar 2. 4 ). Neuston yang hidup pada kedalaman sekitar 0-10 cm disebut
Hiponeuston. Dan dari kelopok neuston ini ada juga yang mengambang di
permukaan dengan sebagian tubuhnya dalam air dan sebagian tubuhnya lain
tersembul ke udara, disebut pleuston. Contohnya adalah Physalia physalis
(Gambar 2.5 ) , Janthina janthina (Gambar 2.6 )
Gambar 2.4: Neuston Trichodesmium thiebautii. Hidup di lapisan tipis
permukaan laut dan dapat mengikat gas nitrogen langsung dari
udara. Kadang-kadang bisa ditemukan dengan populasi yang amat
besar (blooming).
Sumber: (E. Carpenter, SIO dalam Nontji, 2008, h. 24)).
27
Gambar 2.5: Pleuston Physalia physalis, ubur-ubur api yang mempunyai layar
gelembung
yang
mencuat
di
atas
permukaaan
laut.
Gelembungnya berfungsi bagaikan layar yang bisa membawanya
hanyut oleh tiupan angin.
Sumber: (Duxbury dkk.,2002 dalam Nontji, 2008, h. 24)).
A.
B.
28
Gambar 2.6: Pleuston, Janthina janthina,keong yang hidup sebagai plankton
pada film air permukaan . A) Cangkang keong Janthina yang
memilin kekanan; b) Janthina dengan kantong pelampung untuk
mengambang di permukaan.
Sumber: (Zhong, 2002 dalam Nontji, 2008, h. 25)).
2)
Mesoplankton
Mesoplankton adalah plankton yang hidup di lapisan tengah, pada
kedalaman sekitar 100-400 m. Pada lapisan ini sulit dijumpai fitoplankton.
Lapisan ini didominasi oleh zooplankton. Contohnya kelompok kopepod seperti
Eucheuta marina dan kelompok eusafid seperti Thynasopoda.
3)
Hipoplankton
Hipoplankton adalah plankton yang hidup di kedalaman lebih dari 400 m.
Kelompok plankton yang hidup pada lapisan ini adalah batiplankton dan
abisoplankton. Contoh plankton yang hidup pada lapisan ini diantaranya
kelompok eusafid seperti Bentheuphausia ambylops (Gambar 2.7. )
Gambar 2.7: Contoh batiplankton, penghuni laut dalam sampai lebih 1500 m
Bentheuphausia ambylops
Sumber: (Yamaji, 1979 dalam Nontji, 2008, h. 26)).
29
c.
Penggolongan berdasarkan sebaran horizontal
Berdasarkan
sebaran
horizontalnya
Nontji
(2008,
h.
20-22)
mengelompokkan plankton menjadi beberapa kelompok, diantaranya:
1)
Plankton neritik
Plankton neritik hidup di perairan pantai dan payau dengan salinitas yang
relatif rendah. Komposisi plankton neritik merupakan campuran plankton laut dan
plankton perairan tawar. Contohnya: jenis kopepod seperti, Labidocera
muranoi.(Gambar 2.8. )
Gambar 2.8: Labidocera muranoi, jenis kepopod neritik
Sumber: (Mulyadi,2002 dalam Nontji, 2008, h. 21)).
2)
Plankton Oseanik
Plankton oseanik hidup di perairan lepas pantai hingga ketengah samudra.
Karena itu plankton oseanik ditemukan pada perairan yang bersalinitas tinggi.
30
Luasnya lautan mengakibatkan banyaknya jenis plankton yang tergolong dalam
kelompok plankton oseanik ini.
d.
Penggolongan berdasarkan daur hidup
Berdasarkan daur hidupnya Nontji (2008, h. 18-19) mengelompokkan
plankton menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut :
1) Holoplankton
Holoplankton adalah kelompok plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani
sebagai plankton. Contohnya: kopepod, amfipod salpa dan kaetognat.
2) Meroplankton
Meroplankton adalah kelompok plankton yang hanya pada tahap awal daur
hidupnya dijalani sebagai plankton, yakni pada tahap telur dan larva saja.
Contohnya telur dan larva ikan.
3) Tikoplankton
Tikoplankton bukanlah plankton sejati, karena biota ini dalam keadaan
normal hidup di dasar laut sebagai bentos. Namun arus air dan pasang surut
menyebabkan ia terangkat dan lepas dari dasar dan kemudian terbawa arus dan
mengembara sementara sebagai plankton. Contohnya beberapa jenis diatom
Bacillariophyceae).
3.
Penyebaran Zooplankton
Diperairan adapatasi merupakan cara bagaimana organisme mengatasi
tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup.zooplankton melakukan
adaptasi berupa migrasi vertikal,migrasi vertikal merupakan migrasi harian yang
31
dilakukan oleh organisme tertentu ke arah daar laut pada siang hari dan ke arah
permukaan laut pada malam hari.
Zooplakton melakukan migrasi vertikal bertujuan untuk menghindari pemangsaan
oleh para predator yang mendeteksi mangsa secara vertikal dan menyesuaikan
dengan
lingkungan
akibat
perubahan
suhu
yang
berubah-rubah
(Assoniwora,2009).
Migrasi vertikal merupakan suatu fenomena universal yang dilakukan oleh
zooplankton tertentu. Perangsang utama yaitu cahaya, namun perangsang ini
dapat dimodifikasi oleh faktor lain seperti suhu. Beberapa alasan zooplankton
melakukan migrasi vertikal ialah (1) untuk menghindari pemangsaan oleh para
predator yang mendeteksi mangsa secara visual; (2) untuk mengubah posisi dalam
kolom air; dan (3) sebagai mekanisme untuk meningkatkan produksi dan
menghemat energi (Nybakken, 1992).
4.
Peranan Zooplankton
Dalam hubungannya dengan rantai makanan, terbukti zooplankton
merupakan sumber pangan bagi semua ikan pelagis , oleh karena itu kelimpahan
zooplankton sering dikaitkan dengan kesuburan perairan. Sebagai herbivora
primer di ekosistem perairan, peranan zooplankton sangat penting artinya karena
dapat mengontrol kelimpahan fitoplankton. Dengan demikian zooplankton
berperan sebagai mata rantai antara produsen primer dengan karnivora besar dan
kecil (Nybakken, 1992). Struktur komunitas dan pola penyebaran zooplankton
dapat dijadikan sebagai salah satu indikator biologi dalam menentukan perubahan
kondisi perairan.
32
Selain itu zooplankton juga berguna dalam regenerasi nitrogen dilautan
dengan proses penguraiannya sehingga berguna bagi bakteri dan produktivitas
phytoplankton dilaut. Peranan lainnya yang tidak kalah penting adalah
memfasilitasi penyerapan Karbondioksida (CO2) dilaut.
D.
Parameter Lingkungan yang berpengaruh terhadap kelimpahan dan
keanekaragaman zooplankton
Kehidupan organisme dalam air sangat tergantung pada kualitas air
setempat, sehingga baik tumbuhan maupun hewan yang termasuk dalam
ekosistem perairan secara langsung maupun tidak langsung dapat dipengaruhi
oleh faktor fisika dan kimia airnya (Odum, 1971). Faktor abiotik seperti cahaya,
suhu, kecerahan, salinitas dan ketersediaan unsur-unsur hara sangat menentukan
kelimpahan plankton sebagai salah satu komponen biotik di dalam perairan.
1.
Arus Air
Perpindahan air sangatlah penting dalam penentuan penyebaran organisme
plankton, gas terlarut, dan garam-garaman. Kecepatan aliran juga mempengaruhi
perilaku organisme kecil.
Arus adalah gerakan massa air permukaan yang ditimbulkan terutama oleh
pengaruh angin. Arus dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lain seperti gravitasi
bumi, keadaan dasar, distribusi pantai dan gerakan rotasi bumi terutama arus-arus
yang skala lintasannya besar seperti arus-arus laut bebas (Nybakken, 1992).
Kecepatan aliran air yang mengalir beragam dari permukaan ke dasar,
meskipun berada dalam saluran buatan yang dasarnya halus tanpa rintangan apa
pun. Arus akan paling lambat bila makin dekat ke dasar. Perubahan kecepatan air
33
seperti itu tercermin dalam modifikasi yang diperhatikan oleh organisme yang
hidup dalam air mengalir, yang kedalamannya berbeda. (Michael, 1994, h. 143).
2.
Suhu
Suhu merupakan parameter yang penting dalam lingkungan laut dan
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan laut.
Menurut Nybakken (1992 dalam Faiqoh, 2009, h. 24) suhu merupakan ukuran
energi gerakan molekul. Suhu mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi
perairan Pescod (1973) dalam Asmara (2005, h. 17). Odum (1971) menyatakan
bahwa suhu air mempunyai peranan penting dalam kecepatan laju metabolisme
dan respirasi biota air, sehingga kebutuhan akan oksigen terlarut juga meningkat.
Dalam setiap penelitian pada ekosistem air, pengukuran suhu air
merupakan hal yang penting dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan
berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktivitas biologis fisiologis didalam
ekosistem air sangat dipengaruhi oleh temperatur. Pada suhu yang tinggi
metabolisme dan pernafasan meningkat sehingga konsumsi oksigen juga
mengalami peningkatan, maka perairan dengan suhu tinggi miskin akan oksigen
(Susanti, 2010, h. 12).
Suhu merupakan faktor pembatas bagi organisme air. Hal ini akan
mendorong plankton untuk melakukan migrasi pada kedalaman yang kaya akan
oksigen. Kenaikan suhu sebesar 100C (hanya pada kisaran temperatur yang masih
ditolelir) akan meningkatkan laju metabolisme dari organisme sebesar 2–3 kali
lipat. Lebih lanjut akibat meningkatnya laju metabolisme, akan menyebabkan
konsumsi oksigen meningkat (Susanti, 2010, h. 12)
34
Lapisan-lapisan suhu yang berbeda terdapat dalam habitat perairan, karena
permukaan air meluas pada saat awal ia menjadi hangat. Perluasan ini
mengurangi rapatan, dan membuat permukaan air menjadi lebih ringan dari pada
air di bawahnya, yang lebih dingin. Jadi air yang permukaannya hangat akan
membanjir di atas air yang lebih dingin (Michael, 1994, h. 136). Di lautan, suhu
bervariasi secara horizontal berdasarkan perbedaan posisi lintang dan bervariasi
secara vertikal berdasarkan kedalaman (Suantika, 2007, h. 18)
3. Salinitas
Salinitas adalah garam-garam terlarut dalam satu kilogram air laut dan
dinyatakan dalam satuan perseribu (Nybakken, 1992). Selanjutnya dinyatakan
bahwa dalam air laut terlarut macam-macam garam terutama NaCl, selain itu
terdapat pula garam-garam magnesium, kalium dan sebagainya (Nontji, 1987).
Kandungan garam di laut tidak sama di berbagai tempat. Sebaran salinitas di laut
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah
hujan, dan aliran sungai. Salinitas mempunyai peranan yang penting dalam
kehidupan organisme, misalnya dalam hal distribusi biota laut akuatik. Salinitas
merupakan parameter yang berperan dalam lingkungan ekologi laut. Beberapa
organisme ada yang tahan terhadap perubahan salinitas yang besar, ada pula
yang tahan terhadap salinitas yang kecil (Nybakken, 1992).
4. Derajat Keasaman (pH)
Nilai pH merupakan hasil pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam
larutan dan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air. Nilai pH
suatu perairan adalah salah satu parameter yang cukup penting dalam memantau
35
kualitas air. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktifitas
biologis misalnya fotosintesis dan respirasi organisme. Skala pH digunakan
untuk mengukur keasaman atau kebasaan air, dan bilangan tersebut menyatakan
konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan, diidentifikasikan sebagai
logaritma dari resiprokal aktivitas ion hidrogen dan secara matematis dinyatakan
sebagai pH = log 1/H+, dimana H+ adalah banyaknya ion hidrogen dalam mol
per liter larutan (Michael, 1994, h. 153).
5. Kandungan Zat Organik (Nutrien)
Nutrien adalah semua unsur dan senyawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan
baik dalam bentuk material organik maupun anorganik. Nutrien utama yang
dibutuhkan dalam jumlah besar adalah karbon, nitrogen, fosfor, oksigen,
magnesium dan kalsium, sedangkan nutrien dibutuhkan dalam konsentrasi
sangat kecil, yakni besi (Levinton, 1982 dalam Andriyansyah, 2013).
Menurut Nybakken (1992, h. 64) zat hara anorganik utama yang diperlukan
fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang ialah nitrogen dalam bentuk nitrat
(NO3-) dan fosfor dalam bentuk fosfat (PO42-). Kadar kedua unsur ini di dalam
perairan sangat kecil, sehingga unsur-unsur ini menjadi faktor pembatas bagi
produktivitas fitoplankton. Zat-zat hara lain, baik anorganik maupun organik
tetap diperlukan oleh fitoplankton, akan tetapi dalam jumlah yang sedikit atau
kecil, karena pengaruhnya terhadap produktivitas fitoplankton tidak sebesar
nitrogen dan fosfor.
36
6. Oksigen Terlarut/Dissolve Oxygen (DO)
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
ekosistem air, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi sebagian besar
organisme air. Barus (2002) dalam Susanti (2010) menyatakan bahwa umumnya
kelarutan oksigen di dalam air sangat terbatas dibandingkan kadar oksigen di
udara, yang mempunyai konsentrasi sebanyak 21% volume, air hanya mampu
menyerap oksigen sebanyak 1% volume. Kadar oksigen terlarut yang optimal
untuk kehidupan plankton adalah lebih dari 3 mg/l. Oksigen terlarut di dalam air
disebut keadaan aerob.
Jumlah oksigen yang terkandung dalam air bergantung pada daerah
permukaan yang terkena suhu, dan konsentrasi garam. Banyaknya oksigen yang
berasal dari tumbuhan hijau bergantung pada kerapatan tumbuhan, jangka
waktu, dan intensitas sinar efektif. Dalam air tanpa gangguan vegetasi yang
tebal, aktivitas fotosintesis tumbuhan menghasilkan pertambahan jumlah
oksigen terlarut, yang mencapai maksimum pada sore hari dan turun lagi pada
malam hari (Michael, 1994, h. 168)
E.
Analisis Kompetensi Dasar (KD) Pada Pembelajaran Biologi
1.
Keterkaitan Penelitian Analisis Vegetasi Zooplankton Terhadap
Kegiatan Pembelajaran Biologi
Pada kegiatan penelitian mengenai Perbandingan zooplankton di daerah
litoral dengan estuari terdapat keterkaitan terhadap kegiatan pembelajaran pada
mata pelajaran Biologi. Zooplankton termasuk kedalam kelompok kingdom
invertebrata.
Pada
kegiatan
pembelajaran,
siswa
diharapkan
mampu
37
menyebutkan
serta menjelaskan mengenai zooplankton, seperti ciri – ciri
morfologinya, klasifikasi, serta peranannya. Pada kegiatan praktikum siswa
ditugaskan mengidentifikasi zooplankton yang terdapat dikolam sekitar sekolah
berdasarkan struktur morfologinya.
2. Analisis Kompetensi Dasar
Zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, termasuk
kedalam subfilum invertebrata dan ada yang masuk kedalam protista mirip
hewan, serta memainkan peran yang sangat penting dalam menopang rantai
makanan di suatu perairan. Pada Kurikulum 2013, zooplankton dibahas pada
kelas X
pada semester genap yang terdapat di dalam KD 3.8 mengenai
“Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan hewan ke dalam filum
berdasarkan pengamatan anatomi dan morfologi serta mengaitkan peranannya
F.
Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama sebelumnya telah dilakukan oleh Kudrotulloh, Andi,
Said di perairan muara sungai Dompak Kota Tanjung Pinang pada tahun 2014
dengan judul “Struktur Komunitas Zooplankton di Perairan perairan muara
sungai Dompak Kota Tanjung Pinang”.Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metoda survey dengan pengoleksian langsung dari lapangan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di perairan muara sungai Dompak
Kota Tanjung Pinang,didapatkan 8 genus diantaranya foraminifera,urochorda,
cepopoda,rotiveraMastigopora,tintinidae.
Penelitian kedua dilakukan oleh Adriani Sri Nastiti dan Sri Turni Hartati
di Perairan Teluk Jakarta Pada tahun 2013 dengan judul “ Struktur Komunitas
Plankton Dan Kondisi Lingkungan Perairan Di Teluk Jakarta”. Penelitian ini
38
dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Berdasakan penelitian yang
telah dilakukan di perairan Teluk Jakarta,didapatkan Zooplankton yang
ditemukan 10 kelas meliputi : Crustacea (16 spesies),Holothuroidea (3 spesies),
Ciliata (5 spesies), Sagittoidea (2 spesies), Sarcodina (3 spesies), Rotatoria (4
spesies),Echinodermata (1 spesies), Polychaeta (1 spesies), Urochordata (1
spesies) dan Hydrozoa (1 spesies). Kelimpahanfitoplankton berkisar antara
1.587.086 - 3.799.799 sel/l. Kelimpahan zooplankton berkisar antara 922.010 3.834.261ind/l. Indeks keanekaragaman (=H).
Penelitian ketiga dilakukan oleh Nurul Fitriya dan Muhammad Lukman di
Perairan Lamalera dan Laut Sawu Pada Tahun 2013 dengan judul “ Komunitas
Zooplankton di Perairan Lamalera dan Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur”.
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif.berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan di Perairan Lamalera dan Laut Sawu, Nusa
Tenggara Timur, didapatkan 45 taksa zooplankton yang didominasi oleh
holoplankton Copepoda. Kelimpahan zooplankton di perairan Lamalera berkisar
antara 491 - 4537 individu/m3. Nilai indeks keanekaragaman dan kemerataan
zooplankton rata-rata 1.59 ± 0.21 and 0.50 ± 0.04.
Download