ANALISIS IKLAN KINDER SCHOKOLADE TERKAIT PERMASALAHAN OBESITAS ANAK-ANAK DI JERMAN DITINJAU DARI ASPEK SEMANTIK DAN SEMIOTIK Lutfeia Rhacmadani Rhachim Khaista, Raden Muhammad Arie Andhiko Ajie Program Studi Sastra Jerman, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini menguraikan tentang pengaruh masalah obesitas yang terjadi di kalangan anak-anak Jerman terhadap iklan Kinder Schokolade, baik itu dari segi bahasa maupun dari segi visualnya. Iklan yang diteliti terdiri atas tiga iklan cetak Kinder Schokolade dari tahun 2010-2013 dengan versi yang berbeda, yang dianalisis dari aspek semantik dan semiotik. Di dalam penelitian ini dipaparkan mengenai perubahan komponen-komponen dalam iklan Kinder Schokolade sejak muncul permasalahan obesitas pada anak-anak. Pilihan kata dan gambar berperan penting dalam setiap iklannya karena dapat membentuk citra produk yang positif sebagai produk makanan yang berhubungan erat dengan anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan-iklan Kinder Schokolade memerhatikan permasalahan obesitas dan melakukan penyesuaian-penyesuaian dibandingkan dengan versi sebelumnya. Analysis of Kinder Schokolade Advertisement against Children’s Obesity Problem in Germany in terms of Semantic and Semiotic Aspekt Abstract This study describe about the effect of the children’s obesity problem on Kinder Schokolade advertising in terms of languange and visual. This advertisement consist of three Kinder Schokolade print advertisement from 2010-2013 with three different versions and it will be analyzed from the semantic and semiotic aspects. In this study will be presented about the change in the components of Kinder Schokolade advertisement since the children’s obesity problem appear. The choice of words and images play the important role in each advertisement because it can make a positive image as food product that has closely relationship with the children. The results showed that Kinder Schokolade advertising affected by the obesity problem and made some necessary adjustments. Keywords: Chocolate advertisement, children’s obesity, meaning analysis, picture analysis. Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 2 PENDAHULUAN Pada saat ini, masalah obesitas merupakan sebuah fenomena dunia, meskipun dengan tingkat variasi obesitas yang berbeda-beda. WHO mengklasifikasikan obesitas sebagai masalah kesehatan yang paling cepat berkembang dan merupakan masalah “epidemik global pada abad ke-21”.1 Permasalahan obesitas ini memang tidak dapat dihiraukan begitu saja karena obesitas dapat mengurangi harapan hidup masyarakat dan dapat meningkatkan berbagai resiko penyakit, seperti stroke, kanker, saluran pernapasan, diabetes, dan berbagai komplikasi lainnya.2 Permasalahan obesitas ini menjadi masalah utama karena jumlah masyarakat Jerman yang mengalami obesitas semakin meningkat setiap tahunnya dan obesitas ini tidak hanya dialami oleh orang dewasa saja, tetapi juga dialami oleh anak-anak, serta remaja.3 Sejak tahun 1980-an diketahui bahwa jumlah anak-anak Jerman yang menderita obesitas meningkat hampir empat kali lipat.4 Menurut sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2012, tercatat bahwa 800.000 anak-anak di Jerman mengalami obesitas.5 Oleh karena itu, pemerintah Jerman mulai melakukan tindakan untuk mencegah peningkatan jumlah anak-anak yang mengalami obesitas, seperti mendorong industri makanan untuk membuat produk yang lebih sehat, memberikan pembekalan pada orang tua tentang obesitas, dan lain sebagainya.6 Pada November 2013, politisi dari SPD7 dan CDU8 berencana menerapkan pajak pada makanan yang berkalori tinggi dan mengandung gula, seperti makanan cepat saji, permen, dan sejenisnya.9 SPD juga menuntut adanya larangan pada iklan permen di 1 Volkmann, Anne.“Übergewicht in Deutschland”. http://www.gesundheitsstadtberlin.de/nachrichten/artikel/uebergewicht-in-deutschland-1415/ (23 Februari 2014) 2 Schmitt, Peter Philip. “Studie zu übergewicht-ungebildet-arbeitlos-fett”. http://www.faz.net/aktuell/gesellschaft/gesundheit/studie-zu-uebergewicht-ungebildet-arbeitslos-fett-11670091.html (21 Februari 2014) 3 Op. Cit. 4 Wiegend, Susanna. “Abnehmen als Familienprojekt. Übergewicht bei Kindern und Jugendlichen”. http://www.planet-beruf.de/Interview-UEbergewi.14069.0.html?&type=17 (12 Maret 2014) 5 Driessen, Barbara. “800.0000 Kinder in Deutschland sind fettleibig”. http://www.welt.de/gesundheit/article108401364/800-000-Kinder-in-Deutschland-sind-fettleibig.html (21 Februari 2014) 6 Liebram, Claudia. “Eltern übergewicht Kinder bekämpfen”. http://web.de/magazine/gesundheit/ernaehrung/abnehmen/17537784-eltern-uebergewicht-kinder-bekaempfen.html (23 Februari 2014) 7 SPD adalah singkatan dari Sozialdemokratische Partei Deutschland atau Partai Sosialis Demokrat Jerman. 8 CDU adalah singkatan dari Christiliche Demokratische Union Deutschland atau Uni Demokrat Kristen Jerman. 9 “Politiker fordern Strafsteuer auf Dickmacher”. http://www.sueddeutsche.de/politik/uebergewicht-politikerfordern-strafsteuer-auf-fettes-essen-1.1813465 (21 Februari 2014) Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 3 televisi karena melihat kenyataan bahwa anak-anak biasanya akan mudah terpengaruh dengan iklan-iklan.10 Semua pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah Jerman untuk mengurangi angka obesitas pada anak-anak, seperti pelarangan iklan permen dan penetapan pajak untuk makanan yang mengandung lemak dan gula yang tinggi, tentu akan berpengaruh pada produsen makanan anak-anak seperti Ferrero dalam memasarkan produknya. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa perusahaanperusahaan yang memproduksi berbagai produk makanan anak-anak juga secara tidak langsung turut campur tangan dalam permasalahan obesitas yang terjadi. Salah satu perusahaan yang memproduksi makanan anak-anak adalah Ferrero SpA11. Ferrero merupakan perusahaan multinasional asal Italia yang bergerak di bidang food industry yang didirikan pada tahun 1946 oleh Pietro Ferrero.12 Perusahaan ini didirikan di Frankfurt pada tahun 1956 dengan nama “Assia GmbH13”. Mon Chéri, Nutella, Raffaello, Giotto, Rocher, Hanuta, Kinder, dan Tic-Tac adalah sebagian dari 28 merek yang dihasilkan oleh Ferrero. Produk Ferrero terkenal di dunia internasional karena rasanya yang enak dan diimbangi dengan kontrol kualitas yang konsisten, serta harga yang terjangkau.14 Merek Kinder sendiri terdiri atas bermacam-macam produk, seperti Kinder Pingui, Kinder Schokobons, Kinder Schokolade, Kinder Riegel, Kinder Joy, dan lain-lain. Namun, yang ingin lebih difokuskan dalam penelitian ini adalah iklan produk Kinder Schokolade. Produk Kinder Schokolade muncul tahun 1967 dan menjadi makanan favorit anak-anak hingga kini, serta telah dijual di sebagian besar negara Eropa dan Hongkong.15 Beranjak dari masalah obesitas yang terjadi di Jerman, hal ini menarik untuk diteliti, apakah permasalahan obesitas tersebut berpengaruh terhadap bahasa dan visual periklanan produk Kinder Schokolade. Dalam penelitian ini dianalisis, bagaimana perubahan unsur bahasa dan visual dalam iklan cetak Kinder Schokolade sebelum dan sesudah munculnya permasalahan obesitas anak-anak yang ditinjau dari aspek semantik dan semiotik. 10 “Grüne fordert Werbeverbot für Süßigkeiten im TV”. http://www.welt.de/politik/article2143690/Gruene-fordertWerbeverbot-fuer-Suessigkeiten-im-TV.html (12 Maret 2014) 11 SpA atau Societa per Azioni adalah istilah dari bahasa Italia untuk Aktiengesellschaft, yang berarti “Perseroan terbatas”. www.abkuerzungen.woxikon.de (5 Juni 2014) 12 “Über Ferrero”. http://www.ferrero.de/ferrero2.aspx?pageurl=unternehmen%2fdefault.aspx (13 Maret 2013) 13 GmbH atau Gesellschaft mit beschränkter Haftung adalah nama lain dari Perseroan Terbatas(op.cit). 14 Ibid. 15 Andre. “Kinder Schokolade- Kinder für die Schokolade”. http://www.logolook.de/2012/06/kinderschokoladekinder-fur-die-schokolade/ (30 April 2014) Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 4 TINJAUAN TEORETIS Unsur-unsur Mikro Pembentuk Iklan Menurut Janich (2010: 55-57) terdapat komponen-komponen dalam iklan, yaitu Schlagzeile, Flieβtext, Slogan, Produktname, besondere Formen von Textelement, dan Bildelemente. 1) Schlagzeile (Headline) adalah bagian elemen teks utama yang terletak di samping gambar, yang dapat membangkitkan perhatian dan ketertarikan pembaca. Schlagzeile berisi karakteristik sebuah produk. Schlagzeile biasanya ditulis dengan ukuran huruf yang besar dan dicetak tebal. 2) Slogan merupakan elemen teks iklan yang berfungsi untuk mengingatkan pembaca pada sebuah produk, merek, atau sebuah perusahaan. Ciri utama dari Slogan adalah kata-katanya yang relatif singkat dan dapat dibentuk oleh bahasa percakapan, bentuk kalimat, pilihan kata, kata sisipan, dan unsur retorik. 3) Produktname (nama produk) adalah elemen teks iklan yang berfungsi untuk mengidentifikasi sebuah produk yang diiklankan sehingga dapat membedakannya dengan iklan produk lain. Menurut Platen (Ibid., 65), Produktname harus bersifat orisinil, ekspresif, dan informatif untuk dapat menaikkan citra sebuah produk. 4) Besondere Formen von Textelementen (bentuk-bentuk khusus dari elemen teks). Selanjutnya, Zielke (Ibid., 72) membedakan elemen teks iklan menjadi bagian yang lebih kecil dan spesifik, yaitu: adds, claims, inserts, dan antwort coupon. a) Adds (Addition) adalah keterangan tambahan yang terdapat pada Produktname (nama produk) atau Markenname (nama merek) (ibid.,71). Contoh: Trademark TM, merek dagang yg teregistrasi® atau Europäisches Patent EP. b) Bildtexte (teks gambar) adalah elemen teks berupa tulisan tambahan yang terletak di bawah gambar, yang berisi keterangan gambar. 5) Bildelemente (elemen gambar). Menurut Zielke (Ibid., 76-77), elemen gambar terdiri dari tiga macam, yaitu: Das Key-Visual (das Schlüsselbild) (gambar bentuk produk yang sebenarnya atau ilustrasi dari produk yang diiklankan), das Catch-Visual (der Blickfänger) (gambar yang berfungsi sebagai pemikat perhatian di dalam sebuah iklan), dan das FocusVisual (elemen gambar yang berukuran kecil dan merupakan bagian penting dari sebuah produk, yang berfungsi untuk menunjukkan ciri penting dari produk yang diiklankan). Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 5 Teori Makna Blanke (1973:18) mengklasifikasikan makna ke dalam tujuh jenis, yaitu: 1. Makna intralingual-paradigmatis (die intralingual-paradigmatischen Bedeutungen) adalah makna yang memiliki hubungan sistematis. Makna intralingual-paradigmatis terbagi menjadi:: makna gramatikal (makna yang berasal dari sistem atau aturan tata bahasa) dan makna leksikal-paradigmatis (makna yang muncul dalam suatu kalimat karena adanya kecocokan hubungan suatu kata dengan kata lainnya). 2. Makna referensial (die referentielle Bedeutung) adalah makna yang mengacu pada referensi atau objek. Blanke mengatakan bahwa makna yang terdapat dalam kamus berkaitan dengan makna referensial. Contoh: kata Elefant atau gajah, yang dapat memunculkan sebuah konsep dalam pemikiran kita, yaitu Tier (hewan), Säugetier (mamalia), groß (besar), dan Vierbeinigkeit (berkaki empat), konsep-konsep tersebut merupakan ciri-ciri dari hewan gajah. 3. Makna asosiatif (die assoziative Bedeutung) adalah makna yang berasal dari jiwa dan imajinasi penerima pesan (asosiasi tertentu yang muncul dalam benak seseorang ketika mendengar kata tertentu). Contoh: kata cottage yang tidak hanya memiliki makna referensial house dan cabin, tetapi juga memiliki makna asosiatif seperti lake, mountain, dan fishing. 4. Makna afektif (die affective Bedeutungen) adalah makna yang terbentuk dari penilaian (emosi) dan reaksi penerima pesan ketika mendengar atau membaca kata tertentu. Makna ini juga disebut dengan konotasi dan terkait dengan nilai rasa dan emosi seseorang. Penilaian yang muncul dapat positif maupun negatif, seperti penggunaan kata gut (baik) menimbulkan penilaian positif, sedang böse (jahat) menimbulkan penilaian yang negatif 5. Makna situatif adalah makna yang berasal dari konteks situasi dan konvensi dari kerangka sosial budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat bahasa. 6. Makna stilistika (die stilistische Bedeutung) adalah makna yang memiliki nilai estetik, contohnya: kata beißen (menggigit), yang biasanya berhubungan dengan Zähne (gigi). Ketika kata beißen dihubungkan dengan kata seperti Säure (asam) atau Spott (ejekan), akan menimbulkan suatu efek khusus yaitu berupa ungkapan metafora karena antara kata beißen dengan Säure dan Spott tidak saling berelasi. Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 6 7. Makna etimologis (die etymologische Bedeutung) adalah makna yang berhubungan dengan asal-usul dan perubahan kata yang dapat dilihat dari aspek sejarah katanya. Perubahan kata dapat menyempit, meluas, ataupun berubah seluruhnya, dan nilai rasa kata juga dapat berubah. Teori Semiotik Charles Sanders Peirce Menurut Pierce, seperti yang dikutip oleh Nöth (1990:42), “Nothing is a sign unless it is interpreted as a sign”. Sebuah tanda melibatkan proses kognitif di dalam kepala seseorang dan proses itu dapat terjadi apabila ada representamen, acuan (objek), dan interpretan. Sebuah tanda senantiasa memiliki tiga dimensi yang saling terkait: representamen (R), yaitu sesuatu yang dapat dipersepsi; objek (O), yaitu sesuatu yang mengacu pada hal lain; dan interpretan (I), yaitu sesuatu yang dapat diinterpretasi. Peirce juga sering menyebut representamen sebagai “wahana tanda” atau sign vehicle (ibid). Peirce juga membagi tanda menjadi 3 jenis berdasarkan hubungan dengan objeknya (Wibowo, 2006:14), yaitu: a) Ikon (icon) adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ atau persamaan bentuk sehingga tanda tersebut dapat dengan mudah dikenali oleh para penggunanya. Segala sesuatu dapat dikatakan ikon, apabila dapat dikaitkan dengan sesuatu yang bentuknya sama. Contoh: peta, gambar, dan foto, merupakan tanda yang ikonik karena “menggambarkan” bentuk yang sama dengan objek yang sebenarnya. b) Indeks (index) adalah tanda yang mempunyai hubungan dengan acuannya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat konkret dan biasanya melalui suatu cara kausal (hubungan sebab akibat). Contoh: jejak telapak kaki di tanah merupakan indeks dari seseorang yang telah lewat di sana. c) Simbol (symbol) adalah hubungan tanda yang muncul karena adanya kesepakatan dari pemakai tanda (konvensional). Tanda jenis ini bersifat arbitrer (mana suka) dan konvensional, sesuai dengan kesepakatan sejumlah orang atau suatu masyarakat, contoh: kata-kata dan isyarat. Pada umumnya tanda-tanda kebahasaan merupakan simbol-simbol. Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 7 Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Bentuk penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dan menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu menganalisis data, mencari karakteristik data, lalu mendeskripsikan data untuk dapat menarik sebuah kesimpulan. Dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara pribadi dengan seorang narasumber, yaitu Gabriele Otto16 sebagai penutur jati bahasa Jerman, untuk memudahkan dalam menganalisis dan memahami makna-makna yang terdapat dalam iklan-iklan Kinder Schokolade. PEMBAHASAN a. Iklan Versi Pertama (2010) Gambar 1. Iklan Kinder Schokolade versi pertama Analisis Aspek Semantik Iklan Versi Pertama Headline dalam iklan ini berbunyi “Ist klar Mama, Papa hat sie gegessen”. Adverbia klar mempunyai makna referensial ‘jelas’ yang mengacu pada suatu kepastian bahwa sudah “jelas” yang memakan cokelat itu adalah sang ayah. Kata sie (dia) merupakan pronomina dari nomina feminin (die Schokolade) yang merujuk pada produk Kinder Schokolade. Kata gegessen merupakan bentuk lampau dari verba essen (makan), yang maknanya mengacu pada situasi yang 16 Dr. Gabriele E. Otto adalah penutur jati bahasa Jerman, yang berprofesi sebagai dosen sastra dan bahasa Jerman di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 8 dialami oleh figur anak dalam iklan bahwa cokelatnya telah dimakan oleh sang ayah. Headline ini berfungsi untuk memberikan gambaran kepada konsumen bahwa orang dewasa pun juga menyukai Kinder Schokolade. Hal itu tergambarkan dari kata “Papa” (Ayah) yang mengacu pada orang yang sudah dewasa sehingga terkesan bahwa Kinder Schokolade tidak hanya digemari oleh anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Headline ini merupakan kalimat eliptis17 karena tidak memperlihatkan adanya subjek (das) di dalam induk kalimatnya dan kalimat langsung diawali dengan verba sein (to be). Selain itu, juga tidak terdapat konjungsi di dalam kalimatnya, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan hubungan antarkalimat. Hal itu bertujuan untuk mempersingkat kata-katanya sehingga pesan iklannya lebih cepat dimengerti oleh pembaca. Bentuk kalimat ini juga lumrah untuk diucapkan dan bukan merupakan ragam tulisan. Kalimat lugas ini berusaha menyampaikan makna asosiatif bahwa sang ayah merepresentasikan kaum dewasa. Selain itu, makna afektif yang ditimbulkan kalimat ini juga bisa terlihat dan didukung oleh gambar air muka anak kecil yang kesal itu. Kekesalan yang terlihat dari mimik dan ucapan si anak menyampaikan pesan bahwa cokelat yang dimakan sang ayah sangat disukai oleh sang anak. Di sisi lain, kelezatan cokelat ini ditampilkan sebegitu menggodanya hingga seorang ayah bisa tega menghabiskan Kinder Schokolade yang disukai anaknya. Analisis Aspek Semiotik Iklan Versi Pertama a.) Makna Tanda-tanda Tipe Ikon Tanda ikon yang pertama berupa gambar seorang anak laki-laki gemuk. Berdasarkan hubungan tanda dan objek pada tanda tipe ikon, tanda dan objek dirujuk pada hal yang sama, yaitu anak laki-laki yang gemuk. Interpretan yang terbentuk mengacu pada sosok anak gemuk yang menggemaskan, sehat, dan masih polos. Anak itu digambarkan berwajah kesal dan kekesalan ini ditampilkan sesuai dengan kepolosan si anak yang tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya atas tindakan si ayah. Dalam iklan ini digunakan ikon anak gemuk karena belum ramainya perbincangan mengenai masalah obesitas dan anak gemuk adalah representasi dari anak yang lucu dan sehat. Tanda ikon yang kedua adalah gambar kemasan Kinder Schokolade, yang juga dirujuk pada hal yang sama, yaitu kemasan produk Kinder Schokolade. Interpretannya 17 Kalimat eliptis adalah kalimat tidak lengkap yang terjadi karena pelesapan beberapa bagian klausa tunggal (KBBI, 2013:495). Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 9 berhubungan dengan tampilan rasional produk yang berfungsi untuk menunjukkan eksistensi produk Kinder Schokolade. Selain itu, gambar tampilan asli dari kemasan ini juga berfungsi untuk mempermudah konsumen dalam mengenali produk pada dunia nyata dan berfungsi sebagai Erinnerungswerbung (iklan pengingat) karena produk ini sudah lama terdapat di pasaran. b.) Makna Tanda-tanda Tipe Indeks Tanda indeks yang pertama berupa warna identitas kemasan produk (berwarna putih dan merah) yang objeknya mengacu pada eksistensi produk. Interpretan yang terbentuk adalah warna putih merepresentasikan bahwa produk ini bersih dan murni sehingga aman dikonsumsi, sedangkan warna merah merepresentasikan bahwa ini adalah produk yang dapat membangkitkan semangat.18 Tanda indeks yang kedua adalah ekspresi wajah anak yang mengacu pada kekesalan dan kekecewaan yang dirasakannya. Interpretan yang terbentuk adalah seorang anak akan merasa kesal dan kecewa jika cokelat favoritnya dimakan oleh orang lain. Dalam hal ini, Ferrero ingin menunjukkan kesan bahwa Kinder Schokolade adalah cokelat yang istimewa yang tergambarkan dari ekspresi wajah anak tersebut. Jika Kinder Schokolade bukan merupakan cokelat yang istimewa, ia tidak akan menunjukkan ekspresi kesal dan kecewa yang seperti itu, serta memberikan pandangan sinis yang menandakan bahwa ia benar-benar tidak menyangka bahwa ayahnya bisa tega memakan cokelat miliknya. Tanda indeks yang ketiga adalah pakaian yang dikenakan oleh anak tersebut yang secara jelas menunjukkan adanya objek seorang anak di dalam iklan ini. Menurut Peirce (Hoed, 2011:144), pakaian atau busana yang dikenakan oleh seseorang juga dapat dianggap sebagai representamen (tanda) yang mewakili kesantaian, keresmian, religiusitas, komersialisasi, dan lain-lain. Anak ini terlihat mengenakan kaus oblong berwarna putih. Interpretan yang terbentuk adalah anak-anak merupakan sosok yang mempunyai sifat yang lugu, polos, dan sedang berada dalam suasana santai. Suasana menyenangkan ini digambarkan menjadi rusak oleh “kenakalan” sang ayah yang telah memakan cokelatnya. Tanda indeks yang keempat adalah latar belakang yang terdiri dari perpaduan warna cokelat dan hitam. Interpretan yang terbentuk adalah warna cokelat menunjukkan kesan yang hangat dan warna hitam menunjukkan kesedihan, ketidakbahagiaan, dan protes sehingga latar belakang iklan 18 Knoll, Alexander . F. “Die psychologische Bedeutung der Farben”. http://www.life-institut.ch/Farben.htm (12 Maret 2014) Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 10 ini menampilkan kekecewaan dan kekesalan dari anak yang ada dalam iklan.19 Gradasi warna hitam yang terdapat pada iklan ini juga memberikan kesan suram sehingga semakin mendukung ekspresi anak tersebut. c.) Makna Tanda-tanda Tipe Simbol Simbol dalam iklan ini adalah Headline dan Slogan karena bahasa merupakan salah satu tanda yang konvensional (disepakati oleh masyarakat bahasa). Headline dalam iklan ini adalah “Ist klar Mama, Papa hat sie gegessen” yang artinya ‘sudah jelas mama, papa yang telah memakan cokelatnya‘. Headline ini ingin melambangkan Kinder Schokolade sebagai cokelat yang enak sehingga digemari oleh anak-anak dan dapat menggoda orang dewasa untuk memakannya. Slogan dalam iklan ini adalah “Kinder Schokolade. Die kleinen Riegelchen für die Extra-Portion Milch” yang artinya ‘Kinder Schokolade. Potongan kecil untuk tambahan porsi susu’. Interpretan yang terbentuk, mengacu pada kelezatan produk Kinder Schokolade yang diperoleh dari tambahan susu di dalamnya. Sebelum isu obesitas ramai diperbincangkan, bukan masalah memunculkan ungkapan Extra-Portion Milch ini. b. Iklan Versi Kedua (2012) Gambar 2. Iklan Kinder Schokolade versi kedua 19 Ibid. Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 11 Analisis Aspek Semantik Iklan Versi Kedua Iklan versi kedua ini mewakili iklan-iklan yang dihadirkan ketika sudah ramainya pembahasan obesitas pada anak-anak. Headline iklan ini berbunyi “Das ist nicht peinlich. Das ist Mutig“. Kata das mengacu pada tindakan anak laki-laki yang mencium anak perempuan. Kata peinlich dalam kamus Langenscheidt (2010:731) berarti ”unangenehm und so, dass man sich dabei schämt (Fragen, Situation, ein Vorfall, betroffen sein)” (keadaan yang tidak menyenangkan atau tidak enak ketika kita merasa malu dalam konteks pertanyaan, situasi, peristiwa, dan rasa terkejut), sedangkan kata mutig (2010:672) berarti “mit viel Mut (kühn, unerschrocken)” (penuh keberanian, tidak gentar, dan gagah berani). Adanya kata nicht (tidak) menunjukkan bahwa Headline dalam iklan ini menggunakan negasi yang berfungsi untuk menegasikan adjektiva peinlich (memalukan) sehingga frasa nicht peinlich bermakna ‘tidak memalukan’. Adjektiva mutig mengandung makna afektif positif karena mengacu pada keberanian yang ditunjukkan oleh anak laki-laki tersebut dengan mencium pipi anak perempuan. Kata mutig dibuat terlihat lebih istimewa dan menonjol, padahal kata mutig sebagai adjektiva seharusnya menurut ortografi bahasa Jerman ditulis dengan huruf awalan yang kecil, tetapi dalam iklan ini kata mutig justru diawali dengan huruf kapital. Dalam kehidupan nyata, kedua sifat ini kerap kali ditemukan pada anak-anak. Namun, asosiasi kedua kata ini bertentangan karena peinlich dianggap sebagai sifat yang kurang baik dan cenderung untuk dihilangkan. Sebaliknya, mutig dianggap positif, terutama dalam konteks sifat seorang anak. Oleh karena itu, kata Mutig sengaja ditulis dengan huruf besar dan tulisannya dibuat tebal dibandingkan dengan teks lainnya untuk menunjukkan bahwa kata ini adalah pesan utama yang ingin disampaikan dalam iklan. Selain itu, kata mutig juga menunjukkan eufimisme, yang digunakan untuk menghilangkan kesan negatif dari kata peinlich sehingga tindakan anak laki-laki yang mencium lawan jenisnya tersebut tidak dianggap sebagai tindakan yang memalukan. Biasanya mencium lawan jenis bagi anak-anak dianggap tindakan yang memalukan karena umur mereka yang terbilang masih sangat kecil dan hal tersebut juga jarang dilakukan oleh anak seumuran mereka (tidak lazim). Selain itu, dalam kalimat ini juga terkandung makna situatif karena berhubungan dengan konteks situasi sosial budaya masyarakat Jerman yang Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 12 menganggap ciuman pipi sebagai bentuk persahabatan.20 Kedua hal ini memang berlawanan karena dalam membuat iklan perlu dibuat sebuah konsep yang dapat membedakan produk yang diiklankan dengan produk lainnya (Lee dan Johnson, 2007:12). Hal ini memang dilakukan untuk dapat menarik perhatian konsumen dan bertujuan untuk dapat meningkatkan daya jual produk karena pembaca akan merasa penasaran dengan iklannya. Analisis Aspek Semiotik Iklan Versi Kedua a.) Makna Tanda-tanda Tipe Ikon Tanda ikon yang pertama berupa gambar anak perempuan dan anak laki-laki. Berdasarkan hubungan tanda dan objek pada tanda tipe ikon, tanda dan objek dirujuk pada hal yang sama, yaitu anak perempuan dan anak laki-laki. Interpretannya mengacu pada anak sebagai sosok yang masih lugu dan polos. Tanda ikon yang kedua adalah gambar latar belakang berupa taman hijau dan langit yang bersinar cerah. Interpretannya mengacu pada taman sebagai tempat yang akrab dengan anak-anak dan merupakan tempat yang sering digunakan untuk bermain. Anak-anak yang ditampilkan juga sama sekali tak menyiratkan sosok yang kelebihan berat badan. b.) Makna Tanda-tanda Tipe Indeks Tanda indeks yang pertama adalah ciuman anak laki-laki kepada anak perempuan. Interpretan yang terbentuk adalah ciuman itu merepresentasikan persahabatan karena ciuman pipi bagi orang Jerman berarti persahabatan. Namun, seperti yang berlaku secara umum, hal tersebut juga dapat diartikan ungkapan sayang. Jadi, dapat dikatakan bahwa tindakan anak laki-laki mencium anak perempuan itu karena ingin menunjukkan kasih sayang atau suka sebagai teman. Tanda indeks yang kedua adalah ekspresi malu yang ditunjukkan oleh anak perempuan. Interpretan yang terbentuk adalah anak perempuan ini merasa malu saat pipinya dicium sehingga ia mengalihkan pandangannya ke arah lain karena ia tidak mau menatap mata anak laki-laki itu. Meskipun malu, mimiknya tampak tersenyum bahagia. Dengan cara ini, pembuat iklan ingin menunjukkan bahwa keberanian itu dapat menghadirkan sebuah kebahagiaan. Tanda indeks yang keempat dihadirkan dengan sosok anak-anak yang terlihat ceria dan tidak tampak kelebihan berat badan. Dengan cara ini, produsen ingin menyampaikan pesan bahwa anak-anak yang sehat, lucu, dan menggemaskan tidak perlu anak-anak yang secara 20 “Der Kuss und seine Bedeutung”. http://www.iphpbb.com/foren-archiv/21/1302400/1302080/der-kuss-und-seinebedeutung-71099376-73681-12.html (23 Maret 2013) Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 13 perawakan terlihat gemuk. Secara tidak langsung ingin disampaikan bahwa produk yang ditawarkan tidak membuat anak menjadi gemuk, tetapi membuat anak jadi memiliki inisiatif. Tanda indeks yang keempat adalah pakaian yang dikenakan oleh kedua anak tersebut yang secara jelas menunjukkan adanya objek anak-anak di dalam iklan ini. Anak laki-laki mengenakan baju warna hijau, sedangkan anak perempuannya memakai baju putih bermotif bunga-bunga kecil. Warna hijau memberikan makna pengharapan dan awal yang baru, sedangkan warna putih memberikan kesan suci, murni, dan polos.21 Interpretan yang terbentuk adalah anak perempuan itu merasa malu, tetapi bahagia ketika dicium oleh anak laki-laki itu karena ia masih polos, sedangkan anak laki-laki itu menganggap bahwa hal yang dilakukannya merupakan suatu hal yang berani, bukan hal yang memalukan. Tanda indeks yang kelima adalah latar belakang dalam iklan ini yang terlihat buram. Hal ini dikarenakan latar belakang ini hanya dijadikan gambar pendukung saja karena iklan lebih difokuskan pada figur kedua anak tersebut. Warna hijau yang berasal dari warna rumput dan pohon yang ada di taman melambangkan pertumbuhan, sedangkan warna biru yang berasal dari warna langit memberikan kesan yang tenang pada iklan ini. Warna kekuningan yang berasal dari cahaya matahari menyimbolkan kehidupan, kehangatan, dan sifat riang.22 Interpretan yang terbentuk adalah hal yang direpresentasikan oleh ketiga warna tersebut merupakan hal yang diharapkan ada pada anak-anak, seperti kehangatan, sifat riang, dan pertumbuhan. c.) Makna Tanda-tanda Tipe Simbol Headline dalam iklan ini adalah “Das ist nicht peinlich. Das ist Mutig“, yang artinya ‘Itu tidak memalukan. Itu berani’. Interpretan yang terbentuk adalah hal yang dilakukan oleh anak laki-laki tersebut bukan merupakan perbuatan yang memalukan, tetapi perbuatan yang berani. Jadi, dari segi semotik, iklan ini menampilkan gambaran tentang cinta dan persahabatan melalui ciuman pipi, serta Headline yang mendukung perbuatan mencium tersebut adalah perbuatan pemberani, sebagai salah satu peristiwa yang termasuk dalam kategori “Die schönste Zeit unseres Lebens” atau saat-saat terindah dalam hidup kita, yakni saat kita masih anak-anak. 21 Knoll, Alexander . F. “Die psychologische Bedeutung der Farben”. http://www.life-institut.ch/Farben.htm (12 Maret 2014) 22 Ibid. Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 14 c. Iklan Versi Ketiga (2013) Gambar 3. Iklan Kinder Schokolade versi ketiga Analisis Aspek Semantik Iklan Versi Ketiga Iklan yang tergolong dalam iklan versi ketiga adalah iklan-iklan Kinder Schokolade yang muncul setelah ramainya permasalahan obesitas anak-anak. Iklan yang ditampilkan ini adalah salah satu contohnya. Berbeda dengan iklan versi pertama yang tidak memperhatikan isu obesitas anak, iklan versi ketiga ini melanjutkan iklan versi kedua yang sudah terpengaruh permasalahan obesitas anak. Headline dalam iklan ini adalah “Ich bin schon 4, aber meine Schwester ist erst halb 2”. Kata ich (saya) merujuk pada anak laki-laki dalam iklan. Pemakaian konjungsi aber (tetapi) menunjukkan adanya pertentangan dalam kalimat, yaitu pernyataan bahwa di satu sisi ia “sudah” besar, sedangkan di sisi lain adiknya “masih” kecil. Adverbia schon (sudah) dan erst (baru) mempunyai makna referensial yang menunjukkan adanya perbedaan umur pada kakak beradik ini, yaitu kakak “sudah” umur 4 tahun, sedangkan adiknya “baru” berumur 1,5 tahun. Kata erst ini memberikan penekanan pada frasa halb 2, tetapi terdapat keganjilan dalam frasa ini. Frasa halb 2 menimbulkan makna asosiatif karena berdasarkan penuturan dari Ibu Otto, frasa tersebut hanya bisa digunakan untuk menyebutkan keterangan waktu, bukan untuk umur seseorang. Sebenarnya anak tersebut ingin mengatakan bahwa adiknya berumur satu setengah tahun yang seharusnya ditulis anderthalb Jahre (satu setengah tahun), tetapi ia malah menulis halb 2 (setengah dua) yang artinya hanya bisa ditujukan untuk waktu, yakni pukul 02.30 atau 14.30. Ibu Otto juga mengungkapkan bahwa anak jerman yang berumur 4 tahun biasanya masih belum bisa Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 15 menulis dan anak yang berumur 5 tahun pun baru bisa menulis kata-kata yang masih sederhana, seperti namanya sendiri, nama orang tuanya, nama benda, dan lain-lain. Dalam sebuah artikel juga dipaparkan bahwa anak yang berusia 4 tahun masih belum bisa menulis dengan baik, sedangkan anak yang berusia 5 tahun sudah bisa menulis kata-kata sederhana, huruf, angka, dan namanya sendiri, meskipun mereka belum bisa menulis kata-kata yang kompleks.23 Hal ini menunjukkan betapa polosnya anak-anak dalam mengungkapkan opini-opininya. Walaupun mereka melakukan kesalahan dalam hal penulisan, mereka tetap berani mengeluarkan pendapatnya sendiri. Headline ini juga menyatakan bahwa dirinya sudah tumbuh besar, sedangkan adiknya masih kecil. Jadi, dari aspek semantik, iklan ini menerangkan bahwa kesalahan dalam hal menulis seperti yang dilakukan oleh anak tersebut merupakan hal yang lazim dilakukan oleh anak seumuran mereka dan dianggap sebagai suatu tahap pembelajaran bagi mereka (banyak belajar dari kesalahan yang telah diperbuat). Iklan ini juga memberikan suatu kesan yang lucu karena kesalahan ini dilakukan oleh seorang anak kecil yang masih lugu, tetapi merasa sudah pintar. Meskipun ada kesalahan di kalimat ini, kesalahan itu jadi terlihat lucu dan tetap menampilkan si anak sebagai anak yang pintar, tetapi melakukan kesalahan. Dari iklan ini bisa dilihat bahwa kesalahan bukan sesuatu yang buruk, melainkan sebuah tahap dalam belajar. Analisis Aspek Semiotik Iklan Versi Ketiga a.) Makna Tanda-tanda Tipe Ikon Tanda ikon yang pertama berupa gambar seorang anak laki-laki. Berdasarkan hubungan tanda dan objek pada tanda tipe ikon, tanda dan objek dirujuk pada hal yang sama, yaitu anak laki-laki. Interpretan dalam hal ini mengacu pada sosok anak yang lucu, masih polos, bersemangat, dan ingin terlihat cerdas. Ikon yang ada di gambar juga menunjukkan sosok si anak beserta adik perempuannya. b.) Makna Tanda-tanda Tipe Indeks Tanda indeks yang pertama adalah wajah anak dalam iklan yang menunjukkan ekspresi yang lucu pada saat ia mengedipkan mata kirinya. Interpretan yang terbentuk adalah kedipan itu sebagai 23 Ibthisam Luthfi Rahman. “Metode Belajar bagi Anak Usia Dini”. http://www.academia.edu/5585114/METODE_BELAJAR_BAGI_ANAK_USIA_DINI (12 Mei 2014) Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 16 bahasa isyarat yang membenarkan pernyataan bahwa ia memang lebih besar dibandingkan adiknya. Dengan kedipan itu, ia ingin menunjukkan bahwa ia pandai. Tanda indeks yang kedua adalah hasil gambar yang dibuat oleh anak tersebut. Ia menggambarkan bahwa ia sedang berada di taman bersama dengan adik perempuannya dan dirinya digambarkan jauh lebih besar dibandingkan dengan adiknya. Dalam gambar tersebut tidak ada latar belakang apapun, kecuali gambar rumput yang hijau. Warna hijau melambangkan harapan, awal yang baru, dan pertumbuhan sehingga interpretan yang terbentuk adalah ia dan adiknya merupakan sosok anak-anak yang baru bertumbuh.24 Dengan gambar ini, ditunjukkan bahwa si anak yang menggambar memiliki kreativitas dan bisa menjelaskan mengenai dirinya sendiri dan adiknya. Kesalahan berbahasa ini memperlihatkan sesuatu hal yang polos dan lucu. Dengan kesalahan yang terkesan dibiarkan ini, produsen ingin menghadirkan kepolosan anakanak yang juga ingin terlihat pintar. Dengan cara ini, produsen ingin menyampaikan bahwa produknya dapat membuat anak-anak tumbuh kreatif dan cerdas. Gambar anak yang tak terlihat gemuk secara tidak langsung juga masih ingin meneruskan pesan bahwa Kinder Schokolade tidak memicu obesitas anak-anak. c.) Makna Tanda-tanda Tipe Simbol Headline dalam iklan ini adalah “Ich bin schon 4, aber meine Schwester ist erst halb 2” yang artinya ‘aku sudah berumur 4 tahun, tetapi adikku baru berumur satu setengah tahun’. Interpretan yang terbentuk adalah Headline ini ingin menyampaikan opini dari anak tersebut tentang dirinya yang sudah beranjak besar dibandingkan dengan adiknya yang baru berumur 1,5 tahun. Jadi, dari segi semiotik, iklan versi ketiga ini ingin menampilkan kesan bahwa Kinder Schokolade sangat dekat dengan kehidupan anak-anak sehingga opini-opini yang berasal dari mereka pun dijadikan sebuah iklan yang menarik, sekaligus untuk menunjukkan kreativitas yang mereka miliki. Pengaruh Masalah Obesitas terhadap Iklan Kinder Schokolade Berikut ini adalah klasifikasi perubahan komponen iklan yang terjadi pada iklan Kinder Schokolade dari tahun 2010 sampai tahun 2013: a. Iklan Versi Pertama (2010) 24 Knoll, Alexander . F. “Die psychologische Bedeutung der Farben”. http://www.life-institut.ch/Farben.htm (12 Maret 2014) Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 17 Dalam iklan versi pertama terdapat Slogan yang berbunyi “Kinder Schokolade. Die kleinen Riegelchen für die Extra-Portion Milch” (potongan kecil untuk tambahan porsi susu). Slogan ini berfungsi untuk menunjukkan keunggulan produk dan meyakinkan konsumen bahwa Kinder Schokolade adalah produk cokelat yang baik untuk anak-anak karena mengandung lebih banyak susu sehingga lebih menyehatkan. Dari aspek semantik, kalimatnya jelas mempromosikan produk Kinder Schokolade yang mengandung susu, bahkan digunakan kata Extra. Dari kalimat ini mudah dipahami bahwa produsen tidak menyembunyikan, tetapi malah mempromosikan unsur susu yang dianggap menyehatkan. Dari aspek semiotik, unsur-unsurnya mendukung pernyataan yang ada di dalam Headline sehingga antara teks dan gambar saling berkaitan dan melengkapi. Gambar iklan difokuskan pada ekspresi anak yang didukung dengan latar belakangnya. Selain itu, pakaian putih yang dikenakan juga menandakan sifat khas anak-anak yang lugu dan polos. Perawakan anak yang menjadi bintang iklan dan foto anak yang ada di produk Kinder Schokolade tampak sedikit gemuk untuk menampilkan kesan menggemaskan. b. Iklan Versi Kedua (2012) Iklan versi kedua ini muncul setelah maraknya pembahasan obesitas anak-anak sehingga perlu adanya penyesuaian iklan. Iklan versi kedua ini menampilkan momentum indah dalam hidup anak-anak yang tidak berkaitan secara langsung dengan produknya. Hal ini terlihat dari perubahan kata-kata dalam Slogan-nya, yaitu “die schönste Zeit unseres Lebens” (masa yang terindah dalam hidup kita). Dengan cara ini, perhatian penerima iklan tidak terlalu terfokus pada isi produk yang sebelumnya dikatakan mengandung susu (yang bisa menimbulkan obesitas kalau dikonsumsi secara berlebihan). Cara menjual produk tidak lagi menekankan pada unsur cokelatnya yang digambarkan lezat, tetapi lebih pada keceriaan dan keberanian anak-anak. Dengan cara ini, Kinder Schokolade ingin menampilkan kesan bahwa anak-anak yang mengonsumsi Kinder Schokolade adalah anak-anak yang berani dan memperoleh keceriaan. Tampilan kemasan produknya juga berubah dari segi wajah anak dalam kemasan yang kelihatan lebih tirus dan pakaian yang dikenakan pun juga berbeda, yaitu jaket berwarna biru. Secara umum, anak yang ditampilkan pada kemasan terlihat lebih langsing dan sporty. Iklan ini jelas memperlihatkan adanya penyesuaian isi iklan akibat permasalahan obesitas anak. c. Iklan Versi ketiga (2013) Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 18 Iklan versi ketiga ini melanjutkan iklan versi kedua yang berusaha memasarkan produknya dengan tidak berfokus pada produknya yang dapat mengingatkan penerima iklan pada permasalahan obesitas anak. Untuk lebih mengalihkan perhatian penerima iklan dari masalah obesitas anak-anak, Ferrero mengusung tema iklan “Kinderlogik“ yang tidak berkaitan langsung dengan produknya karena membahas opini anak-anak tentang dunia. Iklan lebih difokuskan pada hasil gambar dan opini yang berasal dari anak-anak sehingga iklan terlihat unik, lucu, dan menarik karena sangat mencerminkan kepolosan mereka. Iklan versi ketiga ini menampilkan sosok anak-anak yang kreatif dan cerdas karena dapat mengutarakan pendapat mereka sendiri. Meskipun begitu, pendapat dari anak-anak ini terkesan orisinal karena begitu polos dan mengandung kesalahan. Kesalahan khas anak-anak ini mempunyai unsur humor dan dapat dijadikan sebagai daya jual iklan. Kesalahan dalam versi iklan ini menunjukkan anak-anak yang sedang dalam proses belajar dan merasa percaya diri bahwa diri mereka cerdas. Selain itu, juga dicantumkan label “Qualitätskontrolle” (kualitas kontrol) yang berfungsi untuk meyakinkan konsumen bahwa Kinder Schokolade merupakan produk makanan yang aman dikonsumsi oleh anak-anak karena produksinya yang selalu dikontrol secara konsisten sehingga konsumen tidak perlu merasa khawatir akan kualitas produknya. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat adanya perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam setiap versi iklan Kinder Schokolade. Sebelum masalah obesitas muncul, Slogan iklan Kinder Schokolade adalah “Die kleinen Riegelchen für die Extra Portion Milch“ yang menggambarkan bahwa produk ini sangat menyehatkan karena mengandung lebih banyak susu dan Headline-nya mengandung makna yang berhubungan dengan produknya (terlihat dari pemakaian pronomina sie), serta masih terdapat figur anak gendut dalam iklannya. Setelah masalah obesitas itu muncul, terdapat perubahan-perubahan dalam iklan Kinder Schokolade, seperti Slogan-nya berubah menjadi “Die schönste Zeit unseres Lebens“ yang menggambarkan tentang kehidupan masa kecil yang indah dan makna Headline-nya juga tidak berhubungan dengan produk. Selain itu, terdapat perubahan dari segi visualnya, seperti das Catch Visual-nya yang terlihat lebih ceria dan lebih berwarna dibandingkan dengan iklan versi pertama, figur anak gendut sudah tidak digunakan lagi (dari segi anak dalam kemasan dan model iklannya), dan Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 19 terdapat penambahan das Focus Visual berupa label kualitas kontrol untuk menunjukkan keunggulan produk Kinder Schokolade. Sejak obesitas menjadi masalah yang semakin hangat diperbincangkan, Ferrero memang lebih memfokuskan Kinder Schokolade pada gambar iklannya, dibandingkan dengan menyajikan karakteristik dan keunggulan produknya. Dari hal tersebut terlihat bahwa Ferrero mencari cara agar iklan Kinder Schokolade yang ditampilkan tetap bermakna positif dan terkesan menarik. Ferrero juga membuat teks iklan yang tidak secara langsung menunjukkan keunggulan produk Kinder Schokolade, tetapi lebih memilih untuk menggunakan kata-kata yang sederhana untuk menciptakan daya tarik emosional yang dapat memengaruhi pembacanya sehingga masalah obesitas tersebut dapat teralihkan. Jadi, yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah iklan Kinder Schokolade terpengaruh masalah obesitas yang terjadi pada anak-anak Jerman sehingga terdapat perubahan pada iklannya, baik itu dari segi bahasa, maupun dari segi visualnya. Kinder Schokolade melakukan perubahan dalam iklannya karena memperhatikan dan mengikuti perkembangan segmen pasarnya, yaitu anak-anak dan terutama orang tua mereka sebagai pemberi keputusan pembelian sebuah produk. Dengan adanya masalah obesitas pada anak-anak, orang tua tentu akan lebih protektif dalam memilih berbagai produk makanan untuk mencegah terjadinya obesitas pada anak-anak mereka. Oleh karena itu, Ferrero melakukan perubahan dalam iklan Kinder Schokolade untuk dapat meyakinkan dan membuat para orang tua tertarik membeli produk Kinder Schokolade karena menganggap bahwa ini adalah produk yang cocok untuk anak-anak mereka karena dapat membuat mereka menjadi aktif, ceria, kreatif, sehat, dan cerdas seperti figur anak-anak dalam iklannya. Konsep-konsep kreatif dan menarik yang terdapat di dalam iklan Kinder Schokolade dibuat untuk menunjukkan keunikan produk dan membangun citra produk yang positif, serta bertujuan untuk mengalihkan perhatian konsumen dari masalah obesitas yang sedang terjadi sehingga kepercayaan konsumen pada produk Kinder Schokolade dapat tetap dipertahankan. Daftar Referensi Books: Blanke, Gustav. (1973). Einführung in die semantische Analyse. München: Max Hüber Verlag. Götz, D, Haensch, G, Wellmann, H. (2010). Langenscheidts Großwörterbuch Deutsch als Fremdsprache. Berlin und München: Langenscheidt Verlag. Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013 20 Hoed, Benny H. (2011). Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: Komunitas Bambu. Janich, Nina. (2010). Werbesprache: Ein Arbeitsbuch. Tübingen: Narr Francke Attempto Verlag. Lee, Monle dan Johnson, Carla. (2007). Prinsip-prinsip Periklanan dalam Perspektif Global. The Haworth Press. Nöth, Winfried. (1990). Handbook of Semiotics. Indianapolis: Indiana University Press. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). Jakarta: Balai Pustaka. Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. (2006). Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Online document: Andre. 2012. Kinder Schokolade- Kinder für die Schokolade. Accessed on April 30, 2014 from http://www.logolook.de/2012/06/kinderschokolade-kinder-fur-die-schokolade/ “Der Kuss und seine Bedeutung”. Accessed on March 23, 2014 from http://www.iphpbb.com/forenarchiv/21/1302400/1302080/der-kuss-und-seine-bedeutung-71099376-73681-12.html Driessen, Barbara. 2012. 800.0000 Kinder in Deutschland sind fettleibig. Accessed on February 21, 2014 from http://www.welt.de/gesundheit/article108401364/800-000-Kinder-in-Deutschland-sind-fettleibig.html Ferrero. 2014. Ein Unternehmen für guten Geschmack. Accessed on March 31, 2014 from http://www.ferrero.de/ferrero2.aspx?pageurl=unternehmen%2fdefault.aspx Ibthisam Luthfi Rahman. “Metode Belajar bagi Anak Usia Dini”. Accessed on May, 12, 2014 from http://www.academia.edu/5585114/METODE_BELAJAR_BAGI_ANAK_USIA_DINI Knoll, Alexander. F. Die psychologische Bedeutung der Farben. Accessed on March 12, 2014 from http://www.life-institut.ch/Farben.htm Liebram, Claudia. 2013. Eltern übergewicht Kinder bekämpfen. Accessed on February 23, 2014 from http://web.de/magazine/gesundheit/ernaehrung/abnehmen/17537784-eltern-uebergewicht-kinder-bekaempfen.html Schmitt, Peter Philip. 2012. Studie zu übergewicht-ungebildet-arbeitlos-fett. Accessed on February 21, 2014 from http://www.faz.net/aktuell/gesellschaft/gesundheit/studie-zu-uebergewicht-ungebildet-arbeitslos-fett-11670091.html Süddeutsche. 2013. Politiker fordern Strafsteuer auf Dickmacher. Accessed on February 21, 2014 from .http://www.sueddeutsche.de/politik/uebergewicht-politiker-fordern-strafsteuer-auf-fettes-essen-1.1813465 Volkmann, Anne. 2013. Übergewicht in Deutschland. Accessed on February 23, 2014 from http://www.gesundheitsstadt-berlin.de/nachrichten/artikel/uebergewicht-in-deutschland-1415/ Welt. 2008. Grüne fordert Werbeverbot für Süßigkeiten im TV. Accessed on March 12, 2014 from http://www.welt.de/politik/article2143690/Gruene-fordert-Werbeverbot-fuer-Suessigkeiten-im-TV.html Wiegend, Susanna. 2011. Abnehmen als Familienprojekt. Interview: Übergewicht bei Kindern und Jugendlichen. Accessed on March 12, 2014from http://www.planet-beruf.de/Interview-UEbergewi.14069.0.html?&type=17 www.abkuerzungen.woxikon.de on June 5, 2014. Analisis iklan…, Lutfeia Rhacmadani Rhachim, FIB UI, 2013