transformasi learning dalam pendidikan multikultural

advertisement
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
TRANSFORMASI LEARNING DALAM PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL KEBERAGAMAAN
Amin Maulani
STKIP PGRI Tulungagung
Abstrak
Pendidikan multikultural seharusnya bisa menjadi suatu proses transformasional, bukan sekedar
proses toleransi. Artinya pendidikan multikultural bukan sekedar mengajar tentang kebudayaan yang
berbeda-beda kebudayaan dari berbagai kelompok etnik dan keagamaan dan mendukung apresiasi,
kenyamanan, toleransi tehadap budaya lain. Sebagai proses transformasional, pendidikan multikultural
hadir sebagai proses melalui seluruh aspek pendidikan diuji dan dikritik serta dibangun kembali atas
dasar ideal-ideal persamaan dan keadilan sosial; membantu perkembangan semua orang dari semua
kebudayaan. Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar didunia yang menganut
paham Bhineka Tunggal Ika. Kenyataan ini dapat dilihat dari sosio-kultural dan gegografisnya meliputi
agama, ras, suku, budaya dan lainnya. Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui
penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di
masyarakat, seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender, kemampuan, umur,
dll. Karena itulah yang terpenting dalam pendidikan multikultural adalah seorang pendidik tidak hanya
dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional mengajarkan materi yang diajarkan. Lebih dari
itu, seorang pendidik juga harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural
seperti demokrasi, humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan. Pada
akhirnya dapat dihasilkan output yang tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin ilmunya, tetapi juga
mampu menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam memahami dan menghargai keberadaan pemeluk
agama dan kepercayaan lain.
Kata kunci: transformasi learning, pendidikan multikultural, keberagamaan
TRANSFORMATION IN LEARNING RELIGIOUS MULTICULTURAL
EDUCATION
Abstract
Multicultural education should serve as a transformational process, not merely tolerance process;
it is not just teaching about different cultures of various ethnic and religious group and supports the
appreciation, comfort, cosmos, tolerance of other cultures. As a transformational process, it is present as
a process through all aspects af education, criticized, tested, and rebuilt on the basis of the ideals of
equality and social justice, helping the development of all people of all cultures. Indonesia is one of the
world's largest multicultural country which adopts unity in diversity. This can be seen from the sociocultural and geographical aspects covering religion, race, ethnicity,and culture. Multicultural education
offers an alternative through the implementation of the strategy and the concept of education based on
the utilization of the diversity that exists in the society. For this reason an education is required not only
to master and teach the teaching materials but also to instill religious values. The output is expected not
only to be competent at the discipline field but also to understand and appreciate the existence of other
faiths and beliefs.
Keywords: transformation of learning, multicultural education, religion
Transformasi Learning dalam Pendidikan −
29
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
agama tidak akan terulang lagi di masa yang
PENDAHULUAN
Persitiwa-peristiwa
berimbas
akan datang. Misalnya, dengan mengintensifkan
yang
forum-forum dialog antar umat beragama dan
mengatasnamakan agama saat ini masih sering
aliran kepercayaan, membangun pemahaman
muncul di tanah air. Hal ini sebagai ujian bagi
keagamaan yang lebih pluralis dan inklusif, dan
kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.
memberikan pendidikan tentang pluralisme dan
Berbagai indikator yang memperlihatkan adanya
toleransi beragama melalui sekolah (lembaga
tanda-tanda
pendidikan).
kerusuhan
dengan
dan
kekerasan
perpecahan
bangsa,
dengan
transparan mudah dibaca. Beberapa persitiwa
Materi pendidikan agama yang diberikan
bebepa tahun yang lalu seperti di Ambon, Papua
di lembaga-lembaga pendidikan dalam hal ini
maupun Poso,
sekolah
seperti
api
dalam sekam,
pada
umumnya
juga
tidak
sewaktu-waktu bisa meledak, walaupun berkali-
menghidupkan pendidikan multikultural yang
kali bisa diredam. Peristiwa tersebut, bukan saja
baik, bahkan cenderung berlawanan. Akibatnya
telah banyak merenggut korban jiwa, tetapi juga
konflik sosial sering kali diperkeras oleh adanya
telah menghancurkan ratusan tempat ibadah.
legitimasi keagamaan yang diajarkan dalam
Bangsa Indonesia adalah negara yang
pendidikan
agama
di
lembaga-lembaga
menganut paham Bhineka Tunggal Ika telah
pendidikan yakni sekolah-sekolah di daerah
memiliki basis keberagaman, yang jika dikelola
yang rawan konflik. Hal ini membuat konflik
dengan baik serta maksimal akan menjadikan
mempunyai akar dalam keyakinan keagamaan
potensi bahkan power yang besar, namun
yang fundamental sehingga
sebaliknya, jika tidak maka akan menjadi
kekerasan semakin sulit diselesaikan, karena
bumerang bagi bangsa. Untuk memberikan
dipahami
pemahaman akan pentingnya keberagaman baik
agamanya.
agama, ras, suku, budaya dan lainnya, maka
sebagai
bagian
konflik sosial
dari
panggilan
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa
pendidikan salah satu dari lembaga yang cukup
pendidikan
agama
efektif untuk memberikan pemahaman serta
pendidikan
transfer
nilai-nilai dalam masyarakat agar
eksklusive, yaitu agama diajarkan dengan cara
terciptanjya kesadaran akan makna perbedaan
menafikan hak hidup agama lain, seakan-akan
dalam realitas masyarakat Indonesia.
hanya agamanya sendiri yang benar dan
yakni
di
sekolah
lembaga-lembaga
lebih
bercorak
Kalau diamati secara seksama, agama
mempunyai hak hidup, sementara agama yang
dapat menjadi pendorong bagi umat manusia
lain salah, tersesat dan terancam hak hidupnya,
untuk selalu menegakkan perdamaian dan
baik di kalangan mayoritas maupun minoritas.
meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh umat
Seharusnya pendidikan agama dapat dijadikan
di dunia ini. Namun, realitanya agama justru
sebagai
menjadi
moralitas universal yang ada dalam agama-
salah
kekerasanan
satu
dan
penyebab
kehancuran
terjadinya
umat
agama
wahana
sekaligus
untuk
mengembangkan
mengembangkan
teologi
manusia. Oleh karena itu, diperlukan upaya-
inklusif dan pluralis. Berkaitan dengan hal ini,
upaya preventif agar masalah pertentangan
maka penting bagi lembaga pendidikan dalam
30 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
masyarakat yang multikultur untuk mengajarkan
Transformasi
pada
dasarnya
sebuah
perdamaian seperti yang ada dalam pendidikan
proses atau peristiwa perubahan diri, sehingga
multikultural.
yang paling menentukan adalah diri sendiri, diri
orang yang bersangkutan, bukan orang lain.
PEMBAHASAN
Karena itu perubahan diri merupakan inti dari
proses
Konsep Transformasi Learning
Transformasi
secara
transformasi
ringkas
berarti
sebuah proses perubahan yang mendasar pada
diri manusia. Daszko, Macur & Sheinberg
(2004)
menulis
bahwa
dalam
Webster
Dictionary disebutkan: “To transform means to
change in form, appearance or structure; metamorphoses; to change condition, nature or
character; to change into another substance”.
Dinyatakan selanjutnya bahwa: “That is, while
all transformation is change, not all change is
transformation. Transformation is a change in
kind; not a change in degree”.
berarti
(a)
merubah
bentuk,
penampilan atau struktur; (b) mengubah kondisi,
hakikat atau karakteristik; bahkan (c) mengganti
substansi. Dengan demikian semua transformasi
adalah perubahan, tetapi tidak semua perubahan
adalah transformasi. Perubahan lebih bersifat
superfisial, sedangkan transformasi lebih bersifat
substansial.
terutama setelah seseorang mengalami sebuah
yang
sangat
tidak
diharapkan,
mengecewakan, mengherankan, atau membuatnya
trauma.
seseorang
Artinya,
mempersyaratkan
upaya,
kesadaran, dan kesengajaan dari seseorang yang
bersangkutan.
Upaya
tersebut
diistilahkan
dengan refleksi atau renungan, yaitu sebuah
proses
dan
kemampuan
memonitor,
mengevaluasi, dan mengarahkan diri. Makin
kuat kemampuan tersebut, makin profesional
seseorang dalam melaksanakan suatu tugas.
Sebaliknya makin lemah kemampuan tersebut
pada diri seseorang, makin kurang profesional
seseorang dalam melaksanakan tugas apa saja.
Transformasi berkaitan dengan individu,
Sheinberg
(2004)
menyatakan
bahwa
transformasi bermula dari pemahaman yang
mendalam terhadap suatu pengetahuan. Dengan
pemahaman semacam itu individu memberi
makna baru terhadap kehidupan, peristiwa, dan
interaksinya
dengan
orang
lain.
Begitu
seseorang memahami suatu pengetahuan secara
mendalam, dia segera mengaplikasikan konsep,
prinsip ataupun prosedur pengetahuan tersebut
Peristiwa perubahan diri sering terjadi
peristiwa
learning.
komunitas ataupun organisasi. Daszko, Macur &
Dari sini dapat ditarik pengertian bahwa
transformasi
transformative
Dengan
biasanya
peristiwa
menjadi
tersebut,
sadar
dan
pikirannya terbuka ke alternatif lain guna
mendapatkan solusi. Jika hal seperti ini terjadi,
maka seseorang yang bersangkutan mengalami
sebuah transformasi.
pada setiap interaksinya yang sepadan dengan
orang lain.
Sementara itu learning atau pembelajaran
secara umum merupakan serangkaian upaya
untuk membantu peserta didik belajar. Proses
learning menjadi efektif bila pembelajar mampu
mengenali makna tujuan setiap pembelajaran
yang akan dicapai. Teori learning menggunakan
pendekatan desain behaviorism, cognitivism dan
constructivism.
Transformasi Learning dalam Pendidikan −
31
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Berdasarkan pengertian pokok tentang
transformasi dan pembelajaran di atas, dapat
promosi makanan etnis menjadi aspek kebijakan
pendidikan (Barker, 2000: 379).
dikatakan bahwa transformasi learning adalah
Selanjutnya
Konsep
pendidikan
perubahan mendasar dalam diri penbelajar
multikultural di negara yang menganut konsep
sebagai
demokratis seperti Amerika Serikat dan Kanada,
akibat
dari
serangkaian
proses
pembelajaran.
bukan
hal
baru
melaksanakannya
Pendidikan Multikulturalisme
Azyumardi Azra dalam Baidhawy (2005: vii)
bahwa
multikulturalisme
bisa
dipahami sebagai pengakuan, bahwa sebuah
negara atau masyarakat adalah beragam dan
majemuk. Atau dapat pula diartikan sebagai
“kepercayaan”
kepada
normalitas
dan
penerimaan keragaman.
setidaknya
mengandung dua pengertian kompleks yaitu
“multi” yang berarti plural, “kulturalisme” berisi
pengertian kultur atau budaya. Istilah plural
mengandung arti yang berjenis-jenis, karena
pluralisme bukan berarti seekedar pengakuan
akan adanya hal-hal yang berjenis, namun
pengakuan yang memiliki implikasi-implikasi
politis, sosial dan ekonomi. Oleh sebab itu
pluralisme bersangkutan dengan prinsip-prinsip
demokrasi (Tilaar, 2004: 82). Selain pengertian
diatas, multikulturalisme juga berkaitan dengan
epistemologi, namun pengertian perkembangan
ilmu pengetahuan di dalam kaitannya dengan
kehidupan sosial. Dalam realitas sosial strategi
multikulturalis juga memerlukan citra positif
namun tidak memberikan persyaratan bagi
asimilasi.
Namun,
suku
bangsa
diyakini
memiliki status setara, memiliki memiliki hak
untuk
menjaga
warisan
budaya
mereka.
Multikulturalisme bertujuan untuk “merayakan
perbedaan”.
Dalam
pendidikan
misalnya
pengajaran multi-agama, pertunjukan ritual dan
32 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012
telah
dalam
upaya
khususnya
kulit pulit dan kulit hitam, yang bertujuan
memajukan dan memelihara integritas nasional.
Pendidikan
multikultural
mengakui
adanya
keragaman etnik dan budaya masyarakat suatu
bangsa.
Pendidikan
multikultural
sebagaimana
yang dipaparkan Banks dalam Multicultural
Education Handbook of
Multikulturalisme
Mereka
melenyapkan diskriminasi rasial antara orang
Secara sederhana menurut pandangan
dijelaskan
lagi.
Research
adalah:
“multicultural education is a concept, a frame
work, a way of thinking, a philosophical
viewpoint, a value orientation, and a set of
educational nedds of culturally diverse student
populations”. Maksudnya bahwa pendidikan
multikultural adalah konsep, ide atau falsafah
sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of
believe) dan penjelasan yang mengakui dan
menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis
di dalam membentuk gaya hidup, pengalaman
sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan
pendidikan dari individu, kelompok maupun
negara.
Selanjutnya Banks mengidentifikasi ada
lima hal yang saling berkaitan dalam pendidikan
multikultural yang diperkirakan dapat membantu
guru dalam mengimplementasikan beberapa
program yang mampu
merespon terhadap
perbedaan peserta didik (siswa), yaitu:
a. Content integration (integrasi isi/materi)
Upaya
untuk
mengintegrasikan
pendidikan multikultural di dalam kurikulum
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
dan di mana atau bagian apa dalam
menanamkan
kurikulum integrasi tersebut ditempatkan. Isi
kelompok etnis tertentu. Nilai-nilai tersebut
kurikulum tersebut antara lain berkaitan
dimasukkan di dalam kurikulum tanpa
dengan
mengurangi
merubah struktur kurikulum itu sendiri.
berbagai prasangka di dalam perlakuan dan
Akhirnya pengetahuan yang dimiliki oleh
tingkah laku rasial dari etnis-etnis tertentu
peserta didik ditransformasikan di dalam
dan di dalam materi apa prasangka-prasangka
perbuatan, misalnya di dalam memperingati
tersebut dapat dikemukakan. Di dalam kaitan
hari-hari besar dari masing-masing kelompok
ini diperlukan studi mengenai berjenis-jenis
etnis yang ada di dalam sekolah atau
kebudayaan dari kelompok-kelompok etnis.
masyarakatnya.
masalah bagaimana
Di dalam kaitan ethnic studies movement
sejak tahun 1960-an di Amerika Serikat.
Termasuk di dalam gerakan ini adalah
d. Equitable
positif
pedagogy
terhadap
(pendidikan
yang
sama/adil atau kesetaraan dalam pendidikan)
Kelompok-kelompok
menulis dan mengumpul-kan sejarah dari
masing-masing kelompok etnis yang ada di
sikap
etnis
yang
tersisihkan disebabkan karena sikap yang
tidak adil di dalam masyarakat. Oleh sebab
dalam masyarakat.
itu,
b. Knowledge construction (kontruksi ilmu
pengetahuan)
diperlukan
memperhatikan
pendidikan
antara
lain
yang
kelompok-
kelompok masyarakat miskin yang tidak
Di dalam kaitan ini dipeserta didiki
memperoleh
kesempatan
yang
sama
mengenai sejarah perkembangan masyarakat
dibandingkan dengan kelompok anak-anak
Barat dan perlakuannya, serta reaksi dari
dari golongan menengah atau golongan atas.
kelompok etnis lainnya. Sejarah berisi hal-hal
Demikian pula, ternyata ada kaitan antara
yang positif maupun yang negatif yang perlu
intelegensi anak dengan kehidupan sosialnya.
diketahui oleh peserta didik di dalam upaya
Anak-anak dari kelompok masyarakat miskin
mengerti kondisi masyarakatnya dewasa ini.
biasanya
terhalang
perkembangan
intelegensinya dan oleh sebab itu, perlu
c. Prejudice reduction (pengurangan prasangka)
Prasangka rasial memang dihidupkan
sejak kanak-kanak. Di dalam pergaulan
sesamanya mulai ditanamkan prasangka-
diperhatikan dengan lebih seksama tentang
perbaikan sosial ekonomi dari peserta didik
yang kebanyakan dari kelompok etnis yang
dilupakan.
prasangka yang positif maupun yang negatif
terhadap sesamanya. Dengan pergaulan antar
kelompok
yang
intensif,
prasangka-
prasangka buruk dapat dihilangkan dan dapat
dibina kerja sama yang erat dan saling
menghargai.
e. Empowering school culture and social cultur
(pemberdayaan budaya sekolah dan struktur
sosial)
Keempat pendekatan tersebut di atas
Peringatan akan pahlawan-
semuanya bermuara kepada pemberdayaan
pahlawan, tanpa membedakan warna kulit
kebudayaan sekolah. Apabila pendekatan-
dan agamanya merupakan cara-cara untuk
pendekatan pendidikan multikultural tersebut
Transformasi Learning dalam Pendidikan −
33
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
di atas dapat dilaksanakan maka dengan
persoalan perbedaan ras, budaya, serta agama
sendirinya lahir kebudayaan sekolah yang
sehingga tidak terjadi perpecahan antar warga.
kuat dalam menghadapi masalah-masalah
sosial dalam masyarakat. Sekolah haruslah
merupakan suatu motor penggerak di dalam
Masyarakat dalam Pendidikan Multikultural
di Indonesia
Masyarakat dan bangsa Indonesia yang
perubahan struktur masyarakat yang timpang
relatif aman, tidak bergejolak, dan bahkan dapat
karena kemiskinan ataupun tersisih di dalam
menerima “penjajahan” selama 350 tahun. Ada
budaya masyarakat.
pameo pada masa kolonial yang mengatakan
Dalam konteks ini dapat dikatakan, tujuan
bahwa bangsa jawa adalah bangsa yang paling
utama dari pendidikan multikultural adalah
lembut di dunia. Bangsa yang lemah lembut,
untuk menanamkan sikap simpati, respek,
merupakan ciri dari masyarakat tradisional.
apresiasi, dan empati terhadap penganut agama
Masyarakat tradisional adalah suatu bentuk
dan budaya yang berbeda. dan yang terpenting
masyarakat yang relatif stabil, terkontrol, hidup
dari strategi pendidikan multikultural ini tidak
tenang penuh dengan kepastian, dan tertutup.
hanya bertujuan agar supaya peserta didik
Kehidupan masyarakat diikat oleh kesatuan
mudah
yang
tradisi yang sifatnya mengikat baik moral etis
dipeserta didikinya, akan tetapi juga untuk
bahkan teologis. Kekuatan-kekuatan kramat
meningkatkan kesadaran mereka agar selalu
mengikat masyarakat tradisional baik didalam
berprilaku humanis, pluralis, dan demokrasi.
hubungan kekuasaan maupun di dalam aspek
memahami
peserta
didikan
besar
kehidupan, semuanya diatur, baik oleh kekuatan
pendidikan
natural seperti kekuasaan raja yang feodal
multikultural di Amerika Serikat. Ternyata
sampai kepada kekuatan supernatural yang
pendidikan multikultural bukan hanya berkenaan
diturunkan dari satu generasi ke generasi
dengan masalah-masalah kebudayaan dalam arti
lainnya.
Demikianlah
perkembangan
pada
terkini
garis
dari
dengan
Di dalam suatu masyarakat tradisional,
masalah-masalah politik, yaitu kesamaan derajat
kesadaran akan kehidupan sangat terbatas, dan
manusia, perubahan struktur sosial yang tidak
oleh sebab itu pula dunia kehidupannya bergerak
mengenal
dengan sangat lambat. Masyarakat yang stabil
sempit,
tetapi
berdasarkan
ternyata
pembedaan
asal-usul
berkenaan
kelompok
etnisnya,
manusia
perbedaan
tersebut
kini
menjadi
berantakan
didalam
kehidupan yang tidak menentu. Perubahan besar
agama maupun perbedaan gender.
Di samping negara Amerika yang telah
yang terjadi di muka bumi ini dengan lahirnya
ada
masyarakat industri pada abad ke-18 di Eropa
beberapa negara lain yang menerapkan sistem
dan dikenal sebagai gelombang modernisasi
pendidikan
yang pertama.
menerapkan
pendidikan
multikultural,
multikultural,
semisal
Jerman,
Inggris, Kanada, Australia, dan lain-lain. Pada
Gelombang modernisasi pertama seperti
intinya pendidikan multikultural di negara-
yang terlihat didalam masyarakat barat yang
negara maju bertujuan untuk menanggulangi
sifatnya sederhana, perubahan-perubahan linier,
perkembangan industri yang menyerap lapangan
34 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
kerja baru disamping pertanian.semua perubahan
Telah kita lihat transformasi masyarakat
tersebut terjadi didalam ruang lingkup negara
tradisional menjadi masyarakat modern, antara
dan bangsa. Gelombang ini berjalan hampir dua
lain disebabkan oleh ilmu pengetahuan dan
abad lamanya
teknologi. Dalam masyarakat barat, peranan
Gelombang selanjutnya adalah modernitas
ilmu pengetahuan yang dimuali dari abad
kedua, kepastian yang dinikmati oleh manusia
pencerahan
menghilang
tradisioanal yang terkungkung oleh tradisi dan
dan
secara
simultan
lahirlah
telah
perubahan-perubahan sosial yang dahsyat dan
kekuasaan
tidak
Perkembangan
dapat
diatasi
lagi
oleh
manusia.
melepaskan
Gereja
masyarakat
yang
ilmu
koserfatif.
pengetahuan
yang
Modernisasi gelombang kedua ini membawa
menyebabkan penerapan teknologi
manusia
pengembangan industri telah melahirkan negara-
kepada
apa
yang
disebut
suatu
masyarakat penuh resiko.
negara
industrsi
pada
abad
didalam
ke-18.
ilmu
Dalam perjalananya masyarakat Indonesia
pengetahuan juga telah menyebabkan tuntutan
menuntut proses pengambilan keputusan yang
terhadap pendidikan rakyat yang berwujud wajib
tepat. Seperti yang telah dijelaskan didalam
belajar pada negara-negara maju dimulai pada
pendahuluan masyarakat yang dapat mengambil
abad ke-19. perkembangan ilmu pengetahuan
keputusan dengan tepat adalah masyarakat yang
pada negara-negara tersebut telah memasuki
terdidik, yang menguasai ilmu pengetahuan dan
kebijakan politik kolonial dari para penjajah. Di
teknologi, serta dibimbing oleh moral untuk
Indonesia telah lahir apa yang disebut dengan
kemaslahatan masyarakat dan bangsanya, serta
“politik etis” yang memaksa untuk secara moral
masyaraka dunia.
penghisapan
Seiring
dengan
perkembangan
yang
dilakukanya
dinegara
dan
jajahanya. Rakyat diberi pendidikan meskipun
tuntutan jaman maka lahirlah konsep masyarakat
sangat terbatas untuk melepaskan diri dari
individualitas yang baru, sehingga konsep-
kungkungan
konsep yang lama tidak dapat digunakan lagi.
Dengan pendidikan itu pulalah dilahirkan benih-
Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan-
benih nasionalisme yang kemudian menjadi
perubahan yang dahsyat didalam masyarakat
kekuatan yang menghancurkan kolonialisme itu
dunia akibat lahirnya demokrasi politik, yang
sendiri.
kebodohan
dan
kemiskinan.
menuntut hak-hak politik dari warga negara,
Kemajuan pendidikan suatu bangsa juga
diikuti oleh demokrasi sosial yaitu keinginan
merupakan dasar dari perkembangan demokrasi.
untuk membangun suatu masyarkat sejahtera,
Sejalan
dan lahirlah apa yang disebut demokrasi cultural
pendidikan, terjadi pencerahan kehidupan suatu
yang mengubah dasar-dasar hidup keluarga yang
bangsa dan negara. Perkembangan demokrasi
stabil didalam masyarakat tradisional, perubahan
berjalan bersama-sama dengan kebangkitan
peranan gender, perubahan relasi antar manusia
nasionalisme, terutama di dunia ke tiga. Didalam
didalam membangun keluarga, hingga mudah
pembukaan
retaknya struktur keluarga inti yang dikenal
dijelaskan bahwa salah satu tujuan utama
didalam masyarakat tradisional.
kemerdekaan
dengan
meningkatnya
undang-undang
ialah
untuk
dasar
tingkat
1945
mencerdaskan
Transformasi Learning dalam Pendidikan −
35
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
kehidupan
bangsa.
Pencerdasan
kehidupan
yang ternyata hanya menguntungkan negara-
bangsa antara lain berarti membangun suatu
negar besar yang bermodal, dan segelintir
masyarakat yang berbasis ilmu pengetahuan.
konglomerat dunia. Dipihak lain kemiskinan
Dalam hal ini, bukan berarti bahwa yang
dipentingkan ialah rasionalisme,
diseluruh dunia bukannya berkurang, malah
melainkan
semakin bertambah dalam bentuk yang berbeda.
peningkatan kemampuan analitis dari suatu
Globalisasi itu sendiri dipelopri oleh negara-
bangsa
perkembangan
negara industri besar yang berakibat pemiskinan
masyarakatnya, karena kemajuan pendidikan
negara-negara yang sedang berkembang. Selain
suatu bangsa juga
merupakan dasar dari
proses pembentukan korporasi internasional
perkembangan demokrasi. Dengan pendidikan,
yang mematikan modal kecil, terutama di
maka kelas-kelas didalam masyarakat seperti
negara-negara berkembang, globalisasi juga
kelas
hak-hak
secara radikal merubah kehidupan manusia.
istimewa yang dibedakan dengan bangsa terjajah
Perubahan radikal dari masyarakat tradisional ke
yang tidak mempunyai hak-hak seperti hak-hak
masyarakat modern merupakan perubahan yang
yang diberikan kepada kaum penjajah (kaum
menghancurkan, bukan hanya perekonomian
putih). Kesadaran terhadap harga diri, kesadaran
melainkan juga struktur sosial dan kebudayaan
terhadap tradisi dan kebudayaan sendiri terbuka
dari suku-suku di negara-negara terbelakang itu.
karena pendidikan. Salah satu program yang
Globalisasi telah menimbulkan ketidak-pastian
dapat
dan kegamangan dari rakyat yang berjuta-juta
untuk
penjajah
melihat
yang
menyiapkan
perkembangan
mempunyai
dan
merekayasa
arah
Indonesia
untuk
masyarakat
menjadikan masyarakat yang berbasis ilmu
pengetahuan
pendidikan.
ialah
dengan
Bahkan
mengedepankan
organisasi
bahkan
bermiliar-miliar
di
negara-negara
berkembang.
Gerakan globalisasi saat ini sangat terasa
dunia
dampaknya dalam kehidupan sosial ekonomi.
menganggap program pendidikan merupakan
Bahkan, sumber daya manusia saat ini justru
salah satu dinamisator dalam pengembangan
harus berkompetisi secara global. Kualitas
manusia.
pekerjaan yang menghasilkan barang untuk
Perkembangan selanjutnya yang cukup
pasar global juga harus memiliki kualitas secara
menghebohkan adalah datangnya era globalisasi.
nasional. Konsekuensinya, pendidikan harus
Seperti
ilmu
menyiapkan tenaga kerja yang juga berkualitas
pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi
internasional. Tanpa memperhatikan persyaratan
komunikasi, telah menyebabkan perubahan yang
perdagangan internasional, maka bangsa tidak
sangat besar dalam kehidupan manusia yang
akan dapat mengambil bagian dalam tata
tidak diperkirakan sebelumnya. Globalisasi telah
perekonomian pasar global.
telah
dijelaskan,
kemajuan
memberikan banyak hal yang positif dalam
Fenomena globalisasi ini perlu dimaknai
kehidupan umat manusia, tapi disamping itu
oleh sistem pendidikan kedalam program-
juga terdapat berbagai hal yang negatif.
program dan proses belajar mengajar secara
Era globalisasi telah melahirkan kapital
internasional dari korporasi-korporasi besar
36 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012
operasional.
Oleh
karena
itu,
pendidikan
nasional perlu memikirkan muatan global dalam
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
aspek pengajarannya untuk bidang-bidang studi
multikulturalisme telah merupakn suatu realitas
yang
sosial yang akan dihadapi oleh dunia pendidikan
relevan.
Jika
mengabaikan
gerakan
globalisasi, maka pendidikan dalam jangka
dimasa-masa yang akan datang.
panjang hanya akan menghasilkan sumber daya
Peran
manusia yang berkualitas lokal, dan berdampak
multikuklturalisme
cepat atau lambat akan mengisolasi bangsa dari
didalam kaitannya dengan falsafah hidup,
proses
yang
kenyataan sosial, yang akan melipuiti disiplin-
dilahirkan oleh masyarakat dan peradaban dunia
disiplin ilmu yang lain seperti ilmu politik,
sebagai akibat tidak dimilikinya kemampuan
filsafat, khususnya falsafah postmodernisme,
komunikasi antar bangsa.
antropologi, dan sosiologi. Dalam hal ini
transfer
teknologi
mutakhir
Pendidikan merupakan institusi
pendidikan
hanya
didalam
dapat
dimengerti
yang
dimaksudkan agar dalam perjalanan pendidikan
sangat penting bagi proses penyiapan dan
multikultural nantinya tidak kehilangan arah atu
peningkatan kualitas sumber daya manusia
bahkan berlawanan dengan nilai-nilai dasar
indonesia
multikultural-isme.
yang
benar-benar
berkualitas.
Mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana
Mengingat rumusan tujuan negara itu
disebutkan dalam pembukaan UUD 1945, pada
amat singkat dan filosofis akademis, maka
hakekatnya merupakan konsepsi tentang tujuan
rumusan tujuan negara dalam bidang pendidikan
pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional
itu barangkali dapat dikategorikan sebagai
ini rumusannya telah benar-benar selaras dengan
filsafat pendidikan nasional, yang sejak tahun
konsepsi
1945 telah menjadi kesepakatan nasional dan
kecerdasan
ganda
(multiple
intelligence) yang dewasa ini ramai dibahas oleh
ditetapkan
dalam
UUD
1945.
Jika
para pakar pendidikan sebagai wacana hangat
“mencerdaskan kehidupan bangsa” disepakati
dalam dunia ilmu pengetahuan.
sebagai konsensus nasional sebagai tujuan
Pendidikan merupakan kebutuhan paling
pendidikan nasinal jangka panjang, secara
esensial bagi setiap manusia, negara, maupun
operasional tujuan itu harus dijabarkan dalam
pemerintah pada era sekarang. Pendidikan harus
rumusan
selalu ditumbuhkembangkan secara sistematis
operasional yang akan disusun oleh pihak
oleh para pengambil kebijakan. Transformasi
eksekutif, dan selanjutnya dijabarkan lebih
dalam dunia pendidikan selalu harus diupayakan
lanjut oleh para penyelenggara negara dalam
agar pendidikan benar-benar dapat memberikan
bidang pendidikan dalam rumusan kebijakan,
kontribusi dalam usaha untuk mencerdaskan
program, dan kegiatan. Jika mekanisme ini dapat
kehidupan
telah
diterima, kesimpang siuran tentang siapa yang
diamanatkan oleh pendiri bangsa Indonesia yang
berhak merumuskan tujuan pendidikan menjadi
dituangkan
dalam
UUD
1945.
agak jelas.
pendidikan
tidak
dapat
dipisahkan
perubahan
sosial
bangsa
sebagaimana
dan
kehidupan
Demikian
dari
manusia
Saat
program
tujuan
ini
pendidikan
pemerintah
pendidikan
yang
telah
nasional
lebih
memiliki
yang
amat
didalam berbgai kaitannya dengan masalah
strategis, yaitu peningkatan relevansi, efisiensi,
kebudayaan,
dan kualitas pendidikan. Dari program itu
maka
pendidikan
dalam
Transformasi Learning dalam Pendidikan −
37
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
memang bisa diyakinkan bahwa pendidikan
standar kelulusan, sehingga peserta didik tidak
nasional kita secara makro cukup menjanjikan
berkembang menjadi manusia yang utuh. Akibat
penyediaan sumber daya manusia yang benar-
selanjutnya akan terjadi beragam tindakan yang
benar
tidak baik seperti yang akhir-akhir ini terjadi:
memiliki
kompetitif.
Untuk
dapat
meningkatan relevansi, efisiensi, dan kualitas
tawuran,
pendidikan, kita harus melakukan inovasi dunia
ketidakadilan, kesenjangan ekonomi, korupsi,
pendidikan dalam arti yang luas secara terus
ketidakjujuran, dan sebagainya.
menerus.
Tanpa
inovasi
yang
sistematis,
Jika
perang,
kita
penghilangan
menengok
sejarah
etnis,
bangsa
mustahil sistem pendidikan nasional akan
Indonesia, maka realitas konflik sosial yang
berhasil menyentuh dan memecahkan persoalan
terjadi sering kali mengambil bentuk kekerasan
esensial yang berkaitan dengan aspek relevansi,
sehingga mengancam persatuan dan eksistensi
efisiensi, dan kualitas pendidikan. Agar dapat
bangsa.
melakukan inovasi, kita juga
kerajaan-kerajaan sebelum kemerdekaan telah
penelitian
diberbagai
bidang
memerlukan
dan
jenjang
pendidikan.
Pengalaman
peperangan
antara
membentuk fanatisme kesukuan yang kuat.
Sedangkan terjadinya konflik sosial setelah
Penyelenggara pendidikan negara yang
kemerdekaan, sering kali bertendensi politik,
memiliki tanggung jawab yang besar dalam
dan ujungnya adalah keinginan suatu komunitas
menata
dari
untuk melepaskan diri dari kesatuan wilayah
Berbagai
negara kesatuan, bahkan buntutnya masih terasa
pendidikan
perencanaan
sistem
pertimbangan
mengembangkan
dalam
sebagai
bagian
nasional.
menjadi
sistem
penyelenggaraanya
perhatian
tersebut,
sisitem
untuk
sehingga
hingga
sekarang.
multikultural,
maka
Tanpa
konflik
pendidikan
sosial
yang
tersebut
destruktif akan terus menjadi suatu ancaman
menjadi acuan secara nasional yang dapat
yang serius bagi keutuhan dan persatuan bangsa.
menghadapi tantangan global yang menuntut
Dalam konteks yang sarat kemajemukan
pendidikan dapat berperan menyejahterakan
bangsa
Indonesia,
maka
pendidikan
umat manusia.
multikultural menjadi sangat strategis untuk
Manusia dan pendidikan adalah dua hal
dapat mengelola kemajemukan secara kreatif,
yang tidak dapat dipisahkan. Manusia sepanjang
sehingga konflik yang muncul sebagai dampak
hidupnya
Bila
dari transformasi dan reformasi sosial dapat di
pendidikan bertujuan membina manusia yang
kelola secara cerdas dan menjadi bagian dari
utuh dalam semua segi kemanusiaannya, maka
pencerahan kehidupan bangsa ke depan.
semua
melaksanakan
segi
bersinggungan
pendidikan.
kehidupan
dengan
manusia
dimensi
harus
Berdasarkan
kenyataan
tersebut
spiritual
keberadaan pendidikan multikultural sebagai
(teologis), moralitas, sosialitas, emosionalitas,
strategi pendidikan yang diaplikasikan pada
rasionalitas (intelektualitas), estetis dan fisik.
semua jenis mata peserta didikan, dengan cara
Namun realitanya, proses pendidikan kita masih
menggunakan
banyak menekannkan pada segi kognitf saja,
yang ada pada anak sangat diperlukan, dengan
apalagi hanya nilai-nilai ujian yang menjadi
pertimbangan sebagai berikut:
38 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012
perbedaan-perbedaan
kultural
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
a. Pendidikan
multikultural
secara
inheren
perlu dikembangkan secara seimbang adalah
sudah ada sejak bangsa Indonesia ada.
kecerdasan verbal
Falsafah bangsa Indonesia adalah suka
logika matematika, kecerdasan yang terkait
gotong
dengan spasial Ruang, kecerdasan fisik
royong,
membantu,
menghargai
antara suku dan lainnya.
b. Pendidikan
linguistic,
kecerdasan
kinestetik, kecerdasan dalam bidang musik,
multikultural
memberikan
kecerdasan yang terkait dengan lingkungan
harapan dalam mengatasi berbagai gejolak
alam,
masyarakat yang terjadi akhir-akhir ini.
kecerdasan
Keberhasilan
ketrampilan saja yang dikembangkan maka
pendidikan
dengan
mengabaikan ideologi, nilai-nilai, budaya,
kepercayaan dan agama yang dianut masing-
kecerdasan
interpersonal
intrapersonal.
dan
Jadi,
jika
pendidikan itu jelas berorientasi bisnis.
d. Pendidikan multikultural sebagai resistensi
masing suku dan etnis harus dibayar mahal
fanatisme
dengan terjadinya berbagai gejolak dan
kekerasan. Kekerasan muncul ketika saluran
pertentangan antar etnik dan suku. Salah satu
perdamaian sudah tidak ada lagi.
penyebab munculnya gejolak seperti ini,
adalah
model
pendidikan
yang
dikembangkan selama ini lebih mengarah
pada pendidikan kognitif intelektual dan
yang
Dengan
mengarah
pada
demikian,
multikultural sekaligus
jenis
pendidikan
untuk melatih dan
membangun karakter anak agar mampu bersikap
demokratis, humanis, dan pluralis.
keahlian psikomotorik yang bersifat teknis
semata. Padahal kedua ranah pendidikan ini
lebih mengarah kepada keahlian yang lepas
Multikulturalisme
Lingkungan Sekolah
Multikulturalisme
dari ideologi dan nilai-nilai yang ada dalam
tradisi
masyarakat,
sehingga
terkesan
monolitik berupa nilai-nilai ilmiah akademis
dan teknis empiris. Sementara menurut
pendidikan multikultural, adalah pendidikan
yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai
keyakinan, heterogenitas, pluralitas agama
pendidikan
multikultural
yang
menentang
berorientasi
bisnis.
Pendidikan yang diharapkan oleh bangsa
Indonesia sebenarnya bukanlah pendidikan
ketrampilan semata, melainkan pendidikan
yang harus mengakomodir semua jenis
kecerdasan, yang sering disebut kecerdasan
ganda
(multiple
intelligence).
kebutuhan
merupakan
masyarakat
untuk
di
suatu
dapat
saling
membantu sesama, cinta terhadap sesama,
meningkatkan
derajat
dan
kesehatan,
dan
kecerdasan bangsa dan manusia. Oleh karena itu
agar
meretasnya
multikulturalisme,
pemahaman
maka
harus
terhadap
diusahakan
melalui cara yang strategis yakni melalui
apapun aspeknya dalam masyarakat.
c. Pendidikan
Keberagamaan
Menurut
Howard Gardner, kecerdasan ganda yang
pendidikan.
Multikulturalisme merupakan pilihan atau
resiko yang perlu diambil oleh keputusan
masyarakat bangsa indonesia agar dapat survive
dimasa depan. Multikulturalisme merupakan
suatu resiko yang perlu diambil didalam
membina masyarakat bangsa Indonesia. Dari
konsep
multikulturalisme
inilah
diambil
keputusan-keputusan yang rasional, demokratis,
paham pengembangan liberalisme yang tepat,
Transformasi Learning dalam Pendidikan −
39
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
pengakuan
terhadap
kebhinekaan
budaya
yang mendasar, yang berkesinambungan, dan
masyarakat dan bangsa Indonesia, adanya
yang
kebebasan beragama dan beribadah sesuai
Indonesia.
dengan
keyakinannya,
menentukan
mati
hidupnya
bangsa
demikian
pula
Pada era multikulturalisme, pendidikan
Indonesia
yang
multikultural seharusnya bisa menjadi suatu
multikultural, serta menjaga persatuan dan
proses transformasional, bukan sekedar proses
kesatuan serta tekad untuk membangun suatu
toleransi.
dunia yang lain, yaitu dunia yang bebas dari
bukan sekedar mengajar tentang kebudayaan
kemiskinan serta pengakuan terhadap hak asasi
yang berbeda-beda kebudayaan dari berbagai
semua manusia Indonesia.
kelompok etnik dan keagamaan dan mendukung
membangun
masyarakat
Kehidupan
masyarakat
dan
bangsa
Artinya
pendidikan
multikultural
apresiasi, kenyamanan, toleransi tehadap budaya
Indonesia diberkahi dengan kenyataan adanya
lain.
berbagai budaya etnis sebagaimana yang diakuai
pendidikan multikultural hadir sebagai proses
didalam lambang negara “Bhineka Tunggal
melalui seluruh aspek pendidikan diuji dan
Ika.” Lambang negara tersebut bukan sesuatu
dikritik serta dibangun kembali atas dasar ideal-
yang telah jadi tapi yang menjadi. Oleh sebab itu
ideal persamaan dan keadilan sosial; membantu
Bhineka Tunggal Ika merupakan pengertian
perkembangan
kesejarahan masyarakat dan bangsa Indonesia
kebudayaan
untuk
karena
menghadapi
ketidakadilan
menunjukan
persoalan
masa
keadaan
kini,
dan
masa
tugas
lalu,
untuk
Sebagai
mereka
proses
semua
atau
transformasional,
orang
menjadi
orang
dari
semua
aktif
dalam
yang
lain;
menimpa
mengkonstruksi
mewujudkannya dimasa yang akan datang.
identitas diri yang diakui banyak orang dan
Keanekaan Indonesia kemudian dikenali, diakui,
percaya
dan dikukuhkan di dalam Undang-Undang Dasar
berinteraksi dengan orang lain. Dalam konteks
1945 yang menjadi pedoman kehidupan bangsa
tersebut,
Indonesia secara menyeluruh dan yang berlaku
multikultural juga merasa perlu agar melalui
hingga saat ini, sebagai realisasi dari rumusan
pendekatan progresif yang diadaptasi dapat
abstrak pengenalan, pengakuan, dan pengukuhan
mengarahkan
keanekaan itu, di bangun berbagai program
tranformasi pendidikan.
pendokumentasian, pemahaman dan pelestaraian
diri;
mengembangkan
pendidikan
Gagasan
seluruh
dan
agama
cara-cara
berwawasan
programnya
pembahasan
dalam
tentang
aneka budaya bangsa Indonesia sebagaimana
pendidikan agama multikultural, bahkan dalam
yang
program
segi-segi tertentu bisa dikatakan masih cukup
pembangunan dimasa Orde Baru. Proses ini
sensitif. Seperti diketahui, kontroversi terjadi
merupakan suatu proses yang berkisanambungan
menyangkut penyelenggaraan pendidikan agama
tanpa akhir, karena merupakan suatu tugas dari
seperti terdapat pada pasal 12 ayat 1 butir a yang
setiap anggota masyarakat Indonesia yang terdiri
berbunyi, “Setiap peserta didik pada setiap
dari
satuan
tampak
dalam
berjenis-jenis
berbagai
etnis
untuk
bertekad
pendidikan
berhak
mendapatkan
membangun suatu masyarakat yang bersatu.
pendidikan sesuai agama yang dianutnya dan
Multikulturalisme merupakan suatu masalah
diajar oleh pendidik yang seagama”. Kontroversi
40 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
tentang pendidikan agama ini terjadi ketika umat
Paradigma
dialogis-persuasif
lebih
Islam pada satu pihak mendukung pendidikan
mengedepankan dialog dan cara-cara damai
agama dengan guru seagama, tetapi umat
dalam melihat perselisihan dan perbedaan
Kristen pada pihak lain menolak. Sekarang
pemahaman keagmaan dari pada melakukan
kontroversi itu tidak terdengar lagi, tetapi jelas
tindakan-tondakan fisik seperti teror, perang,
masalah ini masih seperti “bara dalam sekam”,
dan bentuk kekerasan lainnya.
yang bisa membakar sewaktu-waktu, apalagi isu
kontekstual berarti menerapkan cara berfikir
ini kadang-kadang muncul dengan tiba-tiba, baik
kritis dalam memahami teks-teks keagamaan.
dalam forum nasional maupun internasional.
Paradigma keagamaan yang substantif berarti
Pendidikan agama (teologi) diajarkan
sekedar
untuk memperkuat
keimanan dan
Paradigma
lebih mementingkan dan menerapkan nilai-nialai
agama
dari
pada
hanya
melihat
pencapaiannya menuju surga tanpa dibarengi
mengagungkan
dengan kesadaran berdialog dengan agama-
Sedangkan peradigma pemahaman keagmaan
agama lain. Kondisi inilah yang menjadikan
aktif sosial berati agama tidak hanya menjadi
pendidikan agama sangat eksklusif dan tidak
alat pemenuhan kebutuhan rohani secara pribadi
toleran. Padahal di era pluralisme dewasa ini,
saja. Akan tetapi yang terpenting adalah
pendidikan agama mesti melakukan reorientasi
membangun kebersamaan dan solidaritas bagi
filosofis
bagaimana
seluruh manusia melalui aksi-aksi sosial yang
membangun pemahaman keberagamaan peserta
nyata yang dapat meningkatkan kesejahteraan
didik yang lebih inklusif-pluralis, multikultural,
umat manusia.
paradigmatik
humanis,
tentang
dialogis-persuasif,
Dengan
Paradigma keberagamaan yang inklusifberarti
menerima
pandapat
dan
pemahaman lain yang memiliki basis ketuhanan
dan kemanusiaan. Pemahaman keberagamaan
yang multikultural berarti menerima adanya
keragaman ekspresi budaya yang mengandung
nilai-nilai
kemanusiaan
dan
keindahan.
Pemahaman yang humanis adalah mengakui
pentingnya
nilai-nilai
kemanusiaan
dalam
beragama, artinya seorang yang beragama harus
dapat
mengimplementasikan
nilai-nilai
kemanusiaan; menghormati hak asasi orang lain,
peduli terhadap orang lain dan berusaha
membangun perdamaian bagi seluruih umat
manusia.
keagamaan.
kontestual,
substantif dan aktif sosial.
pluralis
simbol-simbol
dan
membangun
paradigma
pemahaman keberagamaan yang lebih humanis,
pluralis, dan kontekstual diharapkan nilai-niali
universal
yang
ada
dalam
agama
sepeti
kebenaran, keadilan, kemanusiaaan, perdamaian
dan
kesejahteraan
umat
manusia
dapat
ditegakkan.
Lebih khusus lagi, agar kerukunan dan
kedamaian antar umat bergama dapat terbangun.
a. Peran Guru dan Sekolah dalam Membangun
Keberagamaan di Sekolah
Peran guru dalam hal ini meliputi;
pertama, seorang guru/dosen harus mampu
bersikap demokratis,
baik dalam sikap
maupun perkataannya tidak diskriminatif.
Kedua, guru/dosen seharusnya mempunyai
kepedulian yang tinggi terhadap kejadiankejadian tertentu yang ada hubungannya
Transformasi Learning dalam Pendidikan −
41
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
dengan
agama.
Ketiga,
guru/dosen
1) Materi
tentang
keimanan
dengan
seharusnya menjelaskan bahwa inti dari
memberikan pemahaman dan penanaman
ajaran agama adalah menciptakan kedamaian
sikap ketika berinteraksi dengan orang
dan kesejahteraan bagi seluruh ummat
yang berlainan agama, sehingga sedini
manusia, maka pemboman, invasi militer,
mungkin sudah tertanam sikap toleran,
dan segala bentuk kekerasan adalah sesuatu
inklusif pada peserta didik.
yang
dilarang
oleh
agama.
Keempat,
2) Materi
hukum
tentang
hukum
guru/dosen mampu memberikan pemahaman
pemerintahan yang terkandung konsep-
tentang pentingnya dialog dan musyawarah
konsep kebangsaan, seperti dalam Islam
dalam menyelesaikan berbagai permasalahan
dicontohkan
yang berkaitan dengan keragaman budaya,
Muhammad, sahabat ataupun khalifah-
etnis, dan agama (aliran).
khalifah
Selain guru, sekolah juga memegang
peranan
penting
dalam
pada
sesudahnya.
zaman
Bahwa
Nabi
Nabi
Muhammad mengelola dan memimpin
membangun
masyarakat Madinah yang multi-etnis,
lingkungan pendidikan yang pluralis dan
multi-kultur, dan multi-agama. Keadaan
toleran.
Langkah-langkah
yang
dapat
masyarakat Madinah pada masa itu tidak
pertama,
untuk
jauh beda dengan masyarakat Indonesia,
membangun rasa saling pengertian sejak dini
yang juga multi-etnis, multi-kultur, dan
antar
multi-agama.
ditempuh
antara
peserta
lain;
didik
yang
mempunyai
keyakinan berbeda maka sekolah harus
berperan
aktif
menggalakkan
antariman
dengan
bimbingan
dialog
3) Materi moral/akhlak yang menfokuskan
kajiannya
pada
perilaku
baik-buruk,
guru-guru
penting artinya bagi peletakan dasar-dasar
dalam sekolah tersebut. Dialog antariman
kebangsaan. Sebab, kelanggengan suatu
semacam ini merupakan salah satu upaya
bangsa tergantung pada moral/akhlak, bila
yang efektif agar peserta didik terbiasa
suatu
melakukan dialog dengan penganut agama
punahlah bangsa itu. Agar pendidikan
yang berbeda; kedua, hal yang paling penting
agama bernuansa multikultural ini bisa
dalam penerapan pendidikan multikultural
efektif, peran guru agama Islam memang
yaitu kurikulum dan buku-buku peserta
sangat
didikan yang dipakai, dan diterapkan di
mengembangkan metode mengajar yang
sekolah.
variatif, tidak monoton. Dan yang lebih
bangsa
meremehkan
menentukan.
Selain
akhlak,
selalu
penting, guru agama juga perlu memberi
b. Pengembangan Materi Pendidikan Agama
Berbasis Multikultural
Dalam
keberagamaan
rangka
inklusif
membangun
di
sekolah
ada
beberapa materi pendidikan agama yang bisa
dikembangkan dengan nuansa multikultural,
antara lain:
42 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012
keteladanan.
4) Materi kebudayaan agama, materi yang
bersumber pada fakta dan realitas historis
dapat
dicontohkan
praktik-praktik
interaksi sosial yang diterapkan para
pembawa agama, seperti dalam Islam
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
dicontohkan Nabi Muhammad ketika
guru terhadap pengetahuan keberagaman serta
membangun masyarakat Madinah. Dari
isu-isu sosial keagamaan. Oleh sebab itu,
sisi historis proses pembangunan Madinah
sebelum memasuki ranah muatan, siswa, dan
yang
sosial,
dilakukan
Nabi
Muhammad
yang
perlu
dipertanyakan
adalah
ditemukan fakta tentang pengakuan dan
kemamapuan guru dalam mentansformasikan
penghargaan atas nilai pluralisme dan
pendidikan agama berwawasan multikultural.
toleranasi.
Walaupun guru bukanlah pemegang otiritas,
Materi-materi yang bersumber pada pesan
agama dan fakta yang terjadi di lingkungan
sebagai diuraikan di atas merupakan kisi-kisi
minimal dalam rangka memberikan pemahaman
terhadap keragaman umat manusia dan untuk
memunculkan sikap positif dalam berinteraksi
dengan
kelompok-kelompok
yang berbeda.
Dalam proses pendidikan, materi itu disesuaikan
namun guru sebagi fasilitator harus mampu
mendesain
pembelajaran
dan
memfasilitasi
kebutuhan siswa, termasuk kebutuhan akan
pengetahuan keberagaman, baik budaya, etnik
ataupun agama. Dengan demikian dalam hal ini
harus ada kerjasama struktural antara guru
dengan pemerintah sebagai pengambil kebijakan
nasional.
dengan tingkatan dan jenjang pendidikan.
Maksudnya, sumber bacaan dan bahasa yang
digunakan
disesuaikan
dengan
tingkat pendidikan. Untuk tingkat pendidikan
lanjutan, materi dipilih dengan menyajikan
fakta-fakta historis dan pesan-pesan yang lebih
konkrit serta memberikan perbandingan dan
perenungan atas realitas yang sedang terjadi di
Pendidikan
Agama
berwawasan
multikultural bukan suatu hal yang taken for
granted, namun membutuhkan usaha yang
sistematis sehingga benar-benar akan terciptanya
masyarakat yang dapat saling bergandengan
di
laksanakan
di
sekolah.
dengan
pendidikan multikultural, sekolah menjadi lahan
untuk menghapus prasangka, dan sekaligus
untuk melatih dan membangun karakter peserta
didik agar mampu bersikap demokratis, humanis
dan pluralis.
Berbagai upaya termasuk orientasi dan
pendekatan dalam pembelajaran merupakan
gagasan yang kongkrit dalam mewujudkan
agama
yang
pendidikan
multikultural
di
sekolah, yaitu; pertama, melakukan dialog
dengan menempatkan setiap peradaban dan
kebudayaan yang ada pada posisi sejajar. Kedua,
mengembangkan toleransi untuk memberikan
memahami. Toleransi disini tidak hanya pada
tataran konseptual, melainkan juga pada teknik
operasionalnya.
berwawasan
multikultural. Namun ada hal yang sangat
mewujudkan
pembangunan
kesempatan masing-masing kebudayaan saling
dalam suatu struktur masyarakat.
dalam
untuk
Ada dua hal yang perlu dilakukan dalam
masyarakat saat ini.
penting
Pendidikan multikultural kian mendesak
tingkat
intelektual peserta didik di masing-masning
pendidikan
KESIMPULAN
pendidikan
berwawasan multikultural, yakni kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
Baidhawy, Zakiyuddin. (2005). Pendidikan
Agama
Berwawasan
Multikultural,
Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.
Transformasi Learning dalam Pendidikan −
43
Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi
Banks, J.A. (1994), An Introduction
Multicultural Education, Boston: MA
to
---------, (1992). “Multicultral Education:
Historical Development, Dimentions and
Practice” In Review of Research in
Education, Vol 19, edited by L DarlingHammond, Washington, D.C.: American
Educational Research Association.
Barker, Chris. (2002). Cultural Studies (terj.)
Nurhadi, Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Dazko, marcia. Ken Macur and Sheila Sheiberg.
Transformation: Adefinition, theory and
the
challenges
to
transforming,
http://www.mdazko.com/ theory_tranformation_final_jan_28_2005.pdf,
diakses
tanggal 14 Januari 2012.
Ladson, Gloria. Billings & Gillborn, David (ed).
(2004). Multicultural Education, New
York: RoutledgeFalmer.
Noel, Jana. (2000). Notabel Selection in
Multicultural Education, Sanfransisco:
McGraw-Hill.
Paul Gorski, Six Critical Paradigm Shiifd For
Multicultural Education and The Question
We Should Be Asking, dalam www.
Edchange.org/multicultural
44 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012
Tilaar, H.A.R, (2002). Perubahan Sosial dan
Pendidikan:
Pengantar
Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia, Jakarta:
Grasindo.
---------, (2004). Multikulturalisme TantanganTantangan Global Masa Depan dalam
Transformsi
Pendidikan
Nasional,
Jakarta: Grasindo.
Zamroni, (2011). Pendidikan Demokrasi pada
Masyarakat Multikultural, Jakarta: Gavin
Kalam Utama.
---------,
(2008). Multicultural Education;
Philosophy, Policy and Practice, Volume
1, A Reader. Graduate Program, The State
University of Yogyakarta.
---------,
(2010a). The Implementation of
Multicultural Education, A Reader.
Graduate Program, The State University
of Yogyakarta.
---------, (2010b). A Conception Frame-Work of
Multicultural Education, A Reader.
Graduate Program, The State University
of Yogyakarta.
---------,
(2011). Research on Multicultural
Education, A Reader. Graduate Program,
The State University of Yogyakarta
Download