Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Kelengasan terhadap

advertisement
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN KELENGASAN TERHADAP
PERUBAHAN BAHAN ORGANIK DAN NITROGEN TOTAL ENTISOL
Effect Application of Manure and Moisture Content on the Movement
on Soil Organic Matter and Total Nitrogen Change of Entisols
JAMILAH, SP.MP.
Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
I. PENGANTAR
Kenaikan tuntutan penduduk akan industri menyebabkan penggunaan lahan
pertanian yang produktif beralih fungsi menjadi sentra industri sehingga perlu
dilakukan ekstensifikasi untuk memperoleh lahan pertanian baru. Untuk itu
digunakan lahan pertanian yang kurang produktif, yang salah satunya adalah
menggunakan Entisol.
Entisol banyak terdapat di sekitar gunung aktif dan terutama di daerah-daerah
saluran lahar vulkan. Agihannya hampir terdapat di seluruh kepulauan Indonesia
terutama Jawa, Sumatera dan Nusa tenggara, luasnya lebih kurang 3 juta hektar
(Syarief,1985) atau sekitar 2,1 % dari keseluruhan luas lahan di Indonesia
(Sujadi,1984), sehingga peluang untuk ekstensifikasi masih terbuka luas.
Entisol mempunyai sifat fisik dan kimia yang kurang baik bagi pertumbuhan
tanaman. Tanah ini umumnya bertekstur pasir sehingga struktur lepas, porositas
aerasi besar dan permeabilitas cepat. Selain itu kadar lempung dan bahan organik
rendah, menyebabkan kapasitas menahan air dan unsur hara rendah, agregasi
lemah, kemantapan agregat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tanah ini mudah
mengalami dispersi apabila mengalami tumbukan air hujan, dan mengakibatkan
tanah ini mudah tererosi dan agregat yang hancur menjadi partikel-partikel yang
sangat halus dapat menutupi pori-pori tanah sehingga menurunkan kapasitas
infiltrasi tanah. Oleh sebab itu perlu dilakukan perbaikan sifat fisik,kimia dan biologi
Entisol dengan penambahan bahan organik dan penyediaan air yang cukup sehingga
tanah ini dapat digunakan untuk usaha-usaha pertanian.
Bahan organik merupakan salah satu pembenah tanah yang telah dirasakan
manfaatnya dalam perbaikan sifat-sifat tanah baik sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Secara
fisik memperbaiki struktur tanah, menentukan tingkat perkembangan
struktur tanah dan berperan pada pembentukan agregat tanah (Tate, 1987),
meningkatkan daya simpan lengas karena bahan organik mempunyai kapasitas
menyimpan lengas yang tinggi (Stevenson, 1982). Dengan demikian lengas tanah
terawetkan yang berarti lengas tidak mudah hilang dari dalam tanah. Demolon dan
Henin (1932) dalam Baver et al. (1972) menyatakan bahwa bahan organik koloidal
lebih efektif daripada lempung sebagai penyebab pembentukan agregat yang stabil
dengan pasir. menurut Mowidu (2001) pemberian 20 – 30 ton/ha bahan organik
berpengaruh nyata dalam meningkatkan porositas total, jumlah pori berguna, jumlah
pori penyimpan lengas dan kemantapan agregat serta menurunkan kerapatan zarah,
kerapatan bongkah dan permeabilitas. Low dan Piper (1973) dalam Sugito, et al.
(1995) menyatakan pemberian pupuk kandang sebanyak 75 ton/ha per tahun
selama 6 tahun berturut-turut dapat meningkatkan 4 % porositas tanah, 14,5 %
volume udara tanah pada keadaan kapasitas lapangan dan 33,3 % bahan organik
serta menurunkan kepadatan tanah sebanyak 3 %.
Permasalahan yang muncul dalam pemanfaatan bahan organik adalah jumlah
dan waktu pemberian bahan organik yang tepat serta keadaan tata air yang tepat
© 2003 Digitized by USU digital library
1
agar bahan organik tersebut dapat bermanfaat untuk perbaikan sifat-sifat tanah.
Penyediaan bahan organik dapat dilakukan dengan memilih sumber bahan organik
yang relatif mudah diperoleh, misalnya pupuk kandang
Hasil antara perombakan merupakan bahan yang dapat menyebabkan zarahzarah tanah menyatu dan membentuk agregat. Sebagai hasilnya gerakan air ke
dalam dan di dalam tanah diperbaiki dan lebih mudah tersedia bagi tanaman.
Penelitian mengenai peranan pupuk kandang terhadap perbaikan sifat fisik
dan kimia tanah sudah banyak dilakukan tapi dilakukan pada tanah dalam keadaan
kapasitas lapangan. Sehingga diperlukan penelitian untuk mengaji perubahan sifat
tanah yang dihubungkan dengan tingkat kelengasan dan pemberian pupuk kandang
sebagai sumber bahan organik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh saling tindak (interaksi)
antara takaran pupuk kandang, tingkat kelengasan dan waktu inkubasi terhadap
kadar bahan organik dan Nitrogen total Entisol. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan informasi takaran pupuk kandang, kelengasan dan waktu yang efektif
untuk mencapai tujuan tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Entisol dan Permasalahannya
Entisol (‘ent’ berasal dari kata recent) adalah tanah mineral yang tidak
memiliki horison-horison pedogenik yang mencirikan (Soil Survey Staff, 1998).
Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horison
diagnostik yang nyata karena pelapukan baru diawali atau bahan induk yang sukar
larut seperti pasir kuarsa, atau terbentuk batuan keras yang larutnya lambat seperti
batu gamping, atau topografi sangat miring sehingga kecepatan erosi melebihi
pembentukan horison pedogenik (Darmawijaya, 1990). Soil Survey Staff (1998)
memilahkan Entisol menjadi 5 subordo, yaitu Aquents, Arents, Fluvents, Orthents
dan Psamments.
Subordo Aquents mewakili kondisi akuik dan bahan sulfidik di dalam 50 cm
dari permukaan tanah mineral ; atau selalu jenuh air dan matrik tereduksi pada
semua horison di bawah kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral, dll. Entisol
lain yang mempunyai satu lapisan atau lebih di antara kedalaman 25 dan 100 cm di
bawah permukaan tanah mineral, memiliki fragmen horison penciri sebesar 3 persen
atau lebih yang tidak tersusun secara jelas termasuk subordo Arents. Psamments
merupakan Entisol yang mempunyai fragmen batuan dan tekstur pasir halus berliat
atau lebih kasar sebesar kurang dari 35 persen, pada seluruh lapisan di dalam
penampang kontrol kelas besar butirnya. Entisol lain yang tidak mempunyai kontak
densik, litik, atau paralitik di dalam 25 cm dari permukaan tanah mineral dan
mempunyai lereng kurang dari 25 persen, karbon organik 0,2 persen atau lebih pada
kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah mineral dan rejim suhu lebih panas
dari cryik termasuk dalam subordo Fluvents, dan Ortents merupakan Entisol yang
lain (Soil Survey Staff, 1998).
Sifat fisik Entisol sebagian besar tidak baik. Umumnya penghambat utama
tanah ini adalah sifat fisik disertai kurangnya air (Komar,1984). Entisol mempunyai
kadar lempung dan bahan organik rendah, sehingga daya menahan airnya rendah,
struktur remah sampai berbutir dan sangat sarang, hal ini menyebabkan tanah
tersebut mudah melewatkan air dan air mudah hilang karena perkolasi. Karena
kandungan bahan organiknya rendah maka usaha untuk memperbaiki sifat fisik dan
kimia tanah ini adalah dengan penambahan bahan organik, sehingga sifat fisik dan
kimia tanah dapat diperbaiki dengan fungsi dari bahan organik tersebut.
© 2003 Digitized by USU digital library
2
B. Peranan Pupuk Kandang Sebagai Bahan Organik
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa
kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine),
sehingga kualitas pupuk kandang beragam tergantung pada jenis, umur serta
kesehatan ternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis
pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah serta
kandungan haranya (Soepardi,1983). Tisdale dan Nelson (1965) menyatakan bahwa
pupuk kandang biasanya terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25% P2O5 dan 0,5% K2O.
Pupuk kandang sapi padat dengan kadar air 85% mengandung 0,40% N; 0,20%
P2O5 dan 0,1% K2O dan yang cair dengan kadar air 95% mengandung 1% N; 0,2%
P2O5 dan 1,35% K2O.
Proses perombakan bahan organik pada tahap awal bersifat hidrolisis karena
proses ini berlangsung dengan adanya air dan enzim hidrolisa ekstra selular yang
menghasilkan senyawa yang lebih sederhana dan mudah larut dalam air sehingga
mikroorganisme dapat memanfaatkannya terutama dalam kondisi aerobik.
Perombakan selanjutnya dalam kondisi aerobik dengan hasil akhirnya CO2 dan H2O.
Dalam kondisi anaerobik, hasil samping adalah asam asetat, asam propionat, asam
laktat, asam butirat dan asam format serta alkohol dan gas-gas CO2, H2 dan metan
(CH4) (Sugito, et al, 1995).
Sangatanan dan Sangatanan (1989) merekomendasikan jumlah pupuk
kandang sebanyak 15 – 90 ton/ha tergantung jenis tanaman dan pertumbuhan
tanaman, dan menurut Mowidu (2001) pemberian 20 – 30 ton/ha bahan organik
berpengaruh nyata dalam meningkatkan porositas total, jumlah pori berguna, jumlah
pori penyimpan lengas dan kemantapan agregat serta menurunkan kerapatan zarah,
kerapatan bongkah dan permeabilitas. Low dan Piper (1973) dalam Sugito, et al.
(1995) menyatakan pemberian pupuk kandang sebanyak 75 ton/ha per tahun
selama 6 tahun berturut-turut dapat meningkatkan 4 % porositas tanah, 14,5 %
volume udara tanah pada keadaan kapasitas lapangan dan 33,3 % bahan organik
serta menurunkan kepadatan tanah sebanyak 3 %.
Secara kimia memberikan keuntungan menambah unsur hara terutama NPK
dan meningkatkan KPK serta secara biologi dapat meningkatkan aktifitas
mikroorganisme tanah (Allison, 1973). Salah satu jenis pupuk organik yang sering
digunakan sebagai penambah bahan organik tanah adalah pupuk kandang. Pupuk
kandang sapi merupakan sumber bahan organik yang mudah diperoleh dibandingkan
dengan pupuk kandang lainnya.
Demolon dan Henin (1932) dalam Baver et al.
(1972) menyatakan bahwa
bahan organik koloidal lebih efektif daripada liat sebagai penyebab pembentukan
agregat yang stabil dengan pasir. Penambahan koloid humus ke pasir kuarsa
menyebabkan 71 – 94 % pasir membentuk agregat dalam sistem yang dijenuhi Ca
dan H dibandingkan dengan bila menggunakan koloid liat hanya 28,5 – 33,5 %.
Penambahan 8% koloid humus ke dalam koloid lempung meningkatkan agregasi
tanah pasir lebih kurang 25 % lebih tinggi bila hanya menggunakan koloid liat.
Dehidrasi/pengurangan air dapat merupakan pendorong utama pembentukan
agregasi.
C. Kelengasan Tanah
Lengas tanah ialah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh berbagai
kakas, yaitu kakas ikat matrik, osmosis, dan kapiler. Notohadiprawiro (2000)
mengklasifikasikan air dalam tanah berdasarkan tegangan lengas tanah sebagai
berikut :
© 2003 Digitized by USU digital library
3
- kapasitas tambat maksimum : jumlah air yang dikandung tanah dalam keadaan
jenuh. Semua pori terisi penuh air. Tegangan lengas tanah 0 cm H2O, 0 bar,
atau pF 0.
- kapasitas lapangan : jumlah air yang dikandung tanah setelah semua air gravitasi
tersingkirkan. Tegangan lengas tanah 346 cm H2O, 0,3 bar, atau pF 2,54.
- tara lengas : jumlah air yang tinggal dalam tanah setelah yang berlebih
disingkirkan dengan pusingan sentrifus 1000 g selama 40 menit. Tegangan
lengas tanah 1000 cm H2O, 1 bar, atau pF 3,0.
- titik layu tetap : tingkat kelengasan tanah yang menyebabkan tumbuhan mulai
memperlihatkan gejala layu. Kadar lengas tanah tidak cukup untuk memasok
jumlah air yang diperlukan untuk mempertahankan turgor jaringan tumbuhan.
Tegangan tanah 15.849 cm H2O, 15 bar, atau pF 4,17.
- koefisien higroskopik : jumlah lengas tanah yang dijerap permukaan zarah-zarah
tanah dari uap air dalam atmosfer yang berkelembaban kira-kira 100 %.
Tegangan lengas tanah 31.623 cm H20, 31 bar, atau pF 4,5.
- kering angin : kadar air setelah diangin-anginkan di tempat teduh sampai
mencapai keseimbangan dengan kelengasan atmosfer. Tegangan lengas tanah
106 cm H20, 1000 bar, atau pF 6,0. Nilai tegangan lengas tanah dapat agak
berbeda-beda, tergantung pada kelembaban nisbi udara atmosfer.
- kering tungku : kadar air tanah setelah dikeringkan dalam tungku pada suhu 105110oC sampai tidak ada lagi air yang menguap (timbangan tetap; biasanya
memakan waktu 16-18 jam). Tegangan lengas tanah 107 cm H2O, 10.000 bar,
atau pF 7.
Air berpengaruh terhadap kondisi tanah terutama aerasi, suhu, hidrologi,
struktur tanah dan keterolahan. Ruang pori setiap tanah diisi sebagian oleh udara
dan sebagian oleh air. Ruang yang ditempati air tidak dapat diisi oleh udara yang
akan mempengaruhi kondisi oksidasi-reduksi tanah. Mikroorganisme aerobik akan
digantikan oleh mikroorganisme anaerobic (Sugito, et al., 1995).
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan percobaan pot yang dilaksanakan di rumah kaca dan
laboratorium tanah Kuningan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Tanah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Entisol yang diambil dari lahan di
Kelurahan Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan
kategori contoh tanah terusik dan tidak terusik. Pupuk kandang berasal dari kotoran
sapi yang sudah mengalami proses pengomposan (matang). Rancangan percobaan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 3 faktor
perlakuan dan diulang 3 kali. Faktor pertama adalah pupuk kandang yang terdiri atas
4 aras yaitu
0, 10, 20, 30 ton/ha. Faktor kedua adalah tingkat kelengasan (%
berat) yang terdiri atas 3 aras yaitu : kering angin, kapasitas lapangan, tergenang.
Faktor ketiga adalah waktu inkubasi contoh tanah yang terdiri atas : 2, 4, 6 minggu.
Setiap perlakuan diulang 3 kali. Untuk mengetahui nyata tidaknya pengaruh
perlakuan, data dianalisis dengan analisis sidik ragam dan uji DMRT 5% untuk
mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata. Untuk mengetahui keeratan
hubungan antar parameter dilakukan uji regresi dan korelasi.
Contoh Entisol yang diambil pada jeluk 0-20 cm berupa contoh tanah terusik
(disturbed soil sample). Pupuk kandang sapi yang telah matang dikeringanginkan
dan disaring dengan pengayak berdiameter 5 mm. Sebanyak 6 kg tanah kering
angin yang sudah dicampur dengan pupuk kandang sesuai dengan perlakuan,
kemudian dimasukkan ke dalam pot plastik, ditambahkan air berdasarkan perlakuan
kelengasan, dan diinkubasi sesuai perlakuan waktu inkubasi. Selama inkubasi
kelengasan dipertahankan dengan cara gravimetri. Banyak air yang ditambahkan
© 2003 Digitized by USU digital library
4
setara dengan selisih berat dari perlakuan tingkat kelengasan dan berat saat
penimbangan. Pengamatan dan pengumpulan data sebelum dan sesudah inkubasi
dilakukan terhadap parameter-parameter : tekstur tanah (metode pipet, hanya
sebelum inkubasi), kadar C-organik (kolorimeter), dan N-total.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Awal Entisol
Hasil analisis contoh Entisol menunjukkan tanah ini didominasi oleh fraksi
pasir (76.63 %) dan mengandung fraksi debu (14.22 %) serta fraksi liat (9.15 %)
sehingga tanah ini termasuk dalam kelas tekstur lempung berpasir (sandy loam), Corganik rendah (0.67 %), N-total rendah (0.11 %), nisbah C/N sempit (6 : 1), kadar
bahan organik rendah (1.15%).
Hasil Analisis Pupuk Kandang Sapi
Sifat fisik dan kimia
pupuk kandang
sapi
sebelum digunakan
mempunyai kadar lengas 26.28 % berat, C-organik 6.62 %, N-total 0.65 %, Nisbah
C/N 10.18, kadar bahan organik 11.41 %, asam humat 3.42 % dan asam fulvat 2.92
%.
Bahan Organik Tanah
Dari hasil uji keragaman menunjukkan bahwa kelengasan dan waktu inkubasi
berpengaruh nyata terhadap bahan organik tanah dan interaksi pupuk kandang dan
kelengasan pengaruhnya nyata terhadap bahan organik tanah.
Hasil uji DMRT (Tabel 1) terlihat bahwa dengan peningkatan dosis pupuk
kandang tidak berbeda nyata pengaruhnya terhadap bahan organik tanah pada
semua tingkat kelengasan tanah. Pada keadaan kapasitas lapangan dan tergenang
bahan organiknya lebih rendah dibandingkan dengan kering angin. Hal ini
disebabkan bahan organik sudah mengalami dekomposisi karena dengan tersedianya
kelengasan aktifitas mikroorganisme akan meningkat dan memanfaatkan bahan
organik sebagai sumber energi sehingga kadar bahan organik tanah menjadi lebih
rendah bila dibandingkan dengan tanah pada keadaan kering angin yang aktifitas
mikroorganisme kurang aktif karena kurangnya kelengasan.
Tabel
1.
Pengaruh Interaksi Takaran Pupuk
Kandang
KelengasanTerhadap Kadar Bahan Organik Entisol (%)
dan
Tingkat
Dosis
Rerata
Kelengasan
pupuk
Kering angin
Kapasitas
Tergenang 5
kandang
(3 % berat)
lapangan (17 %
cm (32 %
(ton / ha)
berat)
berat)
0
1.23 bc
1.12 c
1.27 ab
1.21
10
1.25 b
1.22 bc
1.25 b
1.29
20
1.28 ab
1.25 b
1.20 bc
1.26
30
1.38 a
1.29 ab
1.21 bc
1.23
Rerata
1.28
1.22
1.24
+
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan
uji Duncan pada jenjang nyata 5%.
+ = ada interaksi
© 2003 Digitized by USU digital library
5
Dari Gambar 1 terlihat bahwa bahan organik pada setelah 4 minggu inkubasi
mengalami penurunan secara drastis karena mengalami dekomposisi dan
dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh mikroorganisme sehingga kadarnya turun,
tapi setelah inkubasi 6 minggu meningkat lagi, hal ini mungkin disebabkan oleh
meningkatnya aktifitas mikroorganisme dalam tanah dan menyebabkan bahan
organik ke dalam tanah.
Gambar 1. Pengaruh Waktu Inkubasi Terhadap Kadar Bahan Organik Tanah (%)
Nitrogen Total Tanah (%)
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pupuk kandang dan
kelengasan berpengaruh sangat nyata sampai nyata terhadap nitrogen total tanah,
tapi interaksi pupuk kandang, kelengasan dan waktu inkubasi pengaruhnya tidak
nyata terhadap nitrogen total tanah.
Tabel
2.
Pengaruh Takaran Pupuk
Kandang dan Tingkat
Kelengasan
TerhadapKadar Nitrogen Total Entisol (%)
Dosis
Rerata
Kelengasan
Pupuk
Kering angin
Kapasitas
Tergenang
Kandang
(3 % berat)
Lapangan (17 %
(32 % berat)
(ton/ha)
berat)
0
0.082
0.081
0.073
0.079 b
10
0.080
0.084
0.081
0.082
ab
20
0.082
0.086
0.084
0.084
ab
30
0.088
0.088
0.086
0.087 a
Rerata
0.083 ab
0.085 a
0.081 ab
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan
uji Duncan pada jenjang nyata 5%.
- = tidak ada interaksi
Dari uji DMRT (Tabel 2) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang
pengaruhnya terhadap nitrogen total tanah, tapi semakin tinggi dosis pupuk kandang
makin tinggi juga kadar nitrogen total tanah. Hal ini karena pupuk kandang
mengandung unsur nitrogen sehingga dengan meningkatnya dosis pupuk maka akan
meningkatkan nitrogen total tanah. Hubungan antara nitrogen total dengan dosis
pupuk kandang berupa garis linier yaitu nitrogen total = 0.003 pukan + 0.6791 (R2
= 0.9941).
© 2003 Digitized by USU digital library
6
Pengaruh kelengasan nyata terhadap nitrogen total tanah dan pada keadaan
kapasitas lapangan nitrogen total paling tinggi dibandingkan dengan keadaan kering
angin dan tergenang. Hubungan antara nitrogen total dengan kelengasan tanah
berbentuk regresi kwadratik (Gambar 2) yaitu nitrogen total = -0,0014L2 + 0,043L
+ 8,19 (R2 = 1), sehingga diperoleh kelengasan optimum sebesar 15,18 % berat dan
nitrogen maksimum 0,085 %.
Gambar 2. Pengaruh Kelengasan Terhadap Kadar Nitrogen Total Tanah (%)
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
Bahan organik dipengaruhi oleh dosis pupuk kandang dan tingkat kelengasan,
nilai tertinggi diperoleh pada dosis 10 ton/ha dengan kelengasan kering angin
sebesar 1,38 %. Nitrogen total tanah dipengaruhi faktor tunggal dosis pupuk
kandang 30 ton/ha sebesar 0,087 (%) dan dengan tingkat kelengasan kapasitas
lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Allison, F.E., 1973. Soil Organic Matter and Its Role in Crop Production. Elsevier
Scientific Publishing Co., Amsterdam VI + 637p.
Baver, LD., W.H.Gardner,. and W.R. Gardner. 1972. Soil Physics. John Wiley & Sons.
Canada xiii + 443p.
Darmawijaya, M.l. 1990. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan
Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
VI + 411 p.
Komar, M. 1984. Ketersediaan Lengas Tanah Untuk Tanaman Pada Tanah Regosol
Dengan Menggunakan Tanaman Jagung Sebagai Tanaman Uji. Tesis Pasca
Sarjana UGM. Yogyakarta.
© 2003 Digitized by USU digital library
7
Mowidu, 1.2001. Peranan Bahan Organik dan Lempung Terhadap Agregasi dan
Agihan Ukuran Pori pada Entisol. Tesis Pasca Sarjana. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Pusat Studi Sumber Daya Lahan
UGM. Yogyakarta.
Sangatanan, PD. dan R.L. Sangatanan. 1989. Organic Farming. 3M Book Inc., 227p
Sarief, S.E. 1985. Kesuburan clan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.
Bandung. xvi + 197p
Soil Survey Staff, 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia.
1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor. Ix + 716p
Sugito, Y., Yulia N, dan Ellis N. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Malang. 83p.
Sujadi, M.l. 1984. Problem Soil in Indonesia and Their Management. in J.B. Peterson,
ed. Ecology and Management of Problem Soil in Asia. FFTC Book Series no. 27. Hal
68 -73.
Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry, Genesis, Composition, Reaction. Second
Ed. John Wiley & Son. Inc. USA. xiii + 496p
Tate III, R.L. 1987. Soil Organic Matter. Biological & Ecological Effect. John Wiley &
Sons. Inc. New York. Xii + 291p.
© 2003 Digitized by USU digital library
8
Download