analisis daya saing dan faktor-faktor yang

advertisement
ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA
KE NEGARA TUJUAN EKSPOR
MELISA ANANDA SAMOSIR
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing
dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan
Ekspor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Melisa Ananda Samosir
NIM H14110027
ABSTRAK
MELISA ANANDA SAMOSIR. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor. Dibimbing oleh
TANTI NOVIANTI.
Kopi merupakan salah satu komoditi ekspor Indonesia yang memberikan
peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan devisa dan pangsa pasar ekspornya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendekripsikan gambaran umum dan
regulasi kopi, menganalisis posisi daya saing kopi Indonesia menggunakan
metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamics
(EPD) serta menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kopi Indonesia
di delapan negara tujuan ekspor, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Malaysia, Italia,
Rusia, Inggris dan India dengan menggunakan data panel statis. Hasil analisis
RCA menunjukkan bahwa kopi Indonesia memiliki keunggulan komparatif di
delapan negara tujuan ekspor (nilai RCA>1). Analisis EPD kopi Indonesia di
pasar Amerika, Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan India berada pada posisi
“Rising Star”, Jepang berada di posisi “Retreat” dan Jerman berada pada posisi
“Lost Opportunity”. Hasil analisis data panel statis menunjukkan populasi negara
tujuan, nilai tukar riil negara tujuan dan harga ekspor signifikan memengaruhi
nilai ekspor kopi, sedangkan GDP per kapita negara tujuan tidak berpengaruh
signifikan.
Kata kunci: Daya saing, RCA, EPD, Data Panel Statis
ABSTRACT
MELISA ANANDA SAMOSIR. Analysis of Competitiveness and the Factors are
Influence Export of Indonesia Coffee to Export Target Countries. Supervised by
TANTI NOVIANTI.
Coffee is one of export commodity Indonesia that gives opportunities for
income and export market for Indonesia. The aim of this research was to describe
the general description and regulation of coffee, analyze the competitiveness of
Indonesia local coffee with Revealed Comparative Advantage (RCA) and Export
Product Dynamics (EPD) and to determine the factors which affect the export to
eight countries: America, Japan, Germany, Malaysia, Italy, Russia, United
Kingdom and India. RCA method showed that Indonesia coffee has comparative
strength to eight countries (RCA > 1). EPD method showed the competitive
strength of Indonesia coffee, “Rising Star” in America, Malaysia, Italy, Russia,
United Kingdom dan India, “Retreat” in Japan market, “Lost Opportunity” in
Germany market. Based on estimation of Static Data Panel, export value was
significantly affected by population of target countries, exchange rate of target
countries and export price of coffee, but GDP per capita of target countries was
not significantly affected.
Keywords : competitiveness, RCA, EPD, Static Data Panel
ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA
KE NEGARA TUJUAN EKSPOR
MELISA ANANDA SAMOSIR
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Penelitian dilaksanakan
sejak bulan November 2014 dengan judul penelitian “Analisis Daya Saing dan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan
Ekspor”, dengan konsentrasi bidang perdagangan dan industri.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Tanti Novianti, SP, MSi selaku
dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang
berharga bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr Alla Asmara, SPt, MSi selaku dosen penguji utama
dan Ibu Heni Hasanah, SE, MSi selaku perwakilan Komdik atas kritik dan saran
berharga yang telah diberikan. Ungkapan terima kasih juga tak lupa penulis
sampaikan kepada Ayah tercinta, Efendi Samosir, Ibu terkasih, Anita Dohar
Siregar, adik-adik tersayang Winda, Victorya, Grace dan Samuel serta seluruh
keluarga besar atas segala doa, kasih sayang, dan dukungan penuh yang telah
diberikan bagi penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
segenap dosen dan staf/karyawan Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB atas
segala ilmu, bimbingan serta pelayanan akademis yang telah diberikan. Penulis
tak lupa berterimakasih kepada rekan-rekan Departemen Ilmu Ekonomi Angkatan
48, segenap staf dan pengurus HIPOTESA periode 2013-2014, teman-teman
kosan Wisma Jenius serta segenap sahabat-sahabat Komisi Pelayanan Anak
(KPA) PMK IPB untuk kebersamaanya. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada teman-teman satu bimbingan skripsi penulis, Ina F, Iswahyuni, Raras dan
Doni Jaelani yang saling mendukung satu sama lain selama masa penyusunan
skripsi. Tak lupa penulis juga berterimakasih kepada sahabat-sahabat penulis
yakni Isti, Nurul dan Evillya yang telah memberikan tawa, canda dan dukungan
serta telah menjadi sahabat terbaik penulis selama masa kuliah.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Melisa Ananda Samosir
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
1 Perumusan Masalah
4 Tujuan Penelitian
6 Manfaat Penelitian
6 Ruang Lingkup Penelitian
6 TINJAUAN PUSTAKA
6 Kerangka Penelitian
11 Hipotesis
12 METODE
13 Jenis dan Sumber Data
13 Metode Analisis
13 Revealed Comparative Advantage (RCA)
13 Export Product Dynamic (EPD)
14 Data Panel Statis
15 HASIL DAN PEMBAHASAN
20 Gambaran Umum dan Regulasi Komoditi Kopi
20 Analisis Daya Saing Kopi Indonesia di Negara Tujuan
23 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia
26 SIMPULAN DAN SARAN
29 Simpulan
29 Saran
29 DAFTAR PUSTAKA
30 LAMPIRAN
33
RIWAYAT HIDUP
40
DAFTAR TABEL
1 Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012 (milyar rupiah)
2 Jenis dan Sumber Data
3 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi Menurut Status
Pengusahaan Tahun 2000-2008
4 Indeks nilai RCA Indonesia di Negara Tujuan Tahun 2008-2013
5 Rata-rata Indeks RCA Kopi Negara Eksportir di Negara Tujuan
6 Hasil Estimasi Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor
1 13
21
23
24
26
DAFTAR GAMBAR
1 Perkembangan Volume Ekspor Kopi Negara Eksportir Tahun 20082013 (ton)
2 Perkembangan Nilai Ekspor Kopi Negara Eksportir Tahun 2008-2013
(ribu US$)
3 Share Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor tahun
2013 (%)
4 Kontribusi Nilai Ekspor Kopi yang Tidak Disangrai dan Tidak
dihilangkan Kafeinnya terhadap Komoditi Kopi Keseluruhan (%)
5 Nilai Ekspor Kopi Tidak Disangrai dan Tidak Dihilangkan Kafeinnya
(% terhadap total ekspor) di Negara Eksportir Tahun 2008-2013
6 Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional
7 Skema Kerangka Pemikiran
8 Daya Tarik Pasar dan Kekuatan Bisnis pada Matriks EPD
9 Share Nilai Ekspor Kopi Indonesia terhadap Total Ekspor Kopi
Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor (%) Tahun 2008-2013
10 Perkembangan Indeks Nilai RCA Negara Eksportir ke Dunia Tahun
2008-2013
11 Perkembangan EPD Indonesia ke Negara Tujuan Tahun 2008-2013
2 3 3 4 5 7 12 14 22
24
25
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Analisis Daya Saing Kopi Menggunakan Metode RCA Tahun
2008-2013
2 Hasil Analisis Daya Saing Kopi Menggunakan Metode EPD Tahun
2008-2013
3 Hasil Estimasi Model Fixed Effect Method (FEM) Data Panel
4 Hasil Uji Hausman
5 Hasil Uji Chow
6 Korelasi Antar Variabel
7 Hasil Uji Normalitas
8 Hasil Uji Heteroskedastisitas
9 Hasil Cross Section Effect (Estimasi Keragaman Individu)
33
35
37
37
37
38
38
38
39
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang
dilakukan antar negara dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan perekonomian
negaranya. Terjadinya perdagangan internasional dikarenakan keterbatasan yang
dimiliki setiap negara mulai dari keterbatasan dalam mengelola sumber daya alam
hingga keterbatasan sumber daya manusia dan teknologi. Adanya keterbatasan
tersebut mengharuskan setiap negara untuk melakukan perdagangan internasional
sehingga setiap negara saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhannya.
Pemahaman teori klasik menyatakan bahwa terdapat keterkaitan antara
perdagangan internasional dengan pertumbuhan sehingga mendorong kegiatan
ekonomi suatu negara. Peran perdagangan internasional terhadap perekonomian
terbuka yang dikemukakan oleh Keynes, dapat dilihat dari suatu persamaan, yakni
Y=C+I+G+(X-M). Y merupakan besarnya output yang dihasilkan perekonomian,
C menunjukkan besarnya konsumsi masyarakat, I menunjukkan besarnya
investasi, G menunjukkan besarnya pengeluaran pemerintah, X menunjukkan
besarnya ekspor dan M menunjukkan besarnya impor. Selisih X dan M disebut
sebagai Net Export (NX). Kontribusi perdagangan internasional dapat dijelaskan
oleh seberapa besar NX yang diperoleh dalam kegiatannya. Semakin besar nilai
NX suatu negara maka akan berkorelasi langsung terhadap peningkatan output
perekonomian dan pertumbuhan ekonomi (Febrianty 2014).
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan kegiatan
perdagangan internasional untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Dalam
kegiatan perdagangan internasional, banyak subsektor pertanian yang terlibat di
dalamnya, salah satunya subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan memiliki
peranan penting terhadap peningkatan pendapatan Indonesia. Hal ini dikarenakan
sebagian besar komoditi subsektor perkebunan berorientasi ekspor yang mampu
memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Tabel 1 Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012 (milyar rupiah)
Lapangan Usaha
Pertanian
Tanaman Bahan
Makanan
Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
PDB Total
PDB Tanpa Migas
Sumber: BPS 2012
2008
2009
2010
2011
2012
284 619
295 883
304 777
315 036
327 549
142 000
149 057
151 500
154 153
158 694
44 783
35 425
45 558
36 648
47 150
38 214
49 260
40 040
16 543
16 843
17 249
17 395
51 763
41 971
17 423
45 866
2 082 456
1 939 625
47 775
2 178 850
2 036 685
50 661
2 314 458
2 171 113
54 186
2 464 676
2 322 763
57 697
2 618 139
2 480 955
2
Volume ekspor (ton)
Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat dianalisis bahwa PDB subsektor
perkebunan mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu dari 44 783 milyar
rupiah pada tahun 2008 meningkat menjadi 51 763 milyar rupiah pada tahun 2012.
Jika dilihat berdasarkan kontribusi subsektor perkebunan terhadap PDB total pada
tahun 2008 subsektor perkebunan memberikan kontribusi sebesar 2.15 persen dan
mengalami penurunan menjadi 1.97 persen pada tahun 2012. Hal yang sama juga
terjadi pada kontribusi subsektor perkebunan terhadap PDB tanpa migas yakni
pada tahun 2008 kontribusi subsektor perkebunan terhadap non migas sebesar
2.30 persen dan mengalami penurunan menjadi 2.08 persen pada tahun 2012.
Penurunan kontribusi subsektor perkebunan tersebut mengindikasikan bahwa
subsektor perkebunan perlu diperhatikan agar menjadi subsektor yang unggul dan
kekuatan bagi perekonomian nasional.
Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan dari subsektor perkebunan
yang kinerja ekspornya dipengaruhi daya saing dan perubahan pangsa pasar yang
terjadi di pasar domestik maupun pasar internasional. Sebagai komoditi ekspor,
kopi menjadikan Indonesia sebagai salah satu pengekspor kopi terbesar keempat
di dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia dengan rata-rata produksi sebesar
671 576.3 ton dan rata-rata volume ekspor sebesar 457 058.5 ton dengan rentang
waktu enam tahun pada periode 2008 hingga 2013 (Ditjenbun 2013).
2000000
1800000
1600000
1400000
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
Brazil
Vietnam
Kolombia
Indonesia
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Tahun
Sumber : UNComtrade 2014
Gambar 1 Perkembangan Volume Ekspor Kopi Negara Eksportir Tahun 20082013 (ton)
Berdasarkan informasi pada Gambar 1, terlihat bahwa volume ekspor kopi
Indonesia mengalami fluktuatif yang cenderung menurun yaitu dari tahun 2009
hingga tahun 2011. Terjadinya penurunan tersebut disebabkan produksi kopi
Indonesia yang mengalami penurunan dari tahun 2009 hingga tahun 2011 sebesar
35.95%. Namun sejak tahun 2012, volume ekspor kopi Indonesia meningkat
kembali dikarenakan produksi kopi mengalami peningkatan.
Indonesia memiliki potensi untuk mengekspor komoditi kopi di pasar
internasional. Hal ini dikarenakan sebesar 70 persen dari total produksi kopi
Indonesia ditujukan untuk kebutuhan ekspor sedangkan sisanya 30 persen untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri (AEKI 2012).
Nilai ekspor (ribu US$)
3
9000000
8000000
7000000
6000000
5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
0
Brazil
Vietnam
Kolombia
Indonesia
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Tahun
Sumber : UNComtrade 2014
Gambar 2 Perkembangan Nilai Ekspor Kopi Negara Eksportir Tahun 20082013 (ribu US$)
Berdasarkan informasi pada Gambar 2, dapat dianalisis bahwa nilai ekspor
kopi dari negara eksportir cenderung mengalami peningkatan. Nilai ekspor kopi
yang dihasilkan Indonesia mengalami rata-rata peningkatan sebesar 0.97 persen
per tahun dari tahun 2008 hingga tahun 2013. Peningkatan rata-rata nilai ekspor
tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara.
Negara Amerika, Uni Eropa, dan Asia merupakan negara-negara yang
sangat potensial untuk ekspor kopi Indonesia. Hal ini dikarenakan hampir 90
persen pasar ekspor kopi Indonesia berada di tiga kawasan tersebut (AEKI 2013).
Lainnya
41%
Italia
7%
Jepang
8% Malaysia
8%
Jerman
11%
India
4%
Rusia
5%
Amerika
12%
Inggris
4%
Sumber: BPS 2013
Gambar 3 Share Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor
Tahun 2013 (%)
Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa total ekspor kopi Indonesia ke dunia
mencapai 532 139.6 ton. Share volume ekspor kopi Indonesia ke negara tujuan
ekspor kopi pada tahun 2013 yaitu Amerika 12%, Jerman 11%, Jepang 8%,
Malaysia 8%, Italia 7%, Rusia 5%, Inggris 4% dan India 4%. Tingginya share
yang dihasilkan volume ekspor kopi Indonesia ke delapan negara tujuan
4
menggambarkan bahwa Indonesia memiliki peluang untuk mengekspor ke tiga
kawasan tersebut.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan kajian terkait daya saing
kopi dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kopi Indonesia ke negara tujuan
ekspor perlu dilakukan.
Perumusan Masalah
Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan dari subsektor perkebunan
yang diekspor Indonesia. Menurut data AEKI (2013), sebesar 70% kopi yang
diekspor Indonesia masih berupa biji kopi (green beans) sedangkan sisanya 30%
dalam bentuk olahan. Jenis kopi dengan kode Harmonized System (HS) 090111,
kopi yang tidak disangrai dan tidak dihilangkan kafeinnya merupakan jenis kopi
yang banyak diekspor Indonesia di pasar internasional.
Coffee, others
Coffee, roasted, decaffeinated
Coffee, roasted, not decaffeinated
Coffee, not roasted, decaffeinated
Coffee, not roasted, not
decaffeinated
0
20
40
60
80
(%)
100
Sumber : UNComtrade 2014 (diolah)
Gambar 4 Kontribusi Nilai Ekspor Kopi yang Tidak Disangrai dan Tidak
Dihilangkan Kafeinnya terhadap Komoditi Kopi Keseluruhan (%)
Berdasarkan informasi pada Gambar 4, terlihat bahwa kopi yang tidak
disangrai dan tidak dihilangkan kafeinnya memberikan kontribusi yang paling
besar dibandingkan dengan kopi jenis lainnya yaitu sebesar 99% dari total ekspor
komoditi kopi kemudian diikuti kontribusi kopi yang disangrai dan tidak
dihilangkan kafeinnya sebesar 1%.
Liberalisasi perdagangan yang berkembang saat ini merupakan peluang bagi
Indonesia dalam perdagangan kopi. Namun di sisi lain, perkembangan liberalisasi
perdagangan tersebut memberikan tantangan bagi Indonesia dikarenakan kopi
Indonesia harus mampu bersaing dengan negara eksportir kopi lainnya. Adanya
persaingan untuk masuk dan bertahan di pasar internasional mendorong Indonesia
untuk memperkuat daya saing kopinya agar mampu bertahan dan bersaing dengan
negara eksportir kopi lainnya di pasar Internasional.
5
70
Nilai ekspor (%)
60
50
40
7%
6%
5%
13%
11%
14%
28%
7%
11%
4%
10%
5%
8%
11%
13%
11%
10%
15%
15%
28%
30%
31%
25%
27%
30
20
10
0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Tahun
Brazil
Vietnam
Kolombia
Indonesia
Sumber : UNComtrade 2014 (diolah)
Gambar 5 Nilai Ekspor Kopi Tidak Disangrai dan Tidak Dihilangkan
Kafeinnya (% terhadap total ekspor) di Negara Eksportir Tahun
2008-2013
Berdasarkan data pada Gambar 5, dapat dianalisis bahwa nilai ekspor kopi
yang tidak disangrai dan tidak dihilangkan kafeinnya dari negara eksportir kopi
memiliki tren share nilai ekspor yang meningkat terhadap total ekspor setiap
tahunnya. Secara khusus, nilai ekspor tertinggi masih didominasi negara Brazil
kemudian diikuti negara Vietnam, Kolombia dan Indonesia. Hal ini membuktikan
bahwa kopi tidak disangrai dan tidak dihilangkan kafeinnya mampu memberikan
kontribusi terhadap nilai ekspor negara eksportir selama rentang waktu tahun
2008 hingga 2013.
Adanya pesaing kopi Indonesia seperti Brazil, Kolombia dan Vietnam akan
memengaruhi posisi daya saing kopi Indonesia di pasar internasional. Berdasarkan
data Ditjen PPHP (2014), tingkat daya saing kopi negara eksportir pada tahun
2012 yaitu Indonesia (3.74%), Brazil (17.18%), Vietnam (10.40%) dan Kolombia
(5.85%). Dari data tersebut terlihat bahwa daya saing kopi Indonesia masih
tergolong rendah dibandingkan tingkat daya saing pengekspor kopi lainnya. Oleh
sebab itu, Indonesia harus menyusun strategi agar dapat bertahan dan bersaing
dengan negara eksportir kopi lainnya.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas maka permasalahan
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana gambaran umum dan regulasi kopi saat ini?
2. Bagaimana posisi daya saing kopi Indonesia di negara tujuan ekspor utama?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi ekspor kopi Indonesia di
delapan negara tujuan?
6
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan gambaran umum dan regulasi kopi saat ini.
2. Menganalisis posisi daya saing kopi Indonesia di negara tujuan ekspor
utama.
3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kopi Indonesia di
delapan negara tujuan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi penulis maupun
pihak-pihak yang berkepentingan. Manfaat yang diharapkan antara lain:
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan dan menambah
pengetahuan bagi penulis mengenai perkembangan perdagangan ekspor
kopi Indonesia di pasar internasional dan negara tujuan.
2. Bagi pemerintah atau instasi terkait penelitian ini diharapkan mampu
memberikan informasi mengenai strategi kebijakan untuk meningkatkan
daya saing kopi Indonesia.
3. Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan
dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis posisi daya saing serta faktor-faktor yang
memengaruhi ekspor komoditi kopi dengan kode HS 090111 (jenis kopi Robusta
OIB atau Arabika WIB yang tidak digongseng dan tidak dihilangkan kafeinnya)
ke delapan negara tujuan ekspor yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Malaysia, Italia,
Rusia, Inggris dan India. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini dari
tahun 2008 hingga tahun 2013.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan antara
individu dengan individu, individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan
impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB
(Oktaviani dan Novianti 2009).
Perdagangan internasional antar dua negara terjadi apabila terdapat
perbedaan dalam permintaan dan penawaran suatu komoditas. Hal ini dapat dilihat
pada Gambar 6 yang menunjukkan proses terciptanya harga komoditas relatif
ekuilibrium dengan adanya perdagangan antar negara yang ditinjau dari analisis
keseimbangan parsial. Misalkan kedua negara itu adalah A dan B, dimana masing-
7
masing negara memiliki permintaan dan penawaran yang berbeda, DA dan SA
untuk negara A sedangkan DB dan SB untuk negara B.
Negara A
(Eksportir)
Pasar Internasional
Negara B
(Importir)
Sumber : Salvatore 1997
Gambar 6 Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional
Keterangan:
PA Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan internasional
QA Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A (pengekspor)
tanpa perdagangan internasional.
X
Jumlah komoditas yang di ekspor oleh negara A
PB Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan internasional
QB Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B (pengimpor)
tanpa perdagangan internasional.
M
Jumlah komoditas yang diimpor oleh negara B
P* Harga barang yang terjadi di pasar internasional setelah melakukan kegiatan
ekspor impor
Q* Jumlah barang yang diproduksi atau jumlah barang yang tersedia di pasar
internasional setelah kedua negara sepakat untuk melakukan kegiatan ekspor
impor
Gambar 6 menunjukkan terjadinya perdagangan kopi. Harga kopi di negara
A sebesar PA, harga kopi di negara B sebesar PB dan harga kopi di pasar
Internasional P*. Dalam hal ini terdapat perbedaan antara permintaan, penawaran
dan harga di dua negara tersebut. Harga di negara A lebih murah dibandingkan
harga di negara B. Jika harga PB diterapkan di negara A maka akan terjadi
kelebihan penawaran di negara A, begitu juga di negara B, jika diterapkan harga
PA di negara B maka akan terjadi kelebihan permintaan. Pertemuan antara
kelebihan permintaan dan kelebihan penawaran membentuk keseimbangan antara
harga dan jumlah yang diekpor sama dengan jumlah yang diimpor akan terjadi di
P* dan Q*.
Ekspor
Ekspor adalah berbagai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri
dan dijual ke luar negeri. Ekspor dapat diartikan suatu total penjualan barang yang
8
dapat dihasilkan oleh suatu negara, kemudian diperdagangkan ke negara lain
dengan tujuan meningkatkan penerimaan negara.
Daya Saing
Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki dan
bertahan dalam pasar luar negeri yang diukur dari keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitifnya. Suatu negara akan berusaha untuk meningkatkan daya
saing produk, barang dan jasa agar dapat masuk dan mempertahankan produk,
barang dan jasa negara tersebut di pasar internasional (Tambunan 2003).
Teori Keunggulan Komparatif
Teori keunggulan komparatif David Ricardo menyatakan bahwa meskipun
suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua jenis
komoditi bila dibandingkan dengan negara lain, namun masih terdapat dasar untuk
melakukan perdagangan yang menguntungkan asalkan terciptanya spesialisasi
produksi atas komoditi tertentu yang merupakan keunggulan komparatif negara
tersebut. Dengan demikian, kegiatan ekspor atas produk yang diproduksi relatif
lebih efisien dapat tetap ditingkatkan dan impor barang dimana negara tersebut
berproduksi relatif kurang/tidak efisien tetap dapat dilakukan untuk pemenuhan
kebutuhan dalam negeri sehingga manfaat perdagangan dapat ditingkatkan.
Teori Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki suatu negara agar
mampu bersaing di pasar internasional. Menurut konsep keunggulan kompetitif
yang dikembangkan oleh Porter (1998), suatu bangsa atau negara yang memiliki
competitive advantage of nation dapat bersaing di pasar internasional jika
memiliki empat faktor utama yaitu kondisi faktor (factor condition), kondisi
permintaan (demand condition), industri terkait dan industri pendukung yang
kompetitif (related and supporting industry) serta kondisi struktur, persaingan dan
strategi industri (firm strategy, structure and rivalry).
Selain keempat faktor utama di atas, terdapat dua faktor yang memengaruhi
interaksi antara ke empat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan (chance event)
dan faktor pemerintah (government). Faktor-faktor ini membentuk sistem dalam
peningkatan keunggulan daya saing yang disebut porter’s diamond.
Definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
Pada penerapan konsep data panel, variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu :
Populasi
Jumlah penduduk menjadi salah satu faktor penentu dalam permintaan
ekspor. Semakin banyaknya jumlah penduduk suatu negara maka semakin banyak
juga permintaan negara tersebut terhadap suatu barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakatnya (cateris paribus). Kenaikan jumlah penduduk akan
menggeser kurva permintaan ke kanan atas dan memperlihatkan bahwa dengan
naiknya jumlah penduduk maka jumlah komoditi yang diminta pada setiap tingkat
harga akan lebih banyak (Lipsey 1995).
9
Gross Domestic Product (GDP) per kapita negara tujuan
Gross Domestic Product (GDP) per kapita merupakan pendapatan rata-rata
penduduk di suatu negara pada waktu tertentu yang dapat digunakan sebagai salah
satu indikator dalam mengukur tingkat konsumsi atau kemampuan daya beli suatu
negara atas barang dan jasa tertentu. Gross Domestic Product (GDP) per kapita
diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk suatu negara pada tahun tertentu tersebut (Wardhana 2011).
Kenaikan pendapatan akan menyebabkan jumlah komoditas yang diminta
lebih banyak pada setiap harga tertentu. Pada penelitian ini, pendapatan yang
digunakan adalah GDP per kapita negara tujuan per tahun. Ketika GDP per kapita
negara tujuan ekspor meningkat maka uang yang siap dibelanjakan masyarakat
pun meningkat. Jika kopi barang normal, peningkatan pendapatan menyebabkan
masyarakat dapat meningkatkan konsumsinya.
Nilai tukar riil
Nilai tukar riil (real exchange rate) merupakan harga suatu mata uang
dalam satuan mata uang asing atau jumlah mata uang suatu negara asing yang
harus dibayarkan untuk mendapatkan satu unit uang domestik (Lipsey 1995).
Nilai tukar terbagi menjadi dua, yaitu nilai tukar riil dan nilai tukar nominal.
Menurut Mankiw (2006), nilai tukar nominal (nominal exchange rate) merupakan
harga relatif dari mata uang dua negara, sedangkan nilai tukar riil (real exchange
rate) adalah harga relatif dari barang-barang antara dua negara. Secara matematis,
nilai tukar riil dapat dijelaskan sebagai berikut :
Nilai tukar riil Jika nilai tukar riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah dan
barang-barang domestik relatif lebih mahal. Sebaliknya jika nilai tukar riil rendah,
barang-barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang domestik relatif
lebih murah.
Harga Ekspor Kopi
Harga didefinisikan sebagai suatu nilai yang diberikan dalam menukarkan
barang atau jasa. Ketika harga suatu barang tinggi maka produsen punya insentif
untuk meningkatkan produksinya dan ketika harga suatu barang rendah maka
konsumen memiliki insentif untuk mengkonsumsi lebih banyak (Stiglitz 1993).
Hubungan antara harga ekspor terhadap nilai ekspor dijelaskan sebagai berikut :
Harga ekspor $
Nilai Ekspor
Perdagangan internasional mempunyai pengaruh terhadap perekonomian
nasional. Hubungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran
(expenditure approach) adalah : Y = C + I + G + (X-M). Dalam hal ini (X-M)
adalah ekspor neto. Ekspor neto bernilai positif ketika nilai ekspor lebih besar dari
10
nilai impor dan negatif ketika nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor
(Mankiw 2006).
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dikaji oleh Rajagukguk MM (2009) menganalisis
daya saing rumput laut Indonesia di pasar internasional. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi data panel. Adapun faktor-faktor yang diduga
memengaruhi daya saing diantaranya volume ekspor rumput laut Indonesia di
negara tujuan ekspor, harga ekspor rumput laut Indonesia, nilai tukar, GDP serta
produksi nasional rumput laut Indonesia. Peneliti menganalisis menggunakan
regresi data panel dengan metode fixed effect. Pada model yang dihasilkan
variabel yang berpengaruh nyata diantaranya volume ekspor ke negara tujuan,
nilai tukar dan GDP per kapita negara tujuan. Sedangkan harga ekspor dan
produksi rumput laut Indonesia tidak berpengaruh nyata secara statistik.
Penelitian yang dilakukan oleh Raharti (2013) mengenai Analisis Daya
Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Pala menggunakan
metode analisis RCA, EPD dan metode data panel. Variabel yang signifikan pada
taraf nyata lima persen adalah variabel harga riil dan jarak ekonomi. Sedangkan
variabel PDB per kapita negara tujuan dan nilai tukar riil negara tujuan terhadap
rupiah tidak berpengaruh pada taraf nyata lima persen. Variabel-variabel harga riil
pala dunia dan jarak ekonomi sesuai dengan hipotesis yang diinginkan dimana
variabel harga riil berpengaruh positif dan jarak ekonomi berpengaruh negatif
terhadap volume ekspor pala Indonesia, sedangkan variabel lainnya seperti PDB
per kapita riil negara tujuan dan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah tidak
sesuai dengan hipotesis yang diinginkan.
Suprehatin (2006) melakukan penelitian daya saing ekspor nenas segar
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, nenas merupakan salah
satu komoditas andalan ekspor Indonesia. Penelitian yang dilakukan bertujuan
mengetahui daya saing ekspor nenas segar Indonesia berdasarkan pangsa pasar
dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Data sekunder yang digunakan terdiri
dari data time series dan data cross section serta dianalisis dengan metode regresi
data panel. Penelitian yang dilakukan menunjukkan tren pangsa pasar nenas segar
Indonesia cenderung menurun. Berdasarkan estimasi dengan regresi data panel,
daya saing ekspor nenas segar Indonesia berpengaruh signifikan terhadap volume
ekspor nenas segar Indonesia, GDP per kapita negara pengimpor, dan produksi
nenas segar dalam negeri. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang
negara pengimpor, harga ekspor nenas Indonesia, volume ekspor nenas olahan
Indonesia tidak berpengaruh signifikan.
Penelitian Drajat, Agustian dan Supriatna (2007) tentang ekspor dan daya
saing kopi biji Indonesia di pasar internasional menggunakan analisis RCA dan
deskripsi kualitatif menunjukkan bahwa pada tahun 1995-2004 kinerja ekspor
kopi Indonesia tidak memuaskan. Selain itu, nilai RCA kopi Indonesia mengalami
penurunan di berbagai negara tujuan ekspor. Peneliti menyimpulkan bahwa
ekspor kopi biji Indonesia belum berorientasi pasar melainkan masih berorientasi
produksi, mutu kopi biji Indonesia yang diekspor masih rendah sehingga tidak
mendapatkan premi harga seperti kopi biji dari Vietnam, daya saing kopi biji
11
Indonesia kalah dibandingkan daya saing kopi biji dari negara-negara lain, seperti
Kolombia, Honduras, Peru, Brazil dan Vietnam.
Penelitian Purnamasari, Hanani, Chi Huang (2014) mengenai daya saing
ekspor kopi Indonesia di pasar dunia dianalisis menggunakan metode RCA,
Comparative Export Performance (CEP) dan Market Share Index (MSI) pada
periode 1990 hingga 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia belum
memiliki keunggulan komparatif dibandingkan negara pengekspor kopi lainnya
seperti Brazil, Vietnam dan Kolombia. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar
kopi yang diekspor Indonesia berupa bahan mentah yang belum di proses dan
penanganan pasca panen yang cenderung kurang tepat serta masih menggunakan
alat tradisional.
Penelitian Karlinda (2012) terkait daya saing dan faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan ekspor mutiara Indonesia dianalisis dengan metode
RCA, EPD dan gravity model tahun 1999-2011. Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa mutiara Indonesia memiliki keunggulan komparatif atau
daya saing yang kuat dan mengalami permintaan ekspor ke negara Australia dan
Jepang. Hasil estimasi gravity model menunjukkan bahwa GDP per kapita negara
importir, nilai tukar dan nilai ekspor tahun sebelumnya berpengaruh positif dan
signifikan, populasi berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan jarak ekonomi
tidak signifikan.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
yaitu kode HS yang digunakan pada penelitian ini sampai enam digit yaitu HS
090111. Untuk menganalisis daya saing komoditi kopi, penelitian ini tidak hanya
menggunakan metode Revealed Comparatif Advantage (RCA) seperti yang telah
dilakukan penelitian-penelitian sebelumnya akan tetapi penelitian ini juga
menggunakan metode Export Product Dynamic (EPD) dengan periode penelitian
terbaru yakni tahun 2008 hingga 2013. Selain itu, pembeda penelitian ini
dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian
yang merupakan negara yang menjadi tujuan ekspor kopi Indonesia yakni
Amerika, Jepang, Jerman, Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan India.
Metode analisis kuantitatif pada penelitian ini menggunakan metode data
panel statis untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kopi
Indonesia ke negara tujuan ekspor. Hal ini merupakan pembeda antara penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan analisis OLS untuk
menganalisis ekspor kopi.
Kerangka Penelitian
Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor dari sektor pertanian
yang berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan subsektor perkebunan
mampu memberikan kontribusi sebesar 1.97 persen terhadap PDB total Indonesia
(BPS 2012). Salah satu komoditi unggulan ekspor subsektor perkebunan adalah
kopi. Diantara beragamnya jenis kopi yang diekspor negara Indonesia, kopi
dengan kode HS 090111 (kopi yang tidak disangrai dan tidak dihilangkan
kafeinnya) memiliki kontribusi yang paling besar yakni sebesar 99 % terhadap
kopi Indonesia secara keseluruhan.
Dalam penelitian ini akan dianalisis daya saing dan faktor-faktor yang
memengaruhi ekspor kopi Indonesia ke delapan negara tujuan dalam kurun waktu
tahun 2008-2013. Negara yang dimaksud antara lain Amerika, Jepang, Jerman,
12
Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan India. Delapan negara ini dipilih karena nilai
ekspor dan volume ekspor kopi Indonesia ke negara tujuan tersebut termasuk
tinggi.
Subsektor perkebunan merupakan subsektor yang berpotensi untuk dikembangkan Kopi merupakan salah satu komoditi unggulan ekspor dari subsektor perkebunan
Faktor‐faktor yang memengaruhi ekspor kopi Daya saing 1. Populasi negara tujuan
2. GDP per kapita riil negara
tujuan ekspor
3. Nilai tukar riil negara tujuan
ekspor
4. Harga ekspor kopi
1. Revealed Comparative
Advantage (RCA)
2. Export Product Dynamics
(EPD)
Rekomendasi peningkatan daya saing dan ekspor kopi Gambar 7 Skema kerangka pemikiran
Hipotesis
Berdasarkan studi literatur, faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap
nilai ekspor kopi Indonesia adalah : populasi negara tujuan, GDP per kapita
negara tujuan, nilai tukar riil negara tujuan dan harga ekspor kopi. Hipotesis
terhadap variabel-variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Populasi negara tujuan diduga memiliki pengaruh positif terhadap nilai
ekspor kopi Indonesia. Jika populasi meningkat maka nilai ekspor kopi akan
meningkat. Juga berlaku untuk kondisi sebaliknya.
2. GDP per kapita riil negara tujuan diduga memiliki pengaruh positif terhadap
nilai ekspor kopi Indonesia. Jika GDP per kapita negara tujuan mengalami
peningkatan maka akan meningkatkan nilai ekspor Indonesia.
3. Nilai tukar riil negara tujuan diduga memiliki pengaruh positif terhadap
nilai ekspor kopi Indonesia. Apabila nilai tukar riil negara importir
13
terapresiasi (nilai tukar riil tinggi) akan menyebabkan nilai ekspor kopi
Indonesia meningkat.
4. Harga ekspor kopi diduga memiliki pengaruh positif terhadap nilai ekspor
kopi Indonesia. Jika harga ekspor meningkat maka nilai ekspor kopi yang
diterima Indonesia akan meningkat. Juga berlaku untuk kondisi sebaliknya.
METODE
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk time series tahunan dari tahun 2008-2013 dan data cross section delapan
negara, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan India.
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Jenis dan Sumber Data
Jenis Data
Populasi negara tujuan
GDP per kapita riil negara tujuan
Nilai tukar negara tujuan terhadap dollar
Harga ekspor kopi
Sumber Data
World Bank
World Bank
UNCTAD
UNComtrade
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan penjabaran
data perkembangan kopi Indonesia dengan analisis deskriptif, sedangkan analisis
kuantitatif dilakukan dengan pemodelan ekonometrik data panel statis dan
perhitungan indeks Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product
Dynamic (EPD). Perhitungan kuantitatif RCA dan EPD dilakukan dengan bantuan
program aplikasi Micrososft Excel 2007 sedangkan pemodelan data panel statis
dilakukan dengan bantuan program aplikasi Microsoft Excel 2007 dan E-Views
6.0.
Revealed Comparative Advantage (RCA)
Indeks RCA adalah indikator yang dapat menggambarkan keunggulan
komparatif atau tingkat daya saing industri dan perdagangan suatu negara di pasar
global. Indeks RCA menunjukkan keunggulan komparatif atau daya saing ekspor
dari suatu negara pada suatu komoditas terhadap dunia. Kinerja ekspor produk
dari suatu negara diukur dengan menghitung pangsa nilai ekspor suatu produk
terhadap total ekspor suatu negara dibandingkan dengan pangsa nilai produk
tersebut dalam perdagangan dunia (Kemendag 2014). Secara matematis, Indeks
RCA dapat dirumuskan sebagai berikut:
14
Keterangan:
Xij = nilai ekspor komoditas i dari negara j
Xj = nilai total ekspor dari negara j
Xiw = nilai ekspor komoditi i dari pasar w
Xw = nilai ekspor total dunia
Jika nilai indeks RCA suatu negara untuk komoditas tertentu adalah lebih
besar dari satu maka negara bersangkutan memiliki keunggulan komparatif di atas
rata-rata dunia untuk komoditas tersebut. Sebaliknya, bila lebih kecil dari satu,
berarti keunggulan komparatif untuk komoditis tersebut tergolong rendah, di
bawah rata-rata dunia.
Export Product Dynamic (EPD)
Metode Export Product Dynamics (EPD) digunakan untuk mengidentifikasi
apakah produk suatu negara mempunyai performa yang dinamis (pertumbuhannya
cepat) atau tidak. Dengan pendekatan ini kinerja dari produk-produk ekspor
negara di dunia dapat dibandingkan. Jika pertumbuhan suatu produk diatas ratarata secara kontinu selama periode yang panjang maka produk tersebut mungkin
dapat menjadi sumber pendapatan ekspor yang besar bagi negara tersebut.
Matriks EPD terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis.
Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah
produk untuk tujuan pasar tertentu, di mana informasi kekuatan bisnis diukur
berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada
tujuan pasar tertentu. Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini
menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat
kategori. Keempat kategori itu adalah “Rising Star”, “Falling Star”, “Lost
Opportunity” dan “Retreat”.
Lost
Opportunity
Rising Star
Retreat
Falling
Star
Gambar 8 Daya Tarik Pasar dan Kekuatan Bisnis pada Matriks EPD
Keterangan:
X = Pangsa pasar ekspor negara i di pasar tujuan tertentu
Y = Pangsa pasar produk j di pasar tujuan tertentu
Rising Star merupakan posisi pasar ideal, negara akan memperoleh
pertumbuhan pangsa pasar pada produk yang tumbuh cepat (fast-growing
15
products). Lost Opportunity dihubungkan dengan penurunan pangsa pasar pada
produk-produk yang kompetitif. Kondisi ini tidak diinginkan karena hal ini
menyebabkan suatu negara kehilangan kesempatan pangsa ekspor. Falling Star
terjadi ketika ada peningkatan pada pangsa pasar ekspornya, tetapi tidak pada
pangsa pasar produk. Sementara itu, Retreat mengartikan bahwa produk tidak
diinginkan lagi di pasar. Hal yang seharusnya dilakukan oleh produk yang berada
pada posisi Retreat adalah menggerakkan produk-produk yang stagnan menuju
produk-produk yang dinamis.
Secara matematis, yang dimaksud dengan pangsa ekspor suatu negara
(negara i) dan pangsa pasar produk (produk n) dalam sebuah perdagangan dunia
adalah sebagai berikut:
Sumbu X:
Pertumbuhan kekuatan bisnis atau disebut pangsa pasar ekspor i.
t 1
 Xij 
 Xij 
100
%


  100%





t 1  Xiw t
t  Xiw  t 1
T
t
Sumbu Y:
Pertumbuhan pangsa pasar produk n .
t 1
 Xj 
 Xj 

100
%

  100%





t 1  Xw  t
t  Xw  t 1
T
t
Dimana:
Xij
Xiw
Xj
Xw
T
t
=
=
=
=
=
=
Nilai ekspor produk i Indonesia ke negara tertentu
Nilai ekspor produk i Dunia ke negara tertentu
Nilai ekspor total Indonesia ke negara tertentu
Nilai ekspor total dari Dunia ke negara tertentu
Jumlah tahun
tahun ke-t
Data Panel Statis
Analisis faktor-faktor yang memengaruhi nilai ekspor kopi dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis ekonometrik data panel statis.
Metode data panel memiliki beberapa keunggulan, yaitu dapat mengontrol
heterogenitas individu, menyajikan data yang lebih informatif, variatif, memiliki
kolinearitas antar variabel yang rendah dan memiliki derajat kebebasan yang
tinggi sehingga lebih efisien, baik digunakan untuk mempelajari dinamika
penyesuaian (dynamics of change), lebih mampu mengidentifikasi dan mengukur
efek yang tidak dapat diukur oleh data time series murni atau cross section murni,
dapat merumuskan dan menguji model yang lebih kompleks dan analisis pada
level mikro dapat meminimisasi atau menghilangkan bias yang terjadi akibat
agregasi data ke level makro (Baltagi 2005).
16
Selain itu, dalam melakukan pengolahan data panel terdapat kriteria
pembobotan yang berbeda-beda yaitu No Weighting (semua observasi diberi bobot
sama), Cross Section Weight (GLS dengan menggunakan estimasi varian residual
cross section, digunakan jika ada asumsi terdapat cross section heteroskedasticity),
dan Seemingly Uncorrelated Regression/SUR (GLS dengan menggunakan
covariance matrix cross section). Metode ini mengoreksi baik heteroskedastisitas
maupun autokorelasi antar unit cross section. Tujuan dilakukannya pembobotan
ini adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section.
Pemilihan Model Panel Data
Metode data panel merupakan model ekonometrika yang menggabungkan
data time series dan data cross section. Dalam analisis data panel, terdapat tiga
pendekatan yang terdiri dari pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square),
model efek tetap (fixed effects model) dan model efek acak (random effects
model). Pada pendekatan Fixed Effects Model (FEM) dan Random Effects Model
(REM) yang dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya korelasi antara komponen
error dengan peubah bebas regresor.
Pooled Least Square (PLS)
Pendekatan ini menggunakan gabungan dari seluruh data (pooled), sehingga
terdapat N x T observasi, di mana N menunjukkan jumlah unit cross section dan T
menunjukkan jumlah time series yang digunakan (Firdaus 2011). Model yang
digunakan yaitu :
yit = αi + Xitβ + uit
Dengan menggabungkan semua data cross section dan time series dapat
meningkatkan derajat kebebasan sehingga dapat memberikan hasil estimasi yang
lebih efisien. Akan tetapi, pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan
parameter β akan bias. Parameter yang bias ini disebabkan karena PLS tidak
dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama, atau tidak
dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda.
Pendekatan Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Metode fixed effect digunakan ketika antara efek individu dan variabel
penjelas memiliki korelasi dengan variabel Xit atau memiliki pola yang sifatnya
tidak acak. Metode ini mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang
dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section
dan time series. Untuk memungkinkan adanya perubahan intersep ini, dapat
ditambahkan variabel dummy (D) ke dalam model yang selanjutnya akan diduga
dengan model OLS (Ordinary Least Square). Model yang digunakan adalah:
Yit = ƩaiDi + ßXit +ɛit
Estimasi metode fixed effect dapat dilakukan dengan tanpa pembobot
(noweighted) atau dengan pembobot (cross section weight) yang biasa disebut
General Least Square (GLS). Tujuan dilakukan pembobotan adalah untuk
mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati 2006). Metode ini
mampu menangkap keragaman individu dengan sangat baik dibandingkan dengan
alternatif pemodelan data panel statis lain.
17
Pendekatan Model Efek Acak (Random Effect)
Dalam metode random effect atau error component model, parameter yang
berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Asumsi
yang digunakan dalam model ini adalah error secara individual tidak saling
berkorelasi, begitu pula dengan error kombinasinya. Persamaan umum dalam
model random effect yaitu :
Yit = ai + ßXit + ɛit
ɛit = uit + Vit + Wit
Dimana : uit ~ N (0,δu²) = komponen cross section error
Vit ~ N (0,δv²) = komponen time series error
Wit ~ N (0, δw²) = komponen combinations error
Untuk menentukan model pendekatan yang terbaik dalam data panel statis,
perlu dilakukan uji ekonometrika tertentu yakni dengan menggunakan Uji Chow,
Uji Hausman dan Uji LM (Breusch – Pagan).
Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk memilih model yang lebih baik di antara model
Pooled Least Square atau Fixed Effect. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai
berikut:
H0: Model pooled least square
H1: Model fixed effect
Dasar penolakan terhadap Ho adalah dengan menggunakan F statistik
seperti berikut:
FN‐1,NT‐N‐K Keterangan:
ESS1
ESS2
N
T
=
=
=
=
Residual Sum Square hasil pendugaan model Pooled Least Square
Residual Sum Square hasil pendugaan model Fixed Effect
Jumlah data cross section
Jumlah data time series
Statisitik uji Chow mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas (N1, NT-N-K) jika nilai Chow statistik (F-Stat) hasil pengujian lebih besar dari Ftabel maka cukup untuk menolak hipotesa nol sehingga model yang digunakan
adalah model fixed effect dan begitu juga sebaliknya.
Uji Hausman
Hausman test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam
memilih untuk menggunakan model fixed effect atau random effect. Hipotesis dari
pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
Sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan statsistik Hausman dan
membandingkan dengan Chi-square. Statistik Hausman dirumuskan sebagai
berikut:
18
H =(β-b) ( M0-M1)-1(β-b) ~ χ2(K)
Dimana β adalah vektor untuk statistik variabel random effect, b adalah
vektor statistik variabel fixed effect, M0 adalah matriks kovarian untuk dugaan
fixed effect model dan M1 adalah matriks kovarian untuk dugaan random effect
model. Jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari χ 2 tabel, maka cukup bukti
untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan adalah
model fixed effect, dan begitu juga sebaliknya.
Uji Lagrange Multiplier (LM)
Uji LM merupakan pengujian statistik yang bertujuan memilih model
random effect atau pooled least square. Hipotesis dari uji ini yaitu:
H0 : Model pooled least square
H1 : Model random effect
Jika LM statistik yang didapatkan lebih besar dari nilai kritis Chi-Square
maka H0 ditolak, artinya Random Effect digunakan.
Pengujian Asumsi Model
Dalam analisis regresi, terdapat tiga asumsi yang harus diuji yaitu
heteroskedastisitas, multikolineritas, dan autokorelasi. Selain itu terdapat juga uji
normalitas untuk mengetahui apakah error term menyebar normal atau tidak.
Perlu dijabarkan secara khusus mengenai kriteria pemenuhan asumsi BLUE (Best
Linear Unbiased Estimator) untuk menghasilkan model regresi yang baik.
Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah ragam sisaan (uᵢ)
homogen atau Var (uᵢ) = E (uᵢ²) = σ². Masalah ini sering terjadi jika ada
penggunaan data cross section dalam estimasi model, namun dapat terjadi juga
dalam data time series. Salah satu cara mengatasi masalah ini adalah dengan
menggunakan metode Generalized Least Square (GLS). Metode ini merupakan
metode kuadrat terkecil yang terboboti, dimana model ditransformasi dengan
memberikan bobot pada data asli (Juanda 2009).
Autokorelasi
Salah satu asumsi penting dari metode OLS adalah tidak adanya hubungan
antara variabel gangguan satu dengan variabel gangguan yang lain. Dengan
pengertian lain, antar gangguan menyebar bebas. Tidak adanya serial korelasi
antara variabel gangguan ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
Tidak ada korelasi bila E ( uᵢ, uj) = 0 ; i ≠ j
Jika Ada autokorelasi bila E ( uᵢ, uj ) ≠ 0 ; i ≠ j
Autokorelasi sering terjadi pada data time-series. Autokorelasi dapat
berbentuk positif dan negatif. Apabila data yang kita analisis mengandung
autokorelasi, maka akan mengakibatkan dugaan parameter koefisien regresi
menjadi :
a. Estimator metode kuadrat terkecil masih tidak bias
b. Estimator metode kuadrat terkecil masih konsisten
c. Penduga regresi tidak efisien lagi
19
Multikolinearitas
Salah satu asumsi yang digunakan dalam metode OLS adalah tidak ada
hubungan linier antara variabel bebas. Jika terdapat hubungan antara variabel
bebas dalam satu regresi maka terjadi masalah multikolinearitas. Indikasi adanya
multikolinieritas dapat dilihat jika dalam model yang dihasilkan terbukti
signifikan secara keseluruhan (uji-F) dan memiliki nilai R-squared yang tinggi
namun banyak variabel yang tidak signifikan (uji-t). Salah satu cara mengatasi
masalah ini adalah dengan menggabungkan data cross section dengan data time
series (Juanda 2009).
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk memeriksa apakah error term menyebar
normal atau tidak. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : error term menyebar normal
H1 : error term tidak menyebar normal
Uji normalitas diaplikasikan dengan melakukan tes Jarque Bera, jika nilai
probabilitas yang diperoleh lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka
terima H0 yang berarti error term dalam model sudah menyebar normal.
Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan satu model umum. Model ini digunakan
untuk melihat hubungan nilai ekspor kopi dengan variabel independennya yakni
populasi negara tujuan, GDP per kapita negara tujuan, nilai tukar riil negara
tujuan dan harga ekspor. Perumusan model analisis dalam penelitian ini mengacu
pada model penelitian yang digunakan Irwanto (2012). Dugaan model tersebut
yaitu:
NXit = α + β1POPit + β2LnGDPit + β3LnERit + β4LnPXit + εit
NX
POP
GDP
ER
PX
εit
α
i
t
: Nilai ekspor kopi Indonesia (US$)
: Populasi negara tujuan (jiwa)
: GDP per kapita riil negara tujuan ekspor i tahun ke-t (US$)
: Nilai tukar riil negara importir (mata uang negara tujuan/US$)
: Harga ekspor kopi Indonesia ke negara i tahun ke-t (US$/kg)
: Random error
: Konstanta
: individu ke-i
: periode ke-t
Masalah heteroskedastisitas dapat dikurangi dengan melakukan transformasi
menjadi logaritma natural (ln). Transformasi yang dilakukan dapat memapatkan
skala untuk pengukuran variabel, mengurangi perbedaan nilai dari sepuluh kali
lipat menjadi dua kali lipat (Gujarati 2006). Dugaan persamaan nilai ekspor kopi
Indonesia yang telah ditransformasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
ln_NXit = α + β1 ln_POPit + β2 ln_GDP it + β3 ln_ERit + β4 ln_PXit + εit
20
Keterangan:
Ln_NX
Ln_POP
Ln_GDP
Ln_ER
Ln_PX
εit
α
i
t
: Nilai ekspor kopi Indonesia (persen)
: Populasi negara tujuan (persen)
: GDP per kapita riil negara tujuan ekspor i tahun ke-t (persen)
: Nilai tukar riil negara importir (persen)
: Harga ekspor kopi indonesia ke negara i tahun ke-t (persen)
: Random error
: Konstanta
: individu ke-i
: periode ke-i
Definisi Operasional Variabel
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai ekspor kopi Indonesia di negara tujuan menjadi variabel tak bebas
dalam model yang merupakan total ekspor komoditi kopi yang diekspor ke
negara tujuan setiap tahunnya dan dinyatakan dalam satuan US$.
Populasi negara tujuan adalah total penduduk yang tinggal dan menjadi warga
negara di negara tujuan ekspor dan dinyatakan dalam Jiwa.
GDP per kapita negara tujuan ekspor kopi Indonesia adalah pendapatan
domestik bruto per kapita negara pengimpor kopi Indonesia selama periode
2008 hingga 2013, dinyatakan dalam US$.
Nilai tukar adalah laju nilai tukar valuta asing yang biasa digunakan dalam
pembayaran transaksi internasional. Nilai tukar yang dimaksud dalam model
ini adalah nilai tukar riil negara pengimpor terhadap US$.
Harga ekspor kopi merupakan hasil bagi antara total nilai ekspor dengan
volume ekspor kopi Indonesia ke negara tujuan ekspor dan dinyatakan dalam
satuan US$ per kilogram.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum dan Regulasi Komoditi Kopi
Perkembangan Kopi Indonesia
Kopi merupakan komoditi yang paling banyak diperdagangkan di dunia
setelah minyak bumi dan gas, dan menjadi salah satu komoditas unggulan
Indonesia di pasar internasional. Sebagai eksportir kopi terbesar keempat di dunia,
Indonesia memiliki rata-rata volume ekspor kopi sebesar 457 ribu ton per tahun
yang terdiri dari kopi robusta (85%) dan arabika (15%). Hal ini sejalan dengan
penelitian (Chandra et al 2013) dan (Kustiarti 2007) yang menunjukkan ekspor
kopi dan produksi kopi di Indonesia dan Vietnam masih didominasi oleh jenis
kopi Robusta. Sedangkan negara di Amerika Latin seperti Brazil dan Kolombia
lebih banyak memproduksi kopi Arabika. Ditinjau dari segi harga, kopi Robusta
memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan kopi jenis Arabika
(Kustiarti 2007).
Sebagai salah satu pengekspor kopi terbesar keempat di pasar internasional,
Indonesia memiliki sentra penghasil kopi yang tersebar di beberapa daerah yakni
untuk kopi jenis Robusta terdapat di daerah Lampung, Bengkulu dan Sulawesi
21
Selatan. Sedangkan kopi jenis arabika dihasilkan di daerah Aceh, Sumatera Utara,
Toraja dan Jawa Timur. Beragamnya varietas kopi di Indonesia (robusta dan
arabika) dikarenakan karakteristik kondisi geografis penanaman kopi. Perbedaan
ini memberikan kekhasan dan cita rasa yang berbeda antara kopi dari daerah yang
satu dengan daerah yang lain.
Perkebunan kopi di Indonesia dikelola dalam tiga bentuk pengusahaan yakni
Perkebunan Rakyat, Perkebunan Negara dan Perkebunan Swasta. Dari seluruh
luas areal dan produksi perkebunan kopi Indonesia, 96 persennya dimiliki oleh
Perkebunan Rakyat, sedangkan sisanya dimiliki oleh Perkebunan Besar Negara
dan Perkebunan Besar Swasta masing-masing sebesar 2 persen.
Tabel 3 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi Menurut Status
Pengusahaan Tahun 2000-2008
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Perkebunan Rakyat
Luas (ha)
Produksi
(ton)
1 236.842
669 942
1 217.506
653 918
1 162.810
657 909
1 245.176
604 840
1 258.029
718 903
1 278.706
697 253
Perkebunan Negara
Luas (ha)
Produksi
(ton)
22 442
17 332
22 794
14 387
22 681
14 065
22 873
14 164
22 908
14 188
24 942
14 906
Perkebunan Swasta
Luas (ha)
Produksi
(ton)
35 826
10 742
25 935
14 385
24 873
14 947
24 916
14 987
24 958
15 018
27 352
15 841
Sumber: Ditjenbun 2013
Produksi kopi Indonesia lebih banyak disumbang oleh perkebunan rakyat.
Hal ini disebabkan karena saat ini areal perkebunan kopi di dalam negeri sebagian
besar adalah perkebunan rakyat (PR) dengan rata-rata luas areal kopi sebesar 1,2
juta hektar atau 96 persen dari total areal tanam, perkebunan besar swasta (PBS)
sebesar 27 310 hektar (2%) dan rata-rata luas areal perkebunan besar negara
(PBN) sebesar 23 106 hektar (2%). Hal ini menunjukkan bahwa peranan petani
dalam pengembangan perkopian nasional sangat dominan sehingga pemerintah
perlu memberikan perhatian khusus kepada petani nasional untuk meningkatkan
kualitas dan produktivitas kopi.
Regulasi Produk Kopi di Pasar Uni Eropa
Negara Uni Eropa merupakan negara yang menerapkan standar yang tinggi
terhadap produk impor yang masuk ke negara tersebut. Regulasi produk ke Uni
Eropa terdiri dari regulasi pemerintah (regulasi resmi) dan regulasi tidak resmi
berupa regulasi sektor swasta dan NGOs. Regulasi ini menjadi hambatan bagi
eksportir untuk memasuki pasar dikarenakan produsen dihadapkan pada tantangan
atau barrier. Adapun ketentuan resmi yang diberlakukan Uni Eropa terhadap
produk ekspor kopi yakni:
1. Contaminants (kontaminasi) : Pengawasan terhadap kontaminasi dalam produk
pangan.
2. Pesticide residue (residu pestisida) : Pengawasan terhadap residu pestisida
pada produk tumbuhan dan hewan yang dikonsumsi manusia.
3. Health Control (kontrol kesehatan) : Kontrol kesehatan untuk bahan makanan
yang berasal bukan dari hewan.
4. Labelling (label) : Pelabelan untuk produk makanan.
22
5. Traceability (pelacakan) : Pelacakan (rekam jejak), sesuai aturan dan
pertanggungjawaban dalam produksi produk pangan.
6. Organic (organik) : Sukarela - produk yang diproduksi secara organik.
Selain penerapan regulasi resmi, negara Uni Eropa juga menerapkan
persyaratan tambahan selain aturan hukum (non-legal requirements). Non-legal
requirements berupa sertifikasi yang disertakan bersamaan dengan produk untuk
menunjukkan kualitas yang telah dipenuhi produk kopi tertentu, yang diukur
berdasarkan sertifikat yang dimiliki. Sertifikasi tersebut memiliki tujuan supaya
produsen/eksportir kopi memiliki kepedulian terhadap lingkungan, keberpihakan
pada petani, dan turut menjaga kelestarian satwa. Sertifikasi yang diberikan yakni
ISO 22000, BRC, IFS, ISO 9001, Rainforest Alliance, UTZ Certified Organic dan
Fair Trade.
Regulasi Ekspor Kopi di Indonesia
Regulasi produksi dan ekspor kopi di Indonesia mengacu pada peraturan
Kementerian Perdagangan (Kemendag). Ketentuan tentang ekspor kopi diatur
beberapa kali dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, yaitu
Permendag Nomor 26/M-DAG/PER/12/2005 diganti dengan Permendag Nomor
27/M-DAG/PER/7/2008 dan diubah lagi menjadi Permendag Nomor, 41/MDAG/PER/9/2009 dan terakhir mengalami perubahan menjadi Permendag Nomor
10/M-DAG/PER/5/2011 tentang Ketentuan Umum Tata Niaga Ekspor. Kopi yang
diatur tata niaga ekspornya adalah kopi yang termasuk dalam Buku Tarif
Kepabeanan Indonesia dengan kode HS 09.01 dan 21.01.
Selain mengatur tata niaga ekspor, pemerintah juga menerapkan sistem
standarisasi nasional untuk meningkatkan daya saing komoditi ekspor Indonesia.
Sistem Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan dasar dan pedoman bagi
eksportir dengan tujuan mewujudkan jaminan mutu yang dapat meningkatkan
efisiensi nasional.
Perkembangan Nilai Ekspor Kopi Indonesia di Negara Tujuan Ekspor
Nilai ekspor (%)
30
25
Amerika
20
Jepang
Jerman
15
Malaysia
10
Italia
Rusia
5
Inggris
0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
India
Tahun
Sumber : UNComtrade 2014 (diolah)
Gambar 9 Share Nilai Ekspor Kopi Indonesia terhadap Total Ekspor Kopi
Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Kopi (%) Tahun 2008-2013
23
Berdasarkan Gambar 9, terlihat bahwa share nilai ekspor kopi Indonesia di
pasar Amerika paling tinggi diantara negara-negara tujuan ekspor kopi Indonesia
lainnya. Tingginya nilai ekspor komoditi kopi Indonesia ke negara Amerika
dikarenakan terjadinya peningkatan volume ekspor kopi Indonesia ke negara
tersebut. Jepang juga salah satu negara tujuan kopi terbesar Indonesia setelah
Amerika. Share nilai ekspor kopi Indonesia ke Jepang mengalami penurunan dari
tahun 2011 hingga 2013. Penurunan ini disebabkan adanya pemberlakuan
kebijakan ambang batas pestisida isocarab dan carbaryl yang diberlakukan
pemerintah Jepang terhadap produk pertanian yang masuk ke negara tersebut,
khususnya kopi sehingga memengaruhi volume dan nilai ekspor kopi Indonesia ke
negara tersebut (Zuhri 2012).
Analisis Daya Saing Kopi Indonesia di Negara Tujuan
Teori keunggulan komparatif (theory of comparative advantage) David
Ricardo menyatakan perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan
keunggulan komparatif antar negara. Keunggulan komparatif akan tercapai jika
suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya
yang lebih murah daripada negara lainnya, sehingga efisiensi dalam produksi
dapat tercapai dan keuntungan perdagangan yang di dapat lebih maksimal.
Suatu bangsa dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatannya
jika negara tersebut melakukan spesialisasi produksi barang atau jasa yang
memiliki produktivitas dan efisiensi tinggi, kemudian melakukan kegiatan ekspor
atas komoditi yang unggul secara komparatif itu bagi negara tersebut. Sebaliknya
negara yang tidak memiliki keunggulan komparatif untuk suatu komoditas
disarankan untuk lebih mengoptimalkan ekspor dalam komoditas lain yang
memiliki keunggulan komparatif lebih tinggi (Oktaviani dan Novianti 2009).
RCA (Revealed Comparative Advantage) merupakan metode yang paling
sering digunakan untuk mengukur daya saing kinerja ekspor suatu negara atas
komoditi tertentu. RCA juga mampu menggambarkan keunggulan komparatif
suatu negara terhadap negara lain, atas perdagangan suatu jenis komoditi.
Perhitungan RCA dilakukan pada rentang tahun 2008 hingga 2013 di delapan
negara tujuan ekspor kopi yakni Amerika, Jepang, Jerman, Malaysia, Italia, Rusia,
Inggris dan India. Jika nilai RCA lebih dari satu berarti kopi Indonesia
mempunyai keunggulan komparatif atau berdaya saing kuat. Sebaliknya jika nilai
RCA lebih kecil dari satu berarti kopi Indonesia berdaya saing lemah.
Tabel 4 Indeks nilai RCA Indonesia di Negara Tujuan Tahun 2008-2013
Tahun
Indeks Nilai RCA
Amerika
Jepang
Jerman
Malaysia
Italia
Rusia
Inggris
India
2008
8.35
2.34
32.92
9.78
15.86
78.23
37.87
14.8
2009
7.35
2.3
18.64
7.47
14.22
91.58
30.06
7.66
2010
6.13
1.93
12.41
7.96
7.65
36.43
29.94
8.04
2011
5.62
1.87
5.78
6.89
5.86
28.56
25.27
6.27
2012
9.67
2.17
11.55
8.43
8.58
54.11
29.98
8.14
2013
8.3
2.23
25.01
11.99
17.28
105.71
55.3
14.6
Sumber : UNComtrade 2014 (diolah)
24
Berdasarkan hasil perhitungan indeks RCA, selama periode 2008 sampai
2013 kopi Indonesia memiliki keunggulan komparatif/berdaya saing kuat di
delapan negara tujuan ekspor. Nilai indeks RCA kopi Indonesia yang tertinggi
berada di pasar Rusia, sedangkan yang terendah berada di pasar Jepang. Meskipun
Indonesia memiliki daya saing di Jepang namun nilai RCA yang dihasilkan
tergolong rendah dibandingkan negara tujuan lainnya dikarenakan nilai ekspor
Indonesia ke negara tersebut rendah sehingga nilai RCA yang dihasilkan kecil.
Tabel 5 Rata-rata Indeks RCA Kopi Negara Eksportir di Negara Tujuan
Negara Tujuan
Brazil
21.52
28.02
53.37
12.41
48.07
24.01
31.81
0.37
Amerika
Jepang
Jerman
Malaysia
Italia
Rusia
Inggris
India
Rata-rata Indeks RCA
Vietnam
Kolombia
8.46
22.19
5.66
292.54
37.91
99.12
26.62
62.61
52.04
34.55
65.53
74.01
47.37
143.72
129.44
-
Indonesia
7.57
2.14
17.72
8.75
11.57
65.8
34.7
9.92
Sumber: UNComtrade 2014 (diolah)
Berdasarkan Tabel 5, negara eksportir kopi cenderung memiliki rata-rata
indeks RCA lebih dari 1 di negara tujuan selama rentang waktu enam tahun
penelitian yaitu dari tahun 2008 hingga 2013. Negara eksportir kopi memiliki
keunggulan komparatif di negara tujuan yang berbeda-beda. Brazil memiliki
keunggulan komparatif terbesar di negara Jerman, Vietnam memiliki keunggulan
di negara India, Kolombia memiliki keunggulan di negara Jepang dan Indonesia
memiliki keunggulan komparatif di negara Rusia.
Keunggulan komparatif bersifat dinamis, dimana jika suatu negara tidak
mampu mempertahankan dan bersaing dengan negara-negara lain maka tingkat
keunggulan komparatifnya dapat menurun. Faktor-faktor yang dapat mengubah
kondisi keunggulan komparatif suatu negara adalah kondisi ekonomi dunia,
lingkungan domestik dan teknologi (Zulaiha dalam Dewi 2013).
Indeks nilai RCA
60
50
40
Brazil
Indo
Kolombia
Vietnam
30
20
10
0
2008
2009
2010
2011
Tahun
2012
2013
Sumber : UNComtrade 2014 (diolah)
Gambar 10 Perkembangan Indeks Nilai RCA Negara Eksportir ke Dunia Tahun
2008-2013
25
Berdasarkan informasi pada Gambar 10 dapat diketahui bahwa negara
eksportir kopi seperti Brazil, Vietnam dan Kolombia memiliki indeks nilai RCA
yang tinggi dan cenderung meningkat di pasar internasional. Kolombia
merupakan negara yang memiliki indeks nilai RCA terbesar di pasar internasional
dibandingkan indeks nilai RCA Brazil, Vietnam dan Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa Kolombia memiliki keunggulan komparatif yang tinggi di
pasar internasional yang mampu bersaing dengan pengekspor kopi terbesar yakni
Brazil.
Export Product Dynamic (EPD) digunakan untuk mengidentifikasi
dinamika produk pada ekspor. Ekspor yang diteliti pada penelitian ini yaitu
komoditi kopi. Keunggulan kompetitif komoditi kopi di delapan negara tujuan
ekspor yakni Amerika, Jepang, Jerman, Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan India
berdasarkan hasil estimasi EPD ditunjukkan pada Gambar 11. Masing-masing
kuadran pada gambar menunjukkan posisi yang berbeda-beda. Kuadran I
menempati posisi Rising Star, kuadran II menempati posisi Lost Opportunity,
kuadran III menempati posisi Retreat dan kuadran IV menempati posisi Falling
Star. Jika produk memiliki pertumbuhan diatas rata-rata secara kontinu selama
periode yang panjang maka produk tersebut dapat menjadi sumber pendapatan
ekspor yang penting bagi negara tersebut.
(Growth y)
0.004
0.003
0.002
0.001
(Growth x)
0
-0.01
-0.001 0
-0.002
0.01
Amerika
Malaysia
Inggris
0.02
0.03
Jepang
Italia
India
0.04
0.05
0.06
Jerman
Rusia
Sumber : UNComtrade 2014 (diolah)
Gambar 11 Perkembangan EPD Indonesia ke Negara Tujuan Tahun 20082013
Hasil analisis EPD menunjukkan bahwa komoditi kopi Indonesia di pasar
negara tujuan seperti, Amerika, Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan India berada
di posisi “Rising Star”. Hal ini mengindikasikan bahwa komoditi kopi berada
pada pasar yang ideal, yaitu meningkatnya pertumbuhan pangsa ekspor pada
keenam negara tersebut diikuti dengan peningkatan pangsa pasar komoditi kopi
Indonesia. Posisi ini perlu dipertahankan agar komoditi kopi Indonesia dapat
dijadikan sebagai sumber pendapatan ekspor bagi Indonesia.
Kopi Indonesia yang diekspor ke negara Jerman berada pada posisi “Lost
Opportunity”. Pada posisi ini terjadi penurunan pangsa pasar ekspor kopi
Indonesia pada pasar yang dinamis, artinya Indonesia kehilangan kesempatan
dalam mengoptimalkan pasar yang dinamis untuk mendapatkan keuntungan.
Penurunan pangsa pasar ekspor kopi Indonesia disebabkan rendahnya rata-rata
26
volume ekspor Indonesia jika dibandingkan dengan nilai rata-rata volume ekspor
yang dimiliki Brazil, Vietnam dan Kolombia. Menurut Porter (1998) keunggulan
kompetitif suatu negara bergantung pada kemampuan perusahaan dalam negeri
untuk berkompetisi menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar. Posisi
Lost Opportunity yang dialami kopi Indonesia di negara Jerman dapat diatasi
dengan adanya peran pemerintah sebagai katalisator yang mendorong perusahaan
kopi untuk meningkatkan kinerja ekspor sehingga mampu mencapai tingkat
kompetitif yang lebih tinggi. Sedangkan di Jepang, komoditi kopi Indonesia
berada pada posisi “Retreat”. Kondisi ini menggambarkan bahwa adanya
kemunduran pangsa pasar ekspor dan pangsa produk kopi Indonesia sehingga
pertumbuhan pasar dan produk komoditi kopi Indonesia tidak dinamis lagi.
Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi nilai ekspor
kopi Indonesia (NX). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
yakni populasi negara tujuan (POP), GDP per kapita negara tujuan (GDP), nilai
tukar riil negara pengimpor (ER) dan harga ekspor (PX). Penelitian ini
menggunakan delapan negara tujuan sebagai objek penelitian (n=8) dalam rentang
tahun 2008 hingga 2013 (t=6), sehingga total data dalam penelitian ini mencapai
48 data (nxt=48). Derajat bebas (db) penelitian ini mencapai db=43 dan
memenuhi syarat db>25, sehingga dapat disimpulkan bahwa data panel pada
penelitian yang digunakan sangat relevan dan baik untuk dimodelkan lebih lanjut.
Pemilihan kesesuaian model dilakukan dengan melakukan uji Chow dan uji
Hausman. Hasil uji Hausman (Lampiran 4) menunjukkan nilai probabilitas dari
Hausman sebesar 0.0045 (lebih kecil dari taraf nyata lima persen) sedangkan hasil
uji Chow (Lampiran 5) menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari uji Chow
sebesar 0.0000 (lebih kecil dari taraf nyata lima persen) maka tolak H0. Artinya,
model Fixed Effect adalah model yang digunakan.
Tabel 6 Hasil Estimasi Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor
Variable
LNPOP
LNGDP
LNER
LNPX
C
United State Amerika
Jepang
Jerman
Malaysia
Italia
Rusia
United Kingdom
India
R-squared
Prob(F-statistic)
R-squared
Sum squared resid
Coefficient
9.189672
0.286759
1.011256
0.585195
-158.0507
Fixed Effect (Cross)
-9.101558
3.474671
2.651178
13.38059
4.973220
-0.160650
3.590547
-18.80800
Weighted Statistics
0.972399 Sum squared resid
0.000000 Durbin-Watson stat
Unweighted Statistics
0.925597 Mean dependent var
2.465891 Durbin-Watson stat
Keterangan: Signifikan pada taraf nyata (α= 5 persen)
Prob
0.0000
0.6306
0.0043
0.0000
0.0000
2.261638
2.219883
10.98757
1.994549
27
Setelah model tersebut dipilih, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi
untuk mendapatkan model yang terbebas dari masalah multikolinearitas,
autokorelasi dan heteroskedastisitas. Masalah multikolinearitas terdeteksi apabila
korelasi antar variabel independen melebihi nilai R-squared pada model yaitu
0.972399. Hasil estimasi menunjukkan tidak ada korelasi antar variabel yang
melebihi nilai R-squared sehingga model terbebas dari masalah multikolinearitas
(Lampiran 6).
Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai statistik Durbin-Watson
pada hasil estimasi model. Berdasarkan hasil uji statistik Durbin-Watson (DW)
diperoleh nilai DW hitung pada weights statistics sebesar 2.219883. Nilai tersebut
masih berkisar antara 1,55-2,46 sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang
diestimasi terbebas dari masalah autokorelasi. Sedangkan untuk masalah
heterokedastisitas, diuji dengan memberikan perlakuan cross section weights
sehingga pelanggaran heteroskedastisitas dapat diabaikan (Lampiran 8).
Nilai R-squared pada model penelitian ini yaitu 0.972399 maka dapat
dikatakan bahwa 97.23 persen keragaman pada variabel dependen yaitu nilai
ekspor kopi Indonesia di negara tujuan dapat dijelaskan oleh variabel independen
yang terdapat di dalam model penelitian, sedangkan sisanya dijelaskan oleh
variabel lain diluar model. Uji statistik dalam penelitian ini dilakukan melalui uji
F yang bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen secara keseluruhan
terhadap variabel dependennya. Berdasarkan tabel terlihat bahwa probabilitas (fstatistic) atau sering disebut p-value adalah sebesar 0.000000 yang lebih kecil dari
taraf nyata lima persen. Nilai ini menandakan bahwa paling tidak terdapat satu
variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor kopi
Indonesia.
Pada data panel, normal atau tidaknya error terms dapat dilihat dari nilai
probabilitas histogram-normality test. Jika nilai probabilitasnya > α, maka error
terms menyebar normal. Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa nilai
probabilitasnya Jarque-Bera sebesar 0.850406. Dari pengujian model didapatkan
bahwa nilai Jarque-Bera lebih besar dari pada α (0.850406 > 0.05). Dengan
demikian, model nilai ekspor kopi Indonesia ini sudah memiliki error terms yang
menyebar normal (Lampiran 7).
Uji t-statistik akan diuji setelah uji F dilakukan, dari hasil estimasi yang
ditunjukkan ada dua variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependennya pada taraf nyata lima persen. Variabel-variabel tersebut
adalah populasi negara tujuan, nilai tukar negara tujuan dan harga ekspor kopi.
Sedangkan variabel lainnya yakni GDP per kapita negara tujuan tidak signifikan
memengaruhi nilai ekspor kopi pada taraf nyata lima persen. Hasil estimasi model
data panel menggunakan fixed effect dengan serangkaian uji maka diperoleh nilai
terbaik sebagai berikut:
LnNXit = - 158.0507 + 9.189672LnPOPit+0.286759LnGDPit + 1.011256LnERit
+ 0.585195LnPXit + εit
Interpretasi Model Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Komoditi
Kopi Indonesia Periode 2008-2013
Berdasarkan uji-t pada komoditi kopi, terdapat satu dari empat variabel yang
tidak signifikan yaitu GDP per kapita riil negara importir kopi Indonesia pada
28
taraf nyata lima persen. Sedangkan variabel populasi negara tujuan, nilai tukar riil
negara pengimpor dan harga ekspor Indonesia berpengaruh signifikan pada taraf
nyata lima persen terhadap nilai ekspor kopi Indonesia.
1. Populasi Negara Tujuan Ekspor
Pertambahan populasi negara importir akan memberikan pengaruh yang
positif terhadap nilai ekspor kopi Indonesia. Dalam hipotesis, telah dikemukakan
bahwa populasi negara Amerika, Jepang, Jerman, Malaysia, Italia, Rusia, Inggris
dan India memiliki hubungan positif, artinya semakin besar jumlah populasi
delapan negara importir tersebut akan menyebabkan nilai ekspor kopi Indonesia
semakin meningkat.
Berdasarkan hasil analisis regresi data panel, diperoleh nilai koefisien
populasi negara pengimpor sebesar 9.189672. Hal ini sesuai dengan hipotesis
penelitan dan berpengaruh nyata terhadap nilai ekspor kopi Indonesia. Artinya
jika populasi negara importir meningkat sebesar satu persen, maka nilai ekspor
kopi Indonesia akan meningkat sebesar 9.189672 persen (cateris paribus).
2. GDP per kapita riil negara importir
GDP per kapita mempresentasikan ukuran daya beli masyarakat terhadap
barang dan jasa suatu negara. Dari hasil estimasi diketahui bahwa variabel GDP
per kapita riil negara importir kopi tidak signifikan pada taraf nyata lima persen.
Tanda koefisien pada variabel tersebut bernilai positif dan sesuai dengan hipotesis
yaitu 0.286759.
3. Nilai tukar negara pengimpor
Dalam hipotesis, telah dikemukakan bahwa jika nilai tukar riil tinggi akan
menyebabkan permintaan terhadap kopi Indonesia meningkat. Dalam hal ini nilai
tukar dollar digunakan, karena sebagian besar negara menggunakan dan menerima
dollar AS sebagai alat pembayaran pada transaksi perdagangan internasional dan
relatif stabil.
Nilai tukar riil berpengaruh signifikan dan positif terhadap permintaan
ekspor kopi Indonesia dengan koefisien sebesar 1.011256. Artinya jika nilai tukar
terapresiasi sebesar satu persen, maka permintaan impor terhadap komoditi kopi
Indonesia meningkat sebesar 1.011256 persen (cateris paribus). Tanda positif
pada variabel nilai tukar dollar terhadap negara tujuan sesuai dengan parameter
dugaan yang diharapkan. Jika nilai tukar riil di negara Amerika, Jepang, Jerman,
Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan India tinggi, barang-barang di negara tersebut
relatif lebih mahal sedangkan barang-barang luar negeri (Indonesia) relatif lebih
murah sehingga penduduk negara pengimpor berkeinginan membeli lebih banyak
barang hasil produksi Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Irwanto (2012) dan Karlinda (2012) yang menjelaskan bahwa antara nilai tukar
riil negara pengimpor dan nilai ekspor kopi Indonesia terdapat hubungan yang
positif.
4. Harga ekspor
Harga ekspor kopi berpengaruh positif terhadap nilai ekspor kopi dengan
koefisien sebesar 0.585195. Artinya, setiap peningkatan harga ekspor sebesar satu
persen akan meningkatkan nilai ekspor kopi Indonesia sebesar 0.585195 persen,
ceteris paribus. Pengaruh variabel harga ekspor kopi Indonesia signifikan pada
29
taraf nyata lima persen, hasil ini sesuai dengan hipotesis bahwa harga ekspor kopi
berhubungan positif terhadap nilai ekspor kopi Indonesia, semakin tinggi harga
ekspor kopi Indonesia maka akan meningkatkan nilai ekspor kopi Indonesia. Hasil
estimasi ini sesuai dengan penelitian Raharjo (2013).
Hasil estimasi pada Tabel 6 menunjukkan bahwa jika tanpa pengaruh dari
variabel-variabel independen (populasi negara pengimpor, GDP per kapita negara
pengimpor kopi, nilai tukar negara pengimpor dan dan harga ekspor kopi) maka
nilai ekspor kopi Indonesia hanya dipengaruhi oleh nilai keragaman individu atau
individual heterogeneity. Besar nilai ekspor kopi Indonesia di India adalah sebesar
(-158.0507-18.80800) atau sebesar -176.8587, kemudian diikuti Amerika sebesar
(-158.0507-9.101558) atau -167.152258, Rusia sebesar (-158.0507-0.160650) atau
sebesar -158.21135, Jerman sebesar (-158.0507+2.651178) atau -155.399522,
Jepang sebesar (-158.0507+3.474671) atau sebesar -154.576029, Inggris sebesar
(-158.0507+3.590547) atau -154.460153, Italia sebesar (-158.0507+4.973220)
atau sebesar -153.07748 dan Malaysia sebesar (-158.0507+13.38059) atau sebesar
-144.67011.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan maka kesimpulan dari
penelitian ini sebagai berikut:
Hasil analisis daya saing kopi menggunakan metode Revealed Comparative
Advantage (RCA) menunjukkan bahwa kopi Indonesia memiliki posisi daya saing
yang kuat dengan nilai RCA lebih dari satu di negara tujuan ekspornya yaitu
Amerika, Jepang, Jerman, Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan India. Sedangkan
hasil analisis Export Product Dynamic (EPD) menunjukkan bahwa komoditi kopi
Indonesia yang diekspor ke negara Amerika, Malaysia, Italia, Rusia, Inggris dan
India berada diposisi “Rising Star”. Di Jerman, kopi Indonesia berada di posisi
“Lost Opportunity” sedangkan di Jepang, kopi Indonesia berada di posisi
“Retreat”.
Dengan analisis data panel statis diketahui bahwa faktor-faktor yang
signifikan memengaruhi nilai ekspor kopi Indonesia pada taraf nyata lima persen
ialah populasi negara tujuan, nilai tukar negara pengimpor dan harga ekspor.
Sedangkan GDP per kapita negara tujuan tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai ekspor kopi Indonesia.
Saran
Berdasarkan pembahasan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :
Pada posisi “Rising Star” dengan daya saing komoditi kopi yang kuat di
Amerika, Malaysia, Italia, Rusia, United Kingdom dan India, peran pemerintah
diperlukan untuk mendorong kopi dalam negeri agar bertahan pada posisi pasar
yang sudah ideal. Pada posisi “Lost Opportunity” di Jerman, perhatian pemerintah
terhadap perusahaan kopi perlu ditingkatkan agar perusahaan kopi lebih produktif
dalam memproduksi kopi.
30
Komoditi kopi yang diekspor Indonesia ke pasar internasional cenderung
masih berupa biji-bijian (green beans), sehingga nilai ekspor yang didapat masih
rendah. Diharapkan ke depannya, Indonesia mampu mengekspor kopi dalam
bentuk olahan sehingga menambah penerimaan negara atas ekspor kopi.
Untuk penelitian selanjutnya mengenai ekspor komoditi kopi Indonesia,
perlu dilakukan penambahan variabel lain yang dapat memengaruhi ekspor kopi
Indonesia dan menambah pangsa pasar tujuan ekspor kopi Indonesia dengan kode
HS kopi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
APINDO. 2014. Market Brief. Langkah Strategi Ekspor ke Uni Eropa:Produk
Kopi. Jakarta (ID).
[Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia]. 2012. Statistik Kopi. Jakarta : AEKI.
[Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia]. 2013. Statistik Kopi. Jakarta : AEKI.
Baltagi BH. 2005. Econometrics Analysis of Panel Data. Third Edition. New
York (US): Mc Graw Hill.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia Tahun 2000-2012. Jakarta:
BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia Tahun 2000-2013. Jakarta:
BPS.
Chandra D, Ismono RH, Kasymir E. 2013. Prospek Perdagangan Kopi Robusta
Indonesia di Pasar Internasional. JIIA 1(1):10-15.
Dewi AS. 2013. Analisis Daya Saing dan Permintaan Pariwisata Indonesia di
Pasar ASEAN [skripsi]. Bogor (ID) : IPB
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Arah Kebijakan
Pengembangan Kopi di Indonesia. Surabaya (ID): Ditjenbun.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistik Perkebunan Kopi
Indonesia. Jakarta (ID): Ditjenbun.
Ditjen PPHP. 2014. “Market Intelligence” Kopi Andalan Ekspor Indonesia. PPHP
6(2): 1-30.
Drajat B, Agustian A, Supriatna A. 2007. Ekspor dan Daya Saing Kopi Biji
Indonesia di Pasar Internasional : Implikasi Strategis Bagi Pengembangan
Kopi Biji Organik. Pelita Perkebunan 23(2):159-179.
Febrianty. 2014. Analisis Hubungan Variabel Pembangunan Jasa Finansial Dan
Perdagangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Asean+6 Menuju Mea 2015
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fidaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor
(ID): IPB Press.
Gujarati D. 2006. Essentials of Econometrics Third Edition. United States
Military Academy, West Point (US): McGraw-Hill International Edition.
Irwanto E. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Komoditas
Kakao Indonesia ke Kawasan Uni Eropa [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press.
31
Karlinda F. 2012. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Permintaan Ekspor Mutiara Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Kementerian Perdagangan. 2014. Definisi RCA. Website Resmi Kementrian
Perdagangan [internet]. [diunduh 2015 Maret 31]. Tersedia pada
http://www.kemendag.go.id/addon/rca/index.php?isi=2.
Kustiarti, R. 2007. Analisi Ekonomi tentang Posisi dan Prospek Kopi Indonesia di
Pasar Internasional [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lipsey, R. G, P. N. Courant, dan C. T. S. 1995. Pengantar Makroekonomi Edisi
Kesepuluh Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara.
Mankiw G. 2006. Macroeconomics Edisi Kelima. Worth Publishers: New York
Margono O. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor Rambutan
Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Oktaviani R, Novianti T. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan Aplikasinya
di Indonesia Bagian I. Bogor (ID): Departemen Ilmu Ekonomi, Institut
Pertanian Bogor.
Porter, Michael E. 1998. The Competitive Advantage of Nations. Macmillan Press.
London.
Purnamasari M, Hanani N, Huang W. 2014. Analisis Daya Saing Kopi Indonesia
Di Pasar Dunia. AGRISE 14(1): 58-66.
Raharjo D. 2014. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Daya Saing Produk Olahan
Rotan Indonesia di Kawasan Asean dan Tiongkok [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Raharti DP. 2013. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Aliran Ekspor Pala Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rajagukguk MM. 2009. Analisis Daya Saing Rumput Laut Indonesia Di Pasar
Internasional [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima. Jakarta (ID): Erlangga.
Stiglitz J. E. 1993. Principles of Macroeconomics first edition. New York (US):
W. W Norton and Company, inc
Suprehatin. 2006. Analisis Daya Saing Ekspor Nenas Segar Indonesia. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia 11(3): 42-48.
Tambunan T. 2003. Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang, Kasus
Indonesia. Jakarta: Erlangga
[UNCTAD] United Nation Conference on Trade and Development. 2015.
Exchange Rate Data 2004. [internet]. [dunduh 2014 Nov]. Tersedia pada:
http://unctadstat.unctad.org/wds/temp/us_echangeratecrosstab.
United Nation Statistics. 2014. United Nations Commodity Trade (COMTRADE)
Statistics Database. http://unstats.un.org/unsd/comtrade8.
Wardhana A. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor Non
Migas Indonesia Ke Singapura Tahun 1990-2010. Jurnal Manajemen dan
Akuntansi. 12(2) : 99-102.
World Intregated Trade Solution. 2013. World development indicators [internet].
[diunduh 2014 November]. Tersedia dari http://www.wits.worldbank.org.
World Bank. 2014. World Bank Economic Database [internet].[diunduh 2014
Nov]. Tersedia pada: http//www.worldbank.org
32
Wulandari I.S. 2012. Perkembangan Ekspor Kopi Dua Pemasok Utama Dunia
Indonesia dan Brazil: Sebuah Analisis Ekonomi Data Panel 2001-2006.
UNISIA 33(73): 3-16.
Zuhri S. 2012. Kopi ditolak Jepang. Di dalam Zuhri S, editor. Pemerintah janji
bina petani dan industri [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak
diketahui]. Jakarta (ID): ukitaekspor. Hlm 1-1; [diunduh 2015 Apr 3].
Tersedia pada: https://ukitaekspor.word press.com/berita/.
Lampiran 1 Hasil Analisis Daya Saing Kopi Indonesia Menggunakan Metode RCA Periode 2008-2013
Negara Tujuan
Amerika
Jepang
Jerman
Malaysia
Tahun
Ekspor kopi
Indonesia ke
negara j
(Xij)
Expor total
seluruh
produk
Indonesia ke
negara j (Xj)
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2008
2009
2010
2011
173404.177
161240.191
176360.568
274490.973
330814.725
207037.614
123781.352
98123.778
118889.822
174712.214
145733.856
102908.963
173955.104
109408.419
107943.425
70517.361
116879.316
122102.909
31453.976
24526.055
36797.849
56404.201
13079933.99
10889078.63
14301875.65
16497615.84
14910181.32
15741131.92
27743856.15
18574730.42
25781813.65
33714696.14
30135106.98
27086258.71
2465159.396
2326669.088
2984670.615
3304651.447
3074970.612
2883422.566
6432551.93
6811823.548
9362332.453
10995846.6
Ekspor kopi
dunia ke
negara j (Xiw)
Ekspor total
seluruh produk
dunia ke negara
j (Xw)
3009171.381
2846116.443
3493360.285
5823811.718
4659568.134
3167208.151
1102737.09
980441.04
1281521.64
1799149.762
1484138.157
1055954.938
2348803.42
2149474.684
2833081.032
4145729.843
3496782.1
1829451.614
78741.499
61835.566
83562.261
144118.763
1894747875
1412152217
1736459407
1967767903
2030421768
1998654421
579536259.5
422251519.9
535213544.1
649884940.5
665306737.7
619233127.7
1095755986
851870908.9
972528661
1122824068
1062924299
1080655866
157461318.4
128321272
169163272.1
193666484.2
Xij/Xj
0.013257267
0.014807515
0.012331289
0.016638221
0.02218717
0.013152651
0.004461577
0.005282649
0.004611383
0.005182079
0.004836016
0.003799305
0.070565459
0.047023627
0.036165942
0.02133882
0.038009897
0.042346519
0.004889813
0.003600512
0.003930415
0.005129591
Xiw/Xw
0.001588165
0.002015446
0.002011772
0.002959603
0.002294877
0.00158467
0.001902792
0.002321936
0.002394412
0.002768413
0.002230758
0.001705262
0.002143546
0.00252324
0.002913108
0.003692235
0.003289775
0.001692909
0.000500069
0.000481881
0.000493974
0.00074416
RCA
8.347539988
7.347016547
6.129566316
5.62177457
9.66813045
8.299929385
2.344752617
2.275105191
1.925893923
1.871859186
2.167880352
2.227988662
32.91996397
18.63620914
12.41489917
5.779378086
11.55394929
25.01406106
9.77827969
7.471789423
7.956723546
6.89313401
33
2
34
Italia
Rusia
Inggris
India
2012
2013
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2008
2009
2010
2011
2012
2013
67125.521
73818.767
60613.92
53102.363
43225.743
57757.949
64636.335
77130.466
12517.672
23302.404
16999.326
25202.164
43733.947
49114.901
29016.699
24359.653
39136.28
38801.255
39233.392
43217.279
21663.739
12940.494
13270.235
21298.019
38752.418
32335.88
11280284.96
10666609.47
1900691.792
1651082.911
2369981.37
3168307.186
2277010.43
2128608.268
342311.864
316132.856
609467.226
863484.523
867326.089
930251.554
1546859.376
1459347.482
1693163.843
1719718.086
1696755.218
1634804.625
7163336.232
7432892.524
9915038.943
13335706.46
12496314.27
13031302.74
144810.047
123676.489
1135474.371
908947.628
1110650.479
1606792.428
1493640.349
947497.68
133333.609
129772.816
169569.107
306191.424
293109.828
158394.526
327559.074
281322.09
437903.845
586748.108
497435.431
304655.466
46774.923
45722.869
45033.152
83373.607
112047.071
45415.535
205149875.7
214193194.8
564841397
401817246.8
465999761.8
516164698.7
451454474.3
451852148.2
285227588.4
161224033.4
221466177.4
299571240.8
314564461.7
317123299.4
661261598.8
506677509.6
567296838.3
657241402.8
644922984
637261415.4
228904988.8
201119805.3
270625045.8
327357174.6
293992027.4
267214055.4
0.005950694
0.006920547
0.031890452
0.032162142
0.018238853
0.018229908
0.028386491
0.036235162
0.036568034
0.073710795
0.027892109
0.029186585
0.05042388
0.05279744
0.01875846
0.016692154
0.02311429
0.022562567
0.0231226
0.026435745
0.003024253
0.001740977
0.001338395
0.001597067
0.003101108
0.0024814
0.000705874
0.000577406
0.002010253
0.002262092
0.002383371
0.003112945
0.003308507
0.00209692
0.000467464
0.000804922
0.000765666
0.001022099
0.000931796
0.000499473
0.000495355
0.000555229
0.000771913
0.000892744
0.00077131
0.00047807
0.000204342
0.000227341
0.000166404
0.000254687
0.000381123
0.000169959
8.430244345
11.98557608
15.86389602
14.21787454
7.652543753
5.856160936
8.579848667
17.28018575
78.22643014
91.57504608
36.42856154
28.5555396
54.11473546
105.7062951
37.86873857
30.06354407
29.94416185
25.27328705
29.97835535
55.29682698
14.79995023
7.657982489
8.043032639
6.27070623
8.136767604
14.59996161
3
Lampiran 2 Hasil Analisis Kopi Indonesia Menggunakan Metode EPD Tahun 2008-2013
Negara Tujuan
Amerika
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Share Xij/Xiw
0.057625225
0.056652704
0.050484506
0.047132529
0.070996864
0.065369121
Share Xj/Xw
0.006903258
0.007710981
0.008236228
0.008383924
0.007343391
0.007875865
Jepang
2008
2009
2010
2011
2012
2013
0.112249196
0.100081263
0.092772387
0.097108211
0.098194265
0.097455828
0.047872511
0.04398973
0.048171078
0.051877946
0.045295058
0.043741618
Jerman
2008
2009
2010
2011
2012
2013
0.074061159
0.050900073
0.038101072
0.017009637
0.033424821
0.066742902
0.002249734
0.002731246
0.00306898
0.002943161
0.002892935
0.002668215
Malaysia
2008
2009
2010
2011
2012
2013
0.39945869
0.396633468
0.440364449
0.391373058
0.463541877
0.596869846
0.040851633
0.053084134
0.055344948
0.05677723
0.05498558
0.049799012
Italia
2008
2009
2010
0.053382024
0.058421807
0.038919303
0.003365001
0.004109039
0.0050858
Average Growth X
na
-0.000972521
-0.006168198
-0.003351977
0.023864335
-0.005627743
0.001548779
na
-0.012167933
-0.007308876
0.004335823
0.001086055
-0.000738437
-0.002958674
na
-0.023161086
-0.012799001
-0.021091435
0.016415184
0.033318081
-0.001463652
na
-0.002825221
0.043730981
-0.048991391
0.072168819
0.133327969
0.039482231
na
0.005039783
-0.019502504
Average Growth Y
na
0.000807723
0.000525247
0.000147696
-0.001039933
0.000531874
0.000194521
na
-0.003882781
0.004181348
0.003706868
-0.006582888
-0.00155344
-0.000826179
na
0.000481512
0.000337734
-0.000125819
-0.000050226
-0.00022472
8.36962 E-05
na
0.012232501
0.002260814
0.001432282
-0.00179165
-0.005186568
0.001789476
na
0.000744038
0.000976761
Market Positioning
Rising Star
Retreat
Lost Opportunity
Rising Star
35
4
0.035946117
0.043274363
0.081404385
0.006138171
0.005043721
0.004710851
Rusia
2008
2009
2010
2011
2012
2013
0.093882346
0.17956306
0.100250136
0.082308523
0.149206689
0.310079535
0.001200136
0.00196083
0.002751965
0.002882401
0.002757228
0.002933407
Inggris
2008
2009
2010
2011
2012
2013
0.088584629
0.086589905
0.089371857
0.066129323
0.078871326
0.14185624
0.002339255
0.002880229
0.002984617
0.00261657
0.002630942
0.002565359
India
2008
2009
2010
2011
2012
2013
0.463148576
0.283020167
0.294677019
0.255452772
0.345858376
0.71200042
0.031293928
0.036957536
0.036637551
0.04073748
0.042505623
0.04876728
-0.002973186
0.007328246
0.038130022
0.005604472
na
0.085680715
-0.079312925
-0.017941612
0.066898166
0.160872846
0.043239438
na
-0.001994724
0.002781953
-0.023242535
0.012742003
0.062984914
0.010654322
na
-0.18012841
0.011656853
-0.039224248
0.090405604
0.366142044
0.049770369
0.001052371
-0.00109445
-0.00033287
0.00026917
na
0.000760694
0.000791135
0.000130436
-0.000125173
0.000176179
0.000346654
na
0.000540974
0.000104388
-0.000368047
1.4372E-05
-6.5583E-05
4.52208E-05
na
0.005663608
-0.000319985
0.004099929
0.001768143
0.006261657
0.00349467
36
2011
2012
2013
Rising Star
Rising Star
Rising Star
Rising Star
37
Lampiran 3 Hasil Estimasi Model Fixed Effect Method (FEM) Data Panel
Dependent Variable: LNNE
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Sample: 2008 2013
Periods included: 6
Cross-sections included: 8
Total panel (balanced) observations: 48
Linear estimation after one-step weighting matrix
White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNPOP
LNGDP
LNER
LNPX
C
9.189672
0.286759
1.011256
0.585195
-158.0507
0.731350
0.591289
0.331474
0.091601
12.48160
12.56536
0.484973
3.050782
6.388507
-12.66270
0.0000
0.6306
0.0043
0.0000
0.0000
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.972399
0.963965
0.250646
115.2984
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
18.07622
9.145261
2.261638
2.219883
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.925597
2.465891
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
10.98757
1.994549
Lampiran 4 Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Cross-section random
Chi-Sq.
Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
15.092967
4
0.0045
d.f.
Prob.
(7,36)
0.0000
Lampiran 5 Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Cross-section F
Statistic
42.420729
38
Lampiran 6 Korelasi antar variabel
LNNE
LNGDP
LNER
LNPOP
LNPX
LNNE
1.000000
0.697427
0.235242
-0.097016
0.686296
LNGDP
0.697427
1.000000
0.521623
-0.499540
0.464477
LNER
0.235242
0.521623
1.000000
-0.459361
0.120237
LNPOP
-0.097016
-0.499540
-0.459361
1.000000
0.111668
LNPX
0.686296
0.464477
0.120237
0.111668
1.000000
Lampiran 7 Uji Normalitas
9
Series: Standardized Residuals
Sample 2008 2013
Observations 48
8
7
6
5
4
3
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-1.32e-16
0.020143
0.538174
-0.498024
0.219363
-0.021197
2.599696
Jarque-Bera
Probability
0.324082
0.850406
2
1
0
-0.4
-0.2
-0.0
0.2
0.4
Lampiran 8 Uji Heterokedastisitas
3
2
1
0
-1
-2
-3
5
10
15
20
25
30
35
Standardized Residuals
40
45
2
39
Lampiran 9 Hasil Cross Section Effect (Estimasi Keragaman Individu)
CROSSID
1
2
3
4
5
6
7
8
Amerika
Jepang
Jerman
Malaysia
Italia
Rusia
Inggris
India
Effect
-9.101558
3.474671
2.651178
13.38059
4.973220
-0.160650
3.590547
-18.80800
40
3
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 10 Juni 1993 dari pasangan Bapak
Efendi Samosir dan Ibu Anita Dohar Siregar. Penulis adalah anak pertama dari lima
bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK SD.St. Antonius pada tahun 1998
dan melanjutkan pendidikan di SD.St. Antonius VI. Kemudian pada tahun 2005
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Katolik Tri Sakti-1 Medan dan pada tahun
2008 melanjutkan pendidikan SMA di SMAN 14 Medan. Setelah menyelesaikan
studinya di SMA pada tahun 2011, penulis lolos seleksi masuk Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan IPB dan diterima di Departemen
Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif dalam organisasi maupun
kegiatan kepanitiaan. Penulis aktif menjadi staf HIPOTESA bagian Diskusi dan
Analisis (DNA) masa kepengurusan tahun 2014 dan Komisi Pelayanan Anak (KPA)
PMK IPB masa kepengurusan 2013-2014. Selain itu penulis juga aktif dalam
beberapa kepanitiaan diantaranya, menjadi staf divisi dana dan usaha 3rd Just BEM
FEM IPB, staf divisi publikasi, dekorasi dan dokumentasi pada acara E-Champ DNA
HIPOTESA, staf divisi konsumsi dalam seminar KEENESIAN DNA HIPOTESA,
sekretaris siang keakraban (sikrab) KPA PMK IPB dan berbagai acara kepanitiaan
lainnya. Beberapa penghargaan yang diterima penulis selama menjadi mahasiswa
adalah finalis 3 besar lomba All Entrepreneurship In Action (ASIA) tahun 2011,
penerima beasiswa Karya Salemba Empat pada tahun 2012-2013 serta penerima
beasiswa PPA-BBM pada tahun 2013-2014.
Download