Radio Mem mbuka Wawaasan teentang Persa linan Selaamat Matheo os Viktor Messsakh WAINGA APU, SUMBA A TIMUR, IND DONESIA Di Kabu upaten Sum mba Timur, d dimana anggka kematia an ibu dan bayi baru laahir merup pakan salah saatu yang tertinggi di N Nusa Tenggaara Timur, P Pemerintah h Daerah beekerjasama dengan n AIPMNH m mengambil sebuah lan ngkah kreatif untuk me enyebarkann informasi kesehattan yang m menyelamatkan hidup kkepada parra perempu uan dan angggota keluarganya. Lebih daari sekedar memberikan n serangkaiaan ceramah tentang kessehatan ibu dan bayi ba aru lahir, program m radio Suara a Desa Siaga a melakukan sesuatu yan ng berbeda. Mereka merrancangkan ssejumlah siaran raadio secara llive dan inte eraktif dengaan topik yangg bervariasi serta dengann format siaran yang berbedaa‐beda pula. Mereka mengidentiffikasi topik‐topik yang m enjadi perso oalan sehari‐hari para ibuu hamil dan kkeluarga di Sumb ba Timur atau u masalah‐m masalah yang sering dihad dapi dalam u urusan kesehhatan ibu ham mil dan bayi barru lahir. Topik‐topik ini ke emudian dikeemas dalam berbagai forrmat siaran seperti mini‐drama, talk‐show, testimoni masyarakatt dengan jennis full‐record ding, semi‐re ecording, yanng kemudian n secara langgsung dengan menghadi rkan tenaga medis atau pejabat dinaas kesehatan yang disiarkan berkomp peten. Kadan ngkala siaran n‐siaran ini ddiputar ulangg oleh stasiun n bersangkuttan selama p periode program m yaitu selam ma bulan Februari sampa i dengan April 2015. Program siaran radio yang bertujuaan mendoron ng perubaha an perilaku m masyarakat te erkait keseha atan ibu dann bayi serta mendorong terciptanya kebijaka an yang berppihak pada ke esehatan ibu u dan bayi. n, 13 siaran radio diudarrakan setiap p hari Selasa melalui radiio yang terp pilih yaitu Selama empat bulan MaxFM Waingapu d dengan durassi siaran 1‐1,,5 jam. Ketiggabelas format siaran itu antara lain: (1) Tidak ada bed danya (geneerasi berenccana KB), (22) Remaja Pintar, P (3) Golden G periiod 1000 Hari Awal Kehidup pan, (4) Mem menuhi Gizi K Keluarga darri Tanaman LLokal, (5) Perawatan Kehhamilan dan Bersalin di Puskeesmas, (6) Tanda T bahayya Persalinaan, (7) HIV‐A AIDS, (8) Ko omunitas Reelawan Dono or Darah (pedono or potensial)), (9) Posyan ndu (10) BPJJS, (11) Sanitasi Total Be erbasis masyyarakat (STB BM), (12) Kemitraan Bidan dan n Dukun, (14 4) Gaung Revvolusi KIA me elemah di Sumba Timur?? Selain 133 siaran ini, tterdapat juga sebuah jinggle untuk me empromosikkan acara ini yang diputa ar 5‐6 kali dalaam sehari. Tid dak hanya itu, sebelum ssiaran‐siaran n ini dimulai p para kepala ddesa dari desa‐desa di sekitaar kota Wainggapupun dih hadirkan untuuk mensosiaalisasikan pro ogram radio ini sekaligus memintaa masukkan para kepala desa agar si aran tersebu ut bisa diikutti oleh masyaarakat secara a partisipaatif. Ketigabeelas siaran in ni adalah hassil kerja dari ssebuah tim yyang dibentu uk Dinas Keseehatan Kabu upaten Sumba TTimur dengan dukungan AIPMNH. Tim m yang diseb but Komunitas Perubah PPerilaku (Behavio oural Changee Communica ation Team) ini terdiri daari unsur dinas Kesehatann, Badan Pemberd dayaan Pereempuan dan Keluarga Be rencana (BPPKB), Badan Pemberdayaaan Masyara akat (BPM), B Bagian Infoko om‐Setda, Program dan Evaluasi Setd da (PDE), tokkoh agama, kkader Pos Ya andu, dan Rad dio MaxFM. Namun ketigabelas p program siarran ini tidak mungkin terrbentuk tanp pa sebuah peelatihan yangg mendah hului siaran‐ssiaran itu. De engan dukunngan AIPMNH H, sebuah pe elatihan menndesain media promosii kesehatan m melalui radio o yang dilakssanakan padaa 27‐30 Janu uari 2015. Daalam pelatiha an yang disebut Developmen nt Broadcastiing Unit (DB U) ini, para aanggota tim yyang telah teerbentuk sejak tahun 20012 ini dibekkali dengan p pengembanggan kapasitass untuk mendesain dan m memprodukssi siaran pemban ngunan di bid dang kesehattan, khususnnya berkaitan n dengan kessehatan ibu ddan bayi yan ng baru lahir. Kelebihaan dari pelatihan ini, men nurut Dewa Nyoman Karya, SKM, ke epala bidang g Promosi Kessehatan Masyaraakat dan Pen nyehatan Linggkungan padda Dinas Kesehatan Sumba Timur, addalah sifatnyya yang partisipaatif yang membuat tim m media ini bisaa benar‐benaar menggali kebutuhan m masyarakat. “Kita menggali, kita turun ke lapangan. Mencari tahu apa kebutuhan mereka, pesan apa yang dibutuhkan. Jadi acara yang dirancang itu betul‐betul menyentuh persoalan mereka.Itu adalah bagusnya kegiatan ini,” jelas Dewa yang turut dalam pelatihan itu.“Sebelumnya memang kita tahu juga bahwa untuk memberi informasi atau penyuluhan kepada masyarakat sekurang‐kurangnya harus ada semacam kajian kecil‐kecilan tentang kebutuhan masyarakat.Hal ini baru kami dapatkan di pelatihan Development Broadcasting Unit ini,” kata Dewa. “Kadang ada masukan dari masyarakat misalnya, ‘wah ini kurang gaul pak, ini materinya tidak dimengerti oleh para ibu hamil’.Itu sangat membantu,” jelas Dewa. “Kami memang pernah mendapatkan pelatihan teknis pembuatan media sebelumnya dari Surabaya tetapi lebih kepada media cetak. Untuk media radio ini yang pertama kalinya. Kami di kuliah dulu pernah dapat tapi sedikit saja.” “Kelemahan kita selama ini adalah tidak pernah ada peluang praktik, hanya sebatas memanfaatkan media selama ini.kita punya ilmu tapi tidak pernah praktek. Misalnya dalam membuat poster kami tidak tahu cara membuatnya, kami hanya bagi‐bagi saja. Dalam pelatihan ini selain diberi pengetahuan kami juga diberi kesempatan praktek,” kata Dewa. Dalam pelatihan selama empat hari ini, para peserta mendapat pelatihan di kelas antara lain tentang konsep DBU, metode penelitian kualitatif berupa in‐depth interview, Focus Group Discussion, obeservasi dan metode triangulasi untuk dapat menggali informasi dari masyarakat. Mereka kemudian diberi kesempatan melakukan praktik di lapangan. “Ilmunya lebih kepada hal‐hal yang praktis, lain dengan materi saat kita kuliah. Kita langsung mencari tahu ke masyarakat sehingga media yang kita sampaikan itu tepat sasaran.Selain itu kita tahu kondisi masyarakat.Selama ini media yang kita terima seringkali diciptakan dalam konteks yang sangat berbeda sehingga tidak mengena dengan konteks local,” kata Nelly Haryanty, staf promosi Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan yang turut dalam pelatihan tersebut. Angka kematian ibu di Sumba Timur adalah salah satu yang tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Angka kematian ibu terus berfluktuasi dalam lima tahun terkahir. Di tahun 2011 terdapat 11 kasus kematian.Setahun kemudian jumlahnya hanya dua kasus. Penurunan ini berkaitan erat dengan upaya‐upaya gencar yang dilakukan untuk mendukung Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).Namun setahun kemudian angka kematian ibu kembali melonjak ke 19 kasus dan sampai dengan Juni 2015, 9 orang ibu telah meregang nyawa akibat melahirkan. Angka kematian bayi baru baru lahir (0‐30 hari) juga tak kalah tinggi, bahkan terus meningkat.Rata‐ rata kematian bayi berusia 0‐30 hari per tahun adalah 90‐100 bayi per tahun.Sampai Desember 2103, 95 bayi baru lahir meninggal dunia umumnya disebabkan oleh berat badan lahir rendah (28 kasus) dan Asfiksia (38 kasus). Setahun kemudian, 88 bayi meninggal dengan penyebab serupa.Sampai dengan Juni 2015, sekurang‐kurang 50 bayi baru lahir telah meninggal di Sumba Timur. Dari 14 Kabupaten yang mendapat intervensi AIPMNH di NTT, Sumba Timur hanya setingkat berada di bawah Kabupaten Timor Tengah Selatan(TTS) dalam halnya tingginya angka kematian ibu dan anak. Di tahun 2014 misalnya, kematian ibu di TTS berjumlah 23 diikuti Sumba Timur dengan 19 kematian. Kabupaten lain hanya berkisar 10 kematian atau kurang. Penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir ini sebenarnya sangat klasik.Secara nasional telah didentifikasi penyebab‐penyebab fatalnya persalinan ini yang disebut sebagai “empat terlalu dan tiga terlambat.”Keempat terlalu itu adalah terlalu muda saat melahirkan, terlalu tua saat melahirkan, terlalu dekat jarak kelahiran dan terlalu sering melahirkan.Ketiga terlambat itu adalah terlambat mengenal tanda bahaya kehamilan dan persalinan, terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penanganan medis. Grafik 1. Penyebab Kematian Ibu tahun 2010‐2014 di Kabupaten Sumba Timur1. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 2010 2011 2012 2013 2014 Perdarahan 8 9 1 1 5 Hipertensi DK 6 3 0 1 9 Infeksi 1 2 0 3 4 Abortus 0 0 0 0 0 partus lama 1 0 0 0 0 Mengapa Radio? Sejak awal, sebuah stasion radio swasta di Waingapu,Radio MaxFM, dipilih sebagai media partner bahkan kru radio ini terlibat dalam desain acara. Radio ini dipilih karena jangkauannnya yang cukup luas di Sumba Timur, bahkan menjangkau sebagian wilayah pulau Flores. Sama seperti kebanyakan kabupaten di NTT, Sumba Timur tidak memiliki stasiun relay televisi Negara sehingga untuk dapat menangkap siaran televisi negara, TVRI, atau televisi‐televisi swasta, masyarakat setidaknya harus mempunyai parabola. Hal ini membuat radio menjadi pilihan yang tepat untuk kabupaten ini.Terlebih tingkat literasi yang rendah membuat pilihan media cetak bukan juga merupakan pilihan yang tepat. Dengan luas wilayah 7000,50 Km2 Sumba Timur adalah kabupaten terluas di NTT atau seluas 15 persen dari wilayah seluruh kabupaten di NTT2. Sehingga dengan jumlah penduduk sebesar 241.416 jiwa maka tingkat kepadatan penduduk adalah 34 orang per km2.3 Penduduk Sumba Timur tersebar luas di 22 Kecamatan dan 156 desa dan kelurahan. Menurut data BPS Sumba Timur, 40 persen wilayah Sumba Timur merupakan daerah‐daerah yang berbukit terjal terutama di bagian selatan, sementara di bagian utara merupakan dataran yang berbatu dan kurang subur.4Infrusktur dan fasilitas transportasi yang terbatas membuat desa‐desa itu tidak mudah dijangkau dalam waktu cepat. Di seluruh Sumba hanya terdapat dua rumah sakit swasta dan sebuah rumah sakit pemerintah di Ibukota Kabupaten dan satu Puskemas di setiap kecamatan.5 Dari ke 22 Puskesmas itu, hanya 9 puskemas yang bisa melayani rawat inap dan hanya 5 yang melayani pelayanan opstetri dan neonatal emergency dasar (PONED). 6 1 F1F8 2010‐2014, Dinkes Kabupaten Sumba Timur Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur, Sumba Timur Dalam Angka 2013, hal. 427. 3 Sumba Timur Dalam Angka 2014, hal. 130. 4 Sumba Timur Dalam Angka 2014, hal. 3‐4. 5 Data F1F8 2014; lihat juga Sumba Timur Dalam Angka 2014, hal. 195. Dalam data BPS disebutkan hanya 21 Puskesmas bukan 22 karena Kecamatan Kanatang belum mempunyai Puskesmas, namun saat ini Kanatang telah mempunyai sebuah Puskesmas sendiri, lihat Data F1F8 Dinas Kesehatan. 6 Data F1F8 Dinkes Januari‐Februari 2015. 2 Jumlah tenaga medis juga terbatas. Di Sumba Timur terdapat 20 dokter, 150 bidan, 289 perawat, dan 482 dukun.7 Bidan desa yang tinggal di desapun hanya 42 orang dan tenaga dukun yang bermitra dengan dinas kesehatan hanya 378 orang.8 Pemerintah Daerah sendiri telah melakukan serangkaian yang dikenal dengan Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (Revolusi KIA) dengan tujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir. Apa yang disebut revolusi ini disahkan sejak tahun 2009 dengan Peraturan Gubernur No. 42 tahun 2009. Dua tahun kemudian Pemerintah Sumba Timur mengeluarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2011 Tentang Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak untuk mensyahkan gerakan ini dan secara bertahap berbagai desa menghasilkan sebanyak 87 Peraturan Desa (2012‐2015). Semua upaya ini adalah untuk memastikan semua ibu melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai, dan dengan demikian diharapkan mengurangi angka kematian ibu dan bayi secara signifikan. Selain upaya‐upaya itu, Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia juga melakukan intervensi di bidang kesehatan. Lewat program‐programnya AIPMNH mendukung Revolusi KIA di 10 Puskesmas dan 74 Desa/Kelurahan. Berkat upaya‐upaya ini, jumlah persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan dan dilakukan di fasilitas kesehatan semakin meningkat. (lihat Grafik 2). Grafik 2. Pertolongan Persalinan Di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2010‐20149 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Ibu Bersalin riil Dibantu Nakes Dibantu Non Nakes Di Faskes Non Faskes 2010 4657 3680 977 2242 2415 2011 4948 4059 889 3628 1337 2012 5164 4561 603 4322 841 2013 4950 4496 454 4307 633 2014 4765 4285 480 4155 610 Walaupun sejumlah upaya telah dilakukan, namun nampaknya kerja keras untuk meningkatkan persalina selamat ibu dan bayi masih perlu diberikan perhatian serius terutama dalam memperluas jankauan pendidikan dan promosi. “Itu [radio] yang dimiliki masyarakat dan murah. Orang dengan modal yang relative kecil bisa mendapatkan radio. Media radio juga fleksible, bisa dibawa ke mana‐mana, di kebun juga bisa dia mendengarkan. Kalau media cetak, mungkin orang kurang suka membaca. Dengan radio, aktifitasnya 7 Data F1F8 Dinkes Sumba Timur Januari‐Februari 2015. Ibid. 9 Data F1F8 2010‐2014, Dinkes Kabupaten Sumba Timur 8 tidak terganggu dan informasi tetap didapatkan,” kata Dewa. “Dari segi kami sebagai penyelenggara, radio jauh lebih murah.” Menurut Dewa, Dinas Kesehatan Sumba Timur telah lama menggunakan media radio untuk upaya‐ upaya penyuluhan tetapi yang sebelum program acara Suara Desa Siaga ini diluncurkan, Dinas Kesehatan masih lebih banyak menggunakannya radio untuk program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang telah dilakukan sejak tahun 2012. “Berkaitan dengan revolusi KIA itu begitu banyak media kita pakai, akhirnya muncul ide mengapa kita tidak pakai radio saja?Jadi untuk isu Revolusi KIA kami belum pernah memakai radio.” Pihak radio sendiri menyambut baik kerjasama ini yang menurut mereka telah lama diimpikan. “Sebagai orang media, inilah yang kami tunggu, untuk bisa bekerja sama dengan mereka yang berkompeten. Karena akses informasi masyarakat itu kecil sekali,” kata Heinrich Dengi, pemilik Radio Max FM. Heinrich melihat terbatasnya akses informasi ini adalah sesuatu yang umum di NTT terlebih di Sumba Timur. “Untuk kasus Sumba Timur, koran itu bisa tiga atau empat hari sekali tiba. Pelanggan koranpun hanya beberapa kepala dinas dan pemilik modal. Biasanya juga mereka tidak melanjutkan berlangganan koran setelah mereka pensiun, pemerintah yang berlangganan koran‐koran itu. Apalagi masyarakat, jelas tidak punya banyak informasi. Televisipun tidak bicara tentang masalah dalam konteks lokal. Sehingga sebenarnya kalau dinas Kesehatan mengganggap kami sebagai rekan sekerja agar pesan mereka bisa tersampaikan, ini pilihan yang tepat,” jelas Heinrich. Ia mengatakan radio mempunyai daya jangkau yang luas dan menurut survey yang diadakan Radio MaxFM sendiri para pendengar radio ini tersebar merata di Sumba Timur. Ia mencontohkan saat siaran ada pendengar yang menelpon dari Desa Luku Wingir, di kecamatan Kambata Mapambuhang, 38 kilometer dari Waingapu. Heinrich menduga selama ini, kampanye mengenai Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak tidak menjangkau sebagaian besar kelompok masyarakat bahkan masyarakat perkotaan sekalipun. “Sangat disayangkan jika dalam beberapa kasus kematian ibu dan anak justru terjadi di kota. Sumber informasi itu seharus sangat dekat bagi warga kota, tetapi mungkin karena tidak tersebar dengan baik,” kata Heinrich yang adalah seorang mantan apoteker ini. Heinrich mengatakan dengan kerjasama Dinas Kesehatan dengan media radio sebagai salah satu pilihan strategis, banyak hal bisa dilakukan untuk mencegah kematian ibu dan anak daripada sekedar mengobati. “Program siaran Desa Siaga ini sebenarnya jalan masuk, dan kami menunggu sebenarnya apa yang mau dikerjakan,” kata Heinrich. “Radio menjadi pilihan yang tepat, bukan karena saya bekerja di radio. Kalaupun saya tidak bekerja di radio dan saya ingin mengkampanyekan sesuatu saya kira saya akan memilih radio sebagai basis utama,” jelas Heinrich. Wakil Bupati Sumba Timur, dr. Matius Kitu mengatakan mendengar siaran lebih efektif dibanding membaca selebaran, brosur atau buku, terutama jika mempertimbangkan tingkat literasi masyarakat pedesaan Sumba Timur. Presentasi buta huruf di Sumba Timur adalah 12,14 persen.10 “Mendengar itu lebih cepat ditangkap dibanding membaca. Orang desa juga dia baca satu dua. Kalau mendengar lebih melekat di otak. Kalau membaca, baik kalau dia bisa baca. Kalau diberi buku belum tentu mereka membuka,” jelas Kitu. 10 Sumba Timur Dalam Angka 2014, hal. 191. Kepala Badan Pemberdaayaan Masyaarakat Sumba a Timur mennegaskan pe entingnya Yacobuss Yiwa,SH., K sosialisaasi kesehatan n ibu dan anak lewat raddio ini. “Kalau kita melakukan sosialissasi langsungg kepada mereka kadang tidak terjangkau u. Kadang kettika kita mengumpulkan orang sangaat terbatas yyang bisa dang.Selain itu biasanya a hanya paraa tokoh yang datang. Te etapi dengann siaran, sem mua bisa kita und menden ngar, siapapu un yang mem mbuka radio,”” kata Yacob bus. “Di Sum mba ini ada musim m yang kita bisa ku mpul orang,, ada musim m yang tidak bisa kita kumpulkan orang.Kaalau pada musim‐musim m m masa kerjaa, awal mussim hujan, ittu kadang‐kaadang perte emuan di tingkat desa, yang kita undangg100 orang,, yang hadir sekitar 50 0 sudah lum mayan.Padahal orang melahirkkan tiap saatt tidak perlu tunggu mus im.” “Saya leebih setuju menggunaka m an radio, karrena orang lebih l suka mendengar. m an media Kalau denga yang lain, kapan diaa baca? Ada a yang tidakk bisa baca, ada yang tiidak punya TTV.Kalau rad dio lebih mudah, dengan hp [[hand phone] juga dia bissa dengar.Raadio lebih efe ektif.” Masyaraakat Antusiaas Partisipaasi masyarakkat menjadi ssalah satu daaya tarik keggiatan ini.Sep panjang tiga bulan intensif siaran radio dilakukan setiiap hari Sela asa jam 17.000 masyarakkat diberi kesempatan uuntuk merespon baik melalui line telepon n maupun pesan singkatt (sms). Rad dio juga men nyelenggarakkan kuiz ten ntang hal penting apa yang diperoleh pen ndengar darri siaran pro ogram Suara Desa Siaga a hari itu. Un ntuk sms dengan isi pembelajjaran terbaik akan menddapatkankan n hadiah mu ug cantik yanng bertuliska an pesan kesehataan Ibu dan A Anak serta se ebuah handpphone sumbaangan dari ra adio Max FM M. Tanggap pan masyaraakat ternyata a sangat luaar biasa. Sekkurang‐kuran ng lima sam mpai enam penelpon p yang meengudara untuk bertanya a soal isu‐isuu yang dibicarakan, belum m lagi dalam setiap siaran jumlah sms yan ng diterima selalu s berkissar 15‐25 sm ms. Umumnyya pertanyaa an pendeng ar berkaitan n dengan informasi tekhnis keesehatan ibu u dan bayi, mitos‐mitoss di sekitar kehamilan k ddan persalina an, serta nan yang dite erima di fasillitas kesehattan. kritik terrhadap layan “Reaksi masyarakat sangat menarik, apalagi siaran ini dikemas secara lebih menarik. Saya ingat pada saat sesi tentang kemitraan dukun dan bidan misalnya, karena jumlah sms yang masuk begitu banyak tidak bisa kami bahas semuanya, padahal waktu siaran telah kami perpanjang satu jam,” kenang Heinrich. Para pedengar yang berpartisipasi tidak hanya ibu hamil, suami tetapi juga kalangan remaja, para laki‐laki dan masyarakat umum lainnya. Selain menelpon, mereka juga mengirimkan pesan singkat lewat nomor yang telah diumumkan. “Intinya ini menghemat waktu, tenaga, dan sebagainya tetapi jangkauan pesan menjadi lebih luas. Kecamatan Kota dan Kambera ini saja jumlah pemilih dalam pemilu adalah empatpuluhan ribu. Belum terhitung anak sekolah dan masyarakat lain, mungkin bisa tujuhpuluh sampai delapan puluh ribu orang di kedua kecamatan ini,” jelas Heinrich Dengi. “Ada hal yang sudah kita jelaskan juga mereka masih bertanya lagi setelah selesai acara.Saya menangkap kesan bahwa penggunaan media seperti ini harusnya tidak hanya sekali.Harus diulang lagi. Ada kebutuhan yang besar di masyarakat,” kata Dewa Nyoman Karya. Siaran ini juga membantu menjelaskan kepada masyarakat akan pentingnya kemitraan dukun dan bidan. “Masyarakat bisa tahu bahwa sebenarnya dukun dan bidan itu bermitra dalam menolong persalinan. Bukan bersaing. Karena di kampung‐kampung orang lebih percaya dukun, dan bidan dianggap muda dan tidak tahu apa‐apa. Lewat acara ini kita menyampaikan kepada mereka bahwa bidan itu punya skill untuk menolong persalinan dan dukun dapat membantu bidan,” kata Meriyati Hambabanju, kepala seksi Kesehatan Ibu dan Anak pada Dinas Kesehatan yang menjadi narasumber pada sesi Kemitraan Bidan dan Dukun. Pertanyaan dan Komentar Pertanyaan para pendengar kebanyakan berupa hal praktis yang mereka alami sendiri atau mereka lihat. Pertanyaan‐pertanyaan ini terkesan sederhana namun menunjukkan keingintahuan karena ketidaktahuan mereka. Nanik (31) seorang ibu rumah tangga di Wangga bertanya: “Sekarang saya ada hamil 31 minggu. Pas masuk 27 minggu saya ada varises di perut bagian bawah, pangkal paha sampai lutut atas, dan juga di vagina. Dokter bilang harus melahir operasi karena varisesnya besar‐besar. Kalau dipaksa melahirkan normal takutnya pecah dan terjadi pendarahan. Pertanyaan saya: bagaimana supaya varisesnya bisa mengecil?” “Saya pernah mendengar ada yang bilang kalau berhubungan seks pada saat istri hamil itu tidak boleh karena akan mempengaruhi janin dalam kandungan? Apakah memang seperti itu atau bagaimana pak? Ada yang bilang kalau ibu hamil tidak boleh mandi malam karena nanti pada saat melahirkan akan banyak air yang keluar? Apakah seperti itu pak dokter? Mohon penjelasannya,” kata – Ana de Rosari (28), seorang karyawan di Padadita. Seorang bernama Fery Lomi (50) di Kambaniru bertanya: “Apakah disaat istri hamil boleh diurut atau tidak? Karena kebiasaan sekarang untuk mengetahui istri hamil atau tidak biasanya ketukang urut dulu baru kedokter, terima kasih.” Dalam sesi Tanda Bahaya Persalinan, seorang bernama Desi di Lumbukokur bertanya: “Selamat malam pak dokter, mau tanya kalau kakakku pernah melahirkan tapi sampai 7 bulan saja dan bayinya meninggal. Katanya kurang HB, apa penyebabnya. Padahal sudah donor, apa penyebabnya?” “Kalau perempuan melahirkan anak pertama dengan operasi, apakah anak kedua dan seterusnya harus dengan operasi lagi? Khusus untuk yang operasi itu dalam jangka berapa lama lagi baru bisa melahirkan dan apakh ada resiko jika jaraknya sangat dekat untuk hamil? Terimakash dokter,” tanya Ana (27) di Padadita. Mengenai Topik HIV‐AIDS, Melky (35) di Pulupanjang bertanya: “Apakah kebiasaan menggunting di salon itu bisa tertular HIV?” Dalam Topik Air Susu Ibu dan Posyandu, seorang perawat bernama Nggaba J. Ndima (27) di Kandara bertanya: “Mau tanya,sampai umur berapa baru bayi boleh disole (disapih)?” Marlin (25), seorang ibu rumah tangga di Radamata bertanya: “Saya mau tanya mengenai ASI eksklusif. Kalau sementara hamil terus air susu menetes selama hamil itu apakah tidak ada masalah dengan bayinya nanti? Soalnya saya sedang hamil 8 bulan. Sejak jalan 3 bulan air susu saya sudah mulai keluar terus masuk 5 bulan sudah mulai lancar air susu saya keluar. Terima kasih ibu.” “Sampai umur berapa anak tidak dibawa lagi ke Pos Yandu, apakah kalau sudah lengkap imunisasi anak tidak usah dibawa lagi ke Pos Yandu? Mengapa kalau setiap (mendapat) suntik bayi panas?” tanya Ma Syane (37), seorang ibu rumah tangga. Dalam Topik Donor Darah, Umbu Huri Lai Mbonga, di Kahaungu Eti bertanya: “Kakak, apakah kalau darah orang lanjut usia didonorkan ke anak kecil tidak memiliki efek buruk dan yang kosumsi obat seperti luminal dan apakah boleh mendonor darah?” “Apakah bagi kami yang perokok boleh mendonor darah tidak? Bagaimana rasanya awal mendonor? “ tanya Stevy di Waingapu. Dalam topik Kemitraan Bidan dan Dukun, terlihat banyak ketidaktahuan masayarakat yang luas menyangkut seluk‐beluk kemitraan ini. Empat pertanyaan dibawah ini menggambarkan hal tersebut: “Kalau dalam satu daerah yang jaraknya dengan rumah sakit jauh, lalu saat saat ada ibu yang mendesak ingin melahirkan tapi karena rumah sakit jauh terpaksa harus pakai dukun. Apakah masih diberi sanksi juga? Bukankah dia sudah selamatkan nyawa?” kata Beny St (25) di Waingapu. “Saya mau bertanya, seumpama seorang ibu yang tinggal di kampung, lalu dia sudah menemui hari untuk melahirkan dan pada saat itu hanya ada dukun dan dukun bersedia untuk megantar sang ibu ke rumh sakit di kota. Tetapi karena sudah tidak tahan akhirnya sang ibu lagsung melahirkan dirumah dan terpaksa dukun harus mmbantu. Bagaimana tanggapan ibu atau paramedis lain terkait soal ini? Apakah sang dukun masih dikenakan sanksi sesuai peraturan?” tanya Vety di Praiwora. “Kalau ada ibu hamil tapi dia lupa bulannya (usia kehamilannya, Red). Lalu dia melahirkan di rumah misalnya. Melahirkan pada jam 4 pagi. Apakah ini tidak apa‐apa?” tanya Umbu Yadi di Lai Tenggi. Mau tanya, gimana kalau ada ibu hamil di pedalaman trus terlambat dijemput ke fasilitas kesehatan oleh ambulance. Lalu terpaksa melahirkan di rumah, apa itu masih dikenakan sanksi kepada dukun atau ibu yang melahirkan atau tidak? Marsa – Lai Ndeha Seringkali pertanyaan menyangkut bagaimana menyikapi mitos‐mitos dan kepercayaan tradisional. “Selamat malam ibu bidan,saya mau tanya. (apakah) Betul ibu hamil tidak boleh keluar malam pergi orang mati?” tanya Yanti (23) di Mauhau. “Saya sementara hamil dua bulan dan mual‐mual kalau makan sayur lain tapi kalau makan sayur daun pepaya tidak apa‐apa. Apakah tidak masalah kalau ibu hamil makan yang pahit‐pahit?” tanya Meli Niko di Mauhau. “Apakah dalam masa kehamilan ada pantangan‐pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil? Saat hamil katanya kalau makan pisang atau kacang tanah itu tidak bagus buat janin. Apakah demikian? Kalau pada masa hamil, ibu hamil mengalami keputihan apakah wajar atau berbahaya?” tanya Ana (28) di Padadita Antusiasme terhadap Siaran Desa Siaga bahkan menarik perhatian seorang kepala desa. Joni Maramba Tana, Kepala Desa Lai Ndeha di Kecamatan Pandawai mengalokasikan Dana Desa untuk pembelian sejumlah radio agar para kader Pos Yandu bisa mendengarkan siaran ini. Desa Lai Ndeha adalah desa seluas 23,3 Km2 dan Puskesmas terdekat ke desa ini adalah Puskesmas Kawangu di Ibukota kecamatan yang berjarak sekitar 10 Kilometer. Jarak Kawangu ke Waingapu sendiri adalah 11 Km. Ini bukan sebuah jarak yang dekat ditambah lagi dengan kondisi jalan yang buruk. “Karena mereka rutin mendengar acara kesehatan ini maka saya pikir tidak ada salahnya saya membelikan ini untuk kelompok Pos Yandu yang ada. Apalagi kami agak jauh dari kota,” kata Joni. “Acara ini sangat bagus. Justru karena itu kami membelikan radio.” Menurutnya ia akan membelikan lagi enam radio untuk pos yandu yang lain di desa itu. Diki Hunga Meha, Kepala Urusan Pembangunan Desa Lai Ndeha, mengatakan siaran ini sangat menolong aparat desa mendapatkan informasi tentang ibu hamil namun jumlah siaran perlu ditingkatkan agar menjangkau lebih banyak orang. “Saya ingat saya bertanya tentang dana untuk balita dan dijawab dengan baik. Terlebih kalau ada petugas kesehatan dalam acara itu mereka jawab pertanyaan kami dengan baik, “ kata Diki. “Namun saya kira siaran masih perlu diperbanyak lagi. Soalnya yang punya radio di desa kami misalnya hanya beberapa orang.” Diperlukan Replikasi, Keterbatasan Dana Bukan Alasan Wakil Bupati Sumba Timur, dr. Matius Kitu mengakui pentingnya program ini,namun menurutnya jumlah siaran masih sangat terbatas sehingga masih sulit diukur dampaknya. “Untuk masyarakat kita tidak bisa sekali dua kali, harus terus menerus sampai mereka mengerti. Jangankan orang yang tidak bersekolah, orang yang berpendidikanpun sekali dua kali dibilang belum tentu mereka peduli. Penyuluhan‐penyuluhan itu penting sekali, apalagi lewat radio yang mendengar itu bisa ibu, bisa ayah, bisa siapa saja. Sekarang mungkin tidak terasa dampaknya, tapi kalau dibicarakan terus‐ menerus akan punya dampak yang besar kepada masyarakat,” jelas Kitu. Matius menganjurkan diadakan replikasi program serupa walaupun kerjasama dengan AIPMNH telah berakhir. Baginya pendanaan bukanlah masalah utama melainkan pemahaman para pemberi pelayanan. “Perlu diadakan replikasi. Tergantung bagaimana komitmen kami. Jadi kalau bilang tidak ada uang itu tidak benar. Uang itu ada, sudah diberikan sekian untuk dinas kesehatan. Mereka di dalam yang atur sendiri, jadi misalnya dia mau perbanyak itu siaran, di pos lain harus dikurangi. Memperbanyak siaran serupa itu penting. Masyarakat harus mendengar berulang‐ulang. Belum tentu masyarakat mendengarkan radio setiap saat, mungkin sekali‐sekali dia membuka radio dan saat ada pekerjaan lain dia tidak mendengar. Jadi harus diulang‐ulang agar menjangkau lebih banyak masyarakat dan mereka mengerti,” kata Kitu. Kitu mengharapkan Dinas Kesehatan dan pihak radio swasta harus lebih pro‐aktif memperjuangkan program ini karena Radio Pemerintah Daerah (RPD) sangat terbatas jam siarannya, walaupun jangkauannya cukup luas. “Kalau swasta kan ada terus setiap saat, pagi, siang, sore. Tinggal diatur seberapa banyak siaran dalam sehari. Kalau koran saja kita berlangganan mengapa siaran radio tidak bisa kita lakukan? Dinas Kesehatan harus mendorong ini. Ini kaplingnya. Kalau dikatakan tidak ada uang salah. Ada uang, kita yang mengatur di dalam.” bisa menjalannkan program m ini dengan n atau tanpaa bantuan pihak luar. Menurutnya Pemdapun harus b MNH pemda a sendiri. “Siaran ini perlu untuk masyarakat...Kalauu tidak ada kerjsama dengan AIPM Pemda b bisa itu. Entaah bersama d dengan NGO O atau tidak.”” “Terima kasih banyyak kepada AIPMNH yaang sudah bekerjasama b a dengan Peemda dalam m rangka menurunkan angka kematian ib bu dan bayii baru lahir dengan Revvolusi KIA. TTerima kasih banyak, apapun kita tetap harus tetap ja alankan itu. Sebagai pem mda apapun harus bisa m menjalankan n revolusi KIA untuk kebaikan masyarakat di sumba tim mur.” Sejalan dengan dr. Matius Kitu u, pemilik Raadio MaxFM M Heinrich Dengi D juga m mengatakan penting kesepah haman tentang pentingnya penyuluhhan yang efe ektif. “Saya sepakat bahhwa selalu ada dana. Hanya saja apakah dinas Ke esehatan p unya persp pektif yang sama. Janngan‐jangan mereka menganggap bekerjjasama denggan radio beerarti menge eluarkan uan ng untuk kaami. Kami tid dak mau menerim ma uang gam mpang dan perlu diketah ui juga bahw wa kami juga a berjuang beertahun‐tahun untuk merawaat pendengarr, dan para p pendengar in i adalah massyarakat Sum mba Timur,” jjelas Heinricch. Menurut Heinrich dibanding d pe enyebaran i nformasi yang dilakukan Dinas kessehatan dengan cara mengun njungi suatu wilayah den ngan menge luarkan biayya besar unttuk perjalanaan, sewa kendaraan, konsumsi, waktu daan tenaga, masih m lebih murah penyyebaran info ormasi dilakuukan lewat radio. Ia mengataakan seandaainya para dokter Rum mah Sakit Um mum Daerah dikerahkaan untuk melakukan konsultaasi setiap hari lewat radiio akan lebihh efektif dan n lebih murah. “Kalau se mua dokter specialis dan dokkter umum b bergantian m membuka koonsultasi lew wat radio setiiap hari, akaan memberikkan lebih banyak informasi keepada masya arakat dan a kan mempengaruhi banyak hal term masuk kecepatan dan ketepataan pengamb bilan keputussan menyanggkut ibu ham mil,” kata Heinrich. “Persoalan apakah ssiaran radio dianggap m mahal atau m murah bisa dibicarakan. TToh selama ini tanpa kerjasam ma dengan dinas kesehattanpun kamii membicarakan isu‐isu kkesehatan,” l anjut Heinrich. Kepala b bidang Prom mosi Kesehattan Masyara kat dan Pen nyehatan Lingkungan, Deewa Nyoma an Karya, mengataakan pihaknya berkomittmen untuk melanjutkan n program ini dengan a tau tanpa dukungan d AIPMNH. “Di dana APBD II sangat terbuka untuk hal‐hal seperti ini, jadi sekarang tergantung kami. Kita berkomitmen ini tetap berkelanjutan dan bahkan kami sudah merancang acara sampai Oktober. Yang namanya penyuluhan tidak bisa sekali saja,” katanya. Mengapa Tidak ‘Dokter Bicara’? Heinrich Dengi mengatakan akan dengan senang hati menerima jika Dinas kesehatan melanjutkan kerjasama dengan pihaknya. “Bahkan tidak perlu serumit program kemarin dimana harus ada persiapan‐persiapan materi, recording, editing dan lain‐lain. Kalau kita hanya membuka line khusus agar para dokter mau berbicara saja sudah luar biasa. Misalnya kita beri nama acaranya ‘Dokter Bicara’ yang dipersembahkan oleh Dinas Kesehatan. Kalau cuma dokter bicara, apa yang dia tidak bisa dia bicara? Semuanya dia lakukan tiap hari?” tanya Heinrich. Heinrich mencontohkan bahwa kasus yang paling sering menyebabkan kematian ibu dan anak adalah perdarahan. Menurut mantan apoteker ini, masalah ini ada hubunganya dengan pendonor potensial yang tidak terinformasi dan kurang aktifnya Palang Merah Indonesia (PMI). Bagi Heinrich, radio bisa membantu memperkecil waktu menunggu untuk mendapatkan darah bagi ibu yang akan melahirkan. Caranya adalah dengan menyiarkan kabar tentang kebutuhan darah saat ibu tersebut pada saat sang ibu sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit di Waingapu. Jika kabar tentang kebutuhan darah ini disiarkan sejak dini, akan sangat cepat orang menanggapi. Dan hal itu, menurutnya, akan menyelamatkan banyak nyawa. “Kita punya PMI tapi stok darah masih sering dicari‐cari pada menit‐menit terakhir. Katakanlah ada kasus di Kecamatan Ngongi. Ngongi ke Waingapu bisa ditempuh dalam empat jam perjalanan. Kalau seandainya sejak awal sudah bisa diketahui berapa banyak dan jenis darah yang dibutuhkan, maka bisa masuk ke call center Radio dan kami mengumumkan lewat radio bahwa sang ibu dalam perjalanan dan membutuhkan darah. Selama beberapa jam perjalanan itu kita akan menyiarkan terus melalui radio akan kebutuhan darah ini. Jadi sebelum ibu itu tiba sudah bisa ada beberapa orang mendonorkan darahnya di Rumah Sakit. Tidak perlu lagi kita mencari darah pada menit‐menit terakhir. Itu akan menyelamatkan banyak nyawa,” katanya. Heinrich mengatakan alangkah baiknya program seperti ini menjadi program unggulan dinas kesehatan. “Formatnya bisa macam‐macam, bisa on‐air, bisa off‐air, bisa radio menjadi host untuk donor darah. Ini akan sangat menolong masyarakat. Mungkin saja saat dia mendengarkan dia tidak mengalami hal serupa namun informasinya sudah diketahui lebih awal sehingga dia tahu langkah‐ langkah selanjutnya. Informasinya mungkin sederhana tapi akan diingat.” Bagi Heinrich kunci agar program ini atau program serupa menjadi perhatian adalah dengan membuatnya menjadi menarik dan rutin sehingga dinantikan oleh para pendengar. “Mereka menanyakan banyak hal. Atau kalau mereka tidak menanyakanpun ada pendengar lain yang menanyakan hal yang sama. Kuncinya sekarang adalah bagaimana membuat program ini atau program serupa menjadi rutin dan ditunggu. Saya kira tiga bulan tidak memadai, selayaknya kerjasama ini bisa berlangsung setahun atau dua tahun,” jelas Heinrich. [The End] Caption foto: Foto 1. Sejumlah warga Desa Lai Ndeha termasuk seorang kader Pos Yandu, Lusiana Kuanga Oy, dan seorang ibu lainnya sedang mendengarkan siaran ulang program Siaran Desa Siaga di sebuah rumah di Lai Ndeha, Kecamatan Kanatang sekitar bulan April 2015. [Foto: Ferderika Tadu Hungu] Foto 2. Suasana pelatihan mendesain media promosi kesehatan melalui radio yang dilaksanakan pada 27‐30 Januari 2015. [Foto: Dinas Kesehatan Sumba Timur] Foto 3. Tokoh agama, vicaris Aprianus Djangga Uma (kanan) dari Gereja Kristen Sumba (GKS) dan Petrus Mila (kiri) dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Sumba Timur sedang menjadi narasumber dalam sesi “Remaja Pintar” di Studio Radio MaxFM, Februari 2015. [Foto: Heindrich Dengi] Foto 4. Heinrich Dengi, dalam sebuah Siaran Desa siaga. [Foto: Feri Latief] Box: {Cacatan: ini bisa dipakai, bisa tidak. Sebab sebagian sms sudah dimasukkan dalam tulisan} Pertanyaan-pertanyaan Melalui Pesan Singkat Selama program Siaran Desa Siaga, selain pertanyaan lewat telpon, juga sejumlah pesan singkat diterima oleh radio MaxFM. Berikut ini sejumlah pesan singkat (sms) terpilih yang dikompilasikan sesuai topik: 1. Drama ‘Generasi Berencana KB’: Sekarang saya ada hamil. Pelajaran yang saya dapat dari acara desa siaga tadi adalah saya bisa mengerti kalau periksa di puskesmas dan rumah sakit itu penting demi keselamatan saya dan anak saya. Makan makanan bergizi, buah‐buahan, daging dan melahirkan di Puskesmas juga penting. Ketika dia lahir nanti beri ASI sampai umur 2 tahun baru kasi makanan tambahan. ‐‐ Katrina Konda Ngguna (23 tahun), Desa Kuta Londa Lima Mananga Mihi. Pelajaran yang saya dapat dari acara desa siaga tadi adalah: sekarang saya sudah mengerti kalau bawa ibu hamil ke fasilitas kesehatan untuk periksa kehamilan dan makan yang bergizi terutama sayuran dan daging demi kesehatan ibu dan anak dan juga melahirkan ke Puskesmas atau rumah sakit demi keselamatan ibu dan anak, dan saya bisa tahu cara mengurus anak ketika dia lahir nanti. Kebetulan istri saya ada hamil besar, dan terimkasih radio MaxFM yang mengadakan acara ini. – Windo, Desa Maubokul 2. Topik Remaja Pintar Terima kasih atas tema keluarga berencana yang menarik, ada beberapa hal yang saya mau tanyakan: 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi muda menikah dengan usia muda? Apa saja dampak utama yang dialami anak muda dalam menghadapi usia remaja dan usia perkawinan?‐‐ Sandro (26), mahasiswa, di Lambanapu. 3. Topik Perawatan Kehamilan dan Bersalin di Puskesmas Apakah wanita hamil masih mengalami menstruasi, harap penjelasannya. – Ardi (39) di Matawai. Mau bertanya tadi pak dokter bilang dari sejuta sperma hanya satu yang jadi . Tapi kenapa bisa terjadi kembar ? Dan kenapa bisa terjadi kembar dempel atau kembar siam? Terimakasih.‐‐ Aldo Galla (16), pelajar, Perumnas Kilometer 4. Apakah disaat istri hamil boleh diurut atau tidak? Karena kebiasaan sekarang untuk mengetahui istri hamil atau tidak biasanya ketukang urut dulu baru kedokter, terima kasih.—Fery Lomi (50), wiraswasta, Kambaniru Mengapa saat istri sedang hamil dilarang untuk bekerja secara berlebihan? Apakah hal ini dapat mengakibatkan kematian pada istri dan anak? Mengapa? – Adiumbu, Kilometer 4 Sekarang saya ada hamil 31 minggu. Pas masuk 27 minggu saya ada varises di perut bagian bawah, pangkal paha sampai lutut atas, dan juga di vagina. Dokter bilang harus melahir operasi karena varisesnya besar‐besar. Kalau dipaksa melahirkan normal takutnya pecah dan terjadi pendarahan. Pertanyaannya: bagaimana supaya varisesnya bisa mengecil? Terimakasih ‐‐ Nanik Sutikna (31), Ibu Rumah Tangga, Wangga Saya pernah mendengar ada yang bilang kalau berhubungan seks pada saat istri hamil itu tidak boleh karena akan mempengaruhi janin dalam kandungan? Apakah memang seperti itu atau bagaimana pak? Ada yang bilang kalau ibu hamil tidak boleh mandi malam karena nanti pada saat melahirkan akn banyak air yang keluar? Apakah seperti itu pak dokter? Mohon penjelasannya,terimakasih. – Ana de Rosari (28), Karyawan, Padadita. 4. Topik Tanda Bahaya Persalinan Selamat malam pak dokter, mau tanya kalau kakakku pernah melahirkan tapi sampai 7 bulan saja dan bayinya meninggal. Katanya kurang HB, apa penyebabnya. Padahal sudah donor, apa penyebabnya? – Desi, di Lumbukokur. Saya mau tanya, kalau ibu hamil yang sudah pernah keracunan kehamilan, apa kalau hamil lagi akan mengalami hal yang sama? ‐‐ Rini di Kambajawa. Pak dokter,keputihan pada saat hamil itu apakah berbahaya? dan sebenarnya berapa lama jangka waktu yang tepat bagi rahim untuk diperbolehkan hamil lagi misalnya untk hamil anak kedua. Terimakasih. –Vety (22), Praiwora Kalau perempuan melahirkan anak pertama dengan operasi, apakah anak kedua dan seterusnya harus dengan operasi lagi? Khusus untuk yang operasi itu dalam jangka berapa lama lagi baru bisa melahirkan dan apakh ada resiko jika jaraknya sangat dekat untuk hamil? Terimakash dokter. – Ana (27), karyawan, Padadita. Kalau kita lihat di desa‐desa banyak ibu‐ibu yang merokok pada saat hamil, apakah secara kesehatan tidak mengganggu? Kalau ada, apa dampaknya? – Jefri (24), guru agama, ‐‐ alamat: Nahu. Kira‐kira faktor apa yang menyebabkan seorang ibu masih mengalami kaki bengkak padahal sudah melahirkan satu atau dua hari sebelumnya. Terimakasih. ‐‐ Vety (22), Praiwora. 5. Topik HIV‐AIDS: Apakah kebiasaan menggunting di salon itu bisa tertular HIV? – Melky(35), Pulupanjang. Apabila seseorang positiv terkena Aids apa yang harus dia lakukan? Apa dia harus melakukan terapi atau meminum obat herbal, atau memakan makanan yang dapat memperlambat kerja virus Aids, karena setahu saya Aids itu belum ada obatnya. – Kadek (17), pelajar, Kilometer 2. Apa saja gejala‐gejala HIV/AIDS? Menurut data Dinas Kesehatan, sudah berapa orang di Sumba Timur yang mengidap HIV/Aids? Program‐program apa yang dilakukan untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat selain talkshow hari ini? Terimakasih pak. – Sergius (42), guru, Tandairotu. Apakah ada tindakan atau perlakuan khusus dari pemerintah/Dinas Kesehatan bagi para penderita Hiv/AIDS? Apakah di Waingapu ada test HIV/AIDS? Kalau ada, dimana tempatnya? Terimkasih – Debora (36), Pegawai Negeri Sipil, Prailiu. 6. Topik Air Susu Ibu dan Posyandu: Mau tanya,sampai umur berapa baru bayi boleh disole (disapih)? – Nggaba J. Ndima (27), perawat, Kandara. Saya mau tanya mengenai ASI eksklusif. Kalau sementara hamil terus air susu menetes selama hamil itu apakah tidak ada masalah dengan bayinya nanti? Soalnya saya sedang hamil 8 bulan. Sejak jalan 3 bulan air susu saya sudah mulai keluar terus masuk 5 bulan sudah mulai lancar air susu saya keluar. Terima kasih ibu. – Marlin (25), ibu rumah tangga, Radamata. Seandainya kalau ibu belum bisa mengeluarkan ASI waktu lahir sebaiknya sang bayi dikasih minum apa? Bagi ibu hamil supaya banyak ASI sebaiknya makan apa? Mohon penjelasannya. – Melisulasri Niko (27), ibu rumah tangga, Mauhau. Selamat malam ibu narasumber berdua. Apakah boleh diberikan susu formula jika air susu ibu tidak lancar? Jika boleh apakah ada dampak yang dapat mempengaruhi perkembangan bayi? Mengapa anak yang sudah diimunisasi campak dapat menderita campak? – Ardi Wohangara (22), Samping Akper. Sampai umur berapa anak tidak dibawa lagi ke Pos Yandu, apakah kalau sudah lengkap imunisasi anak tidak usah dibawa lagi ke Pos Yandu? Mengapa kalau setiap (mendapat) suntik bayi panas? ‐‐ Ma Syane (37), ibu rumah tangga, Kilometer 2. 7. Topik Donor Darah: Kakak, apakah kalau darah orang lanjut usia didonorkan ke anak kecil tidak memiliki efek buruk dan yang kosumsi obat seperti luminal dan apakah boleh mendonor darah? – Umbu Huri Lai Mbonga, di Kahaungu Eti Selamat malam bapak narasumber, saya sudah melakukan 4 kali donor darah, ini saya mau tanya: Seandainya saya sakit dan saya rawat inap dirumah sakit ,apakah saya akan mendapat pelayanan gratis? Salah satu penyebab dari HIV‐AIDS adalah donor darah. Mengapa hal ini terjadi? Apakah ini kelalaiaan petugas laboratorium atau si pendonor? Terima kasih – Ardi (22), samping Akademi Perawat. Apakah bagi kami yang perokok boleh mendonor darah tidak? Bagaimana rasanya awal mendonor? Terimakasih. – Stevy, Waingapu 8. Topik BPJS: Saya ingin menanyakan mengenai BPJS bagi PNS yang tertanggung 3 anak. Saya mempunyai 4 anak. Saya mau mengurus anak yang ke‐4 kendalanya tidak memiliki nomor rekening bank. Apakah tanpa nomor rekening tersebut saya bisa daftar anak keempat? – Ma Syane (37), ibu rumah tangga, Kilometer 2. Bagaimana kalau ada orang yang baru menikah lalu salah satu dari mereka sakit. Apakah masih diminta kartu keluarganya? – Novi, Lamenggit. 9. Topik Kemitraan Bidan dan Dukun: Seumpama ketika bersalin kadang‐kadang perut tidak sakit. Apakah itu ada sanksi? – Ina, Kambaniru Selamat malam bidan. Saya sementara hamil dua bulan dan mual‐mual kalau makan sayur lain tapi kalau makan sayur daun pepaya tidak apa‐apa. Apakah tidak masalah kalau ibu hamil makan yang pahit‐pahit? – Meli Niko, Mauhau. Apakah dalam masa kehamilan ada pantangan‐pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil? Saat hamil katanya kalau makan pisang atau kacang tanah itu tidak bagus buat janin. Apakah demikian? Kalau pada masa hamil, ibu hamil mengalami keputihan apakah wajar atau berbahaya? Terimakasih. – Ana (28), karyawan, Padadita Mau tanya, gimana kalau ada ibu hamil di pedalaman trus terlambat dijemput ke fasilitas kesehatan oleh ambulance. Lalu terpaksa melahirkan di rumah, apa itu masih dikenakan sanksi kepada dukun atau ibu yang melahirkan atau tidak? Marsa – Lai Ndeha Selamat malam ibu bidan,saya mau tanya. (apakah) Betul ibu hamil tidak boleh keluar malam pergi orang mati? – Yanti (23), petani, Mauhau Anak saya berumur 1 bulan 2 minggu. Selama dia minum ASI selalu muntah. Apa ada masalah dgn bayi saya? Terimakasih ibu. – Novi, di Maubokul. Kalau dalam satu daerah yang jaraknya dengan rumah sakit jauh, lalu saat saat ada ibu yang mendesak ingin melahirkan tapi karena rumah sakit jauh terpaksa harus pakai dukun. Apakah masih diberi sanksi juga? Bukankah dia sudah selamatkan nyawa? – Beny St (25), Waingapu. Mengingat para dukun tidak berlatar belakang pendidikan bisa saja terjadi mall‐praktek. Utk mencegah ini apakah para dukun diberi pembekalan atau penataran? Terimakasih. – Frans W. Hebi, Kaburu. Selamat malam ibu bidan. Saya mau bertanya, seumpama seorang ibu yang tinggal di kampung,lalu dia sudah menemui hari untuk melahirkan dan pada saat itu hanya ada dukun dan dukun bersedia untuk megantar sang ibu ke rumh sakit di kota. Tetapi karena sudah tidak tahan akhirnya sang ibu lagsung melahirkan dirumah dan terpaksa dukun harus mmbantu. Bagaimana tanggapan ibu atau paramedis lain terkait soal ini? Apakah sang dukun masih dikenakan sanksi sesuai peraturan? Terimakasih. – Vety, wiraswasta, Praiwora. Kalau ada ibu hamil tapi dia lupa bulannya (usia kehamilannya, Red). Lalu dia melahirkan di rumah misalnya. Melahirkan pada jam 4 pagi. Apakah ini tidak apa‐apa? – Umbu Yadi, di Lai Tenggi. Sekarang ini saya sedang hamil enam bulan. Sering memeriksakan kehamilan ke Puskesmas Kota (Waingapu). Apabilas saat nifas tahu mau melahirkan kita bisa ke rumah sakit terdekat dan dibantu bidan‐bidan lain di rumah sakit itu. Apakah itu diperbolehkan? – Apriana, Kilometer 5.