BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Manajemen Strategis

advertisement
BAB 3
LANDASAN TEORI
3.1 Pengertian Manajemen Strategis
Manajemen strategis (strategic management) merupakan arus keputusan dan
tindakan yang mengarah pada perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang
efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan.
Strategi sendiri artinya adalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang
menghubungkan keunggulan strategis organisasi dengan tantangan lingkungan dan yang
dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari organisasi itu dapat dicapai
melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.
Sedangkan proses manajemen strategis ialah cara dengan jalan dimana para
perencana strategi menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategi (Jauch dan
Glueck, 1992, p9).
Dari definisi yang telah diungkapkan oleh jauch dan glueck, muncul suatu nilai
positif apabila suatu keputusan strategi dilaksanakan yaitu:
1. Manajemen strategis memungkinkan perusahaan mengantisipasi kondisi yang selalu
berubah-ubah
2. Manajemen strategis menyediakan sasaran dan arah yang jelas bagi karyawan
3. Penelitian dalam manajemen strategis melaju sedemikian rupa sehingga prosesnya
dapat membantu para manajer dalam pengambilan keputusan yang lebih baik
16
4. Bisnis yang melaksanakan manajemen strategis lebih efektif karena manajemen
strategis membantu meningkatkan komunikasi perusahaan, koordinasi proyek
perorangan, alokasi sumberdaya dan perencanaan jangka pendek seperti membuat
anggaran.
Manajemen strategis juga dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan,
pelaksanaan, dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan
organisasi mencapai tujuannya (David, 2004, p5). Sebagaimana tersirat dalam definisi
tersebut, manajemen strategis terfokus pada upaya memadukan manajemen, pemasaran,
keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem
informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.
3.2 Manfaat Manajemen Strategis
Pelaksanaan manajemen strategik mendatatangkan manfaat yang tidak sedikit bagi
organisasi. Pearce dan Robinson (1997) dalam Yoshida (2006) menyimpulkan manfaat
yang diberikan ketika organisasi menjalankan manajemen strategis, yaitu:
1. Manajemen strategis digunakan sebagai cara untuk mengantisipasi peluang dan
ancaman dari perubahan lingkungan pada masa mendatang
2. Manajemen strategis memberikan gambaran pada anggota organisasi di masa
mendatang
3. Manajemen strategis memonitor apa yang terjadi dalam organisasi sehingga apabila
organisasi tersebut menghadapi masalah, dapat dengan segera diketahui akar
permasalahannya yang akan memudahkan untuk mencari solusinya.
Selain itu banyak manfaat lain yang perusahaan dapatkan ketika manajemen strategis
dilaksanakan dalam suatu organisasi, manajemen strategis membuat organisasi lebih
17
proaktif daripada reaktif dalam membentuk masa depannya, manajemen strategis
membuat organisasi dapat mulai mempengaruhi (bukan hanya menanggapi) berbagai
kegiatan dengan demikian perusahaan dapat mengendalikan nasibnya sendiri.
Secara historis manfaat utama dari manajemen strategis adalah membantu organisasi
merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui pendekatan yang lebih sistematis,
logis, dan rasional untuk menentukan pilihan strategi. Tetapi perumusan strategi-strategi
tersebut harus diimplementasikan secara efektif.
Untuk itulah, agar dapat berhasil, rencana yang menyatu, luas dan terintegrasi
merupakan masalah operasional dan oleh karena itu, sebuah rencana strategis harus
diintegrasikan dengan masalah operasional.
Tabel 3.1
Perbedaan antara Manajemen Operasional dengan Perencanaan Strategis
Manajemen Operasional
Perencanaan Strategis
1. Menangani sasaran yang didapat dari
tujuan yang ditetapkan
2. Sasaran
1. Mengidentifikasi dan mengevaluasi
tujuan dan strategi baru
disahkan
2. Tujuan dan strategi yang baru dapat
berdasarkan pengalaman yang luas
diperdebatkan secara panjang lebar;
pada masa lalu
pengalaman di dalam organisasi atau
3. Sasaran
biasanya
diperkecil
menjadi
sub-
sasaran untuk unit fungsional
4. Para
manajer
diidentifikasi
cenderung
dengan
fungsi
sekali
untuk
atau
pekerjaan dan lebih banyak menangani
sasarannya
5. Para
manajer
perusahaan lainnya mungkin minim
3. Tujuan biasanya dinilai terutama
untuk kepentingan perusahaan.
4. Para
manajer
membutuhkan
pandangan yang berorientasi pada
mendapatkan
bukti
pekerjaan mereka mencapai tujuan
relatif dengan segera
6. Rancangan, baik yang resmi maupun
sosial, dikaitkan pasa sasaran operasi
lingkungan
5. Bukti jasa dari tujuan atau strategi
baru
biasanya
baru
didapatkan
setelah beberapa tahun
6. Rancangan paling-paling dikaitkan
18
7. ”Peraturan permainan” telah dipahami
benar-benar.
Orang
yang
dengan rencana secara longgar
7. Lapangan
usaha
baru
harus
berpengalaman merasa berwenang dan
dipertimbangkan. Pengalaman yang
yakin
lalu
8. Hasil segera nampak, kongkrit dan
tidak asing
mungkin tidak memberikan
kewenangan dalam suatu ”permainan
baru”
8. Isyu dan masalahnya abstrak dan
dapat tertunda (sampai titik jauh) dan
mungkin pula asing.
Sumber : Robert Mainer., “The Impact of Strategic Planning on Executive Behavior”, Boston Consulting
Group, 1968, hal. 4-5.
3.3 Model Manajemen Strategis
Model manajemen strategis menggambarkan suatu proses yang mewakili pendekatan
praktis dan jelas untuk merumuskan, melaksanakan, dan mengevaluasikan strategi suatu
organisasi (David, 2004, p18). Sedangkan proses manajemen strategis merupakan proses
yang dinamis dan berkesinambungan. Sehingga apabila terjadi suatu perubahan pada
salah satu dari komponen atau bagian utama dari model tesebut dapat menyebabkan
perubahan pada salah satu atau semua unsur yang lain.
Misalnya, perubahan dalam ekonomi bisa merupakan peluang besar dan menuntut
adanya perubahan tujuan-tujuan jangka panjang dan strategi; kegagalan mencapai
sasaran tahunan mengharuskan adanya perubahan kebijakan; atau perubahan strategi
pesaing utama mengharuskan adanya perusahaan dalam misi perusahaan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1, tahapan model manajemen strategi yang
diterapkan dalam suatu organisasi.
19
Melakukan
Audit eksternal
Membuat
Pernyataan
Visi dan Misi
Menetapkan
Tujuan Jangka
Panjang
Membuat,
Mengevaluasi
dan
Memilih
Strategi
Melaksanakan
Strategi
(Isu-Isu
Manajemen)
Melaksanakan Strategi
(Isu-Isu Pemasaran,
Keuangan, Akuntansi,
Litbang, Sistem
Informasi)
Mengukur
dan
Mengevaluasi
Kinerja
Melakukan
Audit Internal
Perumusan Strategi
Pelaksanaan Strategi
Gambar 3.1
Model Manajemen Strategis
Sumber : Fred R. David, ” MANAJEMEN STRATEGIS : Konsep-konsep,” PT. INDEKS Kelompok GRAMEDIA, 2004, hal. 40.
Evaluasi
20
3.4 Konsep Balanced Scorecard
Dalam era yang baru ini sistem informasi organisasi yang hanya terbatas pada tolak
ukur finansial tidak lagi memadai untuk memobilisasi dan mengeksploitasi sumber daya
yang sebagian besar merupakan aset tak berwujud. Dengan demikian untuk
meningkatkan mutu informasi dalam proses perumusan dan implementasi strategi,
diperlukan sistem informasi multidimensional yang meliputi baik sistem informasi
finansial maupun non-finansial.
Untuk mengatasi kebutuhan akan sebuah sistem informasi yang multidimensional
tersebut, Robert S. Kaplan dan David P. Norton memperkenalkan sebuah instrumen
pengukuran yang komprehensif yang belakangan ini terkenal dengan sebutan balanced
scorecard.
Menurut Kaplan dan Norton sendiri (1996, p2), balanced scorecard merupakan:
“… a set of measures thar gives top managers a fast but comprehensive view of the
business..includes financial measures that tell the results of action already
taken…complements the financial measures with operational measures on customer
satisfaction, internal process, and the organization’s innovation and improvement
activities – operational measures that are the drivers of future financial performance”
Sementara menurut Mulyadi (2001, p2), balanced scorecard terdiri dari dua kata
yaitu kartu skor (scorecard) dan berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang
digunakan untuk mencatat hasil kinerja. Sedangkan kata berimbang dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa kinerja diukur dari dua aspek secara berimbang yaitu aspek
keuangan dan non-keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.
21
Gambar 3.2
Kerangka Kerja Keempat Perspektif Balanced Scorecard
Sumber : Anonim, http://www.balancedscorecard.org/basics/bsc1.html
3.5 Empat Langkah Penggunaan Balanced Scorecard
Untuk menerapkan balanced scorecard dalam suatu organisasi, Norton dan Kaplan
(1996, p10) menjelaskan bahwa organisasi harus :
1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi
2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan tujuan dan ukuran strategis
3. Merencanakan, menetapkan sasaran, menyelaraskan berbagai inisiatif strategis
4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis
Keempat tahap tersebut disebut juga sebagai kerangka kerja manajemen strategis.
22
Memperjelas dan
menerjemahkan visi dan
Strategi
• Memperjelas visi
• Menghasilkan konsensus
Mengkomunikasikan dan
Menghubungkan
• Mengkomunikasikan dan
mendidik
• Menetapkan tujuan
• Mengaitkan imbalan dengan
ukuran
Balanced
Scorecard
Merencanakan dan
Menetapkan Sasaran
• Menetapkan sasaran
• Memadukan inisiatif strategis
• Mengalokasikan sumber
daya
• Menetapkan tonggaktonggak penting
Umpan Balik dan
Pembelajaran Strategis
• Mengartikulasikan visi
bersama
• Memberikan umpan balik
strategis
• Memfasilitasi tujuan ulang
Gambar 3.3
dan pembelajaran
strategis
Balanced Scorecard Sebagai Suatu Kerangka Kerja Tindakan Strategis
Sumber : Kaplan, Robert S., Norton, David P., “ Balanced Scorecard : Translating Strategy Into action”,
Harvard Business School Press, 1996, hal. 11.
23
3.6 Balanced Scorecard dan Sistem Pengukuran Kinerja
Sebelum berkembang seperti saat ini pada awalnya balanced scorecard hanya
dikembangkan sebagai metode penilaian kinerja. Karena itu erat kaitannya antara
balanced scorecard dengan penilaian kinerja. Menurut Anthony, Banker, Kaplan dan
Young (1997, p54) definisi pengukuran kinerja adalah : “the activity of measuring the
performance of activity or the entire value chain.”
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran kinerja merupakan sebuah
aktivitas yang dilakukan terhadap seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan. Hasil
pengukuran tersebut nantinya digunakan sebagai feedback atau umpan balik yang
memberikan informasi tentang keberhasilan perusahaan. Sehingga berdasarkan
informasi-informasi
tersebut
perusahaan
dapat
menentukan
tindakan-tindakan
pengendalian.
Balanced Scorecard bisa menjadi sarana yang tepat sebagai tolok ukur pengambilan
keputusan perusahaan. Balanced Scorecard merupakan media pengukuran komprehensif
bagi kinerja strategi dan operasionalisasi strategi melalui lagging indicator dan lead
indicator yang terintegrasi dalam empat perspektifnya.
Lagging indicator atau ukuran hasil mencerminkan tujuan umum dari berbagai
strategi perusahaan. Sedangkan Lead indicator adalah ukuran pemacu kinerja yang
mencerminkan keunikan strategi unit bisnis. Identifikasi ukuran pemacu kinerja
(performance drivers) dapat membantu perusahaan dalam mengatasi kelemahan ukuran
hasil (outcomes measure).
24
3.7 Aspek yang Diukur dalam Balanced Scorecard
3.7.1 Perspektif Keuangan
Tujuan finansial menjadi fokus tujuan dan ukuran di semua perspektif scorecard
lainnya dan laporan keuangan merupakan indikator historis yang merefleksikan akibat
dari implementasi dan eksekusi strategi dalam satu periode.
Penentuan ukuran finansial tidak harus selalu sama dalam tiap-tiap organisasi,
tergantung dari jenis organisasi tersebut. Apakah berorientasi pada profit atau non-profit.
Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan
bisnis, yaitu (Kaplan dan Norton, 1996, p48) :
1. Bertumbuh (Growth)
Bertumbuh adalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan
memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik.
Dalam tahap pertumbuhan, perusahaan biasanya beroperasi dengan arus kas yang negatif
dengan tingkat pengembalian modal yang rendah.
2. Bertahan (Sustain)
Bertahan adalah tahapan kedua dimana organisasi masih melakukan investasi dan
reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap ini
organisasi
mencoba
mempertahankan
pangsa
pasar
yang
ada,
bahkan
mengembangkannya, jika mungkin. Tolak ukur yang kerap digunakan pada tahap ini,
misal, ROI, ROE, ROCE, dan EVA.
25
3. Menuai (Harvest)
Menuai adalah tahapan ketiga dimana organisasi benar-benar memanen hasil
investasi di tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, kecuali untuk
pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan utama dalam tahap ini, sehingga
diambil sebagai tolak ukur, adalah memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan
modal kerja.
3.7.2 Perspektif Pelanggan
Filosofi manajemen terkini telah menunjukkan peningkatan pengakuan atas
pentingnya customer focus dan customer satisfaction. Perspektif ini merupakan leading
indicator. Jadi, jika pelanggan tidak puas mereka akan mencari produsen lain yang
sesuai dengan kebutuhan mereka. Kinerja yang buruk dari perspektif ini akan
menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun saat ini kinerja keuangan
terlihat baik.
Menurut Hansen dan Mowen (2000, p401), sekurang-kurangnya ada lima sasaran
kunci pada perspektif ini. Sasaran-sasaran tersebut meliputi:
-
Meningkatkan pangsa pasar
-
Meningkatkan retensi pelanggan
-
Meningkatkan akuisisi pelanggan
-
Meningkatkan kepuasan pelanggan
-
Meningkatkan profitabilitas pelanggan
26
Pangsa Pasar
Akuisisi Pelanggan
Profitabilitas
Pelanggan
Retensi Pelanggan
Kepuasan
Pelanggan
Gambar 3.4
Ukuran Utama Dalam Perspektif Pelanggan
Sumber : Kaplan, Robert S., Norton, David P.,“ Balanced Scorecard : Translating Strategy Into action”,
Harvard Business School Press, 1996, hal. 68.
3.7.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif proses bisnis internal balanced scorecard, organisasi harus
mengidentifikasikan proses-proses yang paling kritis untuk mencapai tujuan peningkatan
nilai bagi pelanggan (perspektif pelanggan) dan tujuan peningkatan nilai bagi pemegang
saham (perspektif keuangan). Banyak organisasi memfokuskan untuk melakukan
peningkatan proses-proses operasional. Yang biasa digunakan untuk balanced scorecard
adalah model rantai nilai proses bisnis internal yang terdiri dari tiga komponen utama
yaitu :
1. Proses Inovasi—yang mengidentifikasikan kebutuhan pelanggan masa kini dan
masa mendatang serta mengembangkan solusi baru untuk kebutuhan pelanggan
itu. Misalnya solusi yang dilakukan adalah meluncurkan produk (barang/jasa)
baru. Proses inovasi dapat dilakukan melalui riset pasar untuk mengidentifikasi
ukuran pasar dan preferensi atau kebutuhan pelanggan secara spesifik, sehingga
27
perusahaan mampu menciptakan dan menawarkan produk (barang/jasa) sesuai
kebutuhan pelanggan dan pasar.
2. Proses Operasional—yang mengidentifikasi sumber-sumber pemborosan dalam
proses operasional serta mengembangkan solusi masalah yang terdapat dalam
proses operasional itu demi meningkatkan efisiensi produksi, meningkatkan
kualitas produk dan proses, memperpendek waktu siklus (cycle time) sehingga
meningkatkan penyerahan produk berkualitas tepat waktu, dan lain-lain. Proses
operasional dapat ditingkatkan melalui pengendalian kualitas pada setiap subproses kritis dalam proses itu dengan menggunakan diagram alir proses (process
flowchart)
3. Proses Pelayanan—berkaitan dengan pelayanan kepada pelanggan, seperti:
pelayanan purna jual, menyelesaikan masalah yang timbul pada pelanggan dalam
kesempatan pertama secara cepat, melakukan tindak lanjut secara proaktif dan
tepat waktu, memberikan sentuhan pribadi (personal touch), dan lain-lain.
3.7.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif keempat atau terakhir dalam balanced scorecard adalah mengembangkan
tujuan dan ukuran-ukuran yang mengendalikan pembelajaran dan pertumbuhan
organisasi. Tujuan-tujuan yang diterapkan dalam perspektif keuangan, pelanggan, dan
proses bisnis internal mengidentifikasi dimana organisasi harus unggul untuk mencapai
terobosan kinerja, sementara tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
memberikan infrastruktur yang memungkinkan tujuan-tujuan ambisius dalam ketiga
perspektif itu tercapai.
28
Tujuan-tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan
pengendali untuk mencapai keunggulan outcome ketiga perspektif keuangan, pelanggan,
dan proses bisnis internal. Terdapat tiga kategori yang penting dalam perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu:
1. Kompetensi Karyawan
2. Infrastrukutr Teknologi
3. Kultur Perusahaan
Ukuran Inti
HASIL
Retensi Karyawan
Produktivitas
Karyawan
Kepuasan
Karyawan
Kompetensi
Karyawan
Infrastruktur
Teknologi
Kultur
Perusahaan
Faktor Pengaruh
Gambar 3.5
Kerangka Kerja Ukuran Pembelajaran dan Pertumbuhan
Sumber : Kaplan, Robert S., Norton, David P.,“ Balanced Scorecard : Translating Strategy Into action”,
Harvard Business School Press, 1996, hal. 129.
29
3.8 Integrasi Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard
Keempat perspektif balanced scorecard yang diintegrasikan akan tampak seperti
dalam gambar 3.6
Visi Misi Sasaran Tema Strategik
Perspektif Keuangan
Apa hasil-hasil finansial yang dibutuhkan untuk memenuhi ekspektasi pemegang
saham?
- Tujuan-tujuan
- Ukuran-ukuran
- Target-target
- Program-program
Perspektif Pelanggan
Apa kebutuhan pelanggan yang harus dipenuhi untuk memenuhi ekspektasi
pelanggan?
- Tujuan-tujuan
- Ukuran-ukuran
- Target-target
- Program-program
Perspektif Proses Bisnis Internal
- Tujuan-tujuan
- Ukuran-ukuran
Apa proses-proses yang harus dilaksanakan untuk memenuhi ekspektasi pelanggan - Target-target
- Program-program
dan ekspektasi pemegang saham?
Perspektif Pembelajaran&Pertumbuhan
Apa nilai-nilai organisasional yang terpenting untuk memenuhi sasaran dan tujuan
strategik perusahaan?
- Tujuan-tujuan
- Ukuran-ukuran
- Target-target
- Program-program
Gambar 3.6
Integrasi Empat Perspektif Dalam Balanced Scorecard Sebagai Sistem Manajemen
Sumber : Gaspersz, Vincent.,“ Balanced Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis Dan
Pemerintah, PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, hal. 62.
30
3.9 Keunggulan Sistem Balanced Scorecard
Beberapa keunggulan utama sistem balanced scorecard dalam mendukung proses
manajemen strategis (Umar dan Husein, 2002, p173) antara lain adalah:
a. Memotivasi personel untuk berpikir dan bertindak strategis
Misalnya dalam hal keuangan, untuk meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan, personel perlu menempuh langkah-langkah strategis dalam hal
permodalan yang memerlukan langkah besar dan berjangka panjang. Selain itu,
sistem ini juga menuntut personel untuk mencari inisiatif-inisiatif strategis dalam
hal mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
b. Menghasilkan business plan yang komprehensif
Sistem balanced scorecard merumuskan sasaran strategis melalui keempat
perspektif. Ketiga perspektif non keuangan hendaknya dipicu karena ketiganya
ini merupakan pemicu sesungguhnya bagi kinerja keuangan.
c. Menghasilkan business plan yang koheren
Sistem balanced scorecard dapat menghasilkan dua macam koherensi yaitu
koherensi antara misi dan visi perusahaan dengan program dan rencana laba
jangka pendek dan koherensi antara berbagai sasaran strategis. Disamping
memperluas sasaran strategis, balanced scorecard hendaknya juga memberikan
jaringan untuk menghubungkan berbagai sasaran strategis.
d. Keseimbangan
Sasaran strategis yang dirumuskan dalam perencanaan strategis perlu diarahkan
ke dalam empat perspektif secara seimbang melalui:
1. Seimbang antara fokus ke perspektif proses bisnis internal dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan.
31
2. Seimbang antara fokus ke perspektif internal dan eksternal perusahaan.
Keseimbangan perlu dilakukan karena keseimbangan sasaran strategis yang
dirumuskan akan menjanjikan shareholder value yang berlipat ganda dan
berjangka panjang.
e. Menghasilkan sasaran-sasaran startegis yang terukur
Sistem balanced scorecard hendaknya menghasilkan sasaran-sasaran strategis
dengan ukuran tertentu. Ukuran-ukuran ini diperlukan untuk mengukur
keberhasilan pencapaian sasaran-sasaran strategis yang telah dirumuskan dan
untuk mengukur faktor yang memacu pencapaian sasaran strategis tersebut.
3.10 Implementasi Balanced Scorecard pada Organisasi Pemerintah
Pemerintah seharusnya menjembatani kesenjangan antara ekspektasi publik atau
kebutuhan sosial dan penyerahan pelayanan publik yang diberikannya. Organisasi
pemerintah merupakan sistem penyerahan layanan publik kepada masyarakat. Terdapat
perbedaan-perbedaan perspektif balanced scorecard yang diterapkan pada organisasi
bisnis yang berorientasi keuntungan (private sector) dan yang diterapkan pada
organisasi pemerintah yang berorientasi pelayanan publik (public sector), seperti
ditunjukkan dalam tabel 3.2.
32
Tabel 3.2
Perspektif Balanced Scorecard pada Sektor Swasta dan Sektor Publik
Perspektif
Organisasi Swasta/Bisnis Organisasi Pemerintah
(Private Sector)
(Public Sector)
Keuangan/Efisiensi
Operasional
Bagaimana kita
melihat/memandang dan
memberikan nilai kepada
pemegang saham?
Bagaimana kita
melihat/memandang dan
memberikan nilai kepada
masyarakat dan/atau
pembayar pajak?
Pelanggan
Bagaimana pelanggan
melihat atau memandang
dan mengevaluasi kinerja
kami?
Bagaimana orang-orang
yang menggunakan
jasa/pelayanan publik
memandang dan
mengevaluasi kinerja
kami?
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Dapatkah kita melanjutkan
untuk meningkatkan dan
menciptakan nilai kepada
pelanggan, pemegang
saham, karyawan,
manajemen serta
organisasi?
Dapatkah kita
melanjutkan untuk
meningkatkan dan
menciptakan nilai untuk
masyarakat/pembayar
pajak, aparatur dan
pejabat pemerintah,
organisasi pemerintah,
dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan
(stakeholders)
Proses dan Produk
Apa yang harus
diunggulkan dari proses
dan produk kami?
Apakah program-program
pembangunan yang
dilaksanakan telah
memberikan hasil-hasil
sesuai dengan yang
diinginkan/diharapkan?
Sumber : Gaspersz, Vincent.,“ Balanced Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis Dan
Pemerintah, PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, hal. 207.
33
Penerapan balanced scorecard pada organisasi pemerintahan memerlukan beberapa
penyesuaian (Gasperz, 2002, p210) karena:
1. Fokus utama sektor publik adalah masyarakat (publik) dan kelompokkelompok tertentu (interest groups), sedangkan fokus utama sektor bisnis
adalah pelanggan dan pemegang saham.
2. Tujuan utama organisasi publik adalah bukan maksimalisasi hasil-hasil
finansial, tetapi keseimbangan pertanggungjawaban finansial (anggaran)
melalui pelayanan kepada pihak-pihak uang berkepentingan (stakeholders)
sesuai dengan visi dan misi organisasi pemerintah.
3. Mendefinisikan ukuran dan target dalam perspektif customer/stakeholder
membutuhkan pandangan dan kepedulian tinggi, sebagai konsekuensi dari
peran kepengurusan organisasi pemerintah, dan membutuhkan definisi yang
jelas serta hasil strategis yang diinginkan. Misalnya, penentuan siapa yang
menjadi stakeholder, tujuam startegis, ukuran kinerja, target kinerja, dan
program tindakan membutuhkan definisi yang jelas.
Dengan pertimbangan organisasi pemerintah cenderung menekankan ”pelayanan
publik” yang berkualitas daripada hasil-hasil finansial, contoh balanced scorecard untuk
pemerintah dapat dikemukakan seperti gambar di bawah ini:
34
Gambar 3.7
Contoh Sederhana Balanced Scorecard Pada Organisasi Pemerintah
(Dapat Dikembangkan)
Sumber : Gaspersz, Vincent.,“ Balanced Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis
Dan Pemerintah, PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, hal. 211.
35
3.11 Peran Balanced Scorecard dalam Sistem Manajemen Strategis
Pada awalnya, balanced scorecard diciptakan untuk mengatasi problem tentang
kelemahan sistem pengukuran kinerja eksekutif yang hanya berfokus pada aspek
keuangan, tidak memperhatikan aspek-aspek lain seperti pelanggan, proses bisnis, dll.
Selanjutnya, balanced scorecard mengalami perkembangan dalam implementasinya;
tidak hanya sebagai alat pengukur kinerja eksekutif, namun meluas sebagai pendekatan
dalam penyusunan rencana strategik. Peran balanced scorecard dalam sistem
manajemen strategis tergambarkan secara jelas dalam gambar berikut ini.
Gambar 3.8
Peran Balanced Scorecard Dalam Setiap Tahap Sistem Manajemen Strategis
Sumber : Mulyadi, Balanced Scorecard : Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja
Keuangan Perusahaan, Penerbit Salemba Empat, 2001 hal. 60.
Download