BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian

advertisement
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian di dalam kajian budaya selalu mengikuti polapola sebagaimana dilakukan dalam ilmu-ilmu humaniora pada umumnya. Secara
garis besar, rancangan penelitian adalah bagaimana data dikumpulkan dan
dianalisis. Tujuannya adalah untuk memberikan penjelasan terhadap keseluruhan
proses yang dilakukan, baik pada saat pengumpulan, analisis, maupun
penyajiannya, termasuk pada saat penelitian belum dilakukan yang disebut
sebagai tahap penjajakan (Ratna, 2010: 289).
Penelitian tentang perjuangan identitas komunitas Sedulur Sikep di
Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah mengunakan rancangan penelitian
kualitatif. Oleh karena itu, bentuk uraiannya dirancang secara fleksibel dan relatif
longgar. Dengan kata lain, rancangan penelitian ini mengikuti perkembangan data,
bukan sebaliknya. Di dalam rancangan penelitian kualitatif ini digunakan metode
kualitatif yang terdiri tiga tahapan, yaitu (1) tahap pengumpulan data; (2) analisis
dan interpretasi; dan (3) pembuatan laporan (Strauss dan Corbin, 2003: 9 - 10).
Pada tahap pertama, yaitu tahap pengumpulan data dibagi menjadi dua
tahapan, yakni (a) prapenelitian dan (b) pelaksanaan penelitian. Tahap
prapenelitian dilakukan untuk mengumpulkan data terbaru tentang situasi kondisi
di lokasi penelitian untuk menyusun proposal penelitian. Proses pengambilan data
pada tahapan pra penelitian dilanjutkan dengan membuat proposal penelitian dan
59
60
kemudian mengajukan usulan penelitian melalui mekanisme ujian proposal
hingga disetujui pada 1 Juni 2012. Setelah tahap prapenelitian dilaksanakan, maka
tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah pelaksanaan penelitian. Pada
tahapan ini data yang diperoleh dikumpulkan sesuai dengan tema dan rumusan
masalah penelitian yang telah disetujui saat pengajuan proposal. Sehubungan
dengan dua tahapan tersebut, maka teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara, observasi, dan studi dokumen.
Tahap kedua dalam metode kualitatif adalah analisis data. Data yang
sudah dikumpulkan disiapkan berdasarkan kategori data masing-masing.
Kemudian, data dianalisis dengan menggunakan teori yang dipakai. Dengan
menganalisis data, maka diketahui kekurangan data yang harus diperoleh dan
diketahui metode yang dipakai selanjutnya (Suprayogo, 2001: 70). Ada kalanya
data yang terlalu banyak harus dipadatkan sehingga bisa saja ada data yang tidak
digunakan lagi. Sebaliknya, juga ada data yang belum lengkap sehingga perlu
mengumpulkan data lagi.
Tahapan ketiga dalam metode kualitatif adalah pembuatan laporan
dengan menggunakan paradigma poststrukturalis yang luwes sehingga lebih
kompleks dalam memandang dan menggunakan teori, metode, dan teknik dalam
sebuah penelitian kajian budaya. Hal ini dilakukan karena penelitian
interdisipliner tidak menghasilkan generalisasi, tetapi memaparkan secara
sistematik, faktual, unik, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada di dalam
komunitas Sedulur Sikep di Kabupaten Pati. Pembuatan laporan tersebut, berupa
61
disertasi sebagai tugas akhir di dalam menempuh Pendidikan Doktor di Program
Studi Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Penelitian ini terfokus pada upaya mengungkapkan pengalaman
komunitas Sedulur Sikep Pati di dalam memperjuangkan identitasnya. Bagi
komunitas Sedulur Sikep, keberadaan mereka sebagai kelompok masyarakat di
Pati belum dapat diterima seutuhnya oleh kelompok masyarakat lain. Keberadaan
mereka dianggap aneh karena mempunyai identitas berbeda dari kebanyakan
kelompok masyarakat lain. Oleh karena perbedaan identitas ini, maka posisi
komunitas Sedulur Sikep dianggap lebih rendah daripada komunitas lain.
Guna memudahkan proses pengumpulan data, maka lingkup temporal
yang digunakan untuk merekonstruksi dan menganalisis komunitas Sedulur Sikep
Kabupaten Pati adalah tahun 1965 – 2012. Tahun 1965 diambil sebagai titik tolak
didasari oleh suatu asumsi bahwa pada periode ini telah terjadi Gerakan 30
September 1965. Sebagai akibat dari peristiwa tersebut, komunitas Sedulur Sikep
harus memeluk salah satu agama resmi Negara Republik Indonesia jika tidak
ingin dianggap sebagai pengikut Partai Komunis Indonesia dan terlibat dalam
pemberontakan 30 September 1965 tersebut. Adapun pengambilan batasan akhir
temporal tahun 2012 karena pada tahun tersebut terjadi resistensi Sedulur Sikep
Kabupaten Pati terhadap hegemoni pemerintah yang ingin membangun pabrik
semen di kawasan Pegunungan Kendeng.
3.2 Lokasi Penelitian
Lingkup spasial dalam penulisan ini adalah komunitas Sedulur Sikep di
Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Namun, untuk
62
memperjelas dan memperkuat analisis penulisan, peristiwa-peristiwa yang terjadi
di luar Kabupaten Pati dan terkait dengan komunitas Sedulur Sikep Kabupaten
Pati juga disinggung karena pada hakikatnya, suatu peristiwa dapat memiliki
hubungan sebab akibat dengan peristiwa lain. Hal ini terjadi karena daerah
persebaran komunitas Sedulur Sikep, terdapat di sekitar daerah Pegunungan
Kendeng dan aliran Sungai Bengawan Solo (sekitar daerah perbatasan Jawa
Timur Bagian Barat, seperti Kabupaten Lamongan, Kabupaten Madiun,
Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban; dan sekitar perbatasan Provinsi Jawa
Tengah Bagian Timur, seperti Kabupaten Blora, Kabupaten Pati, Kabupaten
Kudus). Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa di Kabupaten Pati
masih terdapat komunitas Sedulur Sikep yang terus memperjuangkan identitasnya
dengan melakukan resistensi terhadap hegemoni pemerintah.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data merupakan salah satu unsur penelitian yang sangat penting.
Semua usaha yang telah dilakukan dalam menyusun keseluruhan unsur penelitian,
seperti latar belakang dan masalah, tujuan dan manfaat, teori dan metode,
termasuk berbagai hal yang berkaitan dengan peralatan penelitian akan sia-sia
apabila menemukan kendala dalam memperoleh data. Adapun jenis data di dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu
(a) data kualitatif, berupa kata-kata yang
berkaitan langsung atau tidak langsung dengan perjuangan identitas komunitas
Sedulur Sikep di Kabupaten Pati dan (b) data kuantitatif, berbentuk data statistik
dari BPS Kabupaten Pati yang menyangkut data geografi, data demografi, dan
lain-lain.
63
Sumber data di dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu (a)
sumber data primer (primary sources) dan (b) sumber data sekunder (secondary
sources). Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil
wawancara dengan sejumlah informan, seperti tokoh dan anggota komunitas
Sedulur Sikep di Kabupaten Pati, tokoh dan masyarakat komunitas non-Sedulur
Sikep, serta aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Pati. Selanjutnya, data sekunder
diperoleh dari literatur atau referensi ilmiah, seperti jurnal, hasil penelitian
terdahulu yang mendukung penelitian tentang perjuangan identitas komunitas
Sedulur Sikep, serta profil Kabupaten Pati yang diperoleh dari Kantor Badan Pusat
Statistik Kabupaten Pati. Hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada bab tinjauan
pustaka dalam tulisan ini.
3.4 Penentuan Informan
Informasi di dalam penelitian tentang perjuangan identitas komunitas
Sedulur Sikep di Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah diperoleh dari narasumber
melalui wawancara. Adapun pelaksanaan pengumpulan informasi dilakukan
dengan teknik purposif. Teknik ini digunakan karena informan yang diwawancari
dianggap mempunyai pengetahuan tentang komunitas Sedulur Sikep. Penggunaan
teknik purposif dianggap sesuai untuk menangkap realitas yang tidak tunggal
sehingga dengan teknik ini diberikan kesempatan maksimal pada kemampuan
peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan, menyusun teori yang
dibentuk di lapangan (grounded theory), serta memerhatikan kondisi subjek
penelitian dengan kekhususan ideografis atau nilai-nilainya (Sutopo, 1996: 37).
Adapun informan yang telah ditentukan untuk diwawancari dalam penelitian ini
64
adalah botoh (tokoh) dan anggota komunitas Sedulur Sikep, aparat pemerintah,
serta tokoh dan anggota komunitas non-Sedulur Sikep yang berkompeten untuk
dijadikan sumber informasi.
3.5 Instrumen Penelitian
Penelitian terhadap seluruh aktivitas komunitas Sedulur Sikep
Kabupaten Pati memerlukan instrumen penelitian. Sesuai dengan karakteristik
dari penelitian kualitatif, maka yang menjadi instrumen utama adalah peneliti
sendiri (human instrument). Oleh karena itu, pada waktu pengumpulan data di
lapangan, peneliti berusaha untuk terlibat dalam berbagai kegiatan masyarakat
(participant observation) atau pengamatan langsung. Di dalam pengamatan
langsung, alat yang digunakan adalah handycam (alat perekam audio visual),
kamera foto, tape recorder. Alat-alat ini diperlukan untuk kegiatan dokumentasi.
Selain melalui pengamatan langsung, juga dilakukan kegiatan
wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) dan
catatan lapangan. Pedoman wawacara merupakan daftar sejumlah pertanyaan
kunci yang ditanyakan kepada para informan. Fungsi pedoman wawancara adalah
mengingatkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan penting mengangkut subjek
penelitian. Adapun, catatan lapangan adalah kumpulan catatan yang dapat
direkam oleh peneliti ketika melakukan wawancara lapangan untuk menambahkan
catatan situasi dan kondisi saat wawancara berlangsung. Melalui penyusunan dan
penggunaan instrumen yang baik dalam penelitian diharapkan dapat dijaring dan
disaring semaksimal mungkin data yang ada relevansinya dengan permasalahan
yang menjadi objek penelitian.
65
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif
dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan studi dokumen.
3.6.1 Wawancara (Interview)
Wawancara (interview) adalah cara-cara memeroleh data dengan
berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu dan individu maupun
antara individu dan kelompok. Data kualitatif berupa kata-kata dan ungkapan,
yang umumnya diperoleh melalui wawancara menjadi perangkat yang penting.
Penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara mendalam. Wawancara
mendalam, yaitu menggali informasi tentang komunitas Sedulur Sikep dalam
kurun waktu yang relatif lama dan berkali-kali sehingga terjalin hubungan yang
akrab. Hal ini terjadi karena kondisi dan potensi objek penelitian yang mayoritas
masih mentradisikan penggunaan bahasa lisan/bertutur. Teknik wawancara
mendalam ini dapat menghasilkan informasi yang lengkap terhadap keberadaan
komunitas Sedulur Sikep di Kabupaten Pati dalam memperjuangkan identitasnya.
Data wawancara mendalam melengkapi data yang diperoleh melalui pengamatan
karena tidak semua data yang berkaitan dengan prilaku, pandangan, pendirian
dapat diperoleh melalui pengamatan. Di dalam hal ini, Kajian Budaya tidak
mengandung pola-pola yang kaku dan baku, seperti dalam ilmu kealaman. Oleh
karena itu, penelitian ini menggunakan pedoman wawancara dengan pertanyaan
pokok dan sesuai dengan permasalahan penelitian. Selanjutnya, pertanyaan
dikembangkan di lapangan sesuai dengan kedalaman yang diperlukan dan situasi
yang ditemukan.
66
3.6.2 Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
harus tersusun dengan berbagai proses biologis dan psikologis. Proses yang
terpenting adalah pengamatan dan ingatan. Operasionalisasi pengamatan dalam
penelitian ini dilakukan dengan diawali peninjauan lapangan (penjajakan)
terhadap lokasi penelitian. Cara ini sengaja dilakukan oleh peneliti untuk
mengamati lokasi, masyarakat, dan budaya Sedulur Sikep di Kabupaten Pati. Di
dalam hal ini beberapa pihak dapat memberikan informasi terkait dengan
penelitian ini. Adapun observasi yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah
observasi partisipatif, artinya peneliti mengalami, hidup bersama dengan objek.
Peranan yang dilakukan bersifat pura-pura sebab semata-mata bertujuan untuk
memeroleh data. Peranan yang dimaksudkan tidak selalu mudah karena hal-hal
berikut. Pertama, peneliti harus selalu sadar untuk menjaga jarak dengan objek
peneliti. Kedua, kegiatan yang dimaksudkan tidak jarang bertentangan dengan
norma-norma keyakinan peneliti. Meskipun demikian, sebagai peneliti yang akan
menghasilkan karya ilmiah kebersamaan yang dimaksud harus berakhir pada saat
melakukan analisis data (Ratna, 2010: 218). Teknik ini sangat efektif untuk
mendekati dan memahami komunitas Sedulur Sikep.
3.6.3 Studi Dokumen
Studi dokumen dilakukan untuk memeroleh data yang dimaksud.
Menurut Kartodirdjo (1994: 44 – 49), bahan dokumen sering mencakup detail dan
hal-hal khusus tentang aktivitas hubungan sosial yang sukar ditangkap dengan
observasi langsung. Dokumen juga disusun tanpa kesadaran akan proses-proses
67
dan gejala-gejala sosial yang jumlahnya tidak terbatas dalam alam empiris
sehingga hanya sebagian kecil yang mengendap di dalam dokumen.
Studi dokumen yang dimaksud di dalam penelitian ini diperoleh dari
data sekunder seperti klip media massa, arsip pemerintah (peta, monografi), buku,
jurnal, gambar/foto, dan sebagainya dengan tujuan untuk memeroleh referensi
yang dianggap relevan, yang berkaitan dengan penelitian tentang perjuangan
identitas komunitas Sedulur Sikep di Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah.
Adapun digunakannya dokumentasi sebagai sumber data tambahan, sekaligus
sebagai pembanding terhadap informasi yang dikatakan oleh informan, semakin
memperkaya informasi tentang komunitas Sedulur Sikep (Nawawi, 1992: 133).
Dokumentasi yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah pengambilan foto
dan perekaman dengan menggunakan kamera foto,
handycam,
dan tape
recorder.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian perjuangan identitas komunitas Sedulur Sikep
di Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah dilakukan secara deskriptif kualitatif dan
interpretatif. Oleh karena itu, analisis datanya dilakukan secara berkelanjutan dan
dikembangkan selama proses penelitian berlangsung. Analisis data dilakukan
sejak penetapan masalah, pengumpulan data, dan setelah data terkumpul,
sebagaimana pendapat Sugiyono (2007: 244) bahwa analisis data merupakan
proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi, dan catatan lapangan. Pendapat Sugiyono tersebut juga
didukung oleh Wuisman (1996: 300) yang menyatakan bahwa analisis data adalah
68
metode pemadatan data dengan cara mengembangkan taksonomi, sistem
klasifikasi deskriptif, atau klasifikasi kronologis yang mencakup sejumlah
keterangan yang menunjukkan keterkaitan secara sistematis.
Guna mendukung analisis data, maka diperlukan sistem manajemen
data yang baik. Langkah awal adalah dengan memilah data terlebih dahulu,
kemudian dibandingkan untuk mencari kemiripan, selanjutnya data dikaitkan
dengan fenomena. Oleh karena itu, yang ditekankan di dalam penelitian ini
bukanlah pengukuran, melainkan penganalisisan secara mendalam bentuk, fungsi,
dan makna dalam perjuangan identitas komunitas Sedulur Sikep di Kabupaten
Pati. Analisis data dianggap paling banyak memerlukan perhatian sekaligus
menjadi bagian terpenting dalam kegiatan sebuah penelitian. Data yang berhasil
dikumpulkan sejak observasi, dianalisis dengan mengunakan metode kualitatif
interpretatif. Hasil pengolahan data disajikan bukan dalam bentuk angka karena
angka hanyalah sebagai data sekunder. Di dalam analisis data diolah sedemikian
rupa, dengan menggunakan teori dan metode dalam rangka temuan-temuan baru.
Jadi, tujuan utama penelitian temuan baru dihasilkan melalui analisis data.
Adapun tahapan analisis data yang dilakukan di dalam penelitian ini sesuai
dengan pendapat Miles dan Huberman (1992), yaitu terdiri atas reduksi
(penyederhanaan) data, penyajian data dan penafsiran, serta penarikan simpulan.
Reduksi data merupakan tahap analisis dalam bentuk proses
pemilahan, pemfokusan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan
pentransformasian data mentah yang ada pada catatan-catatan lapangan dan datadata hasil pengamatan, serta pentranskripsian dan penerjemahan dari bahasa lisan
69
ke dalam bahasa tulis. Penyajian data dan penafsiran merupakan bagian dari
analisis untuk menyusun informasi yang memberikan kemungkinan adanya
penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data ini berkaitan
dengan penyusunan teks naratif dalam kesatuan bentuk, keteraturan, pola-pola,
penjelasan, alur sebab akibat, dan proporsi. Penarikan simpulan adalah langkah
terakhir di dalam proses analisis data. Pada tahap ini, tercakup pencarian landasan
serta hubungan sebab akibat di dalam kesatuan pembahasan sehingga
memunculkan temuan yang berkaitan dengan perjuangan identitas komunitas
Sedulur Sikep.
3.8 Teknik Penyajian Hasil Penelitian
Tahap terakhir dari seluruh proses penelitian ini adalah penyajian
seluruh analisis data. Hasil analisis data lebih banyak disajikan secara informal
dalam bentuk deksriptif naratif (narasi, kata-kata, ungkapan, dan kalimat) yang
diformulasikan dan dikonseptualisasikan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah kajian
budaya. Guna menghindari distorsi dan manipulasi pemaknaan, juga disajikan
sejumlah istilah atau kata-kata dalam bentuk bahasa aslinya (native) sebagaimana
dituturkan oleh informan pada saat wawancara dilakukan. Adapun penyajian data
secara formal berupa tabel, grafik, bagan dilakukan terhadap data kuantitatif
dengan tingkat kerumitan yang tinggi sehingga memerlukan penyerderhanaan.
Penyajian hasil analisis, selanjutnya dituangkan ke dalam laporan hasil penelitian
dengan tata cara penulisan dan penyusunan disertasi, sesuai dengan pedoman yang
berlaku di Universitas Udayana.
Download