BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis sebagaimana diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam struktur kepemilikan perusahaan terbuka (emiten atau perusahaan publik) di Indonesia yang terkonsentrasi, pemegang saham utama sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan. Pemegang saham utama dalam kedudukannya sebagai pemegang saham mayoritas umumnya merupakan pengendali perusahaan dan lebih sering mengutamakan kepentingan mereka, secara faktual pemegang saham utama dapat menentukan dewan komisaris dan direksi yang sering kali menjadi perpanjangan tangan dari pemegang saham mayoritas. Dominasi pemegang saham utama merupakan salah satu sebab lemahnya kedudukan pemegang saham minoritas atau pemegang saham independen khususnya dalam pengambilan keputusan melalui RUPS. Dominasi pemegang saham utama dalam struktur kepemilikan perusahaan terbuka (emiten atau perusahaan publik) di Indonesia yang terkonsentrasi dapat berdampak negative terhadap pemegang saham minoritas. 2. Perlindungan hukum terhadap para pemegang saham dalam hal terjadinya transaksi yang mengandung benturan kepentingan diperlukan karena posisi pemegang saham independen yang umumnya merupakan pemegang saham 122 Universitas Gadjah Mada 123 minoritas rentan untuk mengalami kerugian akibat transaksi tersebut yang mungkin terjadi karena transaksi tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan dan persetujuan mereka dikarenakan posisi mereka sebagai pemegang saham bukanlah sebagai pihak pengelola perusahaan, yang mengetahui segala aktivitas perusahaan disetiap waktu. Bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada pemegang saham minoritas adalah kewajiban perusahaan untuk memperoleh persetujuan pemegang saham independen untuk transaksi benturan kepentingan. Persetujuan pemegang saham independen menjadi dasar hukum sah atas transaksi benturan kepentingan. 3. Untuk melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dalam transaksi benturan kepentingan, keterbukaan dan kewajaran menjadi syarat utama. Keterbukaan dilaksanakan sebelum transaksi benturan kepentingan dilaksanakan. Kewajaran termanifestasi dalam penentuan prosedur dan nilai transaksi. Prosedur dan nilai yang wajar memerlukan pendapat pihak independen. 4. Penegakan peraturan terhadap pelanggaran menjadi indikator pelaksanaan hukum di bidang pasar modal oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Penegakan hukum berkontribusi pada pembangunan integritas pasar. Penegakan hukum di bidang pasar modal menggambarkan kinerja OJK selaku otoritas di bidang pasar modal. Penegakan hukum harus dilakukan tanpa diskriminasi. OJK harus menegakan peraturan mengenai transaksi benturan kepentingan terhadap semua emiten tanpa terkecuali. Universitas Gadjah Mada 124 B. Saran Sebagai penutup, melengkapi gagasan dalam penulisan Tesis ini, disampaikan beberapa hal sebagai saran, yaitu : 1. Pemegang saham minoritas memiliki informasi yang sangat minim (asymmetric information) tentang strategi dan upaya perusahaan dalam mengembangkan usaha mereka, termasuk dalam hal perusahaan melakukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan, oleh karena itu perlu dibangun upaya memperkuat peran dan kedudukan pemegang saham minoritas dalam transaksi benturan kepentingan di Pasar Modal Indonesia sejalan dengan upaya meningkatkan peran pasar modal sebagai salah satu alternatif wahana investasi bagi masyarakat. 2. Dalam transaksi yang mengandung benturan kepentingan perlu pelarangan nominee. Praktek nominee ini menggerogoti peran dan kedudukan pemegang saham independen dalam proses RUPS untuk transaksi benturan kepentingan. Bahwa hingga saat ini peraturan di bidang pasar modal belum melarang lembaga nominee yang dapat dijadikan pintu masuk pemegang saham utama untuk terlibat dalam RUPS dan menyusupkan suaranya dalam proses pengambilan keputusan dalam transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Praktek nominee menjadikan kedudukan pemegang saham minoritas yang umumnya merupakan pemegang saham independen menjadi lemah dan proses pengambilan keputusan dalam RUPS independen tidak lagi murni mewakili kepentingan pemegang saham independen. Universitas Gadjah Mada