BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa daerah yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia khususnya yang bertempat tinggal di pulau Jawa. Di daerahdaerah tertentu, bahasa jawa digunakan sebagai bahasa lokal untuk berkomunikasi sehari-hari. Bahasa ini sudah turun temurun dari leluhur dan sudah membudaya. Seperti halnya dengan bahasa Indonesia, bahasa Jawa juga dapat dipelajari karena didalamnya mengandung berbagai macam aturan-aturan baik penulisan, pengucapan, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dibuatlah kurikulum untuk mempelajari bahasa Jawa tersebut. Dalam kurikulum tersebut terdapat satu pokok bahasan yang mempelajari tentang huruf Jawa atau yang sering disebut dengan aksara Jawa. Melalui aksara atau huruf tersebut dapat dibuat sebuah kata dengan menyusunnya seperti halnya dengan huruf alfabet yang biasa digunakan dalam menulis bahasa Indonesia. Aksara Jawa merupakan salah satu huruf kuno yang ada dalam sejarah bangsa Indonesia dan sebagai salah satu bukti adanya suatu peradaban terdahulu sebelum terbentuknya bangsa Indonesia. Aksara Jawa merupakan kearifan lokal dan harus dilestarikan. Menurut Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa, kualitas pemahaman dan penggunaan bahasa, sastra, dan aksara Jawa sebagai sarana komunikasi dan ekspresi budaya memperlihatkan kondisi yang semakin menurun. Dalam bagian lain juga menyebutkan bahwa bahasa, sastra, dan aksara Jawa sebagai ekspresi budaya memiliki nilai-nilai kemanusiaan, estetika, etika, moral dan spiritual yang dapat menuntun kehidupan agar lebih berbudaya dan berkeadaban. Aksara Jawa merupakan kearifan lokal dan harus dilestarikan. Menurut pasal 1 huruf 30 UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari. 1 2 Upaya pelestarian budaya sebagai kearifan lokal diupayakan pemerintah khususnya pemerintah provinsi Jawa Tengah yang dibuktikan dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 895.5/01/2005, diamanatkan bahwa Bahasa Jawa wajib masuk dalam muatan lokal pada kurikulum SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK atau sederajat. Surat keputusan ini kemudian dikuatkan dengan adanya Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.5/5/2010 sebagai hasil revisi kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa. Kurikulum muatan daerah terdapat 5 standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa meliputi: (1) menyimak, yaitu siswa dapat menyimak berbagai wacana lisan dalam berbagai bahsa Jawa; (2) berbicara, yaitu mengungkapkan ide, gagasan, dan pikiran secara lisan dalam berbagai ragam tingkat tutur dalam berbagai ragam bahasa Jawa; (3) membaca, yaitu membaca dan memahami wacana dalam aksara latin maupun aksara Jawa; (4) menulis, yaitu menuliskan ide, gagasan, dan pikiran dalam beragam wujud bahasa dan tulisan Jawa serta, (5) apresiasi sastra maupun non sastra dalam kerangka budaya. Hal ini juga tertera pada Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 37 ayat 1 (j) yang berbunyi kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat muatan lokal. Depdiknas (2006) menjelaskan mata pelajaran muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan perilaku siswa agar memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Seiring berjalannya waktu dan kemajuan teknologi yang semakin pesat menyebabkan budaya luhur seperti aksara Jawa sudah mulai ditinggalkan dan kurang diminati untuk dipelajarai padahal dalam aksara Jawa ini memuat berbagai macam nilai luhur. Masyarakat pun sudah menganggap mempelajarinya sudah tidak lagi berguna, kuno, dan ketinggalan zaman. Padahal sesuatu yang baru belum tentu tepat apabila diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Oleh karenanya pendidikan tentang kebudayaan luhur seperti aksara Jawa ini perlu diajarkan mulai dari pendidikan dasar. 3 Membaca dan menulis aksara Jawa termasuk dalam kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar terkhusus kelas IV karena kompetensi ini telah dipelajari pada jenjang pendidikan satu tingkat sebelumnya. Di kelas IV kompetensi membaca dan menulis aksara Jawa meningkat tidak hanya aksara utuh atau nglegena saja yang dipelajarai namun sudah menggunakan sandhangan. Hal ini terdapat dalam silabus pembelajaran muatan lokal maupun Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah. Keterampilan yang dimiliki siswa dalam membaca maupun menulis aksara Jawa sangat kurang. Dari hasil wawancara guru dan siswa kelas IV, pembelajaran bahasa Jawa khususnya aksara Jawa merupakan pembelajaran yang kurang diminati. Sebagian besar siswa menganggap bahwa membaca dan menulis akasara Jawa merupakan hal yang sulit. Kesulitan yang lainnya juga dikatakan oleh guru kelas yang mengajarkan bahasa Jawa karena belum menggunakan metode yang menarik perhatian siswa dan media yang menunjang dalam pembelajaran mengenai materi aksara Jawa ini. Pada saat mengajar guru hanya menggunakan papan tulis sebagai media penyampaian materi aksara Jawa. Minat belajar siswa pun kurang mengarah untuk antusias dalam belajar. Hal ini apabila dibiarkan berlarut-larut maka bisa jadi muatan lokal akan hilang dan budaya luhur bangsa Indonesia akan luntur tergerus arus modernisasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil tes pratindakan yang telah dilaksanakan di SD N Mangkubumen Kulon No. 83 Surakarta. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca maupun menulis aksara Jawa. Di sekolah ini menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pelajaran Bahasa Jawa adalah 66. Dari 21 siswa hanya terdapat 6 siswa yang dapat membaca dan menulis aksara Jawa atau hanya 28,5% sedangkan yang belum tuntas sebanyak 15 siswa atau 71,5%. Nilai rata-rata klasikal adalah 50,9. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 107. Keterampilan ini juga tidak luput dari kemampuan yang kurang dan minat siswa yang rendah dalam mempelajari bahasa Jawa bahkan menganggap sepele pelajaran bahasa Jawa. Melihat dari kenyataan lapangan perlu adanya upaya peningkatan keterampilan membaca dan menulis aksara Jawa pada siswa kelas IV sekolah dasar. Di tingkatan ini siswa seharusnya sudah hafal dan terampil dalam membaca 4 maupun menulis aksara Jawa karena sudah dipelajari di tingkatan kelas sebelumnya. Salah satu alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang membangkitkan minat belajar siswa sehingga tertarik untuk ikut belajar. Media tentu diharapkan media yang kreatif dan inovatif. Smaldino, dkk (2008) (dalam Anitah, 2009: 4) mengatakan bahwa media adalah suatu alat komunikasi dan dumber informasi. Dikatakan media pembelajaran apabila segala sesuatu tersebut membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran. Media digunakan sebagai perantara untuk menjembatani pemberi dan penerima agar informasi yang diberikan dapat tersampaikan secara baik. Media diperlukan dalam proses pembelajaran agar tujuan yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran dapan tercapai. Media yang ditawarkan oleh peneliti berupa sirkuit pintar. Media ini berbentuk permainan kecil sederhana namun menarik serta familiar apabila digunakan oleh siswa sekolah dasar. Media ini berbentuk seperti papan permainan ular tangga. Cara bermainnya pun mirip dengan permainan ular tangga hanya saja dalam kotak-kotak berisi tulisan beraksara jawa ataupun tulisan latin. Melalui media ini memungkinkan siswa untuk mempelajari aksar Jawa baik membacanya maupun menuliskannya. Dikarenakan media yang menarik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga siswa dapat menyimpan materi-materi dengan memori jangka panjang. Hanifah (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Studi Komparasi Keterampilan Menulis Aksara Jawa Antara Pembelajaran yang Menggunakan Media Sirkuit Pintar dan Flash Cards Pada Siswa Kelas III SD Negeri Se-Gugus Ngurah Rai Kecamatan Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014, menunjukkan bahwa dengan kedua media tersebut memberikan pengaruh yang sama baiknya jika diterapkan dalam pembelajaran menulis aksara Jawa. Kedua media tersebut membantu siswa dalam pembelajaran menulis aksara Jawa. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merancang penelitian tindakan kelas yang diharapkan mampu membuat siswa tertarik serta termotivasi dalam belajar membaca dan menulis akasara Jawa dengan judul : “Upaya Peningkatan 5 Keterampilan Membaca dan Menulis Aksara Jawa Menggunakan Media Sirkuit Pintar” B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang, identifikasi masalah tersebut bahwa permasalahan yang dihadapi peneliti yaitu: Apakah dengan media Sirkuit Pintar Aksara Jawa dapat meningkatkan keterampilan membaca dan menulis aksara Jawa pada siswa kelas IV SD N Mangkubumen Kulon No. 83 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dituliskan di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis aksara Jawa menggunakan media Sirkuit Pintar Aksara Jawa siswa kelas IV SD N Mangkubumen Kulon No. 83 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti a. Wujud pengembangan profesional penelitian sebagai guru pada pengembangan profesi guru yang diharuskan. b. Menambah wawasan dalam bidang penelitian tindakan kelas. 2. Manfaat bagi guru a. Melalui PTK ini guru dapat menjawab permasalahan yang diahadapi di sekolah mengenai media pembelajaran yang bervariasi dalam meningkatkan kemampuan menghafal aksara pada muatan lokal bahasa jawa. b. Mendorong guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bisa menimbulkan keterkaitan siswa dalam belajar. c. Meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan segala sumber daya keterampilan siswa dapat dimaksimalkan. menggunakan dan kreatifitas anak sehingga 6 d. Guru memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. e. Guru mampu mendeteksi permasalahan yang ada pada proses pembelajaran sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat. f. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran dalam kelas untuk meningkatkan keterampilan siswa. 3. Manfaat bagi siswa a. Siswa dapat meningkatkan keterampilan membaca dan menulis aksara Jawa. b. Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif, kreatif, dan menyenangkan. 4. Manfaat bagi sekolah a. Sekolah mampu mengevaluasi media pembelajaran yang tepat untuk peningkatan keterampilan membaca dan menulis aksara Jawa. b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai alternatif dalam menentukan strategi dalam memberikan pembelajaran melalui sirkuit pintar. c. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan meningkatkan mutu pembelajaran muatan lokal bahasa jawa dengan memanfaatkan media yang kreatif dan inovatif.