Corel Ventura - SUHEIMI.CHP

advertisement
Vol 33, No 2
April 2009
|
Kadar T-reg kehamilan normal dan abortus 93
Perbandingan kadar regulatory T-cells antara
kehamilan normal dan abortus
(cetak ralat)
I. SUHEIMI
K. SUMAPRAJA
A. HESTIANTORO
J. PRIHARTONO*
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Departemen Ilmu Kesehatan Komunitas*
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta
Tujuan: Untuk mengetahui peran Treg dalam kelangsungan kehamilan dengan mengukur kadar Treg dalam kehamilan normal di bawah
20 minggu, mengukur kadar Treg dalam kejadian abortus dan membandingkan kadar Treg dalam kehamilan normal di bawah 20 minggu
dan dalam kejadian abortus.
Tempat: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, baik di IGD lantai 3
maupun poliklinik Obstetri dan Ginekologi.
Bahan dan cara kerja: Penelitian bersifat penelitian observasional
tanpa intervensi berupa studi comparative cross-sectional, dilakukan
pada kelompok perempuan hamil normal dan kelompok perempuan
yang mengalami abortus yang datang ke tempat penelitian. Pengumpulan data dilakukan sejak subjek penelitian datang di IGD lantai 3
atau poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSCM. Jika kasus sesuai dengan kriteria penerimaan dan penolakan maka dilakukan informed
consent untuk mendapat persetujuan penelitian. Diambil darah vena
pasien sebanyak 50 mikroliter dan dimasukkan ke dalam alat flowcytometry dengan reagen spesifik untuk pemeriksaan CD45 (Per-CP347464), CD4 (SIPC-340133) dan CD25 (PE-341009) untuk kemudian
dihitung jumlah Treg dengan sistem lyse no washed menggunakan software cellquest pro. Output dari alat flowcytometry tersebut kemudian dicatat. Pasien dengan kehamilan normal (kelompok kontrol) di follow-up
sampai kehamilannya mencapai 20 minggu untuk memastikan tidak terjadinya abortus sampai batas waktu tersebut. Jika pasien dengan kehamilan normal pada saat pemeriksaan ternyata mengalami abortus di
bawah 20 minggu, maka pasien tersebut akan dimasukkan ke dalam
kelompok dengan kejadian abortus (kelompok kasus).
Hasil: Pada uji statistik perbandingan rerata persentase sel CD45 didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik
antar kedua kelompok, di mana rerata kelompok kasus adalah 10,96 ±
6,57% sel dibandingkan dengan rerata 9,60 ± 5,30% sel pada kelompok
kontrol dengan p = 0,610. Pada perbandingan kadar Treg dari hasil uji
statistik didapatkan Median pada kelompok kasus (2,45 sel/μl) dibandingkan dengan Median kelompok kontrol (2,53 sel/μl) tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik dengan p = 0,946
(uji korelasi Mann-Whitney).
Kesimpulan: Penelitian ini mendapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kadar Regulatory T-cells (Treg) dengan kejadian abortus.
[Maj Obstet Ginekol Indones 2009; 33-2: 93-100]
Kata kunci: regulatory T-cells, Treg, abortus
Objective: To find the role of Treg in maintaining successful pregnancies by measuring Treg level in normal pregnancy below 20 weeks,
measuring Treg level in miscarriage and comparing the Treg level between normal pregnancy dan miscarriages.
Setting: RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 3rd fl. Obstetric Emergency Dept and Obstetric & Gynecology day clinic.
Material and methods: An observational, non-intervention, comparative cross-sectional study, was conducted at pregnant female with
normal pregnancies and miscarriages who came to place of study. Data
are collected since the subject come to place of study as long as the subject is within the inclusive criteria and has agreed to sign up the informed consent to join the study. Blood sample is taken intravenously
from subject for 50 micro-liters and put through the flow-cytometry with
specific reagent for CD45 (PerCP-347464), CD4 (SIPC-340133) and
CD25 (PE-341009) and Treg counts are counted with lyse no washed
system and Cellquest Pro software. Output from the flowcytometry are
then saved and noted. Subjects with normal pregnancies are followed-up
until 20 weeks of their pregnancies to ensure there are no miscarriages
up to that time. The subjects with normal pregnancy during the test period then have miscarriages afterwards, before 20 weeks, will then put
into the miscarriage group of subjects.
Results: From the mean comparison statistic calculation in CD45
cell percentage, it is found that there are no statistically-significant difference between the two groups, where the mean for case group is 10.96
± 6.57% cell compared to the mean of 9.60 ± 5.30% cell in the control
group, with p = 0.610. In the comparison of Treg level, the statistic calculation found that the median of case group (2.45 sel/μl) compare to
median of control group (2.53 sel/μl) did not show statistically-significant difference with p = 0.946 (Mann-Whitney correlation test).
Conclusion: This study found out that there are no significant relations between Regulatory T-cells (Treg) level with miscarriage.
[Indones J Obstet Gynecol 2009; 33-2: 93-100]
Keywords: regulatory T-cells, Treg, miscarriage
PENDAHULUAN
hamilan dan angka kejadian tersebut menurun tajam
seiring dengan peningkatan umur kehamilan.1 Sampai saat ini etiologi abortus masih belum dapat dipastikan di mana terdapat beberapa faktor yang di-
Insiden abortus, dengan atau tanpa kematian mudigah, terjadi pada 15 - 30% dari keseluruhan ke|
|
94 Suheimi dkk
Maj Obstet
Ginekol Indones
lukan8, membawa penelitian mengenai masalah keberhasilan implantasi ke arah yang lebih jelas.
Penelitian oleh Aluvihare dan kawan-kawan9 merupakan salah satu penelitian pertama yang meneliti hubungan antara keberadaan Treg dan keberhasilan implantasi mudigah. Penelitian ini memperlihatkan adanya penurunan pada jumlah regulatory
T-cells CD4+ dan CD25+ (Treg) pada kegagalan implantasi mudigah yang mendeskripsikan bahwa Treg
ini dibutuhkan ibu untuk mentoleransi keberadaan
fetus selama masa kehamilan sehingga tidak terjadi
penolakan fetus oleh sistem imun maternal. Aluvihare meyakini bahwa peningkatan populasi Treg
pada masa kehamilan adalah sebagai akibat meningkatnya T-cell yang mampu mengenali allo-antigen yang berasal dari paternal antigen yang terdapat pada fetus.11
Penelitian mengenai keberadaan dan fungsi regulatory T-cell (Treg) mulai banyak dilakukan di
berbagai negara dengan harapan dapat menjelaskan mekanisme keberhasilan kehamilan, namun
demikian di Indonesia penelitian pada bidang ini
masih terbatas sehingga belum terdapat data mengenai keberadaan dan fungsi regulatory T-cell
(Treg) pada kehamilan di Indonesia.
Dengan mempertimbangkan latar belakang tersebut maka timbul suatu pertanyaan apakah terdapat hubungan antara kadar regulatory T-cell
(Treg) dan kejadian abortus? Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan
cara membandingkan kadar Treg dalam kehamilan
normal di bawah 20 minggu dan dalam kejadian
abortus. Pengetahuan mengenai keberadaan dan
fungsi Treg diharapkan dapat mengembangkan berbagai teknologi pengobatan dalam bidang obstetrik
terutama dalam hal pengobatan infertilitas, pencegahan masalah-masalah pada kehamilan dan aborsi
yang berhubungan dengan masalah autoimunitas.
yakini sebagai etiologi abortus di antaranya adalah
faktor kelainan pada janin (kelainan kromosom dan
pertumbuhan zygote abnormal), faktor maternal (infeksi, kelainan endokrin, malnutrisi, pemakaian
obat-obatan dan lain lain) serta faktor imunologi.
Fenomena yang terkait dengan kemampuan fetus
untuk bertahan hidup sebagai benda asing di dalam
tubuh ibu, yang seharusnya ditolak secara alamiah
oleh sistem imun ibu, merupakan fenomena unik.
Teori yang berkembang saat ini menyatakan selama masa kehamilan, sistem imun ibu akan mentoleransi fetus yang memiliki alloantigen paternal.
Sebagian besar penelitian di bidang imunologi reproduksi meyakini adanya suatu perubahan pada
sistem imunitas maternal yang akan melindungi fetus dari respon imunitas ibu tersebut.
Medawar (1953) merupakan peneliti pertama
yang mengajukan konsep fetal allograft yang bertahan hidup sebagai semi-allogenic pada tubuh ibu
hamil.2,3 Meskipun penelitian Medawar tersebut
merupakan awal berkembangnya penelitian di bidang imunologi reproduksi, namun demikian sebagian besar penelitian-penelitian lebih lanjut bertolak belakang dengan hasil penelitian Medawar
tersebut. Beberapa penelitian lainnya, seperti yang
dilakukan oleh Patton dan kawan-kawan4 memperlihatkan tidak adanya perubahan pada sistem imunitas maternal secara umum, yaitu tidak ada perubahan yang signifikan pada konsentrasi dan fungsi Imunoglobulin (Ig) IgG, IgM, IgA, B-cell, dan
T-cell yang merupakan bagian dari sistem imun
tubuh, selama kehamilan yang merupakan indikasi
berfungsinya sistem imunitas maternal dengan baik.
T-cell merupakan salah satu komponen dari imunitas adaptif. T-cell mampu melawan infeksi intraselular, seperti infeksi virus, fungi, protozoa maupun bakteri fakultatif seperti mycobacteria, legionella, listeria dan salmonella.5 Sebagian dari T-cell
merupakan sel-sel T-cell Memory, di mana sel-sel
terbentuk untuk mengenali suatu antigen yang spesifik dan menyerang lebih kuat lagi pada saat antigen tersebut muncul kembali. Terdapat tiga jenis
T-cell yang dapat dikenali3,5,6, yaitu T-cell Helper
(CD4+), T-cell Sitotoksik (CD8+) dan T-cell Regulatory/Suppressor (CD4+ CD25+). T-cell Helper
berfungsi untuk membantu sistem imunitas tubuh
dengan berbagai cara. Sedangkan T-cell Sitotoksik
(dengan protein CD8+) berfungsi untuk menghancurkan sel-sel yang terinfeksi secara langsung oleh
patogen dan berperan dalam proses penolakan pada
transplantasi organ.6,7
Penelitian terbaru mengenai Regulatory T-Cell
atau Treg yaitu suatu sub-klas dari T-cell Helper
yang memiliki kemampuan untuk melakukan inhibisi terhadap produksi T-cell Sitotoksik jika diper-
BAHAN DAN CARA KERJA
Penelitian ini bersifat observasional tanpa intervensi berupa studi comparative cross-sectional,
yang bertujuan untuk melihat adanya perbedaan
kadar Treg pada kelompok perempuan hamil normal dan kelompok perempuan yang mengalami
abortus. Penelitian dilakukan di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, baik di IGD lantai 3 maupun poliklinik Obstetri dan Ginekologi. Penelitian berlangsung bulan Januari 2007 sampai Januari 2008.
Populasi penelitian adalah ibu hamil di bawah
20 minggu yang datang di tempat-tempat tersebut
di atas, dengan kehamilan normal ataupun dengan
kejadian abortus. Kriteria inklusi adalah kelompok
|
Vol 33, No 2
April 2009
|
Kadar T-reg kehamilan normal dan abortus 95
perempuan dengan kehamilan < 20 minggu, baik
kehamilan normal maupun dengan kejadian abortus yang telah bersedia mengikuti penelitian. Sedangkan kriteria penolakannya (eksklusi) adalah
perempuan hamil dengan suatu kelainan yang secara teori dapat merancukan hasil penelitian seperti
inkompetensia serviks, usia ibu di atas 40 tahun,
diketahui adanya organik dari genitalia interna berupa mioma uteri atau kelainan bawaan uterus, ibu
menderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol,
ibu menderita salah satu faktor trombophilia, suhu
ibu di atas 37,5°C dan missed abortion, blighted
ovum, complete dan provocatus abortion.
Dengan menggunakan rumus besar sampel untuk
estimasi mean suatu populasi, maka jumlah sampel
(n) yang dibutuhkan pada setiap kelompok penelitian ini adalah 17 orang. Terdapat 2 kelompok
yang akan diteliti yaitu kehamilan normal (kelompok kontrol) dan abortus (kelompok kasus). Dengan
demikian subjek yang akan diteliti pada penelitian
ini sebanyak 2 x 17 orang yaitu 34 orang. Untuk
pengambilan sampel pada kasus dilakukan secara
consecutive yaitu setiap subjek yang memenuhi
kriteria penerimaan akan dimasukkan dalam penelitian.
Pengumpulan data dilakukan sejak subjek penelitian datang di IGD lantai 3 atau poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSCM. Seleksi kasus sesuai
dengan kriteria penerimaan dan penolakan lalu dilakukan informed consent untuk mendapat persetujuan penelitian dari subjek penelitian. Kemudian
diambil darah vena pasien sebanyak 50 mikroliter
dan dimasukkan ke dalam tabung EDTA steril lalu
diberi label. Dilakukan pewarnaan darah pada spesimen dengan reagen spesifik untuk pemeriksaan
CD45 (PerCP-347464), CD4 (SIPC-340133) dan
CD25 (PE-341009) di dalam Vortex dan diinkubasi
selama 15 menit dalam ruangan gelap, paling lama
darah diproses 24 jam setelah pengambilan. Setelah
proses inkubasi, spesimen diberikan 450 mikroliter
FACS Lyse (BD Facs lysing solution-349202) dan
diinkubasi lagi selama 15 menit di ruangan gelap.
Kemudian spesimen dimasukkan ke alat flowcytometry yaitu ’Simultest IMK-Lymphocyte’ untuk kemudian dihitung jumlah Treg dengan sistem lyse no
washed menggunakan software Cellquest Pro. Data
penelitian dicatat pada formulir penelitian yang
telah diuji coba. Pasien dengan kehamilan normal
di follow-up sampai kehamilannya mencapai 20
minggu untuk memastikan tidak terjadinya abortus
sampai batas waktu tersebut. Jika pasien dengan
kehamilan normal pada saat pemeriksaan ternyata
mengalami abortus di bawah 20 minggu, maka
pasien tersebut akan dimasukkan ke dalam kelompok dengan kejadian abortus
Setelah melalui proses editing dan koding, data
penelitian direkam dalam cakram magnetik untuk
dilakukan proses pembersihan data secara elektronik. Data yang telah teruji keabsahannya ini diolah
dan disusun dalam bentuk tabel distribusi maupun
tabel silang sesuai tujuan penelitian menggunakan
perangkat SPSS versi 11.5. Penghitungan nilai
mean dan simpang bakunya dilengkapi dengan interval nilai berdasar Confidence Interval 95% dilakukan untuk variabel kuantitatif. Hubungan antara
dua variabel kuantitatif dinilai dengan metoda korelasi Pearson bila memenuhi syarat normalitas atau
dengan metoda Spearman bila tidak memenuhi
syarat normalitas. Hubungan antara variabel kualitatif dan variabel kuantitatif dinilai dengan uji t dan
Kai-kuadrat bila memenuhi syarat normalitas atau
dengan metoda Mann Whitney dan Kruskal Wallis
bila tidak memenuhi syarat normalitas. Batas kemaknaan yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah sebesar 5%.
HASIL
Dari sebaran karakteristik demografis, medis dan
riwayat obstetri, didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar kedua kelompok (kelompok kasus dengan kelompok kontrol) pada faktor
usia, sosial ekonomi (pendapatan dan pekerjaan
suami) dan riwayat antenatal care (ANC). Sedangkan pada tingkat pendidikan, siklus haid, jumlah paritas, jumlah abortus, jarak kehamilan dan riwayat kontrasepsi tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara kedua kelompok.
Pada uji statistik didapatkan bahwa rerata usia
istri dan usia suami pada kelompok kasus (29,71 ±
6,08 tahun dan 34,41 ± 4,76 tahun) secara bermakna lebih tinggi daripada kelompok kontrol
(25,18 ± 4,16 tahun dan 29,65 ± 6,00 tahun) dengan p = 0,015 untuk usia istri dan p = 0,016 untuk
usia suami (lihat Tabel 3). Pekerjaan suami pada
kelompok kasus umumnya adalah pada pekerja blue
collar (70,6%) yang secara bermakna berbeda dengan kelompok kontrol dengan sebagian besar pekerjaan suami adalah pekerja white collar (70,6%)
dengan p = 0,040 (lihat Tabel 1).
Riwayat ANC pada kelompok kasus juga secara
bermakna mendatangi pelayanan kesehatan dengan
tingkat lebih rendah dibandingkan pada kelompok
kontrol dengan p = 0,004, di mana 70,6% pasien
pada kelompok normal memeriksakan kehamilannya ke dokter spesialis kandungan, sedangkan pada
kelompok abortus hanya 11,8% yang memeriksakan kehamilannya ke dokter spesialis kandungan,
serta 76,5% memeriksakan ke bidan dan dokter
|
|
Maj Obstet
Ginekol Indones
96 Suheimi dkk
non-spesialis kandungan serta 11,8% pergi ke
dukun atau tidak memeriksakan kehamilannya sama sekali (lihat Tabel 2).
Tiga tabel di bawah memperlilhatkan sebaransebaran karakteristik demografis, risiko medis serta
nilai rerata berbagai variabel yang dibandingkan antar kedua kelompok.
Tabel 4 dan 5 di bawah ini menggambarkan sebaran frekuensi abortus pada kedua kelompok dan
sebaran usia gestasi pada kelompok kasus. Namun
karena distribusi kasus tidak sebanding maka tidak
dilakukan uji statistik lebih lanjut.
Tabel 1. Sebaran karakteristik demografis menurut kelompok penelitian
Kelompok
Kasus
Karakteristik demografik
Kelompok usia subjek
≤ 25 tahun
26 + tahun
Pendidikan subjek
SD - SLP
SLA +
Pekerjaan subjek
Ibu rumah tangga
Bekerja
Penghasilan subjek
Tidak ada
Ada
Pendidikan suami subjek
SD - SLP
SLA +
Pekerjaan suami subjek
Blue Collar
White Collar
Penghasilan suami subjek
Sampai 1 juta
Lebih
Keterangan:
Kontrol
p
n
%
n
%
4
13
23,5
76,5
10
7
58,8
41,2
0,081
9
8
52,9
47,1
5
12
29,4
70,6
0,296
15
2
88,2
11,8
11
6
64,7
35,3
0,225
15
2
88,2
11,8
9
8
52,9
47,1
0,60
6
11
35,3
64,7
2
15
11,8
88,2
0,225
12
5
70,6
29,4
5
12
29,4
70,6
0,040
9
8
52,9
47,1
3
14
17,6
82,4
0,73
Bold = Berbeda bermakna secara statistik
p dianggap bermakna jika < 0,05
Tabel 2. Sebaran karakteristik risiko medik menurut kelompok penelitian
Kelompok
Kasus
Karakteristik demografik
Siklus haid
Teratur
Tidak teratur
Paritas
Nuli/Primi
Multi
Jarak kehamilan
Primigravida
3 + bulan
Riwayat kontrasepsi
Tidak pakai
Pakai
Riwayat ANC
Tidak/dukun
Non Obgin
Obgin
Keterangan:
Kontrol
p
n
%
n
%
17
0
100,0
0,0
14
3
82,4
17,6
0,227
11
6
64,7
35,3
16
1
94,1
5,9
0,085
5
12
29,4
70,6
9
8
52,9
47,1
0,296
10
7
58,8
41,2
13
4
76,5
23,5
0,463
2
13
2
11,8
76,5
11,8
0
5
12
0,0
29,4
70,6
0,002
Bold = Berbeda bermakna secara statistik
p dianggap bermakna jika < 0,05
|
Vol 33, No 2
April 2009
|
Kadar T-reg kehamilan normal dan abortus 97
Tabel 3. Nilai Mean dan SD variabel menurut kelompok penelitian
Kasus (n=17)
Variabel
Kontrol (n=17)
Mean
SD
Mean
p
SD
Usia istri
29,71
6,08
25,18
4,16
0,016
Usia suami subjek
34,41
4,76
29,65
6,00
0,015
Siklus haid (hari)
28,94
1,03
28,82
1,02
0,739
Jumlah
kehamilan**)
2,71
2,20
1,53
0,87
0,106
Jumlah
persalinan**)
1,47
2,04
0,41
0,80
0,131
0,65
1,00
0,18
0,53
0,231
Jumlah anak
hidup**)
0,94
1,12
0,41
0,62
0,260
Usia gestasi
(minggu)**)
9,88
4,06
10,94
4,21
0,683
21,53
26,64
18,59
37,05
0,413
Jumlah abortus**)
Jarak kehamilan
(bulan)**)
**)
Keterangan:
= Dilakukan uji ranking Mann Whitney
Bold = Berbeda bermakna secara statistik
p dianggap bermakna jika < 0,05
Tabel 4. Sebaran frekuensi abortus menurut kelompok penelitian
Frekuensi
Abortus
Kelompok Kasus
Kelompok Kontrol
%
Jumlah
%
13
76,5
16
94,1
29
b. 2 kali
3
17,6
1
5,9
4
c. > 3 kali
1
5,9
0
0,0
1
Total
17
100
17
100
34
Persen
< 6 minggu
1
94,1
≥ 6 minggu
16
5,9
Total
17
100,0
9,60
5,30
0,610
8
6
normal
Total
6,57
Pada perbandingan kadar Treg antar kedua kelompok didapatkan rerata 3,16 ± 2,30 sel/μl pada
kelompok kasus dan 3,60 ± 3,36 sel/μl pada kelompok kontrol. Uji kebermaknaan perbedaan kadar
Treg ini menggunakan angka Median dengan melakukan uji korelasi Mann-Whitney, karena kurva
rerata yang dihasilkan tidak merupakan kurva normal seperti terlihat pada Gambar 1.
Tabel 5. Sebaran usia gestasi pada kelompok kasus
Kategori Usia Gestasi
10,96
Keterangan: p dianggap bermakna jika < 0,05
Total
Jumlah
a. 0-1 kali
Persentase
CD45
4
Gambaran Treg dan Komponen Darah Lainnya
Pada uji statistik perbandingan rerata persentase sel
CD45 didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang bermakna secara statistik antar kedua kelompok, di mana rerata kelompok kasus adalah 10,96
± 6,57% sel dibandingkan dengan rerata 9,60 ±
5,30% sel pada kelompok kontrol dengan p = 0,610
(lihat Tabel 6).
Mean
Mean
SD
8
abortus
Kelompok Kontrol
(n=17)
0
6
4
Tabel 6. Perbandingan Mean persentase kadar CD45 menurut
kelompok penelitian
Kelompok Kasus
(n=17)
Kasus_ibu
Frekuensi
2
2
0
Total
0,0
2,5
5,0
7,5
10,0
12,5
Kadar_Treg
SD
Gambar 1. Kurva penyebaran kadar Treg pada setiap kelompok
|
|
Maj Obstet
Ginekol Indones
98 Suheimi dkk
Tabel 7. Nilai Mean dan SD T-reg menurut kelompok
95% CI
Kadar Treg
Mean
SD
Med
Low
High
Kelompok Normal
3,60
± 3,36
1,96
5,16
2,53
Kelompok Abortus
3,16
± 2,30
2,07
4,25
2,45
p
0,946
Keterangan: p dianggap bermakna jika > 0,05
Kasus Ibu
normal
abortus
12,50
Frekuensi
10,00
7,50
5,00
Median kelompok kontrol (2,53 μl/sel)
Median kelompok kasus (2,43 μl/sel)
2,50
0,00
0
5
10
15
20
0
5
10
15
20
Usia gestasi (minggu)
Gambar 2. Penyebaran kadar Treg pada kedua kelompok penelitian
Dari hasil uji statistik tersebut di atas, didapatkan
Median pada kelompok kasus (2,45sel/μl) dibandingkan dengan Median kelompok kontrol (2,53
sel/μl) tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik dengan p = 0,946 (uji korelasi Mann-Whitney). Perbandingan antara kadar
Treg kelompok kasus dan kelompok kontrol dapat
dilihat pada Tabel 7 serta Gambar 2.
PEMBAHASAN
Terdapat beberapa faktor yang diketahui sebagai
etiologi abortus di antaranya adalah faktor kelainan
pada janin, faktor maternal serta faktor imunologi.
Faktor maternal pastinya sangat berpengaruh pada
keberhasilan fetus untuk bertahan hidup. Pada penelitian ini ditemukan bahwa rerata usia ibu pada
kelompok kasus (29,71 tahun) secara bermakna lebih tinggi dibandingkan dengan rerata usia ibu pada
kelompok kontrol (25,18 tahun). Temuan ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rasch12
yang juga menemukan peningkatan kejadian abortus pada rentang usia 26 - 29 tahun.
|
Vol 33, No 2
April 2009
|
Kadar T-reg kehamilan normal dan abortus 99
Meskipun penelitian mengenai Regulatory T-cell
(Treg) di bidang imunologi cukup berkembang, terutama pada penelitian-penelitian mengenai transplantasi organ, namun demikian Treg yang merupakan bagian dari T-cell saat ini masih belum banyak diketahui keberadaan, fungsi dan mekanisme
kerjanya pada keberhasilan proses implantasi mudigah.
Pada penelitian ini, sesuai dengan hipotesis sebelumnya, ditemukan bahwa meskipun Median kadar Treg pada kelompok kasus (2,45 sel/μl) didapatkan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok
kontrol (2,53 sel/μl), namun tidak terdapat penurunan Treg yang bermakna secara statistik. Tentunya
hasil pada penelitian ini sama dengan hipotesis
awal penelitian dan juga dengan penelitian-penelitian
lain8,9,15 yang memperlihatkan adanya penurunan
kadar Treg, tapi pada penelitian ini penurunan yang
didapat tidak bermakna secara statistik pada perempuan dengan kejadian abortus.
Salah satu keterbatasan yang harus diperhitungkan setelah melihat hasil penelitian ini adalah angka
kejadian abortus yang disebabkan oleh faktor-faktor
kelainan pada janin yang tidak dapat terdeteksi.
Meskipun telah dilakukan skrining usia ibu, di mana sampel hanya diambil dari ibu di bawah usia 40
tahun untuk mengurangi angka risiko kelainan kromosom pada janin, namun tidak menutup kemungkinan bahwa ibu di bawah usia tersebut juga memiliki janin dengan kelainan kromosom. Sebagian
besar sampel dengan kejadian abortus pada penelitian ini, juga tidak pernah dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi sebelum kejadian abortus tersebut,
sehingga tidak diketahui apakah pada kejadian
abortus ini merupakan kehamilan dengan janin atau
tanpa janin (blighted ovum).
Hasil perbandingan kadar Treg dan CD45 antara
kelompok dengan kejadian abortus di bawah 6
minggu (embryonic loss) dan di atas 6 minggu (fetal loss) pada penelitian ini tidak dapat disimpulkan karena terdapat ketidakseimbangan pada komposisi subjek. Begitu pula perbandingan kadar Treg
dan CD45 antara kelompok dengan kejadian abortus sekali dengan abortus berulang (recurrent abortion).
Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa kejadian abortus secara bermakna lebih sering terjadi
pada keluarga dengan pekerjaan dan pendapatan
keluarga yang lebih rendah, yang akhirnya mempengaruhi kemampuan keluarga untuk melakukan
antenatal care yang lebih baik. Meskipun terdapat
perbedaan yang bermakna dari variabel sosialekonomi di atas namun demikian data-data di atas
hanya merupakan karakteristik demografis dari
subjek penelitian dan bukan merupakan faktor
penyebab dari kejadian abortus.
CD45 adalah merupakan common leukocyte antigen yang dapat diperiksa melalui pemeriksaan
flow-cytometry. Dari penelitian ini didapatkan bahwa persentase CD45 tidak berbeda secara bermakna pada kedua kelompok penelitian.
Kemampuan fetus, yang mengandung nonself
antigen yang berasal dari paternal dapat bertahan
hidup di dalam tubuh ibu sebagai benda asing, serta
dapat terhindar dari respon sistem imun maternal
yang seharusnya dapat membedakan antara self dan
nonself antigen. Dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan didapatkan hubungan erat Regulatory TCell atau Treg yaitu suatu sub-klas dari T Helper,
yang mengandung protein CD4+ CD25+ pada permukaannya, untuk melakukan inhibisi terhadap produk respon imun jika diperlukan.8 Proses inhibisi
ini memiliki peran yang penting dalam proses diskriminasi antara self dan nonself, dan diyakini pula
oleh beberapa peneliti sel T-reg juga berperan
dalam mekanisme toleransi perifer, keberhasilan
transplantasi dan juga kemampuan toleransi sistem
imun maternal terhadap antigen paternal dari fetus.13
Diyakini bahwa peningkatan populasi Treg pada
masa kehamilan diakibatkan meningkatnya T-cell
yang mampu mengenali alloantigen yang berasal
dari antigen paternal pada fetus.9 Dengan demikian
diperkirakan bahwa penurunan jumlah Treg pada
tubuh ibu dalam masa kehamilan akan mengakibatkan inhibisi respon imun maternal terhadap alloantigen yang terdapat pada fetus.
Hasil penelitian oleh Somerset dan kawankawan14 memperlihatkan peningkatan jumlah Treg
hingga dua kali lipat selama masa kehamilan, namun peningkatan ini baru mulai memuncak pada
pertengahan sampai akhir trimester kedua dan menurun kembali ke level normal pada masa post-partum. Diyakini bahwa puncak tertinggi proporsi Treg
pada trimester kedua disebabkan karena invasi tropoblas pada desidua maternal telah mencapai tingkat maksimal. Sementara penurunan kadar Treg pada masa port-partum disebabkan hilangnya stimulus
antigen yang terdapat pada fetal-allograft tersebut.
KESIMPULAN
Tidak terdapat hubungan antara kadar Regulatory
T-cells (Treg) dengan kejadian abortus.
|
|
100 Suheimi dkk
Maj Obstet
Ginekol Indones
8. McHugh RS, Shevach EM. The role of suppressor T-cells
in regulation of immune responses. Journal of Allergy and
Clinical Immunology 2002: 693-702
9. Aluvihare VR, Kallikourdis M, Betz AG. Regulatory Tcells mediate maternal tolerance to the fetus. Nature Immunology 2004; 5(4): 266-71
10. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth
JC, Wenstrom KD. Williams Obstetrics. 21st ed. New York:
McGraw-Hill, 2001: 856-82
11. Wilson RD, Kendrick V, Wittman BK, McGillivray B.
Spontaneous abortion and pregnancy outcome after normal
first trimester ultrasound examination. Obstetric and Gynecology 1986; 67: 352
12. Laird SM, Tuckerman EM, Cork BA. A review of immune
cells and molecules in women with recurrent miscarriage.
Human Reproduction Update 2003; 9(2): 163-74
13. Aluvihare VR, Kallilourdis M, Betz AG. Tolerance, suppression and fetal allograft. Journal of Molecular Medicine
2005; 83: 88-9
14. Somerset DA. Normal human pregnancy is associated with
an elevation in the immune suppressive CD25+ CD4+ regulatory T-cell subset. Immunology 2004; 112: 38-43
15. Saito S, Sasaki Y, Sakai M. CD4+ CD25+ regulatory T
cells in human pregnancy: Mini-review. Journal of Reproductive Immunology 2005; 65: 111-20
RUJUKAN
1. Harlap S, Shiono PH. Alcohol, smoking and incidence of
spontaneous abortions in the first and second trimester.
Lancet 1980; 2: 173
2. Sacks GP, Redman CW, Sargent IL. The immunology of
human pregnancy. In: Studd, J. (editor). Progress in Obstetrics and Gynaecology 15th ed. UK: Churchill-Livingstone. 2003: 17-44
3. Johnson PM. Immunology of pregnancy. In: Chamberlain
G. (editor). Turnbull’s Obstetrics. 2nd ed. UK: ChurchillLivingstone, 1995: 143-62
4. Munn DH. Prevention of Allogeneic Fetal Rejection by
Tryptophan Catabolism. Science 1998; 281(5380): 1191-3
5. Parkin JM, Pinching. Clinical Immunology. In: Kumar, P
& Clark M (editors), Clinical Medicine. 5th ed. UK: WB
Saunders, 2002: 191-220
6. Guyton AC. Human physiology and Mechanism of Disease.
5th ed. Philadelphia: WB Saunders, 1992: 247-71
7. Tsuda H, Michimata T, Sakai M, Saito SA. Novel surface
molecule of Th2- and Tc2-type cells, CRTH2 expression
on human peripheral and decidual CD4+ and CD8+ T cells
during the early stage of pregnancy. Clinical Experiment
in Immunology 2001; 123: 105-11
|
Download