Iklan Kampanye Pemilu: Mampukah Menjaring Suara

advertisement
Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015
ISSN 2356 - 4385
Iklan Kampanye Pemilu: Mampukah Menjaring
Suara Konstituen Pemilih Pemula?
Ika Suhartanti Darmo 1), Basuki Toto Rahmanto 2), Joseph MJ. Renwarin 3)
Manajemen, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis, Jakarta
Jalan Pulomas Selatan Kav. 22, Jakarta Timur 13210
1)
Email: [email protected]
2)
Email: [email protected]
3)
Email: [email protected]
Abstract: Allocation of funds disbursed by the advertising campaign that every legislative candidates
on each agenda of elections in Indonesia is very large. The main target of the candidates is the first
voter, which amounts to 30% of the citizens who have the right to vote in elections Indonesia. This study
aims to look at how much influence advertising election campaign of candidates in 2014 consisting
of informative advertising, persuasive advertising and reminder advertising towards the end of the
election decision of the voters. Selected survey method using questionnaire to 102 voters in the district
of Medan Satria Bekasi; which has been using the right to vote in the elections of April 2014 Test data
analysis is the use of test instruments, classic assumption test and multiple linear analysis. This study
concluded that the ad was informative and persuasive advertising significantly affect the decision of the
election, while the reminder ads do not contribute anything to the first voter selection decision. While
simultaneously, informative advertising, persuasive advertising and reminder advertising together
provide a significant positive effect for the decision first election voters.
Keywords: informative ads, persuasive ads, reminders ads, election decision
Abstrak: Alokasi dana iklan kampanye yang digelontorkan oleh setiap calon legislatif (caleg) pada
setiap agenda pemilihan umum (pemilu) di Indonesia sangat besar. Target utama para caleg adalah
para pemilih pertama, yang jumlahnya mencapai 30% dari total warga negara yang memiliki hak
pilih dalam pemilu Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh iklan
kampanye pemilu caleg 2014 yang terdiri dari iklan informatif, iklan persuasif, dan iklan pengingat
terhadap keputusan pemilihan akhir para pemilih pemula. Metode survey dipilih dengan menggunakan
instrumen kuesioner kepada 102 orang pemilih pemula di Kecamatan Medan Satria Bekasi; yang
telah menggunakan hak pilih pada pemilu April 2014. Uji analisis data adalah menggunakan uji
instrumen,uji asumsi klasik dan analisis linear berganda. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan
bahwa iklan informatif dan iklan persuasif secara signifikan berpengaruh terhadap keputusan
pemilihan, sedangkan iklan pengingat tidak berkontribusi apapun bagi keputusan pemilihan pemilih
pertama. Sedangkan secara simultan, iklan informatif, iklan persuasif dan iklan pengingat bersamasama memberikan pengaruh positif signifikan bagi keputusan pemilihan para pemilih pertama.
Kata kunci: iklan informatif, iklan persuasif, iklan pengingat, keputusan pemilihan
I. PENDAHULUAN
Secara umum, setiap warga negara mengenal
perhelatan besar pemilihan umum (pemilu) sebagai
agenda khusus pemerintah dalam rangka melaksanakan
keadulatan rakyat, mewujudkan hak asasi politik
rakyat. Dalam agenda pemilu ini secara khusus
pemerintah memberikan fasilitas keleluasaan kepada
warganya untuk memilih para wakil rakyat yang
duduk di DPR, DPD, DPRD, serta memilih Presiden
dan Wakil Presiden. Kesemua aktivitas tersebut
merupakan perwujudan pelaksanaan pergantian
personal pemerintahan konstitusional secara damai,
aman dan tertib guna menjamin kesinambungan
pembangunan nasional Republik Indonesia. Dalam
rangka memenangkan pilihan hati para pemilih dan
simpatisan; yang disebut juga konstituen, setiap
partai politik dan para calon legislatif yang turut serta
dalam agenda pesta demokrasi ini berlomba-lomba
untuk menawarkan janji-janji dan program yang akan
194
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 194
25/02/2016 14:00:32
Ika Suhartanti Darmo, Iklan Kampanye Pemilu: Mampukah Menjaring Suara...
dilaksanakannya apabila terpilih untuk menjabat
tugas legislatif selama masa kampanye. Pelaksanaan
kampanye tersebut dilakukan secara persuasif atau
cenderung membujuk tanpa paksaan dengan berbagai
kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa,
lobby, dan juga berkampanye melalui berbagai
media periklanan; baik melalui aktivitas periklanan
yang menggunakan metode Above The Line (ATL)
maupun Below The Line (BTL). Dan bukan rahasia
lagi apabila aktivitas kampanye tersebut memerlukan
dukungan dana yang relatif sangat besar; baik dari
partai maupun dari kantong pribadi para caleg-nya.
Managing Director Media Nielsen Indonesia,
Irawati Pratignyo, mengatakan momen pemilihan
umum dimanfaatkan parpol untuk beriklan meraih
dukungan masa. Belanja iklan partai politik dan
pemerintahan selama kuartal I 2014 mengalami
peningkatan 89% dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya menjadi Rp 2,04 triliun. Dia
menyebutkan pertumbuhan belanja iklan parpol
dan pemerintahan paling dominan terjadi di media
televisi dengan peningkatan 226% menjadi Rp 1,17
triliun, suratkbar meningkat 57% menjadi Rp1,36
triliun, dan majalah dan tabloid 46% menjadi Rp
14,27 miliar.Sehingga jika dibandingkan dengan
kuartal I pemilu sebelumnya, belanja iklan parpol
naik 92% dari Rp1,065 triliun pada 2013 menjadi
Rp 2,04 triliun tahun ini. Riset menyimpulkan bahwa
setiap parpol dan para caleg mengeluarkan sejumlah
dana yang fantastis untuk dapat memenangkan
suara konstituennya (Bisnis.com, Mei 2014). Dalam
publikasi yang lain disebutkan: “Hasil riset Lembaga
Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas
Indonesia (LPEM UI) mengungkapkan bahwa seorang
caleg DPR rata-rata harus mengeluarkan dana sebesar
Rp 1,18 miliar untuk melakukan kampanye agar dapat
menduduki kursi Legislatif”. Sedangkan menurut
Menurut riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan
Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) ratarata uang yang digelontorkan tiap caleg dalam Pemilu
2014 mencapai Rp1,1 miliar untuk bisa dapat satu
kursi sebagai anggota dewan di Senayan. Irawati
Pratignyo menyebutkan pertumbuhan belanja iklan
parpol dan pemerintahan paling dominan terjadi di
media televisi dengan peningkatan 226% menjadi
Rp1,17 triliun, surat kabar meningkat 57% menjadi
Rp1,36 triliun, dan majalah dan tabloid 46% menjadi
Rp14,27 miliar. Artinya setiap parpol dan caleg yang
melakukan iklan kampanye politik memiliki target
perolehan suara konstituen yang relatif besar dan
meliputi daerah publikasi yang luas dalam pemilu
legislatif 2014 (Republika.co.id, 19 Maret 2014).
Terlepas dari tujuan utama suatu partai politik
atau kontestan individual yang sangat membutuhkan
suara pemilih agar bisa berkiprah di dalam dunia
politik Indonesia, keberadaan dan eksistensi suatu
partai politik dan calon legislatif yang menampilkan
iklan harus memahami dengan baik oleh pemilih.
Tanpa pemahaman ini, mereka tidak akan diterima
oleh masyarakat dan dipastikan gagal untuk berkiprah
di dunia politik.
Menurut Peter dan Jerry (2004: 48) keputusan
pembelian merupakan proses dimana konsumen
membuat keputusan untuk membeli berbagai
produk dan merek yang dimulai dengan pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi informasi,
membuat pembelian dan kemudian mengevaluasi
keputusan setelah membeli. Berdasarkan pengertian
tersebut, peneliti membatasi kerangka masalah
penelitian hanya pada dimensi tahapan keputusan
pemilihan para konstituen pemula, yaitu: pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian
(pemilihan). Tujuan iklan harus muncul dari analisis
mendalam tentang situasi pemasaran saat ini. Dari ke
empat tujuan iklan yang dikemukakan oleh Kotler
dan Keller, peneliti hanya akan meneliti tiga dimensi
tujuan iklan yakni iklan informatif, iklan persuasif
dan iklan pengingat. Adapun dimensi iklan penguat
dengan sengaja tidak turut dimasukkan ke dalam
penelitian, dengan alasan masa kerja calon legislatif
pada periode yang lama tidak turut diperhitungkan
atau dianggap sebagai calon legislatif baru.
Atas dasar batasan iklan kampanye tersebut,
maka penelitian ini dititik-beratkan pada tujuan:
1) Mengetahui pengaruh iklan informatif terhadap
keputusan pemilih pemula, 2) Mengetahui pengaruh
iklan persuasif terhadap keputusan pemilih pemula,
3) Mengetahui pengaruh iklan pengingat terhadap
keputusan pemilih pemula, dan 4) Mengetahui
pengaruh simultan iklan informatif, iklan persuasif,
dan iklan pengingat terhadap keputusan pemilih
pemula. Setiap temuan dan hasil analisa yang
diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif terhadap evaluasi
atas strategi kampanye yang telah dilaksanakan oleh
partai politik dan calon legislatif yang berlaga dalam
pemilu legislatif tahun 2014.
Penelitian ini memberikan pengayaan terhadap
wawasan serta materi bahan ajar dalam bidang Ilmu
Manajemen; khususnya di bidang Pemasaran yang
dalam hal ini sedikit mengulas tentang Komunikasi
Politik. Peneliti ingin mengeksplorasi pentingnya
pemahaman dan manfaat dari implementasi prinsip-
195
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 195
25/02/2016 14:00:32
Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015
prinsip marketing; khususnya dari sudut pandang
efektivitas iklan terhadap strategi komunikasi
politik yang diterapkan oleh partai politik dan calon
legislatif dalam penyelenggaraan kampanye pemilu
legislatif. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan
dapat menjadi riset ilmiah yang dapat memberi
masukan kontekstual positif sekaligus menjadi acuan
perihal iklan kampanye terkini bagi partai politik
dan para calon legislatif yang akan berkompetisi
untuk memenangkan pilihan konstituen pemula pada
agenda pemilihan umum Indonesia di tahun yang
akan datang.
II. METODE PENELITIAN
Masyarakat Indonesia saat ini sudah mendapatkan
pendidikan politik yang relatif lebih luas dan lebih
baik dibandingkan dengan masyarakat sebelumnya.
Masyarakat sudah semakin paham mengenai politik
dengan segala kiprah, manfaat dan carut-marut
penyelewengannya. Pendidikan formal memberikan
jasa besar bagi peningkatan kesadaran masyarakat
dalam pelbagai bidang sehingga makin banyak
anggota masyarakat kritis terhadap urusan politik.
Hal ini terkait erat dengan perkembangan yang terjadi
dalam bidang informasi dan komunikasi di Indonesia.
A. Marketing Politik
Marketing politik merupakan penerapan ilmu
maketing dalam kehidupan politik. Penggabungan
dua hal yang berbeda ini memunculkan permasalahan
menyangkut cara dan metode yang dapat digunakan,
etika dan moralitas, hingga konsekuensi di balik
penerapan marketing politik; khususnya dalam
persaingan politik yang semakin terbuka. Persaingan
ini tidak hanya terjadi di antara kontestan dalam
memperebutkan pilihan hati para konstituen saja,
melainkan juga dalam lobi-lobi politik di parlemen,
serta berbagai strategi marketing lainnya yang dinilai
efektif dalam meyakinkan para konstituen bahwa
kandidat atau partai politik merekalah yang paling
layak untuk dipilih pada penyelenggaraan pemilu.
Dalam hal ini marketing lebih dilihat secara
filosofis dan relasional. Filosofis dalam arti marketing
adalah mekanisme pertukaran antara dua piak atau
lebih. Pertukaran yang terjadi antara kontestan
dengan konstituen antara lain pertukaran ide, gagasan,
ideologi dan program kerja. Partai politik dan kandidat
individu mencoba untuk menyususn program kerja
yang sesuai dengan harapan masyarakat. Selain itu,
program kerja tersebut perlu dikomunikasikan dan
mendapat umpan balik atau feedback dari masyarakat,
sehingga terbentuk suatu hubungan yang relasional.
(Firmansyah, 2008:149)
1.Kampanye Politik
Pada prinsipnya, pengertian kampanye politik
merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu
atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga
dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau
dampak tertentu. Rogers dan Storey (1987) dalam
Venus (2004: 7) mendefinisikan kampanye sebagai
“serangkaian tindakan komunikasi yang terencana
dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada
sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara
berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”.
Pengertian dan definisi teknis kampanye
politik di Indonesia tertulis pula pada Peraturan
KPU No. 69 Tahun 2009, tentang Teknis Kampanye
Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala
Daerah, Bab I, Ketentuan Umum, di pasal 5 ayat 1
dan 2; yang berbunyi: (1) Untuk dapat dikategorikan
sebagai kegiatan kampanye, harus memenuhi unsurunsur sebagai berikut : 1a. Dilakukan oleh pasangan
calon dan/atau tim kampanye; 1b. Terdapat unsur
meyakinkan para pemilih dalam rangka memperoleh
dukungan sebesar-besarnya dalam bentuk penawaran
visi, misi, dan program secara tertulis atau lisan; 1c.
Terdapat alat peraga atau atribut pasangan calon; dan
d. Dilakukan pada jadwal dan waktu kampanye. (2)
Terhadap kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), apabila tidak memenuhi seluruh unsur tersebut
secara kumulatif, kegiatan tersebut tidak dapat
dikategorikan sebagai kegiatan kampanye. Undang
Undang No 32 tahun 2004 memuat pengertian
kampanye pada Bab I, Ketentuan Umum, Pasal 1 angka
23, yang berbunyi; “Kampanye pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya
disebut kampanye adalah kegiatan dalam rangka
meyakinkan para pemilih. dengan menawarkan visi,
misi, dan program pasangan calon”. Pada konteks ini
kampanye yang dilakukan oleh kontestan pemilihan
umum mencakup aktivitas komunikasi dua arah yang
mampu memberikan transfer informasi terkait detail
visi, misi dan program kerja para calon legislatif
ataupun partai politik.
Kampanye disimpulkan sebagai perwujudan
dari tindakan komunikasi yang mencakup
keseluruhan fenomena praktek kampanye yang
terjadi di lapangan. Pada dasarnya metode kampanye
yang seringkali dilakukan oleh para kontestan politik
antara lain: pertemuan terbatas; tatap muka dan
dialog; penyebaran melalui media cetak dan media
elektronik; penyiaran melalui radio dan televisi;
penyebaran bahan kampanye kepada masyarakat
196
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 196
25/02/2016 14:00:32
Ika Suhartanti Darmo, Iklan Kampanye Pemilu: Mampukah Menjaring Suara...
umum; pemasangan alat peraga di tempat umum;
rapat umum; debat publik atau debat terbuka antar
kandidat politik; kegiatan lain yang tidak melanggar
peraturan perundang-undangan.
Sifat kampanye pada dasarnya dapat dibagi
menjadi dua, yaitu kampanye negatif dan kampanye
hitam (black campaign). Kampanye negatif adalah
kampanye yang sifatnya menyerang pihak lain melalui
sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan
diperdebatkan. Dan kampanye hitam (black campaign)
adalah kampanye yang bersumber pada rumor, gosip,
dan bahkan menjurus ke penyelenggaraan sejumlah
teknik propaganda. Jenis ini biasanya sulit untuk
dilakukan klarifikasi apalagi diperdebatkan. Saat ini
terdapat pula kampanye terselubung yang dikenal
masyarakat, yaitu kampanye secara diam-diam.
Pada jenis kampanye ini tidak didapati
ajakan bagi para konstituen untuk memilih, tetapi
menampilkan unsur-unsur yang berhubungan
dengan identitas calon. Misalnya: Pejabat incumbent
memasang iklan di TV tentang kesuksesan-kesuksesan
pembangunan yang telah dia lakukan tanpa mengajak
orang untuk memilihnya, tanpa menyebutkan partai
pendukungnya,tanpa unsur visi dan misi maupun
rencana program kerjanya, tetapi masyarakat tahu
dan mengerti apa maksud dan tujuan daripada iklan
di TV tersebut.
2.Marketing Mix dan Promotion Mix
Tjiptono (2006: 30) mendefinisikan bauran
pemasaran (marketing mix) sebagai seperangkat
alat yang digunakan pemasar untuk membentuk
karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan.
Sedangkan menurut Kotler yang dikutip oleh
Hurriyati (2008: 48) pengertian bauran pemasaran
adalah sekumpulan alat pemasaran yang dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan
pemasarannya dalam pasar sasaran.
Dari kedua pengertian tersebut disimpulkan
bahwa pemasaran menjadi alat yang dapat digunakan
oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya
dalam pasar sasaran. Unsur-unsur bauran pemasaran
menurut Kotler dan Keller (2007: 23) adalah:
a. Products. Produk adalah segala sesuatu yang dapat
di tawarkan pada suatu pasar untuk diperhatikan,
diperoleh, dipakai dan di konsumsi, yang dapat
memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.
b. Price. Harga adalah sejumlah nilai (uang)
yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk
memperoleh produk yang diinginkan.
c. Place. Tempat adalah berbagai kegiatan perusahaan
berupa jasa untuk membuat produknya terjangkau
dan tersedia bagi pasar sasarannya.
d.Promotion. Promosi adalah semua kegiatan yang
dilakukan perusahann untuk mengkomunikasikan
dan mempromosikan produknya kepada pasar
sasarannya. Aktivitas dari promosi yaitu periklanan
(advertising), penjualan pribadi (personal selling),
hubungan masyarakat (public relation), promosi
penjualan (sales promotion), serta pemasaran
langsung, (direct marketing).
Unsur-unsur bauran pemasaran di atas disingkat
menjadi 4P. Adapun untuk bauran pemasaran jasa,
Kotler dan Keller memberikan tiga unsur tambahan.
Sehingga untuk bauran pemasaran jasa dikenal
dengan istilah 7P, yang mencakup tambahan berikut:
e.People. Adalah semua prilaku yang memainkan
sebagian penyajian jasa yang mempengaruhi
persepsi pembeli yang termasuk dalam elemen
ini adalah personal perusahaan, konsumen dan
konsumen lain dalam lingkungan jasa.
f. Physical Evidence. Adalah lingkungan fisik dimana
perusahaan dan konsumennya berinteraksi dan
setiap konsumen memfasilitasi penampilan atau
komunikasi jasa tersebut.
g.Process. Adalah kecepatan dan ketepatan
karyawan perusahaan dalam memproduksi jasa
perusahaan sangatlah penting. Yang dimaksud
dengan ketepatan dan kecepatan yaitu tidak adanya
kesalahan dalam memberikan pelayanan atau
proses transaksi untuk mendapatkan, menciptakan
jasa yang sesuai dengan kebuuhan dan keinginan
konsumen.
Menurut Kotler dan Armstrong (2001: 111)
bauran komunikasi pemasaran total sebuah perusahaan
disebut juga bauran promosinya (promotion mix)
merupakan perpaduan khusus antara iklan, penjualan
pribadi, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat
yang digunakan perusahaan untuk tujuan iklan dan
pemasarannya. Saladin (2006: 171) menyatakan
bahwa bauran promosi adalah kombinasi dari
penjualan tatap muka, periklanan, promosi penjualan,
publisitas dan hubungan masyarakat yang membantu
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Beberapa
perusahaan menggunakan satu dari bauran promosi
untuk mempromosikan produk-produk mereka,
sementara perusahaan-perusahaan lain menggunakan
dua metode atau lebih. Kombinasi bauran promosi
yang optimal untuk mempromosikan suatu produk,
tergantung pada karakteristik dari target pasar.
Bauran promosi dalam buku Kotler (2002:
642) dijabarkan sebagai berikut: (1). Advertising
(periklanan), yaitu semua bentuk persentasi non
personal dan promosi ide barang atau jasa oleh
sponsor yang ditunjuk dengan mendapat bayaran. (2).
197
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 197
25/02/2016 14:00:32
Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015
Sales Promotion (promosi penjualan), yaitu insentif
jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba
atau pembelian produk atau jasa. (3). Public Relation
and Publicity (hubungan masyarakat dan publisitas),
yaitu berbagai program yang dirancang untuk
mempromosikan dan melindungi citra perusahaan
atau produk individualnya. (4). Personal Selling
(penjualan secara pribadi), yaitu interaksi langsung
antara satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan
melakukan penjualan, dan (5). Direct Marketing
(pemasaran langsung), yaitu penggunaan surat,
telepon, dan alat penguhubung non-personal lainnya
untuk berkomunikasi dengan mendapatkan respon
dari calon pelanggan dan pelanggan lainnya. Dalam
memberi informasi kepada calon pemilih mengenai
keunggulan produk yakni dalam hal ini pasangan
calon presiden dan dengan hati-hati memposisikan
produk kampanye di dalam benak calon pemilih,
mereka harus menggunakan alat-alat promosi massal
periklanan, penjualan pribadi/tatap muka, promosi
penjualan, dan hubungan masyarakat. Secara khusus,
peneliti akan menggunakan bauran promosi iklan
sebagai obyek penelitian dalam penelitian ini.
3. Periklanan
Periklanan adalah pemanfaatan media untuk
memberitahukan tentang sesuatu hal kepada
konsumen atau khalayak umum. Dari sudut pandang
konsumen
iklan merupakan sumber informasi
atau hanya bentuk hiburan semata, sedangkan bagi
perusahaan atau individu yang membiayai atau
sponsor, iklan merupakan alat pemasaran yang sangat
penting. Sebagai target sasaran, konsumen sering
dibanjiri berbagai jenis iklan melalui TV, radio, surat
kabar, majalah sampai poster. Media yang paling
sering digunakan pun antara lain mulai dari pers,
bioskop, hingga kampanye yang membutuhkan
anggaran besar di TV nasional. Pemanfaatan iklan
bisa menelan biaya mulai dari ratusan ribu bahkan
ratusan juta rupiah.
Khasali (2002: 9-10) menyebutkan kata iklan
(advertising) berasal dari bahasa Yunani yang artinya
mengubah jalan pikiran konsumen untuk membeli,
dan iklan merupakan pesan yang menawarkan suatu
produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat
suatu media. Menurut Branan (2004: 51) iklan
dapat didefinisikan sebagai sebuah pengiriman
pesan melalui suatu media yang dibayar sendiri oleh
pemasang iklan. Menurut Kotler dan Keller (2009:
202) periklanan (advertising) adalah semua bentuk
terbayar atas presentasi non pribadi dan promosi ide,
barang atau jasa oleh sponsor yang jelas. Iklan sebagai
pesan komunikasi pemasaran atau komunikasi publik
tentang sesuatu produk yang disampaikan melalui
sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang
dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh
masyarakat. Sedangkan pengiklan, disebutkan
sebagai pemrakarsa, penyandang dana dan pengguna
jasa periklanan DPI (Dewan Periklanan Indonesia,
2007: 16).
Iklan bisa menjadi cara yang efektif dari segi
biaya untuk mendistribusikan pesan. Namun demikian,
untuk membedakannya dengan pengumuman
biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang
supaya membeli. Meskipun iklan umumnya lebih
mahal dibanding bauran promosi yang lain, namun
promosi yang disampaikan dapat menjangkau banyak
konsumen, dan efektif membangun preferensi merk
atau mendidik orang oleh sponsor atau pemasang
iklan yang jelas.
Pada bukunya, Kotler (2009: 90) menyatakan
tujuan iklan dapat diklasifikasikan menurut
apakah tujuannya, baik untuk menginformasikan,
meyakinkan, mengingatkan, atau memperkuat.
1) Iklan Informatif. Bertujuan menciptakan kesadaran
merk dan pengetahuan tentang produk atau fitur
baru produk yang ada. Biasanya dilakukan secara
besar- besaran pada tahap awal suatu jenis produk
guna membentuk permintaan pertama.
2)Iklan Persuasif. Bertujuan menciptakan kesukaan,
preferensi, keyakinan, dan pembelian produk atau
jasa. Iklan persuasif penting dilakukan dalam tahap
kompetitif guna membentuk permintaan selektif
untuk suatu merek tertentu.
3)
Iklan Pengingat. Bertujuan menstimulasikan
pembelian berulang produk dan jasa. Menurut
Madura (2001: 159) iklan pengingat dimaksudkan
untuk mengingatkan konsumen akan keberadaan
produk. Periklanan ini umumnya digunakan untuk
produk yang telah terbukti keberhasilannya dan
berada pada siklus tingkat kedewasaan.
4)Iklan Penguat. Bertujuan meyakinkan pembeli saat
ini bahwa mereka melakukan pilihan tepat.
Sunarto (2004: 283) mengungkapkan beberapa
penggolongan dari tujuan iklan, yang dijelaskan
sebagai berikut: a) Iklan Informatif, digunakan habishabisan pada saat suatu kategori produk yang baru
mulai diperkenalkan dengan tujuan membangun
permintaan awal, b) Iklan Persuasif, iklan pada saat
ini akan menjadi sangat penting, seiring bertambah
kerasnya kompetisi dengan tujuan membangun
permintaan yang selektif dan demonstratif, dan c)
Iklan Pengingat, pada tujuan ini iklan menjadi sangat
198
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 198
25/02/2016 14:00:32
Ika Suhartanti Darmo, Iklan Kampanye Pemilu: Mampukah Menjaring Suara...
penting untuk produk- produk yang sudah matang
agar konsumen tetap mengingat produk tersebut.
Tujuan iklan harus muncul dari analisis
mendalam tentang situasi pemasaran saat ini. Dari
ke empat tujuan iklan yang dikemukakan oleh Kotler
dan Keller, peneliti hanya akan meneliti tiga dimensi
tujuan iklan yakni iklan informatif, iklan persuasif dan
iklan pengingat. Untuk dimensi iklan penguat, tidak
akan dimasukkan ke dalam penelitian dikarenakan
adanya pendapat Sunarto yang hanya mengungkap
tiga tujuan iklan, selain itu alasan lainnya yakni masa
kerja calon legislatif pada periode yang lama tidak
diperhitungkan atau dianggap sebagai calon legislatif
baru. Sebagian besar literatur dalam marketing
politik membahas cara sebuah institusi politik dalam
melakukan promosi ide, platform partai dan ideologi
selama masa kampanye pemilu. Tidak jarang institusi
politik bekerjasama dengan sebuah agen iklan dalam
membangun slogan, jargon dan citra yang akan
ditampilkan. Media iklan yang digunakan dalam
iklan kampanye politik memiliki perbedaaan tingkat
penetrasi bagi publik.
4. Iklan Politik
Iklan politik merupakan iklan bertujuan untuk
menekankan soal kontrol pesan politik kepada
masyarakat dan partisipan melalui media sebagai
saluran pesan politik, demikian menurut paparan
Danial (2009: 93). Analisis mengenai tingkat
penetrasi media; baik itu televisi, radio, media cetak
seperti koran dan majalah, serta media internet dalam
suatu wilayah penting dilakukan untuk menjamin
efektivitas pesan politik yang akan disampaikan.
Lambang, simbol dan warna bendera partai yang
disebar melalui pamflet, umbul-umbul dan poster
semasa eriode kampanye juga merupakan media
promosi institusi politik.
Iklan yang Efektif menurut Shimp (2003: 415),
taraf minimal iklan yang efektif memuaskan beberapa
pertimbangan berikut ini:
a.
Iklan harus memperpanjang suara strategi
pemasaran. Iklan bisa jadi efektif bila cocok dengan
elemen lain dari startegi komunikasi pemasaran
yang diarahkan dengan baik dan terintegrasi.
b.Periklanan yang efektif harus menyertakan sudut
pandang konsumen. Mengingat bahwa para
konsumen membeli manfaat produk, bukan atribut.
c. Periklanan yang baik harus persuasif.
d.Iklan harus menemukan cara yang unik untuk
menerobos kerumunan iklan. Artinya adalah suatu
iklan harus kreatif
e.Iklan yang baik tidak pernah menjanjikan lebih
dari apa yang bisa diberikan. Intinya adalah sebuah
iklan menerangkan secara jujur.
f. Iklan yang baik mencegah ide kreatif dari strategi
yang berlebihan. Bukan untuk membuat bagus
dan membuat lucu, penggunaan humor yang
tidak efektif mengakibatkan orang hanya ingat
humornya saja tanpa ingat pesannya.
Secara umum, Durianto (2003: 15) menjabarkan
tiga kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur
efektifitas periklanan, yaitu: (1) Dampak terhadap
penjualan; (2) Persuasi yang tepat antara merek
dengan pribadi konsumen; dan (3) Kemampuan
konsumen mengingat iklan. Untuk melakukan
kegiatan periklanan, perusahaan mempunyai beberapa
media umum yang telah banyak dipakai orang dalam
mempromosikan produknya. Menurut Persatuan
Perusahaan Periklanan Indonesia (2007: 18-25),
berikut adalah jenis media iklan: (1) Iklan media
cetak: surat kabar, majalah, jurnal, tabloid dan lainlain; (2) Iklan media elektronik: televisi, radio (jingle
dan sound) dan lain-lain; (3) Iklan media online:
internet atau website; (4) Poster, papan reklame dan
media ruang lainnya; (5) Brosur, booklet, katalog dan
lain-lain; (6) Surat penawaran melalui direct mail; (7)
Pemberian sponsor dengan penekanan pada tujuan
pemasaran dan periklanan; serta (8) Bentuk-bentuk
iklan khusus, seperti tas belanja, balon udara dan
lain-lain.
Dari ke empat tujuan iklan yang dikemukakan
oleh Kotler dan Keller, peneliti hanya akan meneliti
tiga dimensi tujuan iklan yakni iklan informatif, iklan
persuasif dan iklan pengingat. Untuk dimensi iklan
penguat, tidak akan dimasukkan ke dalam penelitian
dikarenakan masa kerja calon legislatif pada periode
yang lama tidak diperhitungkan atau dianggap
sebagai calon legislatif baru.
B. Keputusan Pemilihan
Peter dan Jerry (2004:48) menyebutkan
keputusan pembelian (pemilihan) merupakan proses
dimana konsumen membuat keputusan untuk
membeli berbagai produk dan merek yang dimulai
dengan pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi informasi, membuat pembelian dan kemudian
mengevaluasi keputusan setelah membeli. Ada lima
tahap model tingkat proses keputusan pembelian
konsumen: pengenalan masalah, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku
pasca pembelian.
Pemahaman mengenai keputusan pembelian
konsumen meliputi bagaimana individu, kelompok,
dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan
199
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 199
25/02/2016 14:00:32
Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015
tidak menggunakan barang atau jasa. Memahami
konsumen tidaklah mudah karena setiap konsumen
memutuskan pembelian tertentu yang berbedabeda dan sangat bervariasi. Kotler (2002: 204)
menyebutkan “Keputusan pembelian adalah
keputusan yang diambil oleh seorang calon pembeli
yang menyangkut kepastian akan membeli atau
tidak”. Menurut Saladin (2003: 106) “Sebelum
konsumen mencapai tahap keputusan membeli
suatu produk, ia akan melewati tahap-tahap proses
pembvelian konsumen”. Berdasarkan definisi
tersebut, konsumen mengambil keputusan membeli
ini langsung selama aktifitas mental mereka, para
konsumen membutuhkan cara untuk melepaskan
ketegangan sesuatu yang sudah terjadi karena mereka
membutuhkan pelepasan ketegangan.
1.Jenis-jenis Perilaku Pemilihan
Pengambilan keputusan konsumen bervariasi
dengan jenis keputusan pembelian. Pembelian yang
kompleks dan mahal mungkin melibatkan banyak
pertimbangan pembeli dan lebih banyak peserta.
Henry Assael dalam kutipan Saladin (2003: 17)
mengemukakan empat jenis perilaku pembelian yang
dilakukan oleh konsumen, antara lain:
a.Perilaku Pembelian Kompleks (Complex Buying
Behavior). Konsumen mengalami keterlibatan
yang tinggi dalam melaksanakan pembelian suatu
produk apabila suatu produk tersebut harganya
mahal, jarang dibeli, memilikiresiko yang tinggi,
dan mencerminkan ekspresi diri yang tinggi.
Konsumen mengalami keterlibatan yang tinggi
dalam membeli sustu produk dengan berbagai
perbedaan yang nyata diantara berbagai merek
produk yang ada.
b.Perilaku Pembelian yang mengurangi ketidakcocokan (Dissonance reducing buying behavior).
Konsumen
mengalami
pembelian
untuk
mengurangi ketidakcocokan, pada saat mereka
memiliki keterlibatan yang tinggi dalam pembelian
sebuah produk, tetapi tidak melihat adanya
perbedaan yang nyata diantara berbagai merek
produk yang ada.
c. Perilaku pembelian berdasarkan kebiasaan
(Habitual buying behavior). Keterlibatan konsumen
rendah sekali dan tidak adanya perbedaan yang
nyata dalam berbagai merek. Dalam hal ini
konsumen tidak aktif mencari informasi mengenai
merek, ataupun dalam mengevaluasi karakteristik
produk tersebut. Pembelian dilakukan pada
dasarnya melalui kebiasaan, yang menimbulkan
loyalitas pada suatu merek.
d.Perilaku pembelian yang mencari keragaman
(Variety-seeking buying behavior). Keterlibatan
konsumen rendah, tetapi dihadapkan pada berbagai
pelihan merek produk yang akan dibelinya. Dalam
hal ini konsumen memilih salah satu merek produk
diantara berbagai merek. Namun pada suatu saat
konsumen membeli merek produk lainnya dengan
berbagai alasan; misalnya bosan.
2.Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemilihan
Keputusan konsumen dalam melakukan
pembelian/pemilihan sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Kotler (2000: 183), faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku pembelian
adalah:
a. Faktor
kebudayaan.
Faktor
kebudayaan
mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling
dalam terhadap prilaku pembelian konsumen.
Pemasar harus memahami peran yang dimainkan
oleh kultur, sub-kultur dan kelas sosial pembeli.
Faktor kebudayaan terdiri atas: 1) Budaya; yaitu
faktor penentu paling pokok dari keinginan dan
prilaku seseorang, 2) Sub Budaya; setiap budaya
mempunyai sub budaya yang lebih kecil, atau
kelompok orang dengan sistem nilai yang sama
berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang
sama, 3) Kelas Sosial, yaitu susunan yang relatif
permanen dan teratur dalam suatu masyarakat
yang anggotanya mempunyai nilai, minat, dan
prilaku yang sama.
b.Faktor Sosial. Perilaku pembelian konsumen
juga akan berpengaruh oleh faktor sosial
seperti kelompok kecil, keluarga, peran dan
status sosial dari konsumen. Faktor-faktor ini
sangat mempengaruhi tanggapan konsumen.
Oleh karena itu, pemasar harus benar-benar
memperhitung-kannya dalam usahanya menyusun
strategi pemasaran. Faktor sosial terdiri dari:
1) Kelompok Acuan, yaitu banyak kelompok
kecil yang mempengaruhi perilaku individu, 2)
Keluarga, dimana nggota keluarga pembeli dapat
memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku
pembeli, dan 3) Peran dan Status, yaitu posisi
seseorang dalam tiap kelompok dapat ditentukan
dari segi peran dan status. Tiap peran membawa
status yang mencerminkan penghargaan umum
oleh masyarakat.
c. Faktor Pribadi. Keputusan seseorang pembeli juga
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur
dan tahap daur hidup pembeli, jabatan, keadaan
ekonomi, gaya hidup dan konsep dari pembeli yang
bersangkutan. Faktor pribadi meliputi: 1) Usia dan
Tahap Siklus Hidup Pembeli, yaitu usia dan tahap
daur hidup orang akan mengubah barang dan jasa
200
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 200
25/02/2016 14:00:32
Ika Suhartanti Darmo, Iklan Kampanye Pemilu: Mampukah Menjaring Suara...
yang mereka beli sepanjang kehidupan mereka,
2) Pekerjaan, dimana pekerjaan seseorang akan
mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya,
3) Keadaan Ekonomi, dimana keadaan ekonomi
akan sangat mempengaruhi pilihan produk, 4)
Gaya Hidup, yaitu orang yang berasal dari sub
kultur, kelas sosial dan pekerjaan yang sama dapat
mempunyai gaya hidup seseorang menunjukan
pola kehidupan orang yang bersangkutan
yang tercermin dalam kegiatan, minat dan
pendapatannya, 5) Kepribadian dan Konsep Diri,
dimana tiap orang mempunyai kepribadian yang
khas dan ini mempengaruhi perilaku pembelinya.
d.Faktor Psikologis. Pada saat tertentu seseorang
mempunyai banyak kebutuhan baik bersifat
biologis maupun psikologis. Kebutuhan biologis
timbul dari keadaan psikologis tertentu seperti rasa
lapar, haus, dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan
yang bersifat psikologis adalah kebutuhan yang
timbul dari keadaan fsikologis tertentu seperti
kebutuhan untuk diakui, harga diri, atau kebutuhan
untuk diterima oleh lingkungannya.
3.Pihak yang Terlibat Dalam Keputusan Pemilihan
Seorang pemasar harus menguasai pengaruhpengaruh yang terjadi pada seorang pembeli dan
membangun pengertian sebenarnya untuk itu seorang
pemasar harus mengidentifikasi siapa saja yang
membuat keputusan pembelian (pemilihan). Menurut
Simmamora (2003: 93), pihak-pihak yang terlibat
keputusan pembelian barang konsumen dapat dibagi
menjadi :
a.Pemprakarsa (Initiator), yaitu orang yang pertama
kali menyarankan membeli suatu produk atau jasa
tertentu.
b.Pemberi pengaruh (Influencer), yaitu orang yang
pandangan atau nasihatnya memberi bobot dalam
pengambilan keputusan akhir.
c. Pengambilan keputusan (Decider), yaitu orang
yang sangat menentukan sebagian atau keseluruhan
keputusan pembelian, apakah membeli, atau
dengan cara bagaimana membeli, dan dimana akan
membeli.
d.Pembeli (Buyer), yaitu orang yang melakukan
pembelian nyata.
e.Pemakai (User), yaitu orang yang mengkonsumsi
atau menggunakan produk atau jasa.
4.Tahap-Tahap Keputusan Pemilihan
Kotler (2002: 204) mengemukakan proses
pembelian (pemilihan) tersebut melalui lima tahapan.
Tahapan pembelian konsumen tersebut antara lain
adalah:
a.Pengenalan masalah (Problem recognition).
Proses pembelian diawali dengan adanya masalah
atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen.
Konsumen mempersepsikan perbedaan antara
keadaan yang diinginkan dengan situasi saat ini
guna membangkitkan dan mengaktifkan proses
keputusan.
b.Pencarian informasi (Information search). Setelah
konsumen merasakan adanya kebutuhan sesuatu
barang atau jasa, selanjutnya konsumen mencari
informasi baik yang disimpan dalam ingatan
(internal) maupun informasi yang didapat dari
lingkungan (external). Sumber-sumber informasi
konsumen terdiri dari: a) Sumber Pribadi:
keluarga, teman, tetangga, kenalan, b) Sumber
niaga/komersial: iklan, tenaga penjual, kemasan
dan pemajangan, c) Sumber umum : media massa
dan organisasi konsumen, d) Sumber pengalaman:
penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk.
c.Evaluasi alternatif (Evaluation of alternative).
Setelah
informasi
diperoleh,
konsumen
mengevaluasi berbagai alternatif pilihan dalam
memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk menilai
alternatif pilihan konsumen terdapat 5 (lima)
konsep dasar yang dapat digunakan, yaitu: a) Sifatsifat produk (Product atributes), yaitu apa yang
menjadi ciri-ciri khusus dan perhatian konsumen
terhadap produk tersebut, b) Nilai kepentingan
(Importance weight), yaitu kecenderungan
konsumen untuk lebih memperhatikan nilai
kepentingan yang berbeda-beda pada setiap
atribut produk yang dianggapnya lebih menonjol
untuk diperhatikan, c) Kepercayaan terhadap
merek (Brand belief), yaitu kecenderungan
konsumen untuk lebih memperhatikan pada
merek suatu produk yang memang menonjol
menurut pandangannya, sehingga menciptakan
brand image pada konsumen tersebut, d) Fungsi
kegunaan (Utility function), yaitu bagaimana
konsumen mengharapkan kepuasan atas produk,
yang bervariasi pada tingkatan pilihan untuk
setiap produk, dan e) Tingkat kesukaan (Preference
attitudes), yaitu bagaimana konsumen memberikan
sikap preferensi (tingkat kesukaan) terhadap
merek-merek alternatif melalui prosedur penilaian
yang dilakukan konsumen.
d.Keputusan pembelian (Purchase decision).
Konsumen yang telah melakukan pilihan terhadap
berbagai alternatif biasanya membeli produk
yang paling disukai, yang membentuk suatu
keputusan untuk membeli. Ada 3 (tiga) faktor
yang menyebabkan timbulnya keputusan untuk
membeli, yaitu: a) Sikap orang lain : tetangga,
201
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 201
25/02/2016 14:00:33
Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015
teman, orang kepercayaan, keluarga, b) Situasi
tak terduga: harga, pendapatan keluarga, manfaat
yang diharapkan, dan c) Faktor yang dapat diduga:
faktor situasional yang dapat diantisipasi oleh
konsumen.
5. Perilaku pasca pembelian (Post purchase behavior).
Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen atas
suatu produk akan berpengaruh terhadap perilaku
pembelian selanjutnya. Jika konsumen puas
kemungkinan besar akan melakukan pembelian
ulang dan begitu juga sebaliknya. Ketidakpuasan
konsumen akan terjadi jika konsumen mengalami
pengharapan yang tidak terpenuhi. Ketidakpuasan
akan sering terjadi jika terdapat jurang antara
pengharapan dan prestasi. Konsumen yang
merasa tidak puas akan menghentikan pembelian
produk yang bersangkutan dan kemungkinan akan
menyebarkan berita buruk tersebut keteman-teman
mereka. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha
memastikan tercapainya kepuasan konsumen pada
semua tingkat dalam proses pembelian.
C. Pemilih Pemula
Peraturan Komisi pemilihan Umum No. 16
tahun 2014 tentang kampanye pemilihan presiden
dan wakil presiden pasal 1 ayat 11 menyatakan
“Pemilih adalah Warga Negara Republik Indonesia
yang pada saat hari pemungutan suara telah genap
berusia 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/
pernah kawin dan/atau tidak sedang dicabut hak
pilihnya”. Sedangkan pemilih pemula adalah pemilih
yang baru pertama kali akan melakukan penggunaan
hak pilihnya (Modul 1 Pemilu untuk Pemula, 2010:
49). Pemilih pemula terdiri dari masyarakat yang
telah memenuhi syarat untuk memilih. Adapun
syarat-syarat yang harus dimiliki untuk menjadikan
seseorang dapat memilih adalah: (1) Umur sudah 17
tahun; (2) Sudah/pernah kawin; (3) Purnawirawan/
Sudah tidak lagi menjadi anggota TNI / Kepolisian.
Pengenalan proses pemilu sangat penting untuk
dilakukan kepada pemilih pemula terutama mereka
yang baru berusia 17 tahun. Komisi pemilihan umum
(KPU) dibantu dengan pihak terkait lainnya harus
mampu memberikan kesan awal yang baik tentang
pentingnya suara mereka dalam pemilu, bahwa suara
mereka dapat menentukan pemerintahan selanjutnya
dan meningkatkan kesejahteraan hidup bangsa.
Pemahaman yang baik itu diharapkan dapat menjadi
motivasi untuk terus menjadi pemilih yang cerdas.
Bagi pihak partai politik, pentingnya peranan pemilih
pemula karena sebanyak kurang lebih 20% dari
seluruh pemilih adalah pemilih pemula. Siapapun
yang bisa merebut perhatian kalangan pemilih pemula
akan dapat merasakan keuntungannya. Lahirnya
dukungan dari kelompok ini secara tidak langsung
membawa dampak pencitraan yang sangat berarti,
setidaknya untuk pengamanan proses regenerasi
kader politik kedepan meskipun membutuhkan biaya
yang tidak sedikit. Ketiadaan dukungan dari kalangan
ini akan terasa cukup merugikan bagi target-target
suara pemilu yang telah ditetapkan tiap-tiap partai
politik.
D. Kerangka Konsep Penelitian
Tujuan iklan harus mengalir dari keputusan
sebelumnya tentang pasar sasaran, positioning merk,
dan program pemasaran. Apakah tujuannya untuk
menginformasikan, meyakinkan, mengingatkan
muncul dari analisis mendalam tentang situasi dan
kondisi saat ini agar iklan bisa menjadi cara yang
efektif dari segi biaya dalam mendistribusikan pesan
sehingga dampak komunikasi yang dicapai dengan
pemirsa sesuai tingkat pencapaian. Berdasarkan
pemahaman tersebut, dapat digambarkan model
kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Gambar 1. Model kerangka konsep
penelitian
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Hipotesis Iklan Informatif. Iklan informatif
memberikan pengetahuan kepada calon pemilih
pemula mengenai informasi dan kesadaran akan
pemilu dan caleg yang akan mereka pilih. H1 –
Iklan informatif memiliki pengaruh signifikan bagi
pengambilan keputusan pemilih pemula
2.
Hipotesis Iklan Persuasif. Iklan persuasif
memberikan preferensi dan mengajak calon
pemilih pemula terhadap pemilu legislatif dan
calon legislatif yang akan mereka pilih. H2 –
Iklan persuasif memiliki pengaruh signifikan bagi
pengambilan keputusan pemilih pemula
3.
Hipotesis Iklan Pengingat. Iklan pengingat
bertujuan mengingatkan kepada calon pemilih
pemula akan pemilu legislatif dan calon legislatif.
H3 – Iklan pengingat efektif bagi pengambilan
keputusan pemilih pemula
202
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 202
25/02/2016 14:00:33
Ika Suhartanti Darmo, Iklan Kampanye Pemilu: Mampukah Menjaring Suara...
4.Hipotesis Iklan Kampanye Pemilu (Simultan).
Iklan kampanye pemilu bertujuan menarik
dukungan calon pemilih pemula pada pemilu
legislatif dan calon legislatif. H4 – Iklan kampanye
pemilu secara simultan efektif bagi pengambilan
keputusan pemilih pemula
E. Penelitian Terdahulu
1.Hubungan Antara Pemahaman Tayangan Iklan
Politik di Televisi dengan Partisipasi Politik
Pemilih Pemula pada Pemilu Legislatif 2014,
Sariossa Indry Hastuti, Sarkadi dan Suhadi (2014),
Jurnal PPKN UNJ Online ISSN 2337-5205 Volume
2 Nomor 4 tahun 2014
2.
Peran Informasi Politik Terhadap Partisipasi
Pemilih Pemula dalam Pemilu/Pemilukada, Siska
Sasmita (2011), Jurnal Ilmiah Administrasi Publik
dan Pembangunan ISSN 2087-0825 Vol. 2 No.1,
Januari-Juni 2011 Hal. 217-224
3.Pengaruh Terpaan Media Iklan Politik Terhadap
Perilaku Pemilih Pemula, U. Suryatna (2011),
Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928 Volume
2 No. 2, Oktober 2011 Hal. 134-144
4.Orientasi Politik yang Mempengaruhi Pemilih
Pemula dalam Menggunakan Hak Pilihnya pada
Pemilihan Walikota Semarang Tahun 2010 (Studi
Kasus Pemilih Pemula di Kota Semarang), Setiajid
(2010), Jurnal Integralistik No.1/Th.XXII/2011,
Januari-Juni 2011 Hal. 18-33
F. Metode Penelitian
Penelitian ini mempergunakan pendekatan
kuantitatif diskriptif, yang menekankan analisisnya
pada data-data numerikal (angka-angka) yang diolah
dengan metoda statistik. Penelitian ini dilakukan
terhadap kejadian yang sedang atau sudah jadi.
Peneliti mendeskripsikan atau memusatkan perhatian
kepada masalah-masalah aktual yang sedang atau
sudah terjadi dan data yang diinginkan apa adanya
tanpa manipulasi. Analisis penelitian ini hanya
sampai taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan
menyajikan data secara sistematik, dengan tujuan
menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta
dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai
bidang tertentu dan juga untuk membuat gambaran
sistematis yang faktual, dan akurat mengenai faktafakta dan kecenderungan yang terjadi dalam populasi.
G. Lokasi & Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan secara terpusat di
Kecamatan Medan Satria Bekasi, yang merupakan
lokasi penelitian yang telah dipilih sesuai kriteria
penelitian. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada
fakta bahwa di kecamatan tersebut memiliki jumlah
populasi pemilih pertama yang relatif besar; serta
dekat dengan beberapa kantor bisnis komersial dan
kampus perguruan tinggi guna memudahkan aktivitas
interview responden. Penelitian ini melibatkan
kerjasama para responden pemilih pertama pada
periode bulan Juli 2014 sampai dengan Maret 2015.
Metode pengumpulan data penelitian ini adalah
melalui pengisian angket oleh responden. Instrumen
yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
kuesioner yang berisi sebanyak 36 buat pertanyaan
terkait variabel penelitian yang selanjutnya dijawab
oleh responden.
H. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
tim peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 61). Dalam
penelitian ini populasi yang dimaksud adalah orangorang muda yang menjadi warga di Kecamatan
Medan Satria Bekasi berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan tim peneliti; yaitu kelompok pemilih
pemula yang berusia 17-25 tahun.
Sampel yang digunakan adalah non-probability
sampling, yaitu teknik sampling yang tidak
memberikan kesempatan sama bagi setiap anggota
populasi untuk dijadikan sampel. Dari 156 item
kuesioner yang berhasil dikumpulkan oleh Peneliti,
ternyata hanya ada 102 item kuesioner yang layak
diolah untuk mendapatkan penelitian yang bersifat
korelasional. Sebanyak 54 item kuesioner tidak
dilengkapi sempurna, sehingga harus disisihkan guna
keabsahan data.
Pengolahan 102 item data responden dirasa
cukup mengingat keterbatasan waktu, biaya dan
sumber daya manusia yang ada guna keberlangsungan
penelitian. Responden yang dipilih tim peneliti
memiliki karakteristik atau kriteria tertentu.
Pengambilan responden dilakukan dengan teknik
purposive sampling, yaitu peneliti menggunakan
pertimbangan tertentu secara sengaja dalam memilih
anggota populasi yang dianggap dapat memberikan
informasi yang diperlukan atau unit sampel yang
sesuai dengan kriteria tertentu yang diinginkan tim
peneliti (Sugiyono, 2012: 68).
I. Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: Independen Variabel (X1
203
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 203
25/02/2016 14:00:33
den
Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015
Iklan Informatif, X2 Iklan Persuasif, dan X3 Iklan
Pengingat), serta Dependen Variabel (Y Keputusan
Pemilihan). Definisi operasional merupakan arti pada
suatu variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau
tindakan yang perlu untuk mengukur variabel itu.
III. PEMBAHASAN
Hasil pengolahan kuesioner penelitian yang telah
dikembalikan oleh 102 orang responden adalah sbb:
apabila nilai dan korelasi Spearman > 0,30 dengan
menggunakan tingkat signifikansi < 0,05. Oleh
karena itu, berdasarkan Tabel 3 hasil pengolahan data
primer dari jawaban kuesioner responden dinyatakan
memenuhi syarat dan dinyatakan valid pada seluruh
item pertanyaannya (indikator). Untuk itu, penelitian
dapat dilanjutkan tanpa memerlukan perubahan dan
penambahan data penyesuaian.
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Data
Tabel 2. Hasil uji validitas data
Tabel 1. Karakteristik responden
Tabel 2. Karakteristik Responden
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Data
2. Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 2. Karakteristik Responden
Hasil4.dari
dataIndikator
untu uji reliabilitas
Tabel
Hasilpengolahan
Uji Reliabilitas
atas setiap variabel bebas dan variabel terikat pada
penelitian ini dapat dikatakan reliable jika koefisien
Aplha Cronbach lebih dari atau sama dengan 0,6.
Hasil pengolahan data responden dengan aplikasi
SPSS 13.0 yang menyatakan relibilitas dari
pertanyaan-pertanyaan kuesioner ditampilkan pada
Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Indikator
Tabel Tabel
3. Hasil5.uji
reliabilitas
indikator Data
Hasil
Uji Normalitas
A. Hasil Uji Kualitas Data
1. Hasil Uji Validitas
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Data
Pengujian validitas ini membandingkan
nilai masing-masing item pertanyaan dengan nilai
total. Apabila besarnya nilai total koefisien item
pertanyaan masing-masing variabel melebihi nilai
signifaksi maka pertanyaan tersebut tidak valid. Nilai
signifikansi harus lebih besar dari 0,3 atau dapat juga
dengan cara membandingkan rhitung (nilai korelatif/
nilai product moment) dengan rtabel. Apabila nilai
rhitung > rtabel dan nilai r positif signifikan, maka
butir pertanyaan tersebut dikatakan ‘valid’ (Ghozali,
2001: 18). Tabel 3 adalah hasil pengujian validitas
data sampel menggunakan software SPSS 13.0 untuk
Tabel 4. level
Hasil Uji
Reliabilitas
Indikator
mengetahui
korelasi
antara
variable bebas
dengan variabel terikatnya:
Dengan jumlah responden sebanyak N = 102,
maka diperoleh rtabel = 0,193 (sesuai dengan Tabel
r Product Moment). Pertanyaan kuesioner dikatakan
valid untuk mengukur variabel yang akan diukur,
B. UJITabel
ASUMSI
5. HasilKLASIK
Uji Normalitas Data
1. Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel terikat dan variabel
bebas keduanya mempunyai distribusi yang norma.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal.
Tabel 4. Hasil uji normalitas data Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data
204
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 204
Tabel 6. Hasil Uji Multikolinearitas Data
25/02/2016 14:00:33
Ika Suhartanti Darmo, Iklan Kampanye Pemilu: Mampukah
Suara...
Tabel 6.Menjaring
Hasil Uji Multikolinearitas
Data
Output Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai
signifikansi (Asymp.Sig 2-tailed) yang diperoleh dari
residual pengujian kuesioner adalah sebesar 0,240.
Oleh karena signifikansi tersebut lebih besar daripada
standar minimal sebesar 0,05 (0,240 > 0,05), maka
nilai residual tersebut adalah normal.
Dari output Tabel 7 diketahui bahwa nilai
korelasi ketiga variabel independen dengan
Unstandardized Residual memiliki nilai signifikansi
lebih dari 0,05. Karena signifikansi lebih dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas pada model regresi.
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data
2. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji
multikolinearitas
digunakan
untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi
klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear
antar variabel independen dalam model regresi.
Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi
adalah tidak adanya multikolinearitas. Metode
pengujian yang digunakan dalam pengolahan data
responden adalah dengan melihat inflation factor
value (VIF) pada model regresi, sebagaimana pada
Tabel 6 berikut:
Tabel 7. Hasil Uji Heterokedastisitas Data
C. Hasil Uji Regresi Berganda
1. Analisis Korelasi Ganda (R)
Mengacu pada output Model Summary SPSS
13.0 pada Tabel 8 diperoleh angka R = 0,554. Sesuai
dengan interpretasi koefisien diatas, menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang relatif sedang antara
variabel Iklan Informatif (X1), Iklan Persuasif
(X2) dan Iklan Pengingat (X3) terhadap Keputusan
Pemilihan (Y) para responden terkait kampanye
pemilu partai maupun caleg.
Tabel 5. Hasil Uji multikolinearitas
Tabeldata
6. Hasil Uji Multikolinearitas Data
Tabel 8. Hasil Analisis Korelasi Ganda (R) dan Analisis Determ
Tabel 8. Hasil analisis korelasi ganda (R) dan analisis
determinasi (R2)
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa nilai 2. Koefisien Determinasi (R2)
7. Hasil Uji Heterokedastisitas Data
variance inflation factor Tabel
(VIF)
ketiga variabel
TabelSummary
9. Hasil Uji F
Masih mengacu pada output Model
bebas lebih kecil dari 5 (VIF TOTX1=2,239, VIF SPSS 13.0 pada Tabel 8, diperoleh angka R2
TOTX2=1,525 dan VIF TOTX3=2, 021), sehingga (R Square) sebesar 0,307 atau (30,7%). Hal ini
bisa diduga bahwa antar variabel bebas tersebut tidak menunjukkan bahwa prosentase sumbangan pengaruh
terjadi persoalan multikolinearitas.
variabel independen (Iklan Informatif, Iklan Persuasif
dan Iklan Pengingat) terhadap variabel dependen
(Keputusan
Pemilihan) hanya memiliki andil sebesar
Tabel 6. Hasildengan
Uji Multikolinearitas
Data
Metode uji heteroskedastisitas
korelasi
30,7%. Dengan kata lain, variasi variabel independen
Spearman’s rho yaitu mengkorelasikan variabel
yang digunakan dalam model (Iklan Informatif,
independen dengan nilai unstandardized residual.
Iklan Persuasif dan Iklan Pengingat) hanya mampu
Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05
menjelaskan sebesar 30,7% variasi variabel dependen
dengan uji 2 sisi. Jika korelasi antara variabel
(Keputusan
Pemilihan).
Sedangkan sisanya yaitu
Tabelresidual
8. Hasil Analisis
Gandalebih
(R) dan Analisis
Determinasi
(R2)
independen dengan
di dapatKorelasi
signifikansi
sebesar 69.3% dipengaruhi atau dijelaskan oleh
dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
Tabel 7. Hasil Uji Heterokedastisitasmodel
Data penelitian ini.
Tabel 6. Hasil uji heterokedastisitas data
Adjusted R Square adalah nilai R Square yang
telah disesuaikan, nilai ini selalu lebih kecil dari R
Square dan angka ini bisa memiliki harga negatif.
Regresi dengan lebih dari dua variabel bebas
digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi.
Tabel 9. Hasil Uji F Dengan kata lain R2 untuk X1, X2 dan X3 = 0.286,
yang berarti bahwa variabel independen (X1, X2, X3)
hanya berkontribusi sebesar 28,6% terhadap variabel
bebas (Y), dan sisanya sebesar 71,4% ditentukan oleh
variabel lainnya diluar penelitian ini.
3. Hasil Uji Heterokedastisitas
Tabel 8. Hasil Analisis Korelasi Ganda (R) dan Analisis Determinasi (R2)
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 205
205
25/02/2016 14:00:33
Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015
Standard Error of the Estimate adalah suatu
ukuran banyaknya kesalahan model regresi dalam
memprediksikan nilai Y. Dari hasil regresi di dapat
nilai 2,62410 atau dibulatkan menjadi 2,62 (dalam
satuan tingkat Keputusan Pemilihan para pemilih
pemula). Hal ini berarti banyaknya kesalahan dalam
prediksi Keputusan Pemilihan (Y) adalah sebesar
2,62 dalam asumsi harga mutlak 95%.
3. Uji Koefisien Regresi secara Bersama (Uji F)
Uji F ini digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen (X1-Iklan Informatif, X2-Iklan
Persuasif, X3-Iklan Pengingat) secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen (Y-Keputusan Pemilihan) dari para pemilih
pemula.
Tabel 8. Hasil uji F
Dari hasil output Anovab pada Tabel 8, dapat
diketahui nilai F yang merupakan pengujian secara
Tabel 10. Hasil Uji t
simultan variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y
menghasilkan kesimpulan berikut:
Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%,
a=5% diperoleh Ftabel = 8,570.
 Dari tabel diperoleh Fhitung = 14,487 dengan nilai
probabilitas (sig) = 0,000.
 Nilai Fhitung > Ftabel (14,487 > 8,570), dan nilai
signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05
(0,000 < 0,050); maka H4 diterima.
Artinya, secara bersama-sama (simultan)
variabel Iklan Informatif (X1), Iklan Persuasif (X2)
dan Iklan Pengingat (X3) berpengaruh signifikan
terhadap Keputusan Pemilihan (Y) pada partai
maupun caleg yang berlaga pada kampanye pemilu
2014. Hal ini menegaskan bahwa H0 ditolak dan H4
penelitian bisa diterima.
4. Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah
dalam model regresi variabel independen (X1-Iklan
Informatif, X2-Iklan Persuasif, X3-Iklan Pengingat)
secara parsial (masing-masing) berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Y-Keputusan
Pemilihan).
Tabel 9. Hasil uji t
Tabel 10. Hasil Uji t
Dari Tabel 9 dapat ditetapkan persamaan regresi
linear berganda sebagai berikut: Y = 11.869 + 0.011
X1 + 0.057 X2 + 0.406 X3.
A.
Iklan Informatif (X1) terhadap Keputusan
Pemilihan (Y) - Dengan tingkat signifikansi
menggunakan a = 5% maka dicari thitung = 1.660
dan ttabel = 0.187 (berdasarkan output t X1 pada
Tabel 4.9). Jadi terbukti bahwa thitung > ttabel
(1.660 > 0.187) sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel X1-Iklan Informatif memiliki kontribusi
terhadap Y-Keputusan Pemilihan (H1 diterima).
Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel Iklan
Informatif mempunyai hubungan yang searah
dengan Keputusan Pemilihan para pemilih
pertama. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara
parsial Iklan Informatif (X1) memiliki pengaruh
signifikan terhadap Keputusan Pemilihan (Y) para
pemilih pertama.
B.
Iklan Persuasif (X2) terhadap Keputusan
Pemilihan (Y) - Dengan tingkat signifikansi
menggunakan a = 5% maka dicari thitung = 1.660
dan ttabel = 1.070 (berdasarkan output t X1 pada
Tabel 4.9). Jadi terbukti bahwa thitung > ttabel
(1.660 > 1.070) sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel X2-Iklan Persuasif memiliki kontribusi
terhadap Y-Keputusan Pemilihan (H2 diterima).
Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel Iklan
Informatif mempunyai hubungan yang searah
dengan Keputusan Pemilihan para pemilih
pertama. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara
parsial Iklan Persuasif (X2) memiliki pengaruh
signifikan terhadap Keputusan Pemilihan (Y) para
pemilih pertama.
C.
Iklan Pengingat (X3) terhadap Keputusan
Pemilihan (Y) - Dengan tingkat signifikansi
menggunakan a = 5% maka dicari thitung = 1.660
dan ttabel = 3.953 (berdasarkan output t X1 pada
Tabel 4.9). Jadi terbukti bahwa thitung < ttabel
(1.660 < 3.953) sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel X3-Iklan Pengingat tidak memiliki
kontribusi terhadap Y-Keputusan Pemilihan (H3
ditolak). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
secara parsial Iklan Pengingat (X3) tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap Keputusan Pemilihan
(Y) para pemilih pertama.
206
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 206
25/02/2016 14:00:33
Ika Suhartanti Darmo, Iklan Kampanye Pemilu: Mampukah Menjaring Suara...
Hasil Uji t dan Uji F menyimpulkan hasil uji
hipotesis sebagai berikut:
a.Iklan Informatif (X1) dan Iklan Persuasif (X2)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Keputusan Pemilihan (Y) para pemilih pertama.
b.Iklan Pengingat (X3) tidak memiliki kontribusi
terhadap Keputusan Pemilihan (Y) para pemilih
pertama.
c.Iklan Informatif (X1), Iklan Persuasif (X2) dan
Iklan Pengingat (X3) secara bersama-sama/
simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap
Keputusan Pemilihan (Y) para pemilih pertama.
IV. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
mengenai pengaruh iklan informatif, iklan persuasif
dan iklan pengingat pada kampanye pemilu caleg
terhadap keputusan pemilihan para pemilih pertama,
menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu:
1).
Hipotesis 1 (H1) diterima. Iklan Informatif
(X1) memiliki pengaruh yang positif signifikan
terhadap Keputusan Pemilihan (Y) para pemilih
pertama. Artinya, semakin detail dan semakin
komprehensif informasi yang diberikan oleh
partai ataupun caleg yang berlaga dalam pemilu
maka akan maningkatkan keputusan pemilihan
para pemilih pemula dalam menentukan partai
maupun caleg yang akan mendapatkan dukungan
atau simpatinya.
2).Hipotesis 2 (H2) diterima. Iklan Persuasif (X2)
memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap
Keputusan Pemilihan (Y) para pemilih pertama.
Artinya, semakin gencar penayangan iklan-iklan
partai atau caleg yang mengajak para pemilih
pemula untuk memilih partai/caleg tersebut, maka
akan maningkatkan intensitas keputusan pemilihan
para pemilih pemula dalam menentukan partai
maupun caleg yang akan mendapatkan dukungan
atau simpatinya.
3).Hipotesis 3 (H3) ditolak. Iklan Pengingat (X3)
tidak memiliki pengaruh yang terhadap Keputusan
Pemilihan (Y) para pemilih pertama. Artinya, iklan
pengingat tidak memberikan kontribusi terhadap
keputusan pemilihan dari para pemilih pemula
yang melihat/mendengar iklan tersebut. Iklan
pengingat hanya berfungsi sebagai alat pembuktian
eksistensi bagi setiap partai/caleg yang ikut berlaga
dalam kampanye pemilu semata.
4).Hipotesis 4 (H4) diterima. Iklan Informatif (X1),
Iklan Persuasif (X2) dan Iklan Pengingat (X3)
secara bersama-sama memberikan pengaruh
terhadap Keputusan Pemilihan (Y) para pemilih
pertama. Artinya, apabila terjadi peningkatan
kualitas terhadap iklan informatif, iklan persuasif
dan iklan pengingat secara bersama-sama
(simultan); maka akan meningkatkan keputusan
pemilihan para pemilih pertama dalam pemilu.
Kesimpulan tersebut didasarkan pada nilai R2
(R Square) sebesar 0,307 atau (30,7%). Hal ini
menunjukkan bahwa prosentase sumbangan
variabel independen (X1-Iklan Informatif, X2Iklan Persuasif, dan X3-Iklan Pengingat) terhadap
variabel dependen (Y-Keputusan Pemilihan)
adalah sebesar 30,7%. Dengan kata lain bahwa
variasi variabel independen (X1, X2, X3) mampu
menjelaskan sebesar 30,7% variasi dari variabel
dependen (Y). Sedangkan sisanya sebesar 69,3%
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
V. DAFTAR RUJUKAN
Antusiasme
Juni
Pemilih
Muda.
2014.
Dari
[Online].
Diakses:
15
http://nasional.kompas.com/
read/2014/04/08/1946582/Antusiasme.Pemilih.Muda
Danial, A. (2009). Iklan Politik TV: Modernisasi Kampanye
Politik Pasca Orde Baru. Yogyakarta : LKiS Printing
Cemerlang.
Dewan Periklanan Indonesia. (2007). Etika Pariwara
Indonesia: Tata Krama dan Tata Cara Periklanan
Indonesia. Materi tidak dipublikasikan.
Durianto, S. et al. (2003). Invasi Pasar Dengan Iklan Yang
Efektif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Firmanzah. (2008). Marketing Politik : Antara Pemahaman
dan Realitas. Jakarta: Penerbit Yayasan Obor Indonesia.
Ghozali, I. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan
Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Hasil Riset, Ini Jumlah Rata-Rata Dana Kampanye Caleg DPR.
[Online]. Diakses: 6 Juni 2014. Dari www.republika.
co.id/berita/nasional/politik/14/03/19/n2o11c-hasilriset-ini-jumlah-ratarata-dana-kampanye-caleg-dpr
Hastuti, S. et al. (2014). Hubungan Antara Pemahaman
Tayangan Iklan Politik di Televisi dengan Partisipasi
Politik Pemilih Pemula pada Pemilu Legislatif 2014.
Jurnal PPKN UNJ Online ISSN 2337-5205 Volume 2
Nomor 4 tahun 2014.
Hurriyati, R. (2008). Bauran Pemasaran dan Loyalitas
Konsumen. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Jumlah Pemilih Pemilu 2014, Pemuda Kuasai 40 Persen Suara.
[Online]. Diakses: 6 Juni 2014. Dari www.pemilu.com/
berita/2014/02/jumlah-pemilih-pemilu-2014-pemudakuasai-40-persen-suara/
207
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 207
25/02/2016 14:00:33
Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015
Komisi Pemilihan Umum. (2010). Modul 1: Pemilu Untuk
Setiajid. (2010). Orientasi Politik yang Mempengaruhi
Pemula. Cetakan Pertama. Jakarta: Komisi Pemilihan
Pemilih Pemula dalam Menggunakan Hak Pilihnya
Umum.
pada Pemilihan Walikota Semarang Tahun 2010 (Studi
Kotler, P. et al. (2007). Manajemen Pemasaran. Alih Bahasa
Benyamin Molan, Edisi 12, Jilid 1.
Integralistik No.1/Th.XXII/2011, Januari-Juni 2011
-----------------. (2009), Manajemen Pemasaran, Jakarta: PT
Indeks Gramedia.
Hal. 18-33
Shimp, T. (2003). Periklanan Promosi & Aspek Tambahan
Kotler, P. (2002). Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Edisi
Millenium, Marketing Management 10th Ed. (2000).
Jakarta: PT Penhallindo.
Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jilid I (Edisi 5).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
-----------------. (2009). Manajemen Pemasaran. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
dan RD. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sunarto. (2003). Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Penerbit
Kotler, Philip. (2000). Manajemen Pemasaran Analisis,
Perencanaan,
Kasus Pemilih Pemula di Kota Semarang). Jurnal
Implementasi
dan
Kontrol.
AMUS Jogyakarta dan CV Ngeksigondo Utama.
Edisi
Suryatna, U. (2011). Pengaruh Terpaan Media Iklan Politik
Millenium, Jilid 1. Diterjemahkan oleh Hendra Teguh.
Terhadap Perilaku Pemilih Pemula. Jurnal Sosial
Jakarta: PT. Indeks.
Humaniora ISSN 2087-4928 Volume 2 Nomor 2,
Madura, J. (2001). Pengantar Bisnis. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Oktober 2011 Hal. 134-144.
Tjiptono, F. (2006). Pemasaran Jasa. Malang: Penerbit
Peter, J. P & Jerry C O. (2004). Consumer Behavior: Perilaku
Konsumen Dan Strategi Pemasaran, Jilid 1. Edisi
Bayumedia.
Venus. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa
Saladin, Dj. (2003). Manajemen Pemasaran. Bandung:
Rekatama.
Penerbit Linda Karya.
-----------------.
(2006).
Manajemen
Pemasaran,
Edisi
Keempat. Bandung: Penerbit Linda Karya.
Sasmita, S. (2011). Peran Informasi Politik Terhadap
Partisipasi Pemilih Pemula dalam Pemilu/Pemilukada.
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan
ISSN 2087-0825 Vol. 2 No.1, Januari-Juni 2011 Hal.
217-224
208
03. Ikadarmo (Manajemen).indd 208
25/02/2016 14:00:33
Download