Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa Melalui Kelas Model PADA KELAS V SDN PLAOSAN I KEC.KRUCIL,KAB.PROBOLINGGO Oleh : Moh.Wahyudi, S.Pd.,MM ABTRAKSI Gaya guru dalam mengajar di kelas, pada umumnya dipengaruhi oleh persepsi guru itu sendiri tentang mengajar.Jika seorang guru berpersepsi bahwa mengajar adalah menyampaikan ilmu pengetahuan, maka dalam mengajar guru tadi cenderung menempatkan siswa sebagai wadah yang harus diisi oleh guru. Praktiknya, guru menerangkan pelajaran dan siswa memperhatikan. Pada kesempatan lain, siswa diuji tentang kemampuannya menangkap materi yang telah diajarkan oleh guru. Jika siswa tidak mampu memberikan jawaban secara benar, kesalahan cenderung ditimpakan kepada siswa. Begitu pula jika guru bepersepsi lain, maka gaya mengajarnya pun akan lain. Gaya guru mengajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar akan tercapai apabila proses belajar mengajar di kelas berlangsung dengan baik. Hal tersebut dapat terlaksana bila guru yang berperan langsung dalam mengajar dan mendidik siswanya dapat ditingkatkan kemampuannya, dibina secara teratur dan terus menerus. Untuk memotivasi guru agar dapat melaksanakan tugas pokoknya sehari-hari sesuai dengan tuntutan profesinya, maka perlu diadakan pembinaan professional Salah satu upaya untuk peningkatan kualitas pembelajaran kami mencoba membangun satu ruang kelas menjadi kelas model atau kelasunggulan yang didalamnya dilengkapi dengan bermacam macam pajangan, ada sudut baca, segala media pembelajaran dari mata pelajaran bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam bahkan untuk semua bidang study hampir semua tersedia disitu., ada kantin kejujuran, menggunakan LCD proyektor sebagai sarana belajar siswa, semua hasil karya siswa, slogan-slogan pembelajaran dan lain sebagainya , termasuk KD dan Indikator juga terpampang . PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensiyang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan,berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Untuk melihat tingkat pencapaiantujuan pendidikan, diperlukan suatu bentuk evaluasi. Evaluasi pendidikan sekolah merupakan satu kesatuan dengan pengendalian mutu pendidikan sekolah karena untuk mengetahui pelaksanaan dan hasil-hasil pengendalian mutu perlu diadakan evaluasi. Evaluasi pendidikan mencakup evaluasi hasil, proses pelaksanaan, dan faktor-faktor manajerial pendidikan pendukung proses pendidikan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 21 dijelaskan bahwa Evaluasi Pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Menurut Anas Sudijono, Evaluasi pendidikan adalah: 1. Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telahditentukan; 2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan. Dalam rangka mengendalikan mutu pendidikan secara Nasional sebagai bentuk akuntabilitas bagi penyelenggara pendidikan perlu dilaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik pada setiap jenjang pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 57 ayat 1 (satu) menyatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab X pasal 63 ayat (1) menyatakan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah, serta pasal 66 ayat (1) yang menyatakan hasil belajar bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan sacara Nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Selanjutnya keputusan tersebut diperkuat dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor: 59 Tahun 2011 tentang Ujian Nasional (UN) untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa tahun pelajaran 2011/2012 Pendidikan Nasional perlu terus ditata, dikembangkan dan dimantapkan dengan melengkapi berbagai ketentuan dan perundang-undangan serta mengutamakan pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar.Upaya itu perlu didukung oleh peningkatan sumber daya pendidikan bertahap, disertai keterpaduan dan efisiensi pelaksanaannya sehingga mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan pembangunan. Berdasarkan program pembangunan di bidang pendidikan ada 4 (empat) strategi dasar kebijakan pengembangan pendidikan, yaitu : pemerataan kesempatan, memperoleh pendidikan, relevansi pendidikan, efisiensi dan peningkatan kualitas pendidikan. Dengan digulirkannya kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang salah satu pasalnya menyebutkan bahwa kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), maka guru sebagai salah satu pelaksana di lapangan merasa tertantang untuk dapat mengetahui, memahami, melaksanakan dan pembaharu perubahan dalam dunia pendidikan. Dengan adanya kebijakan pemerintah tentang Sisdiknas, ternyata berpengaruh signifikan terhadap perkembangan pendidikan.Terlebih adanya dampak era globalisasi dan pasar bebas. Implikasi tersebut bagi guru dalam proses belajar mengajar menjadikan tidak lagi bersikap konservatif dan defensif, tetapi harus inovatif, kreatif dan kredibel. Metode pembelajaran mulai bergeser dari pengajaran konvensional menjadi pembelajaran yang lebih sistematis, baik dalam merencanakan, mendesain, mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran yang selama ini menunggu jatah dari pemerintah yang medianya sudah tidak relevan lagi dengan semangat pengelolaan pendidikan berbasis sekolah.Dengan pembaharuan ini dituntut kreativitasnya untuk menciptakan dan mendesain media pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi dikelasnya, kemudian menganalisa dan menentukan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab utama dan selanjutnya menentukan tindakan pemecahannya. Pemecahan masalah yang dihadapi guru di kelasnya dapat diatasi dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Semua tantangan dan tuntutan pembelajaran harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.Anak bukanlah orang dewasa yang berukuran kecil. Maka memaksa anak SD duduk tenang selama enam jam setiap hari, merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Hal terpenting yang sebaiknya dilakukan oleh pengajar adalah menciptakan kemandirian bagi siswa.Kemandirian dalam belajar bersikap, bertindak dan bertingkah laku sebagai pelajar. Di lain pihak, betapa gembiranya anak-anak saat bermain-main, menonton film kartun, dan membaca komik. Disana-sini terdengar gelak tawa dari mereka, saling rangkul diskusi dan tanya jawab tentang apapun yang dilakukan dan ditonton bersama. Mereka bersemangat mengeluarkan pendapat dan berani berdebat dengan teman lain, seandainya ada pertanyaan temannya yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukan dan dilihatnya. Suasana itu sangat kondusif sekali sehingga mereka juga mampu melahirkan suatu keputusan yang juga disepakati bersama.Apakah kita sebagai guru yang juga orang tua menentang kegiatan anak-anak ini? Apakah tidak pernah terlintas dalam pikiran kita sebagai guru, tentu amat menyenangkan seandainya proses pembelajaran berlangsung sebagaimana saat anak-anak sedang bermain-main, menonton kartun atau membaca komik, sehingga proses pembelajaran. KELAS MODEL Memasuki milenium ketiga, lembaga pendidikan dihadapkan pada tantangan yang sangat krusial, berkaitan dengan penyiapan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam masyarakat global, yang diwarnai oleh ketatnya kompetisi dan revolusi informasi sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi pribadi pribadi anggota masyarakat yang mandiri. Pribadi yang mandiri adalah pribadi yang secara mandiri mampu berpikir, menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, melihat permasalahan serta menemukan cara pemecahan baru yang bernalar dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada (Sagala, 2005:3), melainkan juga mampu melakukan perubahan dan menciptakan sesuatu yang baru. Kemandirian ini terbentuk melalui kemampuan berpikir nalar dan kemampuan berpikir kreatif yang mewujudkan kreativitas.Sumber daya manusia seperti itu sungguh diperlukan oleh bangsa kita dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi supremasi hukum, egalitarian, dan religius. Pembentukan ruang Kelas Model bertujuan untuk meningkatkan daya intelektual siswa dalam pembelajaran yang dikemas dalam pembelajaran konstektual yang dapat mengkondisikan siswa untuk PAIKEM Yaitu : - Lebih tertantang dalam menyelesaikan masalah (unsur Aktif). - Dapat berinteraksi atau bersosialisasi dengan teman (Unsur Interaksi).Dengan berbagai formasi yang telah diperankan oleh guru dalam berkelompok dikelasnya dengan leluasa. - Lebih termotivasi untuk bereksplorasi (Unsur Kreatif).Dengan berbagai media yang ada siswa memiliki kebebasan untuk menggunakannya dalam menyelesakan permasalahanm yang dihadapi. - Lebih dapat memanfaatkan waktu untuk senang belajar (Unsur Efektif).dalam suasana belajar yang kondusif siswa seakan tiadak ada waktu yang terbuang selain untuk menyelesaikan masalah dengan bimbingan guru. - Lebih termotivasi untuk semangat belajar (Unsur Menyenangkan).Dengan menggunakan sarana IT ,computer, LCD proyektor dalam pembelajaran seakan menambah semangat siswa dan merasa lebih senang dalam belajar didalam kelas membuat siswa seakan akan sambil nonton dan bermain. Pembelajaran Fox, seorang ahli pendidikan dari Inggris, menemukan bahwa guru-guru mendefinisikan tujuan mengajar berbeda-beda. Dia mengelompokkan definisi-definisi itu ke dalam empat kategori, yaitu: transfer, shaping, travelling, dan growing (dalam Celdic, 1995:23). Berikut adalah penjelasannya: Transfer. Dalam model ini, mengajar dilihat sebagai proses pemindahan pengetahuan (process of transferring knowledge) dari seseorang (guru) kepada orang lain (siswa). Siswa (anak) dipandang sebagai wadah yang kosong (empty vessel), dan jika pengetahuan tidak berhasil ditransferkan masalahnya cenderung dilihat sebagai kesalahan siswa. Shaping. Pengajaran merupakan proses pembentukan siswa pada bentuk-bentuk yang ditentukan. Di sini siswa diajar keterampilan-keterampilan dan cara-cara bertingkah laku yang dianggap bermanfaat bagi mereka. Minat dan motif siswa hanya dianggap penting sepanjang membantu proses pembentukan tersebut. Travelling.Dalam model ini pengajaran dilihat sebagai pembimbingan siswa melalui mata pelajaran.Mata pelajaran dipandang sebagai sesuatu yang menantang dan kadang-kadang sulit untuk dieksplorasi. Growing.Model ini memfokuskan pengajaran pada pengembangan kecerdasan, fisik, dan emosi siswa.Tugas guru adalah menyediakan situasi dan pengalaman untuk membantu siswa dalam perkembangan mereka. Ini merupakan model yang berpusat pada siswa (a child-centred model), di mana mata pelajaran penting, tidak sebagai tujuan, tetapi sepanjang sesuai dengan kebutuhan siswa dan berada dalam minat siswa. Menurut Fox, masing-masing model di atas mempunyai pengaruh yang penting pada tindakan dan komitmen guru, dan mendukung terbangunnya etos sekolah. Hakikat Pendidikan Secara filosofis universal, pendidikan bertujuan untuk perkembangan individu.Hal ini dapat dilihat dari tujuan pendidikan sebagaimana disampaikan oleh Hamm.Dia merujuk pendapat Hirst tentang hakikat pendidikan, yang kemudian membawanya pada kesimpulan bahwa tujuan pendidikan adalah perkembangan.Sejalan dengan pendapat Hirst tadi, John Dewey mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalan pertumbuhan dan perkembangan. Sementara itu menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan. Pendidikan nasional juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3). Berdasarkan uraian di atas, maka pendidikan dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengembangkan potensi peserta didik (siswa) agar menjadi manusia yang dicita-citakan, yang dilakukan secara sadar dan terencana. Karena dalam proses pembelajaran sebagai proses pendidikan itu terjadi aktivitas mengajar (oleh guru) dan aktivitas belajar (oleh siswa), maka mengajar dapat dimaknai sebagi upaya pengembangan potensi siswa. Jadi, mengajar berarti mengembangkan potensi siswa.Dengan demikian, dari empat definisi di atas, definisi yang paling sesuai adalah definisi yang terakhir yaitu sebagai penumbuhkembangan potensi siswa (growing). Pemilihan definisi tersebut mengandung implikasi bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi dirinya: bukan sekadar menyampaikan materi pelajaran. Meskipun di dalamnya juga termasuk penyampaian informasi dan pembentukan, namun proses tersebut dikemas dalam pengembangan, dan berpusat pada siswa. Siswalah yang harus mengembangkan potensinya sendiri, guru hanya memfasilitasi. Karena pendidikan berbentuk proses pembelajaran, yang intinya guru mengajar dan siswa belajar, maka berdasarkan konteks ini, mengajar seyogyanya dimaknai sebagai penumbuhkembangan potensi siswa. Kenyataannya, banyak guru memaknai mengajar sebagai menyampaikan materi. Hal ini dapat kita amati dalam praksis pembelajaran sehari-hari. Guru mengajar siswa dengan cara menerangkan pelajaran, kemudian siswa diharapkan menguasai materi tersebut. Untuk membuktikan bahwa siswa telah menguasai materi yang diajarkan oleh guru, guru kemudian mengadakan tes atau ulangan.Hasil dari pekerjaan siswa itulah yang dijadikan pedoman untuk menetapkan apakah siswa telah menguasai materi pelajaran atau belum. Akibat dari proses yang demikian adalah bahwa siswa cenderung dijadikan objek uji coba oleh guru. Paradigma Baru Sesuai dengan tuntutan reformasi, maka pendidikan perlu merujuk pada paradigma nasional, yaitu demokratisasi dan desentralisasi. Pembelajaran demokratis—yang berarti pembelajaran dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa—tidak akan terwujud jika guru menggunakan paradigma mengajar sebagai menyampaikan materi pelajaran. Pengelolaan Kelas Model Pembelajaran PAKEM Pengelolaan kelas merupakan salah satu kegiatan yang perlu dipersiapkan sedemikian rupa untuk mendukung pembelajaran PAKEM. Dalam buku “Pendekatan Keterampilan Proses”, Prof. Dr. Conny Semiawan,dkk membagi pengelolaan kelas menjadi tiga bagian yaitu : pengaturan kelas, pengelompokan siswa melayani kegiatan belajar mengajar dan tutor sebaya.Pengaturan kelas Tugas utama guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh.Untuk itu, guru seyogyanya memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi belajar mengajar yang baik.Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan mengatur kelas (membangun Kelas Model). Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengaturan kelas dan pengajaran itu sendiri. Kedua hal itu saling mempengaruhi.Keberhasilan pengajaran, dalam arti tercapainya tujuan tujuan instruksional sangat bergantung pada kemampuan mengatur kelas.Kelas yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran.Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan kelas atau penataan ruang belajar.Penyusunandan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untukmembantu siswa dalam belajar. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, yang meliputi : tujuan pengajaran, pengaturan penggunaan waktu yang tersedia, pengaturan ruangan dan perabot pelajaran di kelas serta pengelompokan siswa dalam belajar. 1. Tujuan pengajaran merupakan pangkal tolak keberhasilan dalam mengajar. Makin jelas rumusan tujuan, makin mudah menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan belajar siswa di bawah bimbingan guru. 2. Pengaturan waktu untuk setiap pelajaran sangat dibutuhkan. Melalui pengaturan waktu yang tersedia, diharapkan siswa dapat melakukan berbagai kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Waktu yang tersedia hendaknya diisi dengan kegiatan – kegiatan yang selain menggairahkan siswa untuk belajar, juga dapat memberikan hasil belajar yang produktif. 3. Pengaturan ruang belajar Agar tercipta suasana yang menggairahkan dalam belajar,maka perlu diperhatikan pengaturan ruang belajar (dibentuk Kelas Model). Dalam pengaturan ruang belajar, hal- hal yang perlu diperhatikan adalah : a. Ukuran dan bentuk kelas. b. Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa. c. Jumlah siswa dalam kelas. d. Jumlah siswa dalam setiap kelompok. e. Jumlah kelompok dalam kelas. f. Komposisi siswa dalam kelompok, seperti siswa pandai dengan siswa kurang pandai, pria dan wanita. Dalam masalah penataan ruang kelas ini, uraian akan diarahkan pada pembahasan masalah pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas dan ventilasi serta tata cahaya. a. Pengaturan tempat duduk Tempat duduk mempengaruhi siswa dalam belajar.Ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.Menurut Sudirman dalam bukunya “Ilmu Pendidikan”, beliau mengemukakan ada beberapa contoh formasi tempat duduk yaitu posisi berhadapan, posisi setengah lingkaran dan posisi berbaris ke belakang. b. Pengaturan alat-alat pengajaran Di antara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur adalah sebagai berikut : Perpustakaan kelas, Alat peraga, media pembelajaran, papan tulis, papan pajangan dan lain- lain. c. Penataan keindahan dan kebersihan kelas Hiasan dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran.Misalnya : peta, gambar pahlawan, burung garuda, dll. Penempatan lemari- Untuk buku di depan.- Alat-alat peraga di belakang. Pemeliharaan kebersihan- Siswa bergiliran untuk membersihkan kelas.- Guru memeriksa kebersihan dan ketertiban di kelas. d. Ventilasi dan tata cahaya Ada ventilasi yang sesuai dengan ruangan kelas.Pengaturan cahaya perlu diperhatikan.Cahaya yang masuk harus cukup. Masuknya dari arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan. Pembelajaran Konstektual Sesungguhnyalah, filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progressivisme John Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat dalam proses belajar di sekolah. Selain teori progressivisme, teori lain yang juga melatar belakangi filosofi pembelajaran kontekstual adalah teori kognitif. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa menunjukkan belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Belajar dipendang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk membangkitkan ideide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi. Kelas Model Guru melaksanakan desain pembelajaran yang telah direncanakan yaitu menerapkan strategi penyampaian dan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan LCD proyektor, pembelajaran konstektual yang PAKEM karena didukung dari ruang kelas yang sudah memadai yaitu di Kelas Model Kelas model yang dimaksud adalah kelas yang mana didalamnya sengaja dilengkapi dengn berbagai media pembelajaran yang sewaktu waktu bisa digunakan oleh siswa dan guru dalam melaksanakan prses belajar mengajar. Bukan hanya media pembelajaran yang ada, malah gudang KD (kompetensi Dasar) dan indikator indicator dari tiap tiap mata pelajaran juga terpampang disana. Begitu juga produk siswa dari yang lampau tersimpan di portopolio masing masing siswa , pada tiap akhir pembelajaran juga siswa memampang produk belajar yang dihasilkan. Dengan mengunakan IT,computer, LCD proyektor dan media yang bermacam macam dalam kegiatan proses belajar mengajar seakan terasa lebih bisa diterima dan disampaikan kepada peserta didik. Di kelas model yang kami coba bangun bukan hanya media dan sarana proses belajar mengajar saja akan tetapi juga dilengkapi slogan slogan yang menggugah ,pajangan alat evaluasi ,pohon prestasi, tersedianya sudut baca,kantin kejujuran dan tidak lupa pohon kuiz sarapan pagi. Kesimpulan Berdasakan hasil penelitian dengan menggunakan prosedur yang telah dijelaskan pada Bab-Bab terdahulu dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kegiatan Belajar mengajar apabila disajikan dengan menggunakan media, strategi, dan alat peraga yang sesuai ,akan menciptakan situasi belajar yang aktif dan menyenangkan. 2. Daya intelektual siswa akan meningkat dan berkembang sesuai dengan kemampuan masingmasing apabila diterapkan pembelajaran PAKEM di Kelas Model 3. Kelas Model merupakan salah satu terobosan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. 4. Awalnya dari kelas Model, pada akhirnya akan diikuti oleh kelas yang lain. ( Penulis : Mohamad WahyudiPengawas TK/SD [email protected]) DAFTAR RUJUKAN Pupuh Fathurrohman,M Sobry Sutikno.2007.Strategi Belajar Mengajar.Bandung; Refika Aditama. Oemar Hamalik.2008.Proses Belajar Mengajar.Bandung ; Bumi Aksara. Wina Sanjaya.2008.Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.Bandung ; Kencana Prenada Media Group. Akhmad Sudrajat.2008.Konsep Pakem,( online ). Diakses pada tanggal 4Oktober 2014. Abdul Majid.2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung ; Bumi Aksara.