BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI 2.1 Gambaran

advertisement
BAB I I
PROFIL SANITASI SAAT INI
2.1
Gambaran Wilayah
Secara geografis Kabupaten Aceh Besar terletak pada 503’1,2”- 5045’9,007” Lintang Utara
dan 95055’43,6” - 94059’50,13” Bujur Timur. Sedangkan secara administrasi Kabupaten Aceh
Besar memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara
:
berbatasan dengan Selat Malaka, dan Kota Banda Aceh;
Sebelah Selatan
:
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya;
Sebelah Timur
:
Berbatasan dengan Kabupaten Pidie; dan
Sebelah Barat
:
Berbatasan dengan Samudera Hindia.
Kabupaten Aceh Besar memiliki luas wilayah seluas 290.350,73 Ha. Sebagian besar
wilayahnya berada di daratan dan sebagian kecil berada di kepulauan. Secara administratif
Kabupaten Aceh Besar memiliki 23 kecamatan.
Keberadaan Kabupaten Aceh Besar sebagai pintu gerbang utama telah ditunjang sarana
transportasi yang cukup memadai seperti: Jalan Nasional Arteri Primer Banda Aceh – Medan
serta Jalan Kolektor Primer Banda Aceh – Meulaboh. Disamping itu, ditunjang pula prasarana
transportasi Bandar Udara Internasional Iskandar Muda di Blang Bintang, Pelabuhan Malahayati
di Krueng Raya. Disisi lain Kabupaten Aceh Besar berbatasan langsung dengan Kota Banda Aceh,
yang menyebabkan Kabupaten Aceh Besar sebagai penyangga dari Kota Banda Aceh,
diantaranya dalam kebutuhan perumahan.
Sejalan dengan potensi letak dan posisi Kabupaten Aceh Besar yang demikian strategis,
menjadikan Kabupaten Aceh Besar berpeluang tumbuh dan berkembang cepat. Lebih jelasnya
mengenai wilayah administrasi Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada tabel 2.1, dan Gambar
2.1.
Tabel 2.1
Nama Kecamatan dan Luas Wilayah Kabupaten Aceh Besar
Luas Wilayah
Administrasi
Terbangun
Jumlah
Nama Kecamatan
(%)
terhadap
(%) terhadap
Kelurahan/desa
(Ha)
total
(Ha)
Luas
administrasi
administrasi
Baitussalam
13
2.084,17
0,72%
1.174,23
56,34%
Blang Bintang
26
4.175,51
1,44%
641,02
15,35%
Darul Imarah
32
2.434,69
0,84%
1.329,98
54,63%
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-1
Luas Wilayah
Nama Kecamatan
Jumlah
Kelurahan/desa
Darul Kamal
14
Darussalam
29
Indrapuri
52
Ingin Jaya
50
Kota Jantho
13
Krueng Barona Jaya
12
Kuta Baro
47
Kuta Cot Glie
32
Kuta Malaka
15
Lembah Seulawah
12
Leupung
6
Lhoknga
28
Lhoong
28
Mesjid Raya
13
Montasik
39
Peukan Bada
26
Seulimeum
47
Simpang Tiga
18
Suka Makmur
35
Pulo Aceh
17
Total
604
Sumber: RTRW Aceh Besar 2013
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
Administrasi
Terbangun
(%) terhadap
(%) terhadap
(Ha)
total
(Ha)
Luas
administrasi
administrasi
2.304,93
0,79%
292,61
12,70%
3.843,05
1,32%
1.387,21
36,10%
19.703,87
6,79%
905,89
4,60%
2.433,51
0,84%
979,01
40,23%
59.300,16
20,42%
2.369,21
4,00%
696,13
0,24%
388,45
55,80%
6.107,06
2,10%
1.009,55
16,53%
33.225,43
11,44%
299,83
0,90%
2.281,66
0,79%
326,73
14,32%
31.960,06
11,01%
1.526,04
4,77%
16.915,40
5,83%
125,58
0,74%
8.794,62
3,03%
728,33
8,28%
14.902,67
5,13%
525,51
3,53%
12.993,32
4,48%
1.198,87
9,23%
5.973,33
2,06%
450,37
7,54%
3.625,04
1,25%
573,05
15,81%
40.435,45
13,93%
907,55
2,24%
2.759,80
0,95%
245,52
8,90%
4.345,31
1,50%
567,46
13,06%
9.055,56
3,12%
163,36
1,80%
290.350,75
100,00%
18.115,36
II-2
Gambar 2.1
Peta Administrasi Kabupaten Aceh Besar (Pada Ukuran A1)
Panjang pantai wilayah Kabupaten Aceh Besar pasca tsunami berdasarkan pada Peta
Dasar Bakosurtanal Kabupaten Aceh Besar adalah 292,16 km. Pada wilayah perairan Kabupaten
Aceh Besar terdapat kawasan lindung laut berupa Taman Wisata Laut Lhoknga seluas ± 14,06
ha. Kawasan pesisir, perairan dan pulau yang harus dilindungi selain taman laut adalah kawasan
mangrove (bakau) di Kecamatan Lembah Seulawah, Baitussalam, Mesjid Raya, Peukan Bada, Pulo
Aceh, Lhoknga, Leupung dan Lhoong seluruhnya seluas 253 Ha.
Pulau-pulau kecil yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar yang berpotensi untuk
kegiatan perikanan laut, diantaranya pulau-pulau yang berpenghuni (ada penduduk). Pulaupulau tersebut adalah:

Pulau Breuh (Kec. Pulo Aceh);

Pulau Nasi (Kec. Pulo Aceh);

Pulau Teunom (Kec. Pulo Aceh);

Pulau Bunta (Kec. Peukan Bada).
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-3
Dominasi pekerjaan penduduk pada pulau-pulau kecil tersebut di atas adalah nelayan.
Berdasarkan data dari Badan Informasi Geospasial, jumlah keseluruhan pulau yang ada di
Kabupaten Aceh Besar adalah 37 pulau.
2.1.1. Kondisi Fisik
A.
Ketinggian
Kondisi ketinggian Kabupaten Aceh Besar dapat diklasifikasikan pada beberapa kelas
antara 0 – 800 meter dpl hingga > 800 meter dpl. Berdasarkan kelas ketinggian tersebut terlihat
didominasi oleh ketinggian 200 – 400 meter dpl atau sebesar 20,67% dari total luas wilayah
kabupaten. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.2.
Tabel 2.2
Kondisi Ketinggian Kabupaten Aceh Besar
No
Klasifikasi Ketinggian (m dpl)
Luas (Ha)
1
0 – 50
58.065,75
2
50 – 100
31.949,42
3
100 – 200
43.223,79
4
200 – 400
60.021,12
5
400 – 800
54.965,55
6
> 800
42.125,10
Jumlah
290.350,73
Sumber: RTRW Aceh Besar 2013
B.
Persentase (%)
20,00
11,00
14,89
20,67
18,93
14,51
100,00
Topografi
Kabupaten Aceh Besar memiliki klasifikasi kelerengan yang terbagi atas kelas kelerengan
yaitu : < 2%, 2-8%, 9-15%, 16-25%, 26-40%, 41-60% dan >60%. Berdasarkan gambaran
klasifikasi kelerengan tersebut, tampak didominasi oleh lahan berkelerengan >60% dengan
luasan yang mencapai 118.520,71 Ha atau sebesar 40,82% dari total luas wilayah kabupaten.
Tabel 2.3
Kondisi Kelerengan Kabupaten Aceh Besar
No.
Klasifikasi Kelerengan
Luas (Ha)
1
< 2%
30.103,15
2
2 – 8%
3.957,47
3
9 – 15%
13.362,51
4
16 – 25%
17.485,60
5
26 – 40%
4.205,81
6
41 – 60%
102.715,42
7
> 60%
118.520,71
Jumlah
290.350,73
Sumber: RTRW Aceh Besar 2013
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
Persentase (%)
10,37
1,36
4,60
6,02
1,45
35,38
40,82
100,00
II-4
C.
Geologi
Indonesia terletak diantara pertemuan 4 lempeng bumi besar, yaitu: Lempeng Hindia
dan Australia, Lempeng Eurasia, serta Lempeng Pacific. Lempeng Hindia dan Australia bergerak
ke utara menumbuk Lempeng Eurasia dengan kecepatan 50 – 70 mm/ tahun. Lempeng Eurasia
bergerak sangat lambat ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm/tahun. Zona
tumbukan dua lempeng ini adalah di sepanjang palung laut Sumatra – Jawa – Bali – Lombok.
Lempeng Pasific bergerak dengan kecepatan 120 mm/ tahun kearah barat-barat daya menabrak
tepian utara dari Pulau Papua New Guinea – Irian Jaya, dan terus ke arah barat sampai ke daerah
tepian timur Sulawesi. Pulau Sumatera merupakan bagian tepi barat daya-selatan dari lempeng
benua Eurasia yang berinteraksi dengan lempeng Samudera Hindia-Australia. Gerakan lempeng
tersebut telah menghasilkan bentuk-bentuk gabungan penunjaman (subduction) dan sesar
mendatar dekstral.
Berdasarkan struktur geologi Sumatera, daerah bagian barat mulai dari daerah sekitar
Teluk Semangka (Lampung) sepanjang Pegunungan Bukit Barisan ke arah Barat Laut dan Utara
sampai ke Aceh, merupakan daerah labil atau rawan gempa dan di duga dapat menimbulkan
gempa-gempa tektonik yang cukup membahayakan. Pada jalur tersebut dijumpai banyak
patahan-patahan. Salah satu diantaranya yang dapat dilihat di Kabupaten Aceh Besar adalah
patahan turun (slenk) lembah Krueng Aceh, yang secara fisik (struktural), menandakan bahwa
wilayah ini mungkin belum sepenuhnya stabil, sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi gempa.
Struktur geologi ini berkelanjutan ke dasar laut dan di ujung yang lain terlihat sampai ke Kota
Jantho.
Berdasarkan struktur geologi, bahan induk tanah di wilayah kabupaten Aceh Besar
cukup bervariasi, mulai dari yang bersifat masam sampai basa. Bahan induk tersebut terdiri dari
bahan endapan, batuan sedimen, batu kapur, batu vulkanis (gunung api), bahan metamorf
(malihan) dan batuan beku dalam (intrusi). Menurut umurnya, batuan-batuan tersebut
terbentuk pada zaman Pra-tersier, Tersier dan zaman Kuarter.
D.
Fisiografi/Geomorfologi
Geomorfologi di Kabupaten Aceh Besar cukup bervariasi, hal ini terlihat dari bentuk
permukaan wilayah ini yang meliputi datar hingga bergunung. Kondisi wilayah ini didominasi
oleh wilayah berbukit dan bergunung.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-5
E.
Bathimetri
Bathimetri menunjukkan tingkat kedalaman perairan laut. Batimetri di wilayah
Kabupaten Aceh Besar memiliki kedalaman mencapai 1.000 – 1.500 meter di sebelah barat yaitu
pada Samudera Hindia, dan maksimum kedalaman 1.000 meter di perairan sebelah timur yaitu
Selat Malaka.
F.
Jenis Tanah
Terdapat 8 jenis tanah di Aceh Besar, yaitu : (1) Aluvial, (2) Andosol, (3) Komplek
Podsolik Coklat, Podsol, dan Litosol, (4) Komplek PMK dan Litosol, (5) Komplek Renzina dan
Litosol, (6) Latosol, (7) Podsolik Merah Kuning (PMK), dan (8) Regosol. Untuk lebih jelasnya lihat
gambar 1.8.
G.
Hidrologi
Potensi sumber daya air di wilayah Kabupaten Aceh Besar relatif cukup memadai,
dimana terdapat sejumlah aliran sungai. Beberapa daerah aliran sungai berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah di Indonesia. Salah satu sungai yang
relatif memiliki potensi sumber daya air yang cukup besar adalah Krueng Aceh, dengan debit air
rata-rata per tahun 30,86 m³/detik. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Aceh ini ±
172.328,07 Ha, dimana bahagian DAS ini terdapat anak-anak sungai, diantaranya Krueng Jreu,
Krueng Indrapuri, Krueng Pangoh dan Krueng Seulimeum. Anak-anak sungai tersebut
mengalirkan kelebihan air hujan ke Krueng Aceh yang hulunya berasal dari pegunungan Bukit
Barisan. Hanya Krueng Seulimeum yang hulunya berasal dari Gunung Seulawah.
1. Wilayah Sungai
Arah dan pola aliran sungai yang terdapat dan melintasi wilayah Aceh dapat
dikelompokkan atas 2 pola utama, yaitu:
- Sungai-sungai yang mengalir ke Samudera Hindia atau ke arah barat;
- Sungai-sungai yang mengalir ke Selat Malaka atau ke arah timur.
Beberapa Daerah Aliran Sungai dikelompokkan menjadi satu Wilayah Sungai
berdasarkan wilayah strategis nasional dan lintas kabupaten. Pengelompokan ini didasari oleh
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah di Indonesia. Sesuai
dengan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah di Indonesia,
Kabupaten Aceh Besar terdapat 2 (dua) wilayah sungai yang masuk dalam kewenangan nasional
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-6
yaitu Wilayah Sungai Aceh – Meureudu dan Wilayah Sungai Teunom – Lambeuso. Pembagian
Wilayah Sungai yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar, meliputi:
1) Wilayah Sungai Aceh – Meureudu seluas 274.858,70 Ha, terdiri atas:
a. DAS Krueng Aceh seluas 172.328,07 Ha, meliputi Kecamatan Kota Jantho, Lembah
Seulawah, Seulimeum, Kuta Cotglie, Indrapuri, Montasik, Kuta Malaka, Sukamakmur, Blang
Bintang, Peukan Bada, Simpang Tiga, Darul Kamal, Darul Imarah, Ingin Jaya, Kuta Baro,
sebagian Kecamatan Krueng Barona Jaya dan sebagian Kecamatan Baitussalam;
b. DAS Krueng Batee seluas 4.216,31 Ha, meliputi sebagian Kecamatan Lembah Seulawah;
c. DAS Krueng Laweueng seluas 2.007,38 Ha, meliputi sebagian Kecamatan lembah
Seulawah;
d. DAS Krueng Babeue seluas 5.051,20 Ha, meliputi sebagian Kecamatan Lembah Seulawah
dan sebagian Kecamatan Seulimeum;
e. DAS Krueng Leungah seluas 4.898,18 Ha, meliputi sebagian Kecamatan Seulimeum;
f. DAS Krueng Lampanah seluas 3.521,77 Ha, meliputi Kecamatan Seulimeum;
g. DAS Krueng Ie Masin seluas 3236,09 Ha, meliputi Kecamatan Seulimeum;
h. DAS Krueng Areu seluas 11.576,86 Ha, meliputi Kecamatan Seulimeum dan sebagian
Kecamatan Mesjid Raya
i. DAS Krueng Lambok seluas 3.821,35 Ha, meliputi Kecamatan Mesjid Raya dan sebagian
Kecamatan Seulimeum;
j. DAS Krueng Raya seluas 10.090,18 Ha, meliputi Kecamatan Mesjid Raya, Seulimeum dan
Kecamatan Indrapuri;
k. DAS Krueng Sibayang seluas 9.777,14 Ha, meliputi Kecamatan Baitussalam, Darussalam,
sebagian Kecamatan Kuta Baro dan Kecamatan Krueng Barona Jaya;
l. DAS Krueng Pincung seluas 11.058,98 Ha, meliputi Kecamatan Lhoknga, Sebagian
Kecamatan Peukan Bada dan Kecamatan Leupung;
m. DAS Krueng Geupe seluas 18.106,04 Ha meliputi Kecamatan Leupung dan sebagian
Kecamatan Lhoknga dan Kecamatan Lhoong;
n. DAS Krueng Lamih seluas 2.808,23 Ha, meliputi Kecamatan Lhoong;
o. DAS Krueng Seulenggoh seluas 17,60 Ha, meliputi Kecamatan Lembah Seulawah;
p. DAS Krueng Baro seluas 3.287,60 Ha, meliputi Kecamatan Kota Jantho;
q. DAS Krueng Reundrah seluas 3.076,87 Ha, meliputi Kecamatan Pulo Aceh;
r. DAS Krueng Teunom seluas 461,61 Ha, meliputi Kecamatan Pulo Aceh;
s. DAS Krueng Same seluas 2.735,16 Ha meliputi Kecamatan Pulo Aceh;dan
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-7
t. DAS Krueng Sotoy seluas 2.782,08 Ha, meliputi Kecamatan Pulo Aceh.
2) Wilayah Sungai Teunom-Lambeuso seluas 15.492,07 Ha, terdiri atas :
a. DAS Krueng Teunom seluas 4.573,69 Ha meliputi Kecamatan Kota Jantho;
b. DAS Krueng Geunteut seluas 2.173,87 Ha meliputi Kecamatan Lhoong;
c. DAS Krueng Bentaro seluas 7.294,77 Ha, meliputi Kecamatan Lhoong;
d. DAS Krueng Tunong seluas 422,64 Ha, meliputi Kecamatan Lhoong; dan
e. DAS Krueng Lambeuso seluas 1.027,11 Ha, meliputi Kecamatan Kuta Cot Glie dan
Kecamatan Kota Jantho.
H.
Cekungan Air Tanah (CAT)
Berdasarkan Peta Hidrogeologi Indonesia dapat diidentifikasikan jenis litologi batuan
(lithological rock types) serta potensi dan prospek air tanah (groundwater potential and
prospects). Pada Peta Hidrogeologi Indonesia ditunjukkan adanya indikasi sesar/patahan yang
relatif memanjang mengikuti pola pegunungan yang ada di wilayah Aceh (relatif berarah barat
laut – tenggara). Terkait dengan aspek hidrogeologi di atas, selanjutnya dikemukakan juga
mengenai cekungan air tanah (CAT) yang ada di wilayah Aceh Besar.
Dengan mengacu kepada Atlas Cekungan Air Tanah Indonesia yang diterbitkan
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2009, pada halaman lembar Aceh, dapat
diidentifikasikan ada 1 (satu) Cekungan Air Tanah (CAT) di wilayah Aceh Besar dengan luasan
mencapai sekitar 125.200 Ha, yaitu jumlah Imbuhan Air Tanah bebas sebesar 375
juta
m3/tahun dan jumlah Air Tertekan sebesar 72 juta m3/tahun.
I.
Curah Hujan
Tingkat curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari 2013 yaitu mencapai 283,3 mm
dengan jumlah hari hujan 16 hari. Untuk lebih jelasnya mengenai curah hujan dan hari hujan di
Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4
Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2010 – 2013
Curah Hujan (millimeter)
Hari Hujan
Bulan
2010
2011
2012
2013
2010 2011
2012
2013
Januari
149,4
152,5
91,7
283,3
12
15
9
16
Februari
112,9
82,3
78,4
136,1
9
14
11
15
Maret
105,4
223,5
99,5
89,7
16
17
10
8
April
219,5
142,3
78,6
106,2
16
13
9
12
Mei
53,5
58,8
98,4
131,1
8
11
15
13
Juni
190,1
19,8
41,0
167,2
17
5
5
13
Juli
89,1
55,6
28,0
83,8
19
8
9
9
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-8
Curah Hujan (millimeter)
2010
2011
2012
2013
Agustus
73,5
68,1
38,0
40,4
September
75,6
136,8
77,6
164,6
Oktober
116,5
41,8
177,2
56,6
November
461,0
164,4
199,1
149,8
Desember
334,0
123,4
150,2
214,8
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka Tahun 2014
Bulan
2.1.2
Potensi Rawan Bencana Alam
A.
Rawan Gempa bumi
2010
12
15
9
25
18
Hari Hujan
2011
2012
7
6
13
6
16
15
12
12
20
18
2013
11
7
11
16
20
Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi dalam bentuk gelombang.
Komponen merusak gempa bumi dapat berbentuk getaran dan amblasan. Tingkat daya rusak
gempa bumi tergantung dari intensitas gempa bumi, lama kejadian, jarak pusat gempa, kondisi
geologi setempat, serta kondisi bangunan setempat. Penyebab terjadinya gempa bumi
merupakan proses tektonik akibat pergerakan lempeng bumi, aktivitas sesar dipermukaan bumi,
pergerakan geomorfologi secara lokal (tanah longsor), aktivitas gunung api, dan ledakan nuklir.
Gempa Bumi adalah akibat dari lepasnya energi secara tiba-tiba dalam kerak bumi yang
menimbulkan gelombang seismik. Klasifikasi potensi gempa bumi menurut Mangnitudo (skala
richter) di Kabupaten Aceh Besar sebagai berikut:
• 0,3 – 0,4 : Kecamatan Leupung dan Kecamatan Lhoong.
• 0,4 – 0,5 : Kecamatan Mesjid Raya, Kecamatan Seulimeum, dan Kecamatan Seulawah.
• 0,5 – 0,6 : Seluruh kecamatan.
B.
Tsunami
Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang disebabkan oleh pergeseran
badan air dalam volume yang amat besar, misalnya lautan. Istilah Tsunami berasal dari Bahasa
Jepang yang bisa diartikan sebagai "ombak besar di pelabuhan”. Kejadian tsunami di Aceh
pernah terjadi tahun 1797, 1891,1907 dan 2004. Kejadian tsunami 26 Desember 2004 meliputi
kawasan pesisir radius 5 km dari garis pantai dengan ketinggian di bawah 50 meter dari
permukaan laut Gempa ini berkekuatan 9,3 skala Richter. Wilayah yang cukup luas rawan
gelombang pasang adalah Kecamatan Peukan Bada, Baitussalam, Mesjid Raya, Lhoknga, Pulo
Aceh, Lhoong dan Leupung.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-9
C.
Gunung Api
Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilah “erupsi”. Setiap gunung api memiliki karakteristik erupsi yang berbeda-beda dan
berpotensi sebagai ancaman serta memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis
muntahan atau material yang dihasilkannya. Ada 1 (satu) gunung api aktif tipe A di Aceh Besar,
yakni Gunung Seulawah Agam di Aceh Besar. Klasifikasi lahar dan abu di Kabupaten Aceh Besar
berada di kecamatan:
• Hazard Zone 1: Kecamatan Seulimun dan Kecamatan Lembah Seulawah.
• Hazard Zone 2: Kecamatan Seulimun dan Kecamatan Lembah Seulawah.
• Hazard Zone 3: Kecamatan Seulimun dan Kecamatan Lembah Seulawah.
D.
Tanah Longsor / Gerakan Tanah
Tanah Longsor adalah fenomena geologis yaitu pergerakan tanah, misalnya jatuhnya
bebatuan, aliran reruntuhan, yang bisa terjadi di lepas pantai, pinggir pantai dan di daratan.
Walaupun penyebab utama tanah longsor adalah gravitasi, ada faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap stabilitas lereng. Secara khusus, faktor-faktor pre-conditional
membangun kondisi sub-permukaan khusus yang menyebabkan areal/lereng tersebut menjadii
rawan, sedangkan tanah longsor yang sebenarnya sering membutuhkan pemicu (misalnya hujan
lebat atau gempa bumi) sebelum terjadi longsor. Klasifikasi gerakan tanah di Kabupaten Aceh
Besar antara lain:
• Rendah : semua kecamatan kecuali Kecamatan Peukan Bada.
• Menengah: semua kecamatan kecuali Kecamatan Ingin Jaya dan Kecamatan Kr. Barona Jaya.
• Tinggi : Kecamatan Kota Jantho, Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Leupung, Kecamatan
Lhoong, Kecamatan Indrapuri, dan Kecamatan Kuta Cot Glie.
E.
Rawan Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika air
menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai
yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Air yang
tergenang berkumpul di daerah-daerah dengan permukaan rendah dan mengalir dengan cepat
ke daerah yang lebih rendah. Klasifikasi banjir untuk Aceh Besar berada pada Kecamatan Krueng
Barona Jaya, Kecamatan Ingin Jaya, Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Kuta Baro, dan
Kecamatan Darussalam.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-10
F.
Abrasi
Abrasi merupakan jenis bencana yang disebabkan oleh arus atau gelombang yang
mengganggu angkutan sedimen. Peristiwa abrasi dapat ditemui di tepi pantai dan di tepi sungai.
Dalam 10 tahun terakhir ini, di pantai Barat-Selatan Aceh telah terjadi abrasi pantai di
Kabupaten Aceh Besar. Selain abrasi pantai, Aceh juga mencatat beberapa kejadian abrasi
sungai. Abrasi sungai ditandai dengan runtuhnya tebing sungai akibat gerusan aliran sungai.
Abrasi sungai yang pernah dilaporkan terjadi di Aceh Besar (Krueng Aceh).
G.
Angin Puting Beliung
Puting Beliung adalah angin kencang dan berbahaya yang bergerak melingkar hingga
menyentuh permukaan bumi dan awan cumulonimbus atau, dalam sedikit kasus, awan cumulus.
Klasifikasi angin puting beliung yang ada di Kecamatan Aceh Besar meliputi:
• Bahaya Rendah: Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Imarah, Kecamatan Blang Bintang,
Kecamatan Kuta Baro, dan Kecamatan Montasik.
• Bahaya Menengah: Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Lhoknga, Kecamatan Peukan Bada,
Kecamatan Kuta Baro, Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Montasik dan Kecamatan
Indrapuri.
• Bahaya Tinggi: Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Kuta Baro, Kecamatan Blang Bintang,
Kecamatan Montasik, Kecamatan Indra Puri, Kecamatan Peukan Bada, dan Kecamatan
Lhoknga.
H.
Kekeringan
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang
berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Musim kemarau yang panjang akan
menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi),
transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Klasifikasi kekeringan yang ada di
Kabupaten Aceh Besar, meliputi:
• Rendah: Kecamatan Pulo Aceh, Kecamatan Pekan Bada, Kecamatan Darussalam, Kecamatan
Baitussalam, Kecamatan Krueng Barona Jaya.
• Menengah: Semua kecamatan.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-11
2.1.4
Penggunaan Lahan
Kondisi lahan eksisting Kabupaten Aceh Besar didominasi oleh hutan lahan kering
sekunder seluas 82.843,21 hektar (28,53%). Selain itu kabupaten Aceh Besar juga dikelilingi
oleh pertanian lahan kering dan savana yang masing-masing seluas 40.165,63 hektar (13,83%)
dan 54.778,43 hektar (18,87%). Permukiman yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar hanya
seluas 9.806,14 hektar, hanya sekitar 3,38% dari luas keseluruhan kabupaten. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan Gambar 2.2
Tabel 2.5
Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Berdasarkan Digitasi Spot 5
Luas Penggunaan
No.
Penggunaan Lahan
(%)
Lahan (Ha)
1.
Hutan Primer
15.282,15
5,26
2.
Hutan Lahan Kering Sekunder
82.843,21
28,53
3.
Hutan Mangrove Sekunder
2,43
0,00
4.
Hutan Tanaman
381,42
0,13
5.
Pertanian Lahan Basah
22.094,01
7,61
6.
Pertanian Lahan Kering
40.165,63
13,83
7.
Tambak
1.321,15
0,46
8.
Pertambangan
146,27
0,05
9.
Savana
54.778,43
18,87
10. Semak/Belukar
61.146,79
21,06
11. Permukiman
9.806,14
3,38
12. Tanah Terbuka/kosong
1.233,39
0,42
13. Bandara
110,13
0,04
14. Sungai
1.039,58
0,36
Jumlah
290.350,73
100,00
Sumber: Materi Teknis RTRW Aceh Besar, 2014
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-12
Gambar 2.2
Peta Penggunaan Lahan Kab. Aceh Besar (Peta Pada ukuran A1)
2.1.3
Kondisi Kependudukan
Jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2014 mencapai 391.116 jiwa
yang terdiri dari penduduk diwilayah pedesaan lebih dominan dibanding penduduk diwilayah
perkotaan. Jika dilihat dari jumlah penduduk di tingkat kecamatan, maka kecamatan yang paling
banyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Darul Imarah yang berjumlah 54.500 jiwa dan
kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Kecamatan Pulo Aceh yaitu sebanyak
4.572 jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut :
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-13
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk dan Proyeksi Penduduk 5 (lima) Tahun
Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2014
Nama Kecamatan
Wilayah Perkotaan
Tahun
n
n+1
n+5
Baitussalam
8.224
8.490
9.343
Blang Bintang
Darul Imarah
42.067 43.430
47.790
Darul Kamal
Darussalam
11.284 11.650
12.819
Indrapuri
Ingin Jaya
10.101 10.428
11.475
Kota Jantho
4.361
4.502
4.954
Krueng Barona Jaya
13.484 13.921
15.318
Kuta Baro
1.527
1.576
1.735
Kuta Cot Glie
Kuta Malaka
Lembah Seulawah
Leupung
Lhoknga
1.167
1.205
1.326
Lhoong
655
676
744
Mesjid Raya
2.178
2.249
2.475
Montasik
Peukan Bada
10.279 10.613
11.682
Seulimeum
3.003
3.101
3.413
Simpang Tiga
Suka Makmur
624
644
709
Pulo Aceh
Total 108.954 112.486 123.783
Jumlah Penduduk
(orang)
Wilayah Perdesaan
Tahun
n
n+1
n+5
n
15.627 21.980
13.756 14.202
12.199 10.734
10.734 11.083
14.124 54.500
12.433 12.836
8.512
7.493
7.736
7.493
12.821
11.286 11.652
22.570
24.301 21.391
21.391 22.084
21.920 29.396
19.295 19.920
6.144
5.408
5.583
9.769
2.584 15.759
2.275
2.349
26.258 24.641
23.114 23.863
15.183 13.365
13.365 13.798
7.170
6.311
6.515
6.311
13.816 12.162
12.162 12.556
3.628
3.194
3.297
3.194
16.705
14.705 15.181
15.872
10.341 10.128
9.099
9.395
24.090 23.375
21.197 21.886
22.282 19.606
19.606 20.243
10.370 19.404
9.125
9.422
23.528 23.706
20.703 21.376
6.964
6.128
6.327
6.128
16.403 15.057
14.433 14.902
5.199
4.575
4.724
4.575
281.788 290.929 320.172 391.116
Total
Tahun
n+1
22.692
11.083
56.266
7.736
23.301
22.084
30.348
10.086
16.270
25.439
13.798
6.515
12.556
3.297
15.872
10.457
24.135
20.243
20.035
24.476
6.327
15.546
4.724
403.287
n+5
25.779
12.594
63.920
8.788
26.471
25.088
34.477
11.458
18.483
28.900
15.675
7.402
14.264
3.746
16.386
11.883
27.426
23.004
22.767
27.814
7.190
17.666
5.368
456.549
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Aceh Besar, tahun 2014
Proyeksi penduduk untuk 5 (lima) tahun kedepan dengan pertumbuhan penduduk ratarata 3,25% pada tahun 2014 adalah 456.549 jiwa. Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk,
jumlah penduduk lima tahun kedepan di Kecamatan Darul Imarah yaitu sebesar 59.684 jiwa.
Proyeksi kepala keluarga di Kabupaten Aceh Besar untuk 5 (lima) tahun kedepan dapat
dilihat pada Tabel 2.6. Pada tahun 2014 jumlah kepala keluarga adalah 109.296 KK, setelah
diproyeksikan, pada tahun 2020 jumlah Kepala Keluarga diperkirakan menjadi 128.133 KK.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-14
Tabel 2.7
Jumlah dan Proyeksi Kepala Keluarga (KK) 5 (lima) Tahun
Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2014
Jumlah Kepala Keluarga
Nama Kecamatan
Baitussalam
Blang Bintang
Darul Imarah
Darul Kamal
Darussalam
Indrapuri
Ingin Jaya
Kota Jantho
Krueng Barona Jaya
Kuta Baro
Kuta Cot Glie
Kuta Malaka
Lembah Seulawah
Leupung
Lhoknga
Lhoong
Mesjid Raya
Montasik
Peukan Bada
Seulimeum
Simpang Tiga
Suka Makmur
Pulo Aceh
Total
Wilayah Perkotaan
Tahun
n
n+1
n+5
4.479
4.624
5.253
12.787
13.201
14.997
3.072
3.172
3.603
2.566
2.649
3.010
1.106
1.142
1.297
3.667
3.786
4.301
379
391
445
348
359
408
309
319
363
595
614
698
2.881
2.975
3.380
809
835
949
159
164
187
33.157
34.232
38.890
Wilayah Perdesaan
Tahun
n
n+1
n+5
2.393
2.471
2.807
2.909
3.004
3.413
3.292
3.399
3.861
2.091
2.159
2.452
3.057
3.156
3.585
5.931
6.123
6.956
5.128
5.294
6.014
1.482
1.530
1.738
608
628
713
6.312
6.517
7.403
3.472
3.584
4.072
1.671
1.725
1.960
3.301
3.408
3.872
999
1.031
1.172
4.352
4.352
4.493
2.763
2.853
3.242
5.481
5.659
6.431
5.259
5.430
6.170
2.700
2.788
3.168
5.539
5.719
6.499
1.848
1.908
2.168
4.012
4.142
4.707
1.479
1.527
1.735
76.079
78.406
88.631
n
6.872
2.909
16.079
2.091
6.129
5.931
7.694
2.588
4.275
6.691
3.472
1.671
3.301
999
4.700
3.072
6.076
5.259
5.581
6.348
1.848
4.171
1.479
109.236
Total
Tahun
n+1
7.095
3.004
16.600
2.159
6.328
6.123
7.943
2.672
4.414
6.908
3.584
1.725
3.408
1.031
4.852
3.172
6.273
5.430
5.762
6.554
1.908
4.307
1.527
112.778
n+5
8.060
3.413
18.858
2.452
7.188
6.956
9.024
3.035
5.014
7.847
4.072
1.960
3.872
1.172
5.512
3.604
7.129
6.170
6.548
7.448
2.168
4.894
1.735
128.133
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Aceh Besar, tahun 2014
dan hasil analisis (2015)
Gambaran perhitungan proyeksi kepadatan penduduk dan pertumbuhan penduduk dapat dilihat
pada Tabel 2.8 berikut.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-15
Tabel 2.8
Proyeksi Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk
Selama 5 (lima) Tahun Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2014
Nama Kecamatan
Tingkat
Pertumbuhan
(%) Tahun
2014
Baitussalam
Blang Bintang
Darul Imarah
Darul Kamal
Darussalam
Indrapuri
Ingin Jaya
Kota Jantho
Krueng Barona Jaya
Kuta Baro
Kuta Cot Glie
Kuta Malaka
Lembah Seulawah
Leupung
Lhoknga
Lhoong
Mesjid Raya
Montasik
Peukan Bada
Seulimeum
Simpang Tiga
Suka Makmur
Pulo Aceh
3,24%
3,25%
3,25%
3,25%
3,25%
3,25%
3,25%
3,24%
3,25%
3,25%
3,24%
3,25%
3,24%
3,26%
3,25%
3,25%
3,25%
3,25%
3,25%
3,24%
3,24%
3,25%
3,25%
Kepadatan Penduduk
(orang/Ha)
Tahun
n
n+1
n+5
19
20
94
17
18
84
41
44
206
26
27
129
16
17
82
24
25
119
30
32
151
4
4
21
41
43
204
24
26
123
45
48
224
19
21
97
8
8
40
25
27
128
22
23
110
19
21
97
19
21
98
44
46
219
34
36
170
26
28
131
25
27
126
27
28
134
28
30
141
Sumber : Hasil Analisis (2015)
Untuk jumlah Kepala Keluarga yang Miskin dapat dilihat di tabel 2.9 berikut.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-16
Tabel 2.9
Jumlah Keluarga Miskin
Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2014
Nama Kecamatan
Baitussalam
Blang Bintang
Darul Imarah
Darul Kamal
Darussalam
Indrapuri
Ingin Jaya
Kota Jantho
Krueng Barona Jaya
Kuta Baro
Kuta Cot Glie
Kuta Malaka
Lembah Seulawah
Leupung
Lhoknga
Lhoong
Mesjid Raya
Montasik
Peukan Bada
Seulimeum
Simpang Tiga
Suka Makmur
Pulo Aceh
Total
Jumlah Keluarga
Miskin (KK)
455
821
3.745
1.092
2.087
2.269
3.075
1.542
1.099
1.979
1.736
812
1.811
838
1.546
1.087
2.052
1.029
745
3.678
973
2.052
504
37.027
2.1.4 Potensi Ekonomi Wilayah
A.
Struktur Perekonomian Kabupaten
Struktur perekonomian menunjukkan susunan komposisi atau susunan sektor-sektor
ekonomi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2014, selama periode 20102013 dapat dikatakan bahwa sepertiga dari PDRB Aceh Besar berasal dari kegiatan sektor
primer, yakni sekitar 29,28 sampai dengan 30,62 persen. Sektor ini cenderung terus menurun
dari tahun 2010 sebesar 30,62 persen hingga menjadi 29,28 persen pada tahun 2013.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-17
Sektor sekunder memanfaatkan hasil sumber daya alam untuk diolah lebih lanjut, yakni
terdiri dari sektor industri pengolahan, konstruksi, dan energi berkisar antara 17,97 sampai
dengan 19,20 persen.Tahun 2010 mencapai 19,20 persen dan mengalami penurunan hingga
mencapai 17,97 persen pada tahun 2013. Kegiatan sektor tersier memfasilitasi pergerakan
sektor primer dan sektor sekunder. Selama periode 2010-2013 dapat dikatakan bahwa lebih
separuh dari PDRB Aceh Besar berasal dari sektor tersier. Gejala peningkatan terlihat dari tahun
ke tahun, pada tahun 2010 sektor tersier mencapai 50,18 persen hingga pada tahun 2013
mencapai lebih 52,75 persen. Dari gambar 2.1 terlihat bahwa selama tahun 2010-2013,
kontribusi sektor primer dan skunder yang semakin menurun peran tehadap pembentukan
PDRB Aceh Besar, dan diiringi meningkatnya kontribusi sektor tersier, hal ini jelas
menggambarkan sedikit transformasi atau pergeseran struktur ekonomi.
Tabel 2.10
Perkembangan PDRB Menurut Sektoral Kabupaten Aceh Besar
Lapangan Usaha
2010
2011 2012
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan
28,32 27,87 27,39
2. Pertambangan dan Penggalian
2,29
2,24
2,15
3. Industri Pengolahan
2,82
2,84
2,85
4. Listrik dan Air Bersih
0,33
0,34
0,35
5. Kontruksi
16,05 15,60 15,36
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
19,39 20,59 21,52
7. Pengangkutan dan Komunikasi
12,62 12,54 12,52
8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
4,03
3,97
3,89
9. Jasa-jasa
14,14 14,00 13,96
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
100,0 100,0 100,0
Sumber : BPS, Tahun 2014
2013
27,21
2,08
2,83
0,35
14,79
22,10
13,24
3,92
13,50
100,0
Gambar 2.3
Grafik PDRB Kab. Aceh Besar Menurut Sektor Tahun 2013
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-18
2.1.5 Pertumbuhan Ekonomi
Data Badan Pusat Statistik Tahun 2014 menunjukkan pada Tahun 2010 perekonomian
Aceh Besar pertumbuhannya mencapai 4,81 persen. Sektor Listrik, Gas & Air Bersih merupakan
pertumbuhan terbesar di tahun 2010 yaitu sebesar 9,48 persen dan sektor perdagangan
mencapai pertumbuhan sebesar 8,05 persen. Pertumbuhan ekonomi Aceh Besar pada tahun
2010 merupakan laju pertumbuhan tertinggi pada periode 2010-2013. Selanjutnya pada tahun
2011 dan 2012 perekonomian Aceh Besar sedikit melambat, dengan ekspansi sebesar 4,66
persen dan 4,61 persen hingga mencapai 4,44 persen pada tahun 2013. Pada tahun 2011, Sektor
Perdagangan, hotel dan restoran mengalami pertumbuhan tertinggi hingga mencapai 8,53
persen dan sektor kontruksi sebesar 5,99 persen, serta sektor listrik, gas dan air mengalami
pertumbuhan sedikit melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,22
persen.
Tabel 2.11
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektoral
Kabupaten Aceh Besar
Lapangan Usaha
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Bersih
Kontruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
2010
2011
2012
2013
1,04
1,27
2,28
9,48
6,67
8,05
3,68
6,61
5,95
4,81
2,89
1,77
3,97
4,22
5,99
8,53
2,79
3,70
3,13
4,66
3,95
1,10
5,01
5,41
6,05
6,99
3,57
4,13
2,56
4,61
4,16
1,71
4,57
5,22
3,82
6,93
4,96
5,24
2,62
4,44
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Besar secara keseluruhan dan secara tidak
langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Propinsi Aceh. Keadaan perekonomian di
Aceh menunjukkan terus terjadinya peningkatan selama empat tahun terakhir. Pertumbuhan
ekonomi baik dengan migas maupun tanpa migas masih menunjukkan angka positif sejak tahun
2010-2013. Pada tahun 2013 PDRB ADHK dengan migas tumbuh sebesar 4,18 persen, agak
melambat dari dua tahun sebelumnya yang secara berturut-turut tumbuh sebesar 4,84 persen
dan 5,14 persen. Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi tanpa migas yang pada tahun
2013 melambat menjadi sebesar 5,36 persen, setelah pada tahun 2011 dan 2012 naik sebesar
5,69 persen dan 6,07 persen. Setelah selama dua tahun perekonomian tumbuh dengan cukup
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-19
cepat, terjadi perlambatan pada tahun 2013 baik dengan maupun tanpa migas. Hal ini erat
kaitannya dengan adanya kenaikan harga BBM pada Bulan Juni dan Tarif Dasar Listrik (Secara
lebih rinci, pertumbuhan ekonomi tahun 2013 ini didorong oleh pertumbuhan yang cukup tinggi
di sektor konstruksi, perdagangan, dan jasa-jasa yang tumbuh di atas 6 persen. Sebagai sektorsektor yang memiliki kontribusi lebih dari 10 persen, pertumbuhan di ketiga sektor ini mampu
mendorong perekonomian tumbuh cukup baik.
Gambar 2.4
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Aceh Besar
Menurut Sektor Migas dan Non Migas
Sektor lainnya yang tumbuh cukup tinggi adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan yang tumbuh sebesar 6,78 persen. Sektor pertanian yang memiliki kontribusi
terbesar hanya mampu tumbuh sebesar 3,26 persen, sedangkan sektor listrik dan sektor
pengangkutan dan komunikasi masing-masing tumbuh sebesar 4,69 persen dan 4,68 persen.
Sektor yang masih tumbuh negatif seperti tahun-tahun sebelumnya adalah sektor pertambangan
dan penggalian yang turun sebesar 1,26 persen. Sekor industri pengolahan juga turun sebesar
3,52 persen, setelah 2 tahun sebelumnya tumbuh positif. Kedua sektor ini tumbuh negatif karena
terkait dengan menurunnya produksi migas.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-20
2.1.6
Kebijakan RTRW 2013-2032
A.
Struktur Ruang
Didalam RTRW Nasional, Kabupaten Aceh Besar termasuk dalam Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Di
Kabupaten Aceh Besar sendiri membagi sistem pusat kegiatan dalam beberapa kategori sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008, yaitu sebagai berikut :
a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditetapkan di Kota Jantho, yang merupakan ibukota Kabupaten
Aceh Besar sehingga diprediksi akan melayani keseluruhan pusat-pusat pelayanan lainnya di
Kabupaten Aceh Besar khususnya untuk pelayanan pemerintahan.
b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), Kabupaten Aceh Besar menetapkan PKLp adalah
Kecamatan Kuta Malaka dengan ibukota Kecamatan Samahani.
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), di wilayah Kabupaten Aceh Besar ditetapkan di :
• PPK Lhoknga di Kecamatan Lhoknga;
• PPK Lambaro Angan di Kecamatan Darussalam;
• PPK Lampuyang di Kecamatan Pulo Aceh;
• PPK Indrapuri di Kecamatan Indrapuri;
• PPK Seulimeum di Kecamatan Seulimeum; dan
• PPK Lambaro di Kecamatan Ingin Jaya.
d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), ditetapkan di :
 PPL Lamtamot di Kecamatan Lembah Seulawah;
 PPL Krueng Raya di Kecamatan Mesjid Raya;
 PPL Blang Bintang di Kecamatan Blang Bintang;
 PPL Lampeuneurut di Kecamatan Darul Imarah;
 PPL Lhoong di Kecamatan Lhoong;
 PPL Peukan Bada di Kecamatan Peukan Bada;
 PPL Peukan Biluy di Kecamatan Darul Kamal;
 PPL Cot Iri di Kecamatan Krueng Barona Jaya;
 PPL Peukan Lam Ateuk di Kecamatan Kuta Baro;
 PPL Kajhu di Kecamatan Baitussalam;
 PPL Leupung di Kecamatan Leupung;
 PPL Lampakuk di Kecamatan Kuta Cot Glie;
 PPL Montasik di Kecamatan Montasik;
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-21
 PPL Sibreh di Kecamatan Sukamakmur; dan
 PPL Krung Mak di Kecamatan Simpang Tiga;
Gambar 2.5
Peta Struktur Ruang Kabupaten Aceh Besar
B.
Kawasan Strategis
Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar
meliputi :
1. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bandar Aceh Darussalam.
Cakupan KSN KAPET Bandar Aceh Darussalam yang berada di Kabupaten Aceh Besar
meliputi seluruh kecamatan yang ada kecuali Kecamatan Pulo Aceh. Hal ini ditegaskan
melalui Keputusan Gubernur Aceh No.139/297/2010 tentang Penyesuaian Wilayah Kerja
Badan Pengelola Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bandar Aceh Darussalam yaitu
meliputi seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, dan
Kota Banda Aceh. Pengembangan KSN KAPET Bandar Aceh Darussalam di Kabupaten Aceh
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-22
Besar adalah diarahkan untuk pengembangan kawasan industri baru di Ladong (Kecamatan
Mesjid Raya) dan infrastruktur penunjang di sekitarnya. Sedangkan kecamatan lainnya di
Kabupaten Aceh Besar apabila memungkinkan dan sesuai dengan pola ruang yang ditetapkan
dalam RTRW Kabupaten Aceh Besar ini dapat pula dikembangkan menjadi wilayah yang
menunjang kegiatan strategis nasional sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk
percepatan ekonomi regional di wilayah yang termasuk dalam KAPET Bandar Aceh
Darussalam.
2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang
Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas sabang sejatinya merupakan kewenangan
yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada Pemerintah Kota Sabang. Namun kemudian
juga mengikutkan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Besar yaitu Kecamatan Pulo Aceh.
3. Kawasan perbatasan negara.
Kawasan strategis perbatasan negara antara lain termasuk pulau-pulau kecil terdepan yang
merupakan perbatasan NKRI dengan negara India/Thailand/Semenanjung Malaysia.
Kawasan ini termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan keamanan. Di
wilayah Kabupaten Aceh Besar, yang menjadi bagian dari kawasan strategis ini adalah Pulau
Rusa dan Pulau Benggala (menurut RTRWN). Pulau-pulau yang menjadi bagian KSN ini
merupakan daerah tidak berpenghuni sehingga diarahkan untuk pengelolan pertahanan dan
keamanan oleh pemerintah pusat guna menjaga kedua pulau tersebut sebagai bagian terluar
wilayah kedaulatan NKRI.
Kawasan Strategis Aceh di wilayah Kabupaten Aceh Besar, berdasarkan kelompok sudut
kepentingan pengembangannya sebagai berikut ini:
1. Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Ekonomi.
Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Ekonomi berupa Kawasan pusat
perdagangan dan distribusi Aceh atau ATDC (Aceh Trade and Distribution Center) Zona Pusat
(Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie dengan lokasi pusat
agro industri di Kabupaten Aceh Besar).
2. Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Sosial Budaya.
Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Sosial Budaya yang terdapat di
Kabupaten Aceh Besar, meliputi :
a. Kawasan Cagar Budaya Peninggalan Kesultanan Aceh di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-23
b. Kawasan Makam Korban Tsunami, kawasan strategis Aceh ini terdapat di Kecamatan
Lhoknga, dan Kecamatan Ingin Jaya.
c. Kawasan Pusat Pendidikan dan Olahraga Terpadu, meliputi Kecamatan Baitussalam,
Kecamatan Darussalam dan Kecamatan Mesjid Raya
3. Kawasan Strategi Aceh (KSA) dari sudut kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Hidup, meliputi Kawasan Gunung Seulawah mencakup dari Gunung Seulawah hingga ke kaki
gunungnya, yang terletak di Kecamatan Seulimeum, dan Kecamatan Lembah Seulawah.
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Aceh Besar, dari sudut pertumbuhan ekonomi,
meliputi :
1. KSK Kawasan Perkotaan Sekitar Kota Banda Aceh, terdiri atas Kecamatan Lhoknga,
Kecamatan Peukan Bada, Kecamatan Darul Imarah, Kecamatan Darul Kamal, Kecamatan Ingin
Jaya, Kecamatan Barona Jaya, Kecamatan Blang Bintang, Kecamatan Kuta Baro, Kecamatan
Darussalam, Kecamatan Baitussalam dan Kecamatan Mesjid Raya.
2. KSK Koridor Perkotaan Lambaro – Sibreh, merupakan kawasan yang saat ini sedang
mengalami percepatan pertumbuhan yang berada di Kecamatan Ingin Jaya dan Kecamatan
Sukamakmur.
3. KSK Agrowisata Saree, mencakup wilayah Kecamatan Lembah Seulawah dan sekitarnya yang
ditetapkan pemanfaatan ruangnya untuk mendukung sektor pariwisata berbasis kegiatan
pertanian, perkebunan, dan obyek wisata alam.
4. KSK Agropolitan Indrapuri, mencakup wilayah Kecamatan Indrapuri, Kecamatan Seulimeum,
sebagai sentra kegiatan agribisnis, peternakan dan pertanian, Kecamatan Kuta Malaka,
Kecamatan Kuta Cot Glie, Kecamatan Kota Jantho, Kecamatan Montasik, Kecamatan Lembah
Seulawah.
5. KSK Minapolitan Perikanan Laut Baitussalam – Mesjid Raya, meliputi Kecamatan Peukan
Bada, Kecamatan Pulo, Kecamatan Leupung, Kecamatan Lhoknga.
6. KSK Minapolitan Perikanan Darat Kota Jantho.
7. KSK Pembangunan Kota Baru Pemerintahan meliputi Kecamatan Kuta Malaka
8. Kawasan Terminal Tipe B di Gampong Suka Mulia Kecamatan Lembah Seulawah.
Kawasan Strategis ini menjadi kedepan menjadi pusat perdagangan dan pusat jasa di
Kabupaten Aceh Besar. Sebaran Lokasi Kawasan Strategis dapat dilihat pada Gambar 2.5
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-24
Gambar 2.6
Peta Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Besar
C.
Rencana Pola Ruang Kabupaten Aceh Besar
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Aceh Besar dibagi menjadi kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Penentuan kawasan lindung dan kawasan budidaya didasarkan padahasil
analisis kesesuaian lahan dan kriteria yang disertakan dimasing-masing kawasan.
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-25
Gambar 2.7
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Aceh Besar
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-26
Tabel 2.12
Luas Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya sesuai
Rencana Pola Ruang Kabupaten Aceh Besar
No
I.
A
B
Jenis Kawasan
Sub Jenis
Kawasan Lindung
Kawasan hutan Hutan Lindung
lindung
Kawasan
perlindungan
setempat
Luas
(Ha)
69.624,17
Prosentase Terhadap
Luas Wilayah Kabupaten
(%)
24
Sub jumlah
Sempadan pantai
69.624,17
2.392,36
24
0,82
Sempadan sungai
4.768,00
1,64
Sempadan Waduk
27,64
0,009
Sebaran Lokasi
Keterangan
Pulo Aceh, Lhoknga,
Montasik, Peukan
Bada,Darul Imarah, Darul
Kamal, Simpang Tiga,
Sukamakmur, Kuta
Malaka, Indrapuri,
Seulimuem, Kuta Cot Glie,
Kota Jantho, Lhoong,
Leupung
Sesuai dengan hasil
tim
terpadu
Kemenhut (Propinsi
Aceh)
Sepanjang Pantai
Kabupaten Aceh Besar
(Pulo Aceh, Leupung,
Mesjid Raya, Baitussalam,
Lhoknga, Lhoong, Peukan
Bada, Seulimeum)
DAS Kr. Aceh, Kr.Jreu,
Kr.Tengku, Kr. Angan, Kr.
Payo, Kr. Bihue, Kr. Kala,
Kr. Leungah, Lampanah,
dan seluruh mata air yang
ada
Kuta Cot Glie
Sesuai dengan hasil
tim
terpadu
Kemenhut (Propinsi
Aceh)
Kawasan ini 35,37
% dari catchment
area seluruh DAS
yang
ada
yaitu
seluas 3.178 ha
No
C
Jenis Kawasan
Sub Jenis
Ruang Terbuka
Hijau
Sub jumlah
Kawasan suaka Cagar
alam,
alam/Taman
pelestarian
Wisata Alam
alam, dan cagar  Suaka Marga
budaya
Satwa
Pinus
Jantho
 TWAPinus
Aceh
 TWA
Kuta
Malaka
Taman hutan
rakyat
Cagar budaya
D
Kawasan
rawan bencana
Sub jumlah
Kawasan rawan
erosi
Luas
(Ha)
36,44
7.224,44
Prosentase Terhadap
Luas Wilayah Kabupaten
(%)
0,012
Keterangan
Tersebar di pusat-pusat
kota dan pemukiman
2,49
15.281,37
5,26
2.556,02
0,88
1.544,08
0,53
6.122,85
2,11
3,09
0,001
25.507,41
27.109,80
Sebaran Lokasi
Sesuai dengan hasil
tim
terpadu
Kemenhut (Propinsi
 CA Hutan Pinus Jantho di Aceh)
Kota Jantho dan Lembah
Seulawah
 TWA Pinus Jantho
 Kuta Malaka di Kec. Kuta
Malaka
Tahura Pocut Meurah Sesuai dengan hasil
Intan di Lembah Seulawah tim
terpadu
Kemenhut (Propinsi
Aceh)
Peninggalan kesultanan Sesuai dengan hasil
Aceh di Masjid Raya
tim
terpadu
Kemenhut (Propinsi
Aceh)
8,79
Kec. Seulimeum, Masjid
Raya, Puncak lereng G.
Seulawah dan wilayah
dengan kelerengan> 40%
No
Jenis Kawasan
Sub Jenis
Kawasan
banjir
E
Kawasan
lindung lainnya
Luas
(Ha)
rawan
11.435,00
Kawasan rawan
tanah longsor
Kawasan rawan
gunung berapi
16.509,00
Kawasan
tsunami
bahaya
16.422,00
Sub jumlah
Kebun
plasma
nutfah (KPN)
136.519,80
694,54
Kawasan
pengungsian
satwa
Hutan
dengan
tujuan khusus
Sub jumlah
LUAS KAWASAN LINDUNG
Prosentase Terhadap
Luas Wilayah Kabupaten
(%)
Sebaran Lokasi
Kec. Ingin Jaya, Montasik,
Darul Imarah, dan Kuta
Malaka
Kec.Kuta Cot Glie, Kota
Jantho, dan Kuta malaka
Kec. Seulimeum, Masjid
Raya,
dan
Lembah
Seulawah
Kec.
Peukan
Bada,
Baitusslam, masjid Raya,
Lhoknga,
Pulo
Aceh,
Lhoong, dan Leupung
65.044,00
47,02
KPN Leupung
2,00
Pusat Latihan Gajah (PLG)
di Lembah Seulawah
183,28
Kawasan hutan pendidikan
STIK
1.866,95
103.822,02
Keterangan
0,64
35,76
Berada
kawasan
produksi
Berada
Taman
Rakyat
Meurah Intan
Berada
kawasan
produksi
dalam
hutan
dalam
Hutan
Pocut
dalam
hutan
No
II.
Jenis Kawasan
Sub Jenis
KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan hutan
Hutan produksi
terbatas
Luas
(Ha)
40,02
Hutan Produksi
Tetap
67.998,71
Hutan Produksi
Konversi
4.368,52
Hutan Rakyat
1.128,70
Prosentase Terhadap
Luas Wilayah Kabupaten
(%)
Sebaran Lokasi
Keterangan
Kec. Lhoong
Mesjid Raya, Darussalam,
Kuta Baro, Blang Bintang,
Montasik, Indrapuri, Kuta
Cotglie, Seulimeum,
Lembah Seulawah, Kota
Jantho
Seulimeum,
Montasik,
Lembah Seulawah, Kuta
Baro,
Kota
Jantho,
Indrapuri, Blang Bintang
Pulo Aceh, Peukan Bada,
Lhoknga, Leupung, Lhoong,
Mesjid Raya, Seulimeum,
Lembah Seulawah
Berada
dalam
kawasan
hutan
produksi tetap
No
Jenis Kawasan
Kawasan
Peruntukan
Pertanian
Sub Jenis
Pertanian
Basah
Luas
(Ha)
Lahan
23.054,48
Lahan Pertanian
Pangan
Berkelanjutan
14.202,55
Pertanian
Kering
13.024,39
Lahan
Prosentase Terhadap
Luas Wilayah Kabupaten
(%)
Sebaran Lokasi
Pulo Aceh, Peukan Bada,
Lhoknga, Leupung, Lhoong,
Darul Imarah, Darul Kamal,
Simpang Tiga, Mesjid Raya,
Baitussalam, Darussalam,
Kuta Baro, Kr.Br.Jaya, Ingin
Jaya, Blang Bintang,
Sukamakmur, Montasik,
Kuta Malaka, Indrapuri,
Kuta Cotglie, Seulimeum,
Lembah Seulawah, Kota
Jantho
Kota Jantho, Lembah
Seulawah, Seulimeum,
Kuta Cotglie, Indrapuri,
Montasik, Kuta Malaka,
Sukamakmur, Blang
Bintang, Leupung,
Lhoknga, Peukan Bada,
Simpang Tiga, Darul
Kamal, Darul Imarah, Ingin
Jaya, Kuta Baro,
Darussalam, Kr.Br.Jaya,
Lhoong, Mesjid Raya,
Baitussalam, Pulo Aceh
Pulo Aceh, Peukan Bada,
Lhoknga, Darul Imarah,
Leupung, Mesjid Raya,
Darussalam, Darul Kamal,
Keterangan
Berada di
lahan basah
dalam
No
Jenis Kawasan
Kawasan
Peruntukan
Perikanan
Kawasan
Peruntukan
Pertambangan
Kawasan
Peruntukan
Industri
Sub Jenis
Luas
(Ha)
Hortikultura
2.050,48
Perkebunan
53.849,75
Peternakan
409,27
Budidaya Air
Tawar
Budidaya Tambak
Air Payau
1.146,09
Kawasan
Peruntukan
Pertambangan
1.624,56
109,62
Prosentase Terhadap
Luas Wilayah Kabupaten
(%)
Sebaran Lokasi
Simpang Tiga, Kuta Baro,
Blang Bintang, Ingin Jaya,
Sukamakmur, Montasik,
Kuta Malaka, Kuta Cotglie,
Indrapuri, Seulimeum,
Lembah Seulawah, Kota
Jantho
Tersebar di semua
kecamatan
Tersebar disemua
kecamatan
Tersebar disemua
kecamatan
Seulimeum, Kuta Cotglie,
Lembah Seulawah, Pulo
Aceh, Montasik, Kota
Jantho, Baitussalam,
Leupung, Lhoong,
Indrapuri
Peukan Bada, Seulimeum,
Baitussalam, Mesjid Raya,
Leupung, Lhoong
Tersebar di semua
kecamatan
Tersebar di semua
kecamatan
Keterangan
Terintegrasi dengan
kawasan
pemukiman
perdesaan
No
Jenis Kawasan
Sub Jenis
Luas
(Ha)
Kawasan
Peruntukan
Pariwisata
Kawasan
Permukiman
Permukiman
Perkotaan
7.378,14
4.987,44
Kawasan
Peruntukan
Lainnya
Permukiman
Perdesaan
Kawasan
Pertahanan dan
Keamanan
Prosentase Terhadap
Luas Wilayah Kabupaten
(%)
Sebaran Lokasi
Tersebar di semua
kecamatan
Kawasan
Transmigrasi
LUAS KAWASAN BUDIDAYA
Peukan Bada, Darul
Imarah, Darul Kamal, Ingin
Jaya, Kr.Br.Jaya,
Baitussalam, Darussalam,
Kuta Baro, Blang Bintang,
Sukamakmur, Indrapuri,
Kota Jantho, Montasik,
Kuta Malaka, Lhoknga,
Seulimeum
Tersebar di seluruh
kecamatan
Tersebar diseluruh
kecamatan
291,51
2.978,35
186.528,71
Kota Jantho, Seulimeum,
Kuta Cotglie,
64,24
Keterangan
Terletak di lokasi
pariwisata
Lokasi
Polsek,
Koramil,
Polres,
Airud, TNI AD, TNI
AU, TNI AL
2.2
Kemajuan pelaksanaan SSK
2.2.1
Air limbah domestik
Hingga saat ini Kabupaten Aceh Besar belum memiliki sistem pengelolaan air limbah
secara off-site. Sebagian besar masyarakat membuang limbah kakus (black water) ke dalam
septic tank yang tidak dirancang dan dibangun dengan baik sehingga tidak memberikan
pengolahan optimal terhadap limbah tersebut. Buangan dari septic tank ini sebagian besar
dialirkan ke saluran sehingga sangat berpotensi terjadinya pencemaran air. Dalam beberapa
kasus ada juga rumah tangga yang membuang secara langsung limbah kakus mereka ke saluran
air terbuka. Berdasarkan kenyataan ini, maka dapat diasumsikan bahwa septic tank ini
merupakan ancaman bagi kualitas air sumur dangkal yang saat ini banyak digunakan oleh
masyarakat sebagai sumber air bersih disamping air bersih dari PDAM. Hampir semua air
limbah mandi, cuci dan masak (grey water) dibuang langsung ke saluran/drainase mikro
maupun ke saluran terbuka lainnya.
Berdasarkan hasil studi EHRA yang pernah dilakukan pada tahun 2011 diperoleh bahwa
sekitar 46,5% yang melaporkan menggunakan jamban ke tangki septic, sementara hanya sekitar
1,1% melaporkan tangki septiknya dibangun antara 5-10 tahun lalu. Dari sejumlah itu, mayoritas
atau sekitar 42,0% melaporkan bahwa tangki septiknya belum pernah dikosongkan sama sekali
sehingga mengidentifikasikan bahwa yang digunakan mereka bukan tangki septic melainkan
cubluk atau tangki yang tidak kedap udara alias merembes ke luar tangki. Pada tahun 2015, hasil
studi EHRA memperlihatkan bahwa masyarakat yang sudah memiliki jamban ke septic tank
sebesar 69,22% dan tangki septic tank dengan suspek aman sebesar 67,09%. Dapat dilihat
perbandingan bahwa terjadi peningkatan penggunaan jamban dengan suspek aman di
Kabupaten Aceh Besar. Dalam ketersediaan sarana dan prasarana, pada tahun 2011 Kabupaten
Aceh Besar belum memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). IPLT di Kabupaten Aceh
Besar baru dibangun pada tahun 2014 dan juga tersedia 2 (dua) truk penyedot tinja yang selama
beroperasional dalam melayani masyarakat. IPLT yang tersedia saat ini terletak di Kecamatan
Kota Jantho dan masih berfungsi secara optimal. Dari sisi penyediaan MCK++ diKabupaten Aceh
Besar telah tersedia sebanyak 35 Unit dengan melayani 746 KK, sedangkan IPAL belum ada.
Selama ini pengelolaan IPLT dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup, Pertamanan dan
Kebersihan. Sedangkan untuk pembangunan MCK++ ditangani oleh Dinas Bina Marga dan Cipta
Karya. Berikut tabel dan gambaran sanitasi subsektor air limbah di Kabupaten Aceh Besar :
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-34
Tabel 2.13
Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Air Limbah Domestik
SSK (periode sebelumnya)
SSK (saat ini)
Tujuan
Sasaran
Data dasar*
Status saat ini
Menghilangkan
 Tersedianya
 Prosentase tangki
 Tangki septik
praktek BABS
perencanaan
septic dengan suspek
bersuspek aman
Tahun 2014
pengelolaan air
aman: 47,4%
67.09% dan
limbah domestik dan  46,5% menggunakan
sebesar 32,91%
industri rumah
jamban ke tangki
yang tidak aman
tangga skala per
septic, 1,1% tangki  rumah tangga
Kabupaten pada
septiknya dibangun
yang memiliki
antara 5-10 tahun
jamban dan
akhir tahun 2014
 Meningkatnya
lalu.
dilengkapi dengan
tangki septik
cakupan kepemilikan  42,0% melaporkan
jamban keluarga
bahwa tangki
terdapat 69.52%
dengan penggunaan
septiknya belum
dan
tangki septik untuk
pernah dikosongkan  0.91% rumah
rumah tangga miskin
sama sekali
tangga membuang
 Belum tersedia IPLT
ke sungai air
pada akhir tahun
2014.
 Pengurasan tinja
tinjanya
dengan tukang 3,6%  2.32% rumah
 Meningkatnya jumlah
dan cakupan layanan  Membuangnya ke
tangga ke
sungai/selokan/parit
cubluk/plengseng
pengelolaan air
limbah secara
dan sekitar
an yang langsung
 9,0% menguburnya
dihasil akhirnya
komunal di wilayah
dipekarangan/lahan
ke struktur tanah
padat kumuh miskin
rumah.
 Terdapat 1 unit
perKabupaten di
 Belum terdapatnya
IPLT di Kota
akhir tahun 2014
data akurat tentang
Jantho
 Tersedianya dan
truck penyedot tinja  Terdapatnya
berfungsi nya IPAL
Komunal untuk
 Belum terdapatnya
MCK++ 35 Unit
sarana pengolahan
dengan melayani
industri rumah
air limbah skala kota
746 KK
tangga pada akhir
 Belum efektifnya
 Tersedianya 2
tahun 2014
penyelenggaraan
unit truk
 Meningkatnya
pengembangan
penyedot tinja
efektivitas layanan
system yang berbasis  Sudah adanya
pengelolaan Air
masyarakat
Program Sanimas
Limbah Domestik
(Sanitasi Berbasis
skala Kabupaten
Masyarakat)
dengan lokasi di
Kec. Kr.Br. Jaya
Peran Masyarakat
 Kultur budaya dan
 Minimnya respon
kebiasaan
masyarakat
masyarakat yang
maupun swasta
belum mendukung
terhadap
PHBS
penyuluhan Masih kurangnya
penyuluhan
penyuluhani
dalam
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-35
Tujuan
SSK (periode sebelumnya)
Sasaran
Data dasar*
mengenai pentingnya
pengelolaan
SSK (saat ini)
Status saat ini
pengelolaan air
limbah.
 Kurangnya
pemahaman
masyarakat
mengenai dampak
negatif dari
limbah cair yang
dibuang tanpa
melalui proses
pengolahan
Sumber Data: SSK 2011-2014 dan Hasil Analisis (2015)
2.2.2. Persampahan
Secara umum pelayanan sampah belum terlayani dengan maksimal, hanya penanganan
sampah pasar kecamatan saja yang sudah dapat terlayani dan tidak semua dari 23 kecamatan
yang ada di Kabupaten Aceh Besar yang dapat terlayani. Hal ini dikarenakan wilayah kerja yang
sangat luas juga karena keterbatasan alat dan keterbatasan jumlah personil yang khusus
mengelola sampah dan juga belum didukung oleh tingkat kesadaran masyarakat yang kurang
baik dalam pengelolaan sampah.
Mengenai kelakuan masyarakat terhadap pola hidup sehat di sektor persampahan,
berdasarkan data yang tertuang dalam Buku Putih Sanitasi tahun 2011 bahwa rumah tangga
yang membuang sampahnya dengan cara dibakar, yakni sebesar 88,78%. Sedangkan mereka
yang
membuang
ke
lahan
kosong
sebesar
4,26%,
sampah
yang
dibuang
ke
sungai/kali/laut/danau, yakni 2,32%. Sementara pengelolaan sampah rumah tangga yang
diangkut tukang sampah, dibuang ke TPS sebanyak 2,19%. Pengelolaan sampah yang dibuang
dan dikubur sekitar 1,50%, dan sampah yang dibiarkan saja mencakup 0,63%. Hasil Studi EHRA
yang dilakukan pada tahun 2015 di sub sektor persampahan diperoleh bahwa rumah tangga
adalah dengan cara di bakar sebanyak 87,32 %, di buang ke lahan kosong/kebun/hutan dan di
biarkan membusuk sebanyak 4.87%, di kumpulkan dan di buang ke TPS sebanyak 2.00%, di
buang ke sungai/kali/laut/danau sebanyak 0.91%, di biarkan saja sampai membusuk sebanyak
0.73%, di buang ke dalam lubang dan di tutup dengan tanah sebanyak 0.41%, sedangkan yang
paling sedikit dilakukan oleh responden adalah dikumpulkan oleh kolektor informal yang
mendaur ulang sebanyak 0.36%. untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel dan diagram
sistem sanitasi berikut ini :
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-36
Tabel 2.14
Kemajuan pelaksanaan SSK untuk persampahan
SSK Periode Sebelumnya
SSK saat ini
Tujuan
Sasaran
Data Dasar
Status saat ini
Tingkat Pelayanan
 efektifitas layanan  rumah tangga yang  rumah tangga
Persampahan
pengelolaan
membuang
adalah dengan cara
Kabupaten Aceh
persampahan pada
sampahnya dengan
di bakar sebanyak
Besar mencapai 85 %
akhir tahun 2014
cara dibakar, yakni
87,32 %, di buang
 Pengurangan
sebesar 88,78%.
ke lahan
Timbulan Sampah
Sedangkan mereka
kosong/kebun/huta
sebesar 25 %
yang membuang ke
n dan di biarkan
lahan kosong
membusuk
sebesar 4,26%
sebanyak 4.87%, di
Berikutnya sampah
kumpulkan dan di
yang dibuang ke
buang ke TPS
sungai/kali/laut/da
sebanyak 2.00%, di
nau, yakni 2,32%.
buang ke
Sementara
sungai/kali/laut/da
pengelolaan sampah
nau sebanyak
rumah tangga yang
0.91%, di biarkan
diangkut tukang
saja sampai
sampah, dibuang ke
membusuk
TPS sebanyak
sebanyak 0.73%, di
2,19%. Pengelolaan
buang ke dalam
sampah yang
lubang dan di tutup
dibuang dan
dengan tanah
dikubur sekitar
sebanyak 0.41%,
1,50%, dan sampah
sedangkan yang
yang dibiarkan saja
paling sedikit
mencakup 0,63
dilakukan oleh
 Masih diperlukan
responden adalah
beberapa unit mobil
dikumpulkan oleh
pengangkut sampah,
kolektor informal
truck amroll serta
yang mendaur
container sampah
ulang sebanyak
untuk melayani daya
0.36%.
tamping sampah
 TPSA sebanyak 1
terhadap wilayah
unit dengan
Kabupaten Aceh
klasifikasi control
Besar yang luas
land fill
 Baru ada 20 unit
 22 (dua puluh dua)
TPS namun masih
unit TPS.
belum memadai
 Jumlah armada
untuk mencukupi
utama angkut
daya tampung
sampah sampai saat
sampah
ini adalah sebanyak
21 (dua puluh satu)
unit
 Armada antara
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-37
Tujuan
Meningkatnya
partisipasi
masyarakat dalam
pengelolaan sampah
dengan sistem 3R
skala rumah tangga
SSK Periode Sebelumnya
Sasaran
partisipasi
masyarakat dalam
pengelolaan sampah
dengan sistem 3R
skala rumah tangga
pada tahun 2014
SSK saat ini
Status saat ini
yang berupa
gerobak atau
kendaraan
penghantar sampai
ke TPS sebanyak 18
(Delapan belas)
unit.
 120 (Seratus Dua
Puluh) orang tenaga
yang dipekerjakan
sebagai tenaga
kontrak daerah.
 TPA Regional sudah
ada tetapi belum
berfungsi
 Masih memakai
TPA Gampong Jawa
di Kota Banda Aceh
 Potensi masyarakat  Masih sangat
belum
kurang pastisipasi
dikembangkan
masyarakat dan
secara sistematis
lembaga swasta
 Bantuan yang
dalam pengelolaan
diberikan pihak
sampah
swasta masih
 Masyarakat masih
sebatas bak sampah
minim dalam
dan umumnya
pengetahuan
hanya terdapat di
pengelolaan
kecamatan
sampah sehingga
berkembang
masih banyak
praktek
pembakaran
sampah
Data Dasar
Sumber Data: SSK 2011-2014 dan Hasil Analisis (2015)
2.2.3. Drainase
Program drainase dimaksudkan untuk mencapai masyarakat hidup sehat dan sejahtera
dalam lingkungan yang bebas dari genangan (RPIJM 2009-2013). Sampai saat ini Kabupaten
Aceh Besar belum memiliki data yang pasti mengenai aset itu jumlah keseluruhan saluran
drainase lingkungan yang pasti untuk dijadikan acuan dalam pengembangan program dan oleh
karenanya inventarisasi seluruh aset drainase akan menjadi bagian utama untuk diangkat
sebagai program yang akan ditindak lanjuti dalam periode renstra ini. Berdasarkan kondisi fisik
saluran drainase yang ada di Kabupaten Aceh Besar dirasakan belum optimal disebabkan oleh
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-38
beberapa faktor antara lain: endapan sampah pada saluran, saluran rusak, gorong-gorong
tersumbat, dimensi saluran tidak sesuai kebutuhan, elevasi saluran tidak baik, saluran irigasi
sekaligus sebagai drainase, dan kurangnya pemeliharaan. Kondisi eksisting sektor drainase di
Kabupaten Aceh Besar dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini:
Tabel 2.15
Pelaksanaan Kemajuan SSK Sub Sektor Drainase
SSK Periode Sebelumnya
SSK saat ini
Tujuan
Sasaran
Data dasar
Status saat ini
Berkurangnya
 dokumen
 Kejadian banjir yang  Rumah yang
luas genangan di
perencanaan sistem
terjadi sekali dalam
mempunyai
Kabupaten Aceh
drainase Kabupaten
setahun 10,4%,
drainase
Besar
yang terintegrasi di
beberapa kali dalam
lingkungan/seloka
akhir tahun 2011
setahun 1,6%.
n di sekitar rumah
 luas genangan di
Sedangkan yang
67,43%,
Kabupaten Aceh
mengalami banjir
sedangkan yang
Besar dengan
sekali atau beberapa
tidak ada drainase
memprioritaskan
kali dalam sebulan
sebesar 32,57%.
penanganan di
sebesar 3,0
 79% tidak pernah
wilayah permukiman  rumah tangga yang
mengalami banjir,
di akhir Tahun 2014
pernah mengalami
10% mengalami
kebanjiran sekitar
banjir sekali
44,4% mengalaminya
dalam setahun
secara rutin dalam
 Belum adanya
kurun waktu tertentu.
master plan
Sementara, 54,7%
drainase
rumah tangga
 Pengerjaan
melaporkan kejadian
drainase masih
banjir tidak
parsial
berlangsung rutin
Sumber Data: SSK 2011-2014 dan Hasil Analisis (2015)
2.3.
Profil Sanitasi Saat Ini
Sistem sanitasi yang ada saat ini untuk subsektor air limbah adalah sistem on-site dan
sistem komunal yang berskala kawasan. Untuk sektor sub bidang persampahan, sampah
diangkut dengan sistem yang belum melayani sampai kerumah tangga. Selama ini pengangkutan
sampah masih hanya dilakukan pada jalan-jalan utama yang bisa dilalui oleh kendaraan truk
pengangkut sampah. Sedangkan sistem di subsektor drainase, selama ini masih berdasarkan
kebutuhan masyarakat untuk drainase lingkungan. Sedangkan sistem drainase yang memakai
saluran induk, kolam retensi dan sejenisnya belum ada di Kabupaten Aceh Besar.
Berdasarkan data hasil studi EHRA, pada aspek pengelolaan sampah rumah tangga
ditemukan praktek pengelolaan sampah terbesar adalah dibakar dengan total 87.32%
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-39
responden,dibuang ke TPS yang dilakukan oleh responden sendiri total 2.00% dan dibuang ke
sungai total 1.02% responden yang melakukan. total responden dengan praktik pemilihan
sampahnya tidak memadai sebesar 97.63% dan hanya 2.37% yang memadai.
Pada aspek air limbah domestik ditemukan tempat buang air besar yang paling dominan
yaitu kloset jongkok leher angsa sebesar 70,16%, kloset duduk leher angsa ada 3.57%.
Sedangkan buang air besar dengan cara cemplung sebesar 1.02% dan plengsengan sebanyak
0.20 %. Masih banyak responden yang tidak mempunyai jamban pribadi yaitu sebesar 25.05%
sehingga
mereka
memilih
untuk
buang
air
besar
kekebun/pekarangan/jalan,
kesungai/selokan/got bahkan masih ada yang menggunakan wc helikopter. Kondisi tangki
septik yang dilakukan pengurasan dalam waktu terakhir bahwa total 21.63% responden
melakukan pengurasan tangki septik 1-5 tahun yang lalu. Jumlah responden yang sama sekali
tidak pernah melakukan pengurasan tangki septik sebanyak 55.26%, yang berarti dari seluruh
strata tidak pernah melakukan pengurasan tangki septik yang menyebabkan terjadinya
kebocoran sehingga limbah langsung terserap ke tanahsehingga dapat disimpulkan terjadi
Buang Air Besar sembarangan (BABS). Hal ini juga disebabkan oleh rendahnya kesadaran
masyarakat akan resiko sanitasi buruk dan juga kurangnya layanan penyedot tinja di desa-desa
dan biaya penyedotan yang relatif mahal. Ditinjau dari aspek komunikasi dan informasi public
ditemukan hampir seluruh strata desa tidak tahu siapa penyedia layanan pengurasan tanki
septik.Untuk tangki septik yang ada dilakukan pengurasan, lama waktu pernah melakukan
pengurasan lebih dari 10 tahun sebanyak 1.74%. Adapun rumah tangga yang memiliki jamban
dan dilengkapi dengan tangki septik terdapat 69.52%, 0.91% rumah tangga membuang ke
sungai air tinjanya dan 2.32% rumah tangga ke cubluk/plengsengan yang langsung dihasil
akhirnya ke struktur tanah. Tanki septik suspek aman dan tidak aman terdapat sebesar 67.09%
bersuspek aman, dan sebesar 32,91% yang tidak aman.
Untuk lokasi genangan di sekitar rumah sebesar 39% terjadinya genangan berada di
halaman rumah, genangan didekat dapur sebesar 14%, genangan didaerah lainnya sebesar
11%,dan genangan didekat kamar mandi ada 21%. Sedangkan genangan didekat bak
penampungan air sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan banyaknya
terjadi genangan di dekat kamar mandi yang berarti bahwa masyarakat belum membuang air
limbah (grey water) ke saluran/drainase. Pada aspek genangan banjir didapat 69% rumah
tangga yang tidak penah mengalami banjir. Hal ini disebabkan kondisi Kabupaten Aceh Besar
yang merupakan daerah pertanian. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Kabupaten Aceh
Besar berdasarkan hasil jawaban dari responden secara keseluruhan menjawab tidak
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-40
mempunyai SPAL sebesar 67%, sedangkan yang mempunyai SPAL hanya sebesar 33%.
Pencemaran yang disebabkan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Kabupaten Aceh Besar
berdasarkan pengamatan disaat survey EHRA, secara keseluruhan drainase yang aman dari
pencemaran yang dikarenakan SPAL sebesar 64.93% sedangkan selebihnya dinyatakan tidak
aman, sehingga air limbah rumah tangga masuk ke saluran drainase lingkungan.
Pada aspek Perilaku Hidup Bersih Sehat ditemukan secara keseluruhan hampir semua
responden tidak melakukan CTPS di lima waktu penting yaitu sebesar 87%. Hal ini menunjukkan
masih pentingnya penyuluhan perilaku higiene dan sanitasi untuk masyarakat. Waktu-waktu
responden melakukan CTPS adalah sebelum makan yaitu 58,41%, setelah dari buang air besar
59,23% dan setelah makan 47,0%. Sedangkan waktu lainnya jumlah responden yang melakukan
CTPS pada waktu lainnya dibawah 40%. Kebiasaan Buang Air Besar Sembarangan (BABs) di
Kabupaten Aceh Besar terdapat 58,57% yang masih melakukan praktek BABs dan 41,43% yang
sudah terbebas dari BABS. Secara strata dapat dilihat bahwa Strata 4 merupakan jumlah
responden yang paling tinggi yang masih melakukan BABS yaitu sebesar 75,83%. Yang paling
rendah BABS ada di strata 1 yaitu 3.6. total angka sebesar 73.41% tidah pernah mengalami
kejadian penyakit diare jika diliat dari keempat strata. Pada Strata 0 paling tinggi angka tidak
pernah mengalami kejadian diare yaitu sebesar 86.05% dan dan paling rendah strata 2 yaitu
sebesar 5.56%. Kejadian diare paling tinggi terjadi pada anak-anak balita dengan waktu terjadi
pada 6 bulan yang lalu.
Berdasarkan hasil tersebut diperoleh gambaran bahwa Indeks Risiko Sanitasi (IRS) yang
menjadi permasalahan terbesar pada strata 0 yaitu masalah persampahan (47,4%) dan
kemudian diikuti dengan permasalahan PHBS sebanyak (46.5%). Pada strata 1 yaitu masalah
persampahan sebanyak (85,6%) dan permasalahan PHBS sebanyak (47,7%). Selanjutnya pada
strata 3 yang menjadi indeks risiko sanitasi yaitu permasalahan persampahan (80,5%), dan
PHBS (54,2%). Pada strata 3 yang menjadi indeks risiko sanitasi yaitu genangan air (52,5%) dan
persampahan (46,9%). Strata 4 yang menjadi permasalahan adalah PHBS (58,4%) dan
Persampahan (41,5%).
A.
Air Limbah Domestik
(1) Sistem dan Infrastruktur
Infrastruktur yang sudah tersedia untuk pengolahan air limbah di Kabupaten Aceh Besar
adalah IPLT dibangun pada tahun 2014 dan juga tersedia 2 (dua) truk penyedot tinja yang
selama beroperasional dalam melayani masyarakat. IPLT yang tersedia saat ini terletak di
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-41
Kecamatan Kota Jantho dan masih belum berfungsi secara optimal. Dari sisi penyediaan MCK++
diKabupaten Aceh Besar telah tersedia sebanyak 35 Unit dengan melayani 746 KK, sedangkan
IPAL belum ada.
Gambar 2.8
Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Kabupaten Aceh Besar
(A)
Produk Input
User Interface
(B)
Pengumpulan &
Penampungan/Pengolahan
Awal
(C)
(D)
(E)
Pengangkutan /
Pengaliran
(semi) Pengolahan
Akhir Terpusat
Daur Ulang dan/atau
Pembuangan Akhir
Langsung
dibadan Air
Black Water
WC
Tangki Septik
Cubluk/plengsengan
Tinja
Urine
Air Pembersih
Air
Pengelontor
Tangki Septik
Truk Sedot Tinja
IPLT
Sedot
Pembuangan ke
Badan Air
Pengolahan
MCK
sudah dapat dibuang
ke badan air
Buang ke IPLT
Sumber Data: Hasil Analisis (2015)
Sistem air limbah black water yang dihasilkan rumah tangga dengan user interface dari
WC baik WC jongkok dan WC duduk masuk ke tangki septik dan cubluk/plengsengan.
Dikarenakan belum ada pengolahan maka daur ulang pembuangan akhir langsung ke badan air.
Sedangkan tangki septik yang aman disedot dengan menggunakan truk tinja yang dibuang ke
IPLT dan diolah kemudian air olahan air limbah tersebut dibuang ke badan air. Diagram sistem
sanitasi dapat dilihat di Gambar 2.7. Tabel berikut juga menggambarkan kondisi dan
ketersediaan infrastruktur terkait air limbah :
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-42
Tabel 2.16
Cakupan layanan air limbah domestik saat ini di Kabupaten Aceh Besar
Sanitasi tidak layak
Sanitasi Layak
Sistem Onsite
No.
Nama Kecamatan
BABS
Cubluk
Cubluk aman/Jamban
MCK
MCK/Jamban
Jamban tidak Keluarga dengan tangki
Komunal
Bersama (KK)
aman (KK)
septik aman (KK)
(KK)
1.
Wilayah Perkotaan
Kecamatan Baitussalam
Kecamatan Blang Bintang
Kecamatan Darul Imarah
Kecamatan Darul Kamal
Kecamatan Darussalam
Kecamatan Indrapuri
Kecamatan Ingin Jaya
Kecamatan Kota Jantho
Kecamatan Krueng Barona Jaya
Kecamatan Kuta Baro
Kecamatan Kuta Cot Glie
Kecamatan Kuta Malaka
Kecamatan Lembah Seulawah
Kecamatan Leupung
Kecamatan Lhoknga
Kecamatan Lhoong
Kecamatan Mesjid Raya
Kecamatan Montasik
Kecamatan Peukan Bada
Kecamatan Seulimeum
Kecamatan Simpang Tiga
Kecamatan Suka Makmur
Kecamatan Pulo Aceh
7.652
578
2.850
586
772
401
730
34
55
97
395
885
249
20
-
6.838
336
3.221
820
466
492
589
174
9
21
13
309
355
33
-
18.569
3.565
6.686
1.643
1.328
213
2.328
146
284
191
187
1.687
205
106
-
-
118
30
23
20
25
20
-
2.
Wilayah Pedesaan
Kecamatan Baitussalam
Kecamatan Blang Bintang
Kecamatan Darul Imarah
Kecamatan Darul Kamal
Kecamatan Darussalam
Kecamatan Indrapuri
Kecamatan Ingin Jaya
Kecamatan Kota Jantho
Kecamatan Krueng Barona Jaya
Kecamatan Kuta Baro
Kecamatan Kuta Cot Glie
Kecamatan Kuta Malaka
Kecamatan Lembah Seulawah
Kecamatan Leupung
Kecamatan Lhoknga
Kecamatan Lhoong
Kecamatan Mesjid Raya
Kecamatan Montasik
Kecamatan Peukan Bada
Kecamatan Seulimeum
Kecamatan Simpang Tiga
Kecamatan Suka Makmur
Kecamatan Pulo Aceh
24.216
307
803
734
909
582
2.685
1.541
538
121
563
2.844
1.071
1.333
31
519
866
3.634
1.012
828
1.701
828
502
264
16.292
181
229
828
361
818
1.538
930
659
97
2.894
364
115
285
192
275
194
130
2.120
292
2.435
256
841
258
34.923
1.905
1.825
1.675
821
1.657
1.663
2.592
285
390
2.831
219
465
1.663
776
3.538
1.683
1.677
2.067
1.560
1.301
744
2.629
957
-
648
52
55
45
65
Sumber data : Hasil Analisis (2015)
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
Skala
Kawasan/Terpusat
Sistem Berbasis Komunal
24
45
20
20
20
20
40
60
20
102
20
40
-
Tangki
IPAL
Septik
Komunal
Komunal
(KK)
>10 KK (KK)
-
-
Sambungan
Rumah yang
berfungsi (KK)
-
II-43
Tabel 2.17
Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik
Kondisi
Jumlah/
No
Jenis
Satuan
Ket.
Tdk
Kapasitas Berfungsi
berfungsi
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
(v)
(vi)
(vii)
SPAL Setempat (Sistem Onsite)
1
Berbasis komunal
- MCK Komunal
Unit
35
V
2.
Truk Tinja
Unit
2
V
3
IPLT : kapasitas
M3/hari
V
SPAL Terpusat (Sistem Offsite)
1
Berbasis komunal
- Tangki septik
Unit
komunal >10KK
- IPAL Komunal
Unit
2
IPAL
Kawasan/Terpus
at
- kapasitas
M3/hari
- sistem
Sumber Data: BLHPK Aceh Besar dan Hasil Analisis (2015)
Gambar 2.9
PETA cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik
di Kabupaten Aceh Besar
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-44
(2)
Kelembagaan dan Peraturan
Secara kelembagaan, air limbah ditangai oleh 2 (dua) instansi yang terkait, yaitu Dinas
Bina Marga dan Cipta Karya, Badan Lingkungan Hidup, Pertamanan dan Kebersihan (BLHPK)
dan Dinas Kesehatan. Dinas Bina Marga dan Cipta Karya melakukan kegiatan-kegiatan prasarana
yang langsung berkaitan dengan kebutuhan penanganan air limbah yang ada di masyarakat
seperti pembangunan MCK++ dan IPAL yang berskala kawasan serta pembanguna Sambungan
Rumah (SR). BLHPK Kabupaten Aceh Besar menangani prasarana dan sarana pengolahan air
limbah, seperti penyedotan tinja, pengolahan lumpur tinja (IPLT) dan peraturan yang terkait
dengan pengelolaan air limbah.
Peraturan daerah yang sudah ada terkait dengan air limbah adalah Qanun Kabupaten
Aceh Besar Nomor 20 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor
12 Tahun 2010 Tentang Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus. Sedangkan tentang
pengelolaan air limbah dan lain-lainnya belum dikeluarkan.
b.
Persampahan
(1) Sistem dan Infrastruktur
Secara infrastruktur pengelolaan sampah dilakukan dengan beberapa sistem. Sistem 3R
di desa/kelurahan/gampong baru ada satu desa yang melaksanakan pengelolaan sampah 3R
yaitu Desa Lamkruet di Kecamatan Lhoknga yang didukung oleh MDF yang sudah melaksanakan
pengelolaan sampah di Kabupaten Aceh Besar dalam mengatasi permasalahan sampah di desa
tersebut. Pada saat ini Kabupaten Aceh Besar memiliki fasilitas TPSA sebanyak 1 unit dengan
klasifikasi control land fill yang berlokasi di Desa Bukit Meusara dengan jarak 1 km dari ibu kota
kabupaten. Unit TPA ini didukung dengan 22 (dua puluh dua) unit TPS. Jumlah armada utama
angkut sampah sampai saat ini adalah sebanyak 21 (dua puluh satu) unit dan armada antara
yang berupa gerobak atau kendaraan penghantar sampai ke TPS sebanyak 18 (Delapan belas)
unit. Program pengelolaan sampah di Kabupaten Aceh Besar pada saat ini didukung oleh
sebanyak 120 (Seratus Dua Puluh) orang tenaga yang dipekerjakan sebagai tenaga kontrak
daerah. Produk perencanaan yang telah dimiliki oleh Kabupaten Aceh Besar dalam rangka
pengelolaan sampah antara lain adalah adanya qanun yang mengatur retribusi sampah. Untuk
pengelolaan persampahan yang terangkut di tahun 2014 sebanyak 36.550 m3 yang di tempatkan
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-45
di dua TPA, yaitu: TPA Kampung Jawa sebanyak 29.200 m3/tahun dan Penempatan di TPA Kota
Jantho sebesar 7.350 m3/tahun.
Sistem pengolahan sampah yang paling dominan di Kabupaten Aceh Besar adalah
dengan cara dibakar dan dibuang kelubang. Sampah rumah tangga yang belum dipisahkan
antara sampah organik dan unorganik dibuang ke kebun, dan ketempat lainnya, sedangkan
sebagian juga menguburnya di dalam tanah dan membakarnya. Gambaran sistem sanitasi sektor
persampahan digambarkan pada Gambar 2.9.
Gambar 2.10
Diagram Sistem Sanitasi Sektor Persampahan
Produk Input
(A)
(B)
(C)
User Interface
Pengumpulan
Setempat
Penampungan
Sementara (TPS)
3R skala RT
(D)
(E)
Pengangkutan
(semi) Pengolahan
Akhir Terpusat
(F)
Daur Ulang /
Pembuangan
Akhir
Daur Ulang
bahan 3R
TRUK
Sampah
Non
Organik
TPS
Pinggir Jalan
Gerobak
ITF
TPA
Tong Sampah
Dibakar
Dikebun
Peng. Lindi
Sungai
Sampah
Organik
Dibelakang Rumah
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
sungai
II-46
Sumber Data: Hasil Analisis (2015)
Tabel 2.18
Timbulan sampah per kecamatan di Kabupaten Aceh Besar
Jumlah Penduduk
Wilayah
Wilayah
Perkotaan
Perdesaan
Baitussalam
8.224
13.756
Blang Bintang
10.734
Darul Imarah
42.067
12.433
Darul Kamal
7.493
Darussalam
11.284
11.286
Indrapuri
21.391
Ingin Jaya
10.101
19.295
Kota Jantho
4.361
5.408
Krueng Barona Jaya
13.484
2.275
Kuta Baro
1.527
23.114
Kuta Cot Glie
13.365
Kuta Malaka
6.311
Lembah Seulawah
12.162
Leupung
3.194
Lhoknga
1.167
14.705
Lhoong
655
9.099
Mesjid Raya
2.178
21.197
Montasik
19.606
Peukan Bada Strategi Sanitasi
10.279
9.125
Pemutakhiran
Seulimeum Aceh Besar 2016-2020
3.003
20.703
Kabupaten
Simpang Tiga
6.128
Suka Makmur
624
14.433
Pulo Aceh
4.575
Total
108.954
281.788
Nama Kecamatan
Total
21.980
10.734
54.500
7.493
22.570
21.391
29.396
9.769
15.759
24.641
13.365
6.311
12.162
3.194
15.872
10.128
23.375
19.606
19.404
23.706
6.128
15.057
4.575
391.116
Volume Timbulan Sampah
Wilayah Perkotaan
Wilayah Pedesaan
%
M3/hari
%
M3/hari
37,42
18,06
62,58
30,21
100,00
22,57
77,19
91,04
22,81
26,91
100,00
15,67
50,00
23,70
50,00
23,70
100,00
44,49
34,36
21,56
65,64
41,18
44,64
9,37
55,36
11,62
85,56
28,51
14,44
4,81
6,20
3,18
93,80
48,10
100,00
27,90
100,00
13,04
100,00
25,96
100,00
6,68
7,35
2,43
92,65
30,68
6,47
1,36
89,84
19,71
9,32
4,59
90,68
44,66
100,00
40,65
52,97
22,24
47,03
19,74
II-47
12,67
6,23
87,33
42,92
100,00
12,73
4,14
1,29
95,86
29,95
100,00
10,22
233,56
594,08
Sumber : BLHPK, Hasil Analisis (2015)
Tabel 2.19
Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Kecamatan
3R
Nama Kecamatan
Wilayah
perdesaan
(%)
(M3)
Baitussalam
Blang Bintang
Darul Imarah
Darul Kamal
Darussalam
Indrapuri
Ingin Jaya
Kota Jantho
Krueng Barona Jaya
Kuta Baro
Kuta Cot Glie
Kuta Malaka
Lembah Seulawah
Leupung
Lhoknga
Lhoong
Mesjid Raya
Pemutakhiran
Strategi Sanitasi
Montasik Aceh Besar 2016-2020
Kabupaten
Peukan Bada
Seulimeum
Simpang Tiga
Suka Makmur
Pulo Aceh
-
Wilayah
perkotaan
(%)
(M3)
-
Volume sampah yg terangkut ke TPA
Total
(%)
Wilayah Perkotaan
(M3)
-
-
(%)
1,55
13,09
2,11
13,15
17,02
10,27
0,48
1,78
15,14
1,03
0,27
-
(M3)
0,75
15,44
1,00
8,25
3,57
3,42
0,25
0,59
6,36
0,51
0,08
-
Total
(%)
1,55
13,09
2,11
13,15
17,02
10,27
0,48
1,78
15,14
1,03
0,27
-
(M3)
0,75
15,44
1,00
8,25
3,57
3,42
0,25
0,59
II-48
6,36
0,51
0,08
-
Sumber : Hasil Analisis (2015)
Tabel 2.20
Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan
No
Jenis Prasarana/Sarana
Sumber Data : BLHPK (2015)
1 Pengumpulan Setempat
- Gerobak
- Becak/Becak Motor
- Kendaraan Pick Up
Tempat Penampungan Sementara
2
(TPS)
- Bak sampah
(beton/kayu/fiber)
- Container
- Transfer Stasiun
Satuan
Kapasitas
Jumlah/luas
/ daya
total
Ritasi/hari
tampung*
terpakai
(M3)
Rusak
ringan
Baik
Keterangan**
Rusak
Berat
unit
unit
unit
40
25
4
1
1,5
2
1
1
1
25
20
2
unit
18
3
1
10
unit
unit
64
4
1
33
8
23
16
4
1
1
1
1
15
5
1
8
-
- SPA (Stasiun Peralihan Antara) unit
3. Pengangkutan
- Dump Truck
- Arm Roll Truck
- Compactor Truck
4 Pengolahan Sampah
- Sistem 3R
- Incinerator
Kondisi
-
unit
unit
unit
16
6
1
unit
unit
2
2
4
4
6
1
1
-
TPA/TPA Regional
Konstruksi:lahan
urug Sanitasi
Pemutakhiran
Strategi
saniter/lahan
urug
terkendali/
Kabupaten
Aceh
Besar
2016-2020
1
2 Ha
48 Ha
II-49
1
5 penimbunan terbuka
Operasional:lahan urug
saniter/lahan urug terkendali/
penimbunan terbuka
- Luas total TPA yg terpakai
- Luas sel Landfill
- Daya tampung TPA
6 Alat Berat
Ha
Ha
(M3/hari)
1,5
1
1,5
20
0,5 20
5
1
1
1
Sumber Data : BLHPK (2015)
Gambar 2.11
Peta cakupan akses dan sistem layanan persampahan
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-50
(2)
Kelembagaan dan Peraturan
Secara kelembagaan, subsektor persampahan di kelola oleh Badan Lingkungan Hidup,
Pertamanan dan Kebersihan. Kegiatan yang ditangani oleh BLHPK Kabupaten Aceh Besar adalah
pengelolaan TPA di Kota Jantho, dan pelayanan pengangkutan sampah serta penarikan retribusi
persampahan di Kabupaten Aceh Besar. Adapun Peraturan daerah yang terkait dengan
persampahan adalah Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan.
c.
Drainase Perkotaan
(1) Sistem dan Infrastruktur
Sampai saat ini Kabupaten Aceh Besar belum memiliki data yang pasti mengenai aset itu
jumlah keseluruhan saluran drainase lingkungan yang pasti untuk dijadikan acuan dalam
pengembangan program dan oleh karenanya inventarisasi seluruh aset drainase akan menjadi
bagian utama untuk diangkat sebagai program yang akan ditindak lanjuti dalam periode renstra
ini. Berdasarkan kondisi fisik saluran drainase yang ada di Kabupaten Aceh Besar dirasakan
belum optimal disebabkan oleh beberapa faktor antara lain endapan sampah pada saluran,
saluran rusak, gorong-gorong tersumbat, dimensi saluran tidak sesuai kebutuhan, elevasi
saluran tidak baik, saluran irigasi sekaligus sebagai drainase, dan kurangnya pemeliharaan.
Tabel 2.21
Kondisi Genangan di Kabupaten Aceh Besar
Wilayah Genangan
Luas Ketinggian Lama
Frekuensi
(Ha)
(M)
(jam/hari) (kali/tahun)
1 Ajuen
74,14
0,5
1 hari
2 kali pertahun
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
2 Garut Aceh Besar 2016-2020
97,24
0,75
2 hari
2 kali pertahun
Kabupaten
3 Payaroh
39,8
0,5
1 hari
1 kali pertahun
No
Lokasi Genangan
4 Lamblang Manyang
29,96
0,5
18 jam
5 Reuloh
20,2
0,8
2 hari
Penyebab
Saluran belum
maksimal
Luapan Sungai
Saluran belum
maksimal
1 kali pertahun Saluran belum
maksimal
2 kali pertahun Saluran
Pembuang
tidak berfungsi
Infrastruktur
Jenis
Keterangan
Parit Beton
Parit Beton
Parit Beton
Parit Beton
Parit Beton
II-51
Sumber Data : Hasil Analisis (2015)
Gambar 2.12
Peta Lokasi Genangan
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-52
(2)
Kelembagaan dan Peraturan
Penanganan drainase lingkungan permukiman di Kabupaten Aceh Besar dilaksanakan di
Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Aceh Besar. Kegiatan drainase lingkungan di Dinas
BMCK Kabupaten Aceh Besar berada di Bidang Perumahan, Air Bersih, Sarana dan Prasarana
Permukiman Dinas BMCK Kabupaten Aceh Besar, subbid. Drainase. Peraturan yang terkait
pengelolaan drainase perkotaan belum ada sampai saat ini.
2.4.
Area Beresiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar terdiri dari 23 kecamatan dan 604 desa terdiri dari berbagai
macam kondisi geografis yang berbeda. Kondisi geografis Kabupaten Aceh Besar terbagi dalam 2
(dua) wilayah yaitu wilayah pesisir yang terdiri dari 8 (delapan) kecamatan dan 15 kecamatan
wilayah daratan rendah dan tinggi. Berdasarka geografis tersebut, karakteristik permasalahn
yang muncul juga berbeda dengan penanganan yang berbeda.
Kabupaten Aceh Besar yang terletak pada posisi sebagi jalur keluar dan masuk ke dan dari
ibukota propinsi menjadikan penduduk Kabupaten Aceh Besar juga menyebar tingkat
kepadatannya. Kepadatan penduduk yang tinggi terdapat di wilayah sekitar kecamatankecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Banda Aceh dan di daerah pusat-pusat
pertumbuhan kota-kota baru. Di kecamatan yang berbatasan dengan Kota Banda Aceh dan
daerah pertumbuhan kota-kota baru juga menjadi daerah Central Bussiness Distrik (CBD)
dengan tingkat populasi penduduk juga tinggi. Fungsi wilayah tersebut yang semula sebagai
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-53
daerah pedesaan berubah fungsi menjadi daerah perkotaan (urban). Didalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Besar sudah menetapkan Kawasan Strategis Kabupaten yaitu
Kecamatan yang berbatasan dengan Kota Banda Aceh sebagai Kawasan Strategis dari sisi
perkembangan ekonomi. Di kawasan tersebut dikarenakan telah menjadi kawasan perkotaan
maka masalah utama yang dihadapi adalah masalah kemiskinan dan kumuh. Oleh karena itu
didalam melihat suatu kawasan area berisiko diperlukan data-data terebut sebagai data
sekunder untuk melihat dimana yang menjadi daerah utama yang perlu penanganan dalam
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Data primer yang berasal hasil studi EHRA menunjukkan Risiko Sanitasi yang dapat
diartikan sebagai terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau
lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku higiene dan
sanitasi. Indeks Risiko Sanitasi (IRS) diartikan sebagai ukuran atau tingkatan risiko sanitasi,
dalam hal ini adalah hasil dari analisis Studi EHRA. Manfaat penghitungan Indeks Risiko Sanitasi
(IRS) adalah sebagai salah satu komponen dalam Penentuan area berisiko sanitasi.
Gambar 2.13
Berdasarkan hasil tersebut diperoleh gambaran bahwa Indeks Risiko Sanitasi (IRS) yang
menjadi permasalahan terbesar pada strata 0 yaitu masalah persampahan (47,4%) dan
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-54
kemudian diikuti dengan permasalahan PHBS sebanyak (46.5%). Pada strata 1 yaitu masalah
persampahan sebanyak (85,6%) dan permasalahan PHBS sebanyak (47,7%). Selanjutnya pada
strata 3 yang menjadi indeks risiko sanitasi yaitu permasalahan persampahan (80,5%), dan
PHBS (54,2%). Pada strata 3 yang menjadi indeks risiko sanitasi yaitu genangan air (52,5%) dan
persampahan (46,9%). Strata 4 yang menjadi permasalahan adalah PHBS (58,4%) dan
Persampahan (41,5%).
Dalam menentukan area berisiko, data sekunder yang digunakan adalah Populasi,
Kepadatan Penduduk, Angka Kemiskinan, dan Fungsi Urban (urban atau rural) yang kemudian
diformulasikan menjadi skor dari Impact. Sedangkan data primer yang merupakan Indeks
Resiko Sanitasi disektor Air Limbah, Persampahan dan Drainase menjadi skor exposure yang
kemudian dari penggabungan kedua skor tersebut menjadi Skor Area Beresiko. Didalam
pengerjaannya, data-data ini diolah dengan menggunakan tools instrumen area berisiko dan
peta memakai software arcgis.
2.3.1. Area Beresiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik
Gambara lokasi-lokasi area beresiko air limbah di Kabupaten Aceh Besar berdasarkan
hasil Pengolahan Data Sekunder, Indeks Resiko EHRA dan Persepsi Pokja/SKPD dianalisis oleh
tools instrumen sanitasi yang mendapatkan hasil sebagai berikut:
Gambar 2.14
Peta Area Beresiko Sektor Air Limbah
IMPACT
EXPOSURE
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-55
PETA AREA BERESIKO
Tabel 2.22
Wilayah Area Berisiko Air Limbah
Area Beresiko Wilayah Prioritas Air Limbah
Lheu Blang
Lamreung
Garot
Lam Bheu
Riting
Lampanah Baro
Sinyeu
Seuot tunong
Tanjong
Weu
Resiko 3
Kemireu
Ie Alang Lamkeureumeuh
Neuheun
Lampisang
Lambaro Neujid
Kayee Adang
Meunasah Jeumpa
Lamteuba Droe
Blang Tingkeum
Lam Apeng
Meunasah Kulam
Resiko 4
Rabo
Lampisang Teungoh
Sumber Data : Hasil Analisis (2015)
Tabel 2.23
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-56
Permasalahan Prioritas disektor Air Limbah
Kabupaten Aceh Besar
No
Permasalahan yang Mendesak
1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana
- BABS : 25,05%
Akses terhadap jamban yang tidak layak: 50,34%
(54.997 KK)
Jumlah truk tinja tidak memadai (hanya tersedia 2
unit)
- Praktek pengurasan tinja sangat rendah pertahun
yaitu sebesar 32,97%
- Kondisi IPLT tidak berfungsi optimal (ada kapasitas
idle)
- Tidak ada pengukuran kualitas efluen
- Belum memiliki Masterplan Pengelolaan Air Limbah
2. Aspek Non Teknis
- Belum adanya lembaga yang khusus menangani air
limbah
- Kemampuan daerah dalam pendanaan sektor air
limbah masih kurang
- Kesadaran masyarakat terhadap penggunaan tangki
septic aman masih kurang
Sumber Data : Hasil Analisis (2015)
2.3.2. Area Beresiko dan Permasalahan Persampahan
Gambaran lokasi-lokasi area beresiko persampahan di Kabupaten Aceh Besar
berdasarkan hasil Pengolahan Data Sekunder, Indeks Resiko EHRA dan Persepsi Pokja/SKPD
dianalisis oleh tools instrumen sanitasi yang mendapatkan hasil sebagai berikut:
Gambar 2.15
Peta Area Beresiko Sektor Persampahan
IMPACT
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
EXPOSURE
II-57
AREA BERESIKO
Tabel 2.24
Wilayah Area Berisiko Persampahan
Area Beresiko
Resiko 4
Resiko 3
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
Wilayah Prioritas Persampahan
Lam Bheu
Kemireu
Neuheun
Miruek Lamreudeup
Tanjung Selamat
Lambaro
Lamgapang
Suka Damai
Suka Mulia
Baet Meesago
Baet Lamphuot
Luthu Lamweu
Lamtanjong
Meunasah Kulam
II-58
Area Beresiko
Wilayah Prioritas Persampahan
Lampisang Teungoh
Lheu Blang
Lamreung
Garot
Riting
Ie Alang Lamkeureumeuh
Lampisang
Kayee Adang
Blang Tingkeum
Lam Apeng
Baet
Klieng Cot Aron
Kajhu
Lambada Lhok
Cot Hoho
Cot Sayun
Lamsiteh
Lagang
Payaroh
Lamblang Manyang
Gue Gajah
Lampeuneurut Ujong Blang
Jeumpet Ajun
Lamcot
Ulee Lueng
Kuta Karang
Empetring
Teubalui
Lhang
Blang Kiree
Lam Reh
Tanjong Deah
Lambada Peukan
Suleue
Miruek Taman
Blang
Cot
Angan
Manggra
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-59
Area Beresiko
Wilayah Prioritas Persampahan
Mureu Lamglumpang
Lampanah Ranjo
Pasar Indrapuri
Ruekih Keupula
Empe Ara
Indra Puri
Jruek Balee
Lambada
Paleuh Blang
Lam Ue
Lam Teungoh
Lamdaya
Lubok Gapuy
Lubok Sukon
Kayee Lhee
Meunasah Manyang Pagar Air
Bueng
Jalin
Suka Tani
Data Cut
Aweek
Jantho
Barueh
Cucum
Gla Deyah
Gla Meunasah Baro
Miruk
Bak Trieng
Lambro Deyah
Siron Blang
Keureuweung Krueng
Barih Lhok
Banda Safa
Lampoh Raja
Lamtui
Ie Alang Mesjid
Lamkleng
Lamsie
Leupung Bruek
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-60
Area Beresiko
Wilayah Prioritas Persampahan
Ie Alang Lamghui
Bughu
Lambaro Samahani
Lon Asan
Panca Kubu
Lambaro Tunong
Teuladan
Lon Baroh
Saree Aceh
Moncut
Gapuy
Keutapang
Ie Seum
Meunasah Keudee
Beurandeh
Paya Kameng
Ruyung
Lamnga
Baro
Ladong
Lamnga
Mon Ara
Peurumping
Lamgeu-Eu
Ajuen
Lam Hasan
Payatieng
Keunaloi
Buga
Pasar Seulimeum
Lamkuk
Batee Lhee
Bak Seutui
Iboh Tunong
Alue Rindang
Bayu
Ayon
Lamcarak
Lampanah
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-61
Area Beresiko
Wilayah Prioritas Persampahan
Ateuk Blang Asan
Ateuk Cut
Dilip Lamteungoh
Baet Mesjid
Dilip Bukti
Sibreh Keumudee
Reuhat Tuha
Seumeureung
Weusiteh
Lambaro Sibreh
Aneuk Galong Titi
Meunasah Bakthu
Aneuk Galong Baro
Lambarih Jurong Raya
Niron
Bukloh
Lambarih Bakmee
Lampuyang
Alue Riyeung
Deudap
Lamteng
Lampineung
Labuy
Lam Ujong
Pasie Lubuk
Kalut
Meunasah Manyet
Ajee Cut
Meunasah Manyang Lamgarot
Meunasah Baet
Meunasah Manyang
Lambro Bileu
Lam Trieng
Lam Seunong
Lampoh Tarom
Lam Roh
Lam Sabang
Puuk
Lam Alue Raya
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-62
Area Beresiko
Wilayah Prioritas Persampahan
Lam Raya
Cot Bayu
Teu Dayah
Lubok Buni
Lubok Batee
Tumbo Baro
Reuleung Glumpang
Layeun
Pulot
Dayah Mamplam
Meunasah Mesjid Lampuuk
Meunasah Blang
Paroy
Piyeung Lhang
Reudeup
Mangeu
Lambada
Meurah
Ateuk
Krueng Mak
Lamjamee Dayah
Pante Rawa
Kayee Adang
Lamgeu Tuha
Lam Pageu
Tabel 2.25
Permasalahan Prioritas disektor Persampahan
Kabupaten Aceh Besar
No
Permasalahan yang Mendesak
1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana
- Pelayanan sampah untuk diangkut ke TPA masih
sangat kecil yaitu 2,36%
- Sarana pengangkutan yang masih sangat minim dan
belum memadai
- Belum memiliki Masterplan Pengelolaan Pengelolaan
Persampahan
- Pengembangan upaya pengurangan, pemilahan dan
pengolahan sampah dari sumbernya masih belum
terlaksana sesuai yang diharapkan
- Potensi masyarakat dalam pengelolaan sampah relatif
belum berhasil dikembangkan secara sistematis yang
terintegrasi
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-63
No
Permasalahan yang Mendesak
2.
Aspek Non Teknis
- Kesadaran masyarakat dalam hal prilaku hidup bersih
dan sehat dengan tidak membuang sampah
sembarangan dengan sistem pemberdayaan
masyarakat masih sangat kurang
- Luasnya daerah layanan persampahan dibandingkan
dengan ketersediaan prasarana dan sarana yang tidak
seimbang
- Belum adanya lembaga yang khusus menangani
persampahan
- Kebijakan hukum terkait pengelolaan sampah masih
hanya untk retribusi
- Pendanaan terkait sampah masih minim
- Kurangya sumber daya disektor persampahan
2.3.3. Area Beresiko dan Permasalahan Drainase
Gambaran lokasi-lokasi area beresiko drainase di Kabupaten Aceh Besar berdasarkan
hasil Pengolahan Data Sekunder, Indeks Resiko EHRA dan Persepsi Pokja/SKPD dianalisis oleh
tools instrumen sanitasi yang mendapatkan hasil sebagai berikut:
Gambar 2.16
Peta Area Beresiko Sektor Drainase
IMPACT
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
EXPOSURE
II-64
Tabel 2.26
Wilayah Area Berisiko Drainase
Area Beresiko
Resiko 4
Resiko 3
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
Wilayah Prioritas Drainase
Lam Bheu
Garot
Gue Gajah
Miruek Lamreudeup
Lambaro
Meunasah Kulam
Lheu Blang
Lamreung
Jeumpet Ajun
Kuta Karang
Lambada
Tanjong
II-65
Lambaro Neujid
Lamteuba Droe
Lamsidaya
Tabel 2.27
Permasalahan Prioritas disektor Drainase
Kabupaten Aceh Besar
No
Permasalahan yang Mendesak
1. Aspek Teknis: Pengembangan Sarana dan Prasarana
- Perbandingan luas daerah tangkapan (catchment
area) dengan panjang saluran tidak memadai
- Aliran air di dalam saluran tidak lancar baik
disebabkan oleh penyempitan pada infrastruktur
drainase seperti culvert, maupun adanya saluran yang
tertutup/block oleh sedimentasi dan bekas bangunan
- Saluran banyak terjadi kerusakan dan pembangunan
saluran masih dilakukan secara parsial
- Pengembangan upaya pengurangan, pemilahan dan
pengolahan sampah dari sumbernya masih belum
terlaksana sesuai yang diharapkan
- Potensi masyarakat dalam pengelolaan sampah relatif
belum berhasil dikembangkan secara sistematis yang
terintegrasi
2.
Aspek Non Teknis
- Belum adanya pengolahan air limbah dengan sistem
sanitasi, air limbah rumah tangga dialirkan ke dalam
saluran sehingga terjadi sedimentasi di dalam saluran
yang menyebabkan aliran air tidak lancar
- Sangat terbatasnya anggaran daerah untuk
infrastruktur darainase
- Belum adanya lembaga yang khusus menangani
drainase
- Kesadaran masyarakat yang masih sangat kurang
dengan tidak menjaga kebersihan di saluran drainase
Pemutakhiran Strategi Sanitasi
Kabupaten Aceh Besar 2016-2020
II-66
Download