PANDANGAN TAQIYUDDIN AN

advertisement
PANDANGAN TAQIYUDDIN AN-NABHANI TENTANG KEPRIBADIAN
ISLAM YANG DAPAT DIAPLIKASIKAN DALAM
BIMBINGAN KONSELING ISLAM
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam
Oleh:
Siti Mutaharoh
NIM. 09220039
Pembimbing:
Dr. Moch. Nur Ichwan, S.Ag., MA.
NIP. 19701024 200112 1 001
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
I
II
III
IV
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Kedua orang tuaku tercinta
yang tak henti-hentinya memberikan dukungan moral dan
spiritual, mencurahkan kasih sayang dan perhatian serta
do’anya
Almamaterku
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
V
MOTTO
La izzata ila bi Islam
Wala Islama ila bisyari’ah
Wala syari’ata ila bi daulah Khilafah Rasyidah
Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan
nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran, dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran
(QS. al-Asry)


Nasyid Shautul Khilafah
DEPAG RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Syamil al-Qur’an, 2005
VI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji Bagi Allah SWT yang telah memberikan
segala nikmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis mampu menjalankan berbagai
aktivitas dalam rangka mengabdi kepada-Nya. Nikmat iman dan kekuatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring
salam senantiasa penulis haturkan kepada suri tauladan umat manusia sepanjang
masa, Rasulullah SAW, sang revolusioner sejati yang menjadi inspirasi setiap saat
dalam memperbaiki umat manusia menuju kehidupan Islam.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy‟ari, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Bapak Dr. H. Waryono Abdul Ghafur, M.Ag selaku Dekan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
3. Bapak Muhsin Kalida, S.Ag., MA., selaku Ketua Jurusan Bimbingan
Konseling Islam.
4. Bapak Dr. Moch Nur Ichwan, MA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang senantiasa meluangkan waktu dan memberikan masukan-
VI
masukan sebagai wujud perhatian dalam tahap-tahap penyempurnaan
skripsi ini.
5. Ibu Dr. Casmini, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan nasehat dan arahannya selama proses perkuliahan.
6. Seluruh dosen Bimbingan dan Konseling Islam, Staf dan karyawan TU
di Fakultas Dakwah yang telah membantu memperlancar segala urusan
selama di kampus.
7. Bapak H. Ikhsan, M.Pd., Ibu Dra.Hj.Murfi‟ah, Ibu Sunifah, bapak
Gatot terimakasih minuman tehnya setiap pagi (PPL: KUA kecamatan
Sewon), Bapak Alip Kunandar,M.Si., Bapak Suwadi, Mbah Warno
(KKN: Gebang, Girisuko, Panggang, Gunungkidul) yang telah
menyambut dengan hangat dan penuh keramah-tamahan.
8. Terkhusus kepada ayahanda Muh Djanji dan ibunda Muzaro‟ah, terima
kasih yang tak terhingga dari anakmu ini, terima kasih atas doa yang
tak pernah henti dipanjatkan, atas pengorbanan, bimbingan, dan
dukungannya kepada penulis dalam menuntut ilmu. Afwan bapak, ibu,
baru sekedar ini yang bisa anakmu berikan.
9. Mbah Kakung dan Mbah Putri, Kakak-mbak (Muhammad KhafizAgustina Nurfaiza, Sujarwo-Ainun Sholihah), adekku Maymuna Sahar
tersayang yang selalu ada baik suka maupun duka, padamu mbak
gantungkan harapan besar untuk sukses dik, keponakanku yang luculucu (dd‟ Alfiana, dd‟ Aulan, dd‟ Nissa) terima kasih untuk setiap
canda tawa, dukungan dan hiburan yang telah diberikan pada penulis,
VII
sehingga penulis tetap memiliki kekuatan untuk terus berjuang
menyelesaikan kuliah ini. Juga kepada paklek, bulek, pakde, bude,
keponakanku semuanya, terima kasih doa dan dukungannya.
10. Seluruh keluarga besarku di Boyolali (bapak joko, ibu Juwariah, mbak
ika sekeluarga, mbak retno sekeluarga, om Edi sekeluarga, Om Agus
sekeluarga, Om tanto sekeluarga), keluarga di Pati-Jepara, keluarga di
Singkut Jambi, Rimbo bujang, Aceh, dan seluruh keluarga yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
11. Sahabat kelompok KKN-PPL (pak Alief, Bagus, Anwar, Kamal, Pakde
Kuncoro, Erfan, nia, Umah, dan Usni, Yosi, Latif, Hamdan, Karim,
Taufik, Mz Ibnu, dan si O‟om imoet, Rintung, Candra, Suwantin),
terima kasih kerjasama dan kebersamaannya kawan.
12. Terima kasih untuk sahabat seperjuangan, Muslimah Hizbut Tahrir
Indonesia terkhusus MHTI Chapter UIN-UNY (para musyrifahku,
adek-adek binaanku tersayang, tim dakwahku, dan seluruh temanteman Mahally) kalian sahabat terbaikku yang selalu mengingatkanku
untuk tetap terikat pada hukum syara‟ di setiap aktivitasku.
13. Teman-teman organisasi BEM J BKI periode 2010/2012, Kordiska,
BOM-Mitra Ummah BKI, club Mahakarya UIN, PSLD UIN, serta
teman-teman BKI angkatan ‟09 seluruhnya, terima kasih canda dan
ilmunya.
VIII
14. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, terma kasih
atas nasehat, dukungan dan dorongan yang sangat bermanfaat bagi
masa depan penulis.
Penulis mendoakan semoga Allah SWT memberikan sebaik-baik
ganjaran dan kemudahan hidup kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh untuk dikatakan
sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Harapan
penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Terakhir, terima kasih bagi pembaca yang budiman,
jazakumullah ah sanal jaza.... semoga bermanfaat. Amiin.
Yogyakarta, 22 Januari 2014
Penyusun
Siti Mutaharoh
09220039
IX
ABSTRAKSI
Siti Mutaharoh, Pandangan Taqiyuddin an-Nabhani Tentang Kepribadian Islam
yang dapat Diaplikasikan dalam Bimbingan Konselig Islam. Yogyakarta: Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2014.
Kepribadian merupakan sesuatu yang menarik perhatian banyak pihak.
Banyak teori-teori yang mencoba memberikan beberapa pemahaman terkait
makna kepribadian tersebut dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Sulitnya
penerapan konsep kepribadian Islam disebabkan tidak dikembangkannya teori
tersebut oleh pemikir Islam sendiri. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini
berupaya mengkaji pemikiran seorang tokoh Muslim Syaikh Taqiyuddin anNabhani yang memiliki gagasan mengenai kepribadian Islam. Menggunakan
metode kepustakaan (library research) bersifat kualitatif deskriptif analitik.
Berdasarkan hasil penelitian di peroleh konsep bahwa menurut Taqiyuddin
an-Nabhani kepribadian Islam menurut Taqiyuddin an-Nabhani adalah terdiri dari
pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Sementara itu beberapa pandangan dari
tokoh Muslim tersebut yang dapat diaplikasikan diantaranya: 1) memandang
manusia sebagi makhluk kaya potensi, 2) menyadari bahwa kepribadian adalah
kesatuan pola pikir dan pola sikap, 3) kepribadian terbentuk melalui
pembelajaran/pengkajian, pembiasaan, pemaksaan diri dan nasehat.
Key Word: Kepribadian Islam, Taqiyuddin an-Nabhani.
X
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penulisan skripsi ini
berpedoman pada buku “Pedoman Transliterasi Arab-Latin” yang dikeluarkan
berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia, tertanggal 22 Januari 1988, No. 158 Tahun
1987 dan No. 0543b/U/1987. Di bawah ini adalah daftar huruf Arab dan
transliterasinya dengan huruf latin.
A. Konsonan Tunggal
No
Huruf
Arab
Nama
Huruf Latin
1
‫أ‬
alif
tidak dilambangkan
2
‫ب‬
bā„
b
-
3
‫ث‬
tā‟
t
-
4
‫ث‬
ṡā
ṡ
s (dengan titik di atas)
5
‫ج‬
jīm
J
-
6
‫ح‬
ḥā„
ḥ
7
‫خ‬
khā‟
kh
-
8
‫د‬
dāl
D
-
9
‫ذ‬
żāl
ż
z (dengan titik di atas)
10
‫ر‬
rā‟
r
-
11
‫ز‬
zai
z
-
13
‫ش‬
sīn
S
-
14
‫ش‬
syīn
sy
-
15
‫ص‬
ṣād
ṣ
XI
Keterangan
tidak dilambangkan
h (dengan titik di
bawah)
s (dengan titik di
bawah)
16
‫ض‬
ḍād
ḍ
d (dengan titik di
bawah)
17
‫ط‬
ṭā‟
ṭ
t (dengan titik di
bawah)
18
‫ظ‬
ẓā‟
ẓ
z (dengan titik di
bawah)
19
‫ع‬
‟ain
„
koma terbalik
20
‫غ‬
gain
G
-
21
‫ف‬
fā‟
F
-
22
‫ق‬
qāf
Q
-
23
‫ك‬
kāf
K
-
24
‫ل‬
lām
L
-
25
‫م‬
mīm
m
-
26
‫ى‬
nūn
n
-
27
‫و‬
wāwu
w
-
28
‫ه‬
hā‟
h
-
29
‫ء‬
hamzah
‟
Apostrof (tidak
dilambangkan apabila
terletak diawal kata)
30
‫ي‬
yā‟
y
-
B. Konsonan Rangkap (Syaddah)
Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem penulisan Arab dilambangkan
dengan huruf dobel, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda
syaddah itu.
Contoh:
‫الونىر‬
ditulis
XII
al-Munawwir
C. Tā’ Marbūtah
Transliterasi untuk Tā’ Marbūtah ada dua macam, yaitu:
1. Tā’ Marbūtah hidup
Tā’ Marbūtah yang hidup atau mendapat ḥarakat fatḥāh, kasrah atau
ḍammah, transliterasinya adalah, ditulis t:
Contoh:
‫نعوتاهلل‬
‫زكاةالفطر‬
ditulis
ditulis
ni’matullāh
zakāt al-fiṭri
2. Tā’ Marbūtah mati
Tā’ Marbūtah yang mati atau mendapat ḥarakat sukun, transliterasinya
adalah, ditulis h:
Contoh:
‫هبت‬
‫جسيت‬
ditulis
ditulis
hibah
jizyah
D. Vokal
Vokal bahasa Arab, terdiri dari tiga macam, yaitu: vokal tunggal
(monoftong), vokal rangkap (diftong) dan vokal panjang.
1. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya adalah:
a.
Fatḥāh dilambangkan dengan a
contoh:
b.
ditulis
ḍaraba
Kasrah dilambangkan dengan i
contoh:
c.
‫ضرب‬
‫فهن‬
ditulis
fahima
Ḍammah dilambangkan dengan u
contoh:
‫كتة‬
ditulis
XIII
kutiba
2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang dilambangkan berupa gabungan antara
harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
a.
Fatḥāh + Yā mati ditulis T
Contoh:
b.
‫أيديهن‬
ditulis
aidīhim
Fatḥāh + Wau mati ditulis au
Contoh:
‫تىراث‬
ditulis
taurāt
3. Vokal Panjang
Vokal panjang dalam bahasa Arab disebut maddah, yaitu harakat dan
huruf, transliterasinya adalah:
a.
Fatḥāh + alif, ditulis ā (dengan garis di atas)
Contoh:
b.
jāhiliyyah
‫يسعي‬
ditulis
yas’ā
Kasrah + yā mati ditulis ī (dengan garis di atas)
Contoh:
d.
ditulis
Fatḥāh + alif maqṣūr ditulis ā (dengan garis di atas)
Contoh:
c.
‫جاهليت‬
‫هجيد‬
ditulis
majīd
Ḍammah + wau mati ditulis ū (dengan garis di atas)
Contoh:
‫فروض‬
ditulis
furūḍ
E. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf
alif dan lam (‫)ال‬. Namun dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan
atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang
diikuti oleh huruf qamariyyah.
a.
Bila diikuti oleh huruf qamariyyah ditulis alContoh:
‫القراى‬
ditulis
XIV
al-Qur’ān
b.
Bila diikuti oleh huruf syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf lam
Contoh:
‫السنت‬
ditulis
as-Sunnah
F. Hamzah
Hamzah ditransliterasikan dengan tanda apostrof. Namun hanya berlaku
bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata saja. Bila hamzah itu
terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan, tetapi ditransliterasikan
dengan huruf a atau i atau u sesuai dengan ḥarakat hamzah di awal kata
tersebut.
Contoh:
‫الواء‬
ditulis
al-Mā’
‫تأويل‬
ditulis
Ta’wīl
‫أهر‬
ditulis
Amr
XV
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
I
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
II
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN............................................................
III
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ...............................................................
IV
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
V
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
VI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
VII
ABSTRAKSI ..................................................................................................
X
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA ..................................
XI
DAFTAR ISI ................................................................................................... XVI
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Penegasan Judul .......................................................................
1
B. Latar Belakang .........................................................................
4
C. Rumusan Masalah ...................................................................
9
D. Tujuan Penelitian .....................................................................
10
E. Kegunaan Penelitian ................................................................
10
1. Secara Teoritis ....................................................................
10
2. Secara Praktis ......................................................................
10
F. Telaah Pustaka .........................................................................
11
G. Landasan Teori ........................................................................
14
H. Metode Penelitian ....................................................................
32
XVI
1. Jenis Penelitian ...................................................................
32
2. Sumber Data .......................................................................
33
A) Sumber Primer .............................................................
33
B) Sumber Sekunder .........................................................
34
3. Teknik Pengolahan Data .....................................................
34
Sistematika Pembahasan .........................................................
36
BIOGRAFI SINGKAT TAQIYUDDIN AN-NABHANI ..........
38
A. Nasab .......................................................................................
40
B. Kelahiran dan Pertumbuhan ....................................................
40
C. Ilmu dan Pendidikan .................................................................
42
D. Bidang Aktivitas ......................................................................
44
E. Karya-Karya ............................................................................
47
I.
BAB II
BAB III PANDANGAN TAQIYUDIN AN-NABHANI TENTANG
KEPRIBADIAN ISLAM ..............................................................
49
A. Hakikat Manusia ......................................................................
50
1. Abdullah (Hamba Allah Swt) ..............................................
50
2. Khalifah (Pemimpin) ..........................................................
52
B. Potensi-Potensi Manusia .........................................................
56
1. Potensi melangsungkan hidup ............................................
57
2. Potensi memaknai hidup .....................................................
58
C. Kepribadian Islam Menurut Taqiyuddin an-Nabhani .............
61
1. Pola Pikir (Aqliyah) .............................................................
65
XVII
a. Otak ................................................................................
68
b. Realita ............................................................................
68
c. Indra ...............................................................................
69
d. Informasi awal ................................................................
69
2. Pola Sikap (Nafsiyah) .........................................................
73
a. Kebutuhan Jasmani ........................................................
74
b. Naluri-Naluri ..................................................................
76
1) Naluri Baqo‟ (eksistensi diri) ..................................
77
2) Naluri Nauw‟ (kasih sayang) ..................................
77
3) Naluri Tadayyun (mengkultuskan) .........................
78
BAB IV PANDANGAN TAQIYUDDIN AN-NABHANI TENTANG
KEPRIBADIAN ISLAM YANG DAPAT DIAPLIKASIKAN
DALAM BKI .................................................................................
94
A. Memandang Manusia Berdasar Hakikat .................................
97
1. Sebagai individu dengan segenap potensi ..........................
99
2. Sebagai individu dengan segenap problem yang
dihadapi ...............................................................................
101
B. Memandang Kepribadian Manusia Bentukan Pola Pikir
dan Pola sikap .......................................................................... 103
C. Memahami Bahwa Kepribadian Islam Muncul
Karena Bentukan ..................................................................... 104
1. Pengkajian/pembelajaran .................................................... 104
2. Pembiasaan ......................................................................... 106
XVIII
3. Pemaksaan diri .................................................................... 108
4. Nasehat ............................................................................... 109
BAB V
PENUTUP .....................................................................................
111
A. Kesimpulan ...............................................................................
111
B. Saran ........................................................................................
112
C. Kata Penutup ...........................................................................
113
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
XIX
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman pembaca dalam
mengartikan judul skripsi ini, maka penulis memandang perlu memberikan
penegasan serta batasan-batasan istilah dalam skripsi yang berjudul
―PANDANGAN
TAQIYUDDIN
AN-NABHANI
TENTANG
KEPRIBADIAN ISLAM YANG DAPAT DIAPLIKASIKAN DALAM
BIMBINGAN KONSELING ISLAM‖ sebagai berikut:
1. Pandangan Taqiyuddin an-Nabhani
Pandangan artinya penglihatan, maksudnya konsep yang dimiliki
seseorang bermaksud menanggapi atau menerangkan permasalahan
tertentu1. Taqiyuddin an-Nabhani adalah Seorang mujtahid mutlak,
qadli (hakim), penyair, sastrawan, politisi ulung dan salah seorang
ulama terkemuka dalam Daulah Utsmaniyyah. Nama lengkapnya
Muhammad Taqiyyuddin bin Ibrahim bin Musthofa bin Ismail bin
Yusuf an-Nabhani, lahir tahun 1909-1977. Namanya dinisbahkan
kepada kabilah bani Nabhan keturunan Arab penghuni padang sahara
di Palestina, yaitu daerah Ijzim termasuk wilayah Haifa di Palestina
Utara2. Jadi, yang dimaksud dengan pandangan Taqiyuddin adalah
1
Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm.
643
2
‗Alidodiman, Memoar Pejuang Syariah dan Khilafah, (Bogor: al-Azhar Freshzone
Publishing, 2012), hlm. 11
1
2
penglihatan
atau
konsep
Taqiyuddin
dalam
menerangkan
permasalahan tertentu.
2. Kepribadian Islam
Kata kepribadian berasal dari bahasa latin “persona” yang berarti
topeng3. Kepribadian merupakan tingkah laku seseorang yang telah
menjadi karakteristik atau sifat yang khas (unik) dalam keseluruhan
individu, dan sifat tersebut bersifat menetap4.
Sedangkan kata ‖Islam‖ berasal dari bahasa Arab, yaitu ―salima”
berarti selamat, sentosa dan damai. Salima berarti menyerahkan diri,
tunduk, patuh, dan
taat5. Islam seringkali diartikan kerelaan dari
seseorang
menjalankan
untuk
perintah
Allah
SWT.
dan
mengikutinya. Jadi yang dimaksud dengan kepribadian Islam adalah
suatu keadaan diri yang senantiasa tunduk terhadap ketetapan Islam
dalam seluruh aktivitas individu, dan sifat tersebut bersifat menetap
(menjadi pola) sehingga menjadi sifat yang khas (unik) dalam diri
seseorang.
3. Aplikasi
Aplikasi berarti penerapan6 atau penggunaan suatu teori dalam
bentuk praktik7. Aplikasi juga dapat diartikan sebagai tindakan dalam
3
Agus Sujanto dan Halem Lubis, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
4
Rif‘at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur‟ani, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 23.
5
http://wikipedia.org./islam/486-pengertian-islam.html diakses tanggal maret 2013
6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 46
hlm. 10.
3
mengambil keputusan untuk menentukan suatu kebijakan yang sesuai
dengan teori tertentu8.
4. Bimbingan Konseling Islam
Bimbingan diartikan pemberian petunjuk, bimbingan atau tuntunan
kepada orang lain9. Konseling berarti pemberian nasehat, pemberian
anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran10. Jadi, maksud dari
bimbingan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk
serta menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah
SWT.
Berdasarkan pengertian istilah-istilah di atas, maka dapat
ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan judul skripsi ini ―Pandangan
Taqiyuddin an-Nabhani Tentang Kepribadian Islam Yang Dapat
Diaplikasikan Dalam BKI‖, adalah suatu penelitian untuk mengetahui
pandangan Taqiyuddin an-Nabhani tentang Kepribadian Islam dan
penerapan pandangan tersebut dalam bingkai Bimbingan Konseling
Islam.
7
Peter Salim dan Yeny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern
English Press, 2001), hlm. 353
hlm. 83
8
A.E. Siregar, Kamus Lengkap Indonesia Inggris, (Jakarta: Aksara Bina Cendikia, 1990),
9
Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 3.
10
Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakhran, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru, 2001), hlm. 179.
4
B. Latar belakang
Al-Qur‘an dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah SAW
yang ditinggalkan kepada umatnya serta menjadi sumber rujukan bagi
setiap Muslim dalam setiap aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek
kehidupan yang penting dalam diri manusia adalah dimilikinya
kepribadian Islam. Muslim yang dikehendaki oleh al-Qur‘an dan Sunnah
adalah Muslim yang memiliki kepribadian Islam secara total. Pribadi,
sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai Islam yang datang
dari Allah SWT. Islam menghendaki agar manusia dapat sejalan dengan
firman-Nya, seperti dalam al-Qur‘an surat al-Baqarah : 208 yang berbunyi
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah Islam secara keseluruhannya
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan
adalah musuh yang nyata bagimu”(Qs. Al-Baqarah: 208)11
Kepribadian merupakan perkara unik yang dimiliki manusia.
Selalu menjadi perhatian sebagai pembahasan yang menarik mengingat
bahwa manusia adalah objeknya. Sungguh luar biasa Allah SWT. telah
menciptakan manusia dengan segala keunikan masing-masing yang
disandangnya. Karena uniknya, terkadang penilaian terhadap baik dan
buruk perangai seseorang akan dikembalikan kepada kepribadian yang
dimiliki. Berbicara tentang kepribadian Islam kita akan senantiasa
bersentuhan dan membahas terkait Muslim. Seseorang yang mengakui
11
Seluruh Terjemah al-Qur‘an dalam Skripsi ini diambil dari DEPAG RI, Al-Qur‟an dan
Terjemahnya, (Bandung: Syaamil al-Qur‘an, 2005), hlm. 32
5
dirinya sebagai Muslim sudah semestinya memiliki kepribadian Islam.
Artinya senantiasa berucap, bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan
jalan yang telah digariskan Islam dalam kehidupan. Rasulullah SAW.
tauladan terbaik untuk hal itu. Beliaulah pribadi yang patut untuk dicontoh
umatnya. Seluruh ucapan, sikap dan tingkah lakunya semua sesuai dengan
bagaimana Islam memerintahkan. Itu sebabnya hingga disebut bahwa
Rasulullah SAW. adalah ejawantah nyata dari Islam, tauladan bagi kaum
Muslimin dan beliaulah al-Qur‘an yang berjalan.
Akan tetap pada faktanya,
orang-orang yang mengaku dirinya
sebagai Muslim belum memiliki jaminan pasti memiliki kepribadian
Islam. Hal ini disebabkan karena untuk memiliki kepribadan Islam
bukanlah perkara mudah. Butuh usaha, pembiasaan dan konsistensi dalam
berpegang teguh pada ajaran Islam dalam setiap detik, setiap waktu. Pada
realitasnya tidak semua orang Muslim siap tunduk dan patuh kepada
perintah dan larangan Allah SWT. Hal ini wajar, karena faktanya manusia
dikaruniai kecenderungan-kecenderungan yang dalam waktu tertentu
mendorong manusia untuk memenuhinya. Sehingga pada batas harus
memenuhi inilah tidak jarang ditemukan bahwa manusia justru lebih
banyak memperturutkan hawa nafsunya dari pada melihat bagaimana
Islam menunjukkan cara tepat untuk memenuhinya. Seringkali pada batas
memenuhi itulah terjadi pelanggaran demi pelanggaran, Tanpa sadar
ternyata manusia telah berjalan jauh dari koridor keislamannya.
6
Dalam dunia konseling, kita mengenal adanya sebutan konselor
Muslim. Berbicara tentang konselor Muslim, terbayang oleh kita bahwa
konselor Muslim seharusnya berkepribadian Islam. Untuk menjadikan diri
benar-benar memiliki kepribadian Islam dibutuhkan ukuran-ukuran serta
definisi yang jelas terhadap pemaknaan kepribadian Islam itu sendiri.
Ukuran-ukuran dan definisi yang jelas ini yang akan menjadi standar yang
jelas, pasti, tetap dan meyakinkan untuk disebut apakah seseorang tertentu
memiliki kepribadian Islami ataukah tidak. Dibutuhkan pemahaman
mendalam terhadap eksistensi manusia terlebih pribadi sebagai konselor
Islam, sehingga ditemukan ketepatan dalam menilai kepribadian
seseorang,
karena
faktanya
tidak
bisa
disebut
seseorang
telah
berkepribadian Islam hanya karena beragama Islam, atau karena mengikuti
sekolah kepribadian selama bertahun-tahun lamanya, atau karena telah
lulus atau sedang kuliah di Universitas Islam, atau alasan-alasan lain yang
bukan beranjak dari hakikat manusia yang akhirnya disebut memiliki
kepribadian atau keadaan unik tertentu yang sifatnya tetap.
Selain itu kepribadian juga tidak begitu saja mudah dipahami dan
dinilai hanya karena melihat dari bentuk fisik seseorang misalnya hidung
mancung, muka oval, tinggi pendek ukuran badan, bentuk tubuh, asesoris
yang dikenakan dan sejenisnya, karena semua itu hanya penampakan kulit
luar belaka. Sehingga memahami unsur mendasar pada diri manusia yang
melahirkan kepribadian adalah perkara mendesak yang harus dipahami.
7
Berangkat dari hal tersebut di atas maka mengetahui permasalahan
sebenarnya terhadap konsep kepribadian Islam yang berangkat dari
melihat hakikat mendasar manusia yang akhirnya terlahir kepribadian
tertentu adalah penting. Abdul Mujib dalam bukunya mengatakan bahwa
kepribadian Islam adalah serangkaian perilaku normatif manusia, baik
sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, yang normanya
diturunkan dari ajaran Islam, bersumber dari al-Qur‘an dan as-Sunnah.
Oleh karenanya, sifatnya sangat deduktif-normatif maka kepribadan Islam
disini diyakini sebagai konsep atau teori kepribadian yang ideal, yang
‗seharusnya‘ dimiliki oleh pemeluk agama Islam12.
Konsep tentang kepribadian Islam dalam dunia konseling sangat
penting dikaji dan didudukkan hakikat yang sebenarnya dalam konseling.
Sebagaimana yang diharapkan dari konselor Muslim adalah memiliki
kepribadian Islami yang tercermin pada dirinya, menyelesaikan persoalan
dengan memakai sudut pandang Islam. Memakai sudut pandang Islam
berarti mengembalikan seluruh urusan dan mengambil seluruh solusi
pemecahan hanya dari al-Qur‘an dan as-Sunnah13. Terlebih Rasulullah
SAW. sebagai tauladan terbaik seorang Muslim telah mencontohkannya.
Demikian Allah SWT. menyebutkan dalam firmannya:
12
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), hlm. 14.
13
2013
http://wikipedia.org/‫اإلسالم‬/pengertian-islam-dan-karakteristiknya.htm diakses maret
8
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasul itu suri tauladan yang baik
bagimu orang yang mengharap (rahmat) Allah SWT. dan kedatangan
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah SWT.” (Qs. al-Ahzab: 21)
Taqiyuddin an-Nabhani memandang bahwa, kepribadian manusia
tidak dapat dinilai hanya karena penampakan fisiknya. Kepribadian tidak
ada kaitannya dengan semua itu, bentuk tubuh, aksesoris, kedudukan atau
semacamnya. Hal ini hanyalah penampakan (kulit luar belaka), sehingga
merupakan kedangkalan berpikir bagi orang yang mengira bahwa kulit
luar itu merupakan salah satu faktor pembentuk kepribadian. Serta tidak
dapat pula kepribadian seseorang dinilai dari sifat-sifat yang dimilikinya.
Namun harus dilihat unsur mendasar yang melahirkan sifat tersebut.
Manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain hanya karena akalnya.
yang membedakan satu orang dengan yang lain adalah perbuatannya,
Perbuatan yang mencerminkan suluk (tingkah laku) manusia itulah
sesungguhnya yang menentukan tinggi dan rendahnya kepribadian
seseorang, sedangkan tingkah laku yang membentuk kepribadian
seseorang sesungguhnya adalah karena pengaruh mafhum (pemahaman)
dan muyul (kecenderungan)-nya. Sehingga kepribadian seseorang pada
dasarnya merupakan akumulasi dari cara berpikir seseorang dalam
menghukumi realitas. Mudahnya jika dikatakan bahwa kepribadian
seseorang terdiri dari aqliyyah (pola pikir) dan nafsiyyah (pola sikap)
manusia yang tetap. Maka aqliyah dan nafsiyah inilah yang melahirkan
9
kepribadian tertentu. Meskipun pandangan ini terlahir dari pemikiran
seorang tokoh yang membidani lahirnya pergerakan bernama Hizbut
Tahrir, namun pandangan yang menjadi konsepnya bukan mustahil dapat
dipakai oleh masyarakat umum dan dalam berbagai bidang keilmuan
termasuk bimbingan konseling Islam.
Dari latar belakang diatas akhirnya penulis bermaksud untuk
mengkaji lebih dalam tentang pandangan Taqiyuddin an-Nabhani tentang
kepribadian Islam, mengingat masih minimnya pengkajian tentang
kepribadian Islam ditengah-tengah perdebatan yang terjadi dalam
mendefinisikan kepribadian Islam oleh para tokoh barat ataupun tokoh
Muslim. Maka melalui pandangan Taqiyuddin tentang kepribadian Islam
ini penulis mencoba memahami kerangka utuh pandangan Taqiyuddin
untuk kemudian penulis teliti apa saja dari pemikiran Taqiyuddin tentang
kepribadian Islam yang dapat diaplikasikan dalam bingkai keilmuan
bimbingan konseling Islam.
C. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada pemaparan latar belakang masalah di atas,
maka penulis akan fokus menganalisa dua pokok permasalahan dalam
penulisan ini. Maka dapat kami rumuskan masalah sebagai berikut;
1. Apa pandangan Taqiyuddin an-Nabhani tentang kepribadian
Islam?
2. Apa pandangan Taqiyuddin an-Nabhani tentang Kepribadian Islam
yang dapat diaplikasikan dalam Bimbingan Konseling Islam?
10
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada usaha mengajukan dan menspesifikasi rumusan
masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk beberapa hal
diantaranya :
1. Mengetahui pandangan Taqiyuddin an-Nabhani tentang kepribadian
Islam
2. Mengetahui
pandangan
Taqiyuddin
an-Nabhani
yang
dapat
diaplikasikan dalam Bimbingan Konseling Islam.
E. Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis
Diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap
dunia akademik khususnya bimbingan konseling
Islam serta
memberikan kontribusi keilmuan bagi konseptor dan praktisi konseling
untuk mengembangkan konsep konseling yang lebih baik untuk masa
mendatang.
2. Secara praktis
Diharapkan agar tulisan ini berguna untuk menjadi bahan rujukan
peneliti yang mempunyai masalah sejenis dalam pengembangan
keilmuan konseling.
11
F. Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang dilakukan oleh penulis mempunyai tujuan
untuk bahan evaluasi pertimbangan dengan skripsi yang mempunyai
kemiripan tema atau mengkaji hasil penelitian yang relevan. Setelah
mengadakan penelusuran, sejauh ini penulis belum menemukan penelitian
lain yang meneliti judul di atas, sehingga penulis mencoba untuk menelaah
lebih dalam terhadap Kepribadian Islam atas pemikiran Taqiyuddin anNabhani.
Hasil kajian pustaka yang dilakukan oleh penulis terhadap hasil
penelitian yang relevan yaitu.
1. Skripsi Nida Nur Roisah berjudul “Pembentukan Kepribadian Islami
Melalui Metode Pembinaan Akhlak Anak Menurut Al-Ghozali”14
skripsi tersebut menjelaskan mengenai bagaimana pembinaan akhlaq
dapat dilakukan agar terbentuk pribadi Muslim. Penelitian ini lebih
menekankan
kepada
metode
pendidikan
akhlaq
yang
dapat
menghasilkan kepribadian Islami pada diri anak. Namun dalam skripsi
ini belum ada pembahasan terhadap konsep kepribadian Islam, yang
digunakan sebagai standar menilai anak sudah berkepribadian Islam
atau belum melalui metode akhlaq tersebut.
2. Skripsi Umma Zakiyah Darojat berjudul “Nilai-Nilai Kepribadian
Islam dalam Serial Komik (Studi Terhadap Komik “Hai, Miiko!”
14
Nida Nur Roisah, ―Pembentukan Kepribadian Islami Melalui Metode Pembinaan
Akhlak Anak Menurut al-Ghozali‖, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta: 2009.
12
Karya Ono Eriko dengan Perspektif Pendidikan Islam)”15 skripsi ini
bermaksud
untuk
mengetahui
lebih
lanjut
tentang
nilai-nilai
kepribadian Islam sebagai ciri khas yang harus dimiliki setiap Muslim.
Dalam tulisan ini diuraikan ciri-ciri kepribadian Islam yang tercermin
dalam komik kemudian dibahas relevansinya dengan pendidikan
Islam. Skripsi ini menjelaskan terkait nilai-nilai kepribadian Islam
namun belum ada penjelasan lebih jauh terkait konsep kepribadian
Islamnya.
3. Skripsi Siti Inna Fitria berjudul “Pembentukan Kepribadian Muslim
Bagi Kader Partai Keadilan Sejahtera Dewan Pimpinan Cabang
Umbulharjo Kota Yogyakarta Berdasarkan Kurikulum Tarbiyah
Islamiyah”16 penelitian ini membahas tentang proses pembentukan
kepribadian Islam, hal-hal yang menyebabkan kepribadian serta faktor
yang mempengaruhi kepribadian. Namun dalam skripsi ini penulis
belum memberikan konsep utuh tentang kepribadian yang berangkat
dari hakikat manusia untuk menilai kepribadian kader-kadernya.
4. Skripsi Dian Afifi Latifah berjudul “Konsep Kepribadian Muslim
Berdasar pendidikan Islam”17 penelitian ini membahas mengenai
15
Umma Zakiyah Darojat, ―Nilai-Nilai Kepribadian Islam dalam Serial Komik (Studi
Terhadap Komik ―Hai, Miiko!‖ Karya Ono Eriko dengan Perspektif Pendidikan Islam)‖, skripsi
tidak diterbitkan, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta: 2007.
16
Siti Inna Fitria, ―Pembentukan Keprbadian Muslim Bagi Kader Partai Keadilan
Sejahtera Dewan Pimpinan Cabang Umbul Harjo Kota Yogyakarta Berdasarkan Kurikulum
Tarbiyah Islamiyah‖, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta: 2007.
17
Dian Afifi Latifah, ―Konsep Kepribadian Muslim Berdasarkan Pendidikan Islam‖,
skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Ilmu Agama Islam UII , Yogyakarta: 2008.
13
langkah-langkah menjadikan anak memiliki kepribadian Muslim
melalui pendidikan Islam. Pendidikan anak harus dimulai sejak ia
masih kanak-kanak dengan penanaman sifat-sifat Islami. Namun
penulis dalam skripsi ini belum memberikan konsep terhadap
kepribadian Islam itu sendiri.
5. Skripsi Erit Aswandi berjudul “Perbandingan Konsep al-Ghozali dan
Sigmund Freud Tentang Kepribadian Manusia Ditinjau dalam
Perspektif Konseling”18, penelitian ini berupaya mengkomparasikan
konsep al-Ghozali dan Sigmund Freud dalam memahami Konsep
Kepribadian manusia yang kemudian diperolah hasil bahwa perbedaan
konsep keduanya terletak pada epistemologi
yang kemudian
dibandingkan dan didapat sisi persamaannya dalam memandang
kepribadian manusia. kesimpulan yang diperoleh adalah konsep alGhozali dan sigmund Freud bahwa nafs adalah aspek biologis, qalb
adalah aspek psikologis dan „aql adalah aspek sosiologis. Konsep yang
ditemukan merupakan konsep kepribadian manusia secara umum,
sehingga dalam skripsi ini belum menyoroti terkait kepribadian Islam
yang ada pada konselor.
18
Erit Aswandi, ―Perbandingan Konsep al-Ghozali dan Sigmund Freud Tentang
Kepribadian Manusia Ditinjau Dalam Perspektif Konseling‖, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas
Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta: 2012.
14
Berdasarkan hasil evaluasi penulis terhadap hasil penelitian tersebut
maka penulis mencoba melaksanakan penelitian dengan belajar terhadap
penulisan-penulisan sebelumnya.
G. Landasan Teori
Skripsi ini berdasarkan beberapa kerangka konseptual dibawah ini.
1. Tinjauan Tentang Kepribadian Islam
a. Batasan Kepribadian Islam
Kepribadian merupakan salah salah satu kajian psikologi
yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian dan temuan-temuan para
ahli. Objek kajian kepribadian dalam konseling adalah ―Human
behaviour‖. Hingga saat ini belum ada batasan formal personality
yang diakui bersama oleh para pakar. Masing-masing pakar
kepribadian membuat definisi sendiri-sendiri sesuai dengan
paradigma yang mereka yakini dan fokus analisa dari teori yang
mereka kembangkan. Pembahasan kepribadian dalam Islam lebih
bersifat paradigmatik dan lebih medasar. Asumsinya bahwa ajaran
Islam sudah lengkap dan final, pasti telah memberikan prinsip
bahkan rincian ketika berbicara tentang manusia, termasuk
pemahaman tentang kepribadian Islam.
15
b. Pengertian Kepribadian Islam
1) Definisi Kepribadian dalam Wacana Barat
Dalam kamus ilmiah populer, pribadi berarti perseorang,
kedirian, individu, perseorangan, perorangan19. Menurut asal
katanya kepribadian berasal dari pahasa yunani “persona”
yang artinya topeng. Pada mulanya istilah persona berarti
topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, dimana suara
pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata persona
itu berarti pemain sandiwara itu sendiri20.
Kepribadian dimaksudkan berbeda dengan karakteristik dan
temperamen. Karakteristik adalah penggambaran tingkah laku
dengan menojolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara
eksplisit maupun implisit21. Temperamen adalah kepribadian
yang berkaitan erat dengan determinan biologik atau fisioligik,
disposisi dan hereditas22. Sedangkan Kepribadian adalah
sebagai suatu tingkah laku seseorang yang telah menjadi
karakteristik atau sifat yang khas (unik) dalam seluruh kegiatan
individu, dan sifat tersebut bersifat menetap23.
19
Pius A. Parianto & M. Dahlan Al-barry, kamus ilmiah populer, (Surabaya: Arloka,
1994), hlm. 624.
20
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Kepribadian, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1998), hlm. 154.
21
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2011), hlm. 7.
22
Ibid, hlm. 7
23
Rif‘at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur‟ani, hlm. 23.
16
2) Definisi kepribadian dalam wacana Islam
Dalam perspektif Islam, kepribadian dikenal dengan istilah
Syakhshiyyah. Syakhshiyyah berasal dari kata Syakh yang
berarti ―pribadi‖. Kata itu kemudian diberi ya‟nisbah, sehingga
menjadi
kata benda
buatan
syakhshiyah
yang berarti
―kepribadian‖. Dalam kamus bahasa Arab modern, istilah
syakhshiyah digunakan untuk maksud personality24. Adapun
makna kepribadian Muslim dalam hal ini Ahmad D. Marimba
berpendapat, yang dinamakan kepribadian Muslim adalah
kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni tingkah
lakunya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan
kepercayaannya menunjukkan pengabdian dan penyerahan
dirinya kepada Tuhan25.
Sehingga kepribadian Islam memiliki arti serangkaian
prilaku normatif manusia, baik sebagai makhluk individu
maupun makhluk sosial, yang normanya diturunkan dari ajaran
Islam, bersumber dari al- Qur‘an dan as-Sunnah26. Dari kedua
sumber diatas itulah para pakar berusaha memahami bentukbentuk kepribadian menurut ajaran Islam, agar bentuk itu dapat
diterapkan oleh para pemeluknya.
24
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi..., hlm. 20.
25
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma‘arif,
1989), hlm. 68.
26
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, hlm. 14.
17
c. Aspek-Aspek Kepribadian Islam
Pada garis besarnya, aspek kepribadian Islam terbagi menjadi 3
bagian menurut Marimba dalam Abdul Mujib,27 yaitu.
1)
Kejasmanian
Adalah aspek tingkah laku. jasmani merupakan aspek
biologis dari struktur kepribadian manusia. Erat kaitannya
dengan daya atau energi dalam mengembangkan proses
fisiknya. Gerak manusia yang lemah atau energik, aspek
jasmani turut menentukan. Bahkan tingkah laku, cara
bicara, berjalan dan lain-lain sangat dipengaruhi oleh faktor
kesehatan jasmani.
2)
Kejiwaan
Meliputi aspek yang tidak dapat terlihat begitu saja. Misal
cara berpikir, sikap, minat, keinginan, dan lain-lain. Aspek
ini
dihasilkan
cipta/syahwat,
oleh
tenaga
ghadlab,
kejiwaan
natiqah)
(karsa,
ketiganya
rasa,
saling
berhubungan dan mempengaruhi satu dengan yang lain.
3)
Ruhaniah yang luhur
Aspek kejiwaan yang lebih abstrak, misal sistem nilai yang
telah meresap menjadi satu kesatuan dalam diri seseorang
yang sulit untuk dilepaskan. Ruh diciptakan untuk menjadi
substansi dan esensi kepribadian manusia. Naturnya suci
27
Ibid, hlm. 14.
18
dan mengejar pada dimensi spiritual. Misal, dengan aspek
ini manusia memilki rasa keterikatan terhadap Tuhan karena
telah
menemukan
Tuhan.
Ini
pula
yang
dapat
mempengaruhi apa yang tidak dapat dicapai oleh akal
manusia.
d. Struktur Kepribadian Islam
Struktur adalah komposisi pengaturan bagian, komponen,
dan
susunan
suatu
kompleks
keseluruhan28.
Berdasarkan
pengertian itu, struktur kepribadian berarti aspek-aspek atau
elemen yang ada pada diri manusia yang karenanya kepribadian
terbentuk.
Sigmund Freud dalam Syamsu Yusuf berpendapat, bahwa
struktur kepribadian terdiri dari:
1) Id (das es) merupakan komponen kepribadian yang primitif,
instingtif. Berorientasi kepada kesenangan yang merupakan
sumber insting kehidupan atau dorongan biologis (makan,
minum, tidur, dsb.) prinsip kesenangannya merujuk pada
pencapaian kepuasan yang segera dari dorongan biologis
tersebut.
2) Ego (das Ich) merupakan aksekutif atau manajer dari
kepribadian yang membuat keputusan tentang insting-insting
mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya; atau sebagai
28
James Drever, Kamus Psikologi, terj. Nancy Simanjuntak, (Jakarta: Bina Aksara,
1986), hlm. 467.
19
sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional dan berorientasi
kepada prinsip realitas. Peran utamanya sebagai mediator yang
menjembatani antara id dengan kondisi dunia luar.
3) Super Ego (das uber ich) merupakan komponen moral
kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat
mengenai baik-buruk dan benar-salah. Super ego bekerja untuk
mengontrol diri sendiri, mencapai kesempurnan kepribadian29.
Menurut Khayr al-Din al-Zarkali dalam Abdul Mujib,
kepribadian manusia tersusun dari beberapa hal yaitu al-jasad,
ar-ruh, dan an-nafs30. Tiap susunan tersebut memiliki sifat,
fungsi, dinamika dan kriteria sendiri-sendiri namun ketiganya
tetap merupakan satu susunan yang tidak bisa dipisahkan dari
apa yang disebut dengan kepribadian manusia.
1) Al-jasad
Al-Jasad adalah aspek diri manusia terdiri atas
struktur organisme fisik. Organisme fisik manusia lebih
sempurna dibandingkan organisme fisik makhluk hidup
yang lain. Sampai disini, penciptaan manusia sama dengan
hewan dan tumbuhan, yaitu berasal dari unsur material
tanah. Tentu saja unsur diatas bukan sebab hidupnya
manusia.
Karena
sebab
hidupnya
29
Syamsu Yusuf, Teori Kepribadian, hlm. 41-45
30
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, hlm. 60.
manusia
adalah
20
ditiupkannya ruh (nyawa/daya hidup). Dengan inilah
manusia dapat hidup dan beraktivitas. Karena daya ini pula
manusia dapat bernafas, merasakan sakit, panas-dingin,
pahit-manis, haus-lapar dan lain sebagainya. Jadi aspek
jasmani ini memiliki natur konkrit berupa tubuh kasar yang
tampak, dan natur abstrak berupa nyawa halus yang
menjadi sumber kehidupan manusia. Namun, daya hidup
pada diri manusia memiliki batas, batas itu disebut dengan
ajal. Apabila batas tersebut telah diambil oleh Tuhan, meski
tanpa sebab apapun manusia tetap akan mengalami
kematian.
Jika
dilihat
pada
realitasnya,
jasad
memilki
kealamiahan tersendiri31. Diantaranya sebagai berikut:
a.
Dari alam ciptaan (al-Khalq), yang memiliki bentuk,
rupa, berkualitas, berkadar, bergerak dan diam, serta
berjasad yang terdiri dari beberapa organ.
b.
Dapat bergerak, memiliki rasa, berwatak gelap dan
kasar, dan tidak berbeda dengan benda-benda lain.
c.
Komponen materi
d.
Sifatnya material yang hanya dapat menangkap satu
bentuk yang konkrit, dan tidak dapat menagkap yang
abstrak. Jika sudah menangkap satu bentuk kemudian
31
Ibid, hlm. 69.
21
perhatiannya berpindah pada bentuk yang lain, bentuk
pertamanya lenyap.
e.
Naturnya indrawi, empiris, dan dapat disifati.
Di dalam penciptaan manusia, selain manusia diberikan
jasad manusia juga dilengkapi dengan potensi-potensi
sebagai makhluk hidup. Taqiyuddin an-Nabhani menulis
dalam kitab Nidzomul Islam bahwa potensi dasar makhluk
adalah berupa naluri-naluri dan kebutuhan-kebutuhan
jasmani. Khusus untuk makhluk hidup berupa manusia,
Allah SWT. mengkaruniakan akal baginya untuk berpikir.
Untuk memahami siapa manusia itu, maka esensi manusia
harus dikaji sebagai objek yang menyeluruh dan mendalam.
Caranya adalah dengan memahami potensi kehidupan yang
mempengaruhi hidupnya.
Naluri manusia adalah khasiat yang merupakan fitrah
penciptaan
supaya
manusia
bisa
mempertahankan
eksistensi, keturunan dan mencari petunjuk mengenai
keberadaan sang pencipta. Dengan kata lain bahwa naluri
manusia ada tiga macam: 1) naluri mempertahankan diri
(gharizah al-baqo‟), 2) naluri seksual (gharizah an-naw‟),
3) naluri beragama (gharizah at-tadayyun)32. Naluri-naluri
ini tidak bisa langsung diindra oleh manusia, namun dapat
32
Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, (Bogor: Al Azhar Press,
2010), hlm. 53.
22
dijangkau oleh akalnya melalui tanda-tanda atau fenomena
yang terlihat darinya. Sedangkan potensi yang lain berupa
kebutuhan jasmani (hajatul ‟udowiyah) yaitu kebutuhan
mendasar yang timbul akibat kerja struktur organ tubuh
manusia. Pada kadar tertentu, kebutuhan jasmani ini wajib
dipenuhi. Sebab jika tidak dipenuhi akan menimbulkan
kerusakan dan kematian33. Potensi lain yang manusia miliki
adalah akal. Dengan akal ini manusia menimbang-nimbang
aktivitas yang layak dan tidak untuk dilaksanakan. Karena
hakikat perjalanan naluri dan kebutuhan yang ada pada
manusia selalu meminta dipenuhi, maka pada batas tertentu
manusia akan menimbang dan berpikir menggunakan akal
untuk melakukan cara yang tepat dalam memenuhi potensi
kehidupannya. Maka di sinilah esensi manusia sebagai
mahluk yang memiliki jasad dilengkapi dengan potensi
kehidupan.
2) Ar-Ruh
Pembahasan tentang ruh inilah yang memberikan
keunikan tersendiri dalam pembahasan kepribadian Islami
dibanding yang lain. Karena ruh, bangunan kepribadian
33
Ibid, hlm. 48.
23
manusia dalam Islam menjadi khas. Para ahli berpendapat
bahwa ruh memilki tiga kemungkinan:34
a. Materialisme, yaitu ruh merupakan nyawa, bukan jasad
tetapi yang menghidupkan jasad.
b. Spiritualisme yaitu ruh yang merupakan substansi yang
bersifat ruhani dan tak satupun cirinya bersifat jasmani.
ruh bukan gabungan dari beberapa unsur dalam
pembentukan manusia yang merupakan al-qudrah alilahiyah (daya ketuhanan, yang tercipta dari alam
perintah sehingga sifatnya bukan jasadi.
c. Gabungan (materialisme-spiritualisme), artinya ruh
merupakan kesatuan jiwa dan badan.
Manusia menjadi unik dengan adanya ruh pada dirinya.
hal tersebut disebabkan karena ruh, seluruh bangunan
kepribadian manusia dalam Islam menjadi khas. Ruh
menjadi substansi psikologi manusia yang menjadi esensi
keberadaannya, baik di dunia maupun diakhirat. Sebagai
substansi yang esensial ruh membutuhkan jasad untuk
aktualisasi diri35, ruh yang biasa disebut dengan sisi
spritualitas yang ada pada manusia ini pula yang membuat
manusia memiliki kesadaran menjadi orang yang baik atau
34
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, hlm. 70.
35
Ibid, hlm. 70.
24
buruk, berakhlak terpuji (akhlaq mahmudah) atau berakhlak
tercela (akhlaq madzmumah). Artinya jika dikaitkan dengan
diri manusia yang telah diberikan potensi kehidupan,
sedang potensi itu menuntut untuk dipenuhi maka
pilihannya ada pada manusia. akan memenuhi segala
potensi
tersebut
sesuai
dengan
petunjuk
yang
menciptakannya yaitu Allah SWT. atau dipenuhi sesuai
dengan hawa nafsu belaka.
3) An-Nafs
Nafs adalah potensi jasadi-ruhani (psikofisik) manusia
yang telah ada sejak jasad manusia siap menerimanya yaitu
usia empat bulan dalam kandungan36.
Nafs dalam al-qur‘an memiliki banyak makna. Ahmad
Mubarok menyebutkan ada 7 makna nafs,37 antara lain:
Nafs berarti diri atau seseorang (QS. Alimron(3):16,
Yusuf(12):54, al-Dzariyat(51):21), Nafs berarti diri Tuhan
(QS. al-An‘am(6): 12,54), Nafs bebarti person sesuatu (QS.
Al-Furqon(25):3, al-An‘am(6):130), Nafs sebagai roh (alAn‘am(6):93), Nafs sebagai jiwa (QS. al-Syam(91):7, alFajr(89): 27), Nafs sebagai totalitas manusia, yang memilki
jiwa dan raga (al-Maidah(5):32, al-Qosos(28):19,33), Nafs
36
Ibid, hlm. 83.
37
Ibid, hlm. 83
25
sebagai sisi manusia yang melahirkan tingkah laku (QS alRa‘d(13):11,
al-Anfa(l8):53).
Nafs
memiliki
potensi
gharizah. Gharizah dalam arti etimologi berarti insting,
naluri, tabiat, perangai, kejadian laten, dan sifat bawaan38.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Islam
Perubahan kepribadian tidak mungkin terjadi secara spontan,
tetapi hal itu merupakan hasil dari pemahaman, pengamatan,
pengalaman, tekanan dari lingkungan baik sosial budaya, rentang
usia dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Shalahudin dalam
Agus Suyanto menyatakan beberapa aliran yang membahas faktorfaktor yang menentukan kepribadian sebagai berikut:
1. Aliran empiris, dipelopori oleh John Loock, berasumsi bahwa
manusia terlahir tanpa membawa apapun. Masing-masing
lingkungan diatas menentukan kepribadian seseorang walaupun
proporsinya tidak harus seimbang.
2. Aliran nativisme, dipelopori oleh Thomas Hobes, berasumsi
bahwa manusia sejak lahir telah membawa ‗dosa asal‘ artinya
manusia sangat dipengaruhi oleh gen-gen dari kedua orang
tuanya. Semua kedukaan dan kebahagiaan yang terjadi pada
manusia bukan karena faktor lingkungan, melainkan karena
gen yang ada dalam tubuh manusia.
38
Hafiz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, hlm. 53.
26
3. Aliran konvergensi, menggunakan asumsi kepribadian manusia
terbentuk karena unsur gabungan antara faktor bawaan dan
pengaruh lingkungan. Seluruh sifat fisik dan psikis serta
potensi yang ada pada seseorang akan semakin dapat
dikembangkan saat seseorang bersentuhan dengan lingkungan.
Sedangkan menurut Islam, beberapa hal yang memberikan
pengaruh terhadap kepribadian Islam seseorang antara lain:39
a.
Faktor Internal, yang terdapat didalam diri individu
1) Kalbu sebagai sentral kepribadian manusia mengalami
sakit, karena potensi tidak diaktualisasikan sebagaimana
seharusnya. Sakitnya bathin menjadikan penderitaan bathin
bagi pelaku dosa.
2) Hawa nafsu manusia, yang berupa ghadhab yang memilki
impuls agresif atau binatang buas dan syahwat yang
memiliki impuls seksual atau binatang jinak, mendominasi
keseluruhan sistem kepribadian seseorang.
3) Orientasi dan motivasi hidup yang materialisme, sehingga
tiada ruang untuk pengembangan aspek-aspek spiritual atau
keruhanian.
b. Faktor Eksternal, yang terdapat diluar diri individu
1) Godaan setan, yang membisikkan (waswas) buruk bagi
manusia, sehingga manusia tidak mampu bereksistensi
39
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, hlm. 355.
27
sebagaimana adanya. Godaan ini juga menimbulkan anganangan kosong sehingga menimbulkan kemalasan dan
bisikan jahat.
2) Makanan atau minuman yang subhat dan haram, termasuk
pakaian dan tempat tinggal yang haram. Mengkonsumsi
hal-hal yang haram menyebabkan kemalasan beribadah,
tafakur dan tadakur dan menyia-nyiakan waktu.
Sedangkan cacat dalam tingkah laku yang menyebabkan
cacatnya
kepribadian
Taqiyuddin
Islam
an-Nabhani
seorang
dalam
Muslim,
Hafidz
menurut
Abdurrahman40,
dipengaruhi oleh tiga faktor:
1. Kelengahan seseorang yang menyebabkannya lalai untuk
mengaitkan antara mafhum dengan aqidahnya.
2. Kebodohan seseorang yang menyebabkan ketidaktahuannya
bahwa mafhumnya bertentangan dengan aqidahnya.
3. Syetan yang menguasai akalnya. Sehingga akidahnya
ditutupi agar tidak bisa mengendalikan aktivitasnya.
Dengan ketiga atau salah satu dari ketiga sebab diatas
seorang Muslim bisa melakukan maksiat, tetapi pada waktu
yang sama ia tetap memeluk akidah Islam41.
40
Hafidz Abdurahman, Diskusrsus Islam Politik dan Spiritual, hlm. 89.
41
Ibid, hlm. 89.
28
f. Tipologi Kepribadian Islam
Dalam al-Quran maupun Sunnah terdapat tipologi kepribadian
yang biasanya menggunakan kata kunci thaifah, fariqataw firqah,
hizb, wa man dan min hu serta ayat-ayat tertentu yang secara
khusus menunjukkan tipologi manusia42.
Gagasan lain mengenai tipologi kepribadian43, antara lain:
1.
Kepribadian Ammarah
Kepribadian
yang
cenderung
melakukan
perbuatan-
perbuatan rendah sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga
naluri merupakan tempat dan sumber kejelekan dan perbuatan
tercela (syirik, kufur, riya‘ mengikuti hawa nafsu dan syahwat,
sombong dan sebagainya). Hal-hal diatas merupakan bentuk
penyimpangan kepribadian Islam atau disebut kepribadian
abnormal dalam Islam.
2.
Kepribadian Lawwamah
Kepribadian yang mencela perbuatan buruknya setelah
memperoleh cahaya kalbu. Kepribadian ini bangkit untuk
memperbaiki kebimbangannya dan kadang tumbuh perbuatan
yang buruk tetapi kemudian segera diingatkan oleh nur Ilahi
sehingga bertaubat dan mohon ampunan. Kepribadian ini
42
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, hlm. 173.
43
Ibid, hlm. 175.
29
merupakan kepribadian antara ammarah dan muthma‟innah,
terkadang baik dan terkadang buruk.
3.
Kepribadian Mut‟mainnah
Kepribadian yang tenang setelah diberi kesempurnaan nur
kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat tercela dan
tumbuh
sifat-sifat
yang
baik.
Kepribadian
ini
selalu
berorientasi kepada kalbu untuk mendapatkan kesucian dan
menghilangkan segala kotoran.
2. Tinjauan Tentang Bimbingan Konseling Islam
a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam
Bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris
“guidance” artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun
orang lain ke jalan yang benar44. Definisi bimbingan pertama kali
dikemukakan dalam Year‘s Book of Education 1955, yang
menyatakan:
Guidance is process of helping individual through their own
effort to discover and develop their potentialities both for
personal happines and social usefulness.
―Bimbingan adalah suatu proses membantu individu
melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial‖45.
Konseling berasal dari kata “counseling”, secara etimologi
berarti “to give advice” atau memberikan saran dan nasehat.
Konseling juga memiliki arti memberikan nasehat, atau memberi
44
Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm.3.
45
Ibid, hlm. 4
30
anjuran kepada orang lain secara tatap muka (face to face).
Menurut A. edward Hoffman, konseling adalah perjumpaan secara
berhadapan muka antara konselor dengan konseli atau orang yang
disuluh sedang dalam pelayanan bimbingan46.
Islam adalah agama yang diajarkan Muhammad SAW.
Berpedoman pada kitab suci al-Qur‘an47. Dari perspektif umum
diatas digunakan untuk memahami bimbingan konseling bersifat
Islami. Dapat disimpulkan bahwa, bimbingan konseling Islam
adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT. serta
menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah
SWT. yang seharusnya hidup sesuai petunjuk-Nya Sehingga dapat
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam
Bimbingan berarti memberikan bantuan kepada seseorang
ataupun kepada sekelompok orang dalam menentukan berbagai
pilihan secara bijaksana. Dengan adanya bantuan ini seseorang
akan lebih mampu mengatasi segala kesulitannya sendiri dan lebih
mampu mengatasi segala permasalahan yang akan dihadapi di
masa-masa mendatang.
340
46
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam..., hlm. 11
47
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm.
31
Secara umum dan luas, program bimbingan dilaksanakan
dengan tujuan, antara lain.
1) Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup
pribadi.
2) Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif
dan produktif dalam masyarakat.
3) Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan
individu-individu yang lain
4) Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita
dan kemampuan yang dimilikinya48.
Menurut Aunur Rahim Faqih tujuan bimbingan konseling
Islam secara umum adalah membantu individu mewujudkan
dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat49.
c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam
Adapun fungsi bimbingan konseling Islam adalah sebagi berikut.
1) Fungsi preventif yaitu membantu individu menjaga atau
mencegah timbulnya masalah.
2) Fungsi
kuratif
(korektif)
yakni
membantu
individu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
3) Fungsi preservasif yakni membantu individu menjaga agar
situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung
48
49
Samsul Munir Amin…, hlm. 39
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2001), hlm. 35.
32
masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan) itu kembali
menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali).
4) Fungsi developmental (pengembangan) yakni membantu
individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi
yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik,
sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya
masalah baginya50.
Secara singkat, Hallen menyebutkan fungsi bimbingan
konseling antara lain: 1) fungsi pemahaman, 2)fungsi
pencegahan,
3)
fungsi
pengentasan,
4)
fungsi
pemeliharaan/pengembangan dan 5) fungsi advokasi51.
H. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi pemikiran tokoh Taqiyuddin anNabhani tentang pandangannya dalam memahami kepribadian Islam.
Untuk mempermudah dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan
pendekatan sebagai berikut.
1. Jenis penelitian
Ditinjau dari jenisnya, penelitian ini bersifat literatur, termasuk
pada
jenis
penelitian
pustaka
(library
research).
Penelitian
kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang pengumpulan
datanya dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur.
50
Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami,
(Yogyakarta: UII Press, 1992), hlm. 4
51
Dra. Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 53.
33
Literatur yang diteliti tidak terbatas pada buku-buku, tetapi dapat juga
berupa bahan-bahan dokumentasi, majalah, jurnal, dan surat kabar.
Penekanan penelitian kepustakaan adalah ingin menemukan berbagai
teori, hukum, dalil, prinsip, pendapat, gagasan dan lain-lain yang dapat
dipakai untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang diteliti.52
2. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan oleh penulis adalah:
a. Sumber primer
Sumber data primer adalah data berasal dari sumber asli
atau pertama. Karena penulisan ini tergolong penelitian pustaka
yang bersifat kualitatif, maka sumber data diperoleh dari data
bersifat literer dari berbagai buku pokok pemikiran tokoh yang
karya dan pemikirannya tentang Taqiyuddin an-Nabhani . Adapun
sumber primer adalah acuan utama dipakai oleh peneliti dalam
penulisan skripsi ini. Maka penulis memakai karya Taqiyuddin anNabhani yaitu buku kepribadian Islami (asy-Syakhshiyah alIslamiyah) yang diterjemahkan oleh Zakia Ahmad, Lc . Kemudian
didukung dengan sumber sekunder yang fungsinya sebagai
pelengkap sekaligus penguat dalam data penelitian ini.
52
Sarjono, DD, Panduan Penulisan Skripsi, (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama
Islam, 2008), hlm. 20.
34
b. Sumber sekunder
Sumber data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari
orang lain baik dalam bentuk turunan, salinan atau bukan orang
pertama. Guna mendukung penelitian ini penulis menggunakan
data sumber seperti majalah, surat kabar, skripsi, jurnal, internet,
buku, artikel yang relevan sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
3. Teknik Pengolahan Data
Dalam pelaksanaan pengumpulan data penulis mengunakan
langkah-langkah dengan 4 tahap yaitu pengadaan data, reduksi data,
analisa dan inferensi sebagai berikut:53
1. Pengumpulan Data
Penulis mengadakan data dengan mengumpulkan berbagai
sumber data dan
tulisan yang mengangkat tentang pandangan
Taqiyuddin an-Nabhani dalam memahami kepribadian Islami baik
dalam bentuk buku, majalah, skripsi, ensiklopedi untuk ditelaah
dan dipahami kembali, sehingga didapatkan gambaran sesuai
dengan tema skripsi. Kemudian dibedakan dengan data lain
(penentuan unit fisik) selanjutnya data tersebut dianalisa dengan
teknik yang ada dan relevan dengan masalah yang diteliti.
53
Klaus Krippendorff, Content Analisys An Introduction to its Methodology, (London:
Sage Publications Ltd, 1980), hlm. 60-61.
35
2. Reduksi Data
Setelah berbagai data dikumpulkan lalu penulis mencoba
mereduksi (mengurangi) data yakni dengan membentuk data yang
tersedia menjadi satu bentuk data yang diperlukan (penentuan unit
sample) dan mengurangi data-data yang kurang dan tidak relevan
dengan topik penelitian
3. Analisa Data
Proses selanjutnya penulis menganalisis data yang telah
direduksi tersebut, guna mencari dan mendapatkan keterangan,
informasi, paparan yang memuaskan dan diharapkan dapat
memecahkan masalah yang diteliti. Analisa data dalam penelitian
ini menggunakan analisis ―isi‖ atau analisis content (content
analysis), yaitu teknik penelitian untuk membuat inferensi dengan
mengidentifikasi karakter khusus secara obyektif dan sistematis
yang menghasilkan deskripsi yang obyektif. Definisi analisa isi
yang lain diungkapkan oleh Krippendorff yakni teknik penelitian
untuk membuat inferensi valid dan dapat diteliti ulang dari data
berdasarkan konteksnya yang bersifat kontekstual karena kontek
yang berbeda dapat menghasilkan inferensi yang berbeda pula 54.
Dengan demikian analisis konten dimanfaatkan untuk memahami
pesan yang terkandung dalam suatu data/dokumentasi.
54
Ibid, hlm. 21.
36
4. Inferensi
Tahap
pengumpulan
inferensi
data
merupakan
yakni
tahap
membuat
terakhir
interpretasi
dalam
penarikan
kesimpulan atau suatu hasil analisa yang menghasilkan jawaban
yang dapat memecakan masalah penelitian.
Setelah data didapatkan dan dikumpulkan, penulisan ini
akan dilanjutkan dengan penyajian data. Metode yang akan
digunakan penulis adalah :
Langkah pertama yaitu deskripsi, seluruh data-data yang di
butuhkan terkumpul dan dikaji. Seluruh data yang didapatkan
akan dibahasakan kembali secara sistematis dengan seteliti mugkin
seluruh pembahasannya dengan uraian lengkap dan teratur55.
Kedua, metode kritis, yaitu menganalisis terhadap pendapat
dan fakta yang menjelaskan keyakinan, memperlihatkan ada
tidaknya pertentangan, dengan jalan menjelaskan, mendalami fakta
dan menolak untuk menemukan hakekat kepribadian Islam yang
sebenarnya.
I. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini penulis mengklasifikasikan menjadi lima bab,
sebagai berikut :
Bab pertama, berisi pendahuluan terdiri dari penegasan judul, latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
55
Anton Bakker dan Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:
Kanisius, 1999), hlm. 81.
37
kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua membahas tentang biografi singkat Taqiyuddin anNabhani diantaranya terkait nasab, kelahiran dan pertumbuhannya, ilmu
dan pendidikan, bidang aktifitas dan karya-karyanya.
Bab ketiga berisi gambaran pandangan Taqiyuddin an-Nabhani
dalam memahami kepribadian Islam. Di dalamnya akan diuraikan
mengenai pandangan Taqiyuddin an-Nabhani dalam pemahaman beliau
mengenai kepribadian Islam.
Bab keempat, berisi uraian pandangan Taqiyuddin an-Nabhani
yang dapat diterapkan/diaplikasikan dalam bimbingan konseling Islam.
Bab kelima, berisi kesimpulan, saran dan penutup.
Akhirnya, bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan
berbagai lampiran yang terkait dengan penelitian.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
Taqiyuddin
hasil
an-Nabhani
penelitian
tentang
penulis
kepribadian
terhadap
islam
pandangan
yang
dapat
diaplikasikan dalam bimbingan konseling Islam, maka dapat di simpulkan
sebagai berikut:
1. Kepribadian seseorang tidak ada kaitannya dengan bentuk fisik tubuh,
asesoris dan sejenisnya. Semua itu hanya penampakan yang tampak
dari luar saja. Manusia memiliki keistimewaan disebabkan akalnya,
dan prilakulah (suluk) yang menunjukkan tinggi rendahnya akal
seseorang, sedangkan prilaku seseorang dalam kehidupan tergantung
pada mafahim (pemahaman)nya dalam memenuhi kecenderungan
memenuhi potensi kehidupan. Dengan demikian, menurut Taqiyuddin
an-Nabhani unsur kepribadian Islami mencakup dua hal yaitu pola
pikir Islami (aqliyah Islamiyah) dan pola sikap Islami (nafsiyah
Islamiyah). Aqliyah Islamiyah adalah landasan berpikir yang
digunakan seseorang untuk menghukumi realitas yang dihadapi
dengan cara mengembalikan pada aqidah Islam, dan nafsiyah Islam
adalah cara yang digunakan manusia untuk memenuhi dorongan
potensi kehidupan (kebutuhan jasmani dan naluri-naluri) didasarkan
pada standar Islam. Dari kedua unsur inilah lahir kepribadian Islam.
111
112
2. Pandangan Taqiyuddin an-Nabhani tentang kepribadian Islam yang
dapat diaplikasikan dalam bimbingan konseling Islam diantaranya
adalah memandang manusia dengan terlebih dahulu mengenal
potensinya yaitu berupa potensi hidup dan timbulnya masalah dalam
diri manusia (klien), selain itu dalam proses konseling harus menyadari
adanya kepribadian yang senantiasa melekat pada diri klien maka
harus ditangani dengan teat memperhatikan aspek pola pikir dan pola
sikap klien diubah menjadi lebih positif dengan metode pembelajaran,
pembiasaan, memaksa diri dan nasehat.
B. Saran
Pada bagian ini, penulis memiliki beberapa saran yang penulis
simpulkan dari hasil catatan-catatan selama proses penulisan:
1. Sebagai seorang Muslim hendaklah tidak begitu saja mudah menilai
kepribadian seseorang hanya karena apa yang tampak secara fisik.
Namun harus dilakukan kajian mendalam agar menilai seseorang tidak
dengan jalan serampangan. Faktanya banyak orang cacat dikatakan
berkepribadian rendah, orang kaya dengan berbagai hiasan dan pernakpernik ditubuhnya dikatakan berkepribadian luhur,
dan lain-lain,
padahal kenyataan sebenarnya belum tentu demikian.
2. Kepada para Mahasiswa yang sedang maupun akan melakukan
penelitian terutama dalam penelitian pustaka hendaklah melakukan
pengkajiannya dengan cermat tanpa melakukan plagiat ataupun
113
meminta bantuan kepada jasa lembaga ilegal yang selama ini marak
menawarkan bantuan menyelesaikan skripsi.
3. Kepada para Mahasiswa ataupun Akademisi
yang ingin meneliti
masalah organisasi atau ormas khususnya Hizbut Tahrir berikut
pemikiran dan tokoh-tokohnya, penulis sarankan perlu banyak-banyak
menggunakan sumber data primer (langsung dari sumbernya) atau
hati-hati menggunakan data sekunder (bukan dari sumber tidak
langsung), karena dalam pengalaman pengumpulan
referensi/data
skripsi ini, penulis sering menemui hal-hal yang sangat berbeda dari
data primer dengan dat sekunder. Entah itu perkataan orang atau dalam
bentuk tulisan-tulisan maupun dalam bentuk buku.
C. Kata Penutup
Akhirnya hanya dengan pertolongan dan perlindungan dari Allah
SWT., penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis
menyadari bahwa hasil penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT. Yang maha pengampun
penulis senantiasa memohon dan bertawakkal semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya, dan dalam dunia keilmuan Islam pada
umumnya. Amiin.....
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Hafidz Diskursus Islam Politik dan Spiritual, Bogor:
Al Azhar Press, 2010.
Abdullah, Muhammad Husain, Mafahim islamiyah, Jatim: Al-Izzah,
2002.
Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakhran, Konseling dan Psikoterapi Islam,
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001.
An-Nabhani, Taqiyuddin, Syaksiyah Islam, Jakarta: HTI Press, 2008.
, Mafahim Hizbut Tahrir, Jakarta: Hizbut
Tahrir Indonesia, 2008.
, Terjemah Nizomul Islam, Jakarta: HTI
Press, 2012.
Al-Ghozali, Tahafut Al-Falasifah, Kairo: Dar Al-Ma’arif, 1960.
Ancok, Djamaluddin, Diskusi Psikologi 1: Melihat Sigmund Freud
dari Cendela Lain, Surakarta: Stusia Press, 1991.
Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press, 2011.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006.
Bakker, Anton dan Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,
Yogyakarta: Kanisius, 1999.
Basleman, Anisah, Teori Belajar Orang Dewasa, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011.
DEPAG RI, Al-Qur’an Terjemah, Bandung: Syaamil Al-Qur’an,
2005.
Dian Afifi Latifah, Konsep Kepribadian Muslim Berdasarkan
Pendidikan Islam, skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Ilmu Agama Islam
UII , Yogyakarta: 2008.
Drever, James, Kamus Psikologi, terj. Nancy Simanjuntak, Jakarta:
Bina Aksara, 1986.
Erit Aswandi, Perbandingan Konsep al-Ghozali dan Sigmund Freud
Tentang Kepribadian Manusia Ditinjau Dalam Perspektif Konseling,
skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta: 2012.
Febrini, Deni, Bimbingan Konseling, Yogyakarta: Teras, 2001.
Gunawan,Yusuf, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Hizbut Tahrir, Manifesto Hizbut Tahrir Untuk Indonesia, Hizbut
Tahrir, 2009.
James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1989.
Kasirin, Moh., Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan
Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Maliki
Press, 2010.
Krippendorff, Klaus, Content Analisys An Introduction to its
Methodology, London: Sage Publications Ltd, 1980.
Husen Madhal, Dkk, Hadis
Yogyakarta: CV. Amanah, 2008.
Bimbingan
Konseling
Islam,
Marimba, D. Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung: Al-ma’arif, 1989.
May, Rollo, Seni Konseling, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Mahmud, Muhammad Mahmud, ‘Ilm an-Nafs al-Ma’asir Fiy Dawi
al-Islam, Jeddah: Dar Asy-Syurq, 1984.
Maskawaih, Ibnu, Menuju Kesempurnaan Akhlaq, Bandung: Mizan
1994.
Maghfur, Muhammad, Koreksi Atas Kesalahan Pemikiran Kalam
dan Filsafat Islam, Jatim: Al-Izzah, 2002.
Moleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007.
Mujib, Abdul, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007.
Munir Amin, Syamsul, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta:
Amzah, 2010.
Nashori, Fuad, Potensi-Potensi Manusia, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005.
Nawawi, Hadari, Hakikat Manusia Menurut Islam, Surabaya: alIkhlas, 1993.
Nawawi, Rif’at Syauqi, Kepribadian Qur’ani, Jakarta: Amzah, 2011.
Nida Nur Roisah, Pembentukan Kepribadian Islami Melalui Metode
Pembinaan Akhlak Anak Menurut Al-ghozali, skripsi tidak diterbitkan,
Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009.
Nyoman, Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan
Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010.
Parianto, Pius A. & M. Dahlan Al-barry, kamus ilmiah populer,
Surabaya: Arloka, 1994.
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Kepribadian, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1998.
Purwanto, Yadi, Psikologi Kepribadian, Bandung: Refika Aditama,
2011.
Prayitno, Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor,
Jakarta: P2LPTK, 1981.
Samarah, Ihsan, Syaikh Taqiyuddin: Meneropong Perjalanan
Spiritual dan Dakwahnya, Bogor: al-Azhar Press, 2003.
Sarjono, DD, Panduan Penulisan Skripsi, Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Agama Islam, 2008.
Sholeh, Moh., dan imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi: Telaah
Ilmu Kedokteran Holistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Siti Inna Fitria, Pembentukan Keprbadian Muslim Bagi Kader Partai
Keadilan Sejahtera Dewan Pimpinan Cabang Umbul Harjo Kota
Yogyakarta Berdasarkan Kurikulum Tarbiyah Islamiyah, skripsi tidak
diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2007.
Sujanto, Agus dan Halem Lubis, Psikologi Kepribadian, Jakarta:
Bumi Aksara, 2006.
Sulaiman, Umar, Ciri-Ciri Kepribadian Muslim, Jakarta: Grafindo
Persada, 1996.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008.
Syamsudin, Bimbingan dan Konseling Kelompok, Jakarta: Kartika,
1980.
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006.
Umi Baroroh, problematika pembentukan kepribadian islam dewasa,
ini jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN
Sunan Kalijaga, Januari 2002.
Umma Zakiyah Darojat, Nilai-Nilai Kepribadian Islam dalam Serial
Komik (Studi Terhadap Komik “Hai, Miiko!” Karya Ono Eriko dengan
Perspektif Pendidikan Islam), skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2007.
Walgito, Bimo Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta:
Andi Offset, 1995.
West, Richard dan Turner Lynn, Introducing Communikation
Theory: Analysis and Application, Jakarta: Salemba Humanika, 2009.
www.google.com/buchariumar:blogkonselor/menggagas-konselingislami-syarat.html diakses maret 2013.
Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Zaini, Muhaimin Syahminan, Belajar Sebagai
Pengembangan Fitroh Manusia, Jakarta: Kalam Mulia, 1991.
Sarana
LAMPIRAN
Lampiran
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama
: Siti Mutaharoh
Tempat/Tgl. Lahir
: Sarolangun Bangko, 18 April 1991
Alamat rumah
: Rt. 10/04 Sidomulya, Pasar Singkut, Sarolangun, Jambi
Alamat Jogja
: Jl. Timoho, Gg. Wirakarya, GK 1/502, Sapen, Sleman, Yk.
Nama Ayah
: Bapak Muh. Djanji
Nama Ibu
: Ibu Muzaro’ah
B. Pendidikan
1. SD N 357 Pasar Singkut, Sarolangun, Jambi, tahun 1997 -- 2003.
2. SMP N 3 Pelawan Singkut, Sarolangun, Jambi, tahun 2003 – 2006.
3. SMA Muhammadiyah 2 Boyolali, Jawa Tengah, tahun 2006 – 2009.
4. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2009 – 2014.
C. Pengalaman Organisasi
1. Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan BKI (BEM-J), periode 2010/2012
2. Badan Otonomi Mahasiswa Jurusan BKI (BOM-J), Periode 2009/2011
3. UKM Kordiska (Korp Dakwah Islamiyah), Periode 2009/2010
4. Pusat Studi Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga, Periode 2010/2011
5. Club kajian Keislaman “Mahakarya UIN Suka, Periode 2010/2011
6. MHTI (Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia) Chapter kampus UIN Suka, 2011sekarang
Download