KADIN INDONESIA RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM BERSAMA KOMISI VI DPR-RI 18 SEPTEMBER 2013 Menghadapi tekanan ekonomi pada saat ini, pengusaha bersikap “realistis” karena menyadari bahwa ekonomi Indonesia sedang menuju ke “keseimbangan yang baru” dengan pertumbuhn ekonomi yang tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya, nilai rupiah yang rendah, tingkat bunga yang tinggi, dan tingkat inflasi yang tidak serendah sebelumnya. Menghadapi situasi tersebut, pengusaha mendesak agar pemerintah segera melakukan penyesuaian fiskal dan penetapan asumsi-asumsi APBN yang lebih realistis dan tidak terlalu optimistis, karena dikhawatirkan akan dapat menyesatkan dan merugikan kita sendiri. Dalam situasi perekonomian sekarang ini, kita harus mengambil “langkah-langkah penyesuaian” dan melakukan “ikat pinggang”. Penyesuaian fiskal hendaknya diarahkan untuk mengurangi subsidi energi dan pengeluaran rutin, memberikan insentif untuk perbaikan infrastruktur dan peningkatan produktivitas pertanian dan industri, serta mendorong investasi berorientasi ekspor dan peningkatan nilai tambah. Disisi ekstenal, pada saat dimana nilai dollar tinggi, mari kita berupaya untuk mengurangi dan merasionalkan penggunaan dollar, baik dalam rangka impor maupun ekspor. Kita juga harus melakukan segala upaya untuk melancarkan kegiatan bisnis dengan “mengurangi dan bahkan menghapuskan semua bentuk hambatan bisnis”, seperti peraturan-peraturan yang menghambat, perizinan yang panjang dan mahal, pungutan-pungutan terutama pungutan liar, serta memberikan kepastian hukum, dimana hal tersebut diperlukan dalam menjalankan bisnis. Selain dari pada itu, upaya juga harus dilakukan untuk memperbaiki infrastruktur, konektivitas dan menghilangkan rigiditas perburuhan. Semua itu diperlukan oleh dunia bisnis agar bisnis berjalan lancar. Tidak kalah pentingnya adalah upaya-upaya untuk “meningkatkan daya saing” baik oleh pemerintah maupun oleh dunia usaha. Pengusaha bertanggung jawab untuk meningkatkan effisiensi perusahaan dengan melalui peningkatan tehnologi dan innovasi, peningkatan produktivitas SDM, serta managemen perusahaan. Sedang pemerintah diharapkan dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui kebijaksanaan fiskal dan moneter, diantaranya dengan memberikan stimulus dan insentif pajak, menciptakan tingkat bunga bank yang tidak memberatkan, dan mengurangi biaya tinggi (ineffisiensi birokrasi dan tingginya biaya logistik). Perbaikan “infrastruktur” sangat krusial bagi kelancaran dan peningkatan usaha, karena kondisi infrastruktur pada saat ini, terutama didaerah-daerah masih kurang memadai, sehingga mempengaruhi konektivitas dan sistim logistik yang ada. Semua itu telah mengakibatkan biaya logistik yang sangat tinggi dan daya saing yang rendah. Dalam penyesuaian kebijaksanaan fiskal, pemerintah hendaknya meningkatkan belanja dan memberikan insentif untuk pembangunan infrastruktur fisik, terutama perbaikan jalan, pelabuhan, irigasi,dllnya. Menghadapi defisit neraca berjalan, pemerintah harus memberikan fokus lebih kepada kebijaksanaan untuk “mendorong industri nilai tambah yang berorientasi ekspor” dengan menghilangkan berbagai hambatan dan memberikan insentif khusus. Dalam transformasi struktural ini perlu diperhatikan tingkat diversifikasi, tingkat daya saing, tingkat tehnologi, serta sistim managemen rantai pasoknya. Akhirnya dalam kaitan kebijaksanaan perburuhan , terutama yang menyangkut kenaikan tingkat upah buruh, Kadin mengharapkan agar kebijaksanaan pemerintah lebih memperhatikan kepentingan dunia usaha. Kita juga harus memperhatikan tingkat produktivitas buruh, dimana pada umumnya kenaikan upah lebih tinggi dari kenaikan produktivitasnya. Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto