c) Strategi Peningkatan Konektivitas Perikanan AntarWilayah Pulau Utama di Indonesia (1) Peningkatan investasi pada sektor industri pengolahan hasil perikanan, dimaksudkan untuk lebih mengembangkan pembangunan di sektor industri hasil perikanan untuk meningkatkan nilai tambah produk. Mekanisme ini dapat dilakukan dengan dengan tahapan sebagai berikut: a) membangun dan memperbaiki infrastruktur, institusi dan kualitas sumberdaya manusia, baik di kegiatan perikanan tangkap, budidaya maupun pengolahan hasil perikanan; b) membuat peraturan terkait penanaman modal sebagai payung hukum untuk memberikan kepastian hukum bagi investor c) mengundang investor dalam negeri dan asing untuk menanamkan modalnya di sektor kelautan dan perikanan (2) Pembangunan dan perbaikan sarana transportasi pada sistem logistik ikan antar pulau, dimaksudkan untuk mempermudah jalur distribusi barang dan jasa di sektor perikanan (primer) dan sektor industri pengolahan hasil perikanan (sekunder). Mekanismenya dapat melalui penguatan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) yang sedang berlangsung saat ini. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan konektivitas kegiatan ekonomi antar wilayah pulau utama di Indonesia khususnya yang berbasiskan sektor perikanan, baik primer (perikanan tangkap dan budidaya) dan maupun sekunder (industri pengolahan hasil perikanan). III. REKOMENDASI KEBIJKAAN 1) 2) Peningkatan investasi pada sektor industri pengolahan hasil perikanan melalui pembangunan dan perbaikan infrastruktur, institusi dan sumberdaya manusia; IV. IMPLIKASI KEBIJAKAN 1) Meningkatkan skala usaha kelautan dan perikanan ke dalam skala industri yang memiliki nilai tambah lebih tinggi 2) Meningkatkan keterkaitan ekonomi kelautan dan perikanan dalam perekonomian Indonesia secara keseluruhan, termasuk yang nantinya dilakukan secara terintegrasi dengan program MP3EI; 3) Mendorong kinerja ekonomi di wilayahnya sendiri dan juga mampu memberikan efek luberan (spill-over) bagi wilayahwilayah pulau utama lainnya Kemenko Bidang Perekonomian. 2011. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Jakarta. Kusumastanto, T. 2002. Reposisi “Ocean Policy” dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia di Era Otonomi Daerah. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tajerin, Agus Heri Purnomo dan Manadiyanto. 2010. Dinamika Keterkaitan Sektor Kelautan dan Perikanan dalam Perekonomian Indonesia, 1995-2005: Pendekatan Rasmussen's Dual Criterion. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Vol. 5, No. 1, 2010. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Informasi lebih lanjut © 2014BBPSEKP 4 Estu Sri Luhur, Tajerin, Subhechanis Saptanto dan Achmad Zamroni Indra Sakti, Zahri Nasution, Sonny Koeshendrajana dan Tajerin Achmad Zamroni, Fatriyandi Nur Priyatna dan Andrian Ramadhan Ilham Ferbiansyah http://bbpse.litbang.kkp.go.id/ Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Dahuri, R. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmiah Guru Besar tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tim Penyusun : : : : Policy Brief DAFTAR ACUAN Pembangunan dan perbaikan sarana transportasi antar pulau melalui penguatan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN). Penulis Dewan Redaksi Redaksi Pelaksana Layout Vol 1, No 5 Tahun 2014 sumber foto: pubdok sosek Strategi Penguatan Konektivitas Perikanan Antar Wilayah Pulau Utama di Indonesia Pesan Utama Ü Pembangunan koridor ekonomi melalui percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan pengembangan wilayah untuk menciptakan dan memberdayakan basis ekonomi terpadu, kompetitif dan berkelanjutan pada enam koridor ekonomi (pulau utama). Ü Penguatan konektivitas sektor kelautan dan perikanan antar wilayah melalui koefisien keterkaitan menunjukkan hasil yang tinggi. Namun demikian, konektivitas wilayah timur dengan wilayah barat masih rendah. Hal ini salah satunya disebabkan oleh jarak antar pulau yang berjauhan yang mengakibatkan aliran distribusi belum berjalan optimal, sehingga keterkaitan ekonominya juga terhambat. Penguatan konektivitas antar koridor ekonomi (pulau utama) termasuk pada kegiatan yang terkait dengan perikanan merupakan strategi utama dalam mengimplementasikan MP3EI. Ü Dua fokus kebijakan yang dapat dilakukan, untuk mendorong kinerja yang lebih baik pada usaha perikanan secara luas (primer dan sekunder): (1) Kebijakan meningkatkan investasi pada sektor industri pengolahan hasil perikanan melalui pembangunan dan perbaikan infrastruktur, institusi dan sumberdaya manusia; dan (2) Kebijakan membangun dan memperbaiki sarana transportasi antar pulau melalui penguatan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN). 1 STRATEGI PENGUATAN KONEKTIVITAS PERIKANAN ANTAR WILAYAH PULAU UTAMA DI INDONESIA STRATEGI PENGUATAN KONEKTIVITAS PERIKANAN ANTAR WILAYAH PULAU UTAMA DI INDONESIA I. LATAR BELAKANG Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi pembangunan (ekonomi) kelautan yang besar dan beragam. Secara agregat, kelautan memberikan kontribusi yang tergolong besar dalam perekonomian nasional (Kusumastanto, 2002; Dahuri, 2003). Diukur dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku sejak tahun 1995 sampai tahun 2005, kontribusi sektor kelautan dan perikanan dalam perekonomian Indonesia, tergolong besar dan memperlihatkan peningkatan yang nyata. Pada tahun 1995, PDB sektor kelautan diketahui sekitar 12,38% dari PDB nasional, dan pada tahun 2000 meningkat menjadi sekitar 20,05% dari PDB nasional (Kusumastanto, 2002). Peningkatan PDB kembali terjadi tahun 2005 menjadi sekitar 22,23% (Tajerin et.al, 2010). Laju pertumbuhan kontribusi perikanan terhadap PDB Nasional tanpa migas 11% per tahun sejak 2005 sampai 2009. Sementara itu, pertumbuhan sektor kelautan dan perikanan pada 2012 sebesar 6,5% atau melebihi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,2% (KKP, 2013). Pemerintah Indonesia pada akhir Mei 2011 merilis Master plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Tahun 2011-2025. Pembangunan koridor ekonomi ini juga dapat diartikan sebagai pengembangan wilayah untuk menciptakan dan memberdayakan basis ekonomi terpadu dan kompetitif serta berkelanjutan. MP3EI melalui pembangunan 6 koridor ekonomi memberikan penekanan baru pembangunan ekonomi wilayah. Pembagian wilayah menjadi 6 koridor ekonomi tersebut didasarkan pada analisis spasial terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang bercirikan kepulauan, bahwa pengembangan perekonomian yang optimal dan merata dilakukan melalui pendekatan wilayah pulau besar sebagaimana dipakai sebagai dasar pertimbangan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun 2010-2014 (Kemenko Bidang Perekonomian, 2011). Peningkatan peran perikanan dalam pertumbuhan ekonomi wilayah maupun nasional (Indonesia) diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan konektivitas ekonomi antar wilayah pulau utama di Indonesia, sehingga dapat berdampak positif bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan. II.TEMUAN UTAMA a) Keterkaitan Sektor Perikanan (Primer) dan Sektor Industri Pengolahan Hasil Perikanan (Sekunder) Wilayah Pulau Utama di Indonesia Sektor perikanan (primer) dan industri pengolahan hasil perikanan di masing-masing wilayah pulau utama di Indonesia memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang maupun ke depan yang relatif berbeda. Namun, masing-masing sektor yang tercakup dalam bidang kelautan dan perikanan memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang maupun ke depan dengan koefisien yang lebih besar dari satu satuan unit (Gambar 1). 2 Sumber:Tabel IRIO 2010, 2014 (Diolah) Gambar 1. Indeks Keterkaitan Ke Belakang (IKB) Sektor Perikanan (Primer) dan Sektor Industri Pengolahan Hasil Perikanan (Sekunder) dalam Perekonomian Antar Wilayah Pulau Utama di Indonesia Angka indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (IKB) dari sektor perikanan (primer) dan industri pengolahan hasil perikanan (sekunder) yang lebih besar dari satu satuan unit mengindikasikan bahwa pengaruh langsung dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir satu unit output untuk semua wilayah pulau utama di Indonesia akan meningkatkan permintaan inputnya dari sektor perikanan (primer) dan industri hasil laut serta sektor-sektor lainnya dalam wilayahnya masingmasing. Hal ini mengakibatkan peningkatan output seluruh sektor dalam perekonomian baik di wilayahnya sendiri maupun wilayah lainnya di Indonesia. Angka indeks pada Gambar 1 menunjukkan bahwa efek kenaikan permintaan akhir satu unit output dari sektor perikanan (primer) tertinggi di Koridor Sulawesi yang disusul oleh Jawa, Papua + Kepulauan Maluku, Kalimantan, Sumatera dan Bali + Nusa Tenggara yang berarti sektor perikanan (primer) tersebut akan meningkatkan output seluruh sektor perekonomian di wilayahnya sendiri berturut-turut sebesar 1,371 unit, 1,274 unit, 1,232 unit, 1,230 unit, 1,226 unit dan 1,183 unit, baik di wilayah tersebut maupun wilayah lainnya. Untuk sektor industri pengolahan hasil perikanan (sekunder), angka indeks tertinggi ditunjukkan oleh pulau Papua + Kepulauan Maluku, Sulawesi, Sumatera, Bali + Nusa Tenggara, Kalimantan dan Jawa yang berturut-turut sebesar 1,906 unit, 1,854 unit, 1,805 unit, 1,755 unit, 1,694 unit dan 1,685 unit, baik di wilayah tersebut maupun wilayah lainnya. Angka indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan (IKD) dari sektor perikanan (primer) dan industri pengolahan hasil perikanan (sekunder) yang lebih besar dari satu satuan unit, mengindikasikan bahwa pengaruh langsung dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir satu unit output sektor perikanan (primer) dan industri pengolahan hasil perikanan (sekunder) untuk semua wilayah pulau utama di Indonesia, akan meningkatkan penyediaan (penawaran) outputnya terhadap kedua sektor tersebut maupun sektor-sektor lainnya yang mengakibatkan peningkatan output seluruh sektor dalam perekonomian baik di wilayahnya sendiri maupun wilayah lainnya di Indonesia. Sumber:Tabel IRIO 2010, 2014 (Diolah) Gambar 2. Indeks Keterkaitan Ke Depan (IKD) Sektor Perikanan (Primer) dan Sektor Industri Pengolahan Hasil Perikanan (Sekunder) dalam Perekonomian Antar Wilayah Pulau Utama di Indonesia Angka indeks pada Gambar 2 menunjukkan bahwa efek kenaikan permintaan akhir satu unit output dari sektor perikanan (primer) tertinggi di pulau Papua dan Kepulauan Maluku yang disusul oleh pulau Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Bali + NusaTenggara dan Jawa yang berarti sektor perikanan (primer) akan meningkatkan penyediaan (penawaran) outputnya terhadap sektor tersebut maupun sektor-sektor lainnya yang mengakibatkan peningkatan output seluruh sektor dalam perekonomian berturut-turut sebesar 1,781 unit, 1,719 unit, 1,6 unit, 1,589 unit, 1,433 unit dan 1,291 unit, baik di wilayah tersebut maupun wilayah lainnya. Pada sektor industri pengolahan hasil perikanan (sekunder), angka indeks tertinggi ditunjukkan oleh pulau Papua + Kepulauan Maluku, Sulawesi, Sumatera, Bali + Nusa Tenggara, Kalimantan dan Jawa yang berturutturut sebesar 1,194 unit, 1,176 unit, 1,168 unit, 1,104 unit, 1,082 unit dan 1,075 unit, baik di wilayah tersebut maupun wilayah lainnya. b) Konektivitas Sektor Perikanan (Primer) dan Sektor Industri Pengolahan Hasil Perikanan (Sekunder) antar Wilayah Pulau Utama di Indonesia Berdasarkan besarnya angka indeks keterkaitan ke belakang dan ke depan, konektivitas sektor perikanan (primer) dan industri pengolahan hasil perikanan (sekunder) di seluruh wilayah pulau utama Indonesia menunjukkan keterkaitan yang kuat karena koefisiennya lebih besar dari satu satuan unit (Tabel 1). Tabel 1. Konektivitas Sektor Perikanan (Primer) dan Industri Pengolahan Hasil Perikanan (Sekunder) Antar Wilayah Pulau Utama di Indonesia Berdasarkan Angka Indeks Keterkaitan ke Belakang Sektor Perikanan (Primer) Wilayah Sumatera – Jawa Sulawesi – Sumatera Bali + NT – Jawa Kalimantan – Papua + Maluku Sulawesi – Papua + Maluku Sumatera – Papua + Maluku Sumber:Tabel IRIO 2010, 2014 (Diolah) Tingkat Konektivitas Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Sektor Industri Pengolahan Hasil Perikanan (Sekunder) Wilayah Sumatera – Jawa Jawa – Sulawesi Jawa – Sumatera Sulawesi – Papua + Maluku Kalimantan – Papua + Maluku Bali + NT – Papua + Maluku Tingkat Konektivitas Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Tabel 1 menunjukkan bahwa konektivitas tertinggi untuk sektor perikanan (primer) dan industri pengolahan hasil perikanan (sekunder) didominasi oleh wilayah barat Indonesia. Konektivitas tinggi untuk sektor perikanan (primer) terjadi antara wilayah Sumatera dan Jawa, Sulawesi dan Sumatera serta Bali + NT dan Jawa, bahkan untuk sektor industri pengolahan hasil perikanan (sekunder) wilayah dengan konektivitas tinggi didominasi oleh Pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh wilayah timur Indonesia yang menunjukkan konektivitas rendah, baik untuk sektor perikanan (primer) maupun sektor industri pengolahan hasil perikanan (sekunder). Tabel 1 juga membuktikan bahwa wilayah Papua + Kepulauan Maluku tercatat sebagai wilayah dengan konektivitas terendah dengan wilayah lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa aliran barang dan jasa, khususnya di sektor perikanan (primer) dan industri pengolahan hasil perikanan (sekunder), hanya berputar di wilayah barat Indonesia, yaitu antara Pulau Sumatera, Jawa, Bali + Nusa Tenggara dan Sulawesi. Begitupula sebaliknya, kegiatan sektor perikanan (primer) wilayah timur Indonesia mayoritas masih berputar di antara Pulau Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Kepulauan Maluku. Tabel 2. Konektivitas Sektor Perikanan (Primer) dan Industri Pengolahan Hasil Perikanan (Sekunder) Antar Wilayah Pulau Utama di Indonesia Berdasarkan Angka Indeks Keterkaitan ke Depan Sektor perikanan (primer) Wilayah Sulawesi – Jawa Kalimantan – Jawa Jawa – Sumatera Tingkat Konektivitas Tinggi Tinggi Tinggi Jawa – Kalimantan Papua + Maluku – Jawa Bali + NT – Jawa Sumber:Tabel IRIO 2010 , 2014 Rendah Rendah Rendah Sektor Industri Pengolahan Hasil Perikanan (Sekunder) Wilayah Sumatera – Jawa Sumatera – Kalimantan Jawa - Bali + NT Tingkat Konektivitas Tinggi Tinggi Tinggi Jawa – Sulawesi Kalimantan - Bali + NT Papua + Maluku – Jawa Rendah Rendah Rendah (Diolah) Berdasarkan Tabel 2, konektivitas tertinggi untuk sektor perikanan (primer) dan sektor industri pengolahan hasil perikanan (sekunder) juga masih didominasi oleh Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Dimana produksi sektor perikanan (primer) di Jawa digunakan oleh Pulau Sumatera, produksi Kalimantan dimanfaatkan oleh Pulau Jawa dan produksi perikanan di Sulawesi lebih besar digunakan oleh Pulau Jawa. Untuk sektor industri hasil laut, produksi dari Pulau Sumatera dan Jawa masingmasing digunakan oleh Pulau Kalimantan dan Bali + Nusa Tenggara. Konektivitas yang rendah untuk sektor perikanan (primer) terjadi antara Jawa – Kalimantan, Papua dan Kep. Maluku – Jawa dan Bali + Nusa Tenggara – Jawa. Untuk sektor industri hasil laut, konektivitas rendah ditunjukkan oleh wilayah Jawa ke Sulawesi, Kalimantan ke Bali + NusaTenggara dan Papua + Kep. Maluku ke Jawa. Uraian di atas mengindikasikan bahwa konektivitas sektor perikanan (primer) dan industri hasil laut antar wilayah pulau utama di Indonesia sangat ditentukan dengan jarak dan sentra pembangunan ekonomi. Jarak antar pulau menjadi masalah karena sulitnya pendistribusian barang dan jasa dari dan ke wilayah timur Indonesia yang disebabkan oleh tingginya biaya transportasi dari wilayah barat ke timur Indonesia dan sebaliknya. Sementara itu, wilayah sentra pembangunan menyebabkan aliran barang dan jasa masih berputar di wilayah tersebut sebagaimana wilayah Jawa dan Sumatera. 3