deri salanti a44104062 program studi hama dan

advertisement
PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP KUTUDAUN
Aphis craccivora Koch (Homoptera : Aphididae), PREDATOR DAN HASIL
PANEN PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG
DERI SALANTI
A44104062
PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
ABSTRAK
DERI SALANTI. Pengaruh Tanamana Penutup Tanah Terhadap Kelimpahan
Kutudaun Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae), Predator dan Hasil
Panen pada Pertanaman Kacang Panjang Dibimbing oleh AUNU RAUF.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh tanaman penutup
tanah A. pintoi terhadap kelimpahan kutudaun, predator, dan terhadap hasil panen
kacang panjang. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2008 sampai Mei
2008 di Perkebunan Kampung Liud Desa Hambaro Kecamatan Nanggung
Kabupaten Bogor Jawa Barat dan di Laboraturium Ekologi Serangga Departement
Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Percobaan
dilaksanakan pada 6 petak yang masing-masing berukuran 10 m x 10 m. Keenam
petak tadi ditata dalam 3 kelompok (ulangan) dengan 2 perlakuan, yaitu petakan
dengan A. pintoi dan petakan tanpa A. pintoi. Dengan faktor yang diamati adalah
kutudaun, musuh alaminya (kumbang kubah) dan hasil panen kacang panjang.
Pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan kutudaun, kumbang kubah, artropoda
penghuni permukaan tanah, dan hasil panen diperiksa dengan melakukan analisis
ragam dengan batuan SPSS 11.5. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah
jumlah kutudaun dan kumbang kubah yang ditemukan pada lahan yang ditanami
A. pintoi lebih sedikit dibandingkan pada lahan yang tidak ditanami A. pintoi.
Pada petak perlakuan kehadiran kutudaun dan kumbang kubah telihat lebih stabil
dibandingkan dengan petak yang tidak ditanami A. pintoi kehadiran kutudaun dan
kumbang kubah mengalami fluktuasi yang sangat tinggi. Hal ini menunjukan
bahwa memang terdapat pengaruh yang diakibatkan dari penanaman A. pintoi
terhadap kelimpahan kutudaun dan kehadiran kumbang kubah tetapi masih belum
dapat menekan populasi kutudaun, sehingga bila dianalisis petak yang ditanam A.
pintoi tidak berbeda nyata dengan petakan tanpa penanaman A. pintoi. Selain itu
bila dilihat dari bobot polong yang dihasilkan dari setiap perlakuan, Bobot pada
lahan yang tidak ditanami A. pintoi menghasilkan dua kali lipat lebih besar dari
pada bobot polong pada lahan yang ditanami A. pintoi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penanaman A. pintoi sebagai tanaman penutup tanah pada
pertanaman kacang panjang belum berpengaruh terhadap kelimpahan kutudaun
serta kehadiran musuh alami dan dilihat baik dari segi ekologi dan segi ekonomi
penanaman A. pintoi pada pertanaman kacang panjang belum menunjukan hasil
yang baik
PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP KUTUDAUN
Aphis craccivora Koch (Homoptera : Aphididae), PREDATOR DAN HASIL
PANEN PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG
Oleh :
DERI SALANTI
A44104062
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Judul
:Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap
Kelimpahan
Kutudaun
Aphis
craccivora
Koch
(Homoptera: Aphididae), Predator dan Hasil Panen pada
Pertanaman Kacang Panjang
Nama Mahasiswa
:Deri Salanti
NRP
:A44104062
Menyetujui,
Pembimbing
Prof.Dr.Ir.Aunu Rauf Msc
NIP. 130607614
Disetujui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Desember 1986 di Kendari sebagai anak
kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Sardjupon dan Rosmanidar.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 03 kelurahan baru,
pedidikan menengah di SMPN 179 dan pendidikan menengah atas ditempuh di
SMUN 106 Pekayon dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis
diterima di Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (sekarang Departemen
Proteksi Tanaman) Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di UKM KOPMA, menjadi
penghuni dan pengurus Asrama Putri Darmaga, serta terakhir penulis menjadi
asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Proteksi Tanaman tahun 2008.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang berjudul Pengaruh Tanaman
Penutup Tanah Terhadap Kelimpahan Kutudaun Aphis craccivora Koch
(Homoptera:
Aphididae), Predator dan Hasil Panen pada Pertanaman
Kacang Panjang. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
IPB.
Ucapan terimakasih yang penulis ucapkan kepada Prof.Dr.Ir.Aunu Rauf
M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu serta senantiasa
memberikan bimbingan, saran dan koreksi kepada penulis. Penulis juga ucapkan
terima kasih kepada Dr.Ir.Supramana M.si selaku dosen penguji tamu yang telah
menyediakan waktu dan memberi masukan bermanfaat bagi skripsi ini dan
penulis.
Ucapan terimakasih pula penulis sampaikan kepada Ibu dan Bapak serta
kakak dan adik tersayang penulis yang senantiasa memberikan kasih sayang,
kesabaran, dan do’anya serta semangat baik dalam bentuk moril maupun materiil.
Terimakasih penulis sampaikan kepada pak Wawan yang selalu memberi
bantuan saat dibutuhkan. Kepada teman-teman HPT 41 terimakasih atas
kebersamaannya selama empat tahun. Para sahabatku (Aceu, Dwi, Mika, Alfi,
Isma, Siti, Icha,, Uthe, Arun) Terimakasih atas dorongan semangat, do’a, dan
bantuan yang telah diberikan kepada penulis, serta kepada APD (Booy, Osh,
Goon, Key, Chap, Noom, Chi, Djo, Nuq dan adik-adik Miss tak lupa Mentog )
semoga kebersamaan dan persaudaraan kita tetap terjalin erat, dan kepada pihakpihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. Akhirnya
penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkannya serta
bagi penulis sendiri.
Bogor, Desember 2008
Deri Salanti
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang .........................................................................................1
Tujuan......................................................................................................2
Manfaat ...................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA
Kacang Panjang .......................................................................................3
Kacang Penutup Tanah.............................................................................4
Kutudaun Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae) ......................5
Kumbang Kubah (Coleoptera: Coccinellidae)...........................................7
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu ...................................................................................8
Metode Penelitian ....................................................................................9
Penataan Petak Percobaan
Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Penanaman Pemeliharaan Kacang Panjang
Pengamatan Percobaan ............................................................................9
Pengamatan Kutudaun dan Kumbang Kubah
Pengamatan Artropoda Penghuni Permukaan Tanah
Pengamatan Hasil Panen
Analisis Data.......................................................................................... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Populasi Kutudaun.......................................................... 11
Perkembangan Populasi Kumbang Kubah ............................................. 12
Artropoda Penghuni Tanah..................................................................... 15
Hasil Panen ............................................................................................ 16
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................ 18
Saran ..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19
LAMPIRAN ..................................................................................................... 22
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan
populasi kutu daun (transformasi √x + 0,5 ) ............................................... 11
2.
Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan
populasi kumbang Menochilus sexmaculatus (transformasi √x + 0,5 ) ........ 13
3.
Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan
populasi artropoda penghuni permukaan tanah (transformasi √x + 0,5 )..... 15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
Perkembangan populasi kutudaun pada petak perlakuan dan kontrol .......... 12
2.
Perkembangan populasi kumbang predator pada petak perlakuan
dan kontrol................................................................................................. 14
3.
Hubungan antara kelimpahan kutudaun dengan kumbang kubah ................ 14
4.
Kelimpahan artropoda penghuni permukaan tanah pada petak perlakuan
dan petak kontrol........................................................................................ 16
5.
Rataan bobot hasil panen kacang panjang pada petak perlakuan dan
petak kontrol .............................................................................................. 17
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
Data iklim Leuwiliang bulan Januari 2008-Juni2008 .................................. 23
2.
Lahan yang ditanami A.pintoi (a) dan tidak ditanami A. pintoi (b). ............. 24
3.
Tanaman kacang panjang pada lahan yang ditanami A.pintoi (a) dan
lahan yang tidak ditanami A. pintoi (b) ..................................................... 24
4.
Polong kacang panjang ketika dipanen. ..................................................... 24
5.
Perangkap serangga (Pitfall) pada lahan kacang panjang yang
ditanami A. pintoi (a) dan yang tidak ditanami A. pintoi (b). ...................... 24
6.
Serangan kutudaun pada bagian tanaman kacang panjang
(a) serangan pada bunga dan (b) serangan pada polong.............................. 24
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacang panjang (Vigna sesquipedalis) adalah tanaman hortikultura yang
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Kacang panjang merupakan
anggota Famili Fabaceae yang termasuk ke dalam golongan sayuran. Kacang
panjang dibudidayakan untuk dimanfaatkan polong mudanya atau kadang-kadang
daunnya sebagai lalapan. Kacang panjang diperbanyak melalui benih (Sunaryono
dan Ismunandar 1981). Selain rasanya enak, sayuran ini juga mengandung zat gizi
cukup banyak. Kandungan gizi, baik polong maupun daun tanaman ini cukup
lengkap. Polong mudanya banyak mengandung protein, vitamin A, lemak, dan
karbohidrat. Dengan demikian komoditas ini merupakan sumber protein nabati
yang cukup potensial (Haryanto et al. 1999).
Kebutuhan sayur-sayuran akan semakin meningkat seiring dengan
semakin pedulinya masyarakat akan makanan yang sehat dan berimbang. Kacang
panjang sebagai salah satu jenis dari sayur-sayuran dapat menjadi pilihan yang
mudah untuk sebagian masyarakat.
Tanaman ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usahatani
karena selain mudah dibudidayakan, pangsa pasarnya juga cukup tinggi. Secara
ekonomis, tanaman ini memiliki kekuatan pasar yang cukup besar. Pasar mampu
menyerapnya mekipun produksi kacang panjang berlimpah pada musim panen.
Kacang panjang juga dipasarkan ke luar negeri, salah satunya adalah ke negeri
Belanda yang membutuhkan lebih dari 3 ton tiap minggunya (Haryanto et al.
1999).
Salah satu kendala dalam meningkatkan produksi kacang panjang adalah
adanya gangguan hama tanaman. Berbagai jenis hama ditemukan pada tanaman
ini, diantaranya yang paling penting adalah kutu daun Aphis craccivora Koch
(Homoptera: Aphididae).
Trisawa et al. (2005) melaporkan bahwa penanaman Arachis pintoi pada
ekosistem lada dapat meningkatkan jenis dan kelimpahan musuh alami. A. pintoi
adalah tanaman golongan kacang-kacangan yang tumbuh merambat di atas
2
permukaan tanah dan merupakan kerabat dekat dari kacang tanah (Arachis
hypogea). A. pintoi di Indonesia dikenal dengan sebutan kacang hias atau kacang
pinto. Ada pula yang menyebutnya golden peanuts karena tanaman ini
mempunyai bunga yang berwarna kuning. Tanaman ini merupakan spesies eksotik
yang berasal dari Brazil yang didatangkan ke Indonesia melalui Singapura untuk
digunakan sebagai tanaman hias dan penutup tanah (BPTP 2004). Menurut
Reksohadiprojo dalam Umroh (1995) tanaman ini diintroduksi dari Australia ke
Indonesia khususnya Sulawesi Utara pada tahun 1986.
Tanaman A. pintoi dapat digunakan sebagai tanaman hias, penutup tanah,
dan sebagai pakan ternak. Penggunaan tanaman ini semakin populer dan sudah
banyak digunakan sebagai penutup tanah di beberapa perkebunan serta sudah
banyak dimanfaatkan dalam lanskap pertanaman (BPTP 2004). Penanaman A.
pintoi dapat menggundang kehadiran musuh alami (parsitoid dan predator).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh tanaman penutup
tanah A. pintoi terhadap kelimpahan kutudaun, predator, dan terhadap hasil panen
kacang panjang.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi tentang pengaruh tanaman penutup tanah A. pintoi terhadap kelimpahan
kutudaun, predator, dan terhadap hasil panen kacang panjang.
TINJAUAN PUSTAKA
Kacang Panjang
Tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis (L) Savi.) termasuk dalam
Divisi Spermatophyta, Kelas Angiospermae, Subkelas Dicotyledonae, Ordo
Rosales, Famili Fabaceae, dan Genus Vigna (Pitojo, 2006). Kacang panjang sudah
lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini
kemungkinan berasal dari Asia Tenggara dan Asia Timur, tepatnya daerah Cina
bagian Selatan (Siemonsma dan Piluek, 1994). Tanaman ini menyebar di daerah
Asia tropik sehingga banyak dikenal jenis lokal sesuai dengan lingkungan tempat
tumbuhnya (Haryanto et al., 1995).
Tanaman ini merupakan tanaman semusim yang bersifat membelit atau
setengah membelit. Batangnya berbuku-buku, liat, berbulu, dan berwarna hijau.
Batang tumbuh ke atas, membelit kearah kanan pada turus atau tegakan yang di
dekatnya. Batang membentuk cabang mulai dari batang bagian bawah. Daunnya
menyirip ganda tiga (trifoliate), berbentuk hati, dan berwarna hijau sampai hijau
tua. Akarnya berkembang secara intensif dan dapat mencapai kedalaman 60 cm.
Akar tersebut bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. yang dicirikan dengan
warna merah pada bintil akar sewaktu dibelah (Pitojo, 2006).
Pertumbuhan kacang panjang adalah pertumbuhan indeterminate yaitu
tanaman terus tumbuh dengan baik tidak diakhiri tandan bunga atau bunga.
Kacang panjang berkecambah 4-5 hari setelah tanam. Pada umur sekitar 30 hari,
tanaman kacang panjang sudah mulai berbunga dan pada umur sekitar 35 hari
lebih kurang 75% tanaman telah berbunga, sementara itu pembentukan dan
pengisian polong mulai berlangsung (Sunaryono, 1984).
Haryanto et al. (1995) menyatakan bahwa kacang panjang menyerbuk
sendiri dan kemungkinan sedikit menyerbuk silang yang disebabkan oleh
serangga. Penyerbukan silang yang terjadi pada kacang panjang sekitar 0-5%
(Soedomo dan Djuariah, 1998). Kacang panjang merupakan tanaman berumur
pendek. Pemanenan buahnya tidak sekaligus, tetapi dilakukan bertahap dan
pemanenan sudah dapat dilakukan ketika tanaman berumur 45 hari.
Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman
adalah sinar matahari dan curah hujan. Kacang panjang dapat tumbuh dengan baik
4
di dataran rendah maupun di dataran tinggi dengan ketinggian 0-1500 m di atas
permukaan laut. Kacang panjang dapat ditanam sepanjang musim, baik musim
kemarau maupun musim hujan (Haryanto et al., 2005).
Tanaman kacang panjang tumbuh pada berbagai macam tanah, hanya saja
untuk tanah berlempung drainasenya harus baik. Syarat tumbuh tanaman kacang
panjang yang penting ialah tanahnya banyak mengandung humus, tetapi lapisan
tanahnya dapat menahan air. Liat berpasir merupakan tekstur tanah yang paling
disukai oleh kacang panjang, sedangkan pH tanah yang optimal berkisar pada 5,56,5 (Samadi, 2003 dan Haryanto et al., 2005).
Kacang Penutup Tanah
Ada beberapa spesies Arachis perenial yang dikenal saat ini di Indonesia,
di antaranya Arachis glabrata (syn. A. prostrata), A. pintoi, A. repens, dan A.
hybrid. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan, tepatnya Brasil, Argentina dan
Paraguay. Namun kini telah menyebar ke berbagai tempat di dunia, seperti
Amerika Serikat, Australia, India, dan Asia Tenggara. Di Indonesia, Arachis kini
mulai banyak ditanam, bukan saja sebagai tanaman pakan, tetapi juga sebagai
tanaman penutup tanah di perkebunan lada dan sebagai tanaman hias, walaupun
penyebarannya masih terbatas.
Secara taksonomi, A. pintoi termasuk ke dalam Kingdom Plantae, Sub
Kingdom Tracheobionta, Super Divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliphyta,
Kelas Magnoliopsida, Sub Kelas Rosidae, Ordo Fabales, Famili Fabaceae, Genus
Arachis, Spesies pintoi (USDA, 2007).
Perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan dengan biji, stek dan stolon.
Penanaman dengan biji relatif lebih mudah dan cepat, tetapi harga benihnya lebih
mahal dan ketersediaan benih tidak banyak. Perbanyakan dapat dilakukan dengan
stek batang dengan memotong batang dan tanaman ke dalam tanah serta dengan
stolon dilakukan dengan menanam tanaman yang masih kecil lengkap dengan
akarnya (Manwar, 2004; MFO, 2006).
A. pintoi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah sub tropika
dan tropika dengan curah hujan tahunan 1.000 mm. A. pintoi memiliki ketahanan
terhadap cekaman kekeringan 3 sampai 4 bulan dengan menggugurkan daunnya
5
untuk mengurangi penguapan yang tinggi. Pertumbuhan tanaman akan terhambat
jika ditanam di tanah yang kekurangan air atau sering banjir yang ditunjukan
dengan menguningnya daun. Tanah yang bertekstur berat sampai berpasir
merupakan kondisi tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman ini. Akan
tetapi, tanah yang paling optimal sebagai tempat tumbuh A. pintoi adalah tanah
lempung berpasir (sandy loam) dengan kandungan bahan organik >3% dan akan
terhambat di tanah dengan kadar garam (salinity) yang tinggi. Tanaman ini dapat
tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada kondisi tanah dengan kesuburan yang
rendah, pH sangat masam dan memiliki kejenuhan almunium yang tinggi (>70%)
(Maswar , 2004).
A. pintoi dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak, penutup tanah (cover
crops) dan tanaman hias. Pemanfaatan tanaman ini sebagai hijauan pakan ternak
dapat memberikan manfaat sangat baik bagi hewan ternak (sapi, kuda, kedelai,
domba, kambing, babi, dan ayam) karena memiliki kandungan protein yang tinggi
dan baik untuk pencernaan.
Tanaman ini banyak ditanam di perkebunan (karet, kopi, kelapa sawit) dan
lahan pertanian sebagai tanaman penutup tanah. Tanaman ini dapat mencegah
erosi pada usaha tani lahan kering yang berlereng dan mencegah hanyutnya tanah,
karena susunan / anyaman batang dan perakarannya dapat melindungi tanah dari
daya rusak intensitas hujan yang tinggi. Tanaman ini mampu merehabilitasi lahan
serta meningkatkan kesuburan tanah dari hasil fiksasi (penambatan) nitrogen
secara biologi dengan hasil fiksasi yang dihasilkan mencapai 65%-85% nitrogen.
Selain itu, tanaman ini dapat mengurangi pertumbuhan gulma karena mempunyai
kemampuan tumbuh untuk dapat bersaing dengan gulma setelah 3-4 bulan setelah
ditanam, seperti pada perkebunan kopi, coklat, pisang, jeruk, ubi kayu, dan nanas
(Maswar, 2004). Penanaman A. pintoi dapat mengundang kehadiran musuh alami
(parasitoid dan predator). Menurut Trisawa et al. (2005) melaporkan bahwa A.
pintoi pada ekosistem lada dapat meningkatkan jenis dan kelimpahan Artropoda.
Kutudaun Aphis craccivora Koch. (Homoptera: Aphididae)
Kutudaun termasuk dalam Ordo homoptera, Famili Aphoidea, Famili
Aphididae dan Genus Aphis (Kalshoven, 1981). Aphididae berasal dari bahasa
6
Yunani yang berarti menghisap cairan. Serangga ini menghisap cairan dari
tumbuhan untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan (Pracaya, 1991). Kutudaun
dewasa ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Abdomen belakang pada
kutudaun terdapat sepasang cornicle berbentuk silinder dan meruncing ke ujung.
Imago bersayap biasanya muncul bila kepadatan populasi tinggi. Seranggga ini
mempunyai tingkat kepiridian yang tinggi, dan di daerah tropis berkembang biak
secara partenogenesis dan vivipar. Daur hidup berlangsung 6-8 hari (Rukmana,
1995). Embrio dapat berbentuk tanpa melalui proses pembuahan dan telah
berkembang di dalam tubuh induknya sehingga imago kutudaun tampak seperti
melahirkan nimfa (Kalshoven, 1981).
Laju pertumbuhan kutudaun dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian
faktor lingkungan, kepadatan populasi, dan perbandingan antara serangga yang
tidak produktif dengan yang masih produktif (Dixon, 1985). Tingkat kelahiran
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya kualitas dan kuantitas makanan.
Tingkat kematian dipengaruhi oleh musuh alami dan faktor iklim. Populasi
kutudaun biasanya meningkat pada musim kemarau dan berkurang pada musim
hujan. Siraman air hujan dapat menekan populasi kutudaun (Stoyenoff, 2001).
Tingkat kepadatan populasi yang tinggi disertai dengan menurunnya kualitas
makanan akan merangsang terbentuknya populasi bersayap yang berfungsi untuk
migrasi sehingga dapat menurunkan kepadatan populasi (Dixon, 1985). Selain
sebagai hama, A. craccivora merupakan vektor berbagai virus. Virus yang dapat
ditularkan adalah virus sapu kacang panjang (cowpea witches` broom virus) serta
virus kerdil kacang panjang (cowpea stunt virus) (Semangun, 1989).
Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara kultur teknik dan pergiliran
tanaman dengan tanaman yang bukan Famili Fabaceae. Pengendalian secara
kimiawi dapat dilakukan dengan penaburan insektisida berbahan aktif carbofuran
dengan dosis 80kg/ha saat tanam (Rukmana, 1995).
Faktor biotik yang dapat mempengaruhi kelimpahan populasi kutudaun
adalah musuh alami seperti, parasitoid, predator, dan patogen. Beberapa jenis
predator yang dilaporkan cukup efektif menekan populasi kutudaun di lapangan
adalah dari Famili Syrphidae (Diptera), Coccinellidae (Coleoptera) dan
Crysopidae (Neuroptera) (Kalshoven, 1981).
7
Kumbang Kubah (Coleoptera: Coccinellidae)
Salah satu Famili Coleoptera adalah Coccinellidae. Kelompok serangga ini
mempunyai bentuk badan tertentu, oval (lonjong) sampai bulat dengan pola warna
yang beragam (Amir, 2002). Sebagian besar anggota Coccinellidae bersifat
predator. Dalam sistem ekologi, kelompok ini mempunyai beberapa peran
diantaranya adalah sebagai pengendali hayati terhadap hama tanaman.
Coccinelidae berasal dari bahasa Yunani Kokkinos yang artinya merah
cerah disebut demikian karena kumbang ini imagonya ada yang berwarna cerah
dan mengkilat seperti merah, jingga hingga kuning terutama yang bersifat sebagai
predator (Pracaya, 1991).
Famili Coccinellidae terdiri dari lebih kurang 247 Genus dan 3000 Spesies
serta dapat dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu pemakan kutudaun, pemakan
kutu perisai, memakan berbagai macam bahan seperti tepung sari, dan pemakan
jaringan tanaman. Kelompok yang terakhir termasuk ke dalam Genus Epilachna.
Tubuh kumbang Coccinelidae berbentuk setengah bola atau cembung, bagian
pemukaan perut atau ventral datar. Kepalanya kecil, sebagian ditarik ke dalam
protoraks atau tertutup di bawah pronotum. Sayap depan atau elitra menutupi
hamper seluruh abdomen. Elitra kumbang predator biasanya berwarna cerah dan
mengkilat (Kalshoven, 1981).
Larva kumbang Coccinellidae predator juga bersifat sebagai predator
dengan mangsa yang sama dengan imagonya. Lama hidup larva biasanya singkat
dan aktivitas makannya tinggi. Pupanya biasanya menempel pada bagian tanaman
seperti batang, ranting atau daun dan terkadang masih tertutup kulit larva instar
terakhir. Lama hidup kumbang dan jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh seekor
kumbang betina dipengaruhi oleh makanan yang tersedia (Dixon, 2000).
Beberapa jenis dari Famili Coccinelidae sering kali berperan penting
dalam mengendalikan ledakan populasi kutudaun dan kutu perisai. Beberapa
diantaranya yang telah diketahui adalah Menochilus sexmaculatus (F.), Coccinella
arcuata F., Scymnus apiciflavus (Mots), Scymnus severini Wse, Scymnus roepkei
De Fl., Cryptolaemus montrouzieri Muls., dan Chilocorus melanophthalmus
Muls. (Kalshoven 1981).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kampung Liud, Desa Hambaro, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan di Laboratorium Ekologi Serangga,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian berlangsung sejak Februari hingga Mei 2008.
Metode Penelitian
Penataan Petak Percobaan
Percobaan dilaksanakan pada 6 petak yang masing-masing berukuran 10 m x
10 m. Untuk mengurangi terjadinya perpindahan serangga di antara petakan, jarak
antar petak diusahakan minimal 10 m. Keenam petak tadi ditata dalam 3 kelompok
(ulangan) dengan 2 perlakuan, yaitu petakan dengan A. pintoi dan petakan tanpa A.
pintoi.
Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Penanaman A. pintoi dilakukan pada bulan Agustus 2007. Untuk maksud
tersebut lahan terlebih dahulu diberi pupuk kandang sebanyak 15 ton/ha. Selain
diberi pupuk kandang lahan ini juga diberi pupuk Urea 300 kg/ha, SP36 280 kg/ha,
KCL 260 kg/ha.
Penanaman A. pintoi dilakukan dengan cara stek buku tunggal.
Setek A. pintoi diambil dari Kebun Percobaan Cikabayan - IPB.
Penanaman dan Pemeliharaan Kacang Panjang
Kacang panjang yang digunakan dalam percobaan ini adalah varietas 777 yang
bermerek Panah Merah. Varietas ini dipilih karena umum digunakan petani serta
mudah diperoleh di hampir setiap toko pertanian yang ada di Darmaga. Pemupukan
kacang panjang dilakukan tiga kali dengan dosis pupuk Urea 185 kg/ha , SP36 375
kg/ha dan KCL 225 kg/ha. Pemupukan pertama dengan 50% dari dosis dilakukan
pada saat tanam, sedangkan pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada saat
tanaman kacang panjang berumur 3 MST dan 6 MST, dengan masing-masing 25%
dari total dosis pupuk. Pengajiran dilakukan pada saat tanaman kacang panjang
9
berumur 2 MST. Untuk maksud tersebut setiap tanaman diberi satu ajir bambu,
selanjutnya setiap empat ajir diikat dengan tali menjadi satu sehingga membentuk
piramida.
Penyiangan gulma juga dilakukan dua kali yaitu pada saat sebelum tanam, dan
setelah tanaman kacang panjang berumur 6 MST. Penyiangan ini dilakukan pada
setiap lahan baik yang ditanami A. pintoi maupun yang tidak ditanami A. pintoi.
Gulma yang banyak tumbuh adalah jenis teki-tekian dan rumput-rumputan, sedangkan
gulma berdaun lebar tidak banyak tumbuh pada lahan ini.
Pengamatan Percobaan
Pengamatan Kutudaun dan Kumbang Kubah
Pada setiap petak percobaan dipilih secara sistematik 18 rumpun tanaman
kacang panjang. Peubah kelimpahan kutudaun didasarkan pada banyaknya koloni
yang terdapat pada tanaman contoh. Kelimpahan kumbang kubah dilakukan dengan
menghitung banyaknya kumbang yang dijumpai pada tanaman contoh. Pengamatan
dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 6 MST hingga menjelang panen
berakhir.
Pengamatan Artropoda Penghuni Permukaan Tanah
Kelimpahan serangga permukaan tanah diamati dengan cara memasang
perangkap (pitfall). Perangkap dibuat dari gelas plastik bervolume 200 ml. Kedalam
gelas dimasukkan cairan formalin 4% sekitar 60 ml.
Gelas tersebut kemudian
dibenamkan di tanah dengan permukaan diatur sedemikian rupa sehingga rata dengan
permukaan tanah. Untuk menghindarkan dari curahan air hujan, perangkap diberi
atap dari seng. Letak atap seng diatur sehingga tidak mengganggu aktivitas artropoda
yang menuju perangkap.
Pemasangan perangkap dilakukan tiga kali yaitu awal
tanam, pertengahan dan akhir tanam. Pada awal tanam perangkap dipasang selama 24
jam, sedangkan pada pertengahan dan akhir musim tanam perangkap dipasang 72
jam. Artropoda yang tertangkap diidentifikasi hingga jenjang famili. Penempatan
perangkap dalam petak pertanaman dilakukan secara sistematis, yaitu 5 perangkap per
petak dengan posisi satu di tengah petak dan empat sisanya pada arah setiap sudut
petak. Untuk keperluan analisis, data yang diperoleh pada tiga waktu pengamatan
tersebut dijumlahkan dan dipilah berdasarkan famili.
10
Pengamatan Hasil Panen
Panen dilakukan setiap 4 hari sejak tanaman berumur 7 MST. Pada setiap kali
panen, bobot kacang panjang dari kedua perlakuan ditimbang dan dicatat. Untuk
keperluan analisis, bobot panen dijumlahkan dan dipilah berdasarkan perlakuan.
Analisis Data
Pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan kutudaun, kumbang kubah,
artropoda penghuni permukaan tanah, dan hasil panen diperiksa dengan melakukan
analisis ragam dengan batuan SPSS 11.5.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Populasi Kutudaun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penanaman A. pintoi sebagai
penutup tanah tidak berpengaruh nyata terhadap kelimpahan populasi kutudaun,
dari sejak tanaman berumur 6 MST hingga 12 MST (Tabel 1). Hal ini berbeda
dengan hasil penelitian Smith (1976) yang mengungkapkan bahwa permukaan
tanah yang terbuka dapat menjadi stimulus bagi kutudaun Brevicoryne brassicae
(L.) untuk melakukan kolonisasi pada petak sayuran kubis-kubisan. Diperkirakan
bahwa penanaman kacang panjang dengan sistem piramida menyebabkan
penutupan permukaan tanah, sehingga pengaruh penanaman A. pintoi terhadap
kelimpahan kutudaun tidak terlihat nyata.
Tabel 1 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan populasi
kutu daun (transformasi √ x + 0,5 ).
MST
Kuadrat Tengah
db
Kuadrat Tengah
F
P
Galat
Pengaruh
6
0,180
1, 4
0,045
4,000
0,116
7
1,109
1, 4
0,670
1,656
0,268
8
1,335
1, 4
2,735
0,488
0,523
9
1,197
1, 4
3,957
0,303
0,612
10
0,035
1, 4
4,767
0,007
0,936
11
0,522
1, 4
3,594
0,145
0,722
12
1,480
1, 4
2,997
0,494
0,521
Pada Gambar 1 tampak bahwa hama kutudaun muncul sejak tanaman
berumur 6 MST. Kemudian populasinya meningkat dan mencapai puncaknya
pada 10 MST. Setelah itu populasi kutudaun menurun kembali yang disebabkan
pucuk, daun muda, serta polong sebagai makanan kesukaan kutudaun semakin
12
berkurang. Faktor lain yang diduga menyebabkan fluktuasi kelimpahan kutudaun
di lahan percobaan adalah tingginya curah hujan pada saat penelitian dilakukan.
Curah hujan pada bulan Februari hingga Mei 2008 mencapai 228.5 mm/bulan
dengan sekitar 16 hari hujan setiap bulannya. Dilaporkan bahwa serangga
berukuran kecil seperti kutudaun yang hidup di bagian pucuk tanaman sangat
rentan terhadap terpaan air hujan (Stoyenoff, 2001). Akibat terpaan air hujan ini
diduga sebagian kutudaun yang jatuh tidak dapat kembali lagi ke pertanaman.
Rataan banyaknya koloni kutudaun
30
Dengan A. pintoi
Tanpa A. pintoi
25
20
15
10
5
0
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Minggu setelah tanam
Gambar 1 Perkembangan populasi kutudaun pada petak perlakuan dan kontrol.
Perkembangan Populasi Kumbang Kubah
Jenis serangga predator yang sering ditemukan selama penelitian
berlangsung adalah kumbang kubah Menochilus sexmaculatus (F.) (Coleoptera:
Coccinellidae). Selain itu, ditemukan musuh alami lain diantaranya adalah
serangga predator Syrphidae, Carabidae, Reduviidae, serta beberapa jenis
serangga dari golongan parasitoid. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
penanaman tanaman penutup tanah A. pintoi berpengaruh tidak nyata ( P > 0,05)
terhadap kelimpahan kumbang kubah M. sexmaculatus (Tabel 2).
13
Tabel 2 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan populasi
kumbang Menochilus sexmaculatus (transformasi √ x + 0,5 ).
MST
Kuadrat Tengah
db
Kuadrat Tengah
F
P
Galat
Pengaruh
6
0,392
1, 4
0,676
2,059
0,225
7
0,191
1, 4
0,620
0,308
0,609
8
1,870
1, 4
0,419
4,460
0,102
9
0,516
1, 4
0,191
1,046
0,364
10
0,009
1, 4
1,029
0,009
0,931
11
1,092
1, 4
1,052
1,038
0,366
12
4,200
1, 4
1,082
3,880
0,120
Kelimpahan populasi kumbang kubah M. sexmaculatus disajikan pada
Gambar 2. Tampak bahwa kehadiran kumbang predator terjadi sejak tanaman
berumur 6 MST, bersamaan dengan kehadiran kutu daun di pertanaman.
Dilaporkan bila populasi mangsa rendah maka kumbang kubah dapat berpindah
ke tempat lain untuk mencari mangsanya (Schellhorn dan Andow, 1999). Hal ini
dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Kumbang kubah lebih banyak ditemukan pada
lahan yang lebih dahulu muncul kutudaun sebagai makanannya, kemudian
predator ini lebih banyak ditemukan pada lahan yang tidak ditanami A. pintoi.
Hal ini, karena mangsanya yaitu kutudaun berkembang membentuk koloni yang
lebik banyak pada lahan yang tidak ditanami A. pintoi dibandingkan pada lahan
yang ditanami A. pintoi. Kumbang kubah termasuk salah satu predator yang aktif
mencari mangsa dan dapat berpindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya
(Dixon, 2000).
14
Rataan banyaknya kumbang kubah
16
14
D e n g a n A . p in t o i
T a n p a A . p in t o i
12
10
8
6
4
2
0
5
6
7
8
9
10
11
12
13
M in g g u s e te la h ta n a m
Gambar 2 Perkembangan populasi kumbang predator pada petak perlakuan dan
kontrol.
Untuk memeriksa hubungan antara kelimpahan kutudaun dengan
kelimpahan kumbang kubah, seluruh individu data dari petak dengan A. pintoi dan
petak tanpa A. pintoi kemudian dipetakan seperti tampak pada Gambar 3. Hasil
analisis menunjukkan terdapat korelasi (r = 0,385) yang nyata (P = 0,012) antara
kelimpahan
kutudaun
dengan
kelimpahan
kumbang
predator.
Hal
ini
menunjukkan bahwa makin banyak populasi kutudaun makan banyak pula
populasi kumbang kubah. Salah satu ciri dari musuh alami yang baik adalah
memperlihatkan sifat terpaut kerapatan terhadap inangnya atau mangsanya.
16
r = 0,385; P = 0,012
14
Kelimpahan kumbang kubah
12
10
8
6
4
2
0
0
10
20
30
40
Kelimpahan kutu daun
Gambar 3 Hubungan antara kelimpahan kutudaun dengan kumbang kubah.
15
Artropoda Penghuni Tanah
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penanaman A. pintoi sebagai
penutup tanah berpengaruh nyata terhadap kelimpahan Gryllidae (P = 0,039) tapi
tidak nyata terhadap Formicidae (P = 0,064) dan Araneida (P = 0,205) (Tabel 3 ).
Namun secara umum terdapat kecenderungan bahwa kelimpahan artropoda
penghuni tanah (Formicidae, Arachnida, Gryllidae) lebih banyak pada petak yang
ditanami penutup tanah A. pintoi (Gambar 4).
Tabel 3 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan populasi
artropoda penghuni permukaan tanah (transformasi √ x + 0,5 ).
Kelompok
Kuadrat Tengah
db
Arthrophoda
Pengaruh
Formicidae
140,167
1, 4
Araneida
204,167
Gryllidae
16,667
Kuadrat Tengah
F
P
21,667
6,469
0,064
1, 4
89,333
2,285
0,205
1, 4
1,833
9,091
0,039
Galat
Tanaman penutup tanah seperti A. pintoi menyediakan habitat fisik yang
sesuai bagi kehidupan artropoda penghuni permukaan tanah. Kelembaban
permukaan tanah menjadi lebih tinggi akibat adanya tanaman penutup tanah.
Begitu pula tanaman penutup tanah dapat melindungi artropoda penghuni
permukaan tanah dari terpaan terik matahari dan butiran air hujan. Selain itu,
tanaman penutup tanah dapat menyediakan sumberdaya hayati bagi artropoda
penghuni permukaan tanah. Berbagai jenis serangga fitofag dapat memanfaatkan
tanaman penutup tanah sebagai sumber makanannya, yang pada giliran berikutnya
dapat mendukung artropoda yang bersifat sebagai predator seperti semut, labalaba, dan sebagian jenis jangkrik.
16
30
Rataan banyaknya yang tertangkap
25
20
15
10
5
0
F o rm ic id a e
Gambar 4
A ra n e id a
G r y l lid a e
Kelimpahan artropoda penghuni permukaan tanah pada petak
perlakuan dan petak kontrol.
Hasil Panen
Total bobot kacang panjang dari delapan kali panen disajikan pada
Gambar 5. Hasil analisis ragam menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (F
= 2,839; db = 1, 4; P = 0,167) antara kedua perlakuan. Pada petak ulangan-1 bobot
hasil panen sangat rendah, sekitar setengahnya dari petak ulangan lain. Data
bobot hasil panen yang beragam inilah yang menyebabkan hasil pengujian
statistika tidak nyata. Secara umum tampak bahwa bobot hasil panen dari petak
yang di tanami A. pintoi cenderung lebih rendah daripada petak kontrol. Pada
petak perlakuan A.pintoi, umur kacang panjang tidak sama dengan umur kacang
panjang pada petak kontrol, karena pada petak yang disebut pertama terjadi
penyulaman akibat sebagian tanaman mengalami kematian. Perbedaan kondisi
tanaman ini dapat berpengaruh terhadap hasil panen. Cenderung lebih tingginya
hasil panen pada petak tanpa A. pintoi tidak ada kaitannya dengan serangan hama
kutudaun, karena kelimpahan hama ini tidak berbeda di antara kedua petak
perlakuan. Hasil panen yang cenderung lebih rendah pada petak A. pintoi diduga
kuat karena adanya persaingan unsur hara antara tanaman kacang panjang dengan
A. pintoi.
17
80
Kg
60
40
20
0
Dengan A. pintoi
Tanpa A. pintoi
Gambar 5 Rataan bobot hasil panen kacang panjang pada petak perlakuan dan
petak kontrol.
Formatted: Font: 9 pt, Indonesian
Formatted: Font: 9 pt
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penanaman A. pintoi sebagai tanaman penutup tanah di lahan kacang panjang
tidak berpengaruh terhadap kelimpahan hama kutu daun A. craccivora dan
predatornya kumbang M. sexmaculatus. Kelimpahan beberapa kelompok artropoda
penghuni permukaan tanah cenderung lebih banyak pada lahan yang ditanami A.
pintoi dibandingkan yang tidak. Terdapat kecenderungan bahwa hasil panen kacang
panjang lebih rendah pada petakan yang ditanami A. pintoi daripada yang tanpa
penutup tanah.
Penanaman A. pintoi sebagai penutup tanah belum cukup bukti
mampu memberikan manfaat baik dari segi ekologi yang berupa penekanan hama,
maupun dari segi ekonomi yang berupa peningkatan hasil panen.
Saran
Penelitian lanjutan perlu dilakukan dengan menambah satu musim tanam.
Sehingga dapat terlihat perbandingan antara musim hujan dan musim kemarau. Selain
itu untuk mengurangi persaingan hara antara kacang panjang dan tanaman penutup
tanah, disarankan agar daerah sekitar perakaran kacang panjang dibersihkan dari A.
pintoi. Selain itu, dalam jangka panjang perlu dikaji pengaruh positif dari penanaman
A. pintoi terhadap penyediaan hara dan konservasi tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Amir M. 2002. Kumbang Lembing Pemangsa Coccinellidae (Coccinellinae) di
Indonesia. Bogor: JICA Puslit Biologi LIPI.
[BPTP Lampung] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2004. Arachis pintoi
Sebagai Tanaman Penutup Tanah Pada Perkebunan Lada. BPTP Lampung.
http://lampung.litbang.deptan.go.id/ teknologi.html [27 april 2006].
Budiyarto. 2008. Identifikasi Fitoplasma Penyebab Penyakit Sapu Kacang Hias
(Arachis pintoi Krapov.& W.C.Greg) Berdasarkan Gejala, Penularan dan
Polymerase Chain Reaction. Skripsi. Departemen Proteksi Tanaman. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor.
Dixon AFG. 1985. Aphid Ecology. New York: Blackie. 157p.
Dixon AFG. 2000. Insect Predator-Prey Dinamics: Ladybrird Beetles & Biological
Control. Spain: Cambridge Univ Pr. 257 p.
Erinnonita. 2008. Pengaruh Invirgorasai Benih Untuk Memperbaiki Perkecambahan
Kacang Panjang (Vigna sinensis (L.)Savi ex Hask) pada Cekaman Salinitas.
Sripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor.
Haryanto E, Suhartini T, Rahayu E. 1995. Budidaya Kacang Panjang. Penebar
Swadaya. Jakarta
Haryanto E, Suhartini T, Rahayu E. 1999. Budidaya Kacang Panjang. Penebar
Swadaya.
Haryanto E, Suhartini T, Rahayu E. 2005. Budidaya Kacang Panjang. Penebar
Swadaya, Jakarta. 69 hal.
Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crop in Indonesia. Dr. Van der Lan D.A, Revisi.
Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Manwar. 2004. Kacang pinto (Arachis pintoi) pada Usaha Tani Lahan Kering. Badan
Penelitian Tanah: Pusat Penelitian dan Pengembengan Tanah
Agroklimat.http://balittanah.litbang.deptan.go.id/produk/publikasi/pub/leaflet/
Arachis pintoi. pdf [27 April 2006].
20
[MFO] Manglayang Farm Online. 2004. Arachis pintoi dan rumput Lampung
(Setaria spp.). MFO.
Pitojo S. 2006. Benih Kacang Panjang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Bogor. Penebar Swadaya.417h.
Rukmana R. 1995. Bertanam Kacang Panjang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Schellhorn NA, Andow DA. 1999. Mortality of Cocinellid (Coleoptera:
Coccinellidae) Larvae and Pupae when Prey Become Scarce, Environ
Entomol 28 (6): 1092-110.
Semangun, Haryono. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman hortikultura di Indonesia.
Yogyakarta: Gajah Mada Univesity Press. 850 hal.
Siemonsma JS. and K. Piluek. 1994. PROSEA: Plan Resources of Souh-East Asia
(Vegetables). Prosea Fondation. Bogor. Indonesia.
Situmorang D. 2003. Hama Utama Kacang Panjang (Vigna Sinensis) dan Usaha
Pengendaliannya di Desa Petir, Kecamatan Cibereum, Kabupaten Bogor.
Skripsi. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. IPB.
Bogor
Smith JG. 1976. Influence of Crop Background on Aphids and Other Phytophagous
Insects in Brussels Sprouts. Ann. Appl Biol 83: 19-22.
Stoyenoff JL. 2001. Plant Wahing as a Pest Management Technique for Contror of
Aphids (Homoptera: Aphididae). J Econ Entomol 94(6) : 1492-1499.
Sumandi B. 2003. Usaha Tani Kacang Panjang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 59
hal.
Sunaryono H. dan Ismunandar. 1981. Kunci Bercocok Tanam Sayur-Sayuran Penting
di Indonesia. Sinar Baru. Bandung. 154 hal.
Sunaryono H. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran di Indonesia. C. V. Sinar
Baru. Bandung.
Trisawa IM, IW Laba, dan WR Atmadja. 2005. Artrophoda yang Berasosiasi pada
Ekosistem Tanaman Lada. Jurnal Entomologi Indoesia 2(1): 10-18.
[USDA] United States Depetement of Agriculture. 2007. Arachis pintoi Krapov.
$ W.C.Greg. http://plants.usda.gov/java/provile? symbol=ARP 18 [26
Desember 2007].
21
Umroh SI. 1995. Kombinasi Perlakuan Waktu Tanam Arachis pintoi dan Pemupukan
Fosfor terhadap pertumbuhan serta Produksi Jagung Hibroda CP-1 dibawah
Pertanaman Kelapa. Tesis. Program Pasca Sarjana, KPK Institut Pertanian
Bogor- Universitas Samratulangi, Manado.
(a)
(b)
Lampiran 2 Lahan yang ditanami A.pintoi (a) dan tidak ditanami A. pintoi (b).
(a)
(b)
Lampiran 3 Tanaman kacang panjang pada lahan yang ditanami A.pintoi (a) dan
lahan yang tidak ditanami A. pintoi (b).
Lampiran 4 Polong kacang panjang ketika dipanen.
(a)
(b)
Lampiran 5 Perangkap serangga (Pitfall) pada lahan kacang panjang yang
ditanami A. pintoi (a) dan yang tidak ditanami A. pintoi (b).
(a)
(b)
Lampiran 6 Serangan kutudaun pada bagian tanaman kacang panjang (a)
serangan pada bunga dan (b) serangan pada polong.
Download