PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP KUTUDAUN Aphis craccivora Koch (Homoptera : Aphididae), PREDATOR DAN HASIL PANEN PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG DERI SALANTI A44104062 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK DERI SALANTI. Pengaruh Tanamana Penutup Tanah Terhadap Kelimpahan Kutudaun Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae), Predator dan Hasil Panen pada Pertanaman Kacang Panjang Dibimbing oleh AUNU RAUF. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh tanaman penutup tanah A. pintoi terhadap kelimpahan kutudaun, predator, dan terhadap hasil panen kacang panjang. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2008 sampai Mei 2008 di Perkebunan Kampung Liud Desa Hambaro Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Jawa Barat dan di Laboraturium Ekologi Serangga Departement Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Percobaan dilaksanakan pada 6 petak yang masing-masing berukuran 10 m x 10 m. Keenam petak tadi ditata dalam 3 kelompok (ulangan) dengan 2 perlakuan, yaitu petakan dengan A. pintoi dan petakan tanpa A. pintoi. Dengan faktor yang diamati adalah kutudaun, musuh alaminya (kumbang kubah) dan hasil panen kacang panjang. Pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan kutudaun, kumbang kubah, artropoda penghuni permukaan tanah, dan hasil panen diperiksa dengan melakukan analisis ragam dengan batuan SPSS 11.5. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah jumlah kutudaun dan kumbang kubah yang ditemukan pada lahan yang ditanami A. pintoi lebih sedikit dibandingkan pada lahan yang tidak ditanami A. pintoi. Pada petak perlakuan kehadiran kutudaun dan kumbang kubah telihat lebih stabil dibandingkan dengan petak yang tidak ditanami A. pintoi kehadiran kutudaun dan kumbang kubah mengalami fluktuasi yang sangat tinggi. Hal ini menunjukan bahwa memang terdapat pengaruh yang diakibatkan dari penanaman A. pintoi terhadap kelimpahan kutudaun dan kehadiran kumbang kubah tetapi masih belum dapat menekan populasi kutudaun, sehingga bila dianalisis petak yang ditanam A. pintoi tidak berbeda nyata dengan petakan tanpa penanaman A. pintoi. Selain itu bila dilihat dari bobot polong yang dihasilkan dari setiap perlakuan, Bobot pada lahan yang tidak ditanami A. pintoi menghasilkan dua kali lipat lebih besar dari pada bobot polong pada lahan yang ditanami A. pintoi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penanaman A. pintoi sebagai tanaman penutup tanah pada pertanaman kacang panjang belum berpengaruh terhadap kelimpahan kutudaun serta kehadiran musuh alami dan dilihat baik dari segi ekologi dan segi ekonomi penanaman A. pintoi pada pertanaman kacang panjang belum menunjukan hasil yang baik PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP KUTUDAUN Aphis craccivora Koch (Homoptera : Aphididae), PREDATOR DAN HASIL PANEN PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG Oleh : DERI SALANTI A44104062 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Judul :Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Kelimpahan Kutudaun Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae), Predator dan Hasil Panen pada Pertanaman Kacang Panjang Nama Mahasiswa :Deri Salanti NRP :A44104062 Menyetujui, Pembimbing Prof.Dr.Ir.Aunu Rauf Msc NIP. 130607614 Disetujui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019 Tanggal Lulus : RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Desember 1986 di Kendari sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Sardjupon dan Rosmanidar. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 03 kelurahan baru, pedidikan menengah di SMPN 179 dan pendidikan menengah atas ditempuh di SMUN 106 Pekayon dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (sekarang Departemen Proteksi Tanaman) Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di UKM KOPMA, menjadi penghuni dan pengurus Asrama Putri Darmaga, serta terakhir penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Proteksi Tanaman tahun 2008. PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang berjudul Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Kelimpahan Kutudaun Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae), Predator dan Hasil Panen pada Pertanaman Kacang Panjang. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB. Ucapan terimakasih yang penulis ucapkan kepada Prof.Dr.Ir.Aunu Rauf M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu serta senantiasa memberikan bimbingan, saran dan koreksi kepada penulis. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Dr.Ir.Supramana M.si selaku dosen penguji tamu yang telah menyediakan waktu dan memberi masukan bermanfaat bagi skripsi ini dan penulis. Ucapan terimakasih pula penulis sampaikan kepada Ibu dan Bapak serta kakak dan adik tersayang penulis yang senantiasa memberikan kasih sayang, kesabaran, dan do’anya serta semangat baik dalam bentuk moril maupun materiil. Terimakasih penulis sampaikan kepada pak Wawan yang selalu memberi bantuan saat dibutuhkan. Kepada teman-teman HPT 41 terimakasih atas kebersamaannya selama empat tahun. Para sahabatku (Aceu, Dwi, Mika, Alfi, Isma, Siti, Icha,, Uthe, Arun) Terimakasih atas dorongan semangat, do’a, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis, serta kepada APD (Booy, Osh, Goon, Key, Chap, Noom, Chi, Djo, Nuq dan adik-adik Miss tak lupa Mentog ) semoga kebersamaan dan persaudaraan kita tetap terjalin erat, dan kepada pihakpihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkannya serta bagi penulis sendiri. Bogor, Desember 2008 Deri Salanti DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang .........................................................................................1 Tujuan......................................................................................................2 Manfaat ...................................................................................................3 TINJAUAN PUSTAKA Kacang Panjang .......................................................................................3 Kacang Penutup Tanah.............................................................................4 Kutudaun Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae) ......................5 Kumbang Kubah (Coleoptera: Coccinellidae)...........................................7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ...................................................................................8 Metode Penelitian ....................................................................................9 Penataan Petak Percobaan Penanaman Tanaman Penutup Tanah Penanaman Pemeliharaan Kacang Panjang Pengamatan Percobaan ............................................................................9 Pengamatan Kutudaun dan Kumbang Kubah Pengamatan Artropoda Penghuni Permukaan Tanah Pengamatan Hasil Panen Analisis Data.......................................................................................... 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kutudaun.......................................................... 11 Perkembangan Populasi Kumbang Kubah ............................................. 12 Artropoda Penghuni Tanah..................................................................... 15 Hasil Panen ............................................................................................ 16 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................ 18 Saran ..................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19 LAMPIRAN ..................................................................................................... 22 DAFTAR TABEL Halaman 1. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan populasi kutu daun (transformasi √x + 0,5 ) ............................................... 11 2. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan populasi kumbang Menochilus sexmaculatus (transformasi √x + 0,5 ) ........ 13 3. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan populasi artropoda penghuni permukaan tanah (transformasi √x + 0,5 )..... 15 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Perkembangan populasi kutudaun pada petak perlakuan dan kontrol .......... 12 2. Perkembangan populasi kumbang predator pada petak perlakuan dan kontrol................................................................................................. 14 3. Hubungan antara kelimpahan kutudaun dengan kumbang kubah ................ 14 4. Kelimpahan artropoda penghuni permukaan tanah pada petak perlakuan dan petak kontrol........................................................................................ 16 5. Rataan bobot hasil panen kacang panjang pada petak perlakuan dan petak kontrol .............................................................................................. 17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Data iklim Leuwiliang bulan Januari 2008-Juni2008 .................................. 23 2. Lahan yang ditanami A.pintoi (a) dan tidak ditanami A. pintoi (b). ............. 24 3. Tanaman kacang panjang pada lahan yang ditanami A.pintoi (a) dan lahan yang tidak ditanami A. pintoi (b) ..................................................... 24 4. Polong kacang panjang ketika dipanen. ..................................................... 24 5. Perangkap serangga (Pitfall) pada lahan kacang panjang yang ditanami A. pintoi (a) dan yang tidak ditanami A. pintoi (b). ...................... 24 6. Serangan kutudaun pada bagian tanaman kacang panjang (a) serangan pada bunga dan (b) serangan pada polong.............................. 24 PENDAHULUAN Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sesquipedalis) adalah tanaman hortikultura yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Kacang panjang merupakan anggota Famili Fabaceae yang termasuk ke dalam golongan sayuran. Kacang panjang dibudidayakan untuk dimanfaatkan polong mudanya atau kadang-kadang daunnya sebagai lalapan. Kacang panjang diperbanyak melalui benih (Sunaryono dan Ismunandar 1981). Selain rasanya enak, sayuran ini juga mengandung zat gizi cukup banyak. Kandungan gizi, baik polong maupun daun tanaman ini cukup lengkap. Polong mudanya banyak mengandung protein, vitamin A, lemak, dan karbohidrat. Dengan demikian komoditas ini merupakan sumber protein nabati yang cukup potensial (Haryanto et al. 1999). Kebutuhan sayur-sayuran akan semakin meningkat seiring dengan semakin pedulinya masyarakat akan makanan yang sehat dan berimbang. Kacang panjang sebagai salah satu jenis dari sayur-sayuran dapat menjadi pilihan yang mudah untuk sebagian masyarakat. Tanaman ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usahatani karena selain mudah dibudidayakan, pangsa pasarnya juga cukup tinggi. Secara ekonomis, tanaman ini memiliki kekuatan pasar yang cukup besar. Pasar mampu menyerapnya mekipun produksi kacang panjang berlimpah pada musim panen. Kacang panjang juga dipasarkan ke luar negeri, salah satunya adalah ke negeri Belanda yang membutuhkan lebih dari 3 ton tiap minggunya (Haryanto et al. 1999). Salah satu kendala dalam meningkatkan produksi kacang panjang adalah adanya gangguan hama tanaman. Berbagai jenis hama ditemukan pada tanaman ini, diantaranya yang paling penting adalah kutu daun Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae). Trisawa et al. (2005) melaporkan bahwa penanaman Arachis pintoi pada ekosistem lada dapat meningkatkan jenis dan kelimpahan musuh alami. A. pintoi adalah tanaman golongan kacang-kacangan yang tumbuh merambat di atas 2 permukaan tanah dan merupakan kerabat dekat dari kacang tanah (Arachis hypogea). A. pintoi di Indonesia dikenal dengan sebutan kacang hias atau kacang pinto. Ada pula yang menyebutnya golden peanuts karena tanaman ini mempunyai bunga yang berwarna kuning. Tanaman ini merupakan spesies eksotik yang berasal dari Brazil yang didatangkan ke Indonesia melalui Singapura untuk digunakan sebagai tanaman hias dan penutup tanah (BPTP 2004). Menurut Reksohadiprojo dalam Umroh (1995) tanaman ini diintroduksi dari Australia ke Indonesia khususnya Sulawesi Utara pada tahun 1986. Tanaman A. pintoi dapat digunakan sebagai tanaman hias, penutup tanah, dan sebagai pakan ternak. Penggunaan tanaman ini semakin populer dan sudah banyak digunakan sebagai penutup tanah di beberapa perkebunan serta sudah banyak dimanfaatkan dalam lanskap pertanaman (BPTP 2004). Penanaman A. pintoi dapat menggundang kehadiran musuh alami (parsitoid dan predator). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh tanaman penutup tanah A. pintoi terhadap kelimpahan kutudaun, predator, dan terhadap hasil panen kacang panjang. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang pengaruh tanaman penutup tanah A. pintoi terhadap kelimpahan kutudaun, predator, dan terhadap hasil panen kacang panjang. TINJAUAN PUSTAKA Kacang Panjang Tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis (L) Savi.) termasuk dalam Divisi Spermatophyta, Kelas Angiospermae, Subkelas Dicotyledonae, Ordo Rosales, Famili Fabaceae, dan Genus Vigna (Pitojo, 2006). Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini kemungkinan berasal dari Asia Tenggara dan Asia Timur, tepatnya daerah Cina bagian Selatan (Siemonsma dan Piluek, 1994). Tanaman ini menyebar di daerah Asia tropik sehingga banyak dikenal jenis lokal sesuai dengan lingkungan tempat tumbuhnya (Haryanto et al., 1995). Tanaman ini merupakan tanaman semusim yang bersifat membelit atau setengah membelit. Batangnya berbuku-buku, liat, berbulu, dan berwarna hijau. Batang tumbuh ke atas, membelit kearah kanan pada turus atau tegakan yang di dekatnya. Batang membentuk cabang mulai dari batang bagian bawah. Daunnya menyirip ganda tiga (trifoliate), berbentuk hati, dan berwarna hijau sampai hijau tua. Akarnya berkembang secara intensif dan dapat mencapai kedalaman 60 cm. Akar tersebut bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. yang dicirikan dengan warna merah pada bintil akar sewaktu dibelah (Pitojo, 2006). Pertumbuhan kacang panjang adalah pertumbuhan indeterminate yaitu tanaman terus tumbuh dengan baik tidak diakhiri tandan bunga atau bunga. Kacang panjang berkecambah 4-5 hari setelah tanam. Pada umur sekitar 30 hari, tanaman kacang panjang sudah mulai berbunga dan pada umur sekitar 35 hari lebih kurang 75% tanaman telah berbunga, sementara itu pembentukan dan pengisian polong mulai berlangsung (Sunaryono, 1984). Haryanto et al. (1995) menyatakan bahwa kacang panjang menyerbuk sendiri dan kemungkinan sedikit menyerbuk silang yang disebabkan oleh serangga. Penyerbukan silang yang terjadi pada kacang panjang sekitar 0-5% (Soedomo dan Djuariah, 1998). Kacang panjang merupakan tanaman berumur pendek. Pemanenan buahnya tidak sekaligus, tetapi dilakukan bertahap dan pemanenan sudah dapat dilakukan ketika tanaman berumur 45 hari. Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman adalah sinar matahari dan curah hujan. Kacang panjang dapat tumbuh dengan baik 4 di dataran rendah maupun di dataran tinggi dengan ketinggian 0-1500 m di atas permukaan laut. Kacang panjang dapat ditanam sepanjang musim, baik musim kemarau maupun musim hujan (Haryanto et al., 2005). Tanaman kacang panjang tumbuh pada berbagai macam tanah, hanya saja untuk tanah berlempung drainasenya harus baik. Syarat tumbuh tanaman kacang panjang yang penting ialah tanahnya banyak mengandung humus, tetapi lapisan tanahnya dapat menahan air. Liat berpasir merupakan tekstur tanah yang paling disukai oleh kacang panjang, sedangkan pH tanah yang optimal berkisar pada 5,56,5 (Samadi, 2003 dan Haryanto et al., 2005). Kacang Penutup Tanah Ada beberapa spesies Arachis perenial yang dikenal saat ini di Indonesia, di antaranya Arachis glabrata (syn. A. prostrata), A. pintoi, A. repens, dan A. hybrid. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan, tepatnya Brasil, Argentina dan Paraguay. Namun kini telah menyebar ke berbagai tempat di dunia, seperti Amerika Serikat, Australia, India, dan Asia Tenggara. Di Indonesia, Arachis kini mulai banyak ditanam, bukan saja sebagai tanaman pakan, tetapi juga sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan lada dan sebagai tanaman hias, walaupun penyebarannya masih terbatas. Secara taksonomi, A. pintoi termasuk ke dalam Kingdom Plantae, Sub Kingdom Tracheobionta, Super Divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliphyta, Kelas Magnoliopsida, Sub Kelas Rosidae, Ordo Fabales, Famili Fabaceae, Genus Arachis, Spesies pintoi (USDA, 2007). Perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan dengan biji, stek dan stolon. Penanaman dengan biji relatif lebih mudah dan cepat, tetapi harga benihnya lebih mahal dan ketersediaan benih tidak banyak. Perbanyakan dapat dilakukan dengan stek batang dengan memotong batang dan tanaman ke dalam tanah serta dengan stolon dilakukan dengan menanam tanaman yang masih kecil lengkap dengan akarnya (Manwar, 2004; MFO, 2006). A. pintoi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah sub tropika dan tropika dengan curah hujan tahunan 1.000 mm. A. pintoi memiliki ketahanan terhadap cekaman kekeringan 3 sampai 4 bulan dengan menggugurkan daunnya 5 untuk mengurangi penguapan yang tinggi. Pertumbuhan tanaman akan terhambat jika ditanam di tanah yang kekurangan air atau sering banjir yang ditunjukan dengan menguningnya daun. Tanah yang bertekstur berat sampai berpasir merupakan kondisi tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman ini. Akan tetapi, tanah yang paling optimal sebagai tempat tumbuh A. pintoi adalah tanah lempung berpasir (sandy loam) dengan kandungan bahan organik >3% dan akan terhambat di tanah dengan kadar garam (salinity) yang tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada kondisi tanah dengan kesuburan yang rendah, pH sangat masam dan memiliki kejenuhan almunium yang tinggi (>70%) (Maswar , 2004). A. pintoi dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak, penutup tanah (cover crops) dan tanaman hias. Pemanfaatan tanaman ini sebagai hijauan pakan ternak dapat memberikan manfaat sangat baik bagi hewan ternak (sapi, kuda, kedelai, domba, kambing, babi, dan ayam) karena memiliki kandungan protein yang tinggi dan baik untuk pencernaan. Tanaman ini banyak ditanam di perkebunan (karet, kopi, kelapa sawit) dan lahan pertanian sebagai tanaman penutup tanah. Tanaman ini dapat mencegah erosi pada usaha tani lahan kering yang berlereng dan mencegah hanyutnya tanah, karena susunan / anyaman batang dan perakarannya dapat melindungi tanah dari daya rusak intensitas hujan yang tinggi. Tanaman ini mampu merehabilitasi lahan serta meningkatkan kesuburan tanah dari hasil fiksasi (penambatan) nitrogen secara biologi dengan hasil fiksasi yang dihasilkan mencapai 65%-85% nitrogen. Selain itu, tanaman ini dapat mengurangi pertumbuhan gulma karena mempunyai kemampuan tumbuh untuk dapat bersaing dengan gulma setelah 3-4 bulan setelah ditanam, seperti pada perkebunan kopi, coklat, pisang, jeruk, ubi kayu, dan nanas (Maswar, 2004). Penanaman A. pintoi dapat mengundang kehadiran musuh alami (parasitoid dan predator). Menurut Trisawa et al. (2005) melaporkan bahwa A. pintoi pada ekosistem lada dapat meningkatkan jenis dan kelimpahan Artropoda. Kutudaun Aphis craccivora Koch. (Homoptera: Aphididae) Kutudaun termasuk dalam Ordo homoptera, Famili Aphoidea, Famili Aphididae dan Genus Aphis (Kalshoven, 1981). Aphididae berasal dari bahasa 6 Yunani yang berarti menghisap cairan. Serangga ini menghisap cairan dari tumbuhan untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan (Pracaya, 1991). Kutudaun dewasa ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Abdomen belakang pada kutudaun terdapat sepasang cornicle berbentuk silinder dan meruncing ke ujung. Imago bersayap biasanya muncul bila kepadatan populasi tinggi. Seranggga ini mempunyai tingkat kepiridian yang tinggi, dan di daerah tropis berkembang biak secara partenogenesis dan vivipar. Daur hidup berlangsung 6-8 hari (Rukmana, 1995). Embrio dapat berbentuk tanpa melalui proses pembuahan dan telah berkembang di dalam tubuh induknya sehingga imago kutudaun tampak seperti melahirkan nimfa (Kalshoven, 1981). Laju pertumbuhan kutudaun dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian faktor lingkungan, kepadatan populasi, dan perbandingan antara serangga yang tidak produktif dengan yang masih produktif (Dixon, 1985). Tingkat kelahiran dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya kualitas dan kuantitas makanan. Tingkat kematian dipengaruhi oleh musuh alami dan faktor iklim. Populasi kutudaun biasanya meningkat pada musim kemarau dan berkurang pada musim hujan. Siraman air hujan dapat menekan populasi kutudaun (Stoyenoff, 2001). Tingkat kepadatan populasi yang tinggi disertai dengan menurunnya kualitas makanan akan merangsang terbentuknya populasi bersayap yang berfungsi untuk migrasi sehingga dapat menurunkan kepadatan populasi (Dixon, 1985). Selain sebagai hama, A. craccivora merupakan vektor berbagai virus. Virus yang dapat ditularkan adalah virus sapu kacang panjang (cowpea witches` broom virus) serta virus kerdil kacang panjang (cowpea stunt virus) (Semangun, 1989). Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara kultur teknik dan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan Famili Fabaceae. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penaburan insektisida berbahan aktif carbofuran dengan dosis 80kg/ha saat tanam (Rukmana, 1995). Faktor biotik yang dapat mempengaruhi kelimpahan populasi kutudaun adalah musuh alami seperti, parasitoid, predator, dan patogen. Beberapa jenis predator yang dilaporkan cukup efektif menekan populasi kutudaun di lapangan adalah dari Famili Syrphidae (Diptera), Coccinellidae (Coleoptera) dan Crysopidae (Neuroptera) (Kalshoven, 1981). 7 Kumbang Kubah (Coleoptera: Coccinellidae) Salah satu Famili Coleoptera adalah Coccinellidae. Kelompok serangga ini mempunyai bentuk badan tertentu, oval (lonjong) sampai bulat dengan pola warna yang beragam (Amir, 2002). Sebagian besar anggota Coccinellidae bersifat predator. Dalam sistem ekologi, kelompok ini mempunyai beberapa peran diantaranya adalah sebagai pengendali hayati terhadap hama tanaman. Coccinelidae berasal dari bahasa Yunani Kokkinos yang artinya merah cerah disebut demikian karena kumbang ini imagonya ada yang berwarna cerah dan mengkilat seperti merah, jingga hingga kuning terutama yang bersifat sebagai predator (Pracaya, 1991). Famili Coccinellidae terdiri dari lebih kurang 247 Genus dan 3000 Spesies serta dapat dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu pemakan kutudaun, pemakan kutu perisai, memakan berbagai macam bahan seperti tepung sari, dan pemakan jaringan tanaman. Kelompok yang terakhir termasuk ke dalam Genus Epilachna. Tubuh kumbang Coccinelidae berbentuk setengah bola atau cembung, bagian pemukaan perut atau ventral datar. Kepalanya kecil, sebagian ditarik ke dalam protoraks atau tertutup di bawah pronotum. Sayap depan atau elitra menutupi hamper seluruh abdomen. Elitra kumbang predator biasanya berwarna cerah dan mengkilat (Kalshoven, 1981). Larva kumbang Coccinellidae predator juga bersifat sebagai predator dengan mangsa yang sama dengan imagonya. Lama hidup larva biasanya singkat dan aktivitas makannya tinggi. Pupanya biasanya menempel pada bagian tanaman seperti batang, ranting atau daun dan terkadang masih tertutup kulit larva instar terakhir. Lama hidup kumbang dan jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh seekor kumbang betina dipengaruhi oleh makanan yang tersedia (Dixon, 2000). Beberapa jenis dari Famili Coccinelidae sering kali berperan penting dalam mengendalikan ledakan populasi kutudaun dan kutu perisai. Beberapa diantaranya yang telah diketahui adalah Menochilus sexmaculatus (F.), Coccinella arcuata F., Scymnus apiciflavus (Mots), Scymnus severini Wse, Scymnus roepkei De Fl., Cryptolaemus montrouzieri Muls., dan Chilocorus melanophthalmus Muls. (Kalshoven 1981). BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kampung Liud, Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan di Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung sejak Februari hingga Mei 2008. Metode Penelitian Penataan Petak Percobaan Percobaan dilaksanakan pada 6 petak yang masing-masing berukuran 10 m x 10 m. Untuk mengurangi terjadinya perpindahan serangga di antara petakan, jarak antar petak diusahakan minimal 10 m. Keenam petak tadi ditata dalam 3 kelompok (ulangan) dengan 2 perlakuan, yaitu petakan dengan A. pintoi dan petakan tanpa A. pintoi. Penanaman Tanaman Penutup Tanah Penanaman A. pintoi dilakukan pada bulan Agustus 2007. Untuk maksud tersebut lahan terlebih dahulu diberi pupuk kandang sebanyak 15 ton/ha. Selain diberi pupuk kandang lahan ini juga diberi pupuk Urea 300 kg/ha, SP36 280 kg/ha, KCL 260 kg/ha. Penanaman A. pintoi dilakukan dengan cara stek buku tunggal. Setek A. pintoi diambil dari Kebun Percobaan Cikabayan - IPB. Penanaman dan Pemeliharaan Kacang Panjang Kacang panjang yang digunakan dalam percobaan ini adalah varietas 777 yang bermerek Panah Merah. Varietas ini dipilih karena umum digunakan petani serta mudah diperoleh di hampir setiap toko pertanian yang ada di Darmaga. Pemupukan kacang panjang dilakukan tiga kali dengan dosis pupuk Urea 185 kg/ha , SP36 375 kg/ha dan KCL 225 kg/ha. Pemupukan pertama dengan 50% dari dosis dilakukan pada saat tanam, sedangkan pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada saat tanaman kacang panjang berumur 3 MST dan 6 MST, dengan masing-masing 25% dari total dosis pupuk. Pengajiran dilakukan pada saat tanaman kacang panjang 9 berumur 2 MST. Untuk maksud tersebut setiap tanaman diberi satu ajir bambu, selanjutnya setiap empat ajir diikat dengan tali menjadi satu sehingga membentuk piramida. Penyiangan gulma juga dilakukan dua kali yaitu pada saat sebelum tanam, dan setelah tanaman kacang panjang berumur 6 MST. Penyiangan ini dilakukan pada setiap lahan baik yang ditanami A. pintoi maupun yang tidak ditanami A. pintoi. Gulma yang banyak tumbuh adalah jenis teki-tekian dan rumput-rumputan, sedangkan gulma berdaun lebar tidak banyak tumbuh pada lahan ini. Pengamatan Percobaan Pengamatan Kutudaun dan Kumbang Kubah Pada setiap petak percobaan dipilih secara sistematik 18 rumpun tanaman kacang panjang. Peubah kelimpahan kutudaun didasarkan pada banyaknya koloni yang terdapat pada tanaman contoh. Kelimpahan kumbang kubah dilakukan dengan menghitung banyaknya kumbang yang dijumpai pada tanaman contoh. Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 6 MST hingga menjelang panen berakhir. Pengamatan Artropoda Penghuni Permukaan Tanah Kelimpahan serangga permukaan tanah diamati dengan cara memasang perangkap (pitfall). Perangkap dibuat dari gelas plastik bervolume 200 ml. Kedalam gelas dimasukkan cairan formalin 4% sekitar 60 ml. Gelas tersebut kemudian dibenamkan di tanah dengan permukaan diatur sedemikian rupa sehingga rata dengan permukaan tanah. Untuk menghindarkan dari curahan air hujan, perangkap diberi atap dari seng. Letak atap seng diatur sehingga tidak mengganggu aktivitas artropoda yang menuju perangkap. Pemasangan perangkap dilakukan tiga kali yaitu awal tanam, pertengahan dan akhir tanam. Pada awal tanam perangkap dipasang selama 24 jam, sedangkan pada pertengahan dan akhir musim tanam perangkap dipasang 72 jam. Artropoda yang tertangkap diidentifikasi hingga jenjang famili. Penempatan perangkap dalam petak pertanaman dilakukan secara sistematis, yaitu 5 perangkap per petak dengan posisi satu di tengah petak dan empat sisanya pada arah setiap sudut petak. Untuk keperluan analisis, data yang diperoleh pada tiga waktu pengamatan tersebut dijumlahkan dan dipilah berdasarkan famili. 10 Pengamatan Hasil Panen Panen dilakukan setiap 4 hari sejak tanaman berumur 7 MST. Pada setiap kali panen, bobot kacang panjang dari kedua perlakuan ditimbang dan dicatat. Untuk keperluan analisis, bobot panen dijumlahkan dan dipilah berdasarkan perlakuan. Analisis Data Pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan kutudaun, kumbang kubah, artropoda penghuni permukaan tanah, dan hasil panen diperiksa dengan melakukan analisis ragam dengan batuan SPSS 11.5. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kutudaun Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penanaman A. pintoi sebagai penutup tanah tidak berpengaruh nyata terhadap kelimpahan populasi kutudaun, dari sejak tanaman berumur 6 MST hingga 12 MST (Tabel 1). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Smith (1976) yang mengungkapkan bahwa permukaan tanah yang terbuka dapat menjadi stimulus bagi kutudaun Brevicoryne brassicae (L.) untuk melakukan kolonisasi pada petak sayuran kubis-kubisan. Diperkirakan bahwa penanaman kacang panjang dengan sistem piramida menyebabkan penutupan permukaan tanah, sehingga pengaruh penanaman A. pintoi terhadap kelimpahan kutudaun tidak terlihat nyata. Tabel 1 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan populasi kutu daun (transformasi √ x + 0,5 ). MST Kuadrat Tengah db Kuadrat Tengah F P Galat Pengaruh 6 0,180 1, 4 0,045 4,000 0,116 7 1,109 1, 4 0,670 1,656 0,268 8 1,335 1, 4 2,735 0,488 0,523 9 1,197 1, 4 3,957 0,303 0,612 10 0,035 1, 4 4,767 0,007 0,936 11 0,522 1, 4 3,594 0,145 0,722 12 1,480 1, 4 2,997 0,494 0,521 Pada Gambar 1 tampak bahwa hama kutudaun muncul sejak tanaman berumur 6 MST. Kemudian populasinya meningkat dan mencapai puncaknya pada 10 MST. Setelah itu populasi kutudaun menurun kembali yang disebabkan pucuk, daun muda, serta polong sebagai makanan kesukaan kutudaun semakin 12 berkurang. Faktor lain yang diduga menyebabkan fluktuasi kelimpahan kutudaun di lahan percobaan adalah tingginya curah hujan pada saat penelitian dilakukan. Curah hujan pada bulan Februari hingga Mei 2008 mencapai 228.5 mm/bulan dengan sekitar 16 hari hujan setiap bulannya. Dilaporkan bahwa serangga berukuran kecil seperti kutudaun yang hidup di bagian pucuk tanaman sangat rentan terhadap terpaan air hujan (Stoyenoff, 2001). Akibat terpaan air hujan ini diduga sebagian kutudaun yang jatuh tidak dapat kembali lagi ke pertanaman. Rataan banyaknya koloni kutudaun 30 Dengan A. pintoi Tanpa A. pintoi 25 20 15 10 5 0 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Minggu setelah tanam Gambar 1 Perkembangan populasi kutudaun pada petak perlakuan dan kontrol. Perkembangan Populasi Kumbang Kubah Jenis serangga predator yang sering ditemukan selama penelitian berlangsung adalah kumbang kubah Menochilus sexmaculatus (F.) (Coleoptera: Coccinellidae). Selain itu, ditemukan musuh alami lain diantaranya adalah serangga predator Syrphidae, Carabidae, Reduviidae, serta beberapa jenis serangga dari golongan parasitoid. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penanaman tanaman penutup tanah A. pintoi berpengaruh tidak nyata ( P > 0,05) terhadap kelimpahan kumbang kubah M. sexmaculatus (Tabel 2). 13 Tabel 2 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan populasi kumbang Menochilus sexmaculatus (transformasi √ x + 0,5 ). MST Kuadrat Tengah db Kuadrat Tengah F P Galat Pengaruh 6 0,392 1, 4 0,676 2,059 0,225 7 0,191 1, 4 0,620 0,308 0,609 8 1,870 1, 4 0,419 4,460 0,102 9 0,516 1, 4 0,191 1,046 0,364 10 0,009 1, 4 1,029 0,009 0,931 11 1,092 1, 4 1,052 1,038 0,366 12 4,200 1, 4 1,082 3,880 0,120 Kelimpahan populasi kumbang kubah M. sexmaculatus disajikan pada Gambar 2. Tampak bahwa kehadiran kumbang predator terjadi sejak tanaman berumur 6 MST, bersamaan dengan kehadiran kutu daun di pertanaman. Dilaporkan bila populasi mangsa rendah maka kumbang kubah dapat berpindah ke tempat lain untuk mencari mangsanya (Schellhorn dan Andow, 1999). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Kumbang kubah lebih banyak ditemukan pada lahan yang lebih dahulu muncul kutudaun sebagai makanannya, kemudian predator ini lebih banyak ditemukan pada lahan yang tidak ditanami A. pintoi. Hal ini, karena mangsanya yaitu kutudaun berkembang membentuk koloni yang lebik banyak pada lahan yang tidak ditanami A. pintoi dibandingkan pada lahan yang ditanami A. pintoi. Kumbang kubah termasuk salah satu predator yang aktif mencari mangsa dan dapat berpindah dari satu tanaman ke tanaman lainnya (Dixon, 2000). 14 Rataan banyaknya kumbang kubah 16 14 D e n g a n A . p in t o i T a n p a A . p in t o i 12 10 8 6 4 2 0 5 6 7 8 9 10 11 12 13 M in g g u s e te la h ta n a m Gambar 2 Perkembangan populasi kumbang predator pada petak perlakuan dan kontrol. Untuk memeriksa hubungan antara kelimpahan kutudaun dengan kelimpahan kumbang kubah, seluruh individu data dari petak dengan A. pintoi dan petak tanpa A. pintoi kemudian dipetakan seperti tampak pada Gambar 3. Hasil analisis menunjukkan terdapat korelasi (r = 0,385) yang nyata (P = 0,012) antara kelimpahan kutudaun dengan kelimpahan kumbang predator. Hal ini menunjukkan bahwa makin banyak populasi kutudaun makan banyak pula populasi kumbang kubah. Salah satu ciri dari musuh alami yang baik adalah memperlihatkan sifat terpaut kerapatan terhadap inangnya atau mangsanya. 16 r = 0,385; P = 0,012 14 Kelimpahan kumbang kubah 12 10 8 6 4 2 0 0 10 20 30 40 Kelimpahan kutu daun Gambar 3 Hubungan antara kelimpahan kutudaun dengan kumbang kubah. 15 Artropoda Penghuni Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penanaman A. pintoi sebagai penutup tanah berpengaruh nyata terhadap kelimpahan Gryllidae (P = 0,039) tapi tidak nyata terhadap Formicidae (P = 0,064) dan Araneida (P = 0,205) (Tabel 3 ). Namun secara umum terdapat kecenderungan bahwa kelimpahan artropoda penghuni tanah (Formicidae, Arachnida, Gryllidae) lebih banyak pada petak yang ditanami penutup tanah A. pintoi (Gambar 4). Tabel 3 Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kelimpahan populasi artropoda penghuni permukaan tanah (transformasi √ x + 0,5 ). Kelompok Kuadrat Tengah db Arthrophoda Pengaruh Formicidae 140,167 1, 4 Araneida 204,167 Gryllidae 16,667 Kuadrat Tengah F P 21,667 6,469 0,064 1, 4 89,333 2,285 0,205 1, 4 1,833 9,091 0,039 Galat Tanaman penutup tanah seperti A. pintoi menyediakan habitat fisik yang sesuai bagi kehidupan artropoda penghuni permukaan tanah. Kelembaban permukaan tanah menjadi lebih tinggi akibat adanya tanaman penutup tanah. Begitu pula tanaman penutup tanah dapat melindungi artropoda penghuni permukaan tanah dari terpaan terik matahari dan butiran air hujan. Selain itu, tanaman penutup tanah dapat menyediakan sumberdaya hayati bagi artropoda penghuni permukaan tanah. Berbagai jenis serangga fitofag dapat memanfaatkan tanaman penutup tanah sebagai sumber makanannya, yang pada giliran berikutnya dapat mendukung artropoda yang bersifat sebagai predator seperti semut, labalaba, dan sebagian jenis jangkrik. 16 30 Rataan banyaknya yang tertangkap 25 20 15 10 5 0 F o rm ic id a e Gambar 4 A ra n e id a G r y l lid a e Kelimpahan artropoda penghuni permukaan tanah pada petak perlakuan dan petak kontrol. Hasil Panen Total bobot kacang panjang dari delapan kali panen disajikan pada Gambar 5. Hasil analisis ragam menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (F = 2,839; db = 1, 4; P = 0,167) antara kedua perlakuan. Pada petak ulangan-1 bobot hasil panen sangat rendah, sekitar setengahnya dari petak ulangan lain. Data bobot hasil panen yang beragam inilah yang menyebabkan hasil pengujian statistika tidak nyata. Secara umum tampak bahwa bobot hasil panen dari petak yang di tanami A. pintoi cenderung lebih rendah daripada petak kontrol. Pada petak perlakuan A.pintoi, umur kacang panjang tidak sama dengan umur kacang panjang pada petak kontrol, karena pada petak yang disebut pertama terjadi penyulaman akibat sebagian tanaman mengalami kematian. Perbedaan kondisi tanaman ini dapat berpengaruh terhadap hasil panen. Cenderung lebih tingginya hasil panen pada petak tanpa A. pintoi tidak ada kaitannya dengan serangan hama kutudaun, karena kelimpahan hama ini tidak berbeda di antara kedua petak perlakuan. Hasil panen yang cenderung lebih rendah pada petak A. pintoi diduga kuat karena adanya persaingan unsur hara antara tanaman kacang panjang dengan A. pintoi. 17 80 Kg 60 40 20 0 Dengan A. pintoi Tanpa A. pintoi Gambar 5 Rataan bobot hasil panen kacang panjang pada petak perlakuan dan petak kontrol. Formatted: Font: 9 pt, Indonesian Formatted: Font: 9 pt KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penanaman A. pintoi sebagai tanaman penutup tanah di lahan kacang panjang tidak berpengaruh terhadap kelimpahan hama kutu daun A. craccivora dan predatornya kumbang M. sexmaculatus. Kelimpahan beberapa kelompok artropoda penghuni permukaan tanah cenderung lebih banyak pada lahan yang ditanami A. pintoi dibandingkan yang tidak. Terdapat kecenderungan bahwa hasil panen kacang panjang lebih rendah pada petakan yang ditanami A. pintoi daripada yang tanpa penutup tanah. Penanaman A. pintoi sebagai penutup tanah belum cukup bukti mampu memberikan manfaat baik dari segi ekologi yang berupa penekanan hama, maupun dari segi ekonomi yang berupa peningkatan hasil panen. Saran Penelitian lanjutan perlu dilakukan dengan menambah satu musim tanam. Sehingga dapat terlihat perbandingan antara musim hujan dan musim kemarau. Selain itu untuk mengurangi persaingan hara antara kacang panjang dan tanaman penutup tanah, disarankan agar daerah sekitar perakaran kacang panjang dibersihkan dari A. pintoi. Selain itu, dalam jangka panjang perlu dikaji pengaruh positif dari penanaman A. pintoi terhadap penyediaan hara dan konservasi tanah. DAFTAR PUSTAKA Amir M. 2002. Kumbang Lembing Pemangsa Coccinellidae (Coccinellinae) di Indonesia. Bogor: JICA Puslit Biologi LIPI. [BPTP Lampung] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2004. Arachis pintoi Sebagai Tanaman Penutup Tanah Pada Perkebunan Lada. BPTP Lampung. http://lampung.litbang.deptan.go.id/ teknologi.html [27 april 2006]. Budiyarto. 2008. Identifikasi Fitoplasma Penyebab Penyakit Sapu Kacang Hias (Arachis pintoi Krapov.& W.C.Greg) Berdasarkan Gejala, Penularan dan Polymerase Chain Reaction. Skripsi. Departemen Proteksi Tanaman. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Dixon AFG. 1985. Aphid Ecology. New York: Blackie. 157p. Dixon AFG. 2000. Insect Predator-Prey Dinamics: Ladybrird Beetles & Biological Control. Spain: Cambridge Univ Pr. 257 p. Erinnonita. 2008. Pengaruh Invirgorasai Benih Untuk Memperbaiki Perkecambahan Kacang Panjang (Vigna sinensis (L.)Savi ex Hask) pada Cekaman Salinitas. Sripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Haryanto E, Suhartini T, Rahayu E. 1995. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya. Jakarta Haryanto E, Suhartini T, Rahayu E. 1999. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya. Haryanto E, Suhartini T, Rahayu E. 2005. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya, Jakarta. 69 hal. Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crop in Indonesia. Dr. Van der Lan D.A, Revisi. Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Manwar. 2004. Kacang pinto (Arachis pintoi) pada Usaha Tani Lahan Kering. Badan Penelitian Tanah: Pusat Penelitian dan Pengembengan Tanah Agroklimat.http://balittanah.litbang.deptan.go.id/produk/publikasi/pub/leaflet/ Arachis pintoi. pdf [27 April 2006]. 20 [MFO] Manglayang Farm Online. 2004. Arachis pintoi dan rumput Lampung (Setaria spp.). MFO. Pitojo S. 2006. Benih Kacang Panjang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Bogor. Penebar Swadaya.417h. Rukmana R. 1995. Bertanam Kacang Panjang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Schellhorn NA, Andow DA. 1999. Mortality of Cocinellid (Coleoptera: Coccinellidae) Larvae and Pupae when Prey Become Scarce, Environ Entomol 28 (6): 1092-110. Semangun, Haryono. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada Univesity Press. 850 hal. Siemonsma JS. and K. Piluek. 1994. PROSEA: Plan Resources of Souh-East Asia (Vegetables). Prosea Fondation. Bogor. Indonesia. Situmorang D. 2003. Hama Utama Kacang Panjang (Vigna Sinensis) dan Usaha Pengendaliannya di Desa Petir, Kecamatan Cibereum, Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Smith JG. 1976. Influence of Crop Background on Aphids and Other Phytophagous Insects in Brussels Sprouts. Ann. Appl Biol 83: 19-22. Stoyenoff JL. 2001. Plant Wahing as a Pest Management Technique for Contror of Aphids (Homoptera: Aphididae). J Econ Entomol 94(6) : 1492-1499. Sumandi B. 2003. Usaha Tani Kacang Panjang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 59 hal. Sunaryono H. dan Ismunandar. 1981. Kunci Bercocok Tanam Sayur-Sayuran Penting di Indonesia. Sinar Baru. Bandung. 154 hal. Sunaryono H. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran di Indonesia. C. V. Sinar Baru. Bandung. Trisawa IM, IW Laba, dan WR Atmadja. 2005. Artrophoda yang Berasosiasi pada Ekosistem Tanaman Lada. Jurnal Entomologi Indoesia 2(1): 10-18. [USDA] United States Depetement of Agriculture. 2007. Arachis pintoi Krapov. $ W.C.Greg. http://plants.usda.gov/java/provile? symbol=ARP 18 [26 Desember 2007]. 21 Umroh SI. 1995. Kombinasi Perlakuan Waktu Tanam Arachis pintoi dan Pemupukan Fosfor terhadap pertumbuhan serta Produksi Jagung Hibroda CP-1 dibawah Pertanaman Kelapa. Tesis. Program Pasca Sarjana, KPK Institut Pertanian Bogor- Universitas Samratulangi, Manado. (a) (b) Lampiran 2 Lahan yang ditanami A.pintoi (a) dan tidak ditanami A. pintoi (b). (a) (b) Lampiran 3 Tanaman kacang panjang pada lahan yang ditanami A.pintoi (a) dan lahan yang tidak ditanami A. pintoi (b). Lampiran 4 Polong kacang panjang ketika dipanen. (a) (b) Lampiran 5 Perangkap serangga (Pitfall) pada lahan kacang panjang yang ditanami A. pintoi (a) dan yang tidak ditanami A. pintoi (b). (a) (b) Lampiran 6 Serangan kutudaun pada bagian tanaman kacang panjang (a) serangan pada bunga dan (b) serangan pada polong.