Perubahan Iklim dan Pembanguan Sawit Indonesia

advertisement
Perubahan Iklim dan
Pembanguan Sawit
Indonesia
Rizaldi Boer
Pusat Pengelolaan Risiko dan Peluang
Iklim-Institut Pertanian Bogor
Email: [email protected]
HP: +62-811117660
FAKTOR PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL
Konsentrasi CO2
dan kondisi suhu
di tiga planet
Atmosfernya tipis dan CO2 tipis
Rata-rata suhu -500C
[CO2] atmosfer: 0.03%
Rata-rata suhu +150C
[CO2] atmosfer: 96%
Rata-rata suhu +4200C
MARS
BUMI
VENUS
Tingkat Emisi dan Target Global
Setelah tahun 1950an, laju
peningkatan emisi GRK semakin
cepat, tahun 2011 sudah
mencapai 9.9 Gt C dan sekarang
(2014) sudah mencapai 10.1 Gt C
(setara dengan 37 Gt CO2)
Apabila ini terus berlanjut,
kenaikan suhu global akan
melewati batas ambang 2oC.
Target global menstabilkan
konsentrasi CO2+ di atmosfer
pada tingkat 450 ppm. Saat ini
sudah mencapai 400 ppm agar
kenaikan suhu global tidak
melebihi 2oC
Taken from IPCC Report
What Science tells us?
Global temperature continues to increase but not uniform
Global temperature anomaly of 2001-2005 relative to
global mean temperature of 1951–1980 (Hansen et al., 2006)
• Pada saat ini
[CO2] sudah 400
ppm dan
kenaikan suhu
global sudah
mencapai 1oC
• Apabila
kenaikan suhu
bisa ditahan di
bawah 1.5oC,
maka risiko
dan dampak
perubahan
iklim akan
menurun
secara
signifikan
Tren Perubahan Kandungan Uap Air Berpotensi
Hujan (Precipitable Water Vapor) di Atmosphere
Dalam kurun waktu 30
tahun terakhir,
kandungan uap air
atmosfer meningkat
Kejadian
cuaca/iklim ekstrim
cendrung semakin
meningkat
Sumber: IPCC, 2014
Kenaikan suhu
meningkatkan evaporasi,
wilayah Indonesia bagian
Selatan dan Timur lebih
kering
Kejadian Iklim Ekstrim
• Kajadian Iklim
ekstrim di Indonesia
berasosiasi dengan
ENSO: NOAA-10 El
nino terkuat terjadi
pada akhir abad ini ~
diperkirakan adanya
sumbangan dari
pemanasan global
(Timmerman, 1996;
Hansen et al, 2007)
Source: NCDC/NOAA
Perubahan Frekuensi dan intensitas ENSO (1320-2000)
Sumber: Li et al.,
2013)
Sumber:
Gergis dan
Fowler, 2009)
Pengaruh ENSO terhadap Hujan Indonesia
Sumber: Faqih dan Boer, 2015
Prakiraan ENSO sampai awal 2018
Prakiraan ENSO sampai awal 2018
Dampak Kekeringan pada Sawit
(sumber: Darmosarkoso, 2001)
45
40
Penurunan Hasil (%)
35
30
Umur
25
4-7
7-12
20
13-20
15
>20
10
5
0
1
2
3
Tahun setelah kejadian kekeringan ekstrim
Persen perubahan tinggi hujan di Indonesia
(biru/-10%; kuning/+20%) di masa depan (2075 – 2099)
Sumber BMKG 2009
Rainfall reduced – area (blue)
Bengkulu; south Lampung; part of Jawa,
Bali, NTB; part of Sulawesi; Maluku; West
Papua and center Papua (20%)
Rainfall increased – area (yellow)
 South of Aceh; west part of
North Sumatera (50%)
 Part of Sumatera, pantura Jawa,
Kalimantan, and Papua (20%)
Persentase hujan tahunan yang turun pada musim hujan secara umum meningkat
(Frekuensi dan intensitas kejadian iklim ekstrim meningkat (Faqih dan Boer, 2015)
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
Ban Ki Moon,
mantan Sekretaris
Jenderal PBB
“Perubahan iklim merupakan satu satunya ancaman terbesar
terhadap keberlanjutan masa depan kita, akan tetapi pada
waktu yang bersamaan, upaya yang dilakukan untuk
mengatasinya akan memberikan peluang emas untuk
mendorong kesejahteraan, keamanan dan masa depan yang
lebih cerah bagi semua”
“Climate change is the single greatest threat to a sustainable future but, at the
same time, addressing the climate challenge presents a golden opportunity to
promote prosperity, security and a brighter future for all”
Kesepakatan Paris (Paris Agreement, PA)
• Kuota emisi ke atmosfer (Carbon
Budget)
– 2oC ~ 1000-1200 Gt CO2e (2024 tahun lagi bisa emisi
seperti saat ini belanjut terus)
– 1.5 oC ~ 500-600 Gt CO2e (1012 tahun lagi)
• Pemerintah Indonesia sudah
meratifikasi PA melalui UU
6/2016, dan sudah
menyampaikan NDC-National
Determined Contribution ke
UNFCCC
• Global Stocktake: Review setiap 5
tahun dan submisi ulang NDC
dengan target lebih dalam (noback slidding)
450 ppm
Skenario Pembangunan Rendah Emisi
Indonesia
1,500,000
1,000,000
NDC_BAU
1,000,000
Energy
NDC_CM2
DDPP
900,000
BAU
800,000
NDC
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
500,000
100,000
tu
al_
-500,000
Actual 2010 2030 BAU 2030 CM1 2030 CM2 2030 DDPP 2050 DDPP
Sebagian besar target penurunan emisi
2030 akan dipenuhi oleh sektor
kehutanan dan lahan
20
50
20
40
20
30
20
20
(100,000)
20
10
-
0
Ac
Emission (Gg CO2)
2,000,000
Agriculture
Emission (Gg CO2e)
2,500,000
Forest & Land use
Deep
Decarbonization
Pathway
3,000,000
REDD+ merupakan bagian
penting dari NDC
Konversi Hutan
• Kumulatif Deforestasi
1990-2012 mencapai
lebih dari 20 juta ha
• Hutan yang
terdeforestasi kurang
dari 40% yang menjadi
lahan produktif,
• Lahan tidur dari 20002013 meningkat dengan
laju 3.4% dan saat ini
luasnya sudah mencapai
14 juta ha
Sumber: Boer, 2016
Tingkat Emisi Acuan Hutan (FREL)
untuk REDD
• Tingkat Emisi Acuan Hutan
REDD+ merupakan tingkat
emisi yang akan dijadikan
acuan untuk mengukur
keberhasilan pemerintah
menurunkan emisi dari
deforestasi dan degradasi serta
gambut
• Pemerintah nasional akan
mendistribusikan emisi acuan
ke propinsi dan peran nonParty sangat menentukan
pencapaian target penurunan
emisi nasional
REL of REDD
National
ER Target
from
REDD+
Wilayah REDD Indikatif
(Sumber: Boer et al, 2016)
Wilayah REDD+
- Areal yang masih berhutan alam tahun 2013
- Lahan gambut yang terbentuk dari hasil deforestasi sejak tahun 1990
(kawasan berizin maupun tidak berizin baik dalam kawasan maupun luar
kawasan hutan
Wilayah REDD Indikatif
(sumber: Boer et al., 2016)
Pulau dan
kelompok Pulau
Jawa
Bali dan Nusra
Maluku
Sulawesi
Kalimantan
Sumatera
Papua
Total
Areal berhutan
(hutan alam)
pada tanah
minera
815,3
2.721,9
5.078,5
9.418,4
24.915,9
10.812,6
31.067,5
84.830,1
Areal berhutan
(hutan alam)
pada tanah
gambut
Lahan gambut
tidak berhutan
pada akhir 2012
dan berhutan
pada 1990
(pembulatan dalam Ribu ha)
2.477,0
1.569,7
3.026,4
7.073,1
1.429,9
3.079,7
176,3
4.685,9
Total areal
815,3
2.721,9
5.078,5
9.418,4
28.822,8
15.461,9
34.270,2
96.589,0
MEKANISME MRV AKSI PEGENDALIAN PERUBAHAN
IKLIM DAN DUKUNGAN
PEP-On Line
REDD+ & Perkebunan
• Lahirnya REDD+ merupakan pengakuan dunia (UNFCCC) peran penting
hutan dalam mencegah perubahan iklim telah melahirkan REDD+ sebagai
strategi untuk mengkompensasi negara berkembang untuk tetap
menjaga hutannya.
• FAO ~ 80% pembukaan lahan untuk pertanian penyebab deforestasi
• Consumer Goods Forum berkomitmen untuk memobilisasi sumberdaya
untuk menuju zero net deforestation tahun 2020. Forum yang dibentuk
2009 memiliki anggota sekitar 400 retail, pabrik, penyedian jasa layanan
dan pihak lainnya yang tersebar di 70 negara
• Tropical Forest Alliance, kemitraan public-private global, dimana para
mitra baik perorangan atau kelompok secara sukarela berkomitmen
untuk menekan laju deforestasi hutan tropis yang terkait dengan
komoditas pertanian seperti sawit, kedelai, bubur kertas dan kertas
• Rekomendasi SBSTA (Subsidiary Body on Science and Technology
Transfer)-UNFCCC untuk menggunakan “sustainable commodity
standards” sebagai salah satu strategi REDD+ yang efektif
Kumula f Deforestasi (juta ha)
Target Penurunan Laju Deforestasi dalam NDC
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
9.2
8.2
4.6
3.6
3.0
1.8
2011-2020
FREL_DEF
2021-2030
Target_1
Target_2
Target Penurunan Emisi Propinsi GCF untuk REDD
10
6
7
Catatan: *Target hanya untuk skenario optimis
SRAP
5.1%
45.8%
26.0%
15.6%
n.a
42.7%
(Historis)
33.2%
(RTRWP)
30.9%
(RTRWK)
2011-2020 34.3%
BAU
Target_1
56%
80%
79%
61%
67%
RAD GRK
9
n.a
8
32.3%
7
12.8%
6
15.6%
5
n.a
4
42.7%
(Historis)
3
58.8%
2
(RTRWP)
1
64.9%
(RTRWK)
0
89.9%
50%
Provinsi GCF SRAP
RAD GRK
Aceh
n.a
5.1%
Kalimantan32.3%
Barat
45.8%
Kalimantan12.8%
Tengah
26.0%
Kalimantan15.6%
Timur
15.6%
Kalimantan Utara
n.a
n.a
42.7%
42.7%
(Historis)
(Historis)
58.8%
33.2%
Papua Barat*
(RTRWP)
(RTRWP)
64.9%
30.9%
(RTRWK)
(RTRWK)
Papua 89.9%
34.3%
Kumula&f deforestasi (juta ha)
No
1
2
3
4
5
2021-2030
Target_2
GCF
Aksi Mitigasi: Pengelolaan Lahan Gambut
Restorasi Gambut
Perbaikan tata air gambut
1000
1800
1600
900
DEV
800
DDPP
700
1200
Area (000 ha)
Area (000 ha)
1400
BAU
1000
800
600
BAU
DEV
DDPP
600
500
400
300
400
200
200
100
0
0
2010
2020
2030
2040
2050
Perpres 1/2016: BRG
Permeh KLHK 16/2017: Peat
restoration
2010
2020
2030
2040
2050
Perpres 1/2016: BRG
Permeh KLHK 15/2017: Water
Level Measurement
Rehabilitation Lahan (Reforestation)
Witt Rotation
Without Rotation
8000
Area (000 ha)
6000
DEV
7000
DDPP
6000
Area (000 ha)
7000
8000
BAU
5000
4000
3000
1000
2030
2040
0
2050
2010
1
0.8
0.7
2020
2030
2040
2050
2020
2030
2040
2050
1
BAU
0.9
DEV
0.8
DDPP
0.7
Survival rate (%)
0.9
Survival Rate (%)
3000
1000
2020
DDPP
4000
2000
2010
DEV
5000
2000
0
BAU
0.6
0.5
0.4
0.3
DEV
DDPP
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.2
0.1
0.1
0
BAU
0
2010
2020
2030
2040
2050
2010
Mekanisme Pelaporan AD dan EF
(REDD and non-REDD)
• Membangun Mekanisme Kelembagaan untuk
pelaporan data data aktivitas dan FE dari
wilayah REDD+
– Perpres 1/2016: Badan Restorasi Gambut
– Permen KLHK 16/2017: Peat restoration
– Permeh KLHK 15/2017: Water Level
Measurement
– Permen KLHK 32/2016: Pengendalian
kebakaran hutan dan lahan
PENUTUP
• Perubahan iklim sudah terjadi, dan penyebab utama ialah
meningkatkan emisi GRK akibat aktivitas
manusia/pembangunan.
• Tanpa upaya mitigasi yang memadai, dalam jangka panjang
dampak perubahan iklim semakin parah dan semakin sulit
untuk diatasi.
• Perkebunan sawit Indonesia telah mengalami dampak akibat
perubahan iklim, namun juga dapat berperan besar dalam
menurunkan emisi GRK dan berkontribusi terhadap komitmen
penurunan emisi nasional
• Pengembangan riset kelapa sawit khususnya perbaikan dalam
pengelolaan lahan gambut dan penyusunan faktor emisi GRK
gambut dan pengembangan varietas berdaya hasil tinggi dan
tahan cekaman sangat mendesak
TERIMA KASIH
Prakiraan Hujan Agustus 2017
Prakiraan Hujan September 2017
Download