HUBUNGAN PENYULUHAN PREOPERATIF DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA 6-18 TAHUN THE RELATIONSHIP BETWEEN PREOPERATIVE EDUCATION AND ANXIETY LEVEL AMONG CHILDREN AGED 6-18 YEARS OLD Miftahurrahmi1, Sri Intan Rahayuningsih2 1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2. Bagian Keilmuan Keperawatan Anak, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Email: [email protected]; [email protected] ABSTRAK Rasa cemas pada anak usia 6-18 tahun berbeda dengan orang dewasa. Penyuluhan preoparatif adalah pendidikan yang diharapkan dapat membantu pasien anak-anak usia sekolah dalam menghadapi tindakan operasi. Dalam praktik keperawatan di rumah sakit penyuluhan preoperatif tidak digalakkan karena kurangnya pengetahuan tentang manfaat penyuluhan preoperatif bagi anak dan orangtua. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan penyuluhan preoperatif dengan tingkat kecemasan pada anak usia 6-18 tahun. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional study. Teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling dengan jumlah sampel 20 anak di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang akan menghadapi tindakan operasi dan pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan cara mewawacarai responden dengan 11 item pertanyaan dalam skala dichotomous dan 14 pertanyaan baku HRS-A dengan skala likert. Uji analisis yang digunakan adalah uji chi Square. Hasil didapatkan bahwa ada hubungan informasi dengan tingkat kecemasan p=0,015, dukungan psikososial dengan tingkat kecemasan p=0,020, peran klien dan orang terdekat dengan tingkat kecemasan p=0,020, dan latihan keterampilan dengan tingkat kecemasan p=0,004, dari hasil diatas dapat di simpulkan bahwa ada hubungan penyuluhan preoperatif dengan tingkat kecemasan. Diharapkan penelitian ini menjadi referensi bagi perawat di rumah sakit sehingga dapat mengoptimalkan penyuluhan preoperatif dalam menurunkan tingkat kecemasan. Kata Kunci : penyuluhan preoperatif, preoperatif, kecemasan pada anak ABSTRACT Anxiety in children aged 6-18 years old are different from these in adults. Preoperative education is expected to assist school aged patients in facing surgery. In nursing practice in the hospital setting,preoperative education is not encouraged yet because of the lack of knowledge regarding the benefits of preoperative education for children patients and parents. The aim of this study was to determine the relationship between preoperative education and anxiety levels in children aged 6-18 years old . This research design is descriptive correlative with cross sectional approach. The sampling technique used was a quota sampling. The respondents was 20 children patients in General Hospital dr. Zainoel Abidin Banda Aceh who would face surgery. The data was collected using questionnaire contained 11 items dichotomous questions and 14 items HRS-A standard questions with the Likert scale. The data was analyze using chi square test. The study results showed that there was a relationship between information and the anxiety level p = 0.015, the psychosocial support and anxiety level p = 0.020, the role of the client and their parents and the anxiety level p = 0.020, and the preoperative skills training and the anxiety level p = 0.004. In summary, there is a relationship between preoperative education and anxiety level. It is strongly recommended that this research will be referred as evidence to optimize the preoperative education in reducing anxiety level among children patients. Keywords : preoperative education, Preoperative, anxiety in children 1 PENDAHULUAN Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dunia, telah membawa perubahan baru yang sangat canggih dalam bidang kesehatan, khususnya dalam bidang pembedahan. Pembedahan menjadi salah satu bentuk keahlian sejak pertengahan abad ke-19. Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi (WHO, 2009). Tindakan pembedahan dapat terjadi pada semua tingkatan usia, termasuk anak dengan rentang usia 6-18 tahun. Pada anak usia sekolah (6-12 tahun) dan anak usia remaja awal (12-18 tahun) sering di temukan berbagai masalah kesehatan, misalkan penyakit, kecacatan dan kecelakaan yang membutuhkan intervensi atau bedah (Wong, 2008). Menurut Smeltzer & Bare (2002, p.426), tindakan pembedahan baik elektif maupun kedaruratan merupakan suatu ancaman potensial dan actual pada pasien yang bisa membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun psikologis. Dalam kondisi sakit atau akan menjalani tindakan operasi, sangat memungkinkan bahwa anak akan membutuhkan pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di rumah sakit melalui pelayanan keperawatan pada pasien seringkali mengabaikan aspekaspek psikologis sehingga menimbulkan berbagai permasalahan psikologis bagi pasien yang salah satunya adalah kecemasan, dimana rasa cemas dapat muncul pada pasien yang akan dilakukan tindakan invasif (Wijayanti, 2009). Chaplin (2006), berpendapat bahwa kecemasan merupakan perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai rasa-rasa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Rasa cemas bisa muncul dalam berbagai kejadian atau peristiwa. Kecemasan adalah hasil dari proses psikologi dan proses fisiologi dalam tubuh manusia. Kemampuan meningkatkan hubungan yang efektif dengan klien dan mendengarkan keluhan mereka secara aktif sehingga seluruh kekhawatiran mereka dapat diatasi merupakan hal yang penting untuk mencapai hasil akhir pembedahan (Perry & Potter, 2005). Fase pra operatif dari peran keperawatan dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke ruang operasi. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikososial (Förnäs dkk, 2009. p. 18). Kozier (2010), telah membagi penyuluhan praoperatif ke dalam empat dimensi yang diidentifikasi penting bagi klien, antara lain; informasi, dukungan psikososial untuk menurunkan ansietas (kecemasan), peran klien dan orang terdekat dalam persiapan praoperatif, dan pelatihan keterampilan. Hasil wawancara peneliti dengan 3 orang pasien usia 6-10 tahun preoperatif di ruang rawat inap bedah jeumpa 2 RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang diwakili oleh orangtua pasien mengatakan bahwa pasien sangat cemas dengan tindakan operasi yang akan pasien hadapi, pasien takut operasinya akan gagal dan takut terhadap alat-alat yang akan digunakan saat operasi. Kecemasan dapat menjadi faktor penyebab tindakan operasi ditunda atau dibatalkan. Hal ini disebabkan oleh masalah psikologis seperti kecemasan yang dapat mempengaruhi kondisi fisik anak. Kecemasan dapat memacu terjadinya hipertensi (Majid, dkk, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wei dan Wang hamper 12% hipertensi memiliki sindrom kecemasan dan penelitian yang dilakukan oleh Grimsrud et al menyatakan bahwa pasien hipertensi memiliki kecemasan dengan odds ratio sekitar 1,55 di bandingkan dengan yang tidak hipertensi. 2 Menurut Asosiasi Perawat Amerika (American Nurses Association, ANA) dan Asosiasi Perawat Ruang Operasi (Association of Operating Room Nurses, AORN) (1972), Penyuluhan preoperatif yang menyeluruh tidak hanya meningkatkan pemahaman pasien, tetapi juga mempercepat kembalinya fungsi fisiologis normal. Berdasarkan hasil keterangan dari 2 perawat di ruang rawat inap bedah jeumpa 2 RSUD dr. Zainoel Abidin mengatakan bahwa penyuluhan preoperatif di berikan kepada orangtua atau orang terdekat pasien sehari sebelum dilaksanakannya tindakan operasi (12-24 jam). Penyuluhan preoperatif yang diberikan tidak secara menyeluruh. Perawat mengatakan bahwa ini disebabkan oleh kurangnya waktu dan komunikasi antara pasien atau keluarga pasien. Seharusnya perawat menyediakan waktu untuk penyuluhan preoperatif kepada pasien sebelum dilakukannya tindakan operasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penyuluhan preoperatif dengan tingkat kecemasan pada anak usia 6-18 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif korelatif. Populasi penelitian adalah seluruh orangtua dan anak usia 6-18 tahun yang akan menjalani tindakan operasi (pasien preoperatif) di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh adalah 61 orang dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode quota samplin. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terpimpin. Setelah data diperoleh, selanjutnya data tersebut diolah melalui beberapa tahapan yaitu editing, coding, transfering dan tabulating. Analisa data pada penelitian ini bersifat bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau korelasi. Analisa statistik adalah uji “Chi Square” (x)2, dengan menggunakan tabel silang yang dikenal dengan tabel baris kali kolom (B x K) dengan derajat kebebasan (df) yang sesuai dan tingkat kemaknaan 5% (α 0.05). Perhitungan dilakukan dengan paket program komputer. Keputusan statistik diambil berdasarkan p value. Bila p value ≥ 0,05 maka H0 diterima dan bila p value < 0,05 maka H0 ditolak. HASIL Penyajian data yang akan ditampilkan meliputi data umum dan data khusus. Data umum berisi dua data demografi, yaitu data demografi orangtua berisi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan. Dan data demografi anak berisi umur, jenis kelamin, dan pengalaman operasi. Sedangkan data khusus berisi distribusi hubungan penyuluhan preoperatif dengan tingkat kecemasan pada anak usia 6-18 tahun di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Tabel 1. Frekuensi Data Demografi Orangtua Kategori f % Usia (Menurut Erickson) 21-30 tahun (Dewasa Muda) 1 5,0 31-40 tahun (Dewasa Tengah) 11 55,0 41-65 tahun (Dewasa Akhir) 8 40,0 Jenis kelamin Laki-laki 6 30,0 Perempuan 14 70,0 Pekerjaan Bekerja 11 55,0 Tidak Bekerja 9 45,0 Pendidikan (UU No. 20 Tahun 2003 Bab 1, Pasal 1 6 30,0 Ayat 8) Dasar 5 25,0 Menengah 9 45,0 Tinggi Total 20 100,0 3 Tabel 2. Frekuensi Data Demografi Anak Kategori f % Usia 6-12 tahun 12 60,0 13-18 tahun 8 40,0 Jenis kelamin Laki-laki 12 60,0 Perempuan 8 40,0 Pengalaman operasi Pernah 7 35,0 Tidak pernah 13 65,0 Total 20 100,0 Tabel 3. Penyuluhan Preoperatif dengan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia 6-18 Tahun Penyul uhan Preope ratif Tingkat kecemasan Ringan Sedang f % f % Total f % Baik 10 83,3 2 16,7 12 60,0 Kurang baik 2 25,0 6 75,0 8 40,0 Total 12 60,0 8 40,0 20 100,0 α pvalu e 0,05 0,019 PEMBAHASAN Hubungan Penyuluhan preoperatif dengan tingkat kecemasan pada anak usia 6-18 tahun Hasil pengolahan data yang ditunjukkan pada tabel 3. dari 12 responden dengan kategori penyuluhan preoperatif baik terdapat 10 responden dengan cemas ringan, dan 2 responden dengan cemas sedang. Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan p-value 0,019 yang berarti p-value < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa null (H0) ditolak, yang berarti ada hubungan penyuluhan preoperatif dengan tingkat kecemasan pada anak usia 6-18 tahun di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penyuluhan preoperatif yang baik di pengaruhi oleh adanya keterlibatan orangtua dan kerabat terdekat dalam merawat dan menjaga anak. Dari hasil wawancara saat penelitian, peneliti menemukan bahwasannya tingkat kecemasan anak sangat di pengaruhi oleh peran orangtuanya sendiri. Dukungan yang penuh dari orangtua dan kerabat terdekat lebih dibutuhkan oleh anak. Peran perawat tidak terlalu berpengaruh pada tingkat kecemasan anak, karena perawat tidak melakukan penyuluhan preoperatif secara menyeluruh dan tidak melakukan pendekatan dengan anak (Berdasarkan hasil wawancara pada saat penelitian). Berdasarkan tabel 1. anak yang ditemani oleh Ibu yaitu 14 orang (70,0%) lebih banyak dibandingkan dengan ayah yaitu 6 orang (30,0%). Berdasarkan hasil wawancara hal ini juga mempengaruhi tingkat kecemasan anak pada saat akan di operasi. Anak yang didampingi oleh sang ibu tingkat kecemasannya lebih rendah daripada anak yang didampingi oleh sang ayah, dikarenakan anak lebih merasa nyaman dan dekat bersama ibu daripada dengan Ayah, karena yang mengasuh anak sehari-sehari adalah ibu. Penyuluhan preoperatif dapat menurunkan kecemasan pasien dan komplikasi pascaoperatif serta meningkatkan kepuasan pasien dalam pengalaman bedah. Penyuluhan preoperatif yang baik juga memfasilitasi pasien untuk kembali bekerja atau aktivitas lainnya dalam kehidupan sehari-hari (Kozier, 2010). Penyuluhan preoperatif yang diberikan perawat tidak hanya berbentuk informasi, perawat meluangkan waktu dan membentuk hubungan positif bersama anak biasanya akan mudah mendapat kerjasama anak. Jika hubungan tersebut berdasarkan rasa paling percaya, anak akan menghubungkan perawat dengan aktivitas pemberian asuhan yang memberi rasa nyaman dan kesenangan sepanjang waktu dan tidak menganggap perawat sebagai seseorang yang membawa rasa tidak nyaman dan stres. Anak diberikan kesempatan untuk mengekspresikan rasa marah, cemas, takut, frustasi, atau emosi lainnya. Penyuluhan preoperatif sangat tepat diberikan sehari atau dua hari sebelum prosedur operasi. Sebuah penelitian (Lepczyk et al, 1990) menunjukkan bahwa ada sedikit perbedaan pengetahuan atau tingkat 4 kecemasan pada klien yang menerima penyuluhan preoperatif seminggu sebelum pembedahan dengan klien yang menerimanya sesaat sebelum operasi (Potter&Perry, 2005, h. 1806). Penyuluhan preoperatif yang diberikan juga untuk meminimalisir kegagalan atau pembatalan tindakan operasi akibat tingkat kecemasan yang tinggi, hal ini disebabkan oleh masalah psikologis seperti kecemasan yang dapat mempengaruhi kondisi fisik anak. Kecemasan dapat memacu terjadinya hipertensi (Majid, dkk, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wei dan Wang hampir 12% hipertensi memiliki sindrom kecemasan dan penelitian yang dilakukan oleh Grimsrud et al menyatakan bahwa pasien hipertensi memiliki kecemasan dengan odds ratio sekitar 1,55 di bandingkan dengan yang tidak hipertensi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan penyuluhan preoperatif dengan tingkat kecemasan pada anak usia 6-18 tahun di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh (Pvalue=0,019). Peneliti menyarankan agar dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk menggali lebih dalam bagaimana efektifitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan preoperatif berdasarkan persepsi pasien maupun persepsi perawat. REFERENSI Brunner & Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC. Carpenito (1999). Diagnosa keperawatan. Edisi 6. Jakarta: EGC. parents from the age of 6 to 9: a counseling folder for surgical child patients. Bachelor’s Thesis 2 November 2009. IARS (2015). Pediatric: preoperative anvxiety. Retrieved from http://www.openanesthesia.org/ped iatric-preoperative-anxiety/ diakses tanggal 05 April 2016 Kozier, B., Erb, G., Berman, A., et al. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan; diterjemahkan oleh Karyuni. Jakarta: EGC. Majid, A., Yudha, M. & Istianah, U. (2011). Keperawatan perioperatif. Yogyakarta: Goysen Publishing. McDowell, Ian. Measuring health:a guide to rating scales and questionnaires. New York: Oxford University Press. Potter, P.A & Potter, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC. Sajatovic, M. & Ramirez, L. (2012). Rating Scales in Mental health. United States of America: The John Hopkins University Press Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner & suddarth. Jakarta: EGC. Stuart, G.W. (2006). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC. Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC. Chaplin, J. P. 2006. Kamus lengkap psikologi. (penerjemah: kartini Kartono). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. . (2011). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC. Főrnäs, C., Järvenoja, T., Karjalainen, H. Preoperative counseling of child Wijayanti, D. Hubunggan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat 5 Kecemasan pasien Preoperasi di Bangsal melati RSD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Tahun 2009. Di akses pada tanggal 18 Februari 2016 dari https://skripsistikes.wordpress.com/2 009/05/03/ikpiii18/ wijayanti Wong, D. L. Hockenberry, M., Wilson, D. (2008). Pedoman klinis keperawatan pediatric. Jakarta: EGC 6