KARAKTERISTIK AGRIBISNIS SAYURAN SEMI

advertisement
KARAKTERISTIK AGRIBISNIS SAYURAN SEMI ORGANIK
DI KECAMATAN PONTIANAK UTARA
Dewi Kurniati
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak 78124
ABSTRACT
Repair quality of life and a healthy lifestyle has been encouraging people in many
countries to implement the healthy lifestyle movement. One of them with vegetable food
consumption which is currently heading the organic-based farming. Sub North Pontianak
is a vegetable production centers, with a planting and number of the largest vegetable
production in the city of Pontianak. But so far undertaken agriculture is still semi-organic,
where in the activities of cultivation still use chemical-based fertilizers for the content of
the soil conditions in the District of North Pontianak still needs help UREA chemical
fertilizer for good vegetable growth. The purpose of this study was to investigate the
characteristics of semi-organic vegetable agribusiness in terms of marketing activities and
model forms of alternative marketing systems that can be applied to the marketing of
semi-organic vegetables in the District of North Pontianak. The results showed that the
necessary effort to improve the competitiveness of organic spring vegetables in order to
have high sales value needed a form of alternative models of semi-organic vegetable
marketing system that can be considered a decision involving the university, government,
cooperatives and private parties in an effort to increase value added and increase farmers'
income.
Keywords : semi-organic vegetables, marketing activities, channel marketing, marketing
system
PENDAHULUAN
Pangan organik merupakan produk pangan segar (sayuran, buah-buahan),
setengah jadi atau pangan jadi (pangan olahan), yang dihasilkan dari budidaya pertanian
organik. Budidaya pertanian organik merupakan budidaya yang memperhatikan
keharmonian, keaneragaam dan kelestarian alam, dimana prakteknya lebih banyak
menggunakan bahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitarnya, tanpa menggunakan
asupan agrokimia (bahan kimia untuk pertanian), jadi pangan organik menekankan pada
tingkat seminimal mungkin penggunaan asupan non alami.
Daerah Kalimantan Barat, khususnya di kecamatan Pontianak Utara, terutama
dalam produktivitas untuk komoditi sayuran berkembang cukup baik. Sayuran adalah
salah satu jenis pangan yang tidak asing lagi bagi masyarakat, selain sayuran terkenal
karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, masyarakat juga gampang
memperolehnya dan mampu membelinya. Kebutuhan akan komoditas sayuran akan
semakin bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk, yang disertai dengan
peningkatan daya beli dan kesadaran terhadap nilai gizi.
Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi Sayuran Masa Tanam 2009 di Kota
Pontianak.
Luas Tanam
Luas Panen
Produksi
No
Kecamatan
(ha)
(ha)
(Ton)
1.
Pontianak Utara
429
401
5127,6
2.
Pontianak Barat
34
30
372,86
3.
Pontianak Timur
30
29
711,72
4.
Pontianak Selatan
93
112
1182,37
Sumber : Dinas Urusan Pangan Kota Pontianak, 2009
Berdasarkan data diatas, maka dapat diketahui bahwa Kecamatan Pontianak
Utara merupakan sentra produksi sayuran, dengan luas tanam dan jumlah produksi
sayuran terbesar di Kota Pontianak. Hal ini merupakan peluang yang cukup bagus bagi
Kota Pontianak apabila kawasan sentra tersebut dikembangkan dengan lebih baik lagi,
baik dari segi permodalan, inovasi teknologi, bimbingan dalam usahatani sehingga
sayuran yang dihasilkan memberikan kuantitas dan kualitas yang lebih baik, lebih higienis
serta menuju pertanian yang berbasis organik.
Sebagian besar petani sayuran masih melakukan pertanian konvensional, yaitu
memakai pupuk dan obat hama dari bahan-bahan kimia. Namun terdapat pula
sekelompok petani sayuran yang telah menuju pertanian berbasis organik. Hal ini
dikarenakan telah adanya himbauan dari pemerintah kota Pontianak untuk menuju
pertanian berbasis organik dan telah adanya kesadaran dari pihak petani produsennya
sendiri untuk menghasilkan produk sayuran yang sehat, higinies, dan tanpa mengandung
bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Disamping itu
melihat adanya permintaan akan pangan organik meskipun jumlahnya tidak banyak.
Walaupun kegiatan pertanian yang ada di Kecamatan Pontianak Utara telah
melakukan pembudidayaan menuju pertanian yang berbasis organik, namun pada
kegiatan pembudidayaan tanaman sayuran tidak murni secara organik. Tapi selama ini
masih melakukannya dengan sistem semi organik, dimana dalam kegiatan
pembudidayaannya masih menggunakan pupuk berbahan kimia karena kondisi
kandungan tanah di Kecamatan Pontianak Utara masih membutuhkan bantuan pupuk
kimia UREA agar pertumbuhan sayuran baik. Alasan lainnya, petani masih menilai tingkat
perawatan sayuran organik lebih sulit sehingga mengakibatkan pemborosan waktu dan
tenaga kerja. Disamping itu juga masih kurangnya modal petani dan pengetahuan akan
pembudidayaan tanaman sayuran secara organik.
Jenis sayuran semi organik yang diusahakan oleh petani adalah sawi, bayam,
kangkung, daun bawang dan kuchai. Jumlah produksi yang masih dalam skala kecil dan
jenis sayuran yang dapat diusahakan dapat dikarenakan oleh beberapa faktor, antara
lain :
1. Kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai pertanian organik bagi masyarakat
Kalimantan Barat, khususnya Kota Pontianak.
2. Harga jual yang rendah membuat petani (produsen) tidak tertarik berproduksi secara
organik.
3. Kurangnya sosialisasi mengenai keberadaan dan manfaat pangan organik
khususnya sayuran di Kota Pontianak
Peran petani selain sebagai produsen yang menciptakan produk sayuran semi
organik, seringkali bertindak langsung dalam kegiatan pemasaran hasilnya. Dalam
pemasaran, untuk menyalurkan barang dari petani ke konsumen dapat melibatkan
berbagai lembaga pemasaran dalam pengaliran barang dari produsen ke konsumen.
Misalnya petani menjual hasilnya melalui agen, atau melalui pengecer atau langsung ke
tangan konsumen akhir.
Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik agribisnis sayuran semi organik
yang ada di Kecamatan Pontianak Utara dan mengetahui model alternatif sistem
pemasaran yang dapat diterapkan pada pemasaran agribisnis sayuran semi organik di
Kecamatan Pontianak Utara.
METODE
Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu Metode Deskriptif. Lokasi yang
dipilih dalam penelitian ditentukan secara purposive dengan memilih kawasan sentra
penghasil sayuran terbesar yang melakukan sistem semi organik yang ada di Kecamatan
Pontianak utara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani sayuran dengan
sistem semi organik yang ada di Kelurahan Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara
sebesar 7 orang petani sayur semi organik yang aktif dan karena jumlah petani yang
melakukan usahatani sayuran semi organik jumlahnya sangat minim, maka besarnya
sampel dengan mengambil seluruh jumlah populasi petani sayuran semi organik
sebanyak 7 orang sehingga penelitian ini disebut dengan penelitian populasi. Data primer
diperoleh dari sumber pertama baik dari petani sayuran semi organik, para pedagang
sayuran dan instansi pemerintah. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan
literature yang mendukung. Untuk menganalisis karakteristik petani sayuran semi organik,
menggunakan data-data hasil wawancara dan kuisioner dijelaskan secara deskriptif
setelah itu ditarik suatu kesimpulan.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Di daerah Kecamatan Pontianak Utara masih melakukan pertanian yang bersifat
semi organik. Kurangnya permodalan, kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai
sistem pertanian yang murni berbasis organik, menjadi alasan-alasan utama bagi para
petani melakukan kegiatan pertaniannya secara semi organik.
Dalam pertanian sistem semi organik ini, petani masih memasukkan unsur-unsur
yang mengandung bahan-bahan kimia pada kegiatan pemupukan atau pengobatan hama
penyakit tanaman, walaupun dalam jumlah takaran yang lebih sedikit. Pada kegiatan
pembudidayaannya masih menggunakan pupuk berbahan kimia karena kondisi
kandungan tanah di Kecamatan Pontianak Utara masih membutuhkan bantuan pupuk
kimia UREA agar pertumbuhan sayuran baik. Dalam kegiatan pertanian sistem semi
organik ini, petani telah berupaya menuju ke pertanian yang berbasis organik, tapi masih
melakukan sistem pertanian konvensional walaupun tidak dominan.
Pengalaman usaha merupakan salah satu karakteristik dalam kematangan usaha.
Semakin lama dalam melakukan usaha, maka semakin matang dalam menjalankan
usahanya. Lamanya usahatani akan berpengaruh pada pengalaman dalam pekerjaan
yang dilakukan dan tentunya akan semakin ahli dan terampil dalam menjalankan
usahanya. Dari pengalaman berusaha 57,14% memiliki pengalaman usahatani sayuran
semi organik selama 5 tahun.
Jenis sayuran yang banyak diusahakan petani di Kecamatan Pontianak Utara
adalah kangkung, sawi, bayam, daun bawang dan kuchai. Sebanyak 57,14% petani
mengusahakan sayuran semi organik sebanyak 3 jenis sayuran. Sebesar 57,14%
memiliki luas lahan antara 0,02 – 0,07 Ha. Penentuan harga jual yang terbentuk
berdasarkan persaingan, artinya harga terbentuk berdasarkan harga persaingan
dipasaran. Tidak terdapat kegiatan pengepakan, pengemasan supaya terlihat menarik
dan kegiatan lainnya. Karena hal ini dapat menciptakan suatu nilai tambah bagi
keberadaan barang tersebut. Penanganan setelah pemanenan hanya kegiatan mencuci
sayuran dari bekas-bekas tanah yang tersisa, setelah itu langsung dijual.
Sebesar 42,86% petani memilih lokasi pemasaran didaerah produksi sayuran.
Sayuran dibeli oleh agen yang mendatangi lokasi produksi. Dan 42,86% lainnya memilih
lokasi pemasaran dengan mengantarkan langsung ke warung-warung.
Terdapat 85,71% petani memilih saluran distribusi secara tidak langsung
dikarenakan lokasi produksi dan pasar jauh. petani cukup menjualnya pada agen-agen
yang datang ke lokasi produksi atau menjual pada tingkat pengecer (warung). Kegiatan
pemasaran sayuran semi organik hanya mencakup dalam wilayah lokal saja, artinya
sekitar wilayah tempat tinggal mereka di Kecamatan Pontianak Utara, pasar Siantan dan
pasar kota Pontianak.
Bentuk pelaksanaan dari personal selling dari petani sayuran semi organik masih
sederhana, artinya personal selling ini awalnya mereka perkenalkan pada anggota
keluarga terdekat, tetangga rumah, relasi, masyarakat sekitar tempat tinggal sehingga
pada akhirnya cukup banyak yang mengenal sayuran semi organik. Dalam usahatani
sayuran semi organik bentuk promosi penjualan yang dapat diterapkan, misalnya dengan
menyediakan pelayanan jasa antar ke rumah konsumen. Demi kemajuan usaha agribisnis
ke depannya, para petani ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan pihak
luar. Disamping itu terlibat pada perkumpulan atau kelompok-kelompok tani yang menjadi
wadah untuk memudahkan petani mengetahui segala macam informasi yang berkaitan
dengan keberhasilan usahataninya.
Petani sayuran semi organik di Kecamatan Pontianak Utara dalam melakukan
kegiatan pemasaran hasil sayurannya, terdiri dari 3 bentuk saluran pemasaran, yaitu :
1. Bentuk Saluran Pemasaran I
Petani  Konsumen
Merupakan saluran distribusi yang paling pendek dan paling sederhana.
Sering juga disebut saluran langsung karena tidak melibatkan pedagang besar
(perantara).Petani sebagai produsen dapat langsung menjual hasil produksinya ke
konsumen akhir, berarti dalam pelaksanaannya petani sebagai produsen juga
melakukan kegiatan pemasaran agar dapat sampai ke tangan konsumen langsung di
pasar kota Pontianak.
Hubungan antara pihak petani sekaligus penjual dengan konsumen sebagai
pihak pembeli bersifat jual beli murni tanpa ikatan tertentu. Petani sekaligus penjual
akan berusaha memperoleh tingkat keuntungan sebesar-besarnya dengan cara
mendapatkan langganan konsumen sebanyak-banyaknya. Keduanya tidak
mempunyai hubungan yang mengikat, sehingga konsumen mempunyai banyak pilihan
dalam pembelian sayur. Jika petani sebagai penjual tidak dapat melayani konsumen
dengan baik maka akan kalah dengan penjual yang lain.
2. Bentuk Saluran Pemasaran II
Petani  Pengecer  Konsumen
Petani sebagai penghasil produk menjual sayuran semi organik ke pedagang
pengecer. Petani yang memilih bentuk ini harus membawa, mengantarkan
produksinya pedagang pengecer. Ada pula pengecer yang langsung ke lokasi
produksi untuk membeli sayuran dari produsen karena jarak lokasinya berdekatan.
Dari pengecer yang letaknya didaerah Kecamatan Pontianak Utara dan kota
Pontianak sayuran tersebut dijual ke konsumen akhir.
Hubungan antara petani dan pengecer hanya bersifat langganan. Petani
mengantarkan sayuran pada warung-warung kecil yang sudah dikenal, atau pengecer
membeli sayuran dari petani di pasar. Hubungan antara pengecer dengan konsumen
akhir bersifat jual beli murni tanpa ikatan tertentu. Pengecer akan berusaha
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan cara mendapatkan pelanggan
sebanyak-banyaknya.
3. Bentuk Saluran Pemasaran III
Petani  Agen  Pengecer  Konsumen
Produsen dapat pula menggunakan agen pabrik, makelar atau agen perantara
lainnya untuk mencapai pengecer. Petani menjual hasil produksinya hanya pada agen
yang langsung mendatangi lokasi produksi untuk membeli hasil sayurannya.
Transaksi jual beli dilakukan kedua belah pihak dilokasi produksi.
Hubungan antara petani dan agen adalah hubungan dagang. Petani mengenal
agen dengan baik. Dengan dasar hubungan pertemanan yang baik, selain berdagang
agen juga memberi pinjaman modal dengan prosedur yang sederhana, misalnya
pinjaman untuk keperluan sarana produksi petani dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
Hubungan antara agen dan pengecer hanya bersifat langganan, jual beli
murni. Keduanya tidak mempunyai hubungan mengikat, sehingga pengecer
mempunyai banyak pilihan dalam pembelian sayur. Demikian pula hubungan
pengecer dengan konsumen akhir hanyalah jual beli murni. Konsumen mempunyai
banyak pilihan atas sayur yang ingin dibeli, sehingga agar menguntungkan pengecer
harus mampu menarik konsumen menjadi pelanggannya dengan cara memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya.
Di Pontianak, keberadaan sayuran yang berbasis organik merupakan hal yang
baru bagi masyarakat. Karena kondisi tanah maka sayuran tidak dapat disebut murni
organik karena masih mengandung campuran bahan kimia dalam kadar rendah, oleh
karena itu kegiatan usahatani disebut sebagai usahatani sayuraan semi organik.
Hingga saat ini permintaan dan ketersediaan jumlah produksi sayuran semi
organik masih sangat kecil dibanding total sayuran non organik yang dapat diusahakan di
Kecamatan Pontianak Utara. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya karena
jumlah petani yang mengusahakan sayuran berbasis organik sangat minim sehingga
ketersediaan produk sedikit, kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai pertanian
organik, kurangnya sosialisasi mengenai manfaat pangan organik, kurang adanya
kegiatan promosi ke masyarakat luas.
Faktor-faktor tersebut dapat berdampak pada nilai jual sayuran semi organik yang
masih rendah, sehingga bagi pihak petani tidak menjadi daya tarik untuk melakukan
usahatani dengan sistem organik. Rendahnya permintaan dan harga jual tingkat petani
akan mempengaruhi besarnya keuntungan yang diterima petani, sehingga upaya untuk
meningkatkan daya saing sayuran semi organik agar memiliki nilai tinggi perlu dukungan
dari berbagai pihak. Peran petani dalam mengelola usahatani agar kualitas hasil semakin
baik, peran pemerintah berupa kebijakan dalam kegiatan promosi dan lainnya serta pihak
lainnya yang terkait dalam keberhasilan usahatani sayuran semi organik ini.
Berdasarkan kondisi yang terjadi dilapangan, diperlukan adanya suatu bentuk
model alternatif sistem pemasaran sayuran semi organik yang dapat menjadi
pertimbangan keputusan sebagai upaya meningkatkan nilai tambah serta meningkatkan
pendapatan petani dalam suatu model pengembangan pengelolaan hingga pemasaran
hasil dengan melibatkan banyak pihak. Model tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut.
Petani Sayuran Semi Organik
K
O
N
S
U
L
T
A

N/
P
E
R
G
U
R
U
A
N
T
I
N
G
G
I
P
E
M
D
A
Koperasi/Kelompok Tani
/
Asistensi/ fasilitas :
Sarana & Prasarana
D
- Pembentukan unit usaha
- Pembentukan Unit Usaha E
- Alih teknologi pengolahan
- Alih teknologi pengolahan P
T
- Pendampingan
- Penguatan Modal
 Teknologi
A
Pengolahan
N
Hasil
/
 Pengemasan
B
 Promosi
P
 Penentuan
T
Harga
P
 Manajemen
Produksi untuk
menjamin
kontuinitas
produk
Sistem Pasar
Kemitraan
Penjualan Langsung
Dunia
Usaha/Swasta
Gambar 1. Model alternatif Sistem Pemasaran Sayuran Semi Organik
Secara ringkas model alternatif yang akan diterapkan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Rendahnya produksi, permintaan dan harga jual sayuran semi organik pada
tingkat petani menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan petani. Bila hal ini
dibiarkan berlarut-larut, maka akan terjadi penurunan jumlah produksi dan lahan
usahatani di masa mendatang.
2. Perlu dicari solusi yang melibatkan unsur pemerintah daerah dan instansi terkait
seperti Departemen Pertanian dan BPTP, konsultan/pihak perguruan tinggi dan
pihak-pihak swasta, yang secara bersama-sama membangun suatu sistem untuk
memberikan penguatan kepada petani/kelompok tani dengan berbagai perannya
masing-masing.
3. Petani melalui koperasi atau kelompok tani menetapkan suatu program kerja
dalam hal teknologi pengolahan hasil, pengemasan, promosi, penentuan harga
dan manajemen produksi untuk menjamin kontuinitas hasil, sehingga hasil
memberikan nilai tambah dan harga jual tinggi serta siap dilepas ke sistem pasar.
4. Pihak konsultan/perguruan tinggi berperan sebagai pembina, pendamping, tim
asistensi dan sebagai fasilitator bagi kelompok tani/koperasi dalam pembentukan
unit usaha, alih teknologi dan pendampingan dalam pemasaran sayuran semi
organik. Turut memberikan peran serta dalam penyusunan model pada sistem
pasar.
5. Pihak pemerintah daerah, Dinas Pertanian dan BPTP juga berperan aktif dalam
pembentukan unit usaha, paket teknologi, penguatan modal, sarana dan
prasarana dan berperan aktif dalam mempromosikan produk dengan berbagai
kebijakan untuk menciptakan pasar.
6. Peran pihak swasta/dunia usaha sangat perlu dilibatkan, karena akan
mempengaruhi keberlangsungan sistem pasar. Dari pasar maka produk sayuran
dapat dijual dengan cara penjualan langsung, dapat langsung ke swasta seperti
mal/supermarket besar, pedagang atau menjalin hubungan kemitraan dengan
pihak swasta/badan usaha seperti hotel, restoran, dan rumah sakit.
7. Outcome dari model yang dikembangkan akan menciptakan suatu sistem
pemasaran sayuran semi organik yang dapat menjamin keberlangsungan
usahatani sayuran semi organik dan peningkatan keuntungan petani dan koperasi
atau kelompok taninya.
Bentuk pemasaran yang dapat diterapkan oleh petani sayuran semi organik
adalah dalam kerjasama pola kemitraan, kemitraan ini dilaksanakan dengan badan usaha
/swasta yang berhubungan dengan komoditi sayuran semi organik misalnya hotel,
restoran atau rumah sakit, membutuhkan sayuran yang diolah menjadi makanan.
Kerjasama tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungan secara bersama-sama.
Mekanisme aturan main dalam suatu hubungan kemitraan harus disepakati
bersama kedua belah pihak. Pihak swasta berkewajiban menyediakan sarana produksi
termasuk menyediakan fasilitas lemari pendingin agar terjaga kesegaran sayuran hingga
ke tangan konsumen, membeli berbagai jenis sayuran petani, kesepakatan harga yang
berlaku berdasarkan harga pasar. Sedangkan kewajiban pihak petani menyediakan lahan
usahatani, pembudidayaan sesuai anjuran, dan menyerahkan semua hasil panen kepada
swasta sebagai mitranya.
Dengan ada kerjasama kemitraan, keuntungan yang didapat petani adalah adanya
jaminan pasar dan kemudahan mendapatkan fasilitas dan pinjaman. Bagi pihak swasta
keuntungan yang didapat dari kemitraan ini adalah terjamin volume, kualitas dan
kontuinitas pasokan.
KESIMPULAN
Upaya untuk meningkatkan daya saing agribisnis sayuran yang masih bersifat
semi organik agar memiliki nilai jual tinggi diperlukan adanya suatu bentuk model
alternatif sistem pemasaran sayuran semi organik yang dapat menjadi pertimbangan
keputusan yang melibatkan pihak universitas, pemerintah, koperasi dan pihak swasta
sebagai upaya meningkatkan nilai tambah serta meningkatkan pendapatan petani.
Kedepannya dengan melibatkan dukungan semua pihak terkait diharapkan kemajuan
pertanian Kalimantan Barat akan semakin berkualitas sehingga mampu mewujudkan
keunggulan produk pertanian yang berbasis organik.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Urusan Pangan Kota Pontianak, 2009, Laporan Tahunan, Pontianak, Kalimantan
Barat.
Daniel, Moehar, 2001, Pengantar Ekonomi Pertanian, Bumi Aksara, Jakarta.
Downey W.D, dan S.P. Erickson, 1992, Manajemen Agribisnis, Edisi Kedua,
Terjemahan Alfonsus Sirait, Erlangga, Jakarta.
Kotler, P, 1997, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implementasi dan
Pengendalian Jilid I dan II, PT Prehalindo, Jakarta.
Kotler, P & G. Amstrong, 2001, Prinsip-prinsip Pemasaran, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kotler, 2005, Manajemen Pemasaran Jilid 1, PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Marsh dan Runsten, 1997, Pertanian Organik, PT Gramedia, Jakarta.
Moehardi, Daniel, 2001, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta.
Mubyarto, 1995, Pengantar Ekonomi Pertanian, LPES, Jakarta.
Nawawi, Hadari,1995, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada Universitas
Press, Yogyakarta.
Nitisemito, Alex, 1981, Marketing, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Nurasa, Tjetjep, 2007, Analisis Usahatani dan Keragaan Margin Pemasaran Bawang
Merah di Kabupaten Brebes, Jurnal Akta Agrosia Vol.10 No 1 hlm 40-48 JanJun, Bogor.
Pracaya, 2001, Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Rahim, Abdul, 2007, Pengantar, Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian, Seri
Agriwawasan, Penebar Swadaya, Jakarta.
Rangkuti, Freddy, 1997, Riset Pemasaran, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sarwono, Jonathan, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Saladin, D, 2003, Intisari Pemasaran & Unsur-unsur Pemasaran, Penerbit Linda Karya,
Bandung.
Soekartawi, 1993, Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian Teori
dan Aplikasinya, Rajawali Pers, Jakarta.
Sugito, 2002, Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Indonesia Prospek dan
Permasalahannya, Dalam : Prosiding Lokakarya Nasional Pertanian Organik
Tanggal 7 – 9 Oktober 2003 di Universitas Brawijaya, Malang.
Sugiyono, Prof, 2006, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV Alfabeta, Bandung.
Suhartini, Arikunto, 2000, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT Rineka
Cipta. Jakarta.
Supardi, 2005, Metodelogi Penelitian Ekonomi & Bisnis, UII Press, Yogyakarta.
Swastha, Basu dan Irawan, 1990, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta.
Download