BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan politik di Indonesia yang begitu pesat mengakibatkan tingkat persaingan di antara kandidat maupun partai politik semakin ketat dalam menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu). Para kandidat ataupun partai politik berlomba-lomba untuk meraih dukungan dari masyarakat dengan cara memperkenalkan diri melalui kampanye, iklan atau kegiatan lainnya sehingga akhirnya dapat menarik simpati dan meyakinkan masyarakat untuk memilih mereka. Pemilihan Umum Legislatif di Indonesia telah dilaksanakan sebanyak sebelas kali. Jumlah partai politik yang menjadi peserta pada setiap Pemilu yang telah dilaksanakan selalu berbeda-beda seperti terlihat pada tabel 1.1. Kecuali pada era Orde Baru tahun 1977-1997 hanya ada 3 partai politik yang menjadi peserta Pemilu yaitu Partai Golkar, PDI dan PPP. Hal tersebut merupakan akibat dari dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar, diadakanlah fusi (penggabungan) partai-partai politik, menjadi hanya dua partai politik (yaitu Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia) dan satu Golongan Karya. (Sumber: http://vivinnagi.blogspot.com/p/sejarah-pemilu.html) Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1 2 Tabel 1.1 Jumlah Partai Politik Peserta Pemilu Legislatif di Setiap Periode Tahun 1955 1971 1977 1982 1987 1992 1997 1999 2004 2009 2014 Jumlah 29 10 3 3 3 3 3 48 24 38 12 Sumber: www.wikipedia.org Berakhirnya era Orde Baru pada tahun 1998 dan beralih ke Era Reformasi menjadi titik awal perkembangan demokrasi di Indonesia. Berubahnya sistem politik yang sebelumnya tri partai menjadi multi partai merupakan alasan utama berdirinya berbagai partai politik sebagai sarana untuk menyampaikan aspirasi dengan bebas karena pada masa Orde Baru hal tersebut sangat dibatasi oleh pemerintah. Akan tetapi setelah berjalannya waktu tidak sedikit partai politik yang tidak mampu bertahan dan akhirnya membubarkan diri karena kalah bersaing dengan partai politik lainnya. Selain itu, berkurangnya partai politik yang ikut serta dalam Pemilu juga dikarenakan semakin ketatnya peraturan yang diterapkan dalam seleksi partai politik untuk menjadi peserta pemilu. Partai-partai yang tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) maka tidak dapat menjadi peserta Pemilu. (Sumber: https://jefrihutagalung. Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3 wordpress.com/2014/04/08/sejarah-pemilihan-umum-di-indonesia-hinggapemilu-2014-indonesia-election-2014/) Tabel 1.2 Partai Politik Pemenang Pemilu Legislatif Pemenang Tahun Partai Jumlah politik kursi 57 1955 PNI 360 1971 Golkar 232 1977 Golkar 242 1982 Golkar 299 1987 Golkar 282 1992 Golkar Golkar 325 1997 153 1999 PDIP 128 2004 Golkar Demokrat 150 2009 109 2014 PDIP Sumber: www.wikipedia.org Tempat kedua Partai Jumlah politik kursi Masyumi 57 NU 56 PPP 99 PPP 94 PPP 61 PPP 62 PPP 89 Golkar 120 PDIP 109 Golkar 107 Golkar 91 Tempat ketiga Partai Jumlah politik kursi NU 45 Parsumi 24 PDI 29 PDI 24 PDI 40 PDI 56 PDI 11 PPP 58 Demokrat 55 PDIP 95 Gerinda 73 Pada tabel 1.2 dapat dilihat peringkat 3 besar partai politik yang memperoleh kursi anggota DPR atau dengan kata lain merupakan partai yang memperoleh suara terbanyak dalam setiap Pemilu Legislatif. Partai Golkar merupakan partai yang paling sering menjadi pemenang dalam Pemilu Legislatif yaitu sebanyak 7 kali. Partai Golkar menjadi partai yang mendominasi pada era Orde Baru ketika Soeharto menjabat sebagai Presiden Indonesia dan merupakan figur utama di partai Golkar. Akan tetapi setelah berakhirnya era Orde Baru pada tahun 1998 yang disebabkan oleh adanya gerakan reformasi yang memaksa Soeharto mengundurkan diri, partai Golkar tidak lagi menjadi partai yang mendominasi seperti pada era Orde Baru, walaupun begitu partai Golkar tetap menjadi salah satu partai besar karena memiliki basis pendukung yang cukup banyak. (Sumber: Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4 http://news.detik.com/berita/2448933/elektabilitas-golkar-akan-turunkarena-kasus-atut-tapi-tak-seperti-pd) Pada tanggal 9 Mei 2014 telah dilaksanakan Pemilu Legislatif untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Berdasarkan data dari KPU, total ada 6607 kandidat yang menjadi peserta dalam pemilihan anggota DPR yang berasal dari 12 partai politik berbasis nasional untuk memperebutkan 560 kursi DPR pada 77 daerah pemilihan (dapil). Itu artinya, jumlah kursi DPR yang akan diisi hanya 11,8% dari jumlah kandidat. Kesempatan menang tiap kandidat hanya sebesar 8,47%, artinya persaingan untuk memperebutkan kursi DPR sangat ketat dan menuntut setiap kandidat untuk melakukan kampanye yang baik sehingga dapat dikenal dan meyakinkan masyarakat untuk memilihnya. Persaingan dalam Pemilu Legislatif ini bukan hanya menjadi milik kandidat saja, akan tetapi milik partai politik juga karena sebagaimana dalam pasal 208 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 menetapkan bahwa ambang batas perolehan suara partai politik sekurang-kurang sebanyak 3,5% dari jumlah suara sah secara nasional yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk disertakan dalam penentuan perolehan kursi Anggota DPR. Artinya partai politik yang yang perolehan suaranya kurang dari 3,5% tidak dapat ikut serta dalam parlemen. Hal ini tentu saja menjadi hal yang sangat krusial bagi partai politik karena jika mereka tidak masuk ke dalam parlemen maka mereka tidak dapat terlibat dalam proses penetapan kebijakan-kebijakan Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5 pada pemerintahan mendatang dan tidak dapat meningkatkan kredibilitasnya melalui kader-kadernya yang ada di parlemen. (Sumber: www.jurnas.com) Hasil dari Pemilu legislatif tahun 2014 dimenangkan oleh PDIP dan diikuti oleh partai Golkar di tempat kedua dan Gerindra di tempat ketiga perolehan suara terbanyak secara nasional. Tabel 1.3 Perolehan Suara Partai Politik dalam Pemilu Legislatif 2014 Peringkat Partai Politik Perolehan Suara Dalam persen (%) Sah 1 PDIP 23.681.471 18,95 % 2 GOLKAR 18.432.312 14,75 % 3 GERINDRA 14.760.371 11,81 % 4 DEMOKRAT 12.728.913 10,19 % 5 PKB 11.298.957 9,04 % 6 PAN 9.481.621 7,59 % 7 PKS 8.480.204 6,79 % 8 NASDEM 8.402.812 6,72 % 9 PPP 8.157.488 6,53 % 10 HANURA 6.579.498 5,26 % 11 PBB 1.825.750 1,46 % 12 PKPI 1.143.094 0,91 % Total Jumlah Suara Sah 124.972.491 100 % Sumber: SK KPU NOMOR 411/Kpts/KPU/TAHUN 2014 Pada tabel 1.3 kita dapat melihat hasil Pemilu Legislatif 2014 dengan PDIP keluar sebagai pemenang karena memperoleh suara terbanyak yaitu sebanyak 23.681.471 atau 18,95% dari total suara sah nasional. PDIP memperoleh kursi terbanyak di parlemen sedangkan PBB dan PKPI tidak dapat memenuhi ambang batas perolehan suara karena mereka hanya memperoleh 1,46% dan 0,91% suara nasional sehingga tidak dapat disertakan dalam parlemen. Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6 Tabel 1.4 Tabel Perbandingan Hasil Pemilu 2009 dan 2014 Hasil Pemilu 2009 Hasil Pemilu 2014 DEMOKRAT 20,85 % DEMOKRAT 10,19 % GOLKAR 14,45 % GOLKAR 14,75 % PDIP 14,03 % PDIP 18,95 % PKS 7,88 % PKS 6,79 % PAN 6,01 % PAN 7,59 % PPP 5,32 % PPP 6,53 % PKB 4,49 % PKB 9,04 % GERINDRA 4,46 % GERINDRA 11,81 % HANURA 3,77 % HANURA 5,26 % PBB 1,79 % PBB 1,46 % PKPI 0,90 % PKPI 0,91 % NASDEM - NASDEM 6,72 % Sumber: www.romelteamedia.com Keterangan Turun Tetap Naik Turun Naik Naik Naik Naik Naik Turun Tetap Baru Tabel 1.4 menunjukan perbandingan perolehan suara setiap partai politik pada Pemilu Legislatif 2014 dengan Pemilu Legislatif 2009. Partai Gerindra, PKB dan PDIP merupakan partai yang mengalami kenaikan perolehan suara yang signifikan, sama halnya dengan partai Nasdem yang merupakan partai baru namun dapat meraih suara sebesar 6,72% dan mampu mengungguli partai lain yang telah lama berdiri seperti PPP, PBB, Hanura dan PKPI. Sedangkan partai Demokrat mengalami penurunan jumlah perolehan suara yang sangat besar hingga mencapai 10,66% suara. (Sumber: www.romelteamedia.com) Menurunnya perolehan suara partai Demokrat merupakan akibat dari menurunnya image atau citra partai tersebut yang disebabkan oleh banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh beberapa kader dari partai Demokrat yang ada di pemerintahan. Hal ini diakui sendiri oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang mengatakan, “Kita harus mengakui secara jujur popularitas Partai Demokrat saat ini sedang menurun. Karena kejujuran Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7 adalah awal dari keberhasilan, memang benar posisi partai kita sedang menurun”. Beliau juga menambahkan, “Saya mencoba untuk mengetahui, saya mempelajari hasil survei dari lembaga survei yang layak dipercaya, saya juga bertemu para kader yang datang dari seluruh tanah air, saya juga sudah bertukar pikiran dengan orang partai di luar Demokrat. Kesimpulannya adalah karena isu atau terjadinya kasus korupsi yang melibatkan sebagian kecil dari kader Demokrat”. Menurunnya citra partai Demokrat merupakan peluang bagi partai-partai lain untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Gerindra, PDIP, PKB, dan Nasdem merupakan partai yang mampu memanfaatkan peluang tersebut. Partai Golkar yang pada Pemilu Legislatif 2009 menempati peringkat kedua tidak mampu memanfaatkan peluang tersebut sehingga perolehan suaranya tidak mengalami peningkatan dan tetap berada di peringkat kedua. (Sumber: news.detik.com) Dalam survei yang dilakukan oleh Poltracking pada Maret 2014 mengenai perilaku pemilih, faktor citra partai dan kinerja partai merupakan faktor kesuksesan partai politik dalam pemilu. Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8 Gambar 1.1 Faktor Kesuksesan Partai Politik dalam Pemilu Sumber: Laporan Survei Nasional Poltracking Maret 2014 Hasil survei yang dilakukan Poltracking pada gambar 1.1 menunjukan bahwa faktor citra partai dan kinerja partai merupakan faktor kesuksesan partai politik dalam pemilu. Hal ini juga terbukti dengan menurunnya perolehan suara Partai Demokrat pada Pemilu Legislatif 2014 yang diakibatkan oleh menurunnya citra Partai Demokrat dengan banyaknya kasus korupsi yang dilakukan anggota-anggota Partai Demokrat di pemerintahan. Dalam Pemilu Legislatif tahun 2014, Partai Golkar tidak dapat meningkatkan perolehan suaranya dan kalah bersaing dengan PDIP. Hal ini dianggap oleh beberapa anggota Partai Golkar seperti Agung Laksono dan Priyo Budi Santoso disebabkan oleh gagalnya Aburizal Bakrie dalam memimpin partai Golkar dan juga tidak mampu meningkatkan citra partai Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9 Golkar di masyarakat sehingga tidak mampu menang dalam Pemilu Legislatif 2014. Selain itu, konflik internal yang terjadi di Partai Golkar semakin memperburuk citra Partai Golkar di masyarakat. Juru bicara poros muda Golkar, Andi Sinulingga menungkapkan, “Citra Golkar juga akan semakin merosot, publik akan bilang mengurus internal sendiri saja enggak beres, bagaimana Golkar mau mengurus bangsa dan negara. Karenanya, maka Partai Golkar di pemilu 2019 pasti akan merosot menjadi partai papan tengah saja”. (Sumber: http://www.tribunnews.com/nasional/2015/01/06/ poros-muda-golkar-citra-golkar-akan-merosot-jika-terus-berkonflik) Pengamat Survei Lintas Nusantara, Emrus Sihombing, mengkhawatirkan sebuah partai baru akan muncul sebagai akibat dari terbelahnya kepengurusan Partai Golkar. Dan jika hal itu terjadi, maka Partai Golkar akan dirugikan karena suaranya dalam Pemilu 2019 akan semakin tergerus. (Sumber: http://citraindonesia.com/konflik-golkar- diprediksi-munculkan-partai-baru/) Hasil survei lainnya yang dilakukan oleh Poltracking pada bulan Maret 2014 mengenai faktor yang menjadi alasan masyarakat dalam memilih suatu partai politik adalah visi, misi, dan program yang baik dari partai tersebut dan juga adanya tokoh yang diidolakan Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 10 Gambar 1.2 Faktor yang mempengaruhi pilihan terhadap Partai Politik Sumber: Laporan Survei Nasional Poltracking Maret 2014 Dari gambar 1.2, faktor visi, misi dan program kerja partai dan adanya tokoh yang diidolakan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pilihan masyarakat. Partai Golkar menjanjikan adanya peningkatan taraf hidup masyarakat, meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mendorong pengelolaan sumber daya alam. Partai Golkar dalam kampanyenya mensosialisasikan blueprint pembangunan nasional visi Indonesia 2045 yang meniru sistem pembangunan pada masa Orde Baru dan selalu membanggakan era Orde Baru ketika Partai Golkar berjaya. Sedangkan tokoh yang diandalkan oleh Partai Golkar yaitu Aburizal Bakrie yang merupakan Ketua Umum dari Partai Golkar. Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11 Gambar 1.3 Partai Politik Paling Ideologis dan Memiliki Programnya Jelas Sumber: Laporan Survei Nasional Poltracking Maret 2014 Hasil survei yang dilakukan Poltracking pada gambar 1.3 menunjukkan bahwa masyarakat menilai PDIP lebih baik daripada Partai Golkar dalam hal ideologi maupun program kerja. Ideologi dari PDIP adalah marhaenisme atau kerakyatan. Inti dari ideologi PDIP adalah memperjuangkan cita-cita kemerdekaan yang dikenal dengan Trisakti Bung Karno. Yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam berkebudayaan. Sedangkan ideologi Partai Golkar adalah pancasila yang mengutamakan pembangunan dan mensejahterakan rakyat. Namun pada kampanye yang dilakukan keduanya memiliki kesamaan yaitu menekankan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Selain bentuk kampanye yang dilakukan, hal lain yang sangat penting dalam proses Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 12 pemasaran politik adalah menentukan segmen pemilih yang menjadi sasaran. Partai Golkar merupakan peninggalan Orde Baru dan identik dengan sebutan partai orangtua. Hal ini dikarenakan pemilih Partai Golkar mayoritas merupakan orang-orang yang sudah tua ataupun orang-orang yang pernah merasakan era Orde Baru. Partai Golkar sendiri memang menjadikan segmen pemilih tua sebagai segmen yang dituju untuk memperoleh suara. Partai Golkar kurang memperhatikan segmen pemilih muda yang selalu meningkat jumlahnya setiap tahun. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso bahwa sudah saatnya partai golkar menyasar segmen pemilih muda untuk pemilu 2019 nanti. Konsentrasi sebaiknya tak diarahkan ke pemilih tua, namun diarahkan ke pemilih muda. Beliau juga mengatakan bahwa Partai Golkar sampai saat ini memang berfokus pada segmen pemilih yang ditinggalkan Orde Baru, seperti tentara, kalangan Birokrat, masyarakat simpatisan Golkar. (Sumber: http://www.beritasatu.com/nasional/208130-priyo-golkarharus-makin-intensif-gapai-pemilih-muda.html) Partai Golkar kurang memperhatikan segmen pemuda yang mayoritas merupakan pemilih pemula dan juga pemilih muda yang baru pertama kali akan mengikuti Pemilu ataupun pernah sekali atau dua kali mengikuti Pemilu. Segmen pemuda ini merupakan pemilih yang masih duduk di bangku SMU, mahasiswa dan pekerja muda yang berusia 30 tahun ke bawah. Segmen ini merupakan segmen yang sangat potensial karena selalu Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 13 bertambah setiap tahunnya dan belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang partai politik sehingga masih dalam proses penilaian terhadap partai politik. Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan, jumlah pemilih pemula Pemilu 2014 yang berusia 17 sampai 20 tahun sekitar 14 juta orang. Sedangkan yang berusia 20 sampai 30 tahun sekitar 45,6 juta jiwa. Ini berarti jumlah pemilih dalam segmen pemuda mencapai 59,6 juta orang. Segmen pemuda ini kurang lebih 33% dari total pemilih sebanyak 185.822.507 orang dalam Pemilu 2014, ini merupakan peluang yang sangat bagus bagi partai politik untuk meningkatkan perolehan suara apabila partai politik jeli melihat peluang tersebut dan dapat memanfaatkannya. (Sumber: www.antara.net.id) Tabel 1.5 Perbandingan Perolehan Suara Partai Golkar dan PDIP Berdasarkan Segmen Usia dari Hasil Quick Count LSI Segmen Pemilih Berdasarkan Usia (Tahun) dibawah 19 20-29 30-39 40-49 diatas 50 Sumber: politik.news.viva.co.id PDIP Golkar 18,95 % 16 ,00% 18,07 % 20,54 % 19,13 % 15,73 % 14,21 % 15,27 % 16 ,00% 20,33% Dari Tabel 1.5 kita dapat melihat bahwa PDIP hampir unggul di setiap segmen usia dalam Pemilu Legislatif 2014. PDIP hanya kalah oleh Golkar dalam segmen kalangan tua. Unggulnya partai Golkar dalam segmen kalangan tua karena kalangan tua tersebut pernah merasakan kebaikan dari Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 14 era Orde Baru sehingga mereka memilih partai Golkar dengan harapan Indonesia dapat kembali ke masa jaya di era Orde Baru. Kurangnya perhatian partai Golkar terhadap segmen pemilih muda merupakan suatu kesalahan dalam Pemilu Legislatif 2014 ini. Survei yang dilakukan oleh Transparency International Indonesia mengenai persepsi pemilih pemula pada pemerintah, korupsi dan pemilu 2014 menunjukan bahwa elektabilitas partai Golkar masih rendah di kalangan pemilih pemula. Gambar 1.4 Partai yang disukai pemilih pemula Sumber: Transparency International Indonesia Februari 2014 Hasil lain dari survei yang dilakukan oleh Transparency International Indonesia yaitu berita positif atau negatif yang berkaitan dengan pemilu, partai politik atau tokoh politik paling banyak dipilih sebagai faktor yang dapat mempengaruhi keputusan memilih. Faktor lain seperti saran dari orangtua, perbincangan di media sosial, dan pilihan teman secara berturutturut mempengaruhi keputusan memilih di kalangan pemilih pemula. Mahasiswa merupakan bagian dari pemilih pemula yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sehingga umumnya mahasiswa berpikir kritis dalam menanggapi suatu hal. Untuk dapat menarik simpati dari kalangan mahasiswa, partai politik atau kandidat perlu melakukan pemasaran politik Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 15 yang tepat sehingga dapat disukai oleh kalangan pemilih pemula dan membuat citra partai politik tersebut baik di kalangan mahasiswa. Survei yang dilakukan oleh Transparency International Indonesia menemukan bahwa berita positif atau negatif yang berkaitan dengan pemilu, partai politik atau tokoh politik merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keputusan memilih. Gambar 1.5 Pengaruh Faktor Pemberitaan Di Media Massa Sumber: Transparency International Indonesia Februari 2014 Untuk menarik dukungan dari pemilih pemula, maka partai politik harus mampu membangun image atau citra partai yang positif sehingga dapat meyakinkan pemilih pemula untuk memilih partai politik tersebut dalam pemilu. Penelitian yang dilakukan Tengku Fardhian, Zulkarnain, dan Alvi (2013) membuktikan bahwa citra partai memiliki pengaruh yang dominan terhadap minat memilih dibandingkan dengan iklan politik dan kelompok referensi. Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 16 Pawito (2009:263) mengatakan bahwa citra positif diyakini sebagai bagian terpenting dari tumbuhnya preferensi-preferensi calon pemilih terhadap partai atau kandidat. Misalnya kalau seseorang memiliki citra yang lebih positif terhadap seorang kandidat tertentu (dibandingkan dengan kandidat-kandidat lainnya yang berkompetisi), maka orang bersangkutan akan memberikan suara terhadap kandidat tersebut. Sedangkan Firmanzah (2012:231) mengatakan image atau citra politik yang bagus dari suatu partai politik akan memberikan efek yang positif terhadap pemilih guna memberikan suaranya dalam pemilu. Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Citra Partai Terhadap Keputusan Memilih Partai Golkar dalam Pemilu Legislatif (Survei Pada Pemilih Pemula Mahasiswa UPI)”. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Partai Golkar merupakan partai yang telah lama berdiri dan merupakan salah satu partai besar di Indonesia. Namun, dalam dua periode Pemilu terakhir partai Golkar tidak mampu memenangi Pemilu. Partai Golkar hanya mampu berada di posisi kedua, bahkan perolehan suaranya tidak mengalami peningkatan. Tidak seperti partai partai lainnya yang mampu meningkatkan perolehan suaranya dari hasil Pemilu sebelumnya. Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 17 Untuk memenangkan pemilu di periode yang akan datang, partai Golkar harus dapat memperbaiki citra partai sehingga dapat menarik simpati masyarakat dan juga merubah segmen pemilih yang dituju ke segmen yang lebih potensial seperti segmen pemilih muda. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran Citra Partai Golkar menurut Mahasiswa UPI? 2. Bagaimana gambaran Keputusan Memilih Partai Golkar di kalangan Mahasiswa UPI? 3. Sejauhmana pengaruh Citra Partai terhadap Keputusan Memilih pada Mahasiswa UPI? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui gambaran Citra Partai Golkar menurut Mahasiswa UPI. 2. Mengetahui gambaran Keputusan Memilih Partai Golkar di kalangan Mahasiswa UPI. 3. Mengetahui sejauh mana Citra Partai mempengaruhi Keputusan Memilih Mahasiswa UPI. Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 18 1.4 Kegunaan Hasil Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Untuk menambah kontribusi dalam penerapan ilmu manajemen, khususnya manajemen pemasaran yang berkaitan dengan pemasaran politik. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi akademisi lainnya yang ingin meneliti tentang pemasaran politik. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Untuk dijadikan referensi atau masukan bagi Partai Golkar dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kegiatan kampanyenya dalam mengahadapi Pemilu dan dapat memperbaiki strategi pemasaran politiknya di masa mendatang. 2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi akademisi lainnya yang ingin meneliti tentang pemasaran politik. Harits Hidayatul Mustafidz, 2015 PENGARUH CITRA PARTAI TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PARTAI GOLKAR DALAM PEMILU LEGISLATIF Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu