Analisis Respon Produksi, Permintaan Domestik

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu
dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Sedangkan, menurut
Lindert dan Kindleberger (1995), perdagangan internasional dianggap sebagai
suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan penawaran yang
bersaing. Pada prinsipnya, perdagangan antara dua negara timbul akibat adanya
perbedaan permintaan dan penawaran.
Perbedaan permintaan disebabkan oleh selera dan tingkat pendapatan,
sedangkan perbedaan penawaran disebabkan oleh jumlah dan kualitas faktor
produksi serta tingkat teknologi. Selain itu, perdagangan dua negara juga timbul
karena adanya keinginan untuk memperluas pasar komoditas untuk menambah
devisa negara. Karenanya, di banyak negara, perdagangan internasional menjadi
salah satu faktor utama untuk meningkatkan pendapatan nasional.
Perdagangan merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi di setiap negara karena perdagangan akan memperbesar kapasitas
konsumsi suatu negara dan akan meningkatkan output dunia. Perdagangan juga
cenderung meningkatkan pemerataan atas distribusi pendapatan dan kesejahteraan
dalam lingkup domestik ataupun internasional. Perdagangan dapat membantu
semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui
10
promosi serta pengutamaan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan
komperatif. Jika perdagangan dunia yang bebas benar-benar tercipta, maka harga
dan biaya-biaya produksi internasional akan mampu berfungsi sebagai suatu
determinan pokok mengenai seberapa negara harus berdagang dalam rangka
memaksimalkan kesejahteraan nasionalnya (Todaro, 2003).
Perkembangan teori perdagangan internasional dimulai dari teori
merkantilisme yang menyatakan bahwa sebuah negara hanya akan memperoleh
keuntungan dari perdagangan dengan mengorbankan negara lainnya, sebagai
akibatnya, mereka menganjurkan agar dilakukan pembatasan yang ketat terhadap
impor, memberikan insentif terhadap ekspor serta memberlakukan aturan
pemerintah yang ketat terhadap ekonomi (Salvatore, 1997).
Selanjutnya, Adam Smith menyatakan bahwa perdagangan didasarkan
pada keunggulan absolut dan akan menguntungkan kedua belah pihak. Jika
sebuah negara lebih efisien daripada negara lain (memiliki keunggulan absolut)
dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien (memiliki kerugian
absolut) dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua
negara tersebut akan sama-sama memperoleh keuntungan jika masing-masing
negara melakukan spesialisasi untuk memproduksi komoditi yang memiliki
keunggulan absolut dan menukarkan sebagiannya dengan
komoditi yang
memiliki kerugian absolut.
Sementara,
David
Ricardo
memperkenalkan
hukum
keunggulan
komperatif (Salvatore, 1997). Menurutnya, walaupun salah satu negara kurang
efisien dari negara lainnya dalam memproduksi kedua komoditi, masih terdapat
dasar untuk melakukan perdagangan yang saling menguntungkan. Caranya,
11
negara yang kurang efisien tersebut harus melakukan spesialisasi untuk
memproduksi komiditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (yaitu komoditi
yang memilki keunggulan komparatif).
2.2 Teori Penawaran
Penawaran (supply) didefinisikan sebagai hubungan fungsional yang
menunjukkan berapa banyak suatu komoditas akan ditawarkan (untuk dijual) pada
suatu tempat dan waktu tertentu pada berbagai tingkat harga, faktor lain tidak
berubah (Tomek and Robinson, 1981). Sementara, menurut Lipsey (1995),
penawaran merupakan sejumlah barang dan jasa yang disediakan untuk dijual
pada berbagai tingkat harga, pada waktu dan tempat tertentu. Penawaran
menunjukkan apa yang ingin dijual oleh perusahaan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah penawaran suatu komoditas secara umum adalah harga
komoditas, harga komoditas alternatif, tujuan perusahaan, harga faktor produksi
dan tingkat teknologi.
Kurva penawaran menunjukkan hubungan yang positif antara jumlah
komoditas yang akan dijual dengan tingkat harga dari komoditas tersebut
(Lantican, 1990). Kurva penawaran tersebut menggunakan asumsi bahwa
produsen bertindak rasional yang selalu berusaha untuk memaksimumkan
keuntungan.
2.3 Teori Permintaan Domestik
Permintaan adalah keinginan konsumen untuk membeli suatu barang pada
berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu (Rahardja dan Manurung,
12
2001). Sementara, Kotler dan Armstrong (1992) menyatakan bahwa konsumen
akan memilih produk yang menghasilkan kepuasan yang tertinggi dan keinginan
konsumen tersebut akan menjadi permintaan jika didukung oleh daya beli .
Menurut Rahardja dan Manurung (2001), kurva permintaan merupakan
tempat titik yang masing-masing menggambarkan tingkat maksimum pembelian
dengan harga tertentu cateris paribus. Kurva permintaan memiliki slope negatif
dari kiri atas ke kanan bawah, dimana jika terjadi penurunan harga akan
menambah jumlah komoditi yang diminta (Nicholson, 2001).
2.4 Elastisitas Penawaran
Elastitas penawaran adalah suatu nilai untuk mengetahui ukuran
ketanggapan komoditas yang ditawarkan terhadap perubahan harga komoditas
tersebut (Samuelson dan Nordhaus, 2003). Penawaran suatu barang dikatakan
elastis jika perubahan harga menyebabkan perubahan yang cukup besar pada
jumlah yang ditawarkan. Sebaliknya penawaran dikatakan inelastis jjika
perubahan jumlah yang ditawarkan hanya sedikit ketika terjadi perubahan harga.
Faktor utama yang dapat mempengaruhi elastisitas penawaran adalah kemudahankemudahan yang menyebabkan produksi dalam industri dapat ditingkatkan.
Faktor penting lainnya yang mempengaruhi elastisitas penawaran adalah rentang
waktu yang ada.
2.5 Penelitian Terdahulu
Suryono (1991) dalam tesisnya membahas tentang Analisis Perdagangan
Kopi Indonesia di Pasar Dalam Negeri dan Internasional secara umum membahas
13
struktur kopi Indonesia serta penawaran dan permintaan kopi di dalam negeri.
Alat analisis yang digunakannya berupa dua macam Model Ekonometrika yaitu
Model Sistem Persamaan Simultan dan Model Regresi Linear Berganda.
Perubahan nilai tukar mata uang asing dan kebijakan devaluasi diduga
berpengaruh terhadap ekspor kopi Indonesia maupun penawaran kopi di dalam
negeri. Faktor-faktor tertentu dari sisi produksi seperti produktivitas lahan
pertanaman kopi, gangguan keadaan alam, dan stok kopi pada tahun sebelumnya,
ternyata mempengaruhi ekspor kopi Indonesia namun tidak berpengaruh terhadap
penawaran kopi domestik. Disamping itu dari sisi permintaan, faktor jumlah
penduduk dan pendapatan masyarakat Indonesia juga tidak mempengaruhi ekspor
kopi Indonesia. Dari ketiga hal tersebut dapat dikatakan bahwa kopi yang di
produksi oleh Indonesia lebih ditujukan untuk kegiatan ekspor. Akan tetapi,
Indonesia dalam mengekspor kopi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor
non-ekonomi, seperti keamanan, kondisi politik dan pemogokan, dibandingkan
dengan faktor-faktor ekonomi.
Corry (2002), dalam skripsinya membahas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaran ekspor dan aliran perdagangan kopi Indonesia. Pada
penelitiannya digunakan analisi model ekonometrika untuk menganalisis peubahpeubah yang berpengaruh terhadap ekspor kopi di dalam penelitian ini meliputi
produksi kopi domestik, harga riil kopi domestik, harga riil ekspor kopi, nilai
tukar rupiah terhadap dollar (US$) serta lag volume ekspor kopi tahun
sebelumnya. Kesimpulan hasil penelitiannya menyatakan bahwa hampir semua
peubah yang terdapat dalam model memiliki pengaruh positif terhadap jumlah
penawaran ekspor, hanya peubah harga riil domestik yang memiliki nilai negatif.
14
Penelitian ini juga membahas mengenai aliran perdagangan kopi Indonesia ke
negara-negara tujuan ekspor dengan menggunakan model gravity dimana produk
impor berdasarkan faktor-faktor ekonomi dapat dijadikan pertimbangan dalam
penentuan negara tujuan ekspor kopi Indonesia.
Penelitian mengenai perdagangan kopi Indonesia di pasar dalam negeri
dan internasional dilakukan oleh Darmansyah (1986) dengan menggunakan model
regresi. Dalam penelitiannya mengkaji daya saing kopi Indonesia di pasar
internasional dan integrasi pasar kopi Indonesia di pasar internasional, baik
horizontal maupun vertikal. Diperoleh hasil bahwa Indonesia mempunyai daya
saing dari segi produksi kopi jenis Robusta dibanding negara-negara produsen dan
eksportir kopi lainnya dan integrasi pasar horizontal antara Indonesia dengan
negara-negara produsen kopi lainnya kurang baik, terdapat kecenderungan bahwa
naiknya harga kopi negara lain diikuti dengan turunnya harga kopi Indonesia.
15
Download